tentang
MEMUTUSKAN
Pasal 1
Pasal 2
Pemulasaraan jenazah dalam Pasal 1 merupakan acuan bagi seluruh unit kerja di
Lingkungan Rumah Sakit Bhayangkara MAMUJU dalam menyelenggarakan pelayanan
pencegahan Dan Pengendalian Infeksi
Pasal 3
Ketentuan yang belum tercantum dalam lampiran Peraturan ini dapat mengacu pada
Panduan Pemulasaraan jenazah
Pasal 4
Ditetapkan di MAMUJU
pada tanggal 2022
KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
MAMUJU
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit sebagai salah satu dari sarana kesehatan dituntut untuk dapat
memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang berlaku. Layanan
yang bermutu merupakan layanan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa
pelayanan. Untuk itu harus dilakukan penyelengaraan layanan kesehatan sebaik-
baiknya diantaranya terbebas dari infeksi dan cedera
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit adalah melalui
pelayanan penunjang medic,antara lain dengan Penanganan jenazah kamar
jenazah merupakan bagian final keluarnya pasien yang telah benarbenar
tanpa nyawa / ruh lagi.
Dalam ini istilah jenazah (badan orang yang baru meninggal)
mencakup "mayat" (konotasi bias baru meninggal atau sudah lama mati).
Satu diantara kontributor terbesar mayat di rumah sakit adalah yang
berasal dari luar rumah sakit yang dikenal sebagai kasus mati forensik.
Standar ini disusun untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang dihadapi
saat ini dan merupakan acuan kamar jenazah bagi rumah sakit yang
seharusnya dikaitkan dengan pelayanan pencegahan dan pengendalian
infeksi.
Pelayanan di Instalasi Pemulasaraan Jenazah adalah pelayanan atau
penanganan yang dilakukan pada jenazah atau korban meninggal sehari - hari
maupun pasca bencana. Penyimpanan jenazah harus dilakukan sebaik-baiknya
sebelum dimakamkan sebagai penghormatan pada jenasah. Instalasi Pemulasaraan
jenazah dapat diakses langsung oleh masyarakat.
Instalasi Pemulasaraan jenazah suatu rumah sakit, bukanlah satu- satunya
“pintu keluar” pasien, karena masih banyak “pintu kesembuhan”, Walaupun diakui
bahwa kamar jenazah merupakan bagian final keluarnya pasien yang telah benar-
benar tanpa nyawa/ruh lagi.
4
B. TUJUAN
1. TujuanUmum :
a. Untuk memberikan pelayanan yang lebih baik pada korban mati
sehari-hari & pasca bencana.
b. Untuk meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus :
a. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan pemulasaraan jenazah di
rumah sakit.
b. Sebagai pedoman kerja untuk tersedianya standar di rumah sakit yang
dapat dipakai di rumah sakit untuk memberikan mutu pelayanan
yang baik bagi korban mati dan keluarganya
c. Sebagai panduan dalam meminimalisasi kemungkinan terjadinya infeksi silang
C. LANDASAN HUKUM.
1. UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. Pedoman pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit tahun 2001.
3. UU No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
4. UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
5. Permenkes RI No.472/Menkes/Peraturan/V/1996 tentang Penggunaan Bahan
Berbahaya bagi Kesehatan.
5
BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Pemulasaan Jenazah terdiri dari:
Prinsip Pemulasaran Jenazah .
Pencegahan penularan penyakit
Batasan operasional
a. Pelayanan
Jenis Pelayanan kamar jenazah
Pelayanan jasa (services) yang terkait dengan kamar jenazah di Rumah sakit
Bhayangkara MAMUJU dikelompokkan menjadi 6 kategori yaitu :
a. Pelayanan jenazah purna pasien atau “mayat dari dalam Rumah Sakit Bhayangkara
MAMUJU Cakupan pelayanan ini adalah berasal dari bagian akhir pelayanan
kesehatan yang dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara MAMUJU , setelah pasien
dinyatakan meninggal, sebelum jenazahnya diserahkan ke pihak keluarga maupun
yang berkepentingan.
b. Pelayanan kedokteran forensik terhadap korban mati atau “mayat dari luar
Rumah Sakit Bhayangkara MAMUJU ” (mayat dengan visum) Rumah sakit pemerintah
sering merupakan sarana bagi dibawanya jenazah atau mayat tidak dikenal atau
memerlukan pemeriksaan identitas dari luar kota maupun dalam kota
setempat yang memerlukan pemeriksaan forensik. Pemeriksaan forensik Rumah Sakit
Bhayangkara MAMUJU yakni visum luar (pemeriksaan luar) dan visum dalam
(pemeriksaan otopsi), dengan atau tanpa diikuti pemeriksaan penunjang
seperti patologi anatomik, radiologik, toksikologi/ farmakologik, analisa mikrobiologik,
dll.Bila pemeriksaan penunjang di Rumah Sakit Bhayangkara MAMUJU tidak dapat
dilakukan maka sampel dikirim oleh pihak kepolisian ke Laboratorium Forensik
Polda Jatim. Pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam (otopsi forensik)
dilakukan diruang otopsi/ruang perawatan jenazah oleh dokter Forensik yang terlatih
c. Pelayanan korban bencana atau peristiwa dengan korban mati massal. Rumah
Sakit Bhayangkara MAMUJU merupakan rumah sakit kepolisian yang dapat
menangani jenazah untuk korban bencanapun selalu siap dilaksanakan
d. Pelayanan perawatan jenazah Perawatan jenazah di Rumah Sakit Bhayangkara
MAMUJUmeliputi:
6
dilakukan oleh dokter spesialis forensik. Di Rumah Sakit Bhayangkara MAMUJU saat
ini belum memiliki dokter spesialis forensik, namun pelaksanaan pelayanan
pemeriksaanmedis kepada jenazah dilakukan oleh dokter Forensik yang kompeten.
d. Prinsip Pelayanan Jenazah
Perawatan jenazah terutama pada penderita dengan penyakit menular
dilaksanakan dengan selalu menerapkan kewaspadaan universal tanpa
mengabaikan tradisi budaya dan agama yang dianut keluarganya. Setiap petugas
kesehatan terutama perawat harus dapat menasehati keluarga jenazah dan
mengambil tindakan yang sesuai agar penanganan jenazah tidak menambah risiko
penularan penyakit seperti halnya hepatitis-B, AIDS, kolera, MDRO dsb. Tradisi yang
berkaitan dengan perlakuan terhadap jenazah tersebut dapat diizinkan dengan
memperhatikan hal yang telah disebut di atas, seperti misalnya mencium jenazah
sebagai bagian dari upacara penguburan. Perlu diingat bahwa virus HIV
hanya dapat hidup dan berkembang dalam tubuh manusia hidup, maka
beberapa waktu setelah penderita infeksi-HIV meninggal, virus pun akan mati.
Jenazah secara etis diperlakukan penghormatan sebagaimana manusia,
karena ia adalah manusia. Martabat kemanusiaan ini secara khusus adalah
perawatan kebersihan sebagaimana kepercayaan/adatnya, perlakuan sopan dan
tidak merusak badan wadagnya tanpa indikasi atau kepentingan kemanusiaannya.
Oleh karenanya kamar jenazah harus bersih dan bebas dari kontaminasi khususnya
hal yang membahayakan petugas atau penyulit analisa kemurnian identifikasi
(termasuk kontaminasi DNA dalam kasus forensik mati). Demikian pula aman bagi
petugas yang bekerja, termasuk terhadap resiko penularan jenazah terinfeksi karena
penyakit mematikan.
e. Ciri Khusus Pelayanan Jenazah
Situasi khusus peristiwa kematian seorang dan sikap sosial budaya keluarga
orang tersebut menghadapi kematian akan mewarnai sarana dan prasarana
pelayanan. Rasa duka mendalam, kesedihan atau haru luar biasa yang dapat
menjurus pada keputusasaan keluarga/kenalan, kesibukan atau bahkan kebingungan
untuk segera mengubur jenazah (bagi orang islam disunahkan sebelum 24 jam), rasa
ingin tahu masyarakat pada kasus kematian khusus, atau bahkan suasana
ketidak menentuan pada korban mati masal atau mereka yang mencari
keluarga/kenalan yang hilang. Hal-hal tersebut memunculkan suasana yang
seringkali emosional, dengan ekses kemarahan yang dapat membahayakan
9
keselamatan dokter dan atau kamar jenazah terkait, termasuk perusakan sarana dan
prasarananya. Dikaitkan dengan kasus forensik yang memerlukan pengamanan
jenazah sebagai barang bukti, hal-hal yang berkaitan dengan chain of custody
(keterikatan pengaturan penahanan barang bukti) memerlukan sarana dan prasarana
khusus.
Dengan perkembangan dunia yang anomik {kematian akibat risk society,
buah dari “juggernaut syndrome” (kepanikan akan bahaya musibah besar)
sebagaimana ditunjukkan oleh terror bom} yang makin banyak menyebabkan
kematian tidak wajar (pembunuhan, kecelakaan, bunuh diri), kamar jenazah menjadi
“outlet” dengan pelayanan penuh 24 jam dalam sehari.
Dengan adanya pelayanan tersebut maka, kamar jenazah harus
memiliki sarana dan prasarana yang mendukung kenyamanan, keselamatan bagi
petugas maupun keluarga ataupun masyarakat antara lain AC, ventilasi ruangan
yang baik, air yang mengalir lancar, cahaya terang siang atau lampu terang di malam
hari, fasilitas pembuangan air limbah yang baik (saluran IPAL), limbah infeksius
ke tempat sampah kuning kemudian ke incenerator
10
BAB III
STANDAR KETENAGAAN
Kualifikasi Sumber Daya Manusia.Tenaga Kesehatan yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan formal di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan
upaya kesehatan.Sumber Daya Manusia Unit kamar jenazah :
a. Dokter Spesialis Forensik
b. Dokter Umum
c. Dokter Gigi khususnya Forensik Gigi
d. Teknisi Forensik
e. Teknisi Laboratorium Forensik
f. Tenaga Administrasi
g. Tenaga Pemulasaran Jenazah
h. Sopir Kereta Jenazah
i. Pekarya.
11
BAB IV
STANDAR FASILITAS
A. SaranaFisik
12
Sarana yang harus disediakan pada KamarJenazah terdiri dari :
1. Divisi Autopsi 2 (dua) ruangan autopsi yaitu :
a. Ruang Jenazah yang belum membusuk :
Ruangan otopsi :
Kamar pendingin
2. Divisi Toksikologi
Hanya melakukan pemeriksaan Narkoba (kualitatif)
Kalau ada pemeriksaan toksikologi lain dikirim ke Laboratorium Forensik.
dilengkapi dengan :
a. Ruang Satuan Pengamanan (Satpam)
b. Kamar pegawai penerima jenazah
Untuk rnenerima jenazah-jenazah baik dari dalam RS maupun dari
luar RS.
c. Ruang persemayaman jenazah
Untuk menyemayamkan jenazah sementara sebelum dibawa
pulang.
d. Ruang tunggu keluarga
Ruang ini untuk keluarga yang menunggu jenazah
keluarganya.
e. Ruang Sekretariat
Untuk mengurusi surat-surat yang keluar masuk
f. Ruang Tata Usaha
Untuk menangani visum et repertum, jasa raharja ( asuransi ) dan
lain-lainnya.
g. Ruang Arsip. ( Untuk menyimpan visum et repertum )
h. Ruang Rapat
i. Ruang Staf
j. Ruang Komputer
k. Ruang Informasi ( media )
l. Ruang Musholla dan penyolatan jenazah
m. Garasi kereta jenazah
13
n. Laundry.
B. Prasarana
1. Bangunan
Kriteria bangunan pada Karnar Jenazah terdiri dari:
a. Area tertutup harus betul-betul tidak dapat diakses oleh orang yang tidak
berkepentingan basement dapatdigunakan untuk akses keluar Rumah
Sakit.
b. Jalur Jenazah : berdinding keramik,berlantai yang tidak berpori, memiliki
sistim pembuangan limbah,sistem sirkulasi udara, sistem pendingin.
14
a. Peralatan autopsi
b. Peralatan embalming
c. Peralatan radiologi portable (bila mungkin juga fluoroskopi)
d. Peralatan antropometri
e. Sistim Komunikasi internal (intercom) dan Eksternal (telepon,
fax, email)
f. Komputer: data base, office dan fasilitas Internet
g. Kantong Mayat
h. Sarung tangan panjang karet
i. Apron Plastik
j. Masker
k. Tutup Kepala
l. Formolir
m. Surat Kematian ,Formulir Victim Identifikasi Missing Person,
Formulir Victim Identifikasi Dead body
n. Label jenazah.
D. Pemeliharaan Ringan Peralatan
1. Pembersihan peralatan sebelum dan sesudah pemakaian,dilakukan setiap hari
dengan menggunakan lap basah dicampur dengan bahan kimia dan
dikeringkan dengan lap kering.
2. Pemeriksaan bagian-bagian yang bergerak dilakukan setiap bulan sekali yaitu
pada bearing,engsel pintu atau roda yang berputar dan memberi pelumas.
E. Perawatan jenazah perlu diterapkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Jangan sampai petugas yang rnerawat dan orang-orang sekitarnya
menjadi tertular
2. Segala sesuatu yang keluar dari tubuh jenazah (kencing, darah, kotoran,
dll ) bisa mengandung kuman sehingga menjadi sumber penularan.
3. Penerapan universal precaution :
a. Menggunakan tutup kepala
b. Menggunakan goggles/ kaca mata
c. Menggunakan masker
d. Sarung tangan
e. Skort/celemek/baju lengan panjang kedap air
f. Sepatu laras panjang (boot)
16
BAB V
TATA LAKSANA
14. Jenazah diantar oleh mobil jenazah khusus, apabila keluarga menolak harus
mengisi dan menandatangani formulir penolakan.
15. Jenazah sebaiknya tidak lebih dari 4 jam disemayamkan di pemulasaran
jenazah.
16. Penggolongan sampah di kamar jenazah disesuaikan dengan jenisnya
berdasarkan atau mengacu pada panduan pengelolaan limbah.
7. Petugas kebersihan memulai mengepel dari area bersih (kantor dan selasar)
ke area kotor (area jenazah) dengan menggunakan desinfektan (surfanios).
8. Petugas kebersihan membereskan alat-alat.
9. Petugas kebersihan melepas APD.
10. Petugas kebersihan melakukan cuci tangan.
BAB VI
DOKUMENTASI
1. Formulir Edukasi
Berisi tentang kegiatan edukasi kepada keluarga terkait penyakit, prosedur dan lain-
lain.
2. Catatan data jenazah
Semua nama dan data tentang jenazah serta segala tindakan yang dilakukan
terhadap jenazah (perawatan jenazah yang dilakukan) terdokumentasi.
3. Formulir Penolakan
Jika ada keluarga jenazah yang menolak dilakukan tata laksana jenazah (dengan
penyakit menular) baik memandikan,menggunakan jasa ambulan untuk mengantar
jenazah pulang dll, maka keluarga mengisi dan menandatangani formulir
penolakan.
4. Formulir Serah Terima Jenazah
Sebagai tanda bukti penyerahan jenazah kepada keluarganya.
5. Cek list pembersihan kamar jenazah
Ada chek list jadwal tanggal, jam, peralatan dan tanda tangan petugas yang
membersihkan
6. Selama pelaksanaan kegiatan, dilakukan pengecekan kepatuhan petugas
dalam hal memakai Alat Pelindung diri dilakukan saat audit dan dilakuakan
pencatatan dan pelaporan
25
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Upaya kesehatan kerja menurut UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan khususnya
pasal 23 tentang kesehatan kerja,menyatakan bahwa kesehatan kerja harus
diselenggarakan disemua tempat kerja,khususnya tempat kerja yang berisiko bahaya
kesehatan,mudah terjangkit penyakit.Pekerja yang berada di sarana kesehatan sangat
berfariasi baik jenis maupun jumlahnya,sesuai fungsi sarana kesehatan tersebut,semua
pekerja dirumah sakit dalam melaksanakan tugasnya selalu berhubungan dengan bahaya
potensial yang tidak ditanggulangi dengan baik dan benar dapat menimbulkan dampak
negative terhadap keselamatan dan kesehatan,yang pada akhirnya akan menurunkan
produktivitas kerja.Pada hakekatnya kesehatan kerja merupakan penyerasian antara
kapasitas kerja,beban kerja dan lingkungan kerja,bila bahaya dilingkungan kerja tidak
diantisipasi dengan baik akan menjadi beban tambahan bagi pekerjanya.
Prinsipdasarusahakesehatankerja
Keselamatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan
dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara/metode kerja dan kondisi
yang bertujuan untuk :
1. Mencegah tibulnya gangguan kesehatan petugas yang diakibatkan keadaan/kondisi
lingkungan kerja.
2. Memberikan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya yang disebabkan oleh
factor yang membahayakan kesehatan.
26
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
BAB IX
PENUTUP
Ditetapkan di : MAMUJU,
Ditetapkan oleh,
KARUMKIT BHAYANGKARA TK.IV POLDA SULBAR