Anda di halaman 1dari 28

1

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


DAERAH SULAWESI BARAT
RUMKIT BHAYANGKARA TK IV MAMUJU

PERATURAN KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA


MAMUJU Nomor 75 TAHUN 2022

tentang

PANDUAN PEMULASARAAN JENAZAH


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
MAMUJU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
MAMUJU
Menimbang : bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit
Bhayangkara Mamuju maka Panduan Pemulasaraan jenazah di
Rumah Sakit Bhayangkara Mamuju Sebagai Landasan Bagi Seluruh
Penyelenggaraan Pelayanan Di Rumah Sakit Bhayangkara Mamuju.

Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.


2. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3 . Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
32/Menkes/2007 tentang Pedoman Infeksi di Rumah Sakit.
5 Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor
HK.02.04/I/2790/11 tanggal 1 Januari 2012 tentang Standar
Akreditasi Rumah Sakit.
6. Peraturan Kepala Rumah Sakit Bhayangkara MAMUJU Tentang
Kebijakan Pelayanan Pencegahan Pengendalian Infeksi.
2

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAMUJU TENTANG


PANDUAN PEMULASARAAN JENAZAH DI RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA MAMUJU.

Pasal 1

Pemulasaraan jenazah di Rumah Sakit Bhayangkara MAMUJU tercantum dalam lampiran


yangmerupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini

Pasal 2

Pemulasaraan jenazah dalam Pasal 1 merupakan acuan bagi seluruh unit kerja di
Lingkungan Rumah Sakit Bhayangkara MAMUJU dalam menyelenggarakan pelayanan
pencegahan Dan Pengendalian Infeksi

Pasal 3

Ketentuan yang belum tercantum dalam lampiran Peraturan ini dapat mengacu pada
Panduan Pemulasaraan jenazah
Pasal 4

Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di MAMUJU
pada tanggal 2022
KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
MAMUJU

dr. SYAHRUL GANI, Sp.Rad, M.kes


AKBP NRP 74060758
3
LAMPIRAN
PERATURAN KEPALA RUMAH
SAKIT BHAYANGKARA
MAMUJUNO 75TAHUN 2022
TENTANG
PEDOMAN PEMULASARAAN
JENAZAH

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit sebagai salah satu dari sarana kesehatan dituntut untuk dapat
memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang berlaku. Layanan
yang bermutu merupakan layanan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa
pelayanan. Untuk itu harus dilakukan penyelengaraan layanan kesehatan sebaik-
baiknya diantaranya terbebas dari infeksi dan cedera
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit adalah melalui
pelayanan penunjang medic,antara lain dengan Penanganan jenazah kamar
jenazah merupakan bagian final keluarnya pasien yang telah benarbenar
tanpa nyawa / ruh lagi.
Dalam ini istilah jenazah (badan orang yang baru meninggal)
mencakup "mayat" (konotasi bias baru meninggal atau sudah lama mati).
Satu diantara kontributor terbesar mayat di rumah sakit adalah yang
berasal dari luar rumah sakit yang dikenal sebagai kasus mati forensik.
Standar ini disusun untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang dihadapi
saat ini dan merupakan acuan kamar jenazah bagi rumah sakit yang
seharusnya dikaitkan dengan pelayanan pencegahan dan pengendalian
infeksi.
Pelayanan di Instalasi Pemulasaraan Jenazah adalah pelayanan atau
penanganan yang dilakukan pada jenazah atau korban meninggal sehari - hari
maupun pasca bencana. Penyimpanan jenazah harus dilakukan sebaik-baiknya
sebelum dimakamkan sebagai penghormatan pada jenasah. Instalasi Pemulasaraan
jenazah dapat diakses langsung oleh masyarakat.
Instalasi Pemulasaraan jenazah suatu rumah sakit, bukanlah satu- satunya
“pintu keluar” pasien, karena masih banyak “pintu kesembuhan”, Walaupun diakui
bahwa kamar jenazah merupakan bagian final keluarnya pasien yang telah benar-
benar tanpa nyawa/ruh lagi.
4

B. TUJUAN
1. TujuanUmum :
a. Untuk memberikan pelayanan yang lebih baik pada korban mati
sehari-hari & pasca bencana.
b. Untuk meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus :
a. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan pemulasaraan jenazah di
rumah sakit.
b. Sebagai pedoman kerja untuk tersedianya standar di rumah sakit yang
dapat dipakai di rumah sakit untuk memberikan mutu pelayanan
yang baik bagi korban mati dan keluarganya
c. Sebagai panduan dalam meminimalisasi kemungkinan terjadinya infeksi silang

C. LANDASAN HUKUM.
1. UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. Pedoman pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit tahun 2001.
3. UU No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
4. UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
5. Permenkes RI No.472/Menkes/Peraturan/V/1996 tentang Penggunaan Bahan
Berbahaya bagi Kesehatan.
5

BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Pemulasaan Jenazah terdiri dari:
 Prinsip Pemulasaran Jenazah .
 Pencegahan penularan penyakit
 Batasan operasional
a. Pelayanan
Jenis Pelayanan kamar jenazah
Pelayanan jasa (services) yang terkait dengan kamar jenazah di Rumah sakit
Bhayangkara MAMUJU dikelompokkan menjadi 6 kategori yaitu :
a. Pelayanan jenazah purna pasien atau “mayat dari dalam Rumah Sakit Bhayangkara
MAMUJU Cakupan pelayanan ini adalah berasal dari bagian akhir pelayanan
kesehatan yang dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara MAMUJU , setelah pasien
dinyatakan meninggal, sebelum jenazahnya diserahkan ke pihak keluarga maupun
yang berkepentingan.
b. Pelayanan kedokteran forensik terhadap korban mati atau “mayat dari luar
Rumah Sakit Bhayangkara MAMUJU ” (mayat dengan visum) Rumah sakit pemerintah
sering merupakan sarana bagi dibawanya jenazah atau mayat tidak dikenal atau
memerlukan pemeriksaan identitas dari luar kota maupun dalam kota
setempat yang memerlukan pemeriksaan forensik. Pemeriksaan forensik Rumah Sakit
Bhayangkara MAMUJU yakni visum luar (pemeriksaan luar) dan visum dalam
(pemeriksaan otopsi), dengan atau tanpa diikuti pemeriksaan penunjang
seperti patologi anatomik, radiologik, toksikologi/ farmakologik, analisa mikrobiologik,
dll.Bila pemeriksaan penunjang di Rumah Sakit Bhayangkara MAMUJU tidak dapat
dilakukan maka sampel dikirim oleh pihak kepolisian ke Laboratorium Forensik
Polda Jatim. Pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam (otopsi forensik)
dilakukan diruang otopsi/ruang perawatan jenazah oleh dokter Forensik yang terlatih
c. Pelayanan korban bencana atau peristiwa dengan korban mati massal. Rumah
Sakit Bhayangkara MAMUJU merupakan rumah sakit kepolisian yang dapat
menangani jenazah untuk korban bencanapun selalu siap dilaksanakan
d. Pelayanan perawatan jenazah Perawatan jenazah di Rumah Sakit Bhayangkara
MAMUJUmeliputi:
6

1) Memandikan/mensucikan jenazah baik kasus menular maupun tidak


menular sesuai dengan kepercayaan yang dianu
2) Memandikan jenazah dilakukan oleh petugas kamar jenazah sesuai
dengan jenis kelaminnya.
3) Jenazah yang dimandikan di rumah sakit sesuai dengan persetujuan
keluarga dan mengisi form inform consent persetujuan
4) Untuk jenazah dengan kasus menular dilakukan edukasi kepada keluarga
untuk dilakukan perawatan dan memandikan jenazah di rumah sakit dengan
mengisi form inform consent persetujuan. Bila keluarga tidak menghendaki
untuk dilakukan perawatan dan dimandikan di rumah sakit maka keluarga
diberikan edukasi cara memandikan jenazah sesuai dengan standard dan
keluarga mengisi form penolakan tindakan.
e. . Lemari Es untuk penyimpanan jenazah
Di Rumah sakit Bhayangkara MAMUJU memiliki satu Refrigerator (Lemari es untuk
menyimpan jenazah). Penyimpanan jenazah pada Refrigerator (Lemari es)
dilakukan pada: Jenazah yang belum diketahui identitasnya (Mr.X) atau belum ada
keluarganya
f. Pelayanan pengawetan jenazah(Embalming)
Rumah Sakit Bhayangkara MAMUJU melakukan pengawetan jenazah(embalming)
dengan aman dan benar yang dilakukan untuk kepentingan tertentu sebelum
dimakamkan agar tidak menimbulkan bau / membusuk. Pengawetan jenazah atau
embalming dilakukan dengan menggunakan cairan formalin …% dengan
perbandingan 1: 2
g. Pengiriman jenazah
1) Pelayanan pengiriman jenazah di Rumah Sakit Bhayangkara MAMUJU
menggunakan ambulance jenazah (mobil khusus jenazah) yang dilengkapi
dengan peralatan APD lengkap, Spilkit, Apar, Handrub dan cairan desinfektan
untuk pembersihan.
2) Apabila jenazah dikirim melalui pesawat harus dilakukan pengawetan dan
jenazah dimasukkan kedalam peti jenazah dengan disertai surat pengawetan
jenazah dan surat kematian.
7

b. Pencegahan Penularan Penyakit


Kamar jenazah Rumah Sakit Bhayangkara MAMUJU memberikan pelayanan pada
jenazah dengan kasus menular maupun tidak menular. Jenazah yang meninggal
karena penyakit menular misalnya HIV/AIDS, Hepatitis B, MRSA, ESBL, VRE dll maka
dalam perawatan jenazah perlu diterapkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Jangan sampai petugas, keluarga yang merawat dan orang- orang
disekitarnya menjadi tertular.
b. Segala sesuatu yang keluar dari tubuh jenazah (kencing, darah, kotoran
dll) mengandung kuman sehingga menjadi sumber penularan.
c. Penerapan universal precaution dengan menggunakan APD sesuai kebutuhan
di saat merawat jenazah Antara lain:
1) Tutup kepala
2) Googles / kaca mata
3) Masker
4) Sarung tangan
5) Apron /Gaun pelindung
6) Sepatu boot
d. Peralatan yang dipakai merawat jenazah selain single use diperlakukan khusus
dengan cara dekontaminasi (direndam) dengan cairan desinfektan /klorin 0,5%
selama 10 menit.
Pada kasus kematian tidak wajar dengan korban yang diduga mengidap
penyakit menular maka pelaksanaan outopsi tetap mengacu prinsip-prinsip
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi. Tetapi apabila dapat dikoordinasikan
dengan penyidik untuk tidak dilakukan otopsi, cukup pemeriksaan luar.
c. Penegakan Hukum
Sesuai dengan peratuan/perundang-undangan yang berlaku yaitu undang-
undang nomor 8 tahun 1981 (KUHP), setiap dokter baik dokter umum, dokter ahli
Kedokteran Kehakiman (Dokter Spesialis Forensik), maupun dokter spesialis klinik
lain wajib memberi bantuan kepada pihak yang berwajib untuk kepentingan
peradilan, bila diminta oleh petugas kepolisian/pihak penyidik yang berwenang.
Pada pelaksanaan pelayanan pemeriksaan medis secara kedokteran forensik
sekalipun dapat dimintakan kepada setiap dokter, baik dokter umum, dokter spesialis
klinik maupun dokter spesialis forensik, namun untuk memperoleh hasil yang optimal
baik ditinjau dari segi kepentingan pelayanan kesehatan sebaiknya pemeriksaan
8

dilakukan oleh dokter spesialis forensik. Di Rumah Sakit Bhayangkara MAMUJU saat
ini belum memiliki dokter spesialis forensik, namun pelaksanaan pelayanan
pemeriksaanmedis kepada jenazah dilakukan oleh dokter Forensik yang kompeten.
d. Prinsip Pelayanan Jenazah
Perawatan jenazah terutama pada penderita dengan penyakit menular
dilaksanakan dengan selalu menerapkan kewaspadaan universal tanpa
mengabaikan tradisi budaya dan agama yang dianut keluarganya. Setiap petugas
kesehatan terutama perawat harus dapat menasehati keluarga jenazah dan
mengambil tindakan yang sesuai agar penanganan jenazah tidak menambah risiko
penularan penyakit seperti halnya hepatitis-B, AIDS, kolera, MDRO dsb. Tradisi yang
berkaitan dengan perlakuan terhadap jenazah tersebut dapat diizinkan dengan
memperhatikan hal yang telah disebut di atas, seperti misalnya mencium jenazah
sebagai bagian dari upacara penguburan. Perlu diingat bahwa virus HIV
hanya dapat hidup dan berkembang dalam tubuh manusia hidup, maka
beberapa waktu setelah penderita infeksi-HIV meninggal, virus pun akan mati.
Jenazah secara etis diperlakukan penghormatan sebagaimana manusia,
karena ia adalah manusia. Martabat kemanusiaan ini secara khusus adalah
perawatan kebersihan sebagaimana kepercayaan/adatnya, perlakuan sopan dan
tidak merusak badan wadagnya tanpa indikasi atau kepentingan kemanusiaannya.
Oleh karenanya kamar jenazah harus bersih dan bebas dari kontaminasi khususnya
hal yang membahayakan petugas atau penyulit analisa kemurnian identifikasi
(termasuk kontaminasi DNA dalam kasus forensik mati). Demikian pula aman bagi
petugas yang bekerja, termasuk terhadap resiko penularan jenazah terinfeksi karena
penyakit mematikan.
e. Ciri Khusus Pelayanan Jenazah
Situasi khusus peristiwa kematian seorang dan sikap sosial budaya keluarga
orang tersebut menghadapi kematian akan mewarnai sarana dan prasarana
pelayanan. Rasa duka mendalam, kesedihan atau haru luar biasa yang dapat
menjurus pada keputusasaan keluarga/kenalan, kesibukan atau bahkan kebingungan
untuk segera mengubur jenazah (bagi orang islam disunahkan sebelum 24 jam), rasa
ingin tahu masyarakat pada kasus kematian khusus, atau bahkan suasana
ketidak menentuan pada korban mati masal atau mereka yang mencari
keluarga/kenalan yang hilang. Hal-hal tersebut memunculkan suasana yang
seringkali emosional, dengan ekses kemarahan yang dapat membahayakan
9

keselamatan dokter dan atau kamar jenazah terkait, termasuk perusakan sarana dan
prasarananya. Dikaitkan dengan kasus forensik yang memerlukan pengamanan
jenazah sebagai barang bukti, hal-hal yang berkaitan dengan chain of custody
(keterikatan pengaturan penahanan barang bukti) memerlukan sarana dan prasarana
khusus.
Dengan perkembangan dunia yang anomik {kematian akibat risk society,
buah dari “juggernaut syndrome” (kepanikan akan bahaya musibah besar)
sebagaimana ditunjukkan oleh terror bom} yang makin banyak menyebabkan
kematian tidak wajar (pembunuhan, kecelakaan, bunuh diri), kamar jenazah menjadi
“outlet” dengan pelayanan penuh 24 jam dalam sehari.
Dengan adanya pelayanan tersebut maka, kamar jenazah harus
memiliki sarana dan prasarana yang mendukung kenyamanan, keselamatan bagi
petugas maupun keluarga ataupun masyarakat antara lain AC, ventilasi ruangan
yang baik, air yang mengalir lancar, cahaya terang siang atau lampu terang di malam
hari, fasilitas pembuangan air limbah yang baik (saluran IPAL), limbah infeksius
ke tempat sampah kuning kemudian ke incenerator
10

BAB III
STANDAR KETENAGAAN
Kualifikasi Sumber Daya Manusia.Tenaga Kesehatan yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan formal di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan
upaya kesehatan.Sumber Daya Manusia Unit kamar jenazah :
a. Dokter Spesialis Forensik
b. Dokter Umum
c. Dokter Gigi khususnya Forensik Gigi
d. Teknisi Forensik
e. Teknisi Laboratorium Forensik
f. Tenaga Administrasi
g. Tenaga Pemulasaran Jenazah
h. Sopir Kereta Jenazah
i. Pekarya.
11

BAB IV
STANDAR FASILITAS
A. SaranaFisik
12
Sarana yang harus disediakan pada KamarJenazah terdiri dari :
1. Divisi Autopsi 2 (dua) ruangan autopsi yaitu :
a. Ruang Jenazah yang belum membusuk :
Ruangan otopsi :
Kamar pendingin

Dapat menampung sebanyak 3 jenazah yang belum membusuk.


b. Ruang jenazah yang sudah membusuk :
Ruang otopsi :
Kamar Pendingin :

2. Divisi Toksikologi
Hanya melakukan pemeriksaan Narkoba (kualitatif)
Kalau ada pemeriksaan toksikologi lain dikirim ke Laboratorium Forensik.

dilengkapi dengan :
a. Ruang Satuan Pengamanan (Satpam)
b. Kamar pegawai penerima jenazah
Untuk rnenerima jenazah-jenazah baik dari dalam RS maupun dari
luar RS.
c. Ruang persemayaman jenazah
Untuk menyemayamkan jenazah sementara sebelum dibawa
pulang.
d. Ruang tunggu keluarga
Ruang ini untuk keluarga yang menunggu jenazah
keluarganya.
e. Ruang Sekretariat
Untuk mengurusi surat-surat yang keluar masuk
f. Ruang Tata Usaha
Untuk menangani visum et repertum, jasa raharja ( asuransi ) dan
lain-lainnya.
g. Ruang Arsip. ( Untuk menyimpan visum et repertum )
h. Ruang Rapat
i. Ruang Staf
j. Ruang Komputer
k. Ruang Informasi ( media )
l. Ruang Musholla dan penyolatan jenazah
m. Garasi kereta jenazah
13
n. Laundry.
B. Prasarana
1. Bangunan
Kriteria bangunan pada Karnar Jenazah terdiri dari:
a. Area tertutup harus betul-betul tidak dapat diakses oleh orang yang tidak
berkepentingan basement dapatdigunakan untuk akses keluar Rumah
Sakit.
b. Jalur Jenazah : berdinding keramik,berlantai yang tidak berpori, memiliki
sistim pembuangan limbah,sistem sirkulasi udara, sistem pendingin.
14

c. Hubungan antar jalur jenazah dengan petugas:


1) Ruang autopsi berhubungan langsung dengan ruangganti pakaian,
dipisahkan dengan antiseptic footbath
2) Melalui jalur keluar-masuk jenasah, pintu dalam.
d. Hubungan antara area tertutup dengan area terbuka :
1) Jalur masuk-keluar jenazah menggunakan pintu ganda.
2) Jalur petugas melalui :ruang adminitrasi forensik berhubungan
dengan ruang administrasi kamar jenazah.
3) Kamar ganti pakaian dengan koridor (dapatmelalui basement)
dari ruang pendidikan atau dari Rumah Sakit.
4) Ruang autposi minimaiis, dalam arti tidak ada meja periksa
yang fixed, rnempunyai sistim pendingin udaradan sistim aliran yang
baik
5) Tersedia lemari alat, femari barang bukti, air bersih,
6) saIuran pembuangan air limbah, kuikas denganfreezer, meja
periksa organ, timbangan organ,
7) Ruang autopsi infeksius memiliki sistem penghisap udara ke bawah,
Iantainya sebaiknya non porous.
8) Ruang ganti pakaian dilengkapi dengan kamar mandidan toilet,
terpisah laki-laki dan perempuan.
1) Antiseptic footbath
2) Tempat cuci tangan dengan antiseptic
3) Kamar ganti
4) Kamar mandi dan WC.
C. Peralatan Dan Bahan Cuci
Peralatan yang harus disediakan untuk mendukung kegiatan aktifitas
pada Kamar Jenazah adalah :
1. Mobile :
a. Brankar jenazah terbuat dari almunium atau stainless steel,
hanya sedikit memiliki cekungan, memiliki saluran pembuangan
air,dapat merangkap sebagai meja autopsi, mudah dibersihkan
(brankar roda dan brankar angkat).
b. Ambulans Jenazah.
2. Non Mobile : Pada Kondisi normal I sehari — hari.
15

a. Peralatan autopsi
b. Peralatan embalming
c. Peralatan radiologi portable (bila mungkin juga fluoroskopi)
d. Peralatan antropometri
e. Sistim Komunikasi internal (intercom) dan Eksternal (telepon,
fax, email)
f. Komputer: data base, office dan fasilitas Internet
g. Kantong Mayat
h. Sarung tangan panjang karet
i. Apron Plastik
j. Masker
k. Tutup Kepala
l. Formolir
m. Surat Kematian ,Formulir Victim Identifikasi Missing Person,
Formulir Victim Identifikasi Dead body
n. Label jenazah.
D. Pemeliharaan Ringan Peralatan
1. Pembersihan peralatan sebelum dan sesudah pemakaian,dilakukan setiap hari
dengan menggunakan lap basah dicampur dengan bahan kimia dan
dikeringkan dengan lap kering.
2. Pemeriksaan bagian-bagian yang bergerak dilakukan setiap bulan sekali yaitu
pada bearing,engsel pintu atau roda yang berputar dan memberi pelumas.
E. Perawatan jenazah perlu diterapkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Jangan sampai petugas yang rnerawat dan orang-orang sekitarnya
menjadi tertular
2. Segala sesuatu yang keluar dari tubuh jenazah (kencing, darah, kotoran,
dll ) bisa mengandung kuman sehingga menjadi sumber penularan.
3. Penerapan universal precaution :
a. Menggunakan tutup kepala
b. Menggunakan goggles/ kaca mata
c. Menggunakan masker
d. Sarung tangan
e. Skort/celemek/baju lengan panjang kedap air
f. Sepatu laras panjang (boot)
16

4. Alat yang dipakai merawat jenazah diperlakukan khusus dengan


dekontaminasi (direndam) dengan kiorin 0,5 % selama 10 menit Pada
kasus kematian tidak wajar dengan korban yang diduga mengidap
penyakit menular (misal HIV/ AIDS) maka pelaksanaan
pemulasaraan jenazah mengacu prinsip-prinsip universal precaution.
5. Petugas kesehatan harus menjalankan Kewaspadaan Standar ketika
menangani pasien yang meninggal akibat penyakit menular.
6. APD lengkap harus digunakan petugas yang menangani jenazah jika pasien
tersebut meninggal karena penyakit menular.
7. Pindahkan sesegera mungkin ke kamar jenazah setelah meninggal dunia.
8. Jika keluarga pasien ingin melihat jenazah, diijinkan untuk melakukannya
sebelum jenazah dimasukkan ke dalam kantong jenazah dengan
menggunakan APD.
9. Petugas harus memberi penjelasan kepada pihak keluarga tentang
penanganan khusus bagi jenazah yang meninggal dengan penyakit menular.
Sensitivitas agama, adat istiadat dan budaya harus diperhatikan ketika seorang
pasien dengan penyakit menular meninggal dunia.
10. Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka kembali.
11. Jika akan diotopsi harus dilakukan oleh petugas khusus. Dan ada persetujuan
oleh keluarga dan permintaan visum
12. Jenazah hendaknya diantar oleh mobil jenazah khusus.
13. Jenazah sebaiknya tidak lebih dan 4 (empat) jam disemayamkan di
pemulasaraan jenazah.
F. Pemeriksaan Post Mortem
Pemeriksaan post mortem pada seseorang yang menderita atau kemungkinan
menderita penyakit menular harus dilakukan dengan hati-hati, apalagi jika pasien
meninggal dunia selama masa penularan. Jika pasien masih menyebarkan virus
ketika meninggal, paru parunya mungkin masih mengandung virus. OIeh karena itu,
kalau melakukan suatu prosedur pada paru-paru jenazah, APD lengkap harus
digunakan yang meliputi masker N-95, sarung tangan, gaun, pelindung mata dan
sepatu pelindung.
1. Mengurangi risiko timbulnya aerosol selama autopsi
a. Selalu Gunakan APD
b. Gunakan selubung vakum untuk gergaji getar
17

c. Hindari penggunaan semprotan air tekanan tinggi


d. Buka isi perut sambil disiram dengan air.
e. Meminimalisasi risiko dan jenazah yang terinfeksi. Ketika melakukan
pemotongan paru, cegah produksi aerosol dengan:Lakukan prosedur di
bawah air.
f. Hindari pajanan ketika mengeluarkan jaringan paru.
G. Sebagai petunjuk umum, terapkan Kewaspadaan Standar sebagai berikut:
1. Gunakan peralatan sesedikit mungkin ketika melakukan otopsi.
2. Hindari penggunaan pisau bedah dan gunting dengan ujung yang runcing.
3. Jangan memberikan instrumen dan peralatan dengan tangan, selalu
gunakan nampan. Jika memungkinkan, gunakan instrumen dan peralatan
sekali pakai.
4. Upayakan jumlah petugas seminimal mungkin dan dapat menjaga din
masing-masing.
5. Perawatan jenazah / persiapan sebelum pemakaman
6. Petugas kamar jenazah atau tempat pemakaman harus diberi tahu bahwa
kematian pasien adalah akibat penyakit menular agar Kewaspadaan
Standar diterapkan dalam penanganan jenazah.
7. Penyiapan jenazah sebelum dimakamkan seperti pembersihan,
pemandian, perapian rambut, pemotongan kuku, pencukuran, hanya
boleh dilakukan oleh petugas khusus kamar jenazah.
18

BAB V
TATA LAKSANA

A. . PRINSIP PERAWATAN KASUS MENINGGAL


1. Petugas kamar jenazah dalam melaksanakan pelayanan harus menjalankan
Kewaspadaan Standar ketika menangani jenazah.
2. APD lengkap harus digunakan petugas yang menangani jenazah jika pasien
tersebut meninggal dalam masa penularan.
3. Jenasah segera dipindahkan ke kamar jenasah setelah pasien dinyatakan
meninggal dunia oleh dokter.
4. Petugas harus memberi penjelasan kepada pihak keluarga tentang
penanganan khusus bagi jenazah yang meninggal dengan penyakit menular.
Sensitivitas adat istiadat dan budaya harus diperhatikan ketika seorang pasien
meninggal dunia.
5. Konfirmasi dengan pihak keluarga tentang persetujuan perawatan
jenasah dengan mengisi Informed Concent.
6. Jika diperlukan untuk membersihkan jenazah dengan kasus menular,
emerging new emerging diseases, seperti SARS, Swine Flu, H5N1, MDRO dll
maka air pencucinya diberikan desinfektan (Klorin 0,5%)
7. Cara membuat larutan klorin 0,5% dengan perbandingan 1 : 9 (satu liter klorin
dicampur 9 liter air)
8. Jika keluarga pasien ingin melihat jenazah, diijinkan untuk melakukannya
sebelum jenazah dimasukkan ke dalam kantong jenazah dengan menggunakan
APD.
9. Jenazah harus terbungkus seluruhnya dalam kantong jenazah yang tidak
mudah tembus.
10. Jangan ada kebocoran cairan tubuh yang mencemari bagian luar kantong jenazah.
11. Dilakukan pelayanan pembalseman atau penyuntikan untuk pengawetan
jenazah bila keluarga menginginkan dengan mengisi form persetujuan.
Untuk jenasah dengan kasus yang positif penyakit menuar jenazah tidak
boleh dibalsem atau disuntik pengawet.
12. Jika akan diotopsi harus dilakukan oleh petugas khusus, jika diijinkan oleh
keluarga.
13. Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi.
19

14. Jenazah diantar oleh mobil jenazah khusus, apabila keluarga menolak harus
mengisi dan menandatangani formulir penolakan.
15. Jenazah sebaiknya tidak lebih dari 4 jam disemayamkan di pemulasaran
jenazah.
16. Penggolongan sampah di kamar jenazah disesuaikan dengan jenisnya
berdasarkan atau mengacu pada panduan pengelolaan limbah.

B. PERAWATAN JENAZAH DI KAMAR JENAZAH


1. Persiapan Alat
a. Alat pelindung untuk semua petugas
b. Sarung tangan karet panjang sampai siku
c. Sepatu boot sampai lutut
d. Masker penutup mulut dan hidung
e. Kacamata/ google
f. Apron
g. Tempat mandi jenazah
h. Handuk
i. Plester kedap air
j. Kapas
k. Tempat barang berhaga
l. Kereta jenazah dewasa dan jenazah bayi
m. Label pengenal/identitas jenazah (dilepas saat serah terima dengan
keluarga)
2. Langkah-langkah
a. Petugas melakukan hand hygiene
b. Petugas memakai APD (masker, penutup kepala, google/kaca
mata, sarung tangan panjang, apron dan sepatu boot)
c. Petugas melakukan identifikasi pasien dengan cara melihat gelang pasien.
d. Petugas memandikan jenazah di kamar jenazah
e. Memandikan harus dilakukan oleh petugas yang telah memahami
cara membersihkan/ memandikan jenazah dengan memperhatikan prinsip
kewaspadaan standar.
f. Petugas harus segera melakukan tatalaksana pasca pajanan apabila
terpajan (darah, cairan tubuh, benda tajam dll) sesuai SPO.
20

g. Setelah selesai dimandikan petugas mengeringkan jenazah dengan


handuk (handuk setelah dipakai dibuang).
h. Petugas mengganti tutup kelopak mata, juga telinga dan mulut dengan
kapas dan kasa disesuaikan dengan adat istiadat.
i. Petugas meletakkan jenazah dalam posisi terlentang dengan tangan di sisi
atau terlipat di dada sesuai dengan adat istiadat.
j. Petugas membungkus jenazah dengan kafan atau kain pembungkus
lain sesuai dengan kepercayaan agamanya.
k. Bila ada jenasah dengan penyakit menular atau yang ada perembesan
darah atau cairan tubuh pada salah satu bagiannya maka dibungkus dengan
kantong jenasah yang kedap air atau tidak tembus.
l. Pasang label pengenal/identitas (untuk pasien dari luar atau yang langsung
ke kamar jenazah).
m. Semua sampah dan bahan terkontaminasi lainnya hasil perawatan jenasah
ditempatkan dalam kantong plastik warna kuning. Pembuangan sampah
dan bahan terkontaminasi dilakukan sesuai dengan pencegahan infeksi.
Setiap percikan atau tumpahan darah di permukaan segera dibersihkan
dengan spilkit.
n. Peralatan yang telah digunakan ( instrumen) dilakukan pengelolaan sesuai
dengan prinsip PPI
o. Petugas melepas APD

C. PEMBERSIHAN KAMAR JENAZAH


1. Petugas kebersihan melakukan pembersihan mulai dari area kantor,
selasar dan area jenazah.
2. Peralatan yang digunakan untuk pembersihan harus dibedakan antara area
dalam (area jenazah) dan luar (kantor dan selasar).
3. Petugas kebersihan melakukan kebersihan tangan.
4. Petugas kebersihan memakai APD (masker, apron, sarung tangan, sepatu boot
dan google).
5. Petugas kebersihan membersihkan pintu, jendela dan mebelair
dengan desinfektan (surfasave).
6. Petugas kebersihan membersihkan lantai dari kotoran kasar dengan mop
(jangan sampai debu berterbangan).
21

7. Petugas kebersihan memulai mengepel dari area bersih (kantor dan selasar)
ke area kotor (area jenazah) dengan menggunakan desinfektan (surfanios).
8. Petugas kebersihan membereskan alat-alat.
9. Petugas kebersihan melepas APD.
10. Petugas kebersihan melakukan cuci tangan.

D. PEMBERSIHAN MEJA JENAZAH


1. Petugas kebersihan melakukan kebersihan tangan
2. Petugas kebersihan memakai APD (masker, apron, sarung tangan rumah tangga,
sepatu boot dan google).
3. Petugas kebersihan membersihkan keranda jenazah dengan menggunakan
desinfektan (surfasave).
4. Bila terkena percikan darah atau cairan tubuh lain maka dibersihkan dengan spilkit.
5. Petugas kebersihan membereskan alat-alat
6. Petugas kebersihan melepas APD
7. Petugas kebersihan melakukan cuci tangan.

E. PEMBERSIHAN ALMARI PENYIMPAN JENAZAH


1. Petugas kebersihan melakukan kebersihan tangan.
2. Petugas kebersihan memakai APD (masker, apron, sarung tangan rumah
tangga, sepatu boot dan google).
3. Petugas kebersihan membersihkan almari penyimpanan jenazah
bagian luar dengan larutan desinfektan (surfasave).
4. Petugas kebersihan mengeluarkan meja sorong pada almari
penyimpanan jenazah.
5. Petugas kebersihan membersihkan meja sorong di almari jenazah dengan
larutan desinfektan (surfasave).
6. Petugas kebersihan memasukkan kembali meja sorong yang telah dibersihkan.
7. Petugas kebersihan membereskan alat-alat
8. Petugas kebersihan melepas APD
9. Petugas kebersihan melakukan cuci tangan
22

F. PENGAWETAN JENAZAH DI KAMAR JENAZAH


1. Persiapan Alat
a. Sarung tangan karet panjang sampai siku
b. Masker penutup hidung dan mulut
c. Tutup kepala
d. Baju kerja dan apron e. Sepatu boot
e. Jarum panjang dan benang
f. Kapas secukupnya
g. Pincet sirurgis
h. Pincet anatomis
i. Gunting
j. Selang kecil
k. Tabung pompa yang berisi formalin 0,5 % dan air dengan perbandingan
1:9 artinya satu bagian formalin dengan tiga bagian air
l. Meja jenazah
2. Langkah-langkah
a. Petugas melakukan hand hygiene
b. Petugas memakai APD (masker, penutup,
kepala,google/kacamata, sarung tangan panjang, apron dan sepatu boot)
c. Petugas meletakkan jenazah di meja jenazah
d. Petugas melakukan venaseksi pada vena femoralis pada jenazah dan
kemudian diangkat dengan pincet sirurgis.
e. Petugas membersihkan lemak yang ada disekitarnya dengan pincet anatomis
sampai bersih.
f. Petugas menggunting sedikit dan memasukkan selang kecil ke dalam vena
kurang lebih 10 cmKemudian petugas mengikat dengan tali pada kedua
ujung vena tersebut.
g. Petugas membuka tutup kran tabung yang berisi formalin tersebut dan
masukkan secara perlahan-lahan sampai benar- benar dianggap cukup.
h. Petugas membersihkan irisan luka dengan kapas dan memasukkan
kapas secukupnya.
i. Petugas menjahit luka kembali.
j. Petugas membuang sampah dan bahan terkontaminasi lainnya pada
plastik warna kuning (infeksius).
23

k. Setiap percikan atau tumpahan darah dan cairan tubuh lainnya di


permukaan segera dibersihkan dengan spilkit.
l. Peralatan yang telah digunakan (instrumen) dilakukan pengelolaan
sesuai prinsip PPI. Petugas membereskan alat-alat yang telah dipakai.
m.Petugas melepas APD.
n. Petugas melakukan hand hygiene dengan hand wash
24

BAB VI
DOKUMENTASI
1. Formulir Edukasi
Berisi tentang kegiatan edukasi kepada keluarga terkait penyakit, prosedur dan lain-
lain.
2. Catatan data jenazah
Semua nama dan data tentang jenazah serta segala tindakan yang dilakukan
terhadap jenazah (perawatan jenazah yang dilakukan) terdokumentasi.
3. Formulir Penolakan
Jika ada keluarga jenazah yang menolak dilakukan tata laksana jenazah (dengan
penyakit menular) baik memandikan,menggunakan jasa ambulan untuk mengantar
jenazah pulang dll, maka keluarga mengisi dan menandatangani formulir
penolakan.
4. Formulir Serah Terima Jenazah
Sebagai tanda bukti penyerahan jenazah kepada keluarganya.
5. Cek list pembersihan kamar jenazah
Ada chek list jadwal tanggal, jam, peralatan dan tanda tangan petugas yang
membersihkan
6. Selama pelaksanaan kegiatan, dilakukan pengecekan kepatuhan petugas
dalam hal memakai Alat Pelindung diri dilakukan saat audit dan dilakuakan
pencatatan dan pelaporan
25

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Upaya kesehatan kerja menurut UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan khususnya
pasal 23 tentang kesehatan kerja,menyatakan bahwa kesehatan kerja harus
diselenggarakan disemua tempat kerja,khususnya tempat kerja yang berisiko bahaya
kesehatan,mudah terjangkit penyakit.Pekerja yang berada di sarana kesehatan sangat
berfariasi baik jenis maupun jumlahnya,sesuai fungsi sarana kesehatan tersebut,semua
pekerja dirumah sakit dalam melaksanakan tugasnya selalu berhubungan dengan bahaya
potensial yang tidak ditanggulangi dengan baik dan benar dapat menimbulkan dampak
negative terhadap keselamatan dan kesehatan,yang pada akhirnya akan menurunkan
produktivitas kerja.Pada hakekatnya kesehatan kerja merupakan penyerasian antara
kapasitas kerja,beban kerja dan lingkungan kerja,bila bahaya dilingkungan kerja tidak
diantisipasi dengan baik akan menjadi beban tambahan bagi pekerjanya.
Prinsipdasarusahakesehatankerja
Keselamatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan
dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara/metode kerja dan kondisi
yang bertujuan untuk :
1. Mencegah tibulnya gangguan kesehatan petugas yang diakibatkan keadaan/kondisi
lingkungan kerja.
2. Memberikan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya yang disebabkan oleh
factor yang membahayakan kesehatan.
26

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Guna melihat keberhasilan kegiatan di Rumah Sakit Bhayangkara MAMUJU, PPI


perlu mengadakan pemantauan kegiatan pengelolaan kamar jenazah dan evaluasi
hapemeriksaan sarana dan peralatan yang berkaitan dengan pengelolaan kamar jenazah .
Dari pemantauan dan evaluasi harus dilihat pelaksanaanya sesuai dengan SOP.
27

BAB IX
PENUTUP

Dengan adanya Panduan pemulasaan Jenazah diharapkan dapat menjadi acuan


untuk melakukan perbaikan dalam rangka peningkatan mutu dan mengurangi resiko
kejadian infeksi dalam Pelayanan di Rumah Sakit Bhayangkara MAMUJU dan semua
pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di dalam
fasilitas pelayanan kesehatan,terutama dalam mewujudkan keselamatan pasien di fasilitas
pelayanan kesehatan serta melindungi para petugas dan pengunjung fasilitas pelayanan
kesehatan dari kemungkinan terpapar dengan HAIs, sehingga penerapan PPI ini
berdampak pada peningkatan kualitas yang bermutu, efektif dan efisien serta tercapainya
kendali mutu dan kendali biaya dalam pelayanan kesehatan.
Penerapan PPI di fasilitas pelayanan kesehatan akan terlaksana dengan optimal
bila di dukung oleh komitmen para pengambil kebijakan dan seluruh petugas
kesehatan yang terlibat dalam pelayanan kesehatan. Disamping itu petugas di Dinas
Kesehatan diharapkan mampu memahami program PPI ini agar dapat melakukan
pengawasan dan pemantauan kualitas pelayanan kesehatan pada fasyankes di
wilayahnya.

Ditetapkan di : MAMUJU,
Ditetapkan oleh,
KARUMKIT BHAYANGKARA TK.IV POLDA SULBAR

dr. SYAHRUL GANI, Sp.Rad, M.kes


AKBP NRP 74060758
28

Anda mungkin juga menyukai