Disusun Oleh :
Medica Selvia Maharani (10821014)
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis
mampu menyelesaikan Makalah Manajemen Logistik Rumah Sakit dengan judul ”
Manajemen Laundry Berwawasan Lingkungan (Eco Friendly)” ini dengan tepat waktu.
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Proses laundry rumah sakit biasanya melibatkan langkah-langkah seperti
pemisahan jenis pakaian, pembersihan noda, pencucian dengan deterjen atau
bahan pembersih yang sesuai, pengeringan, pengepakan, dan pengantaran
kembali ke unit atau departemen yang membutuhkan. Dalam menjalankan
operasionalnya, laundry rumah sakit harus mematuhi standar dan pedoman
kebersihan, penggunaan bahan kimia yang aman, dan perlakuan limbah yang
tepat. Tujuan dari laundry rumah sakit adalah untuk menyediakan tekstil yang
bersih, steril, dan aman bagi pasien, staf medis, dan pengunjung rumah sakit.
6
b. Persiapan cucian. Sebelum mencuci, perlu dilakukan penghapusan
noda atau kontaminan pada tekstil dengan metode yang sesuai, seperti
pencucian pra-pemrosesan atau perendaman dengan bahan pembersih
yang efektif.
c. Proses pencucian. Pencucian harus dilakukan dengan menggunakan
deterjen atau bahan pembersih yang disetujui dan sesuai dengan
standar rumah sakit. Suhu dan durasi pencucian juga harus
diperhatikan, tergantung pada jenis tekstil dan persyaratan kebersihan
yang diinginkan.
d. Pengeringan. Setelah dicuci, tekstil harus dikeringkan dengan
menggunakan mesin pengering yang sesuai atau metode pengeringan
lain yang memenuhi standar kebersihan. Proses pengeringan harus
cukup efisien untuk menghilangkan kelembaban dan mencegah
pertumbuhan bakteri atau jamur.
7
Selain langkah-langkah tersebut, penting juga untuk mematuhi peraturan,
pedoman, dan standar yang berlaku terkait kebersihan dan sterilisasi dalam
laundry rumah sakit. Penerapan yang konsisten dan ketat terhadap praktik
kebersihan dan sterilisasi akan memastikan bahwa tekstil yang digunakan di
rumah sakit bebas dari kontaminasi dan aman bagi pasien dan staf medis.
a. Air bersih. Air yang digunakan dalam proses pencucian harus berasal
dari sumber air yang bersih dan aman. Pastikan air yang digunakan
memenuhi standar kebersihan dan bebas dari kontaminan atau zat-zat
berbahaya. Jika diperlukan, perlu dilakukan pengujian periodik terhadap
kualitas air untuk memastikan bahwa air yang digunakan sesuai dengan
standar yang ditetapkan.
b. Suhu dan kualitas air. Suhu air yang digunakan dalam proses
pencucian dapat mempengaruhi efektivitas pembersihan dan
penghilangan kuman. Pastikan suhu air yang digunakan sesuai dengan
persyaratan pencucian yang ditentukan untuk jenis tekstil yang dicuci.
Selain itu, pemantauan secara rutin terhadap kualitas air seperti tingkat
keasaman (pH), kekeruhan, dan kandungan zat-zat terlarut perlu
dilakukan untuk memastikan bahwa air yang digunakan berkualitas
baik.
8
c. Bahan pembersih dan bahan kimia. Pemilihan bahan pembersih dan
bahan kimia yang tepat sangat penting dalam mencapai kebersihan
dan sterilisasi tekstil. Pastikan bahwa bahan pembersih yang digunakan
di rumah sakit telah disetujui dan sesuai dengan standar kebersihan
yang ditetapkan. Hindari penggunaan bahan kimia yang berbahaya
atau berpotensi merusak tekstil atau kesehatan manusia. Gunakan
bahan kimia yang ramah lingkungan, tidak beracun, dan tidak
menyebabkan iritasi pada kulit.
d. Dosiskan dengan tepat. Penting untuk mengikuti instruksi penggunaan
bahan pembersih dan bahan kimia dengan benar, termasuk dosis yang
tepat. Overdos atau underdos dalam penggunaan bahan kimia dapat
berdampak negatif pada kebersihan tekstil atau mengganggu
kesehatan.
e. Pelabelan dan penyimpanan bahan kimia. Bahan kimia harus dilabeli
dengan jelas dan disimpan dengan aman dalam ruang penyimpanan
yang sesuai. Pastikan bahan kimia disimpan terpisah dari tekstil dan
tidak tercampur dengan bahan-bahan lain yang berpotensi
menyebabkan reaksi berbahaya.
f. Pemantauan dan pemeliharaan. Lakukan pemantauan dan
pemeliharaan teratur pada sistem air dan peralatan yang digunakan
untuk memastikan kualitas air dan keberlanjutan penggunaan bahan
kimia. Periksa dan pastikan bahwa peralatan penyimpanan, dosis, dan
penggunaan bahan kimia berjalan dengan baik dan sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan.
Dalam menjaga kualitas air dan penggunaan bahan kimia yang tepat,
penting untuk mematuhi peraturan dan pedoman yang berlaku terkait kualitas
air dan penggunaan bahan kimia di wilayah atau negara setempat. Melakukan
pemantauan dan pengujian secara teratur, serta memberikan pelatihan kepada
petugas laundry tentang penggunaan bahan kimia yang aman dan efektif, akan
membantu memastikan kualitas air dan penggunaan bahan kimia yang
memenuhi standar kebersihan dan kesehatan dalam instalasi laundry rumah
sakit.
9
3. Peralatan dan Pemeliharaan
Peralatan dan pemeliharaan yang baik dalam instalasi laundry rumah
sakit sangat penting untuk menjaga kinerja optimal peralatan dan
keberlangsungan operasional laundry. Berikut adalah beberapa poin terkait
peralatan dan pemeliharaan di instalasi laundry rumah sakit yang perlu
diperhatikan:
a. Pemilihan peralatan. Memilih peralatan laundry yang sesuai dan
berkualitas tinggi sangat penting. Peralatan seperti mesin cuci,
pengering, sistem dosis otomatis, dan peralatan pendukung lainnya
harus dipilih dengan mempertimbangkan kebutuhan kapasitas, efisiensi
energi, keandalan, dan fitur-fitur yang sesuai dengan kebutuhan rumah
sakit.
b. Instalasi dan penempatan. Memastikan peralatan dipasang dan
ditempatkan dengan benar sesuai dengan petunjuk rumah sakit.
Terdapat ruang yang cukup untuk ventilasi dan sirkulasi udara yang
baik di sekitar peralatan. Hal ini akan membantu mencegah overheating
dan mengurangi risiko kebakaran.
c. Pemeliharaan rutin. Melakukan pemeliharaan rutin pada peralatan
laundry secara teratur. Pemeliharaan tersebur meliputi pembersihan,
pemeriksaan, dan penggantian suku cadang yang rusak. Mengikuti
jadwal pemeliharaan yang direkomendasikan oleh produsen peralatan.
Pemeliharaan rutin akan membantu menjaga kinerja peralatan,
memperpanjang umur peralatan, dan mencegah kerusakan atau
kegagalan yang tidak terduga.
d. Pemeriksaan keamanan. Pemeriksaan keamanan peralatan secara
berkala dan memastikan semua fitur keamanan berfungsi dengan baik,
seperti pengaman pintu, proteksi suhu, sistem pemadam kebakaran,
dan sistem pengaman lainnya. Pemeriksaan lain meliputi, kabel listrik
dan konektor untuk memastikan tidak ada kerusakan atau keausan
yang dapat menyebabkan kecelakaan atau kebakaran.
10
e. Pelatihan dan pengetahuan. Pelatihan pada petugas laundry dilakukan
agar petugas memahami penggunaan dan pemeliharaan peralatan
dengan benar. Pelatihan reguler untuk memastikan mereka memahami
prosedur operasional, pemeliharaan, serta tindakan darurat jika terjadi
masalah dengan peralatan.
f. Tindak lanjut dan perbaikan. Apabila terjadi masalah atau kerusakan
pada peralatan, manajemen laundry dapat segera melakukan tindakan
perbaikan yang diperlukan agar tidak ada masalah berlanjut yang
berpotensi mempengaruhi operasional laundry. Manajemen laundry
dapat melakukan analisis penyebab akar dan lakukan perbaikan untuk
mencegah terjadinya masalah serupa di masa depan.
11
b. Metode pelabelan yang tepat. Menggunakan metode pelabelan yang
sesuai untuk tekstil di rumah sakit, seperti menggunakan tinta yang
tahan air dan tahan lama, atau menggunakan label yang dapat
dilekatkan atau dijahit dengan aman pada tekstil. Metode pelabelan
tidak merusak atau mengurangi kualitas tekstil.
c. Ruang penyimpanan yang tepat. Menentukan ruang penyimpanan yang
sesuai untuk menyimpan tekstil yang sudah dicuci. Ruang
penyimpanan yang tepat merupakan ruangan yang bersih, kering, dan
terlindung dari kontaminan atau kelembaban yang berlebihan. Dalam
ruang penyimpana tersebut terdapat rak, lemari, atau wadah
penyimpanan yang cukup untuk menjaga tekstil terorganisir dan mudah
diakses.
d. Pemisahan antara bersih dan kotor. Pemisahan yang jelas antara tekstil
bersih dan kotor dalam ruang penyimpanan untuk memudahkan
petugas laundry. Menggunakan pemisah atau partisi yang sesuai untuk
menjaga pemisahan yang jelas.
e. Rotasi dan penggunaan FIFO. Menerapkan prinsip "First In, First Out"
(FIFO) dalam penyimpanan dan penggunaan tekstil. Tekstil yang sudah
dicuci disimpan dan digunakan berdasarkan urutan waktu. Metode
tersebut dilakukan untuk membantu mencegah penumpukan tekstil
yang tidak perlu dan memastikan tekstil digunakan secara merata.
f. Perlindungan terhadap kontaminan. Penyimpanan dilakukan dengan
cara yang mencegah kontaminan atau debu masuk ke tekstil yang
sudah dicuci. Wadah atau penutup yang sesuai berfungsi untuk
melindungi tekstil dari kontaminasi udara, serangga, atau paparan yang
tidak diinginkan.
g. Penyimpanan yang rapi dan terorganisir. Penyimpanan tetap rapi dan
terorganisir dengan sistem penempatan dan klasifikasi yang jelas.
Tempat untuk setiap jenis tekstil, seperti seragam medis, sprei, handuk,
dan perlengkapan lainnya harus jelas, sehingga mudah untuk
mengakses dan mengelola persediaan tekstil.
12
h. Kebersihan dan pembersihan ruang penyimpanan. Ruang
penyimpanan secara rutin dibersihkan untuk menghindari
penumpukan debu, kotoran, atau kontaminan lainnya. Membersihkan
rak atau lemari penyimpanan secara teratur agar tekstil tetap bersih
dan terjaga kualitasnya.
5. Pengelolaan Limbah
Pengelolaan limbah di instalasi laundry rumah sakit adalah aspek penting
yang perlu diperhatikan untuk memastikan limbah yang dihasilkan dari proses
pencucian tekstil dikelola dengan aman, sesuai peraturan, dan tidak
mencemari lingkungan. Berikut adalah beberapa poin terkait pengelolaan
limbah di instalasi laundry rumah sakit:
a. Identifikasi dan klasifikasi limbah. Limbah dari laundry rumah sakit
biasanya dapat diklasifikasikan menjadi limbah medis dan limbah non-
medis. Limbah medis meliputi limbah yang terkontaminasi oleh bahan-
bahan berbahaya atau potensial berbahaya, sedangkan limbah non-
medis mencakup limbah seperti air hasil pencucian dan limbah kimia.
b. Pemisahan limbah. Pemisahan limbah medis dan limbah non-medis
penting dilakukan sejak awal untuk memastikan limbah dikelola secara
terpisah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Wadah atau kontainer
yang sesuai untuk setiap jenis limbah dan terdapat label dengan jelas.
c. Penyimpanan sementara. Area penyimpanan sementara dilengkapi
dengan wadah yang sesuai, tanda peringatan, dan sistem
pengendalian akses yang tepat. Selain itu, terdapat petunjuk
penggunaan dan prosedur untuk pengelolaan limbah yang terpampang
di area penyimpanan sementara.
13
d. Pengolahan limbah medis. Limbah medis yang dihasilkan dari proses
laundry rumah sakit, seperti pakaian pasien yang terkontaminasi, perlu
pengolahan sesuai dengan peraturan dan pedoman yang berlaku.
Pengolahan limbah medis meliputi proses pengemasan yang tepat,
desinfeksi, dan pembuangan yang aman sesuai dengan persyaratan
peraturan setempat.
e. Perlakuan limbah non-medis. Limbah non-medis yang dihasilkan dari
proses laundry rumah sakit, seperti air hasil pencucian dan limbah
kimia, juga perlu dikelola dengan benar. Air hasil pencucian harus
diproses dan diolah secara efektif sebelum dilepas ke lingkungan
sesuai dengan persyaratan kualitas air yang berlaku. Limbah kimia
harus disimpan, ditangani, dan dibuang sesuai dengan peraturan
lingkungan yang berlaku.
f. Penyediaan peralatan dan perlindungan. Instalasi laundry dilengkapi
dengan peralatan dan perlindungan yang sesuai untuk mengelola
limbah dengan aman. Hal tersebut meliputi, wadah limbah yang tahan
bocor, sarana pembersihan dan desinfeksi, perlengkapan pelindung diri
bagi petugas yang terlibat dalam pengelolaan limbah, dan sistem
keamanan untuk mencegah akses yang tidak sah.
g. Pelatihan dan kesadaran. Pelatihan kepada petugas laundry tentang
pengelolaan limbah yang tepat, termasuk prosedur penanganan,
pemisahan, dan pembuangan yang sesuai untuk meningkatkan
kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah yang aman dan
perlindungan lingkungan melalui edukasi dan pengawasan yang terus-
menerus.
14
2. 3 Persyaratan dan Tata Laksana Laundry Di Rumah Sakit
Berikut adalah persyaratan dan tata laksana Laundry di Rumah Sakit menurut
Keputusan MenteriKesehatan RI No.1204/MENKES/SK/X/2004.1)
1. Persyaratan
a. Suhu air panas untuk pencucian 70°C dalam waktu 25 menit atau 95°C
dalam waktu 10 menit.
b. Penggunaan jenis deterjen dan disinfektan untuk proses pencucian
yang ramah lingkungan agar limbah cair yang dihasilkan mudah terurai
oleh lingkungan.
c. Standar kuman bagi linen bersih setelah keluar dari proses tidak
mengandung 6 × 10° spora spesies Bacillus per inci persegi.
2. Tata Laksana
a. Di tempat laundry tersedia keran air bersi dengan kualitas dan tekanan
aliran yang memadai, air panas untuk disinfeksi dan tersedia
disinfektan.
b. Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakkan dekat dengan
saluran pembuangan air limbah serta tersedia mesin cuci yang dapat
mencuci jenis-jenis linen yang berbeda.
c. Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen infeksius
dan non infeksius.
d. Laundry harus dilengkapi saluran air limbah tertutup yang dilengkapi
dengan pengolahan awal (pre-treatment) sebelum dialirkan ke instalasi
pengolahan air limbah.
e. Laundry harus disediakan ruang-ruang terpisah sesai kegunaannya
yaitu rang linen kotor, rang linen bersih, ruang untuk perlengkapan
kebersihan, ruang perlengkapan cuci, rang kereta linen, kamar mandi
dan rang peniris tau pengering untuk alat-alat termasuk linen.
f. Untuk rumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri,
pencuciannya dapat bekerjasama dengan pihak lain dan pihak lain
tersebut harus mengikuti persyaratan dan tatalaksana yang telah
ditetapkan.
15
2. 4 Konsep dan Prinsip Manajemen Laundry Ramah Lingkungan
16
d. Manajemen beban. Manajemen beban yang efektif dapat membantu
mengoptimalkan penggunaan energi. Mesin cuci dan pengering
dioperasikan dengan beban penuh untuk mengurangi jumlah siklus
pencucian dan pengeringan yang diperlukan. Mengelompokkan
pakaian dengan warna dan jenis yang serupa juga dapat menghemat
waktu dan energi.
e. Pemeliharaan rutin. Pemeliharaan rutin pada mesin cuci dan pengering
dilakukan untuk memastikan kinerja yang optimal. Filter, saluran air,
dan ventilasi dibersihkan secara teratur agar aliran air dan udara tidak
terhambat. Peralatan pada instalasi laundry harus tetap dalam kondisi
baik untuk menghindari kebocoran atau kerusakan yang dapat
mengakibatkan konsumsi energi yang lebih tinggi.
f. Otomatisasi dan sensor. Peralatan dengan fitur otomatisasi dan sensor
yang dapat mengoptimalkan penggunaan energi. Misalnya, mesin cuci
dengan sensor beban yang dapat mengukur berat cucian dan mengatur
jumlah air dan waktu pencucian yang diperlukan.
17
b. Optimalisasi beban dan kapasitas. Mesin cuci dengan beban penuh
atau sesuai dengan kapasitas yang direkomendasikan oleh produsen.
Mengisi mesin cuci melebihi kapasitasnya dapat menghasilkan
penggunaan air yang berlebihan. Mengelompokkan cucian berdasarkan
jenis, warna, dan tingkat kotoran yang serupa dapat mengurangi jumlah
siklus pencucian yang diperlukan.
c. Penggunaan siklus pencucian yang tepat. Siklus pencucian yang
sesuai dengan jenis tekstil dan tingkat kotoran. Menggunakan siklus
pendek atau mode hemat air ketika memungkinkan dan menghindari
siklus prapencucian yang tidak diperlukan karena hal ini menggunakan
tambahan air yang tidak perlu.
d. Perbaiki kebocoran dan penyumbatan. Pemeriksaan rutin untuk
mendeteksi dan memperbaiki kebocoran atau penyumbatan pada
saluran air. Kebocoran air yang tidak terdeteksi dapat menyebabkan
pemborosan yang signifikan.
e. Pengolahan dan rekuperasi air. Penggunaan sistem pengolahan air
limbah atau sistem daur ulang air untuk mengurangi konsumsi air. Air
hasil pencucian yang telah diolah dapat digunakan kembali dalam
proses pencucian atau digunakan untuk keperluan non-potable seperti
irigasi atau pembersihan.
18
b. Menghindari bahan kimia berbahaya. Menghindari penggunaan bahan
pembersih yang mengandung bahan kimia berbahaya, seperti fosfat, klorin,
alkilfenol etoksilat (APEO), dan zat-zat berbahaya lainnya dan memilih bahan
pembersih berbasis tanaman atau bahan alami.
c. Mengurangi penggunaan bahan kimia. Dengan menggunakan bahan
pembersih seefisien mungkin dan hanya dalam jumlah yang diperlukan.
Mengurangi penggunaan bahan kimia tidak hanya mengurangi dampak
lingkungan, tetapi juga dapat menghemat biaya operasional.
d. Dosis yang tepat. Dosis bahan pembersih sesuai dengan petunjuk yang
diberikan oleh produsen. Menggunakan dosis yang tepat membantu
mengurangi pemborosan dan juga dapat menghindari penumpukan residu
bahan pembersih pada tekstil.
e. Pembersihan yang efektif. Langkah-langkah pembersihan yang efektif
dilakukan untuk memaksimalkan hasil pembersihan dengan menggunakan
jumlah bahan pembersih yang minimal. Misalnya, perhatikan suhu, waktu,
dan metode pencucian yang sesuai dengan jenis tekstil yang dicuci.
19
c. Hindari bahan kimia berbahaya. Penggunaan bahan kimia berbahaya yang
dapat mencemari lingkungan dan berpotensi membahayakan kesehatan.
Bahan kimia yang digunakan harus aman, ramah lingkungan, serta sesuai
dengan regulasi dan pedoman yang berlaku.
d. Alternatif ramah lingkungan. Beberapa produsen telah mengembangkan
bahan kimia yang lebih aman dan berkelanjutan, seperti penggunaan bahan
pembersih berbasis tanaman atau bahan alami yang memiliki dampak
lingkungan yang lebih rendah.
e. Penanganan dan penyimpanan yang aman. Bahan kimia disimpan dengan
benar dan aman di area yang ditentukan dengan mengikuti panduan
penyimpanan dari produsen, terdapat tanda peringatan yang jelas pada
wadah bahan kimia. Petugas laundry juga perlu dilatih tentang penanganan
yang aman, termasuk penggunaan alat pelindung diri (APD) saat bekerja
dengan bahan kimia.
f. Daur ulang dan pemusnahan yang aman. Untuk daur ulang bahan kimia
yang tidak terkontaminasi atau menggunakan layanan pemusnahan yang
aman untuk bahan kimia yang sudah habis pakai atau terkontaminasi.
20
b. Gunakan serat daur ulang. Menggunakan tekstil yang terbuat dari serat daur
ulang, seperti serat daur ulang polyester atau serat daur ulang dari limbah
tekstil. Dengan menggunakan serat daur ulang dapat membantu mengurangi
konsumsi sumber daya alam dan mengurangi jumlah limbah tekstil yang
masuk ke tempat pembuangan akhir.
c. Perhatikan sertifikasi. Tekstil yang dipilih memiliki sertifikasi atau label yang
menunjukkan keberlanjutan mereka, seperti Global Organic Textile Standard
(GOTS), Oeko-Tex Standard 100, atau Fair Trade Certified. Sertifikasi ini
memberikan jaminan bahwa tekstil diproduksi dengan standar yang tinggi
dari segi lingkungan, sosial, dan ekonomi.
d. Pertimbangkan umur pakai yang panjang. Tekstil dengan kualitas yang baik
dan daya tahan yang tinggi. Tekstil yang tahan lama dapat digunakan
kembali dan dipertahankan untuk jangka waktu yang lebih lama, mengurangi
kebutuhan akan pembelian dan pemakaian tekstil baru.
e. Evaluasi proses produksi. Produsen atau merek yang menerapkan praktik
produksi yang bertanggung jawab secara lingkungan, seperti penggunaan
pewarnaan yang ramah lingkungan atau penggunaan energi dan air yang
efisien.
f. Manajemen persediaan dan pencucian yang efisien. Manajemen persediaan
tekstil dengan bijak untuk menghindari pemborosan dan overuse. Selain itu,
terapkan praktik pencucian yang efisien seperti dosis pembersih yang tepat,
pengaturan suhu dan siklus pencucian yang sesuai, serta penggunaan
teknologi yang hemat air dan energi.
21
2. 5 Peralatan, Bahan Pembersih Dan Deterjen Yang Ramah Lingkungan Dalam
Manajemen Laundry Rumah Sakit
1. Peralatan
a. Mesin cuci dan pengering efisien energi. Mesin cuci dan pengering yang
memiliki label Energy Star atau memiliki tingkat efisiensi energi yang tinggi.
Peralatan ini dirancang untuk menggunakan lebih sedikit energi listrik dan
air selama operasi.
b. Sistem penghemat air. Menggunakan sistem penghemat air seperti nozzle
atau perangkat pengatur aliran air yang dapat mengurangi konsumsi air
tanpa mengorbankan kualitas pencucian.
c. Mesin Cuci Berkapasitas Besar. Mesin cuci berkapasitas besar untuk
mengoptimalkan penggunaan energi dan air per unit cucian. Mesin cuci
berkapasitas besar memungkinkan mencuci lebih banyak linen dalam satu
siklus, mengurangi jumlah siklus pencucian yang diperlukan.
d. Sistem Pengolahan Air Limbah. Sistem pengolahan air limbah yang efisien
untuk mengolah air hasil pencucian sebelum dibuang atau digunakan
kembali. Sistem pengolahan air limbah membantu mengurangi dampak
pencucian terhadap kualitas air dan lingkungan.
22
c. Deterjen dengan sertifikasi lingkungan. Deterjen yang memiliki sertifikasi
lingkungan seperti EcoLogo atau USDA Certified Biobased. Sertifikasi
tersebut menunjukkan bahwa produk memenuhi kriteria keberlanjutan
tertentu.
d. Penggunaan dosis yang tepat. Menggunakan dosis deterjen yang sesuai
dengan beban cucian dan tingkat kotoran. Menggunakan dosis yang lebih
sedikit dari yang dianjurkan dapat membantu mengurangi limbah dan
dampak lingkungan.
e. Penggunaan bahan penghilang noda alami. Alih-alih menggunakan bahan
penghilang noda yang mengandung bahan kimia keras, pertimbangkan
untuk menggunakan bahan penghilang noda alami seperti cuka putih,
baking soda, atau air peroksida.
23
3. Dukungan terhadap Kualitas Air. Bahan pembersih ramah lingkungan yang
lebih mudah terurai secara alami atau menggunakan bahan-bahan alami
cenderung lebih aman untuk lingkungan. Dengan menggunakan bahan
pembersih yang ramah lingkungan, air hasil pencucian tidak terkontaminasi
oleh bahan kimia berbahaya dan lebih aman untuk dibuang atau diolah
kembali.
4. Minimalkan Risiko Alergi dan Irritasi. Bahan pembersih tradisional yang
mengandung bahan kimia berpotensi menyebabkan reaksi alergi atau iritasi
pada kulit dan saluran pernapasan. Bahan pembersih ramah lingkungan yang
lebih lembut dapat membantu mengurangi risiko reaksi alergi pada staf yang
menangani linen dan pada pasien yang sensitif.
24
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
25