NOMOR: /Int-10000/BAM2/KEP/2019
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN HEMODIALISIS
DI RUMAH SAKIT BUKIT ASAM MEDIKA
1
Lampiran Surat Keputusan Direktur
RSBAM
No.
Tanggal
PEDOMAN
Tahun 2019
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dirasakan perlunya
meningkatkan pelayanan di Instalasi Hemodialisis melalui standarisasi prosedur,
melakukan pengamanan penggunaan peralatan medik, peningkatan
keterampilan petugas dan peningkatan fasilitas/sarana medik sesuai dengan
kemajuan teknologi.
Dengan dilandasi prinsip untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan dari
pasien yang menderita gagal ginjal tahap akhir, maka Instalasi Hemodialisis
Rumah Sakit Bukit Asam Medika berupaya untuk menyediakan layanan dialisis
yang berkualitas bagi pasien gagal ginjal tahap akhir sehingga memberikan
manfaat untuk memperpanjang harapan hidup dengan kualitas yang cukup baik.
Hal ini harus dilaksanakan dengan mengutamakan prinsip kehati-hatian dan
berorientasi pada keselamatan dan keamanan pasien.
B. TUJUAN PEDOMAN
Kebijakan pelayanan hemodialisis dimaksudkan sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan pelayanan medik khususnya pelayanan hemodialisis di Rumah
Sakit Bukit Asam Medika
D. BATASAN OPERASIONAL
1. Instalasi Hemodialis adalah tempat pelayanan hemodialisis yang terdiri dari
minimal 4 (empat) mesin dialisis, didukung oleh pemurnian air (water
3
treatment) serta mempunyai tenaga medis minimal 2 (dua) perawat yang
telah kursus perawatan intensif ginjal, 1 (satu) dokter bersertifikat
hemodialisis, diawasi oleh 1 (satu) dokter internis bersertifikat hemodialisis
dan disupervisi oleh 1 (satu) dokter internis konsultan ginjal dan hipertensi.
2. Layanan hemodialisis merupakan layanan pengganti fungsi ginjal umumnya
pada kasus gagal ginjal terminal, bersifat live saving dan dilaksanakan dalam
jangka panjang secara teratur dan periodik, bersifat menyeluruh, berdasarkan
kebutuhan medis, memerlukan profesionalisme dan melakukan pengendalian
mutu sesuai dengan standar yang berlaku.
3. Penyakit gagal ginjal kronik adalah (Konsep dialisis PERNEFRI):
Kriteria :
a. Suatu kondisi kerusakan ginjal yang terjadi setidaknya selama 3 (tiga)
bulan atau lebih yang didefinisikan sebagai abnormalitas struktural atau
fungsional ginjal dengan atau tanpa penurunan Laju Filtrasi Glomerulus
(LFG) yang bermanifestasi sebagai kelainan patologis atau kerusakan
ginjal termasuk ketidakseimbangan komposisi dalam darah atau urine
serta ada atau tidaknya gangguan hasil pemeriksaan pencitraan.
b. Laju filtrasi Glomerulus yang kurang dari 60 ml/menit atau 1,75 m 2 lebih
dari 3 (tiga) bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal.
Klasifikasi:
Klasifikasi didefinisikan berdasarkan derajat penurunan LFG dimana stadium
yang lebih tinggi memiliki nilai yang lebih rendah.
4. Jenis terapi pengganti ginjal yaitu:
a. Dialisis yang terdiri dari hemodialisis, peritoneal dialisis dan hemofiltrasi.
b. Transplantasi ginjal yang merupakan terapi pengganti ginjal yang ideal
tetapi karena terdapat kendala faktor biaya dan keterbatasan donor maka
di Indonesia dialisis masih merupakan terapi pengganti ginjal yang utama.
5. Peritoneal dialisis adalah salah satu terapi pengganti fungsi ginjal yang
mempergunakan peritonium pasien yang bersangkutan sebagai membran
semipermeable antara lain CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal Dyalisis)
dan APD (Ambulatory Peritoneal Dyalisis)
6. Dializer / ginjal buatan adalah satu kotak/ruangan tertutup yang terbagi atas 2
(dua) ruangan yaitu kompartemen darah dan kompartemen dialisat yang
dipisahkan oleh membran semipermeable.
7. Reverse osmosis adalah alat yang mendorong air melalui satu membran
semipermeable dengan menggunakan tekanan yang sangat tinggi, alat ini
menyaring bahan-bahan kontaminasi kecuali chloramin, selain itu menyaring
kuman, virus dan bahan pyrogen lainnya.
8. Dialisat adalah bahan kimia yang digunakan untuk buffer basa yang berfungsi
memperbaiki gangguan kadar bikarbonat dalam darah.
9. Perawat mahir hemodialisis adalah perawat yang memiliki sertifikat pelatihan
perawatan intensif ginjal dari pusat pendidikan yang diakreditasi dan
disahkan oleh Departemen Kesehatan.
E. LANDASAN HUKUM
- Undang – undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.
- Undang – undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
- Undang – undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
4
- Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
- Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 512/Menkes/PER/IV/2007 tentang Izin
Praktek dan Pelaksanaan Praktek Kedokteran.
- Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 812/Menkes/PER/VII/2010 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Dialisis pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
- Konsensus Dialisis Perhimpunan Nefrologi Indonesia PERNEFRI 2003
No : Ex. 03.05/III/1125/07
5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
6
- Sebagai Anggota
Regu minimal 3 th
- Memiliki
keterampilan dalam
Kepemimpinan
- Memiliki kemampuan
untuk mengontrol
emosi dengan baik,
membina hubungan
4. baik dengan orang
lain serta dapat
dipercaya.
- Memiliki
Kemampuan
menggunakan
kompute
7
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
C. PENGATURAN JAGA
1. Pengaturan Jaga Perawat Ruang Hemodialisis
- Pengaturan jaga perawat shift mengikuti pola kerja tersendiri yang
berlaku di RSBAM dimana hanya terdiri dari shift pagi dan shift sore terdiri
dari 2 tim yang dipimpin oleh seorang ketua regu.
- Pengaturan jadwal dinas perawat di Instalasi Hemodialisis dibuat dan di
pertanggungjawabkan oleh Koordinator Hemodialisis dan disetujui oleh
Kepala Pelayanan Medis dan Keperawatan
- Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan
oleh perawat pelaksana setiap satu bulan.
- Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu,
maka perawat tersebut dapat mengajukan permintaan tukar dinas ke
Koord Hemodialisis dengan seijin ketua regu yang tukar dinas.
Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada,
apabila tenaga cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan,
maka Koord Layanan Keperawatan Hemodialisis dapat menyetujui
permintaan tukar dinas tersebut.
- Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift
(Ketua Regu) dengan syarat pendidikan minimal D III / S1 Keperawatan
dengan masa kerja minimal 3 tahun, serta memiliki sertifikat KIPG.
- Jadwal dinas terbagi atas shift pagi, shift sore, libur dan cuti.
- Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak
dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka
perawat yang bersangkutan harus memberitahu Koordinator Layanan
Keperawatan Hemodialisis untuk pengaturan tenaga selanjutnya, dan
perawat tersebut dikategorikan cuti.
8
Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Koordinator Hemodialisis dan kepala Pelayanan
medis dan keperawatan untuk menunjuk dokter jaga pengganti atau
dirangkap oleh dokter jaga ruangan rawat lain.
9
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. STANDAR FASILITAS
1. Fasilitas dan Sarana
Pelayanan Instalasi Hemodialisis terdiri dari 1 layanan yaitu Layanan
Hemodialisis dengan kapasitas tempat tidur berjumlah 4 tempat tidur untuk
hemodialisis.
Sarana yang ada di ruang hemodialisis adalah:
- Tempat tidur pasien lengkap dengan outlet udara tekan (Oksigen dan
Suction)
- Area kerja meliputi ruang staf dokter, ruang perawat, ruang administrasi
- Lingkungan dengan pendingin ruangan antara 22 – 25 oC dengan
kelembaban antara 50 – 70%.
- Ruang penyimpanan peralatan, dialisat dan barang bersih.
- Ruang tempat pembuangan alat/bahan kotor.
- Ruang tunggu keluarga pasien.
2. Peralatan
- Peralatan yang tersedia di Instalasi Hemodialisis Rumah Sakit Bukit
Asam Medika mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan RI No
812/Menkes/Per/VII/2010 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Dialisis
pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Konsensus Dialisis
Perhimpunan Nefrologi Indonesia PERNEFRI 2003 No : Ex.
03.05/III/1125/07
- Alat yang tersedia adalah mesin hemodialisis, mesin reuse dializer,
peralatan pengolahan air reverse osmosis.
- Peralatan lain yang sesuai kebutuhan seperti, peralatan resusitator,
emergency trolley.
10
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
2. Informed Consent
Setiap pasien yang baru pertama kali akan dilakukan hemodialisismaka
pasien dan atau keluarganya harus mendapatkan penjelasan secara lengkap
tentang dasar pertimbangan mengapa pasien harus dilakukan tindakan
hemodialisis serta berbagai resiko tindakan tersebut.
Penjelasan tersebut diberikan oleh Konsultan Ginjal Hipertensi, DPJP atau
dokter yang bertugas sebelum pasien dilakukan tindakan. Setelah
mendapatkan penjelasan, pasien dan atau keluarga bisa menerima atau tidak
bisa menerima harus dinyatakan dalam formulir yang ditandatangani
(informed consent).
Pasien yang dilakukan hemodialisis reguler tidak memerlukan informed
consent ulang untuk tindakan hemodialisisnya,
11
4. Intoksikasi obat atau bahan kimia
C. PENGELOLAAN PASIEN
1. Pelayanan dialisis diberikan terhadap pasien yang mengalami gagal ginjal
kronik yang mengalami penurunan fungsi ginjal dengan Laju Filtrasi
Glomerulus <15 ml/menit. Pada keadaan ini fungsi ginjal sangat menurun
sehingga terjadi akumulasi toksin dalam tubuh yang disebut uremia sehingga
memerlukan terapi pengganti ginjal untuk mengambil alih fungsi ginjal dalam
mengeliminasi toksin tubuh sehingga terjadi gejala yang lebih berat.
2. Pelayanan dialisis juga dilakukan pada keadaan yang bersifat akut dan atau
perioperatif sehingga membutuhkan peralatan dialisis moderen dan
dilaksanakan oleh tenaga-tenaga terlatih yang mampu melaksanakan
tindakan penyelamatan apabila terjadi gangguan yang mengancam nyawa.
3. Tindakan inisiasi hemodialisis (hemodialisis pertama) dilakukan setelah
melaluipemeriksaan/konsultasi dengan konsultan atau dokter spesialis
penyakit dalam yang telah bersertifikat hemodialisis.
4. Asesment dilakukan baik pasien baru atau pasien reguler yang menjalani
hemodialisis.
5. Pasien baru rujukan dari luar yang telah dilakukan skrining wajib dilakukan
skrining ulang yaitu pemeriksaan Hepatitis Marker dan HIV, serta skrining
berkala terhadap pasien reguler setiap satu tahun sekali.
6. Pemeriksaan laboratorium berkala dilakukan kepada pasien reguler yang
terdiri dari Darah Lengkap, Elektrolit 1, Fungsi Ginjal 1, SI/TIBC dan Saturasi
Transferin setiap sebulan sekali
7. Untuk pasien baru yang belum mempunyai sarana hubungan sirkulasi
menetap (akses vaskular) dianjurkan menggunakan kateter cabang dua
(double lumen) untuk sementara yang akan dipasang oleh Dokter Spesialis
Anastesi, Dokter Nephrolog, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Bersertifikat
Hemodialisis atau Dokter Umum Bersertifikat Hemodialisis.
8. Setiap tindakan hemodialisis terdiri dari penerapan pelaksanaan hemodialisis
30 menit, pelaksanaan hemodialisis ± 5 jam dan evaluasi pasca hemodialis
30 menit, sehingga untuk setiap pelaksanaan hemodialisis diperlukan waktu
mulai dari persiapan sampai dengan pasca tindakan adalah 6 jam
9. Setiap pelaksanaan tindakan hemodialisis harus memberikan pelayanan
sesuai sandar proses dan memperhatikan hak pasien termasuk informed
consent.
10. Kegiatan pelayanan hemodialisis dilakukan oleh team dan dibawah
pengawasan dan tanggung jawab Dokter Konsultan Ginjal dan Hypertensi.
11. Kebutuhan obat – obatan yang dibutuhkan oleh pasien yang dilakukan
tindakan hemodialisis dilakuan dengan cara peresepan ke bagian farmasi.
12. Asuhan keperawanan pasien di Instalasi Hemodialisis sesuai dengan Standar
Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Bukit Asam Medika
13. Pada keadaan emergency perawat hemodialisis dapat melakukan Sequensial
Ultrafiltrasi yaitu pengeluaran cairan tubuh secara cepat menggunakan
mesin Hemodialisis.
14. Pada keadaan emergency ketika pasien tidak mempunyai akses vaskuler,
maka dokter umum bersertifikat hemodialisis, dapat memasang kateter
double lumen.
12
15. Prosedur pelayanan medis dan standar terapinya mengikuti buku konsensus.
D. SISTEM RUJUKAN
1. Rujukan adalah penyelenggaraan kesehatan yang mengatur pelimpahan
tugas / wewenang dan tanggung jawab secara timbal balik baik horizontal
maupun vertikal terhadap kasus penyakit atau masalah penyakit atau
permasalahan kesehatan karena adanya keterbatasan dalam memberikan
pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien.
2. Jenis rujukan yang dilakukan adalah:
- Rujukan eksternal (rujukan antar fasilitas pelayanan kesehatan) yang
terdiri dari :
a) Rujukan vertikal yaitu rujukan yang terjadi dari HD Rumah Sakit Bukit
Asam Medika ke fasilitas HD yang lebih lengkap, atau HD Rumah
Sakit Bukit Asam Medika menerima rujukan dari HD lain yang
fasilitasnya lebih rendah dari Rumah Sakit Bukit Asam Medika
b) Rujukan horizontal yaitu rujukan yang terjadi dari HD Rumah Sakit
Bukit Asam Medika ke HD rumah sakit lain dengan fasilitas yang
setara.
- Rujukan internal (rujukan di dalam Rumah Sakit Bukit Asam Medika dari
tenaga kesehatan ke tenaga kesehatan lainnya : dokter umum ke dokter
spesialis, antar dokter spesialis) yang terdiri dari:
a) Rujukan kasus penyakit atau masalah penyakit yaitu rujukan yang
dilakukan berkaitan dengan pengobatan dan pemulihan berupa
pengiriman pasien (kasus), spesimen dan pengetahuan tentang
penyakit.
b) Rujukan permasalahan kesehatan yaitu rujukan yang dilakukan
berkaitan dengan upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan
berupa fasilitas, teknologi dan operasional.
3. RSBAM mempunyai kewajiban untuk merujuk pasien yang memerlukan
pelayanan diluar kemampuannya. RS penerima rujukan harus mampu
menjamin bahwa pasien yang dirujuk tersebut akan mendapat penanganan
segera. Rujukan balik ke fasilitas pelayanan kesehatan yang merujuk
dilakukan segera setelah alasan rujukan sudah tertangani, oleh karena itu
rujukan merupakan proses timbal balik yang meliputi kerja sama, koordinasi
dan transfer informasi antar fasilitas pelayanan kesehatan. RSBAM sebagai
rumah sakit referal tertinggi di Group BUKIT ASAM MEDIKA menerima
rujukan dari Rumah Sakit Bukit Asam Medika. Selain itu Rumah Sakit Bukit
Asam Medika menjalin kerja sama dengan beberapa rumah sakit rujukan
maupun rumah sakit yang merujuk.
4. Tujuan dilakukan sistem rujukan antara lain adalah:
- Membutuhkan pendapat dari ahli (second opinion)
- Memerlukan pemeriksaan yang tidak tersedia di fasilitas RSBAM
- Memerlukan intervensi medis di luar kemampuan RSBAM
- Memerlukan penatalaksanaan bersama dengan ahli lainnya
- Memerlukan perawatan dan pemantauan lanjutan.
E. KONDISI BENCANA
13
Semua petugas di Instalasi Hemodialisis harus memahami prosedur penanganan
bencana baik internal maupun eksternal.
14
BAB V
LOGISTIK
A. PENYEDIAAN FARMASI
Penyediaan kebutuhan obat – obatan dan alat kesehatan disediakan oleh bagian
farmasi rawat inap dan rawat jalan melalui resep. Persediaan obat disesuaikan
dengan kebutuhan pasien pada saat tindakan atau setelah tindakan.
Untuk kebutuhan obat dan alkes dalam kondisi kegawatan dan kedaruratan,
Instalasi Hemodialisis menyediakan persediaan di dalam emergency trolley yang
jenis dan jumlahnya telah ditetapkan. Bila terjadi kegawatan maka akan
menggunakan obat di emergency trolley dan setelah kegawatan tertangani, maka
dilakukan penggantian terhadap penggunaan obat dan alat tersebut sehingga
jumlah dan jenisnya adalah tetap. Setiap petugas di Instalasi Hemodialisis
berkewajiban menjaga agar emergency trolley selalu terpelihara.
Penggunaan alkes pendukung disediakan oleh Instalasi Hemodialisis melalui
permintaan barang ke bagian farmasi dimana permintaan dan pengeluarannya
dicatat serta dilakukan stok opname secara berkala.
15
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
16
1. Menghormati hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
17
d. Desinfeksi permukaan luar mesin perhaatian khusus ditujukan pada
bagian panel control mesin dialysis seperti: Dialysate port, Bicarbonat
Port, Pressure tranduscer arterial-vena, air detector, Hepartin pump, dan
Blood Pump pada setiap kali prosedur HD selesai dilakukan. Cairan
desinfektan ditempatkan di dalam botol, sempprotkan pada bagian
permukaan mesin, lalu lap denga kain flannel atau kain khusus. Bila
terdapat percikan darah segera bersihkan dengan larutan Klorin 1%.
e. Mesin hemodialisis harus dikalibrasi secara berkala oleh badan kalibrasi.
2. Dializer
a. Dialiser proses ulang tidak dibenarkan dipakai oleh pasien dengan HBsAg
positif.
b. Setiap dialiser proses ulang diberi label nama yang jelas agar tidak
tertukar dengan dialiser yang lain.
F. REKOMENDASI RUANGAN HEMODIALISIS
1. Memiliki penerangan dan sirkulasi udara yang memadai.
2. Tersedia botol berisi antiseptik didekat tempat tidur pasien.
3. Tempat pembuangan sampah medik dan non medik serta pembuangan
jarum bekas pakai tersedia terpisah.
4. Memiliki ruang khusus terpisah (ruang isolasi) untuk pasien dengan HBsAg
positif.
5. Lantai ruang dialysis dibersihkan dengan Chlorine-based desinfectants,
formaldehid atau asam parasetat atau glutaraldehid setelah ruangan tidak
digunakan lagi
18
19
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. PENGERTIAN
Pelaksanaan keselamatan kerja adalah berkaitan dengan upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh berbagai faktor
bahaya, baik berasal dari pelaksanaan pekerjaan maupun lingkungan kerja serta
tindakan pekerja sendiri.
B. TUJUAN
1. Melindungi keselamatan pekerja dalam melakukan pekerjaannya untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktifitas kerja
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja.
3. Sumber produksi terpelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
4. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
20
2. Memakai sarung tangan baru sekali pakai setiap melakukan penusukan atau
penarikan jarum pada tiap pasien.
3. Memakai sarung tangan baru sekali pakai setiap membersihkan luka atau
bagian mukosa tiap pasien.
4. Memakai sarung tangan baru sekali pakai setiap memegang semua peralatan
pasien dari tiap pasien.
5. Setiap staf yang melakukan penusukan dengan jarum, penarikan jarum dan
aktifitas yang berkaitan dengan darah, harus memakai masker pelindung
mulut, kaca mata pelindung dan memakai plastic pelindung baju.
6. Setelah selesai melakukan penusukan, penarikan jarum, pembersihan luka
atau bagian mukosa atau setelah selesai memegang peralatan pasien,
sarung tangan dilepas dan dibuang ke tempat khusus.
7. Setiap staf yang tertusuk jarum bekas penusukan pada pasien HBsAg, anti
HCV dan HIV positip, segera diambil tindakan pencegahan sesuai dengan
prosedur baku.
8. Semua staf yang aktif melayani pasien HD, harus diperiksa HBsAg dan anti
HCV setiap 6 bulan.
9. Immunisasi dengan vaksin hepatitis B harus dilakukan pada setiap staf di
ruang HD.
10. Staf yang melayani pasien dengan HBsAg positip, tidak melayani pasien
dengan HBsAg negative pada hari yang sama.
11. Pemeriksaan HIV secara berkala harus dilakukan pada semua staf ruang HD,
bila di ruang HD ada pasien terinfeksi HIV
21
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
22
BAB IX
PENUTUP
Pedoman Pelayanan Hemodialisis di Rumah Sakit Bukit Asam Medika ini diharapkan
dapat menjadi panduan pelayanan hemodialisis di Rumah Sakit Bukit Asam Medika.
Pedoman ini memberikan panduan bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap
layanan hemodialisis di Rumah Sakit Bukit Asam Medika yang selanjutnya perlu
dijabarkan dalam bentuk Standar Prosedur Operasional guna kelancaran
pelaksanaannya.
Apabila dikemudian hari diperlukan adanya perubahan pada Pedoman Pelayanan
Perawatan Hemodialisis di Rumah Sakit Bukit Asam Medika ini, maka akan
dilakukan penyempurnaan pada penyusunan petunjuk teknis selanjutnya.
23