Nomor: 23/PER/DIR/RSKB/SINDUADI/X/2022
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA RUMAH
SAKIT (PKBRS)
MEMUTUSKAN;
1. Tujuan umum
Pedoman kerja tim PKBRS ini disusun dengan tujuan agar dapat meningkatkan
mutu pelayanan secara optimal pada pelayanan KB dengan prosedur dan tindakan
yang dapat dipertanggung jawabkan serta memenuhi etika kedokteran
2. Tujuan khusus
a. Sebagai pedoman dalam melaksanakan program pelayanan KB di rumah sakit.
b. Sebagai indikator mutu penerapan standar pelayanan rumah sakit (SPRS) dalam
program pelayanan KB
c. Sebagai salah satu alat ukur kinerja rumah sakit dalam pelayanan KB
BAB II
TIM PKBRS
Pasal 3
1. Direktur Rumah Sakit Khusus Bedah Sinduadi membentuk Tim PKBRS sebagai
wadah khusus dalam pelayanan KB di rumah sakit
2. Pembentukan Tim PKBRS Rumah Sakit Khusus Bedah Sinduadi ditetapkan
melalui Surat Keputusan Direktur.
3. Tim PKBRS Rumah Sakit Khusus Bedah Sinduadi membentuk suatu jejaring
eksternal (Dinas Kesehatan, Unit Pelayanan Kesehatan lain termasuk Puskesmas)
agar pelayanan dapat berjalan dengan optimal.
4. Tim PKBRS Rumah Sakit Khusus Bedah Sinduadi berperan aktif dalam menyusun
pedoman, panduan, dan SPO pelayanan KB.
5. Tim PKBRS melaksanakan proses monitoring dan evaluasi mutu pelaksanaan
pelayanan KB Rumah Sakit.
BAB III
PELAYANAN KB RUMAH SAKIT
Pasal 4
Pasal 5
1. Kegiatan prapelayanan kontrasepsi dilakukan untuk menyiapkan klien dalam
memilih metode kontrasepsi. Kegiatan prapelayanan kontrasepsi meliputi:
a. Pemberian komunikasi, informasi dan edukasi;
b. Pelayanan konseling;
c. Penapisan kelayakan medis; dan
d. Permintaan Persetujuan Tindakan Tenaga Kesehatan
2. Pemberian komunikasi, informasi dan edukasi dilakukan untuk memberikan
pengetahuan kepada masyarakat tentang perencanaan keluarga
3. Pelayanan konseling bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada klien
mengenai pilihan kontrasepsi berdasarkan tujuan reproduksinya.
4. Penapisan kelayakan medis dimaksudkan untuk melakukan kajian tentang kondisi
kesehatan klien yang akan disesuaikan dengan pilihan metode kontrasepsi yang akan
digunakan.
5. Permintaan persetujuan tindakan tenaga kesehatan diberikan secara lisan atau tertulis.
6. Persetujuan secara tertulis meliputi pada tindakan pemasangan atau pencabutan
implan, serta pemberian tindakan. Sedangkan pada bentuk kontrasepsi lain,
persetujuan diberikan secara lisan.
Pasal 6
1. Tindakan pemberian Pelayanan Kontrasepsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (2) huruf b meliputi pemberian pil, suntik, pemasangan atau pencabutan implan,
konseling metode amenorea laktasi (MAL) dan konseling metode sadar masa subur.
2. Tindakan pemberian Pelayanan Kontrasepsi dilakukan pada masa interval, pasca
persalinan atau pasca keguguran.
3. Jenis Pelayanan Kontrasepsi yang termasuk dalam metode kontrasepsi jangka
panjang terdiri dari implan
4. Jenis Pelayanan Kontrasepsi yang termasuk dalam metode kontrasepsi jangka
pendek dalah pil dan suntik.
5. Jenis Pelayanan Kontrasepsi yang termasuk dalam metode kontrasepsi alamiah
adalah metode amenorea lakasi (MAL) dan metode sadar masa subur.
6. Pemberian Pelayanan Kontrasepsi baik jangka pendek maupun jangka panjang
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dan kewanangan
Pasal 7
1. Kegiatan pascapelayanan kontrasepsi dilakukan untuk memantau dan
menangani efek samping penggunaan kontrasepsi, komplikasi penggunaan
kontrasepsi, dan kegagalan kontrasepsi.
2. Efek samping penggunaan kontrasepsi merupakan perubahan sistem, alat, dan fungsi
tubuh yang timbul akibat dari penggunaan alat atau obat kontrasepsi dan tidak
berpengaruh serius terhadap klien.
3. Komplikasi penggunaan kontrasepsi merupakan gangguan kesehatan yang dialami
olehklien sebagai akibat dari pemakaian kontrasepsi
4. Kegagalan kontrasepsi merupakan tindakan terjadinya kehamilan pada klien
saat menggunakan kontrasepsi.
BAB IV
RUJUKAN
Pasal 8
1. Rujukan dapat dilakukan baik secara horizontal maupun vertical antara fasilitas
kesehatan.
2. Rujukan dilakukan apabila klien tidak dapat dilayani karena tidak tersedianya sarana
dan prasarana (termasuk jenis kontrasepsi yang sesuai) atau adanya kondisi medis
tertentu sehingga memerlukan penanganan khusus
BAB V
LOGISTIK PENUNJANG PELAYANAN KB
Pasal 5
1. Agar pelayanan KB Rumah Sakit dapat berjalan dengan baik, maka dibutuhkan
pengelolaan yang efektif dan efisien guna menunjang mutu pelayanan.
2. Perbekalan logistik yang harus tersedia terbagi atas logistik obat dan logistik non
obat
3. Logistik obat dapat berupa obat obatan yang diperlukan dalam pelayanan KB,
termasuk pil, suntik dan implan
4. Logistik non obat berupa kalender untuk konseling sadar masa subur, peraga lainnya
serta formulir pencatatan.
BAB VI
MONITORING DAN EVALUASI MUTU
Pasal 6
Peraturan Direktur Rumah Sakit Khusus Bedah Sinduadi ini mulai berlaku pada
tanggal diundangkan.
Ditetapkan di Yogyakarta
Pada tanggal 1 Oktober 2022
Direktur Rumah Sakit Khusus Bedah
Sinduadi