DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
2 D3A
Air tanah merupakan air yang berada di wilayah jenuh di bawah permukaan tanah. Dari
keseluruhan air tawar yang ada di planet kita ini lebih dari 97% terdiri atas air tanah.
Ia dapat ditemukan di bawah gurun yang sangat kering maupun di bawah tanah yang
tertutup lapisan salju.
Air tanah yang berasal dari curahan hujan disebut vadose water. Selain dari curahan
hujan, air tanah memang sudah ada sejak lama dan tersimpan dalam batuan sedimen.
Air tanah ini disebut connate water (air tanah tubir). Kadang-kadang air tanah ini
disebut fossil water (air fosil). Ada lagi jenis air tanah yang belum pernah berwujud air
di atmosfer atau di permukaan. Air ini berasal dari aktivitas magma.
Air tanah ini disebut juvenile water (air juvenil atau air magma). Pada umumnya orang
membuat sumur untuk mengambil air tanah, karena keberadaan air tanah berada di
bawah permukaan tanah. Berdasarkan kedalamannya, air tanah dibedakan menjadi
dua, yaitu air tanah dangkal (air tanah freatik) dan air tanah dalam (air tanah
artesis). sumber air tanah berasaldari air hujan yang masuk meresap ke dalam pori-
pori tanah atau batuan dan menempati lapisan batuan yang lolos air (permeable). Batas
antara air tanah dangkal dan air tanah dalam merupakan lapisan batuan yang kedap air
(impermeable). Lapisan batuan di bawah permukaan tanah yang mengandung air dan
dapat dirembesi air disebut akuifer.
Air tanah dalam berada di antara dua lapisan kedap air. Jadi, seolah-olah air tanah ini
ditekan oleh kedua lapisan kedap tersebut. Akibat adanya daya tekan, air memancar
keluar ke permukaan tanah melalui patahan atau retakan batuan secara alami. Air yang
memancar ini disebut artesis. Apabila tanah digali atau dibor sampai air tanah dalam
maka air memancar melalui lubang sumur yang disebut sumur artesis Air tanah yang
berada di dalam tanah ternyata juga mengalir, tetapi kecepatan alirannya lambat
(beberapa sentimeter atau beberapa meter per hari). Kecepatan aliran ini dipengaruhi
oleh tingkat kelolosan air dalam batuan atau tanah (permeabilitas) dan kemiringan
permukaan air tanah (water table).
Gravitasi mendorong gerak air tanah. Ketika air hujan merembes ke tanah, gravitasi
menariknya ke bawah sampai ke suatu tingkat tempat air memenuhi semua ruang di
tanah dan batuan di bawahnya. Setelah tempat ini penuh, orang menyebutnya jenuh air
dan permukaan atasnya disebut muka air tanah. Di daerah beriklim basah, air tanah
pada umumnya hanyabeberapa meter dari muka Bumi, tetapi di daerah kering dapat
sedalam ratusan meter. Gravitasi tetap beraksi di daerah jenuh air dengan menarik air
dari tempat berelevasi tinggi, seperti di bawah bukit ke daerah rendah seperti di
lembah. Lapisan batuan yang berisi air tetapi membiarkannya mengalir disebut akuifer.
Lapisan batuan kedap tidak membiarkan air lewat. Kalau air yang merembes ke bawah
bertemu dengan lapisan semacam itu, airnya mungkin terkumpul di atasnya sehingga
terbentuklah zona air tanah yang bertengger. Air tanah selalu mengalir dengan
kecepatan rata-rata beberapa sentimeter sampai beberapa meter sehari.
Tinggi muka air tanah tidak bersifat statis tetapi mengalami fluktuasi naik dan turun
berdasarkan tingkat curah hujan. Saat musim hujan, muka air tanah akan naik dan dapat
bersinggungan dengan permukaan tanah sehingga sebagian air tanah tersebut mengisi
sungai di sekitarnya. Sungai yang mendapat pasokan air dari air tanah disebut sungai
tipe effluent.
Pada musim kemarau, tinggi muka air tanah akan menurun dan tidak lagi memasok
aliran air di sekitarnya. Tipe sungai yang memberikan rembesan air ke air tanah disebut
tipe influent. Hal ini dapat berpengaruh terhadap kualitas air tanah, sebab jika air
sungai tipe influent tersebut tercemar maka akan menyebabkan terjadinya pencemaran
air tanah.
Pemanfaatan air tanah dalam jumlah besar seperti di lingkungan industri, kompleks
perumahan, pertanian modern, dan aktivitas manusia yang memerlukan air
dalam jumlah besar, biasanya menggunakan sumur artesis untuk memenuhi kebutuhan
air yang diperlukan. Dalam sistem pengelolaan air tanah yang sudah tertata,
pengambilan air tanah akan selalu disesuaikan dengan tingkat kebutuhan.
Air tanah yang digunakan secara berlebihan dapat berdampak negatif secara kualitatif
(kualitas air tanah) maupun secara kuantitatif (pasokan air tanah). Secara kualitatif
dampaknya dapat ditemui pada kasus pencemaran sumur-sumur penduduk terutama
yang dekat dengan aliran sungai yang sudah tercemar limbah. Selain itu, pencemaran
kualitas air tanah jugadijumpai di daerah dekat pantai berupa intrusi air laut ke
dalam sumur-sumur penduduk, sehingga air tanah menjadi asin. Dampak yang bersifat
kuantitatif dapat dilihat dari turunnya muka air tanah yang terjadi pada musim
kemarau. Penurunan muka tanah (land subsidences) yang terjadi di sepanjang ruas
jalan atau bangunan, serta semakin jauhnya intrusi air laut merupakan indikator
semakin berkurangnya air tanah.
Upaya pemenuhan kebutuhan air oleh manusia dapat mengambil air dari dalam tanah,
air permukaan, atau langsung dari air hujan. Dari ke tiga sumber air tersebut, air tanah
yang paling banyak digunakan karena air tanah memiliki beberapa kelebihan di
banding sumber-sumber lainnya antara lain karena kualitas airnya yang lebih baik serta
pengaruh akibat pencemaran yang relatif kecil.
Kualitas air tanah ditentukan oleh tiga sifat utama, yaitu: sifat fisik, kimia, dan sifat
biologi/bakteriologi.
1. Sifat Fisik
Sifat fisik antara lain warna, bau, rasa, kekentalan, kekeruhan, suhu (Hadipurwo,
2006).
a. Warna air tanah disebabkan oleh zat yang terkandung di dalamnya, baik
berupa suspensi maupun terlarut.
b. Bau air tanah dapat disebabkan oleh zat atau gas yang mempunyai aroma
yang terkandung dalam air.
c. Rasa air tanah ditentukan oleh adanya garam atau zat yang terkandung
dalam air tersebut, baik yang tersuspensi maupun yang terlarut.
d. Kekentalan air dipengaruhi oleh partikel yang terkandung di dalamnya.
Semakin banyak yang dikandung akan semakin kental. Di samping itu apabila
suhunya semakin tinggi maka kekentalannya akan semakin kecil (encer).
f. Suhu air juga merupakan sifat fisik dari air. Suhu ini dipengaruhi oleh
keadaan sekeliling, seperti musim, cuaca, siang-malam, tempat ataupun
lokasinya.
2. Sifat Kimia
Termasuk dalam sifat kimia adalah kesadahan, jumlah garam terlarut (total dissolved
solidsatau TDS), daya hantar listrik (electric conductance atau DHL), keasaman, dan
kandungan ion.
Tabel 3-1 Klasifikasi air berdasarkan kesadahan (Hem, 1959; Sawyer dan
Mc.Carty, 1994)
0 – 60 0 - 75 Lunak
Jumlah garam terlarut adalah jumlah garam yang terkandung di dalam air.
Klasifikasi air berdasarkan jumlah garam terlarut menurut Hem (1959) tertera
seperti pada Tabel 3–2, sedangkan menurut David dan De Wiest (1966) tertera
seperti pada Tabel 3–3.
Tabel 3-2 Klasifikasi air berdasarkan jumlah garam terlarut (Hem, 1959)
Tabel 3-3 Klasifikasi air berdasarkan jumlah garam terlarut (Davis dan
DeWiest, 1966)
Daya Hantar Listrik adalah sifat menghatarkan listrik dari air. Air yang banyak
mengandung garam akan mempunyai DHL tinggi. Pengukurannya dengan
alat Electric Conductivity Meter (EC Meter), yang satuannya adalah
mikromhos/cm atau μmhos/cm atau μsiemens/cm sering ditulis μS/cm.
Air tanah pada umumnya mempunyai harga 100 - 5000 μmhos. Besaran DHL
dapat dikonversikan menjadi jumlah garam terlarut (mg/l), yaitu: 10
m3 μmhos/cm = 640 mg/l atau 1 mg/l = 1,56 mmhos/cm (1,56 μS/cm)
Hubungan antara harga DHL dengan jumlah garam yang terlarut secara tepat
perlu banyak koreksi seperti temperatur pengukuran, maupun tergantung juga
dengan jenis garam yang terlarut, tetapi secara umum angka tersebut di atas
sedikit banyak dapat mewakili. Hubungan antara harga DHL dan macam air
seperti terlihat Tabel 3-4.
Tabel 3-4 Klasifikasi air berdasarkan harga DHL (dalam Hadipurwo, 2006)
5 – 30 Air hujan
c. Keasaman Air
Keasaman air dinyatakan dengan pH, mempunyai besaran mulai dari 1-14. Air
yang mempunyai pH 7 adalah netral, sedangkan yang mempunyai pH lebih
besar/kecil dari 7 disebut bersifat basa/asam. Jadi air yang mengandung garam
kalsium karbonat atau magnesium karbonat, bersifat basa (pH 7,5 - 8),
sedangkan yang mempunyai harga pH < 7 adalah bersifat asam, sangat mudah
melarutkan Fe, sehingga air yang asam biasanya mempunyai kandungan besi
(Fe) tinggi. Pengukuran pH air di lapangan dilakukan dengan pH meter, atau
kertas lakmus (Hadipurwo, 2006).
d. Kandungan Ion
Kandungan ion baik kation maupun anion yang terkandung di dalam air diukur
banyaknya, biasanya dalam satuan part per million (ppm) atau mg/l. Ion-ion
yang diperiksa antara lain Na, K, Ca, Mg, Al, Fe, Mn, Cu, Zn, Cl,
SO4, CO2, CO3, HCO3, H2SF, NH4, NO3, NO2, KMn O4, SiO2, boron,
ion-ion logam yang biasanya jarang akan tetapi ion ini bersifat sebagai racun
antara lain As, Pb, Sn, Cr, Cd, Hg, Co (Hadipurwo, 2006).
3. Sifat Biologi/Bakteri
Kandungan biologi di dalam air diukur terutama dengan banyaknya bakteri coli. Untuk
standar air minum ada batas maksimum kandungan coli yang diperbolehkan.
Secara epistemologi, akuifer merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin yang
terdiri dari kata aqui atau aqua, yang bermakna air, dan kata ferre, yang berarti
membawa. Selanjutnya, dari beberapa ahli pengertian akuifer adalah sebagai berikut:
akuifer adalah lapisan tanah yang memiliki kandungan air yang mengalir melalui
ronga-rongan udara kedalam bawah tanah (Herlambang, 1996). Selain itu, berdasarkan
sifat batuan terhadap air, akuifer adalah lapisan batuan jernih air di bawah permukaan
tanah yang dapat menyimpan dan meneruskan air dalam kuantitas yang mencukupi dan
ekonomis. Menurut ilmu tanah, akuifer adalah lapisan tanah pembawa air yang
memiliki daya ekonomis dalam mengalirkan atau merembaskan air ke dalam tanah.
Sebagai contoh lapisan tanah sebagai pembawa air atau akuifer dapat terjadi pada jenis
lapisan tanah dan batuan sebagai berikut ini:
bahan-bahan yang belum terkonsolidasi dengan baik, seperti tanah pasir, tanah
aluvial, bekas sungai purba, dataran pantai batuan endapan, tanah kapur, gamping,
dan kerikil, yang secara strukturnya memiliki rekahan atau pori.
Sehingga, akuifer dapat terjadi jika suatu media, baik tanah atau batuan memiliki ronga
atau pori atau ruang yang dapat mengalirkan jumlah air dalam kuaantitas yang
memadai dan berlangsung secara efisien.
1) Sistem Akuifer
Dari pengertian mengenai akuifer tersebut di atas, menurut Puradimaja (1993), dilihat
dari tipologinya di Indonesia, sistem akuifer memiliki lima tipologi sistem akuifer,
antara lain sebagai berikut:
1. Sistem Akuifer Endapan Gunungapi.
Sistem ini terjadi pada area gunung berapi dimana lapisan pembawa air
mulai dari permukaan gunung yang terdiri dari batuan piroklastik yang
turun ke bagian dalam gunung berapi menuju aliran lava dan
selanjutnya masuk kedalam batuan dasar gunung berapi;
2. Sistem Akuifer Endapan Aluvial.
Sistem ini terdapat pada jenis tanah endapan aluvial yang terdapat di
sepanjang aliran sungai yang jenis tanahnya masih muda dan belum
terkonsolidasi dengan sempurna sehingga lapisan tanah ini dapat
mengalirkan air atau meresapkan air menuju permukaan dalam lapisan
tanah;
3. Sistem Akuifer Batuan Sedimen.
Sistem ini mengalami prosesnya pada lapisan batuan sedimen yang
memiliki ronga atau pori atau rekahan dan meneruskan air di atas
permukaan menuju ke bagian dalam atau bawah permukaan tanah;
4. Sistem Akuifer Batuan Kristalin dan Metamorf; dan
5. Sistem Akuifer Endapan Glasial.
2) Klasifikasi Akuifer
Dalam menentukan klasifikasi akuifer sendiri ada tiga pengukuran dalam menentukan
jenis akuifer yang ada. Adapun pengukuran tersebut meliputi sebagaimana berikut ini:
3) Jenis-jenis akuifer
Berdasarkan pengertian, sistem, dan klasifikasi akuifer yang telah dijelaskan di bagian
sebelumnya, maka akuifer dapat dibedakan kedalam beberapa jenis akuifer. Menurut
Kodoatie (2012), jenis akuifer terdiri dari tiga jenis, yaitu:
Selain ketiga jenis akuifer tersebut, ada satu akuifer lagi yang merupakan akuifer
buatan. Akuifer ini merupakan lapisan tanah yang sengaja dibuat atau ditata ulang
untuk menyimpan dan mengalirkan air dari dalam tanah sehingga dapat menjadi
sumber air yang berkelanjutan. Tujuan dibuatnya akuifer buatan ini adalah sebagai
sumber penyediaan air baku bagi penduduk yang daerahnya sangat minim sekali
terdapat aliran air dan sering mengalami kekeringan dalam jangka waktu yang lama.
Proses akuifer buatan ini melalui beberapa tahapan. Pertama, air permukaan dialirkan
ulang ke dalam akuifer buatan yang selanjutnya akan mengalir dengan kecepatan yang
sangat lamban menuju lapisan tanah batuan pembentuk akuifer. Sleanjutnya, kuantitas
air akan terpenuhi oleh akuifer selama perjalanan menuju tempat penampungan atau
pengambilan. Semakin lamban kecepatannya semakin baik akuifernya. Akuifer ini
merupakan solusi bagi ketersediaan air yang berkelanjutan dan dapat menjadi sumber
air tanah yang dapat diperbaharui dan dikembangkan pada daerah yang rawan air untuk
digunakan dalam kegiatan atau aktifitas sehari-hari. Selain itu, akuifer buatan ini dapat
menjadi prasarana dalam program konservasi daerah aliran sungai.
1) Pegertian Porositas
Porositas adalah proporsi ruang pori tanah (ruang kosong) yang terdapat dalam suatu
volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara , sehingga merupakan indicator
kondisi drainase dan aerasi tanah. Tanah yang poreus berarti tanah yang cukup
mempunyai ruang pori untuk pergerakan air dan udara masuk dan keluar tanah yang
secara leluasa didalam tanah (Hakim ,1996)
Porositas tanah adalah kemampuan tanah dalam menyerap air yang erat
kaitannya dengan tingkat kepadatan tanah (Bulk Density). Semakin padat tanah berarti
semakin sulit untuk menyerap air, maka porositas tanah semakin kecil. Sebaliknya
semakin mudah tanah menyerap air maka tanah tersebut memiliki porositas yang besar.
Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah, dan tekstur
tanah. Tanah yang porositasnya baik adalah tanah yang porositasnya besar karena
perakaran tanaman mudah untuk menembus tanah dalam menvari bahan organik.
Selain itu tanah tersebut mampu menahan air hujan sehingga tanaman tidak selalu
kekurangan air. Tetapi jika porositasnya terlalu tinggi, juga tidak baik, karena air yang
diterima tanah langsung turun ke lapisan berikutnya. Tanah seperti ini kalau musim
kemarau cepat membentuk pecahan yang berupa celah besar di tanah.
Pori-pori tanah terbagi menurut besar kecilnya ruangan atau rongga antar partikel
tanah, pori terbagi menjadi tiga kelompok yaitu:
Permeabilitas tanah adalah kemampuan tanah untuk mengalirkan air atau udara
dinyatakan dalam cm/jam. (Handayanto,2009)
Kualitas tanah untuk meloloskan air atau udara yang diukur berdasarkan besarnya
aliran melalui satuan tanah yang telah dijenuhi terlebih dahulu persatuan waktu
tertentu. (Susanto,1994)
Permeabilitas tanah adalah suatu kesatuan yang melipui infiltrasi tanah dan bermanfaat
sebagai permudahan dalam pengolahan tanah. (Dede rohmat, 2009)
Permeabilitas tanah memiliki lapisan atas dan bawah. Lapisan atas berkisar antara
lambat sampai agak cepat (0,20 – 9,46 cm jam-1), sedangkan di lapisan bawah
tergolong agak lambat sampai sedang (1,10 -3,62 cm jam-1). (N.Suharta dan B. H
Prasetyo.2008)
a. Tekstur
tekstur sangat mempengaruhi permeabilitas tanah. Hal ini dikarenakan
permeabilitas itu adalah melewati tekstur tanah. Misalnya tanah yang bertekstur
pasir akan mudah melewatkan air dalam tanah
b. Struktur
c. Porositas
Porositas atau ruang pori adalah rongga antar tanah yang biasanya diisi air atau
udara. Pori sangat menentukan sekali dalam permeabilitas tanah, semakin besar
pori dalam tanah tersebut, maka semakin cepat pula permeabilitas tanah
tersebut
d. Viskositas
Viskositas sama juga dengan kekentalan air, semakin kental air tersebut, maka
semakin sulit juga air untuk menembuas tanah tersebut
e. Gravitasi
Gaya gravitasi atau gaya tarik bumi juga sangat menentukan permeabilitas
tanah, karena permeabilitas adalah gaya yang masuk ke tanah menrut gaya
gravitasi
a. Drainase
Apabila permeabilitas tanah baik, maka waktu dalam pergerakan air akan
semakin cepat, begitu pula sebaliknya
b. Infiltrasi
Penyerapan yang dilakukan tanah akan semakin cepat apabila drainase tanah
itu baik
c. Pengolahan
Apa bila drainase dalam tanah tersebut baik, maka pengolahan dalam tanah
akan semakin mudah
d. Perkolasi
Pergerakan air dalam tanah akan baik bila drainase dalam tanah juga baik
e. Erosi
f. Evaporasi
g. Konduktifitas
h. Run off
Air yang mengalir di atas permukaan tanah. Sehingga, Jika run off tinggi maka
permeabilitas rendah.
Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per waktu. Debit
adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Satuan debit
yang digunakan adalah meter kubir per detik (m3/s). Debit aliran adalah laju aliran air
(dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per
satuan waktu (Asdak,2002).
Dalam praktek, sering variasi kecepatan pada tampang lintang diabaikan, dan
kecepatan aliran dianggap seragam di setiap titik pada tampang lintang yang besarnya
sama dengan kecepatan Rata-rata V, sehingga debit aliran adalah:
Dengan :
Q=AxV
Q = Debit Aliran (m3/s)
1. Intensitas hujan.
Karena curah hujan merupakan salah satu faktor utama yang memiliki
komponen musiman yang dapat secara cepat mempengaruhi debit air, dan
siklus tahunan dengan karakteristik musim hujan panjang (kemarau pendek),
atau kemarau panjang (musim hujan pendek). Yang menyebabkan
bertambahnya debit air.
2. Penggundulan Hutan
Fungsi utama hutan dalam kaitan dengan hidrologi adalah sebagai penahan
tanah yang mempunyai kelerengan tinggi, sehingga air hujan yang jatuh di
daerah tersebut tertahan dan meresap ke dalam tanah untuk selanjutnya akan
menjadi air tanah. Air tanah di daerah hulu merupakan cadangan air bagi
sumber air sungai. Oleh karena itu hutan yang terjaga dengan baik akan
memberikan manfaat berupa ketersediaan sumber-sumber air pada musim
kemarau. Sebaiknya hutan yang gundul akan menjadi malapetaka bagi
penduduk di hulu maupun di hilir. Pada musim hujan, air hujan yang jatuh di
atas lahan yang gundul akan menggerus tanah yang kemiringannya tinggi.
Sebagian besar air hujan akan menjadi aliran permukaan dan sedikit sekali
infiltrasinya. Akibatnya adalah terjadi tanah longsor dan atau banjir bandang
yang membawa kandungan lumpur.
4. Intersepsi
Adalah proses ketika air hujan jatuh pada permukaan vegetasi diatas permukaan
tanah, tertahan bebereapa saat, untuk diuapkan kembali(”hilang”) ke atmosfer
atau diserap oleh vegetasi yang bersangkutan. Proses intersepsi terjadi selama
berlangsungnya curah hujan dan setelah hujan berhenti. Setiap kali hujan jatuh
di daerah bervegetasi, ada sebagian air yang tak pernah mencapai permukaan
tanah dan dengan demikian, meskipun intersepsi dianggap bukan faktor penting
dalam penentu faktor debit air, pengelola daerah aliran sungai harus tetap
memperhitungkan besarnya intersepsi karena jumlah air yang hilang sebagai air
intersepsi dapat mempengaruhi neraca air regional. Penggantian dari satu jenis
vegetasi menjadi jenis vegetasi lain yang berbeda, sebagai contoh, dapat
mempengaruhi hasil air di daerah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.galuhpratiwi.my.id/2015/01/kualitas-air-tanah.html
http://revara26.blogspot.com/2014/11/air-tanah-sebagai-sumber-air-bersih.html
http://musbir.blogspot.com/2012/10/air-tanah.html#ixzz5Qnygp2jp
http://texbuk.blogspot.com/2012/01/karakteristik-air-tanah.html