Anda di halaman 1dari 33

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan pelayanan
kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian, ternyata
memiliki dampak positif dan negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Rumah sakit dalam
penyelenggaraan upaya pelayanan rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat,
pelayanan medik dan non medik menggunakan teknologi yang dapat memengaruhi
lingkungan di sekitarnya (Adisasmito, 2007).
Pelayanan medik tidak dapat berhasil, jika tidak didukung oleh pelayanan penunjang
medik dan pelayanan penunjang non medik. Unit laundry merupakan unit penunjang non
medik yang memberikan pelayanan linen terutama kepada pasien inap. Unit laundry
merupakan unit yang melakukan pengelolaan linen rumah sakit, khususnya linen yang
merupakan kelengkapan tempat tidur pasien rawat inap (Nugraheni, 2013).
Linen adalah istilah untuk menyebutkan seluruh produk tekstil yang berada dirumah
sakit yang meliputi linen di ruang perawatan maupun baju bedah diruang operasi (OK),
sedang baju perawat, jas dokter maupun baju kerja biasanya tidak dikelompokan pada
kategori linen, tetapi dikategorikan sebagai seragam (uniform). Menurut bidang laundry
ada linen kotor (soiled linen) dan ada linen terinfeksi (fouled and infected linen) serta linen
yang terinfeksi hepatitis.
Pengumpulan linen ini harus dipisahkan dengan kantung yang dibedakan warnanya.
Temperatur untuk mencuci adalah 650C selama 10 menit atau 710C selama 3 menit. Mesin
cuci, alat-alat cuci seperti sikat, ember juga harus di desinfeksi. Ruang yang perlu
disediakan adalah ruang linen kotor, ruang linen bersih, gudang kereta linen, gudang untuk
penyimpanan perlengkapan bersih, perlengkapan cuci (Djojodibtoro, 1997).
Linen di rumah sakit di butuhkan disetiap ruangan. Kebutuhan akan linen di setiap
ruangan ini sangat bervariasi, baik jenis, jumlah dan kondisinya. Alur pengelolaan linen
cukup panjang, membutuhkan pengelolaan khusus dan banyak melibatkan tenaga
kesehatan dengan bermacam-macam klasifikasi. Klasifikasi tersebut terdiri dari ahli
manajemen, teknisi, perawat, tukang cuci, penjahit, tukang setrika, ahli sanitasi, serta ahli
kesehatan dan keselamatan kerja. Untuk mendapatkan kualitas linen yang baik, nyaman
dan siap pakai, diperlukan perhatian khusus, seperti kemungkinan terjadinya pencemaran
infeksi dan efek penggunaan bahan-bahan (Depkes RI, 2004).
Sering dijumpai kendala-kendala dalam pengelolaan linen di rumah sakit seperti,
kualitas linen yang tidak baik, dalam arti linen sudah kadaluarsa dan kerapatan benang
sudah tidak memenuhi persyaratan, kualitas hasil pencucian sulit menghilangkan noda
berat seperti darah, bahan kimia, dan lain-lain, unit-unit pengguna linen tidak melakukan
pembasahan terhadap noda sehingga noda yang kering akan sulit dibersihkan saat
pencucian, ruangan tidak memisahkan linen kotor terinfeksi dan kotor tidak terinfeksi,
kurang optimalnya pengelolaan untuk jenis linen tertentu seperti kasur, bantal, linen
berenda dan lain-lain, kurangnya koordinasi yang dengan bagian lain khususnya dalam
perbaikan sarana dan peralatan, aspek hukum apabila pengelola linen dilakukan oleh pihak
ketiga, kurangnya pemahaman tentang kewaspadaan universal, kurangnya pemahaman
dalam pemilihan, penggunaan dan efek samping bahan kimia berbahaya, kurangnya
kemampuan dalam pemilihan jenis linen (Depkes RI, 2004).
Linen kotor merupakan sumber kontaminasi penting di rumah sakit. Meskipun linen
tidak digunakan secara langsung dalam proses pengobatan namun dapat dilihat
pengaruhnya bila penanganan linen tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan
terjadinya penularan penyakit yaitu melalui infeksi nosocomial (Bhaktianti, 2008).
Laundry rumah sakit adalah tempat dan sarana pencucian linen yang dilengkapi dengan
sarana penunjang berupa mesin cuci, alat dan desinfektan, mesin uap (steam boiler),
pengering, meja, dan meja setrika. Lokasi dan penempatannya hendaknya pada tempat
yang mudah dijangkau oleh unit yang memerlukan (Djojodibroto, 1997)
Berdasarkan hasil riset fasilitas kesehatan, terdapat 594 RSU pemerintah yang memiliki
binatu sendiri (86,7%). Sebanyak 93,8% RSU Pemerintah kelas A, 93,1% RSU Pemerintah
kelas B, 90,7% RSU Pemerintah kelas C, dan 75,1% RSU Pemerintah kelas D memiliki
binatu sendiri. Selebihnya menggunakan jasa outsourcing atau tidak memiliki pelayanan
binatu sama sekali.Sekitar 56,8% Pelayanan binatu RSU pemerintah memiliki ruang linen
kotor, 62,6% memiliki ruang linen bersih, 45,4% memiliki ruang kereta linen 53,3%
memiliki ruang kelengkapan cuci, dan 64,9% memiliki ruang setrika (Rifakes, 2011).
Binatu atau laundry hendaknya ditempatkan pada lokasi yang mudah dijangkau oleh
unit kegiatan lain dan tidak berada di jalan lintas. Harus disediakan saluran pembuangan
air limbah sistem tertutup dengan ukuran, bahan, dan kemiringan yang memindai (2-3%),
dilengkapi dengan pengolahan awal (pretreatment) sebelum dialirkan ke instalasi
pengolahan air limbah (Djojodibroto, 1997).
1.2 Permasalahan
Perumusan masalah dari penelitian ini adalah : “ Bagaimana Manajemen Pengelolaan Linen
di Instalasi Laundry di RS. Bhayangkara Tk. I R. Said Sukanto, Jakarta Timur

1.3 Tujuan Penelitian


1.3 .1 Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran umum tentang sanitasi pengelolaan linen di RS.
Bhayangkara Tk. I R. Said Sukanto, Jakarta Timur 2019

1.3 .2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dalam penelitian ini diantaranya:
1. Untuk mengetahui secara teknis sanitasi pengelolaan linen meliputi metode
pengumpulan, pengangkutan, penerimaan, pencucian, pengeringan, penyetrikaan,
penyimpanan dan pendistribusian, bahan, sarana, dan peralatan yang digunakan
dalam pengelolaan linen di RS. Bhayangkara Tk. I R. Said Sukanto, Jakarta Timur
2019.
2. Untuk mengetahui aspek social yang meliputi usia, Pendidikan, masa kerja,
pengetahuan, sikap, tindakan serta penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang
digunakan dalam pengelolaan linen di RS. Bhayangkara Tk. I R. Said Sukanto,
Jakarta Timur 2019.
3. Untuk mengetahui aspek administrasi meliputi peraturan, pengawasan dan
pembinaan yang dilakukan dalam pengelolaan linen di RS. Bhayangkara Tk. I R.
Said Sukanto, Jakarta Timur 2019.
4. Untuk mengetahui sanitasi pengelolaan linen di RS. Bhayangkara Tk. I R. Said
Sukanto, Jakarta Timur 2019.
5. Untuk mengetahui Kualitas Bakteriologis hasil Uji Laboraturim dari hasil usap linen
bersih di RS. Bhayangkara Tk. I R. Said Sukanto, Jakarta Timur 2019.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis manajemen pengelolaan linen di
instalasi laundry RSUD Kota Dumai Tahun 2017. Adapun yang diteliti adalah input
(kebijakan, tenaga, dana, sarana dan prasarana), process (pengumpulan, penerimaan,
penncucian, pengeringan, penyetrikaan dan pendistribusian) dan output dari pengelolaan
linen adalah terlaksananya pengelolaan linen yang sesuai standar.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pemahaman membaca, maka penulis secara garis besar menyusun
dalam sistematika sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan landasan – landasan teori yang berhubungan dengan materi penulisan.
BAB 3 GAMBARAN UMUM
Bab ini menguraikan tentang sejarah, visi dan misi, lokasi, organisasi dan pelayanan dan
fasilitas di RS. Bhayangkara Tk. I R. Said Sukanto, Jakarta Timur
BAB 4 KERANGKA KONSEP
Bab ini penulis menguraikan tentang kerangka teori penulisan yang merupakan konsep dari
tinjauan pustaka, kerangka konsep penelitian, dan definisi operasional.
BAB 5 METODELOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang jenis penelitian dan desain penelitian, waktu penelitian, lokasi
penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, analisa dan pengolahan data dan
hipotesis
BAB 6 RENCANA PENYAJIAN DATA
Bab ini berisikan tentang rencana dalam penyajian data
BAB 7 JADWAL, ORGANISASI DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA
PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang jadwal, organisasi, dan rencara anggaran biaya dalam penelitian
Pengelolaan Linen di RS. Bhayangkara Tk. I R. Said Sukanto, Jakarta Timur
BAB 8 PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan analisa yang telah diuraikan
pada bab – bab sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Linen
Linen adalah bahan / kain yang digunakan di rumah sakit untuk kebutuhan pembungkus
kasur, bantal, guling, selimut, baju petugas, baju pasien dan alat instrument steril
lainnya. Jenis kain yang banyak digunakan seperti katun jepang, drill, flanel, bahan anti
air dan anti bakteri (Aini Nur, 2010).
Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen rumah sakit yang dilengkapi
dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan desinfektan, mesin uap (steam
boiler), pengering, meja, dan mesin set. Peran linen sangat penting bagi nilai jual
ruangan. Selain itu pengelolaan linen yang kurang baik dapat menyebabkan timbulnya
infeksi. Jenis linen menurut kontaminasinya ada dua, yaitu linen infeksius dan linen
non infeksius. Linen infeksius adalah linen yang terkena cairan tubuh pasien seperti
feses, muntahan, darah, dan air seni. Linen non infeksius adalah linen yang tidak
terkena cairan tubuh manusia. Menurut nodanya, linen terbagi menjadi tiga, linen noda
berat, sedang, dan ringan.
Meskipun linen tidak digunakan secara langsung dalam proses pengobatan namun
dapat dilihat pengaruhnya jika penanganan linen tidak dikelola dengan baik akan
mengakibatkan terjadinya penularan penyakit yaitu infeksi nosokomial atau yang
sekarang lebih sering disebut Health-care Associated Infections (HAIs). HAIs
merupakan infeksi yang didapat pasien selama menjalani prosedur perawatan dan
tindakan medis di pelayanan kesehatan setelah 48 jam dan 30 hari setelah keluar dari
fasilitas pelayanan kesehatan (WHO, 2011).
a. Jenis Linen
Menurut Depkes RI tahun 2004, macam linen yang dibutuhkan di rumah sakit
beberapa diantaranya ialah: Perlengkapan alas kasur, sprei, sarung guling, selimut,
dll. Perlengkapan baju pasien serta semua perlengkapan baju operasi, berbagai
macam doek, dan peralatan baju bayi.
b. Bahan yang digunakan untuk linen
1) Kain Katun
2) Kain Wool
3) Kain kombinasi (65% aconilic:35% wool)
4) Kain Silk
5) Kain Blacu
6) Kain Flanel
7) Kain Tetra
8) Kain CVC 50% - 50%
9) Kain Polyester 100%
10) Kain Twill/ drill
11) Bahan pembuat linen sebaiknya disesuaikan dengan fungsinya dan cara
pengelolaan atau perawatan linen harus sesuai juga penampilan yang baik
diharapkan (Depkes RI,2004)
c. Manajemen Linen Rumah Sakit
Berdasarkan Depkes RI 2004, manajemen linen rumah sakit merupakan suatu
sistem pengelolaan linen yang ada di rumah sakit. Beberapa hal yang penting dalam
manajemen linen yaitu:
1) Peran dan fungsi manajemen linen
Peran pengelolaan manajemen linen di rumah sakit cukup penting. Diawali dari
perencanaan, salah satu subsistem pengelolaan linen adalah proses pencucian.
Alur aktivitas fungsional dimulai dari penerimaan linen kotor, penimbangan,
pemilahan, proses pencucian, pemerasan, pengeringan, sortir noda,
penyetrikaan, sortir linen rusak, pelipatan, merapikan, mengepak, atau
mengemas, menyimpan, dan mendistribusikan ke unit-unit yang
membutuhkannya, sedangkan linen yang rusak dikirim ke kamar jahit. Untuk
melaksanakan aktivitas tersebut dengan lancar dan baik. Peran sentral lainnya
adalah perencanaan, pengadaan, pengelolaan, pemusnahan, control dan
pemeliharaan fasilitas kesehatan, dan lain-lain, sehingga linen dapat tersedia di
unit-unit yang membutuhkan.
d. Prinsip Pengelolaan Linen
GAMBAR 2.1
PEDOMAN PENGELOLAAN LINEN

Kemungkinan Rendah
menimbulkan infeksi
(desinfeksi tingkat rendah)

Secara umum infeksi yang Tinggi


disebabkan karena linen
relative rendah (desinfeksi tingkat tinggi)
strerilisasi
Karena tidak kontak langsung
dengan jaringan tubuh yang
steril atau pembuluh darah

e. Tatalaksana Pengelolaan linen


1) Perencanaan
a) Sentralisasi pada Linen
Sentralisasi ialah alur prosedural yang dimulai dari berbagai proses salah
satunya perencanaan, pemantauan dan evaluasi. Sifat linen adalah barang
habis pakai sehingga linen harus selalu siap dipakai dari kuantitas dan
kualitas, perlu sistem pengadaan satu pintu.
b) Standarisasi Linen
Secara fungsional linen digunakan untuk berbagai keperluan seperti baju,
alas, pembungkus, lap, dan sebagainya, sehingga perkembangan
manajemennya menjadi tidak sederhana lagi, berhubung tiap bagian
dirumah sakit mempunyai spesifikasi pekerjaan, jumlah kebutuhan yang
besar, frekuensi cuci yang tinggi, keterbatasan persediaan. Untuk itu
diperlukan standar linen, antara lain (Depkes RI, 2004):
(1) Standar produk
Kepentingan untuk produksi massal atau besar serta mencapai skala
ekonomi rumah sakit wajib memiliki standar produk yang sama.
(2) Standar desain
Desain baju rumah sakit lebih baik yang sederhana, ergonomis, dan
unisex merupakan pilihan yang ideal, terutama baju bedah dan baju
pasien.
(3) Standar Material
Pemilihan material harus disesuaikan dengan fungsi, cara perawatan,
dan penampilan yang diharapkan. Beberapa kain yang digunakan di
rumah sakit antara lain Cotton 1005, CVC 50%-50%, TC 65%-35%,
Polyester 100% dengan anyaman plat atau twill/drill, dengan proses
akhir yang lebih spesifik, seperti : water repellent, soil release, PU
coated, dan sebagainya yang mempunyai sifat dan
penggunaanpenggunaan tertentu. Dengan adanya berbagai pilihan
tersebut memungkinkan bagi kita untuk mendapatkan hasil terbaik
untuk setiap produk. Pemilihan warna pada kain/ baju juga memberikan
nuansa tersendiri, sehingga secara psikologis berpengaruh pada
lingkungan. Selain warna, dapat berupa corak atau motif, untuk nuansa
yang lebih santai dan modern.
(4) Standar ukuran
Pertimbangan ukuran linen dilihat dari biaya pengadaan dan
operasional, makin luas dan berat, makin mahal biaya tersebut. Dengan
adanya ukuran tempat tidur yang standar, misalnya 90 x 200 cm.
(5) Standar jumlah
Stok linen di ruang perawatan secara ideal adalah 5 stok di ruangan,
dengan 1 dipakai oleh pasien; 1 dicuci; 1 cadangan; & 2 tersimpan di
logistik ( 1 dengan bentuk sprei atau terjahit & 1 berupa lembaran
kain).
(6) Standar penggunaan linen
Untuk standar pemakaian linen harus tahan cuci sampai 350 kali dengan
prosedur normal. Setiap rumah sakit masing-masing lebih baik
mempunyai standar kelaikan linen, bisa berdasar umur linen, kondisi
fisik linen atau dengan frekuensi mencuci linen. Untuk itu sebaiknya
diberi identitas seperti logo rumah sakit, tanggal peredaran linen, ukuran
linen, nomer identitas linen, tempat linen didistribusikan.
f. Penatalaksanaan linen
Berdasarkan Depkes RI 2004, pengorganisasian linen dibagi berdasarkan tingkat
transmisi mikroorganisme dan lokasi: Linen kotor yang dapat dicuci di laundry
dikategorikan:
1) Linen kotor infeksius : linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh
dan feses terutama yang berasal dari infeksi TB paru, HIV, dll.
2) Linen kotor tidak infeksius: linen yang tidak terkontaminasi cairan tubuh
pasien, misal darah, urin, atau feses pasien. Pemindahan dan pengangkutan
linen merupakan tahap pengelolaan linen yang potensial menyebarkan
organisme, sehingga terdapat syarat – syarat tertentu untuk transportasi linen,
yaitu:
a) Menggunakan troli tertutup dan terpisah antar troli linen kotor dengan linen
bersih
b) Troli terbuat dari baja antikarat
c) Wadah dapat menampung beban linen
d) Wadah dapat dengan mudah dilepas dan selalu dibersihkan setelah
digunakan, troli diusahakan selalu di cuci dan saat digunakan dalam
keadaan bersih.
e) Muatan/ loading linen kotor/ bersih tidak berlebihan.
f) Wadah memiliki tutup.
Petugas diwajibkan menggunakan APD & hand hygiene sebelum dan
sesudah mencuci tangan.
1) Prosedur pencatatan pada saat penerimaan dan penimbangan linen
kotor. Setelah diterima di ruang rawat linen yang terkontaminasi dicatat
kemudian ditimbang, dengan jumlah satuan berasal dari formulir
ruangan. Penimbangan dilakukan penghitungan bahan kimia.
2) Pemilahan linen kotor serta penimbangan
Pemilahan dilakukan berdasarkan:
a) Linen infeksius berwarna; linen infeksius putih; linen tidak
terinfeksi berwarna; linen tidak terinfeksi; linen asal OK (disediakan
jaring) karena terdiri dari pakaian dengan banyak tali; linen berkerah
dan bertali disediakan jarring untuk proses pencucian.
b) Hindari pensortiran linen infeksius.
c) Pewadahan linen infeksius menggunakan kantung dari ruang rawat
dan dikeluarkan tanpa membuka segel kantung
3) Pencucian
Sebelum tahap pencucian, dilakukan pemanasan untuk desinfeksi
membunuh mikroorganisme di mesin cuci. Pencucian bertujuan untuk
menghilangkan noda, perawatan linen agar awet, serta memenuhi
persyaratan sehat yaitu bebas dari mirkoorganisme patogen. Untuk
dapat mencapai tujuan pencucian, harus mengikuti persyaratan teknis
pencucian:
a) Waktu
Proses pencucian membutuhkan sekian waktu tertentu untuk
membunuh mikroorganisme di linen.
b) Suhu
Temperatur yang dianjurkan untuk pencucian bahan linen adalah:
katun ≤ 90ᵒC; polykatun ≤ 80ᵒC; polyester ≤ 75ᵒC; wool & silk ≤
30ᵒC. Suhu untuk pencampuran dengan bahan kimia:
(1) Proses pra cuci dengan tanpa/ bahan kimia dengan suhu normal
(2) Proses cuci dengan bahan kimia alkali dan detergen untuk linen
warna putih 45-50 , untuk linen warna 60-80
(3) Proses bleaching atau dilakukan desinfeksi 65 atau 71
(4) Proses bilas pertama, kedua, penetralan, serta pelembut dengan
suhu normal.
c) Bahan kimia
Bahan kimia yang digunakan terdiri dari: alkali, emulsifier,
detergen, bleach (chlorine bleach dan oksigen bleach), sour, softener
dan starch.
Untuk linen infeksius:
Chlorine formulasi 10% atau 100.000 ppm av.CL2Chlorine dan 1%
atau 10.000 ppm av.Cl2 (untuk virus HIV&HBV).
(1) Loading/ muatan
Mesin harus dikosongkan 25% dari kapasitas mesin. Sebagia
contoh: kapasitas mesin 50 kg, maka loading/ beban yang
dimasukkan tidak boleh lebih dari 37,5 kg
(2) Level air
Level air adalah jumlah air yang diperlukan sebagai pengencer
bahan kimia yang terdiri dari level : TINGGI = 50% dari
kapasitas drum; SEDANG = 32% dari kapasitas drum; dan
RENDAH = 16,6% dari kapasitas drum.
(3) Motor penggerak
Pemeliharaan yang kontinu tidak akan membiarkan kondisi ini
terjadi, karena selain hasil cucian tidak maksimal, juga dapat
merembet kerusakan pada komponen lainnya.
(4) Takaran detergen yang berlebihan
Takaran detergen yang berlebihan mengakibatkan melicinkan
linen dan busa yang berlebihan akan mengakibatkan sedikit
gesekan.
(5) Bahan kimia
Bahan kimia akan berfungsi dengan baik apabila 3 faktor
tersebut diatas berfungsi dengan baik. Menggunakan bahan
kimia berlebihan tidak akan membuat mesin menjadi lebih baik.
d) Pemerasan linen
e) Pengeringan
f) Pengeringan dilakukan dengan mesin pengering.
g) Penyetrikaan
h) Pelipatan
i) Penyimpanan
j) Pendistribusian
k) Penggantian linen rusak
BAB 3

GAMBARAN UMUM

3. 1 Lokasi
Lokasi penelitian berada di RS. Bhayangkara Tk. I R. Said Sukanto
Jl. RS. Polri Kramat Jati, Kode Pos : 13510 Jakarta Timur - DKI Jakarta
3. 2 Organisasi
No. Jabatan Nama
1. KEPALA RUMAH BRIGJEN POL. DR. MUSYAFAK
SAKIT
2. WAKARUMKIT KOMBES POL dr. HARYANTO, Sp,PD
3. KABAG WAS INTERN KOMBES POL dr. HISBULLOH HUDA,SP.PD
4. KA KOMITE MEDIK KOMBES POL dr. ISMUGI, Sp.JP
5. KA KOMITE KOMBES POL DYAH RATNA
KEPERAWATAN NURMALA,SMIP,SPd
6. KABAG RENMIN KOMBES POL dr. FEBIANA.Mkes
7. KABID YAN MEDWAT KOMBES POL dr. YAYOK
WITARTO,Sp.GK,MS
8. KABID YAN DOKPOL KOMBES POL Drs. SUMIRAT
DWIYANTO,M.Si
9. KABID JANG MEDUM KOMBES POL dr. JEFFERSON
MAREMPE,Sp.B, FINACS, FICS
10. KABAG BINFUNG KOMBES POL dr. RACHMAWATI ARSHAD,
MARS
11. KASUBBAG REN AKBP Dra. LILYWATI DJAYA, APT
12. KASUBBAG SDM AKBP SRIE PUJI ASTUTI, AMK
13. KASUBBAG MATLOG AKBP C. SINUNG WAHYU PRADOPO,
SMPH, SPd
14. KASUBBAG KOMPOL YOSEPHINE KOLOAY, SKM
KEUANGAN
15. KA INSTALASI HUMAS AKBP Ns. SARI WIJAYANTI, S.Kep
3. 3 Sarana Kesehatan Lingkungan
Konsep sistem manajemen lingkungan rumah sakit di Indonesia telah dikenal sejak
lama sebagai bagian dari rutinitas internal kegiatan rumah sakit. Konsep tersebut pada
banyak rumah sakit dilaksanakan melalui praktek-praktek sanitasi lingkungan.
Sanitasi lingkungan rumah sakit mempunyai arti sebagai upaya menciptakan kesehatan
lingkungan yang baik di rumah sakit melalui pelaksanaan programprogram yang
berkaitan dengan semua aktivitas yang ada di rumah sakit. Sanitasi lingkungan rumah
sakit meliputi pengendalian berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi, biologi dan
sosial psikologi di rumah sakit. Komponen manajemen sanitasi rumah sakit antara lain:
1. Aspek Input
Aspek input di lingkungan rumah sakit yang terdiri dari petugas sanitarian atau
petugas kesehatan lain yang telah dilatih, adanya biaya operasional (dana) yang
dibutuhkan dalam menyelenggarakan sanitasi rumah sakit dan adanya sarana dan
prasarana yang seminimal mungkin dapat menunjang pelaksanaan Manajemen
sanitasi untuk kegiatan promotif dan preventif. Pelaksanaan pelayanan sanitasi
juga harus ditunjang oleh kelengkapan materi yang diperlukan berupa proses
administrasi, pencatatan dan pelaporan, serta pedoman buku yang digunakan
sebagai petunjuk teknis sanitasi (Depkes RI, 1991/1992).
2. Proses
Aspek lingkungan rumah sakit merupakan suatu aspek yang berdampak penting
terhadap pelayanan rumah sakit atau masyarakat sekitar rumah sakit. Dimana
Operasional kegiatan di rumah sakit merupakan suatu rangkaian proses berupa
kegiatan yang direncanakan yang dimulai dari pelayanan medik (poliklinik dan
rawat inap), pelayanan penunjang medik dan penunjang nonmedik. Selain itu, ada
pula aktivitas dan pelayanan dalam beberapa kategori utama, seperti rawat jalan,
rawat inap, produk limbah yang dihasilkan, kegiatan medik dan nonmedik,
transportasi material (medik dan logistik), dan upaya pencegahan pencemaran.
Dari masing masing uraian aktivitas tersebut, akan teridentifikasi bahan-bahan apa
yang saja yang digunakan, baik dari obat-obatan, alat kesehatan, maupun bahan
kimia lainnya.
Aspek lingkungan rumah sakit sebenarnya mencakup lingkup yang luas ataupun
tidak terbatas sehingga untuk lebih memudahkan akan disajikan beberapa contoh
dari aspek lingkungan berikut:
a. Pengelolaan limbah infeksius, patologis, dan nonmedik;
b. Kejadian infeksi nosokomial;
c. Pembuangan air limbah;
d. Kegiatan yang menggunakan zat kimia
e. Kegiatan yang menggunakan air;
f. Kegiatan yang menggunakan energi;
g. Penggunaan sumber daya alam; produk yang sudah lama;
h. Pembuangan produk.
Identifikasi aspek lingkungan merupakan proses yang berjalan untuk menentukan
dampak positif atau negatif dari kegiatan rumah sakit.
3. Output
Hasil yang diharapkan dari seluruh kegiatan oprasional rumah sakit yang
berdampak terhadap perubahan kondisi lingkungan yang tidak baik akan menjadi
baik sehingga memenuhi prasyarat kesehatan lingkungan rumah sakit dengan
memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan
lingkungan hidup.
b. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang
memiliki sikap yang ramah lingkungan.
c. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan.
d. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.
e. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.
f. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha
dan/atau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup.
3. 4 Kegiatan / Proses Kerja
BAB 4

KERANGKA KONSEP

4. 1 Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka, maka didapatkan kerangka teori sebagai berikut:
GAMBAR 4.1
KERANGKA TEORI

ASPEK TEKNIS ASPEK ADMINISTRASI


1. Metode: 1. Peraturan
Pengumpulan, 2. Pengawasan
pengangkutan , 3. pembinaan
penerimaan,
pencucian,
pengeringan,
penyetrikaan, Memenuhi Syarat
Sanitasi
penyimpanan, dan
pendisribusian. Pengelolaan Linen di
2. Bahan: detergent, Rumah Sakit
pemutih, desinfeksi,
pelembut dan pewangi.
3. Sarana: lokasi, lantai,
air bersih, air panas,
Tidak Memenuhi
Syarat
ASPEK SOSIAL
1. Pendidikan
2. Usia
3. Masa Kerja
4. Pengetahuan
5. Sikap Uji Bakteriologis
6. Tindakan Linen
7. Pengunaan APD
8. Pemeriksaan
Kesehatan

4. 2 Kerangka Konsep Penelitian


Berdasarkan kerangka teori, maka didapatkan kerangka konsep sebagai berikut:
GAMBAR 4.2
KERANGKA KONSEP

ASPEK TEKNIS
1. Metode
2. Bahan
3. Sarana
4. peralatan

ASPEK SOSIAL
1. Pendidikan Sanitasi Memenuhi Syarat
2. Usia
Pengelolaan Linen
3. Masa Kerja
4. Pengetahuan Di RS. Bhayangkara Tk. I
5. Sikap R. Said Sukanto, Jakarta Tidak Memenuhi
6. Tindakan Timur Syarat
7. Pengetahuan APD
ASPEK ADMINISTRASI
1. Peraturan
2. Pengawasan Uji Bakteriologis
3. Pembinaan Linen

4. 3 Definisi Operasional

TABEL 4.3

DEFINISI OPERASIONAL

No Variable Definisi Operasional Cara Alat Hasil Ukur Skala


. Ukur Ukur Ukur
A. Aspek Teknis
1. Metode Proses sanitasi
pegelolaan linen mulai
dari pengumpulan
sampai pendistribusian
pada ruangan - ruangan
a. Pengumpulan linen – Observa Checkl a. memenuhi Ordina
pengum linen kotor yang si ist persyaratan l
pulan berasal dari tiap – tiap
ruangan dengan
menggunakan kantung b. tidak
plastic sesuai jenisnya memenuhi
persyaratan
b. Mengantarkan linen Observa Checkl a. memenuhi ordinal
pengang dari tiap – tiap ruangan si ist persyaratan
kutan dengan menggunakan b. tidak
trolly tertutup memenuhi
persyaratan
c. Melakukan pencatatan Observa Checkl a. memenuhi
penerim linen yang diterima dan si ist persyaratan
aan menimbang berat linen b. tidak
untuk menyesuaikan memenuhi
dengan kapasitas mesin persyaratan
cuci serta melakukan
pemilihan antara linen
infeksius dan non
infeksius berdasarkan
tingkat kekotorannya
d. Suatu kegiatan untuk Observa Checkl a. memenuhi Ordina
pencuci membersihkan kotoran si ist persyaratan l
an yang menempel pada b. tidak
linen menggunakan memenuhi
detergent, pemutih, persyaratan
desinfeksi, pelembut,
dan pewangi, serta
suhu air panas dengan
menggunakan APD
secara lengkap
e. Kegiatan untuk Observa Checkl a. memenuhi Ordina
pengerin menghilangkan si ist persyaratan l
gan kandungan air dari b. tidak
proses pencucian memenuhi
persyaratan
menggunakan mesin
pengering
f. Melicinkan atau Observa Checkl a. memenuhi Ordina
penyetri menghaluskan linen si ist persyaratan l
kaan yang telah melalui b. tidak
mesin pengering dan memenuhi
dilakukan di ruangan persyaratan
terpisah oleh petugas
pengelola linen
g. Meletakkan linen yang Observa Checkl a. memenuhi Ordina
penyimp telah melalui proses si ist persyaratan l
anan penyetrikaan dan b. tidak
pelipatan, serta memenuhi
dibungkus plastic, persyaratan
dipisahkan sesuai
jenisnya dan disimpan
dilemari yang bersih
dan tertutup
h. Mengirimkan linen Observa Checkl a. memenuhi ordinal
pendistri bersih ke semua si ist persyaratan
buasian ruangan, kantong b. tidak
pembungkus linen memenuhi
bersih harus berbeda persyaratan
dengan linen kotor
serta menggunakan
trolly tertutup yang
berbeda dengan linen
kotor
No Variable Definisi Cara Alat Hasil Ukur Skala
2. Bahan Sejumlah zat yang Observa Checkl a. memenuhi Ordina
dipakai dalam si ist persyaran l
pencucian terdiri
detergent, pemutih,
desinfeksi, pelembut b. tidak
dan pengawangi memenuhi
persyaratan
3. Sarana Tersedianya keran air Observa Checkl a. memenuhi Ordina
bersih, keran air panas, si ist persyaratan l
ruangan khusus untuk b. tidak
pencucian, ruangan memenuhi
linen bersih dan linen persyaratan
kotor yang terpisah,
pembuangan air kotor
terutup, rak
penyimpanan linen
bersih, gudang untuk
penyimpanan bahan
dan alat, kamar mandi
dan WC tersendiri
untuk petugas
pencucian, Washtafel
tersendiri untuk
petugas pencucian,
terdapat ember dan bak
air untuk perendaman
linen (desinfeksi)
4. Peralata Keperluan yang Observa Checkl a. memenuhi Ordina
n digunakan dalam si ist persyaratan l
sanitasi pengelolaan b. tidak
linen seperti trolly yang memenuhi
berbeda untuk linen persyaratan
kotor dan linen bersih,
kantong pengumpul
linen yang berbeda,
timbangan duduk,
mesin cuci, mesin
pengering, ember, dan
bak, plastic, alat
setrika, lemari linen
bersih, mesin jahit,
APD seperti baju
seragam, sarung
tangan, masker, sepatu
boot dan apron
No Variable Definisi Cara Alat Hasil Ukur Skala
B. Aspek Sosial
5. Pendidi Tingkat Pendidikan Wawanc Kuesio a. SD Oridin
kan terakhir yang ara ner b. SMP al
diselesaikan petugas c. SMA
sanitasi pengelola linen d. PT
6. Usia Umur petugas sanitasi Wawanc Kuesio a. <24thn Interva
pengelola linen ara ner b. 24 – l
45thn
c. >45thn
7. Masa Lamanya waktu (dalam Wawanc Kueisi a. < 3 thn Interva
Kerja tahun) selama bekerja ra oner b. > 3 thn l
sebagai petugas
pengelolaan linen
8. Perilaku
a. Segala sesuatu yang di Wawanc Kueisi a. Baik Ordina
pengeta ketahui oleh petugas ara oner b. Cukup l
huan sanitasi pengelolaan c. Kurang
linen dalam
pengelolaan linen
b. sikap Tanggapan petugas Wawanc Kueisi a. Baik Ordina
sanitasi pengelolaan ara oner b. Cukup l
linen yang baik dan c. Kurang
benar
c. Tingkah laku yang Wawanc Kueisi a. Baik Ordina
tindakan terwujud dalam ara oner b. Cukup l
gerakan oleh petugas c. Kurang
sanitasi pengelolaan
linen dalam linen
9. Penggun Sebagai pelindungan Observa Checkl a. Memenuhi Ordina
aan diri yang harus si ist persyaran l
APD dikenakan petugas b. Tidak
sanitasi pengelolaan memenuhi
linen dalam persyaratan
pengelolaan linen
No Variable Definisi Operasional Cara Alat Hasil Ukur Skala
Ukur Ukur Ukur
C. Aspek Adminstrasi
10. Peratura Peraturan tertulis Wawanc Kueisi a. Ada Ordina
n tentang sanitasi ara oner b. Tidak ada l
pengelolaan linen di
RS. Bhayangkara Tk. I
R. Said Sukanto,
Jakarta Timur yang
dibuat untuk petugas
sanitasi pengelolaan
linen yang merujuk
pada Kepmenkes RI
No.1204/MENKES/SK
/X/2004
11. Pengaw Pemantauan terhadap Wawanc Kueisi a. Ada Ordina
asan petugas sanitasi ara oner b. Tidak ada l
pengelolaan linen di
RS. Bhayangkara Tk. I
R. Said Sukanto,
Jakarta Timur
12. Pembina Pelatihan atau Wawanc Kueisi a. Ada ordinal
an penyuluhan petugas ara oner b. Tidak ada
sanitasi pengelolaan
linen di RS.
Bhayangkara Tk. I R.
Said Sukanto, Jakarta
Timur

BAB 5

METODE PENELITIAN

5. 1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, yang memberikan gambaran umum tentang Sanitasi
Pengelolaan Linen di RS. Bhayangkara Tk. I R. Said Sukanto, Jakarta Timur.
5. 2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di RS. Bhayangkara Tk. I R. Said Sukanto, Jakarta
Timur. Berlokasi di Jl. RS. Porli Kramat Jati Jakarta Timur.
5. 3 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juni – Juli 2019
5. 4 Populasi dan Sampel
5.4.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi yang diambil
yaitu seluruh petugas Sanitasi Pengelolaan Linen yang terdiri dari:
Penanggung Jawab 1 orang
Pencucian 3 orang
Penyetrikaan 2 orang
Pelipatan 3 orang
5.4.2. Karakteristik Sampel
Apabila penelitian kurang dari 100 orang, maka lebih baik diambil
semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, sedangkan
apabila subyek nya besar atau lebih dari 100 orang, maka dapat diambil
sampel antara 10 – 15% atau 20 – 25% atau lebih, Suharsimi Arikunto
(1998). Sehigga sampel yang diamati untuk penelitian ini adalah seluruh
petugas Sanitasi Pengelolaan Linen berjumlah 9 orang.
Sampel Bakteriologis Linen bersih yaitu seprei yang akan di
distribusikan ke ruang Haemodialisa (HD), dan mengambil sampel dengan
cara usap linen.
5.4.3. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Dalam mengumpulkan data untuk penelitian ini menggunakan beberapa cara,
yaitu angket, observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan dokumentasi.
1. Kuesioner (angket)
Kuesioner adalah suatu daftar yang bersikan rangkaian pertanyaan
mengenai susuatu masalah atau bidang yang akan diteliti (cholid dan
Abu, 2012:76). Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik atau cara
pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung
bertanyajawab dengan responden) (Nana, 2007).
Metode ini dipilih karena dalam penelitian diperlukan adanyan data yang
didapat langsung dari jawaban objek yang akan diteliti dan untuk
menjadikan perbandingan sesama objek yang akan diteliti dan
memperoleh informasi mengenai sesuatu masalah secara serempak.
Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui bagaimana proses
pengelolaan linen RS. Bhayangkara Tk. I R. Said Sukanto
2. Observasi (pengamatan)
Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan cara
mengamati dan mencatat secara istematik gejala-gejala yang diselidiki
(kholid Narbuko 2012:70). Observasi dapat dilakukan secara partisipatif
atau nonpartisipatif, dalam penelitian ini digunakan observasi
nonpartisipatif yaitu pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya
berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan. Metode ini
dipilih karena dalam penelitian yang sangat diperlukan data yang valid,
dengan diadakannya observasi langsung maka sebagai peneliti akan
dapat mengumpulkan data yang nyata sesuai dengan kenyataan.
Observasi awal yang dilakukan yaitu mengadakan kunjungan ke RS.
Bhayangkara Tk. I R. Said Sukanto, Jakarta Timur untuk mengadakan
wawancara dengan petugas pengelola linen di RS. Bhayangkara Tk. I R.
Said Sukanto.
3. Wawancara
Wawancara adalah proses Tanya-jawab dalam penelitian yang langsung
secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka
mendegarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-
keterangan (kholid narbuko 2012:83). Wawancara banyak digunakan
dalam pnelitian kualitatif, dalam penelitian kualitatif tidak disusun dan
digunakan pedoman wawancara yang sangat rinci. Metode ini dipilih
karena dalam pengambilan data diperlukan adanya komunikasi langsung
dengan narasumber, agar semua pertanyaan yang telah disiapkan mampu
terjawab, tanpa wawacara penelitian akan kehilangan informasi yang
hanya dapat diperoleh dengan bertanya langsung kepada respon.
Penelitian ini menggunakan jenis wawancara :
a. Wawancara bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara wawancara
bebas dan terpimpin, jadi pewawancara hanya membuat pokok-
pokok masalah yang akan diteliti, selanjutnya dalam proses
wawancara berlangsung mengikuti situasi pewawancara harus pandai
mengarahkan yang diwawancarai
b. Wawancara perorang, yaitu proses tanya jawab tatap muka itu
berlangsung secara langsung antara pewawancara dengan seorang
yang diwawancarai, cara ini akan mendapatkan data yang lebih
intensif
c. Wawancara kelompok, yaitu proses interviu itu berlangsung
sekaligus duaorang pewawancara atau lebih dari dua orang
narasumber.
4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah data-data tertulis, gambar atau video yang ada
situasi social yang dibutuhkan peneliti, sebagai pendukung datangnya
dalam mengkemas laporan penelitian (Mukhtar, 2013:109). Metode ini
dipilih agar peneliti bisa mengumpulkan bukti real yang memperkuat
pembuktian hasil penelitian. Dokumentasi berupa foto dan video selama
proses wawancara, observasi dan penelitian proses pengelolaan linen.
5. 5 Pengumpulan Data
5.5. 1 Data Primer
1. Hasil Observasi (pengamatan langsung) dilokasi penelitian dengan
menggunakan instrument checklist yang meliputi aspek teknis.
2. Wawancara dengan menggunakan instrument (kuesioner) oleh petugas
Sanitasi Pengelolaan Linen meliputi data umum (nama, usia, Pendidikan,
masa kerja) dan data khusus (peraturan, pengawasan, pembinaan,sikap,
tindakan, dan pengetahuan)
5.5. 2 Data Sekunder
1. Data sekunder di peroleh dari dokumen dan data – data di RS.
Bhayangkara Tk. I R. Said Sukanto, Jakarta Timur
2. Data laporan dari pihak terkait setempat
3. Undang – undang dan Kepmenkes RI
4. Berbagai jurnal yang sesuai dengan topik yang terkait
5. 6 Pengolahan dan Analisis Data
5.6. 1 Pengolahan Data
Dalam mengolah data dilakukan melalui 4 tahap, yaitu:
1. Editing
Yaitu memeriksa kembali jawaban kuesioner – kuesioner apakah semua
pertanyaan terjawab semua dan terjawab tepat.
2. Scoring
Setelah jawaban dikelompokan dihitung skor untuk penilaian
1) Penilaian kuesioner:
Bobot Penilitan:
(1) Pilihan a mempunyai bobot nilai 2, untuk jawaban yang paling
benar
(2) Pilihan b mempunyai bobot nilai 1, untuk jawaban yang
mendekati benar
(3) Pilihan c mempunyai bobot nilai 0, untuk jawaban yang salah
2) Mencari Interval
𝑋𝑛−𝑋𝑖
Rumus : C = 𝐾

Keterangan:
K = 3 (baik, cukup, kurang)
Xn = 2 (bobot max) X 9 jumlah pertanyaan
Xi = 0 (bobot minimal) X 9
18−0
Maka , C = =6
3

Kriteria rentang nilai kuesioner


TABEL 5.1
RENTANG NILAI KUESIONER
Rentang Nilai Kriteria
13 – 18 Baik
7 – 12 Cukup
0–6 Kurang

3) Penilaian checklist:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 (𝑌𝐴)
x 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙

Rentang nilai :
Berdasarkan Kepmenkes RI No.1204/MENKES/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, sekurang –
kurngnya 75% dari skor maksimal yang ada / yang diperiksa untuk:
 RS pemerintah, BUMN/BUMD Kelas A & Kelas B
 RS ABRI, Kelas I & Kelas II
 RS Swasta Kelas Utama dan Madya
Sehingga rentang nilai untuk penilaian checklist,

TABEL 5.2

RENTANG NILAI CHECKLIST

Skor Kriteria
<75% Tidak memenuhi persyaratan
≥ 75% Memenuhi persyaratan

3. Tabulating
Penyerdehanaan data yaitu bentuk penyimpanan data dalam bentuk table
tunggal

5.6. 2 Analisis Data


Analisis data diperoleh dari observasi dan wawancara (penyebaran
kuesioner) data yang akan diperoleh tersebut akan diolah dalam bentuk
univariat / table tunggal dan dalam bentuk narasi. Kemudian hasil analisis
dibandingkan dengan teori – teori yang berhubungan dengan kegiatan ini.
5.6. 3 Hipotesis
Dari penelitian ini, dapat dibuat hipotesis:
Ha : Ada hubungan antara masa kerja dengan pengelolaan linen di RS.
Bhayangkara Tk. I R. Said Sukanto, Jakarta Timur
Ho : Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan pengelolaan linen di RS.
Bhayangkara Tk. I R. Said Sukanto, Jakarta Timur
Ha : Ada hubungan antara penggunaan APD dengan pengelolaan linen di
RS. Bhayangkara Tk. I R. Said Sukanto, Jakarta Timur
Ho : Tidak ada hubungan antara penggunaan APD dengan pengelolaan
linen di RS. Bhayangkara Tk. I R. Said Sukanto, Jakarta Timur
Ha : Ada hubungan antara tindakan petugas pengelolaan linen dengan
kebersihan linen
Ho : Tidak ada hubungan antara tindakan petugas pengelolaan linen dengan
kebersihan linen
BAB 6

RENCANA PENYAJIAN DATA

Metode adalah rencana penyajian bahan yang menyeluruh dengan urutan yang
sistematis berdasarkan pendekatan tertentu (Subana, 2009:20). Penelitian adalah semua
kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu,
untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan
pengertian dan menaikkan tingkat ilmu serta teknologi (Margono, 2007:1).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatitf. Penelitian deskriptif kualitatif adalah sebuah penelitian yng dimaksud
untuk mengungakapkan sebuah fakta atau empiris secara objektif ilmiah dengan berlandaskan
pada logika keilmuan, prosedur dan didukung oleh metodologi dan teoritis yang kuat sesuai
disiplin keilmuan yang ditekuni (Mukhtar, 2013:29). Penelitian kualitatif ditunjukan untuk
memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau prespektif partisipan. Partisipan adalah
orang-orang yang diajak wawancara, observasi, diminta memberikan data, pendapat,
pemikiran, persepsinya. (Nana, 2007). Metode ini bertujuan untuk memaparkan data-data dan
menganalisis data secara objektif serta menggambarkan proses dari awal hingga akhir proses
pengelolaan linen di RS. Bhayangkara Tk. I R. Said Sukanto, Jakarta Timur.

Melalui pendekatan kualitatif diperoleh pemahaman dan penafsiran yang mendalam


mengenai makna, kenyataan, dan fakta yang relevan. Penelitian kualitatif antara lain bersifat
deskriptif, data yang dikumpulkan lebih banyak berupa kata-kata atau gambar daripada angka-
angka. (Moleong dalam Basrowi dan Surwand, 2008). Penggunaan angka dalam penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana proses pengelolaan linen di RS. Bhayangkara Tk. I
R. Said Sukanto, Jakarta Timur menggunakan pendekatan saintifik yang memiliki beberapa
tahapan yang kemudian angka yang diperoleh kembali dijabarkan dalam bentuk deskriptif.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut,
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono:2014). Untuk
menentukan sampel yang akan digunakan selama penelitian, pada penelitian ini menggunakan
teknik sampel Probability Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi dipilih menjadi anggota sampel.
Teknik dalam Probability Sampling meliputi beberapa jenis, dan Simple Random Sampling
dipilih dalam penelitian karena populasi dalam penelitian dianggap Homogen.
BAB 7

JADWAL, ORGANISASI DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA PENELITIAN


BAB 8

PENUTUP

8. 1 Kesimpulan
8. 2 Saran

Anda mungkin juga menyukai