Anda di halaman 1dari 35

TUGAS

“Ketentuan Umum Penyimpanan dan Pendistribusian Instrumen


Dan Linen”

MAKALAH INI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


MANAJEMEN KAMAR OPERASI

DISUSUN OLEH :
1. MAULIDA ISNA NURHIDAYAH 150110014
2. MEISI GREITI CHENNY PANGAILA 150310003
3. NABILA OKTAVIANI DEWI 150110015

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTEN


PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
JL.RAWA BUNTU NO. 10 BSD CITY – SERPONG 15318
2016 - 2017

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
atas karunia dan penyertaan-Nya, makalah yang membahas tentang “MANAJEMEN
KAMAR OPERASI “ ini dapat terselsaikan tepat pada waktu yang telah di tentukan.
Kami sangat berterimakasih kepada Dosen yang telah mempercayakan kami untuk
membuat pengkajian ini, dan kepada teman-teman dalam kelompok yang telah
memberikan waktu, dan idide sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya. Dan
tidak lupa, kami berterimakasih kepada orangtua, yang selalu memberikan dukungan
dan doa, didalam setiap aktivitas sehari-hari termasuk dalam menjalankan
pendidikan. Serta kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah mengijinkan semuanya
terjadi.
Kami sangat ingin makalah ini tersusun dengan baik bahkan sempurna, tapi
kami sangat tau bahwa tidak ada sesuatu di dunia ini yang sempurna. Oleh sebab itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman, agar makalah ini dapat
jauh lebih baik nantinya.
Dan akhirnya, kami berharap semoga makalah ini berguna bagi semua pembacanya.

Tangerang Selatan,19 Mei 2017

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Linen ........................................................................................................ 3
2.2 Jenis Linen ................................................................................................................. 4
2.3 Bahan Linen ............................................................................................................... 5
2.4 Peran dan Fungsi Linen ............................................................................................. 6
2.5 Prinsip Pengelolaan Linen di Rumah Sakit................................................................ 7
2.6 Tata Laksana Pengelolaan Linen .............................................................................. 7
2.7 Skema Manajemen Linen di Rumah Sakit ................................................................. 13
2.8 Penyimpanan Linen .................................................................................................. 14
2.9 Syarat Ruang Penyimpanan Linen steril .................................................................... 15
2.10 Distribusi Linen ....................................................................................................... 16
2.11 Pengertian Instrumen ............................................................................................... 16
2.12 Pengolongan Instrumen ........................................................................................... 16
2.13 Ruang Penyimpanan Barang Steril .......................................................................... 23
2.14 Pendistribusian Instrumen ........................................................................................ 24
2.15 SOP Pendistribusian Alat Instrumen dan Linen yang sudah steril........................... 25
2.16 Contoh Pendistribusian instrumen Set di Kamar Operasi ........................................ 28
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 31
3.2 Saran .......................................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah Sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang
kompleks, padat pakar dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena
pelayanan di rumah sakit menyangkut berbagai tingkatan maupun jenis
disiplin. Agar rumah sakit mampu melaksanakan fungsi yang demikian
kompleks, rumah sakit harus memiliki sumber daya manusia yang profesional
baik di bidang teknis maupun pendistribusian, Rumah Sakit mempunyai
tanggung jawab terhadap mutu pelayanan diantaranya adalah rekuitmen
terhadap sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi dan jumlah yang
cukup untuk memenuhi kriteria pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Kamar operasi adalah bagian dari sebuah pelayanan rumah sakit yang
diperlukan untuk memberikan sarana dan prasarana tindakan bedah. sebuah
rumah sakit memerlukan kamar operasi sebagai salah satu syarat berdirinya
kamar operasi. kamar operasi berguna untuk tempat dilakukannya tindakan
bedah khususnya operasi. baik bedah obstetrik dan ginekologi, bedah digestif,
bedah ortopedi, bedah onkologi , bedah saraf atau bedah mulut dan
sebagainya.
ada banyak tim di dalam kamar operasi. anatara lain dokter bedah, dokter
anestesi dan tak lupa perawat. kesemuanya tidak dapat bekerja sendiri sendiri
namun merupakan kesatuan tim dengan tugas sendiri-sendiri.
Pendistribusian berasal dari kata distribusi yang berarti menyalurkan.
Pendistribusian adalah suatu hal yang berhubungan dengan penyaluran dan

1
pengambilan suatu barang atau jasa. Pendistribusian juga merupakan suatu hal
yang bersifat secara langsung dari per-orangan dalam penyaluran jenis barang
atau jasa tersebut. Didalam melakukan pendistribusian barang, kita harus
melakukan proses permintaan barang kepada pihak penyalur (distributor).
Philip Kotler, (1997:140) mengemukakan bahwa : “ Distribusi adalah
serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses untuk
menjadikan suatu barang atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi.“
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit
adalah melalui pelayanan penuniang medik, khususnya dalam pengelolaan
dan pendistribusian linen dirumah sakit. Linen di rumah sakit dibutuhkan di
setiap ruangan terlebih khusus dalam kamar operasi Kebutuhan akan linen di
setiap ruangan ini sangat bervariasi, baik jenis, jumlah dan kondisinya. Alur
pengelolaan linen cukup panjang, memburuhkan pengelolaan khusus dan
banyak melibatkan tenaga kesehatan dengan berrnacarn-macam klasifikasi.
Klasifikasi tersebut terdiri dari ahli manajemen, teknisi, perawat, ukang cuci,
penjahit, tukang setrika, atrli sanitasi, serta ahli kesehatan dan keselamatan
kerja. Untuk mendapatkan kualitas linen yang baik, nyaman dan siap pakai,
diperlukan perhatian khusus, seperti kemungkinan terjadinya pencemaran
infeksi dan efek penggunaan bahan-bahal kimia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses penyimpanan linen dan instrument di rumah sakit


2. Bagaimana pendistribusian linen dan instrument di rumah sakit

1.3 Tujuan Makalah


Untuk mengetahui bagaimana proses penyimpanan dan
pendistribusian dari linen dan instrument di rumah sakit

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Linen

Linen Adalah bahan / kain yang digunakan di rumah sakit untuk


kebutuhan pembungkus kasur, bantal, guling dan alat instrument steril lainnya
yang berasal dari serat batang rami halus. Linen yang terbuat dari rami halus
tersebut mengalami berbagai proses hingga menjadi kain yang siap diolah dan
digunakan untuk keperluan di kamar operasi. Linen terbuat dari bahan kering
alamiah, warna bahan pembuatan linen biasanya adalah abu-abu ke coklatan.
Linen memiliki kemampuan untuk menyerap air lebih cepat dibandingkan
dengan bahan katun. Linen juga sangat peka terhadap bahan-bahan kimia.

Linen kotor terinfeksi adalah linen yang terkontaminasi dengan


cairan, darah dan feses terutama yang berasal dari infeksi TB paru, infeksi
salmonella dan shigella ( sekresi dan ekskresi) dan HIV ( jika terdapat noda
darah) dan infeksi lainnya yang spesifik (SARS) dimasukkan kedalam
kantong dengan segel yang dapat terlarut di air dan kembali ditutup dengan
kantong luar berwarna kuning bertuliskan terinfeksi.

Linen kotor tidak terinfeksi adalah linen yang tidak terkontaminasi


oleh darah, cairan tubuh dan feses yang berasal dari pasien lainnya secara
rutin, meskipun mungkin linen yang diklasifikasikan dari seluruh pasien
berasl dari sumber ruang isolasi yang terinfeksi.

3
2.2 Jenis Linen

Ada bermacam-macam jenis linen yang digunakan di rumah sakit.


Jenis linen dimaksud antara lain :

No Jenis Linen
1 Sperai
2 Perlak/Zeil
3 Sarung Bantal
4 Sarung Guling
5 Selimut
6 Bedcover
7 Alas Kasur
8 Tirai / Gorden
9 Kain penyekat/scherm
10 Kelambu
11 Taplak
12 Barak schort (tenaga kesehatan dan pengunjung)
13 Celemek
14 Baju Pasien
15 Baju Operasi
16 Kain penutup (tabungg as,t roli dan alat kesehatan lainnya
17 Popok bayi, baju bayi, kain bedong, gurita bayi
18 Kelambu Bayi
19 Laken Bayi

4
20 Selimut Bayi
21 Masker
22 Gurita
23 Topi Kain
24 Zash lap
25 Handuk
 Handuk untuk petugas
 Handuk pasien untuk mandi
 Handuk pasien untuk lap tangan
 Handuk pasien untuk muka

26 Linen operasi (baju,celana jas, macam-macam laken, topi, masker,


doek, sarung kaki, sarung tangan mitela, alas meja instrument
barak schort)

2.3 Bahan Linen

Bahan linen yang digunakan biasanya terbuat dari :

1 Katun 100%
2 Wool
3 Kombinasi seperti 650/o aconilic dan 35o/o wcrol
4 Slik
5 Blacu
6 Flanel
7 Tetra
8 CYC.SOo/o- 50o/o

5
9 PolyesterlO Oo/o
10 Twill/drill

Pemilihan bahan linen hendaknya disesuaikan dengan fungsi dan cara

perawatan serta penampilan yang diharapkan..

2.4 Peran dan Fungsi Linen

Peran pengelolaan manajemen linen di rumah sakit cukup penting.


Diawali dari perencanaan, salah satu subsistem pengelolaan linen adalah
proses pencucian. Alur aktivitas fungsional dimulai dari penerimaan linen
koror, penimbangan, pemilahan, proses pencucian, pemerasan, pengeringan,
sortir noda, penyetrikaan, sortir linen rusak, pelipatan, merepikan, mengepak
atau mengemas, menyimpan, dan mendistribusikan ke unit-unit yang
membutuhkannya, sedangkan linen yang rusak dikirim ke kamar jahit. Untuk
melaksanakan aktivitas tersebut dengan lancar dan baik, maka diperlukan alur
yang terencana dengan baik. Peran sentral lainnya adalah perencanaan,
pengadaan, pengelolaan, pemusnahan, kontrol dan pemeliharaan fasilitas
kesehatan, dan lain - lain, sehingga linen dapat tersedia di unit-unit yang
membutuhkan.

6
2.5 Prinsip Pengelolaan Linen di Rumah Sakit

Rendah
Kemungkinan
menimbulkan
infeksi
Desinfeksi tingkat rendah

Tinggi

- Desinfeksi tingkat tinggi


- Sterilisasi

Secara umum infeksi


yang disebabkan
karena linen relatif
rendah

Karena tidak kontak


langsung dengan
jaringan tubuh yang
steril atau dengan
penrbuluh darah

2.6 Tata Laksana Pengelolan Linen

A. Perencanaan

1) Sentralisasi Linen

Sentralisasi merupakan suatu keharusan yang dimulai dari proses


perencanaan, pemantauan dan evaluasi, dimana merupakan suatu siklus
berputar. Sifat linen adalah barang habis pakai. Supaya terpenuhi persyaratan
mutlak yaitu kondisi yang selalu siap baik segi kualitas maupun kuantitas,

7
maka diperlukan sistem pengadaan satu pintu yang sudah terprogram dengan
baik. Untuk itu diperlukan kesepakatankesepakatan baku dan merupakan satu
kebijakan yang turun dari pihak Top Leuel Management yang kemudian
diaplikasikan menjadi suatu srandard yang harus dijalankan dan dilaksanakan
dengan prosedur tetap (protap) dan petunjuk teknis (juknis) yang selalu
dievaluasi.

2) Sentralisasi Linen

Linen adalah istilah untuk menyebutkan seluruh produk tekstil yang


berada di rumah sakit yang meliputi linen di ruang perawaran maupun baju
bedah di ruang opirasi (OK), sedangkan baju perawar, jas dokter maupun baju
kerja biasanya tidak dikelompokkan pada kategori linen, tetapi dikategorikan
sebagai seragam (uniform). Secara fungsional linen digunakan untuk baju,
alas, pembungkus, lap, dan sebagainya, sehingga dalam perkembangan
manajemennya menjadi tidak sederhana lagi, berhubung tiap bagian di rumah
sakit mempunyai spesifikasi pekeriaan, jumlah kebutuhan yang besar
frekuensi cuci yang tinggi, keterbatasan, persediaan. Penggunaan yang
majemuk dan image yang ingin dicapai. Untuk itu diperlukan standart linen
antara lain:

a. Standard Produk
Berhubung sarana kesehatan bersifat universal maka sebaiknya tiap
rumah sakit mempunyai standar produk yang sama agar bisa
diproduksi massal dan mencapai skala ekonomi. Produk dengan
kualitas tinggi akan memberikan kenyamanan pada waktu
pemakaiannya dan mempunyai waktu penggunaan yang lebih lama,
sehingga secara ekonomi lebih optimum dibandingkan produk yang
lebih murah.

8
b. Standard desain
Pada dasarnya baju rumah sakit lebih mementingkan fungsinya dari
pada estetikanya, maka desain yang sederhana, ergonomis dan unisex
merupakan pilihan yang, ideal, terutama pada baju bedah dan baju
pasien. Sizing system dengan pembedaan warna, diaplikasikan pada
baju-baju tertentu untuk mengakomodasikan individu pemakai. Untuk
kepentingan "praktis'', beberapa rumah sakit menggunakan sprei/laken
yang fitted selain yang flat. Yang tidak kalah pentingnya adalah
pertimbangan pada waktu pemeliharaan, penggunaan kancing dan
sambungan-sambungan baju lebih baik dihindari.
c. Standard material
Pemilihan material harus disesuaikan dengan fungsi, cara perawatan
dan penampilan yang diharapkan. Beberapa kain yang digunakan
dirumah sakit antara lain Cotton, CVC, TC, Polyester dengan anyaman
plat atau drill, denga proses akhir yang lebih spesifik, seperti water
repellent, soil release, PU coated dan sebagainya yang mempunyai
sifat dan penggunaan-penggunaan tertentu. Dengan adanya berbagai
pilihan tersebut memungkinkan bagi kita untuk mendapatkan hasil
terbaik untuk setiap produk. Warna pada kain/baju juga memberikan
nuansa tersendiri, sehingga secara psikologis mempunyai pengaruh
terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, pemilihan warna sangat
penting. Alternatif dari kain warna yang polos adalah kain dengan
corak motif, trend ini memberikan nua-nsaya ng lebih santai dan
modern.
d. Standard ukuran
Ukuran linen sebaiknya dipertimbangkan tidak hanya dari sisi
penggunaan tetapi juga dari biaya pengadaan dan biaya operasional
yang timbul. Makin luas dan berat, makin mahal biaya pengadaan dan
pengoperasiannya. Dengan adanya ukuran tempat tidur yang standard,

9
misalnya : 90 x 200 cm, maka ukuran linen bisa distandarkan menjadi
:
 Laken l6O x 275 cm
 Steek laken 75 x 160 cm
 Zeil 70 x ll0 cm
 Sarung bantal 50 x 70 cm
e. Standard jumlah
Idealnya jumlah stok linen 5 par (kapasitas) dengan posisi 3
par berputar di ruangan : stok 1 par terpakai , stok I par dicuci , stok 1
par cadangan dan 2 par mengendap di logistik : I par sudah terjahit
dan 1 par berupa lembaran kain. Untuk jumlah linen yang digunakan
di ruang rawat dan operasi perhitungan rincinya sebagai berikut :
 Linen kamar
Penggantian linen kamar di rumah sakit sangat bervariatif, dari 1
x 1 hari sampai 1 x 3 hari. Apabila rata-rata 1 x 2 hari,
sedangkan jumlah tempat tidur 300 dan BOR 80%, dengan lama
pencucian I hari, serta rencana par stok 3, maka kebutuhan
linennya adalah:
 Linen OK
Persediaan linen OK yang ideal sangat krusial, mengingat
standard prosedur di ruang OK sangat ketar. Apabila rumah sakit
dengan 5 ruang OK dan frekuensi operasi 5 kali/hari, yang
masing-masing ditangani oleh 7 operator, lama cuci linen 1 hari
dan par stok 3, maka kebutuhan linennya adalah :
Namun ada rumah sakit tertentu yang menambah safety stock
menjadi 4 par, mengingat sering terjadinya keadaan di luar
rencana sehari-hari.

10
f. Standard penggunaan Linen yang baik seharusnya tahan cuci sampai
350 kali dengan prosedur normal. Sebaiknya setiap rumah sakit
menentukan standard kelaikan sebuah linen, apakah dengan umur
linen, kondisi fisik atau dengan frekuensi cuci. Untuk itu sebaiknya
linen diberi identitas.

B. Pengadaan

Pengadaan linen dilakukan setelah perencanaan linen. Pengadaan linen


biasanya dilakukan oleh bagian logistic ataupun bagian umum RS yang
disetujui oleh direktur atau manajer dan bagian keuangan RS.

C. Penerimaan

Bagian penerimaan linen bertugas mencocokan barang yang diterima


dengan pesanan.

D. Pemberian identitas

Pemberian identitas pada linen baru bertujuan agar mengetahui usia


linen sejak awal penggunaan linen tersebut dan memudahkan monitoring
penggunaan linen serta masa penggantian linen baru

E. Pendistribusian

Pendistribusian linen dilakukan sesuai program yang telah dibuat


setiap rumah sakit. Umumnya pendistribusian dilakukan ke bangsal, IGD,
ICU dan kamar operasi. Linen yang didistribusikan disesuaikan dengan jenis
dan kebutuhan tiap unit-unit terkait.

F. Pemanfaatan linen

Penggunaan linen di unit-unit terkait yang telah menerima linen

11
G. Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan dan pelaporan linen yang hilang ataupun yang rusak. Jika
hilang maka akan dilakukan penggantian dan jika linen rusak dilakukan
perbaikan ataupun pemusnahan linen jika kerusakan disebabkan oleh zat-zat
berbahaya.

12
2.7 Skema Manajemen Linen Rumah Sakit

Perencanaan

Proses Pengadaan

Penerimaan

Pemberian Identitas

Distribusi Ke Unit – Unit


Lain Ynag Membutuhkan

Pemanfaatan Linen Oleh


Unit – Unit Terkait

HILANG RUSAK

Perbaikan Musnahkan

PENCATATAN / PELAPORAN 13
2.8 Penyimpanan Linen

1. Penanganan linen bersih harus dilakukan dengan tangan bersih.


2. Linen bersih harus disimpan :
- Dalam ruang terpilih yang bertujuan untuk linen dalam jumlah besar
- Dalam ruang terpisah dengan linen kotor
- Dalam ruang bersih dan kering yang bisa mencegah kontaminasi dengan
aerosol, debu, kelembaban, dan kutu.
- Meletakkan pada rak dan bila perlu terbungkus dalam kain penutup yang
mampu melindungi dari kontaminasi
- Dengan cara menyediakan stok secara bergilir
3. Linen steril harus disimpan :
- Harus terbungkus dengan pembungkus yang terjamin aman, disimpan, dan
ditangani dengan cara yang mampu mempertahankan kemampuan
pembungkus dalam mencegah kontaminasi.
- Sebelum menggunakan pembungkus linen steril harus diperhatikan
kemampuan, petunjuk kesterilan, dan tanggal kadaluarsa atau stok harus
disusun dengan metode FIFO
4. Linen kotor harus :
- Ditangani menggunakan tindakan pencegahan standar
- Dibungkus dalam pembungkus linen dalam sekali pakai
- Tidak boleh dicuci pada lokasi perawatan pasien
- Apabila basah atau terkena darah atau substansi tubuh, dapat ditutup
dalam pembungkus tahan tembus sebelu dimasukkan dalam kantong linen
- Ditangani seminimal mungkin dan dengan minimal agitasi untuk
menurunkan kontaminasi udara dan petugas
- Bebaas dari benda tajam

14
- Tidak lebih dari ¾ dari wadah karena pengisian terlalu penuh akan
meningkatkan resiko pecah dalam perjalanan dan meningkatkan resiko
kontaminasi pada petugas
- Wadah linen tidak boleh diseret dengan lantai
- Petugas diharapkan memakai alat pelindung diri termasuk sarung tangan.
(SESLHN, 2011)

2.9 Syarat Ruang Penyimpanan Linen Steril


Ruang ini sebaiknya berada di dekat dengan ruang sterilisasi. Apabila
digunakan mesin sterilisasi dua pintu, maka pintu belakang langsung
berhubungan dengan ruang penyimpanan. Di ruang ini penerangan harus
memadai, suhu antara 18-22oC dan kelembaban 35-37%, ventilasi
menggunakan sistem tekanan positif dengan efisiensi filtrasi partikular antara
90-95% (untuk partikular berukuran 0,5 mikron). Dinding dan lantai ruangan
terbuat dari bahan yang halus, kuat sehingga mudah dibersihkan, alat steril
disimpan pada jarak 19-24 cm dari lantai dan minimum 43 cm dari langit-
langit serta 5 cm dari dinding serta diupayakan untuk menghndari terjadinya
penumpukan debu pada kemasan. Akses ke ruang penyimpanan steril
dilakukan oleh petugas pusat sterilisasi yang terlatih, bebas dari penyakit
menular dan menggunakan pakaian yang sesuai dengan persyaratan. Lokasi
ruang penyimpanan steril harus jauh dari lalu lintas utama dan jendela serta
pintu sesedikit mungkin dan terisolasi (sealed) (Depkes, 2009). Pembersihan
area penyimpanan dilakukan secara berkala dan didisinfeksi. Pintu ruang
penyimpanan harus selalu tertutup kecuali saat linen masuk atau keluar.
Ruang penyimpanan hanya dapat di akses oleh petugas (HLAC, 2011).

15
2.10 Distribusi Linen
 Linen bersih harus terlindung selama distribusi untuk mencegah
kontaminasi
 Linen bersih dan kotor tidak boleh didistribusikan dalam alat transportasi
yang sama kecuali dipisahkan dengan pembatas yang sesuai seperti
kontainer dengan penutup, kedap lembab yang mampu mencegah
kontaminasi.
 Linen steril dapat didistribusikan dengan linen bersih dengan syarat linen
steril harus terlindungi
 Apabila kontainer yang membawa linen kotor akan digunakan untuk
membawa linen bersih, maka kontainer ini harus dibersihkan atau
dinetralkan terlebih dahulu.
 Wadah untuk distribusi linen harus bersih (terutama bagian dalam)
(SESLHN, 2011)

2.11 Pengertian Instumen


Instrumen adalah alat alat yang umumnya terbuat dari stainless steel
dan berfungsi sebagai alat bantu dalam melakukan tindakan dialysis.
Sedangkan menurut kamusbesar bahasa Indonesia instrument adalah
alat yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu seperti yang dipakai oleh
pekerja teknik, alat-alat kedokteran, alat optic dan kimia. (anonym, 1995),

2.12 Penggolongan Instrument


Menurut ( wind and rich, 1989 ) Instrument dikelompokkan menjadi 4
kelompok utama yaitu :
 Kelompok tajam ( sharps)

16
 Pisau bedah : terbaik untuk memotong jaringan bentuk dann ukuran
bervariasi mata pisau ukuran besar ( no 20,21,22,23,24 ) mata pisau
ukuran kecil ( no 11,12, 15 )

 Gunting : untuk memotong jaringan benang dan balutan gunting


jaringan halus (metzenbaum )

17
 Gunting jaringan kasar ( mayo )

 Gunting operating dan benang

 Kelompok penjepit ( klem )


Pada umumnya digunakan untuk menjepit pembulu darah, tapi terkadang
digunakan sebagai pemegang ( grasper) atau penarik

18
 Towel forceps : penjepit kait grapping

 Hemostatic forcep Rochester – pean ( curve dan straight )

Untuk klem Kelly bentuknya sama tetapi lebih panjang . untuk


khocher,pada ujun bada giginya

19
 Kelompok pemegang ( grasping/holding)
Untuk memegang jaringan, diseksi tulang, retraksi.
 Tissue forcep ( pinset )

 Sponge holsing forcep ( pemegang kasa )

20
 Needle hodler ( pemegang jarum )

21
 Kelompok penarik (retractor )
 Retractor manual : rake rectractor
: plain retractor ( sederhana )

(Hak kulit)

(Langen back)
 Retractor otomatis : balfour retractor

22
: finochieto rectractor

2.13 Ruang Penyimpanan Barang Steril


Ruang penyimpanan barang steril berada dekat dengan ruang
sterilisasi. Di ruang ini penerangan harus memadai, suhu antara 18°C-22°C
dan kelembaban 35%-75%. Ventilasi pada ruangan ini menggunakan sistem
tekanan positif dengan efisiensi filtrasi partikular antara 90-95% (untuk
partikular berukuran 0,5 mikron). Dinding dan lantai ruangan terbuat dari
bahan halus, kuat sehingga mudah dibersihkan. Barang-barang yang telah
steril disimpan pada jarak 19-24 cm dari dinding serta diupayakan untuk
menghindari terjadinya penumpukan debu pada kemasan, dan alat steril tidak
disimpan dekat wastafel atau saluran pipa lainnya. Lokasi ruang penyimpanan
steril harus jauh dari lalu lintas utama dan terisolasi (Anonim, 2009).

23
.

Tujuan :

 Menjaga sterilitas instrument dan bahan medis habis pakai yang sudah
disterilkan
 Memudahkan dalam pencarian sehingga mempercepat pelayanan

Persyaratan :

 Ruangan dengan penerangan memadai, suhu 180 -220 , kelembaban 35-75%,


ventilasi dengan tekanan positif.
 Dinding dan lantai terbuat dari bahan yang halus dan mudah dibersihkan.
 Penyimpanan menggunakan rak yang mudah dibersihkan, disimpan pada
jarak 19- 24 cm dari lantai dan minimum 43 cm dari langit-langit serta 5 cm
dari dinding.
 Petugas harus terlatih, memahami konsep pencegahan dan pengendalian
infeksi (PPI) dan mempunyai personal hygiene yang baik. Petugas harus
terlatih, memahami konsep pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) dan
mempunyai personal hygiene yang baik.
Prosedur : Lihat SPO Penyimpanan

2.14 Pendistribusian Instrumen

Menurut PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2014 :

Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka


menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit

24
pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan
ketepatan waktu.
Pendistribusain barang steril adalah kegiatan menyerahkan instrument
dan bahan kimia habis pakai steril kepada unit kerja pengguna sesuai aturan
yang berlaku.
Tujuan :
 Memenuhi kebutuhan unit kerja terhadap Instrument dan alat
kesehatan steril
 Tertib administrasi
Persyaratan :
 Menggunakan container tertutup khusus barang bersih
 Distribusi berdasarkan formulir permintaan sterilisasi barang re-use
dari unit keja atau formulir permintaan BMPH steril
 Pada saat serah terima kedua belah pihak harus meneliti dan
memeriksa instrumen yang diserah terimakan berdasarkan jumlah dan
kondisi fisik instrumen.
 Kedua belah pihak harus mencantumkan nama dan tanda tangan pada
lembar formulir saat serah terima.
Prosedur : Lihat SPO Pendistribusian

2.15 SOP pendistribusian alat instrument dan linen yang sudah steril
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
PENGERTIAN Proses penyerahan alat/instrument,
linen dan bahan penunjang medis
yang telah disterilkan di bagian

25
sterilisasi (CSSD) untuk
dipergunakan sesuai sturan/standar
tindakan di pelayanan pasien
Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan
langkah-langkah untuk
tersedianya alat/barang steril
untuk keperluan tindakan
pelayanan di ruang pasien.
2. Tersedianya bahan penunjang
medis untuk tindakan
pelayanan pasien.
3. Termonitornya
alat/instrument, linen dan
bahan penujang sesuai
kebutuhan .
4. Sebagai acuan CSSD dalam
melaksanakan kegiatan
pendistribusian.
Kebijakan Sesuai peraturan Direktur no
..../RSI/CSSD/2014 tentang
pelayanan sterilisasi.
Prosedur 1 . Alat/instrument,linen dan
bahan penunjang medis yang
telh steril disimpan dalam
ruang penyimpanan steril.
2 . petugas dari ruangan
perawatan atau unit lain
datang kebagian CSSD

26
membawa buku expedisi
pengambilan alat steril yang
sudah ditulis jumlah dan jenis
alat yang akan dibutuhkan.
3 Petugas CSSD
mengambilkan/menyerahkan
instrument/alat, linendan
bahan penunjang medis sesuai
dengan permintaan dari
ruangan dan di catat di buku
distribusi.
4 Petugas CSSD dan petugas
ruangan tandatangan di buku
pengambilan alat steril.
5 Petugas dari ruangan
perawatan atau unit lain
membawa alat/instrument,
linen dan bahan penunjang
medis yang steril dengan
menggunakan tas
pengambilan alat steril/plastik
yang bersih dan tertutup.
6 Masukan tas pengambilan alat
steril ke dalam troli atau box
untuk proses,
pengankutannnya, jangan
meletakan alat/instrument,
linen dan bahan penunjang

27
medis yang steril di tempat
yang kotor.
7 Proses ruangan perawtan atau
unit lain membawa
alat./instrument, linen dan
bahan penunjang medis steril
ke ruangan masing-masing
dan disimpan dalam lemari
yang bersih dan tertutu.
Jangan dicampur dengan alat
lain yang kotor

Unit terkait CSSD dan unit penggunaan alat, linen


dan bahan steril .

2.16 Contoh Pendistribusian Instrumen Set Dikamar Operasi


No Nama Alat Jumlah Keterangan
1. Set dasar I 1 set Biasa dipakai untuk operai
laporatomi, dan section Caesar,
apendiktomi.
2. Set dasar II 1 set Biasa dipakai untuk operasi
laparotomi, section Caesar,
apendiktomi
3. Set dasarIII 1 set Biasa dipakai untuk operasi
laparotomi, section Caesar,
apendiktomi

28
4. Set dasar IV 1 set Biasa dipakai untuk operasi
laparotomi, section Caesar,
apendiktomi
5. Set dasar V 1 set Biasa dipakai untuk operasi
laparotomi, section Caesar,
apendiktomi
6. Set dasar VI 1 set Biasa dipakai untuk operasi
laparotomi, section Caesar,
apendiktomi
7. Set kecil 2 set Bias dipakai untuk operasi
(ekstirpasi) kecil
8. Set hernia anak 1 set
9. Set hernia 1 set
dewasa
10. Set ortopedi 1 set
11. Set struma 1 set
12. Set 1 set
tonsilektomi
13. Set pediatric I 1 set
14. Set pediatric II 1 set
15. Set plasik I 1 set
16. Set plasik II 1 set
17. Set trepanasi 1 set
18. Set onkologi 1 set
19. Set neurologi 1 set
20. Set kuretase 1 set
21. Set gall blass 2 set
atau ginjal

29
22. Set section 4 set
caesaria
23. Reseksi usus 1 set
anak
24. Reseksi usus 2 set
dewasa
25. Set 2 set
histerektomi
26. Set tambahan 1 set
27. Set spinal 16 set
28. Set mangkok 15 set
operasi
29. Set Bangkok 6 set
sikat
30. Set kocker 1 set
31. Set vena seksi 1 set
32. Liposuction 1 set
33. Buka gip 1 set

30
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Linen dan instrumen adalah kebutuhan dasar yang harus ada di dalam rumah
sakit khusunya untuk kamar operasi untuk mendukung berjalannya suatu operasi agar
berjalan dengan lancar dan aman. Pengelolahan instrumen dan linen harus di lakukan
dengan benar sebelum di distribusikan ke unit-unit yang ada dalam rumah sakit.
Linen dan intrumen juga harus berada dalam keadaan steril.

Proses Pengelolahan linen dimulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan,


pemberian indentitas sampai kepada pendistribusian, pemanfaatan linen serta
pencatatan dan pelaporan.

Pengelolahan instrusmen juga harus di sterilkan terlebih dahalu sebelum di


distribusikan ke unit kamar operasi.

3.2 Saran

Pedistribusian Instrumen dan linen harus di sesuaikan dengan SOP yang


berlaku dan sesuai. Agar kegiatan di unit kamar operasi dalam rumah sakit dapat
berjalan dengan baik dan benar serta terhindar dari kontanminasi virus dan bakteri
yang bisa memperburuk keadaan pasien di Rumah sakit.

31
DAFTAR PUSTAKA

https://nefrologyners.wordpress.com/2012/01/13/sop-alur-instrument/
http://akreditasi.my.id/rs/pedoman-pelayanan-kamar-operasi-ok/

http://ars105.weblog.esaunggul.ac.id/wp-content/uploads/sites/5973/2017/04/3.-
Pedoman-manajemen-linen-rs-2004.pdf
http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/manajemen_logistik.pdf
https://www.academia.edu/9705763/Pedoman_Manajernen_di_Rumah_Sakit_Linen?
auto=download
https://olasurga.wordpress.com/2016/01/18/pelayanan-laundri-di-rumah-sakit/
http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-NonDegree-5728-LAMPIRAN.pdf
http://eprints.dinus.ac.id/20279/10/bab2_18464.pdf

32

Anda mungkin juga menyukai