AIR
MINUM
& PENYEHATAN
LINGKUNGAN
DI DAERAH
WASPOLA Facility
AIR
MINUM
& PENYEHATAN
LINGKUNGAN
DI DAERAH
Pengarah
Nugroho Tri Utomo
Gary D Swisher
Editor
Sofyan Iskandar
Tim Penyusun
Udi Maadi
Nur Apriatman
Ardi Adji
Dormaringan H. Saragih
Bambang Pujiatmoko
WASPOLA Facility adalah kelanjutan dari proyek WASPOLA (1998-2003) dan WASPOLA 2 (2004-2009). Proyek ini didanai dari bantuan hibah dari
Pemerintah Australia melalui AusAID, yang dilaksanakan oleh 2 institusi, Bappenas dan Water and Sanitation Program for East Asia and the Pacific
(WSP-EAP) World Bank.
DAFTAR SINGKATAN
AMPL
AMPL-BM
APBD
Bapeprov
BPM
CLTS
DPRD
DPU
IPA
IPLT
ISSDP
Jaga
Kabag
Kabid
Lokalatih
PAMSIMAS
PDAM
Pemkab
Pemkot
Pemprov
PHBS
POD
Pokja
Renstra
Renstra SKPD
RPJM
RPJMD
RPJP
RPJPD
RTL
SANIMAS
SK
SKPD
SPAL
TPA
WASPOLA
WSLIC-II
KATA PENGANTAR
Buku Panduan Pengelolaan Data AMPL ini berisi tentang panduan bagaimana melakukan fasilitasi Pengelolaan Data AMPL dalam rangka meningkatkan kinerja pembangunan
AMPL. Dengan panduan ini, diharapkan diperoleh kejelasan dalam tata cara melakukan
Pengelolaan Data AMPL. Panduan ini khususnya ditujukan bagi pemerintah kabupaten/
kota dalam Pengelolaan Data AMPL di daerahnya. Namun demikian berguna juga bagi
para pelaku pembangunan AMPL yang mendukung kegiatan di tingkat kabupaten/kota.
Buku panduan ini terdiri dari lima bagian. Pertama adalah Penjelasan Umum, kedua
adalah Panduan Pengelolaan Data AMPL, ketiga adalah Panduan Pengumpulan Data
AMPL, keempat adalah Panduan Pemrosesan dan Publikasi Data AMPL, dan kelima
adalah Penutup.
Demikian, tidak ada gading yang tak retak, segala masukan akan kami terima dengan
senang hati.
Selamat membaca dan mempraktekannya.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Daftar Singkatan
Kata Pengantar
Daftar Isi
03
09
21
53
Bagian 5 Penutup
75
1.1
1.2
1.3
1.4
Latar belakang
Tujuan
Pengguna
Sistematika
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
Latar belakang
Kondisi Data dan Pendataan Data AMPL di Daerah
Tujuan
Organisasi Pengelolaan
Tahapan Kegiatan
Jadwal Pelaksanaan
Jenis Data
Periode Pendataan
3.1
3.2
3.3
3.4
4.1
4.2
4.3
4.4
Pemrosesan Data
Analisis Data
Pengertian Indikator
Publikasi Data
03
05
05
06
09
11
12
13
15
18
18
18
21
30
30
48
53
62
69
71
1 Penjelasan
Umum
1.1. Latar Belakang
Studi Pengembangan Pengelolaan Data Pembangunan
Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) yang
telah dilaksanakan oleh WASPOLA sejak tahun 2006,
menemukan beberapa isu penting tentang pengelolaan
data AMPL yaitu:
1. Rendahnya kesadaran daerah akan pentingnya
pengelolaan data AMPL yang akurat
2. Adanya sistem pengelolaan data AMPL di daerah
yang kurang terintegrasi
3. Belum adanya database AMPL yang disepakati di
daerah
4. Rendahnya kapasitas daerah dalam pengelolaan
data AMPL
Studi yang dilakukan WASPOLA melalui pendekatan
diskusi terfokus dalam format lokakarya data daerah, dan
kajian literatur, merekomendasikan beberapa hal sebagai
berikut:
a. Perlu kesamaan pemahaman para pelaku
pembangunan AMPL tentang pentingnya data
AMPL. Hal ini meliputi pemahaman tentang variabel
03
data yang dikumpulkan, untuk apa data dikumpulkan, apa manfaat dari
tersedianya data, apa kerugiannya kalau tidak tersedia data, institusi
yang melakukan pengumpulan data, sumber daya yang diperlukan,
bagaimana data dikumpulkan, dikelola, dan dikomunikasikan, serta
frekuensi pengumpulannya
b. Perlu adanya pemahaman tentang peran dan fungsi instansi pelaku
pembangunan AMPL dalam pengelolaan data. Data apa saja yang
dikumpulkan oleh masing-masing instansi, untuk keperluan apa data itu
dikumpulkan, bagaimana mekanisme pengumpulannya, dan bagaimana
data tersebut dapat diakses oleh para aktor pembangunan AMPL lainnya.
Dalam hal ini secara khusus perlu dipahami peranan BPS di tingkat
kabupaten dalam memperoleh data, apakah melalui pengumpulan data
primer, ataukah mendapatkan data sekunder dari instansi teknis terkait.
Sehingga ada pemahaman dalam menggunakan data sesuai dengan
keperluannya.
c. Perlu adanya penyepakatan tentang data AMPL yang minimum harus
dimiliki oleh daerah untuk kebutuhan perencanaan, serta monitoring dan
evaluasi kinerja pembangunan AMPL, untuk semua tingkatan mulai dari
provinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan/desa. Indikator MDGs dapat
dijadikan acuan untuk mengembangkan data AMPL yang minimum
harus tersedia.
d. Perlu adanya penyepakatan tentang mekanisme pengumpulan data
AMPL di daerah. Ada 2 metode yang dapat digunakan, yaitu Registrasi
dan Survei. Kedua metode ini perlu dipertimbangkan sesuai dengan
kebutuhan dan sumber daya yang tersedia.
e. Perlu adanya kesepakatan dalam mekanisme konsolidasi data yang
dikumpulkan oleh masing-masing instansi di daerah
f. Perlu adanya kesepakatan dalam updating (pembaharuan) data, hal ini
menyangkut frekuensi updating, mekanisme updating, instansi yang
melakukan, serta alokasi sumber daya.
g. Perlu dikembangkan media publikasi dan diseminasi data yang mudah
diakses oleh para pelaku pembangunan AMPL di daerah khususnya, dan
pihak yang lebih luas.
04
1.2. Tujuan
Tujuan penyusunan buku panduan ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan panduan fasilitasi kepada Pokja AMPL nasional dan Pokja
AMPL Provinsi dalam kegiatan peningkatan kapasitas pengelolaan data
AMPL Kabupaten/kota.
2. Membantu kelompok kerja AMPL Kabupaten/Kota dalam pengelolaan
data AMPL yang dapat digunakan sebagai alat perencanaan, monitoring
serta evaluasi pembangunan AMPL.
1.3. Pengguna
Pengguna langsung yang dapat memanfaatkan buku Panduan Pengelolaan
Data AMPL ini adalah:
1. Pokja AMPL Provinsi
2. Pokja AMPL Kabupaten/Kota
Selain pengguna langsung tersebut, buku panduan ini juga dapat dimanfaatkan
oleh pemangku kepentingan pembangunan AMPL lain, baik untuk digunakan
langsung ataupun sebagai panduan untuk fasilitasi.
05
1.4. Sistematika
Buku panduan pengelolaan data AMPL ini disusun dalam 5 bagian, yaitu:
BAGIAN 1 : PENJELASAN UMUM
Merupakan pengantar umum buku panduan ini. Menguraikan latar belakang
dan tujuan dari buku panduan pengelolaan data AMPL.
BAGIAN 2: PANDUAN PENGELOLAAN DATA AMPL
Menguraikan tentang organisasi dan tata laksana dalam pengelolaan data
AMPL di tingkat Kabupaten/Kota.
BAGIAN 3: PANDUAN PENGUMPULAN DATA AMPL
Menguraikan tentang proses pengumpulan data AMPL dimulai sejak menyusun
kuesioner hingga entry data.
BAGIAN 4: PANDUAN PEMROSESAN DAN PUBLIKASI DATA AMPL
Menguraikan tentang teknik-teknik pemrosesan data dan bagaimana membuat
publikasi data.
BAGIAN 5: PENUTUP
06
07
2 Panduan
Pengelolaan
Data Ampl
Daerah
2.1. Latar Belakang
Pembangunan sektor AMPL telah mulai berlangsung
sejak PELITA I. Hanya saja pembangunan tersebut
tidak disertai dengan pengelolaan data secara baik dan
terpadu. Berbagai institusi terkait AMPL memiliki data.
Misalnya Departemen Kesehatan, Departemen Pekerjaan
Umum, atau Departemen Dalam Negeri memiliki data
masing-masing, dimana bisa muncul angka yang berbeda
untuk kategori dan kelompok sasaran sama. Kondisi ini
bisa dimaklumi mengingat setiap institusi akan lebih
fokus terhadap angka pencapaian pembangunan yang
dilaksanakan oleh institusi yang bersangkutan. Perbedaan
data juga bisa disebabkan oleh adanya perbedaan
pada penggunaan definisi, kategorisasi variabel yang
digunakan, metode pengambilan data, dan kehandalan
sumber daya manusia yang mengolah dan mengelolanya.
Berbagai jenis data AMPL yang ada di masing-masing
institusi tentunya tak bisa disatukan begitu saja. Salah
satu data yang ada dan bisa digunakan adalah data
yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai
lembaga pemerintah yang berwenang mengeluarkan
data. Namun ketersediaan data AMPL di BPS saat ini
09
masih sangat terbatas. Mengapa? Karena data AMPL belum dipandang sebagai
variabel yang perlu diperlakukan secara khusus dibanding sektor lain, misalnya
survei pertanian atau survei volume penjualan beras. Data AMPL terakhir
yang digunakan diambil berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS). Data hasil SUSENAS tersebut digunakan sebagai acuan khususnya
dalam mengevaluasi pencapaian target MDGs.
SUMBER AIR BERSIH TERLINDUNGI
Laporan MDGs
Indonesia
BPS
BPS
1.
sambungan
pipa
1.
sambungan
pipa
1.
gerobak dorong
1.
air kemasan
(termasuk isi
ulang)
2.
hidran umum
2.
sumur bor
2.
air kemasan
2.
sumur tak
terlindungi
3.
sumur bor
3.
sumur
terlindungi
3.
3.
4.
sumur
terlindungi
4.
mata air
terlindungi
4.
sumur tak
terlindungi
4.
sungai
5.
mata air
terlindungi
5.
air hujan
5.
5.
lain-lain (danau,
waduk, dll)
6.
air hujan
10
Kelemahan data AMPL ini secara langsung berakibat pada lemahnya monitoring
dan evaluasi pembangunan yang telah dilaksanakan dan berakibat lanjut pada
lemahnya perencanaan pembangunan AMPL. Keberadaan data yang bersumber
dari BPS saat ini sudah sangat memadai jika untuk mengukur cakupan pelayanan
AMPL pada tingkat nasional hingga provinsi, namun tidak memadai jika
dimaksudkan untuk membuat landasan perencanaan pembangunan di tingkat
kabupaten/kota. Sebagai contoh, untuk perencanaan pembangunan AMPL
di satu kabupaten, maka pemerintah kabupaten bersangkutan memerlukan
data tentang jumlah tiap sarana yang masih berfungsi dan tidak berfungsi
serta jumlah penduduk penggunanya hingga tingkat desa atau bahkan rumah
tangga. Kemudian juga perlu mengetahui kondisi di saat musim penghujan dan
musim kemarau.
Ketersediaan data yang lebih rinci tersebut tentu saja akan sangat tidak efisien
jika dilaksanakan terpusat, misalkan oleh BPS sendiri. Lebih lagi data yang
rinci tersebut juga menjadi tidak memiliki arti penting bagi pemerintah pusat
yang lebih berorientasi pada tingkat perencanaan makro. Pendataan yang rinci
untuk perencanaan, monitoring, dan evaluasi hasil pembangunan akan lebih
efisien jika dilaksanakan terdesentralisasi.
11
2.3. Tujuan
Berlandaskan kondisi tersebut di atas, maka buku ini disusun dengan tujuan
untuk dapat memberikan panduan bagi para pengelola data di tingkat kabupaten
dalam pengelolaan data sektor air minum dan penyehatan lingkungan (AMPL)
yang terpadu secara nasional dan bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan
pemerintah kabupaten/kota.
12
KETUA PELAKSANA
Anggota Pokja
TIM PELAKSANA
Anggota Pokja
SUPERVISOR
Anggota Pokja atau yang
Dipandang Mampu
SUPERVISOR LAPANGAN
Bidan Desa/Aparat Desa
SURVEYOR/ENUMERATOR
Kader Posyandu/Karang
13
Pelaksana
Tugas Pekerjaan
Ketua Pokja
Anggota Pokja
(SKPD atau individu)
Anggota Pokja
Anggota Pokja
atau yang dipandang mampu
(misal: sanitarian
atau aparat kecamatan)
Supervisor
Lapangan
Surveyor/
Enumerator
Kader Posyandu
atau Karang Taruna
Penanggungjawab
Ketua Pelaksana
Tim Pelaksana
Supervisor
14
Bagaimana melakukan
pengelolaan data AMPL
Proses dalam melakukan pendataan AMPL adalah
sebagai berikut
Pertemuan,
koordinasi dan
lokakarya
Penetapan tim
pelaksana dan
persiapan
TOT
Tim Pelaksana
Pelatihan
Aparat pendata
lapangan
Survei
Rumah Tangga
Pelatihan
Cleaning & Entry
dan Analisis data
Cleaning &
Entry Data
Pelatihan
Pengolahan /
Analisis data
Pengolahan &
Analisis data
Penyusunan
Buku Kondisi
AMPL
Pengolahan/Analisis Data
Publikasi
Data
15
Pelaksana ini. Penjelasan lebih rinci kegiatan ini dapat dicermati pada
buku 4 dari Panduan ini. Selesai TOT, selanjutnya Tim Pelaksana segera
menyusun rencana persiapan pengumpulan data yang meliputi (i) revisi
kuesioner jika diperlukan, (ii) rekrutmen supervisor dan enumerator, (ii)
pengumpulan data sekunder untuk perencanaan survei, (iii) perencanaan
jadwal pelatihan enumerator dan supervisor, dan (iv) perencanaan jadwal
survei.
4. Keempat adalah pelatihan kepada aparat pendata lapangan (surveyor/
enumerator) dan supervisor pengumpulan data. Pelatihan ini sepenuhnya
dilaksanakan oleh Tim Pelaksana, namun akan diberikan pendampingan
dari Pokja AMPL dan WASPOLA Facility. Segala hal yang menyangkut
materi dan modul pelatihan disiapkan secara mandiri oleh Tim Pelaksana,
karena harus disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik lokal.
5. Kelima adalah melakukan survei rumah tangga. Kegiatan ini dilaksanakan
setelah pelatihan selesai dan idealnya segera tanpa ada jeda waktu lama.
Survei dilaksanakan oleh Enumerator dengan supervisi dari Supervisor
lapangan. Enumerator dan Supervisor yang tidak mengikuti pelatihan
tidak boleh melakukan survei, karena akan mengurangi akurasi dan
validitas data. Tim Pelaksana harus pula melakukan supervisi untuk
menjamin validitas data sekaligus untuk memahami kondisi-kondisi
lapangan berkaitan dengan sektor AMPL.
6. Setelah semua kuesioner terkumpul di Supervisor, selanjutnya diserahkan
ke Tim Pelaksana untuk proses batching dan editing. Diperlukan petugas
khusus untuk proses batching dan editing ini, karena memerlukan
ketelitian dan ketekunan. Pelaksana supervisi di lapangan dianjurkan
terlibat sebagai petugas batching dan editing, karena menguasai
persoalan lapangan. Pada proses ini, umumnya diperlukan juga kegiatan
kunjungan secara sampel acak ke rumah tangga responden untuk
melakukan review dan evaluasi dari pelaksanaan survei melalui Focus
Group Discussion (FGD) bersama responden-enumerator-supervisor.
7. Pelatihan entry data dan cleaning data menjadi kegiatan selanjutnya
setelah batching dan editing selesai. Tim Pelaksana akan dilatih tentang
hal tersebut oleh Pokja AMPL dan WASPOLA Facility. Umumnya
pelatihan dapat dilaksanakan selama 2 hari efektif. Program aplikasi
16
untuk entry data dapat disiapkan oleh Pokja AMPL dan WASPOLA
Facility, atau dibuat bersama-sama dengan Tim Pelaksana.
8. Entry data dan proses cleaning data dilaksanakan secara mandiri oleh
Tim Pelaksana. Umumnya proses entry data dapat dilakukan dengan
cepat, karena relatif mudah dan tidak banyak data yang harus diinput
dengan rata-rata waktu 5-10 menit per satu buku kuesioner. Cleaning
data merupakan proses yang memerluka ketelitian dan dilakukan secara
iterasi, mulai dari proses pencermatan sepintas-keseluruhan, identifikasi
kesalahan, koreksi data, dan kemudian kembali proses berulang dengan
menggunakan kriteria dari kesalahan yang teridentifikasi maupun yang
mungkin terjadi.
9. Pelatihan berikutnya adalah tentang analisis data. Tim Pelaksana
akan diberikan pelatihan mengenai analisis data dari Pokja AMPL
dan WASPOLA Facility. Umumnya pelatihan ini bisa digabungkan
pelaksanaannya dengan pelatihan entry dan cleaning data, tergantung
ketersediaan waktu dan materi pelatihan tambahan yang dibutuhkan
oleh Tim Pelaksana.
10. Tim Pelaksana selanjutnya melakukan pemrosesan dan analisis data
secara mandiri. Diperkirakan proses analisis membutuhkan waktu sekitar
1-2 bulan.
11. Penyusunan buku publikasi kondisi AMPL Kabupaten/Kota merupakan
proses yang bisa dilaksanakan seiring dengan proses analisis data. Tim
Pelaksana menyusun buku ini secara mandiri, sementara Pokja AMPL
dan WASPOLA Facility akan membantu mereview buku sebelum
dipublikasikan.
12. Terakhir adalah melakukan publikasi tentang kondisi AMPL melalui
lokakarya atau seminar dan penerbitan buku kondisi AMPL. Seluruh
pemangku kepentingan perlu diundang dalam kegiatan ini, baik internal
dari Kabupaten/Kota, Provinsi bersangkutan maupun daerah lain untuk
berbagi pembelajaran, memperoleh masukan, serta membangun
komitmen untuk perbaikan data secara khusus, dengan perbaikan sektor
secara umum.
17
Kegiatan
II
III
Bulan 2
IV
II
III
Bulan 3
IV
II
III
Bulan 4
IV
II
III
Bulan 5
IV
II
III
Bulan 6
IV
II
III
IV
Jadwal tersebut tentu saja dapat berubah menyesuaikan dengan kesiapan dan
ketersediaan sumber daya yang ada di masing-masing daerah.
18
Jenis-jenis data di atas, atau data apapun yang telah dikumpulkan, akan sangat
kehilangan arti dan manfaatnya jika tidak dilakukan pembaharuan secara
periodik. Data yang hanya pada satu saat hanya akan sangat bermanfaat saat
itu pula. Perubahan dan perkembangan kondisi lapangan tidak akan diketahui
jika tidak dilakukan pendataan ulang.
Dianjurkan untuk pendataan ulang dilakukan dengan definisi dan prosedur
yang sama, meskipun seringkali diperlukan perubahan definisi oleh karena
perubahan standar pelayanan AMPL ataupun akibat perubahan kebutuhan
variabel. Pada kondisi diperlukannya perubahan definisi, maka harus diberikan
penjelasan pada data yang baru tentang perubahan-perubahan definisi
yang dilakukan. Demikian pula jika terjadi perubahan sampling frame pada
pengumpulan data yang menggunakan metode survei, maka perubahanperubahan tersebut juga harus dijelaskan secara rinci untuk menghindari
kesalahan atau bias pada saat analisis dan penyimpulan.
Tidak ada periode yang baku dalam pendataan ulang. Pertimbangan yang
umum digunakan dalam melakukan pendataan ulang umumnya adalah
persoalan sumberdaya, baik manusia, waktu dan terutama sekali pembiayaan.
Untuk pendataan akses layanan AMPL ini, berlandaskan cepatnya perubahan
yang terjadi di lapangan dan faktor permbiayaan, maka idealnya dilakukan
sebagai berikut:
Tahun Ke
Sensus
Sampel
Data Dihasilkan
0 (nol)
Data dasar
3 (tiga)
5 (lima)
Sensus
Sampel
Data Dihasilkan
0 (nol)
Data dasar
5 (lima)
10 (sepuluh)
19
3 Panduan
Pengumpulan
Data Ampl
Daerah
3.1. Tahapan Pengumpulan Data
Tahapan-tahapan pelaksanaan dalam pengumpulan
data AMPL ini secara umum adalah sebagai berikut:TOT
pengumpulan data adalah kegiatan pertama yang
dilakukan setelah Tim Pelaksana ditetapkan.
TOT ini dilaksanakan selama minimal 2 hari efektif
dengan pelatih dari Pokja AMPL-WASPOLA Facility.
Materi-materi dalam pelatihan meliputi :
zz Konsep pengelolaan data AMPL
zz Kuesioner dan cara-cara pengisian
zz Mekanisme pengumpulan data
zz Cara-cara wawancara
zz Simulasi survei
zz Simulasi pelatihan
21
Evaluasi kuesioner
Tidak
Perbaikan
Ya
Penyusunan modul pelatihan Supervisor
dan Enumerator
22
Perbaikan kuesioner
Perbanyakan kuesioner
Sosialisasi ke masyarakat
23
D
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Data lapangan
(Kuesioner Terisi)
24
No
Lokasi
Pelaksana
Kegiatan
Studio
Studio
Tim Pelaksana
Final kuesioner
Perencanaan survei
Studio &
Lapangan
Tim Pelaksana
Penyusunan modul
pelatihan Supervisor
& Enumerator
Studio
Tim Pelaksana
Rekrutmen Supervisor
& Enumerator
Studio &
Lapangan
Tim Pelaksana
Perbanyakan
kuesioner
Studio
Tim Pelaksana
Pembagian blok
survei dan kuesioner
Tim Pelaksana
Sosialisasi kepada
masyarakat/ calon
responden
Lapangan
10
Survei lapangan
(Rumah Tangga)
oleh Enumerator &
Supervisor
Lapangan
11
Pemeriksaan
kuesioner oleh
Supervisor
Lapangan
Supervisor
12
Pengecekan acak
Responden oleh
Supervisor
Lapangan
Supervisor
13
Survei ulang
oleh Enumerator
didampingi
Supervisor (jika
dibutuhkan)
Lapangan
14
Tim Pelaksana
Kelas &
Lapangan
Studio
Studio
Output
25
26
pengendalian
zz Menyiapkan peta lokasi survei
zz Membuat pembagian wilayah survei dan surveyornya
zz Membuat daftar buku kuesioner dan surveyor pemegangnya
zz Menyiapkan logistik: kuesioner, peralatan dan perlengkapan survei
zz Bertanggungjawab terhadap administrasi dan keuangan tim dan membuat
laporannya
zz Memeriksa isi kuesioner dan kebenarannya dan mengumpulkannya dari
seluruh enumerator/surveyor anggota timnya.
zz Jika ada kuesioner yang meragukan, supervisor harus menanyakan
kepada enumerator/surveyor dan melakukan pengecekan lapangan jika
diperlukan.
zz Melakukan pengecekan lapangan secara sampel acak.
zz Mengisi pengesahan lembar Supervisor pada setiap kuesioner setelah
pemeriksaan dan pengecekan selesai.
zz Melakukan pendampingan survei jika diperlukan.
zz Menyerahkan seluruh kuesioner hasil survei kepada Tim Pelaksana atau
petugas yang ditunjuk.
Enumerator:
zz Wajib mengikuti pelatihan bagi Enumerator baru atau refreshing bagi
Enumerator lama sebelum bertugas.
zz Melakukan survei/wawancara rumah tangga kepada setiap Rumah
Tangga (RT) untuk wilayah surveinya.
zz Bertanggungjawab terhadap kelengkapan dan kebenaran data/isian
seluruh kuesioner hasil surveinya.
zz Menyerahkan kuesioner hasil surveinya kepada Supervisor.
zz Meminta bantuan kepada Supervisor apabila ada kesulitan melakukan
wawancara dengan Responden.
27
28
29
30
31
Kerugian
Kerugian
32
1. Rumah Tangga; setiap satu rumah tangga adalah unik yang akan
diidentifikasi dari ID dan nama kepala rumah tangganya. Oleh karena itu
untuk satu rumah tangga hanya boleh ada di dalam satu buku kuesioner
saja. Misalnya oleh karena suatu alasan ada satu rumah tangga yang
disurvei belum lengkap datanya, maka survei ulang di lain hari terhadap
rumah tangga tersebut tetap harus menggunakan buku kuesioner yang
sama dengan melanjutkan pertanyaan/isian yang belum selesai.
2. Buku Kuesioner; setiap satu set buku kuesioner adalah satu kesatuan
yang tidak boleh dipisah-pisahkan halamannya. Hal ini berkaitan dengan
kondisi no 1 di atas, yaitu untuk menjamin bahwa data tiap Rumah
Tangga tidak saling silang dan atau tidak tunggal lagi.
Cara Pengisian Kuesioner dan Definisi-Definisi
Secara umum cara-cara dalam pengisian kuesioner adalah sebagai berikut:
1. Gunakan huruf cetak/kapital/besar
membutuhkan tulisan atau angka.
untuk
jawaban/isian
yang
TANGGAL
JAM
NAMA SURVEYOR
TANDA TANGAN
SELESAI
33
Hari - Mulai
isi dengan hari saat memulai survei untuk buku kuesioner ini
Tanggal - Mulai
isi dengan tanggal saat memulai survei untuk buku kuesioner ini
Jam - Mulai
isi dengan jam/waktu saat memulai survei untuk buku kuesioner ini
Hari - Selesai
isi dengan hari saat menyelesaikan survei untuk buku kuesioner ini
Tanggal - Selesai
isi dengan tanggal saat menyelesaikan survei untuk buku kuesioner ini.
Jam - Selesai
isi dengan jam/waktu saat menyelesaikan survei untuk buku kuesioner ini
Nama Surveyor
Tanda Tangan
SELESAI
PENGECEKAN LAPANGAN
MULAI
SELESAI
HARI
TANGGAL
JAM
NAMA SUPERVISOR
TANDA TANGAN
Hari - Mulai
Tanggal - Mulai
Jam - Mulai
Hari - Selesai
Tanggal - Selesai
Jam - Selesai
34
Hari - Mulai
isi dengan hari saat memulai melakukan pengecekan lapangan untuk buku
kuesioner ini
Tanggal - Mulai
isi dengan tanggal saat memulai melakukan pengecekan lapangan untuk buku
kuesioner ini
Jam - Mulai
isi dengan jam/waktu saat memulai melakukan pengecekan lapangan untuk buku
kuesioner ini
Hari - Selesai
isi dengan hari saat selesai melakukan pengecekan lapangan untuk buku
kuesioner ini
Tanggal - Selesai
isi dengan hari saat selesai melakukan pengecekan lapangan untuk buku
kuesioner ini
Jam - Selesai
isi dengan jam/waktu saat selesai melakukan pengecekan lapangan untuk buku
kuesioner ini
Nama Supervisor
Tanda Tangan
DUSUN/LINGKUNGAN
DESA/KELURAHAN
KECAMATAN
DUKUH/DUSUN
DESA/KELURAHAN
ID
Nama Kepala
Rumah Tangga
Nama
Responden
Alamat
Lengkap
QRT-
Jml Anggota
Rumah Tangga
Laki-laki
Perempuan
Status Kepemilikan
Luas Rumah
Luas
Pekarangan
.......m2
.......m2
.......m2
.......m2
.......m2
.......m2
.......m2
.......m2
.......m2
.......m2
Milik
Sendiri
Sewa
Menumpang
Milik
Pemerintah
35
zz ID : isi dengan nomor urut mulai dari 1 untuk tiap buku kuesioner.
Perhatikan bahwa tiap buku kuesioner selalu mulai dengan nomor urut
1, tidak merupakan kelanjutan buku kuesioner sebelumnya.
zz Nama Kepala Rumah Tangga : isi dengan nama Kepala Rumah Tangga.
zz Definisi Rumah Tangga di sini mengikuti definisi yang digunakan BPS.
Ada 2 jenis Rumah Tangga, yaitu (i) Rumah Tangga Biasa, dan (ii) Rumah
Tangga Khusus. Rumah Tangga Biasa adalah seseorang atau sekelompok
orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik/rumah, dan
biasanya makan bersama dari satu dapur. Yang dimaksud dengan makan
dari satu dapur adalah mengurus kebutuhan sehari-hari bersama menjadi
satu.
Rumah Tangga Biasa ada bermacam-macam bentuk, diantaranya:
zz orang yang tinggal bersama istri dan anaknya;
zz orang yang menyewa kamar atau sebagian bangunan dan mengurus
makannya sendiri;
zz keluarga yang tinggal terpisah di dua bangunan/rumah, tetapi makannya
dari satu dapur, asal kedua bangunan sensus tersebut masih dalam satu
segmen;
zz Rumah Tangga yang menerima pondokan dengan makan (indekos) yang
pemondoknya kurang dari 10 orang;
zz pengurus asrama, panti asuhan, lembaga permasyarakatan dan sejenisnya
yang tinggal sendiri maupun bersama anak, istri serta art lainnya, makan
dari satu dapur yang terpisah dari lembaga yang diurusnya;
zz masing-masing orang yang bersama-sama menyewa kamar atau sebagian
bangunan sensus tetapi mengurus makannya sendiri-sendiri.
Rumah Tangga Khusus adalah orang-orang yang tinggal di asrama, tangsi, panti
asuhan, lembaga permasyarakatan, atau rumah tahanan yang pengurusan
kebutuhan sehari-harinya dikelola oleh suatu yayasan atau lembaga, dan
kelompok orang yang mondok dengan makan (indekos) dan berjumlah 10
orang atau lebih.
36
Kepala Rumah Tangga adalah seorang dari sekelompok anggota rumah tangga
yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari rumah tangga tersebut atau
orang yang dianggap/ditunjuk sebagai kepala di dalam rumah tangga tersebut.
zz Nama Responden: isi dengan nama orang yang memberikan jawaban
pada saat survei/wawancara dilakukan.
zz Alamat : isi dengan alamat rumah tangga dengan selengkapnya (sebisa
mungkin), baik no rumah, nama jalan, RT, RW, Dusun/Dukuh hingga
Desa/kelurahan.
zz Jumlah Anggota RT : isi dengan jumlah anggota rumah tangga, termasuk
dalam kategori anggota rumah tangga adalah seluruh orang yang
tinggal di rumah tersebut, meskipun merupakan satu kesatuan keluarga
tersendiri. Misalnya anak dengan menantu dan cucunya, kalau tinggal
di rumah tersebut maka seluruhnya termasuk dalam kategori anggota
rumah tangga bersangkutan. Perhatikan: Kepala Rumah Tangga juga
dihitung sebagai anggota rumah tangga.
zz Disebut anggota rumah tangga adalah semua orang yang bertempat
tinggal di suatu rumahtangga, baik yang sedang berada di rumah pada
waktu pencacahan maupun yang sementara tidak berada di rumah.
Tamu yang telah tinggal di rumah tangga 6 bulan atau lebih dan tamu
yang tinggal di rumah tangga kurang dari 6 bulan tetapi akan bertempat
tinggal 6 bulan atau lebih dianggap sebagai anggota rumah tangga.
zz Bukan anggota rumah tangga jika anggota rumah tangga tersebut
bepergian 6 bulan atau lebih, dan anggota rumah tangga yang bepergian
kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan pindah atau akan meninggalkan
rumah 6 bulan atau lebih.
zz Luas Rumah : isi dengan angka luas rumah/bangunan dalam satuan
meter persegi (m2).
zz Luas Pekarangan : isi dengan angka luas pekarangan/lahan (luas
rumah+halaman) dalam satuan meter persegi (m2).
zz Status Kepemilikan : beri tanda silang yang sesuai. Definisi-definisi yang
digunakan adalah:
zz Milik Sendiri: Sertifikat rumah dan pekarangan adalah atas nama kepala
37
Danau
Kolam/Empang/Kolong
Sungai/Irigasi
Sarana Umum
Punya Tetangga
Status
Kepemilikan
Sarana
Milik Sendiri
Tdk Terlindungi
Mata
Air
Terlindungi
Tdk Terlindungi
Sumur
Bor
Terlindungi
Tdk Terlindungi
Sumur
Gali
Terlindungi
Tdk Terlindungi
Terlindungi
ID
Leding/Perpipaan
Pompa
Tangan
MUSIM PENGHUJAN
1
2
3
4
Penting!
Perhatikan bahwa tabel isian kuesioner ini adalah untuk masa musim
penghujan.
zz ID: perhatikan bahwa isi ID ini harus sama dengan pada lembar Kondisi
Rumah Tangga dan Permukiman.
38
Permukiman.
zz Air Kemasan: beri tanda silang yang sesuai. Definisi Air Kemasan adalah
air yang diproduksi dan didistribusikan oleh suatu perusahaan dalam
kemasan botol (500 ml, 600 ml, 1 liter, 1 liter, atau 19 liter) dan
kemasan gelas; seperti antara lain air kemasan merk Aqua, Moya, 2 Tang,
dan VIT dan air minum isi ulang.
zz Leding/Perpipaan: beri tanda silang yang sesuai. Definisi Leding/
Perpipaan adalah air minum yang diperoleh dari sistem perpipaan yang
dikelola oleh PAM, PDAM, BPAM, maupun instansi swasta lainnya atau
dari hidran umum atau truk tangki air.
zz Pompa Tangan: beri tanda silang yang sesuai. Definisi sumur Pompa
Tangan yang Terlindungi adalah seperti gambar berikut dan yang dan
jaraknya terhadap bidang resapan jamban terdekat (milik sendiri ataupun
milik tetangga) lebih dari 10 meter.
180 cm
15 cm
180 cm
15 cm
210 cm
39
80 cm
100 cm
300 cm
zz Sumur Bor: beri tanda silang yang sesuai. Definisi Sumur Bor yang
Terlindungi adalah sumur bor yang menggunakan pompa listrik untuk
menaikkan airnya, dengan sumber airnya berasal dari air tanah pada
40
Sedangkan Mata Air yang Tidak Terlindungi adalah mata air yang tidak
dilengkapi dengan bangunan pelindung. Misalnya dengan cara menampung
langsung dari keluarnya air atau hanya dengan pancuran bambu/kayu.
zz Penampungan Air Hujan (PAH): beri tanda silang yang sesuai. Definisi
PAH adalah seperti gambar berikut:
41
Talang air
Bak Penampung
Air Hujan
Kran Air
Danau
Kolam/Empang/Kolong
Sungai/Irigasi
Sarana Umum
Punya Tetangga
Status
Kepemilikan Sarana
Milik Sendiri
Tdk Terlindungi
Mata Air
Terlindungi
Tdk Terlindungi
Sumur Bor
Terlindungi
Tdk Terlindungi
Terlindungi
Tdk Terlindungi
Terlindungi
Leding/Perpipaan
Air Kemasan
42
Sumur Gali
MUSIM KEMARAU
Pompa
Tangan
Penting:
Perhatikan bahwa pertanyaan-pertanyaan pada lembar kuesioner ini sama
dengan pada lembar kuesioner musim penghujan sebelumnya, namun sekali
lagi mohon diperhatikan bahwa lembar ini untuk kondisi pada musim kemarau.
Cara pengisian maupun definisi-definisinya adalah sama dengan pada lembar
kuesioner musim penghujan sebelumnya.
c. Akses dan Sarana Pembuangan Tinja & Urine, Akses dan Sarana
Pembuangan Limbah Cair (Selain Tinja & Urine), Serta Akses dan Sarana
Pembuangan Sampah Rumah Tangga
QJLCS-- : isi angka/nomor urut yang sama dengan QC
AKSES DAN SARANA PEMBUANGAN TINJA DAN URINE
Lainnya
Kebun/Lahan Terbuka
Sungai/Irigasi
Kolam/Sawah
MCK Umum
Sarana Umum
Punya Tetangga
Milik Sendiri
Cubluk
Nama Kepala
Rumah Tangga
Tangki Septik
ID
Status
Kepemilikan
Sarana
1
2
3
4
Definisi: yang dimaksud limbah cair tinja dan urine adalah hanya jenis limbah
rumah tangga yang berupa tinja dan urine, yang merupakan pembuangan
langsung dari jamban/kloset.
zz ID: perhatikan bahwa isi ID ini harus sama dengan pada lembar Kondisi
Rumah Tangga dan Permukiman.
43
Pipa
Bak
Ventila
Lap.
Pipa
Pasangan
zz Cubluk: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah rumah tangga
yang menggunakan cubluk untuk sarana pembuangan tinja dan urinenya
seperti gambar berikut. Meskipun dinding pembuangannya telah
diberi pasangan bata dan disemen sehingga kedap, namun jika bagian
bawahnya tidak, maka termasuk kategori cubluk.
zz Status Kepemilikan: beri tanda silang yang sesuai. Definisi-definisi yang
digunakan adalah:
zz Milik Sendiri: Jika sarana yang digunakan adalah milik sendiri.
44
Pelat
Jongkok
Pipa
Penghubung
Bak
Kontrol
Lubang Jamban
dengan Tutup
Lubang
Menara
Cubluk
Lapisan
Tanah
Lubang
Penampung
Kotoran
zz Milik Tetangga: Jika sarana yang digunakan adalah milik tetangga, baik
dengan tujuan untuk digunakan sendiri oleh pemilik atau untuk bersama
dengan tetangganya.
zz Sarana Umum: Jika sarana yang digunakan adalah yang dibangun oleh
pemerintah atau donatur atau bersama-sama dari beberapa rumah tangga
dengan tujuan untuk digunakan bersama.
zz MCK Umum: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah rumah tangga
yang menggunakan MCK umum (komunal) untuk sarana pembuangan
tinja dan urinenya.
zz Kolam/Sawah: beri tanda silang yang sesuai. Definisi jelas.
zz Sungai/Irigasi: beri tanda silang yang sesuai. Definisi jelas.
zz Kebun/Lahan Terbuka: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah
rumah tangga yang menggunakan lahan terbuka seperti halaman atau
pekarangan atau kebun atau tanah kosong untuk sarana pembuangan
tinja dan urinenya, baik dengan digali kemudian ditutup maupun tidak.
zz Lainnya: sebutkan jenisnya. Definisi adalah rumah tangga yang
menggunakan sarana pembuangan tinja dan urinenya tidak termasuk
kategori-kategori tersebut di atas, misalnya danau, pantai, got atau
lainnya.
45
Akses dan Sarana Pembuangan Limbah Cair Bukan Tinja dan Urine
AKSES DAN SARANA PEMBUANGAN LIMBAH CAIR BUKAN TINJA & URINE
Sistem Saluran
Limbah
Saluran Terbuka/
Got
Sungai/Irigasi
Kolam/Empang
Kebun/Lahan
Terbuka
Danau/Kolong
Lainnya
Definisi: yang dimaksud limbah cair bukan tinja dan urine adalah seluruh jenis
limbah rumah tangga yang bukan tinja dan urine, termasuk dalam kategori ini
adalah buangan bekas mandi, cuci dan memasak.
zz ID: perhatikan bahwa isi ID ini harus sama dengan pada lembar Kondisi
Rumah Tangga dan Permukiman.
zz Nama Kepala Rumah Tangga: Perhatikan bahwa Nama Kepala Rumah
Tangga ini harus sama dengan pada lembar Kondisi Rumah Tangga dan
Permukiman.
zz Sistem Saluran Limbah: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah
rumah tangga yang menggunakan sistem saluran limbah (riol) skala kota/
kawasan yang dibangun dan dikelola oleh Pemda (PDAM).
zz Saluran Terbuka/Got: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah
rumah tangga yang menggunakan saluran terbuka/got di sekitar rumah
untuk sarana pembuangan limbah cairnya.
zz Sungai/Irigasi: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah rumah
tangga yang menggunakan sungai atau saluran irigasi untuk sarana
pembuangan limbah cairnya.
zz Kolam/empang: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah rumah
tangga yang menggunakan kolam atau empang atau sawah di sekitar
rumah untuk sarana pembuangan limbah cairnya.
zz Kebun/Lahan Terbuka: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah
46
TPS Tidak
Diangkut
Petugas
Lahan Terbuka
Diolah
Ditimbun &
Dibiarkan
Ditimbun &
Ditutup Tanah
Dibakar
Sungai/
Saluran
Kolam/
Empang
Danau/
Kolong
Lainnya
zz ID: perhatikan bahwa isi ID ini harus sama dengan pada lembar Kondisi
Rumah Tangga dan Permukiman.
zz Nama Kepala Rumah Tangga: Perhatikan bahwa Nama Kepala Rumah
Tangga ini harus sama dengan pada lembar Kondisi Rumah Tangga dan
Permukiman.
zz Diangkut Petugas: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah rumah
tangga yang buangan sampahnya (limbah padat) diambil oleh petugas,
dan juga termasuk yang dilakukan sendiri oleh anggota rumah tangga,
untuk dibuang di tempat penampungan sementara (TPS) atau tempat
pembuangan akhir (TPA).
zz Tidak Diangkut Petugas: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah
47
48
1. Registrasi, yaitu dengan mengumpulkan data yang telah ada pada suatu
instansi atau lembaga, baik yang dilakukan secara rutin atau insidentil
oleh instansi atau lembaga bersangkutan. Misalnya tentang data
pelanggan PDAM dan konsumsi air per bulannya.
2. Survei, yaitu dengan mengumpulkan data langsung dari lapangan
dengan menggunakan kuesioner atau cheklist. Ada 2 jenis survei yang
dapat dilakukan, yaitu:
a. Sensus
b. Sampling
Kedua cara tersebut dapat dipilih salah satu atau dilakukan keduanya disesuaikan
dengan kebutuhan dan kendala yang dihadapi. Misalnya kebutuhan akan jenis
data atau variabel data tertentu, kemudian juga mempertimbangkan kendalakendala waktu, biaya dan kerumitan pengelolaan pengumpulannya.
3.4.1. Registrasi
Yang dilakukan adalah pencatatan jenis sarana yang digunakan oleh penduduk
di seluruh kabupaten dengan cara melakukan pendataan berdasarkan catatan
yang ada pada tingkat Rukun Tetangga atau Rukun Warga/Dukuh/Dusun.
Pencatatan dimulai dari tingkat RT, kemudian Rukun Warga atau Dusun.
Dari tingkat RW data dikumpulkan di tingkat Desa. Dari tingkat Desa data
dikumpulkan di tingkat kecamatan. Dari tingkat kecamatan data dikumpulkan
di tingkat kabupaten. Sebagai contoh dapat dilihat alur proses dibawah ini.
3.4.2. Survei
Survei dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu Sensus dan Sampling.
Metode sensus adalah dengan melakukan survei kepada seluruh rumah tangga
(populasi) yang ada, sementara sampling dengan melakukan survei terhadap
beberapa rumah tangga sampel yang diasumsikan dapat mewakili kondisi
seluruh rumah tangga (populasi). Untuk sensus tentu saja tidak diperlukan
penjelasan lagi, sementara untuk sampling ada beberapa pilihan yang bisa
dipilih dari beberapa teknik sampling di bawah ini.
Metode pengambilan sampel terdiri dari dua, yaitu probability sampling dan
non-probability sampling. Menurut Berenson (2006: 243), non-probability
sampling berguna apabila yang dipertimbangkan masalah biaya, kecepatan
49
50
sesuai kategori tersebut untuk tiap Kabupaten/kota bisa dibuat. Pemilahan ini
mengikuti metode stratified random sampling, sehingga untuk desa perkotaan
adalah populasi pertama (N1) sedang untuk desa perdesaan adalah populasi
kedua (N2).
Penarikan Sample
Pertama adalah penarikan sample untuk desa/kelurahan sejumlah n desa/
kelurahan sample yang dilakukan dengan metode Systematic Sampling. Dari n
sample tersebut selanjutnya dilakukan penarikan sample untuk desa perkotaan
n1 dan desa perdesaan n2 dengan metode Probability Proportional to Size.
Kedua adalah penarikan sample untuk RW/Dukuh sejumlah nrw yang
dilakukan dengan metode Systematic Sampling untuk tiap-tiap desa/kelurahan
sample.
Ketiga adalah penarikan sample untuk rumah tangga sejumlah nrt yang
dilakukan dengan metode Systematic Sampling untuk tiap-tiap RW/Dukuh
sample.
Jumlah Sample
Penentuan jumlah sample desa yang akan disurvei di tiap Kabupaten/Kota
dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:
dimana
:
51
4 Panduan
Pemrosesan,
Analisis dan
Publikasi
Data
4.1. Pemrosesan Data
Secara umum kegiatan pemrosesan data mencakup
tahap-tahap proses kerja sebagai berikut:
a. Receiving dan Batching
b. Editing dan Coding
c. Pembuatan program entry data
d. Entry Data
e. Cleaning Data
Panduan ini akan membahas kegiatan mulai dari receiving
dan batching sampai dengan tabulasi. Proses kegiatan
ini harus dapat dilakukan di daerah.
Skema proses kerja yang akan dibahas adalah seperti
pada diagram di bawah ini.
53
Entry Data
Cleaning Data
54
55
ini, satu kelompok dokumen (satu batch) sebaiknya diserahkan kepada satu
orang petugas agar mudah untuk dikontrol. Usahakan agar tidak ada dokumen
dalam satu batch dikerjakan oleh dua orang yang berbeda sehingga kesalahankesalahan sistematik yang dilakukan pencacah di lapangan dapat terdeteksi.
Dokumen yang salah harus segera dilaporkan kepada pengawas untuk
selanjutnya dilakukan pengecekan lapangan.
Editing adalah melakukan perubahan atau perbaikan terhadap data/isian dalam
kuesioner yang sudah terkumpul dan telah selesai dilakukan batching. Proses
editing ini harus dilakukan dengan memeriksa seluruh data/isian satu per satu
dengan teliti dari mulai awal hingga data/isian terakhir pada kuesioner. Proses
editing ini sangat penting, karena dengan editing yang baik akan menghemat
waktu dan sumberdaya untuk proses-proses selanjutnya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan editing adalah:
zz Perbaikan isian harus menggunakan pensil hitam. Isian yang salah tidak
boleh dihapus, cukup dicoret yang salah dan tulis isian yang benar
didekatnya.
zz Kuesioner diusahakan tetap bersih dan tidak lecek.
Cara melakukan editing adalah sebagai berikut:
zz Pengecekan kewajaran isian/jawaban.
zz Pengecekan konsistensi antara jawaban satu dengan jawaban yang lain/
bersesuaian.
zz Pengecekan isian yang meragukan. Apabila ada, laporkan ke pengawas/
supervisor agar segera dilakukan pengecekan lapangan.
Contoh dalam melakukan editing kuesioner, misalnya:
Isian atau jawaban pada kuesioner untuk luas rumah dan luas pekarangan
seringkali masih dalam bentuk perkalian, misalnya untuk luas rumah 8x10
m2 dan luas pekarangan 15x30 m2. Isian tersebut perlu dibuat angka akhir
dalam meter persegi, sesuai dengan pertanyaan dan data yang akan di entry
nanti. Dengan demikian di kolom isian luas rumah dan luas halaman harus
dibuatkan angka akhir, yaitu 80 meter persegi untuk luas rumah dan 450 meter
persegi untuk luas pekarangan.
56
Angka akhir luas dalam meter persegi tersebut diisikan pada tempat semestinya,
namun jika sudah terisi dalam bentuk perkalian bisa langsung ditulis dengan
memberikan tanda = di sebelah angka perkalian. Ingat, angka perkalian asli
pada lembar kuesioner tidak boleh di hapus.
Coding adalah mengubah data/isian dalam kuesioner kedalam data numeric
sehingga bisa dilakukan proses pemrosesan dengan komputer. Coding hanya
dilakukan terhadap data-data nominal atau ordinal, sementara data numeric
tidak perlu. Misalnya, data sumber air minum rumah tangga, maka dapat
dibuatkan coding:
Ledeng atau perpipaan dengan kode 1
Air Kemasan dengan kode 2
Air Sumur Terlindungi dengan kode 3
Air Sumur Tidak Terlindungi dengan kode 4, dst.
Ada kemungkinan pertanyaan dalam kuesioner tidak terjawab karena
responden tidak tahu atau tidak mau/tidak bisa menjawab, sehingga data/isian
pada kuesioner kosong atau terjawab tidak tahu. Terhadap kondisi ini, maka
coding yang umumnya dipergunakan adalah dengan memberikan nilai:
Tidak Tahu dengan kode 88
Kosong atau tidak terjawab dengan kode 99
Data kategori missing juga biasanya diberikan kode 99. Data missing adalah
data pada kuesioner yang tidak konsisten dengan data sebelumnya, yang hal
ini sering terjadi pada pertanyaan lompat (skip).
Supervisor perlu memberikan perhatian terhadap kode ini, karena ada beberapa
kemungkinan:
1. Memang benar jawaban responden, maka tidak perlu dilakukan koreksi.
2. Jumlahnya terlalu banyak dan menunjukkan adanya kesalahan entry,
maka harus dilakukan koreksi dengan memeriksa kembali kecocokannya
dengan kuesioner.
3. Jumlahnya terlalu banyak dan menunjukkan adanya kesalahan coding,
maka harus dilakukan koreksi dengan melakukan coding ulang.
57
Sedikit lebih sulit adalah coding untuk jenis pertanyaan dengan jawaban
terbuka, misalnya jenis makanan apakah yang anda suka? Maka jawabannya/
datanya bisa sangat beragam untuk setiap orang. Pada kondisi demikian, maka
pertama kali harus dilakukan identifikasi jawaban dari seluruh kuesioner,
kemudian dibuatkan pengelompokannya dan selanjutnya setiap kelompok
diberikan kode yang unik. Oleh karena itu, pada survei dengan jumlah sampel
yang besar, pertanyaan dengan jawaban terbuka sudah seharusnya sangat
dihindari.
Setelah coding ditetapkan, maka harus dibuat satu buku/catatan khusus
tentang coding. Buku/catatan ini sangat penting, karena menjadi acuan dalam
pembuatan program aplikasi data entry dan cleaning data. Sebagai contoh
sederhana dari buku coding misalnya:
Contoh Sederhana Buku Coding
Kolom
Variabel
Nama Variabel
Kode
Var_AMH
Var_AMK
10
Var_JB
58
59
Setiap petugas data entry harus membuat atau mengisikan data yang telah
di-input pada lembar/kartu batching sebagaimana dijelaskan dalam bagian
batching. Kartu katalog data entry ini untuk mengenali jika ada kesalahankesalahan sistematis yang dilakukan oleh petugas entry, sehingga pemeriksaan
kesalahan bisa difokuskan, tidak perlu melakukan pemeriksaan terhadap
seluruh data.
60
61
62
63
64
Grafik garis biasanya digunakan dalam analisis deret waktu. Pada grafik
garis terdapat sumbu mendatar (x) dan sumbu horizontal (y) serta garis yang
menunjukkan gerakan data. Sumbu (y) umumnya menunjukkan angka atau
indikator yang sedang dianalisis, sementara (x) menunjukkan variabel tertentu
(misalnya tahun, triwulan atau bulan). Contoh dibawah ini menunjukkan
Grafik rata-rata pengeluaran per bulan (data fiktif).
Diagram Batang dan Pie-Chart
Penyajian data dalam bentuk diagram batang cukup fleksibel. Diagram batang
dapat menggambarkan perbandingan antar daerah/ antar kelompok masyarakat
tertentu atau perbandingan lainnya. Contoh diagram batang dibawah
Perbandingan rata-rata pengeluaran di Perkotaan dan Perdesaan
65
Rata-Rata Hitung
1. Rata-rata hitung data tidak berkelompok
dengan:
= rata-rata hitung
= jumlah observasi
dengan:
= frekuensi kelas ke i
= jumlah kelas
dengan:
66
= nilai penimbang ke i
Median
1. Median data tidak berkelompok
dengan:
Md = median
Bd = tepi bawah kelas median
Id = interval kelas median
n = jumlah frekuensi
F(d-1)= frek. kumulatif sebelum kelas median
fd = frekuensi kelas median
67
Modus
1. Modus data tidak berkelompok
Frekuensi terbesar
2. Modus data berkelompok
!
dengan:
M0 = modus
B0 = tepi bawah kelas modus
I0 =
f0 =
f-1=
f1=
68
69
70
71
lainnya. Prototipe (contoh nyata), untuk melihat hubungan atau pengaruh dari
satu variabel terhadap yang lainnya di bidang rancang bangun, umumnya lebih
menarik, karena dapat diketahui dengan pasti bentuk dari hasil analisis yang
disampaikan
72
73
5 Penutup
Demikianlah, secara garis besar Panduan Pengelolaan
Data AMPL, yang kami susun berdasarkan pengalaman
mendampingi Kabupaten Bangka dalam penyempurnaan
pengelolaan Data AMPL daerah mereka.
Mudah mudahan buku panduan ini bermanfaat bagi siapa
saja yang berminat untuk menyempurnakan pengelolaan
Data AMPL, sehingga upaya tahap selanjutnya dalam
menyusun dokumen perencanaan pembangunan AMPL
telah menggunakan data yang valid, sehinga diharapkan
tercapailah efektifitas pemanfaatan sumber daya
pembangunan.
Sebagai penutup apabila pembaca ingin melakukan
kontak lebih lanjut tentang pengelolaan Data AMPL,
dapat berhubungan dengan :
Pokja AMPL
WASPOLA Facility
Tlp. 021-31904113
Tlp. 021-31907811
Web: www.ampl.or.id
Web: www.waspola.org
Email: pokja@ampl.or.id
Email: waspola1@cbn.net.id
75
Lampiran
76
TANGGAL
JAM
NAMA SURVEYOR
TANDA TANGAN
SELESAI
DUSUN/LINGKUNGAN
DESA/KELURAHAN
KECAMATAN
SELESAI
PENGECEKAN LAPANGAN
MULAI
SELESAI
HARI
TANGGAL
JAM
NAMA SUPERVISOR
TANDA TANGAN
77
ID
Nama Kepala
Rumah Tangga
Nama
Responden
QRT-
Alamat
Lengkap
Jml Anggota
Rumah Tangga
Laki-laki
Perempuan
Status Kepemilikan
Luas Rumah
Luas
Pekarangan
.......m2
.......m2
.......m2
.......m2
.......m2
.......m2
.......m2
.......m2
.......m2
.......m2
.......m2
.......m2
.......m2
.......m2
.......m2
.......m2
.......m2
.......m2
10
.......m2
.......m2
11
.......m2
.......m2
12
.......m2
.......m2
13
.......m2
.......m2
14
.......m2
.......m2
15
.......m2
.......m2
16
.......m2
.......m2
17
.......m2
.......m2
18
.......m2
.......m2
19
.......m2
.......m2
20
.......m2
.......m2
21
.......m2
.......m2
22
.......m2
.......m2
23
.......m2
.......m2
24
.......m2
.......m2
25
.......m2
.......m2
Milik
Sendiri
Sewa
Menumpang
Milik
Pemerintah
Keterangan
1. Rumah Tangga
2. Anggota Rumah Tangga : seluruh orang, termasuk kepala rumah tangga, yang tinggal atau menjadi bagian
dari rumah tangga bersangkutan
78
3. Luas rumah
: luas bangunan rumah tinggal yang ditempati oleh rumah tangga bersangkutan
4. Luas pekarangan
: luas tanah/lahan yang ditempati oleh rumah tangga bersangkutan, diukur dari
batas-batas dengan pekarangan/lahan tetangga
ID
Danau
Kolam/Empang/Kolong
Sungai/Irigasi
Sarana Umum
Punya Tetangga
Milik Sendiri
Tdk Terlindungi
Sumur
Bor
Terlindungi
Tdk Terlindungi
Sumur
Gali
Terlindungi
Tdk Terlindungi
Pompa
Tangan
Terlindungi
Tdk Terlindungi
Terlindungi
Leding/Perpipaan
Air Kemasan
Lampiran 2:
Akses Dan Sarana Sumber Air Minum Rumah Tangga Pada Musim Penghujan
MUSIM PENGHUJAN
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
79
Lampiran 3:
Akses Dan Sarana Pembuangan Tinja & Urine, Akses Dan Sarana Pembuangan
Limbah Cair (Selain Tinja & Urine), Serta Akses Dan Sarana Pembuangan
Sampah Rumah Tangga
AKSES DAN SARANA PEMBUANGAN
LIMBAH CAIR BUKAN TINJA & URINE
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
80
Lainnya
Danau/Kolong
Kolam/Empang
Sungai/Saluran
Dibakar
Diolah
Lainnya
Danau/Kolong
Kebun/Lahan Terbuka
Kolam/Empang
Sungai/Irigasi
Saluran Terbuka/Got
Lainnya
Kebun/Lahan Terbuka
Sungai/Irigasi
Kolam/Sawah
Lahan Terbuka
MCK Umum
Sarana Umum
Punya Tetangga
Milik Sendiri
Cubluk
Nama Kepala
Rumah
Tangga
Tangki Septik
ID
Status
Kepemilikan
Sarana
WASPOLA Facility
Jl. Lembang No. 11A
Menteng, Jakarta Pusat
Tlp. 021-31907811
Web: www.waspola.org
Email: waspola1@cbn.net.id