HEMODIALISA
TENTANG
PANDUAN PELAYANAN HEMODIALISA
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Serang
Pada tanggal 01 Januri 2022
DIREKTUR,
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Landasan Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:
1333/Menkes/SKXII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit
5. Keputusan Gubernur Banten Nomor 821.2/KEP.237-BKD/2019
Tentang Pemberian Tugas Tambahan Pegawai Negeri Sipil
Sebagai Direktur UPTD Rumah Sakit Umum Daerah Banten
pada Dinas Kesehatan Provinsi Banten;
D. Perijinan
Perijinan Pendirian Unit Dialisis :
1. Ijin dari Dinas Kesehatan
2. Ijin Pendirian Unit Dialisis diajukan ke Dinas Kesehatan disertai
verifikasi dari PERNEFRI setelah unit tersebut memenuhi
persyaratan yang diperlukan.
3. Ijin berlaku selama 5 tahun dan diperbaharuhi setelah
memenuhi akreditasi yang dilakukan oleh tim dari Dinas
Kesehatan bersama dengan organisasi profesi (PERNEFRI)
E. Tujuan
Umum :
Meningkatkan kualitas pelayanan pasien gagal ginjal melalui
pedoman pelayanan hemodialisis yang berorientasi pada keselamatan
dan keamanan pasien
Khusus :
Memberi acuan regulasi pelayanan hemodialisis
Memberikan acuan managemen pelayanan hemodialisis
Memberi acuan tugas pokok dan fungsi serta kompetensi masing-
masing tenaga yang terlibat dalam pelayanan hemodialisis
Memberi acuan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam
pelayanan hemodialisis
Memberi acuan sistem/pola pembiayaan yang berkaitan dengan
pelayanan hemodialisis
BAB II
PENGERTIAN PELAYANAN HEMODIALISIS
A. Definisi
1. Penyakit Ginjal kronic (PGK) adalah:
a. Suatu kondisi kerusakan ginjal yang terjadi selama 3 bulan
atau lebih, yang didefinisikan sebagai abnormal struktur atau
fungsional ginjal, dengan atau tanpa penurunan Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG) yang bermanifestasi sebagai kelainan
patofisiologis atau kerusakan ginjal, termasuk
ketidakseimbangan komposisi zat didalam darah atau urin serta
ada atau tidaknya gangguan hasil pemeriksaan pencitraan.
b. LFG yang kurang dari 60 ml/mnt/1,73 m2 lebih dari 3 bulan
dengan atau tanpa kerusakan ginjal.
Keterangan :
Disebut PGK apabila terdapat salah satu dari criteria
diatas.
A. Struktur Organisasi
Struktur organisasi unit layanan hemodialisis didalam rumah sakit
adanya klasifikasi rumah sakit berdasarkan kemampuan layanan dilihat
dari aspek kompetensi, SDM, fasilitas sarana serta kepemilikan
menyebabkan bervariasinya pengelolaan layanan mulai dari organisasi
sampai dengan pembiayaan rumah sakit.
Bagan Struktur
Unit HD di Rumah Sakit Umum Tangerang
DIREKTUR UTAMA
WADIR PELAYANAN
WADIR PENUNJANG
WADIR KEUANGAN
NON MEDIK
KABID PELAYANAN
KASI PELAYANAN
INSTALASI RAWAT
INAP
PERAWAT PELAKSANA
TEKHNISI
B. Ketenagaan
Ketenagaan pelayanan hemodialisis terdiri dari :
1. Tenaga medis (supervisor, dokter SpPD bersertifikat HD, dokter
bersertifikat HD)
2. Perawat (perawat mahir dan perawat biasa)
3. Teknisi
4. Tenaga administrasi
5. Dan tenaga lainnya yang mendukung program
C. Kompetensi
1. Supervisor hemodialisis adalah dokter SpPD-KGH
2. Dokter penanggung jawab hemodialisis adalah dokter SpPD-KGH
dan atau dokter SpPD yang telah mempunyai sertifikat pelatihan
hemodialisis dipusat pendidikan yang diakreditasi dan disahkan
oleh PBPERNEFRI
3. Dokter pelaksana hemodialisis adalah dokter bersertifikat HD yang
telah dilatih dipusat pendidikan yang diakreditasi dan disahkan
oleh PBPERNEFRI
4. Perawat mahir hemodialisis adalah perawat yang bersertifikat
pelatihan HD dipusat pendidikan yang diakreditasi dan disahkan
oleh PBPERNEFRI
5. Perawat adalah lulusan akademi perawatan
BAB IV
PELAYANAN HEMODIALISIS
1. OBAT
1 Adrenalin ampul 1 mg
2 Dexamethason ampul 10 mg
14 Nifedipin tablet 5 mg
18 H2O2 larutan 3%
20 Antiseptik larutan
(savlon,hibiscrub)
21 Alkohol 70 % larutan
2. ALAT KESEHATAN
2 Blood line
3 AV fistula
4 Disposible syringe
5 Kassa steril
6 Blood set
7 Masker disposable
9 Plester
10 Oksigen tabung
11 Havox/citrit acid (untuk desinfectan mesin sesuai dengan
petunjuk pabrik)
G. Sistem pembiayaan
1. Sumber
a. Biaya sendiri
b. Asuransi
c. Perusahaan
d. Bpjs non pbi
e. Bpjs pbi
f. Gakin kabupaten
g. Dan lain-lain
H. Pengendalian limbah
Mengikuti pengendalian limbah rumah sakit
A. Pengertian
Konsep rujukan adalah suatu upaya pelimpahan tanggung
jawab dan wewenang secara timbal balik dalam pelayanan kesehatan
untuk menciptakan suatu pelayanan kesehatan paripurna. Sistem
rujukan diperlukan senagai tempat konsultasi pasien hemodialisis
yang memiliki masalah medikakut atau kronik. Rujukan ini dapat
berlangsung vertical dan horizontal sesuai dengan fungsi koordinasi
dan jenis kemapuan yang dimilki.
2. Pembinaan
a. Setiap unit HD diwajibkan mebuat laporan secara berkala
setiap bulan kepada dinas kesehatan dan PERNEFRI. Cara
pelaporan sesuai dengan ketentuan/format yang berlaku
b. Pengawasan dilakukan dengan pertemuan berkala setiap
semester, apabila dipandang perlu maka dilakukan visitasi.
3. Pengembangan
Setiap SDM yang ada unit hemodialisis berkewajiban senatiasa
meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan baik secara
mandiri maupun mengikuti pendidikan dan pelatihan yang
diselenggarakan oleh lembaga-lembaga yang
berwenang/terakreditasi.
Referensi :
Ditetapkan di Serang
Pada tanggal 18 September 2018
Plt. DIREKTUR,
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN
SUSI BADRAYANTI