RSUD KAJEN
Jln Raya Karangsari Karanganyar Pekalongan 51182
Telp. IGD : (0285). 385231 Fax : (0285) 385229
Email. Kajen_rsud@yahoo.co.id
TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN PELAYANAN TRANSFER PASIEN
DIREKTUR RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KESATU :MEMBERLAKUKAN PANDUAN PELAYANAN TRANSFER
PASIEN DI RSUD KAJEN KABUPATENPEKALONGAN.
Ditetapkan di : Kajen
Pada tanggal : 15 Februari 2015
PANDUAN
TRANSFER PASIEN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tranferpasiendimulaidenganmelakukankoordinasidankomunikasipratransportasipasien,
menentukanSDM yang akanmendampingipasien, menyiapkanperalatan yang
disertakansaat transfer dan monitoring pasienselama transfer. Transfer
pasienhanyabolehdilakukanolehstafmedisdanstafkeperawatan yang kompetensertapetugas
professional lainnya yang sudahterlatih.
B. TUJUAN
Tujuandarimanajemen transfer adalah :
Agar pelayanan transfer pasiendilaksanakansecara professional danberdedikasitinggi.
Agar proses transfer/ pemindahanpasienberlangsungdenganamandanlancar
sertapelaksanaannyasangatmemperhatikankeselamatanpasiensertasesuaidenganprosedu
r yang telahditetapkan.
C. RUANG LINGKUP
Transfer pasien didalam rumah sakit terdiri dari :
Transfer pasien dari IGD ke IRNA, ICU, Kamar Operasi.
Transfer pasien dari IRJ ke IRNA, ICU, Kamar Operasi.
Transfer pasien dari IRNA ke ICU, Kamar Operasi
Transfer pasien dari dari ICU ke IRNA, Kamar Operasi
Transfer pasien dari Kamar Operasi ke IRNA, ICU.
Transfer pasien dari IGD, IRNA, ICU, Ke Ruang Radiologi.
Transfer pasien dari dari PONEK ke IRNA
Transfer pasien antar rumah sakit terdiri dari :
CARA TRANSFER
Dokter yang mengirim bertanggung jawab untuk memulai rujukan, pemilihan cara
transfer serta tingkat perawatan sepanjang perjalanan. Dokter yang merujuk harus
berkomunikasi dahulu dengan dokter penerima transfer, mengetahui cara transportasi
yang dipilih dan mengatur pelayanan pasien selama transportasi.
Dokter yang mentransfer bertanggung jawab bahwa pasien dalam keadaan stabil
saat berangkat. Proses merujuknya sendiri mungkin sudah dimulai saat resusitasi masih
berlangsung. Persetujuan untuk rujukan harus dipersiapkan karena akan memperlancar
proses rujukan.
Dokter penerima rujukan harus meyakini bahwa rumah sakitnya mampu menerima
pasien dan memang bersedia menerima. Bila dokter penerima rujukan menyatakan
menolak rujukan, maka tetap harus membantu mencari alternatif rujukan.
Kualitas pelayanan selama transportasi juga sangat penting. Hanya dengan
komunikasi yang baik antara dokter yang merujuk dengan dokter penerima rujukan, cara-
cara transportasi dan cara pelayanan selama transportasi dapat dilakukan dengan aman.
D. CARA TRANSPORTASI
Transportasiintra hospital adalah kegiatan pendukung untuk kegiatan gawat
darurat yang perlu mendapat pelatihan untuk memberikan pelayanan antar unit pelayanan
(IGD, ICU, Kamar bedah) diperlukan prosedur, peralatan dan SDM yang memiliki
pengetahuan cukup.
Perjalanan antar rumah sakit dapat berbahaya kecuali apabila terhadap pasien telah
dilakukan stabilisasi, tenaga yang mendampingi cukup terlatih dan telah diperhitungkan
kemungkinan terjadi selama transportasi.
E. PROSEDUR TRANSFER
1. SPO Transfer antar ruangan
Transfer pasien antar ruang perawatan adalah memindahkan pasien dari satu
ruangan keruang perawatan/ ruang tindakan lain di dalam RSUD Kajen.
F. DOKUMENTASI
Yang disertakan dengan pasien pada saat transfer adalah dokumentasi mengenai
permasalahan pasien, terapi yang telah di berikan, keadaan pasien saat akan di transfer.
5. Pemeriksaan diagnostik
Bila terindikasi jangan sampai menunda rujukan
a. Foto rogten servical, thorax, pelvis, ekstrimitas
b. Cek darah lengkap, HbsAg
c. Penentuan denyut jantung dan saturasi hemoglobin (EKG & Pulse oximetry)
A. PENGATURAN TRANSFER
1. RSUD Kajen memiliki tim transfer yang terdiri dari dokter IGD/ PONEK, Perawat
yang kompeten dalam merawat pasien kritis, dan petugas ambulance. Tim ini yang
berwenang untuk memutuskan metode transfer mana yang akan dipilih.
2. Berikut adalah metode transfer yang ada di RSUD Kajen :
a. Layanan Antar-jemput pasien : Merupakan layanan/ jasa umum khusus untuk
pasien RSUD Kajen dengan tim transfer dari petugas IGD, dimana tim tersebut
akan mengambil/ menjemput pasien dari rumah/ rumah sakit jejakir untuk dibawa
ke RSUD Kajen.
b. Tim transfer local : RSUD Kajen memiliki tim transfernya sendiri dan
mengirimkan sendiri pasiennya ke rumah sakit lain.
3. RSUD Kajen mempunyai sistem resusitasi, stabilisasi, dan transfer untuk pasien-
pasien dengan sakit berat/ kritis; tanpa terkecuali
4. Dokter senior/ spesialis (DPJP/ dr ICU) yang bertanggung jawab dalam tim tranfer
pasieni harus siap sedia 24 jam untuk mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan
transfer pasien sakit berat/ kritis antar-rumah sakit.
b. Transfer Antar Rumah Sakit Untuk Alasan Non – Medis (misalnya karena
ruangan penuh, fasilitas kurang mendukung, jumlah petugas rumah sakit tidak
adekuat)
Idealnya, pasien sebaiknya tidak ditransfer jika bukan untuk kepentingan
mereka.
Terdapat beberapa kondisi dimana permintaan/kebutuhan akan tempat
tidur/ruang rawat inap melebihi suplai sehingga diputuskanlah tindakan untuk
mentransfer pasien ke unit/rumah sakit lain.
Pengambilan keputusan haruslah mempertimbangkan aspek etika, apakah akan
mentrasfer pasien stabil yang telah berada/dirawat di unit intensif rumah sakit
atau mentransfer pasien baru yang membutuhkan perawatan intensif tetapi
kondisinya tidak stabil.
Saat menghubungi jasa ambulan, pasien ini dapat dikategorikan sebagai tipe
transfer ‘gawat’.
11. Saat keputusan transfer telah diambil, dokter yang bertanggung jawab / dokter
ruangan akan menghubungi unit / rumah sakit yang dituju dan memastikan
tersedianya peralatan medis yang memadai di rumah sakit yang dituju.
12. Beritahukan kepada pasien (jika kondisinya memungkinkan) dan keluarga mengenai
perlunya dilakukannya transfer antar rumah sakit, dan mintalah persetujuan tindakan
transfer.
13. Proses pengaturan transfer ini harus dicatat dalam status rekam medis pasien yang
meliputi : nama, jabatan, dn detail kontak personel yang membuat kesepakatan baik di
rumah sakit yang merujuk dan rumah sakit penerima, tanggal dan waktu dilakukannya
komunikasi antar rumah sakit, serta saran-saran / hasil negoisasi kedua belah pihak.
14. Personel tim transfer harus mengikuti pelatihan transfer, memiliki kompetensi yang
sesuai, berpengalaman, mempunyai peralatan yang memadai, dapat bekerjasama
dengan jasa ambulan,protokol, dan panduan rumah sakit, serta pihak-oihak lainnya
yan terkait, dan juga memastikan proses transfer berlangsung dengan aman dan lancar
tanpa mengganggu pekerjaan lain di rumah sakit yang merujuk.
15. Pusat pelayanan ambulan harus diberitahu sesegera mungkin jika keputusan untuk
melakukan transfer telah diuat, bahkan bila waktu pstinya belum diputuskan. Hal ini
memungkinkan layanan ambulan untuk merencanakan pengerahan petugas dengan
lebih efisien.
F. Berikut adalah panduan perlu atau tidaknya dilakukan transfer berdasarkan tingkat/
level kebutuhan keperawatan pasien kritis. (Keputusan harus dibuat oleh dokter ICU/
DPJP)
1. Level 0
Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan ruang rawat biasa di unit/
rumah sakit yang dituju; biasanya tidak perlu didampingi oleh dokter, perawat, atau
paramedis (selama transfer).
2. Level 1
Pasien dengan risiko perburukan kondisi, atau pasien yang sebelumnya menjalani
perawatan di Intensive Care Unit (ICU); dimana membutuhkan perawatan di ruang
rawat biasa dengan saran dan dukungan tambahan dari tim perawatan kritis; dapat
didampingi oleh perawat, petugas ambulan, dan atau dokter (selama transfer).
3. Level 2
Pasien yang membutuhkan observasi/ intervensi lebih ketat, termasuk penanganan
kegagalan satu sistem organ atau perawatan pasca-operasi, dan pasien yang
sebelumnya dirawat di ICU; Harus didampingi oleh petugas yang kompeten, terlatih,
dan berpengalaman ( biasanya dokter dan perawat/ paramedis lainnya).
4. Level 3
Pasien yang membutuhkan bantuan pernafasan lanjut (advanced respiratory
support) atau bantuan pernafasan dasar (basic respiratory support) dengan dukungan/
bantuan pada minimal 2 sistem organ, termasuk pasien-pasien yang membutuhkan
penanganan kegagalan multi-organ; harus didampingi oleh petugas kompeten, terlatih,
dan berpengalaman (biasanya dokter anestesi dan perawat ruang intensif/ IGD atau
paramedis lainnya).
G. Saat Dr ICU/ DPJP di RSUD Kajen tidak dapat menjamin terlaksananya bantuan/
dukungan anestesiologi yang aman selama proses transfer; pengambilan keputusan
haruslah mempertimbangkan prioritas dan resiko terkait transfer.
H. Semua petugas yang tergabung dalam tim transfer untuk pasien dengan sakit berat/ kritis
harus kompeten, terlatih, dan berpengalaman.
Petugas yang mendampingi harus membawa telepon genggam selama transfer
berlangsung yang brisi nomor telepon RSUD Kajen dan rumah sakit tujuan.
Keselamatan adalah parameter yang penting selama proses transfer.