Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan berkah-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan kasuskepaniteraan klinik Radiologi di RSUD Kota Cilegon yang berjudul
Hipertrofi Stenosis Pilorus. Tujuan dari penyusunan laporan kasus ini adalah untuk memenuhi
tugas yang didapat saat kepaniteraan di RSUD Cilegon. Dari laporan kasus ini saya mendapat
banyak hal dan dapat lebih memahami terapi dan keadaan pasien.
Dalam menyusun
membantu saya. Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Lilis Untari,
Sp. Rad atas bimbingan, saran, kritik dan masukannya dalam menyusun laporan kasus ini. Saya
juga mengucapkan terima kasih kepada orangtua yang selalu mendoakan dan teman-teman serta
pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu dalam pembuatan laporan kasusini. Semoga
laporan kasus ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya. Saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan untuk membuat laporan kasus ini lebih baik. Terima kasih.
Cilegon, Januari2016
Penulis
DAFTAR ISI
KataPengantar........................................................................................................ 1
Daftarisi................................................................................................................... 2
Laporan kasus
1. Identitas ...................................................................................................... 3
2. Anamnesis..................................................................................................
3. Pemeriksaan fisik.......................................................................................
4. Pemeriksaan penunjang.............................................................................. 4
5. Diagnosis....................................................................................................
6. Diagnosis banding......................................................................................
11
7. Terapi.........................................................................................................
12
8. Prognosis....................................................................................................
12
9. Follow up...................................................................................................
13
Analisa kasus........................................................................................................
14
BAB I PENDAHULUAN.....
15
1. Pendahuluan..............................................................................................
15
16
2.1. Anatomi.................................................................................
2.2. Definisi dan Insidensi....................................................................
2.3. Etiopatogenesis..............................................................................
2.4. ManifestasiKlinis dan Diagnosis..................................................
2.5. Pemeriksaan Penunjang.............................
2.6. Diagnosis Banding
2.7. Tatalaksana....
16
19
19
20
22
28
40
Daftar Pustaka....................................................................................................... 42
PRESENTASI KASUS
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
2
Penyusun
I. Identitas Pasien
Nama
: An. G
Usia
: 1 bulan
Agama
: Islam
Alamat
Id Kunjungan
: 106774
Pembiayaan
: Umum
: Kurnia
: Tulip 1.D/ Kelas 3
II. Anamnesa
o Keluhan Utama:
Berdasarkanstatus pasien, os mengalami keluhan muntah (tidak diketahui frekuensi dan
intensitasnya).
o Keluhan Tambahan:
Mual, batuk, pilek dan diare.
o Riwayat Penyakit Sekarang:
Berdasarkan status pasien, os mengalami keluhan mual, muntah (tidak diketahui
frekuensi dan intensitasnya), batuk dan pilek. Pada status pasien tidak dijelaskan mengenai
perjalanan penyakit pasien. Os muntah setelah minum susu, namun frekuensi muntah saat di
bangsal tidak dapat dihitung. Os juga mengalami batuk pilek dan terdengar bunyi nafas, dan
saat di rawat di bangsal os sempat diare 2x, cair dan terdapat ampas. Buang air kecil dalam
batas normal. Os tidak mengalami penurunan nafsu makan.
o Riwayat Penyakit Dahulu:
Tidakditanyakan
3
:
5 Januari 2016
NORMAL
Hemoglobin
12,4
Hematokrit
35,7
31 37 %
5.600
Trombosit
380.000
217.000 497.000/uL
GDS
83
<200 mg/dl
Natrium
136
135-155 mmol/l
Kalium
4,0
3,6-5,5 mmol/l
Klorida
87
98-110mmol/l
Hematologi
Leukosit
Elektrolit
FesesRutin
Makroskopi
Warna
Hitamkekuningan
Bau
Khas
Konsistensi
Padat
Lendir
Darah
Mikroskopi
Leukosit
2-3
Eritrosit
1-2
Parasit
Cacing
Lemak
Karbohidrat
UrinLengkap
Warna
Kuning
Kuning
Kekeruhan
Jernih
Jernih
pH
8,5
4,5-8
BeratJenis
1.005
1.003-1.005
Albumin
Glukosa
Darah
PemeriksaanPenunjang:
-
Rontgen Abdomen
Distribusi udara tak tampak pada distal abdomen, tak tampak psoas line, tak
tampak preperitoneal fat line, tampak gambaran gaster yang distensi. Tampak
gambaran single dark bubble.
Kesan: Stenosis pilorus
USG
perjalanan penyakit pasien. Os muntah setelah minum susu, namun frekuensi muntah saat di
bangsal tidak dapat dihitung. Os juga mengalami batuk pilek dan terdengar bunyi nafas, dan
Saat di rawat di bangsal os sempat diare 2x, cair dan terdapat ampas. Buang air kecil dalam
batas normal. Os tidak mengalami penurunan nafsu makan.
Pemeriksaan fisik :
-
Pemeriksaan lab :
Laboratorium
PEMERIKSAAN
:
5 Januari 2016
NORMAL
Hemoglobin
12,4
14 18 gr/dl
Hematokrit
35,7
40 48 %
5.600
Trombosit
380.000
150.000 450.000/uL
GDS
83
<200 mg/dl
Natrium
136
135-155 mmol/l
Kalium
4,0
3,6-5,5 mmol/l
Klorida
87
97-107 mmol/l
Hematologi
Leukosit
Elektrolit
FesesRutin
Makroskopi
Warna
Hitamkekuningan
Bau
Khas
Konsistensi
Padat
Lendir
Darah
Mikroskopi
Leukosit
2-3
Eritrosit
1-2
Parasit
Cacing
Lemak
Karbohidrat
UrinLengkap
Warna
Kuning
Kuning
Kekeruhan
Jernih
Jernih
pH
8,5
4,5-8
BeratJenis
1.005
1.003-1.005
Albumin
Glukosa
Darah
PemeriksaanPenunjang
-
Rontgen Abdomen
Distribusi udara tak tampak pada distal abdomen, tak tampak psoas line, tak
tampak preperitoneal fat line, tampak gambaran gaster yang distensi. Tampak
10
Hirschprung disease
Malrotasi dan volvulus
Akalasia Esofagus
Bezoar
Obstruksi duodenum
Atresia Jejunum
Meconium Plug Syndrome
Necrotizing Enterocolitis
Invaginasi
Elektrolit
Darah lengkap
Feses Rutin
Urinlengkap
Rontgen abdomen
USG Abdomen/CT Scan/MRI
Bangsal
VIII. Terapi yang diberikan
Tridex
Ceftriaxone
Ondancentron
Trogyl
Mucera
Ottopan
12 tpm mikro
1x400 mg
3x0,5 mg
3x6cc
3x0,2ml
3x0,4ml
11
IX. Prognosis
- Quo ad vitam
: Dubia ad bonam
FOLLOW UP
1. Selasa, 28 Januari 2016
12
S: 37,22C
S:
Orang
tua
mengatakan os
mual,
muntah
5x,dan
batuk.
Nafsu
makan
berkurang.
O:
KU: TSS
KS: CM
BAK +, BAB
BB: 4,2kg
A:
Hipertrof
stenosis
pilorus
P:
IVFD Tridex12 tpm
mikro
Inj.
Ceftriaxone
1x400mg
Inj.
Ondancentron3x0,
5mg
Mucera 3x0,2ml
A:
Hipertrof
stenosis
pilorus
P:
IVFD Tridex12 tpm
mikro
Inj.
Ceftriaxone1x400
mg
Inj.
Ondancentron3x0,
5mg
Inj. Trogyl 3x6cc
Mucera 3x0,2ml
O:
KU: TSS
KS: CM
BAK +, BAB + 2x cair
(+), ampas (+)
BB: 4,2kg
O:
KU: TSS
KS: CM
BAK +, BAB
BB: 4,2 kg
A:
Hipertrof
stenosis
pilorus
P:
IVFD Tridex 12
tpm mikro
Inj. Ceftriaxone
1x400mg
Inj. Ondancentron
3x0,5mg
Inj. Trogyl 3x6cc
Mucera 3x0,2ml
13
ANALISA KASUS
1. Apakah gambaran khas radiologi pada pasien tersebut?
Pada kasus ini hasil rontgen abdomen terlihat distribusi udara tak tampak pada distal
abdomen, tak tampak psoas line, tak tampak preperitoneal fat line, tampak gambaran
gaster yang distensi. Namun gambaran khas pada pasien ini ialah tampak gambaran single
dark bubble yang menandakan stenosis pilorus.
14
I.
PENDAHULUAN
Muntah pada bayi dan anak merupakan gejala yang sering ditemukan
dan seringkali merupakan gejala awal dari berbagai macam penyakit infeksi,
misalnya faringitis, otitis media, pneumonia, infeksi saluran kencing, bila
disertai adanya gejalapanas badan. Muntah dapat juga merupakan gejala
awal dari berbagai macam kelainan seperti peningkatan tekanan intrakranial.
Muntah
secara
klinis
merupakan
hal
penting
sebab
muntah
yangberkepanjangan atau persisten akan mengakibatkan gangguan
metabolisme.
Muntah pada anak merupakan keadaan yang cukup merisaukan orang
tua dan mendorong mereka sesegera mungkin mencari pertolongan untuk
mengatasinya. Secara medis muntah dapat merupakan manifestasi berbagai
penyakit yang berbahaya, baik gastrointestinal maupun di luar
gastrointestinal, juga dapat menimbulkan berbagai akibat yang serius seperti
perdarahan lambung, dehidrasi, gangguan ingesti makanan, gangguan
keseimbangan elektrolit seperti hipokalemia, hiponatremia, alkalosis dan
hipokloremia, gagal tumbuh kembang dan bila muntah terus berulang dapat
menimbulkan komplikasi Mallory-Weiss tear of the gastro-esophageal
epithelial junction dan robekan esophagus (sindroma Boerhave).
Stenosis pylorus merupakan pertimbangan utama etiologi muntah
pada bayi. Hipertrof pylorus menyebabkan obstruksi pengeluaran cairan
gaster di kanal pylorus. Lima persen bayi dengan orangtua yang mengalami
stenosis pylorus mengalami kelainan ini. Laki laki lebih dipengaruhi
disbanding wanita. Gejala stenosis pylorus dimulai pada umur dua hingga
tiga minggu, namun dapat terjadi pada rentang waktu sejak lahir hingga usia
lima bulan. Massa berukuran zaitun dapat teraba di kuadran kanan atas
kondisi ini menyumbang 1/3 dari kejadian muntah tanpa cairan empedu
pada bayi dan merupakan alasan paling umum untuk laparotomy sebelum
usia 1 tahun.
15
16
II.
TINJAUAN PUSTAKA
17
mengambil bentuk
retroperitoneal.
longitudinal), sirkuler dalam (inner sirkuler) dan oblik yang paling dalam
(innermost oblique). Lapisan sirkuler sphincter pilorik pada gastroesofageal
junction. Pleksus Auerbach (myenteric) berlokasi pada daerah di antara
lapisan sirkular dan longitudinal dari muskularis eksterna.
19
Skeletopi : tepi cranialis dari cardia terletak setinggi costa 7 dan vertebra
thoracalis 9.Tepi cranialis fundus ventriculi terletak setinggi costa
5.
Letak pylorus dalam keadaan kosong setinggi vertebra lumbalis
1.
Syntopi
20
2.3. ETIOPATOGENESIS
Penyebab stenosis pylorus belum diketahui tetapi berbagai macam
factor telah dicurigai terlihat. Innervasi otot yang tidak normal, menyusui,
dan stress pada ibu pada trimester III telah diketahui ikut terlibat. Lagipula,
peningkatan prostaglandin serum, penurunan kadar nitrat oksida sintase di
pylorus, dan hipergastrinemia pada bayi telah ditemukan tetapi
21
22
darah
hingga
dapat
berwarna
kecoklatan
akibat
dan
kehilangan
berat
badan,
hal
ini
23
24
di daerah
pylorus.
25
ditemukan:
-
atau lebih
Sebagian besar tampak gaster yang terisi dengan udara
Gambaran indentasi dari bayangan udara lambung dibentuk oleh
gelombang peristaltic
Tampak frothy appearance (busa sabun) dalam lambung
Penebalan dinding dari antrum pylorus
Kurangnya distribusi udara pada usus halus dan colon.
pada
foto
polos
dapat
memberikan
gambaran
dari
gambaran
saluran
pylorus
yang
dari otot pylorus, dan mempunyai predictive value sampai 90%. Ketika
massa berbentuk olive telah teridentifkasi dan ditemukan panjang kanalis
pyloricum lebih besar dari 17 mm dan tebal dinding otot lebih besar dari 4
mm maka dapat dipastikan bahwa diagnostiknya adalah HPS (Hypertrophic
Pyloric Stenosis).
29
CT-SCAN abdomen
30
Darah rutin
dengan
hiponatrinemia
dan
hipoalbunemia.
Peningkatan
31
Periode Neonatal. Ada trias gejala klinis yang sering dijumpai, yakni
pengeluaran mekonium yang terlambat, muntah hijau dan distensi
abdomen. Pengeluaran mekonium yang terlambat (lebih dari 24 jam
pertama) merupakan tanda klinis yang signifkans. Swenson (1973)
mencatat angka 94% dari pengamatan terhadap 501 kasus
sedangkan Kartono mencatat angka 93,5% untuk waktu 24 jam dan
72,4% untuk waktu 48 jam setelah lahir. Muntah hijau dan distensi
abdomen biasanya dapat berkurang manakala mekonium dapat
dikeluarkan segera. Sedangkan enterokolitis merupakan ancaman
komplikasi yang serius bagi penderita penyakit Hirschsprung ini,
yang dapat menyerang pada usia kapan saja, namun paling tinggi
saat usia 2-4 minggu, meskipun sudah dapat dijumpai pada usia 1
minggu. Gejalanya berupa diarrhea, distensi abdomen, feces berbau
busuk dan disertai demam. Swenson mencatat hampir 1/3 kasus
Hirschsprung datang dengan manifestasi klinis enterokolitis, bahkan
dapat pula terjadi meski telah dilakukan kolostomi.
Anak. Pada anak yang lebih besar, gejala klinis yang menonjol
adalah konstipasi kronis dan gizi buruk (failure to thrive). Dapat pula
terlihat gerakan peristaltik usus di dinding abdomen. Jika dilakukan
pemeriksaan colok dubur, maka feces biasanya keluar menyemprot,
konsistensi semi-liquid dan berbau tidak sedap. Penderita biasanya
buang air besar tidak teratur, sekali dalam beberapa hari dan
biasanya sulit untuk defekasi. (Kartono,1993; Fonkalsrud et al,1997;
Swenson et al,2002).
32
Gambar 11. Foto Polos Abdomen tampak dilatasi sistema usus dan
tiadanya gas di rektum (Obstruksi Usus Letak Rendah).
33
pada
dinding
usus,
tetapi
menggantung
pada
jaringan
yang
berhubungan
dengan
obstruksi
duodenum
atau
34
polos
abdomen
anterior-posterior
dan
lateral
dapat
namun
pada
pemeriksaan
ini
didapatkan
cairan
35
volvulus,
maka
perlu
dilakukan
pemeriksaan
upper
pada
dinding
retroperitoneum
dan
dapat
juga
gambaran
dilatasi
lambung
dan
duodenum
akibat
terjadi,
sebuah
kontras
larut
air
digunakan
sebagai
apendisitis akut yang terjadi atau puntiran dari loop usus juga dapat
dilihat. Jika gambar normal menyebabkan fungsional seperti irritable
bowel syndrome (IBS) dapat dipertimbangkan.
e. CT scan abdomen
CT scan abdomen mempunyai sensitivitas spesifsitas yang baik
untuk mendiagnosis adanya obstruksi usus, termasuk volvulus.
Namun, CT scan jarang digunakan untuk mendiagnosis malrotasi
tanpa volvulus. Gambaran CT scan malrotasi dengan volvulus
meliputi gambaran pembuluh darah mesenterika dan usus yang
melilit
(whirl
pattern),
edema
mesenterika
akibat
obstruksi
3. Akalasia Esofagus
Gejala klinis berupa muntah persisten dan pada foto thorax sering
ditemukan pneumonia dengan aspirasi. Pemeriksaan radiologi dengan
kontras menggambarkan adanya penyempitan dan stenosis pada
cardia esophagus dengan dilatasi esophagus bagian proximal.
4. Bezoar
Gejala klinis yang ditemukan ialah muntah intermiten, sering
disebabkan karena menelan nasi atau pisang pada bayi yang baru lahir
atau termakan rambut yang berlangsung kronis. Pemeriksaan radiologi
foto
polos
abdomen
memperlihatkan
jaringan
lunak
berbentuk
tersebut
berbentuk
flling
defect
dengan
kontras
38
Gambar 15. (Kiri) Atresia duodenum pada bayi usia 1 hari dengan
double bubble sign; (Tengah) Stenosis duodeni pada bayi 4 bulan
dengan windsock appearance; (Kanan) Malrotasi pada bayi usia 3
bulan, gambaran appendiks tampak dibagian tengah atas abdomen
39
6. Atresia Jejunum
Distensi abdomen yang terjadi tergantung pada tempat obstruksi.
Pada foto polos abdomen posisi tegak tampak beberapa gelembung
udara dalam usus di kuadran kiri atas.
Gambar 16. Atresia jejunum pada bayi usia 1 hari, tampak beberapa
gelembung udara dalam usus di abdomen kuadran kiri atas.
7. Meconium Plug Syndrome
Gejala klinis berupa evakuasi meconium yang terlambat dan perut
ke kembung. Ini sebenarnya bukan merupakan suatu penyakit,
melainkan hanya gangguan sementara evakuasi meconium yang
biasanya terjadi pada bayi premature atau bayi dengan dehidrasi.
Gambaran radiologi berupa gambaran usus yang melebar disertai
gambaran udara air dan kadang kadang disertai gumpalan
meconium. Pada setiap meconium plug syndrome harus dilakukan
pemeriksaan enema barium untuk membuktikan tidak ada morbus
hirschprung, dan sering disertai gambaran filling deffect.
40
penyakit
yang
potensial
bersifat
letal
dengan
predileksi utama pada bayi premature. Etiologi sampai saat ini tidak
diketahui, akan tetapi pada umumnya diduga bahwa pada NEC timbul
sebagai akibat iskemia intestinal pada bayi rentan yang mengalami
stress. Berbagai keadaan seperti prematuritas, kelainan jantung
bawaan,
asfksia,
sindrom
gangguan
pernafasan,
kateterisasi
timbulnya
NEC.
Pada
kira
kira
90%,
kasus
gejala
41
42
9. Invaginasi / Intususepsi
Intususepsi
menggambarkan
masuknya
segmen
proksimal
usus
(coiled
spring
appearance)
apabila
barium
melingkari
Gambar 19. Invaginasi pada bayi usia 8 bulan, foto polos Saussage
appearance, dengan enema kontras tampak Cupping Appearance.
2.7. TATALAKSANA
1. Koreksi elektrolit dan rehidrasi
Pasien dengan HPS biasanya mengalami gangguan elektrolit.
Gangguan elektrolit ringan dapat dikoreksi dengan 0,45% salin dan 5%
dextrose sebelum dilakukan tidakan operasi. Gangguan elektrolit berat
dikoreksi dengan 0,9% salin dengan bolus 10-20cc/kgBB, diikuti oleh
pemberian 0,9% salin dalam 5% dextrose. Kalium di tambahkan jika
diperlukan.
2. Dekompresi naso gastrik
Setelah diagnosis HPS ditegakkan, semua makanan di stop dan
dilakukan aspirasi semua isi lambung melalui NGT. Biasanya isi lambung
berupa susu yang telah menggumpal sehingga dilakukan lavage dengan
44
saline sampai evakuasi lambung adekuat. Setelah isi lambung kosong, NGT
dikeluarkan untuk mencegah perburukan gangguan elektrolit karena aspirasi
dari isi lambung.
3. Pembedahan
Pembedahan pada pasien HPS bukan merupakan tindakan darurat.
Sehingga diperlukan koreksi elektrolit sebelum dilakukan tindakan bedah.
Kadang-kadang pasien HPS mengalami jaundice akibat kegagalan sementara
dari aktiftas glucoronyltransferase. Keadaan ini self limited setelah operasi.
Standar operasi pada pasien HPS adalah Ramstedt pyloromyotomy. Secara
klasik operasi dilakukan dengan insisi di perut kuadran kanan atas atau insisi
secara melintang di daerah supra umbilikal. Insisi secara vertikal di buat di
permukaan mid anterior muskulus superfsial dan serosa, 1- 2 mm dari
pyloroduodenal junction sampai 0,5 cm ke antrum bagian bawah. Serabut
dibawahnya dibagi dengan diseksi tumpul dan penjepit. Dilakukan perawatan
untuk mencegah perforasi mukosa terutama di bagian bawah insisi. Tampak
protusio dari mukosa gaster mengindikasikan tanda obstruksi. Perforasi
mukosa biasanya terjadi di duodenal end dan terindikasi dengan adanya
cairan empedu. Namun ketika hal ini terjadi, perbaikan dilakukan dengan
menggunakan sutura monoflamen absorbable jangka panjang dan
ditempatkan melintang dan ditutup dengan omentum. Selanjutnya udara
dimasukkan melalui NGT untuk evaluasi integritas mukosa duodenal.
Muntah pasca bedah bisa terjadi pada 50% bayi dan diduga edema
pylorus tempat insisi. Namun pada kebanyakan bayi, makanan dapat dimulai
dalam 12-24 jam sesudah pembedahan dan diteruskan sampai makanan oral
rumatan dalam 36-48 jam sesudah pembedahan. Muntah yang menetap
menunjukkan suatu piloromiotomi yang tidak sempurna, gastritis, hernia
hiatus, kalasia, atau penyebab obstruksi lain.
Pengobatan
beda
stenosis
pylorus
adalah
kuratif,
dengan
memberikan
makanan
sedikit-sedikit,
atropine)
pernah
45
DAFTAR PUSTAKA
Chirdan LB, Ameh EA, Thomas AH. 2008. Infantile hypertrophic pyloric stenosis. J Pediatr
Surg.
Datuk, Razak. Diktat Abdomen. 2004. Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin. Makasar.
Fonkalsrud. 1997. Hirschsprungs disease. In:Zinner MJ, Swhartz SI, Ellis H, editors. Maingots
Abdominal Operation. 10th ed. New York: Prentice-Hall intl.inc.
Frank, Henry. 2011. Netter Atlas of Human Anatomy. Saunders Elsevier: Philadelphia.
Frankel, Heidi. 2004. Hypertrophic Pyloric Stenosis (HPS). In: Ultrasound for Surgeons.
Landes Bioscience: USA.
46
Hardy Maryann and Boynes Steven. 2007. Congenital Pyloric Stenosis. In: Pediatric
Radiography. School of Health Studies, University of Bradford: United Kingdom.
Jurnalis YD, Sayoeti Y, Ruselly A. 2013. Jurnal Kesehatan Andalas; 2(2) Malrotasi dan Volvulus
pada Anak.
Kartono D. 1993. Penyakit Hirschsprung : Perbandingan prosedur Swenson dan Duhamel
modifkasi. Disertasi. Pascasarjana FKUI.
Katami A, Ghoroubi G, Imanzadeh F, Attaran M, Mehrafarin M, Sohrabi MR. 2009. Olive
palpation, sonography and barium study in the diagnosis of hypertrophic pyloric
stenosis: decline in physicians art barium. Iran J Radiol; 6(2): 87-90
Kusumadewi, Anny dkk. 2008. Congenital Hypertrophic Pyloric Stenosis. Department of
Pediatric Surgery, Faculty of Medicine Hasanuddin University: Makassar.
Pradip R. Patel. 2010. Lecture Notes Radiology ed. 2. London. Wiley Blackwell pub.
Price, Sylvia and Wilson, Lorraine. 2005. Gangguan lambung dan Duodenum. Dalam:
Patofsiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit 6th Edition. EGC: Jakarta.
Singh, Jagvir. Pediatric Pyloric Stenosi. Available from: http://emedicine.medscape.com/
Staf pengajar FKUI. 2008. Stenosis Pilorik Hipertrof. Dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Stanton Kliegman. Pyloric Stenosis and Other Congenital Anomalies of the Stomach. In:
Nelson Textbook of Pediatri 19th Edition. Elsevier: Philadelphia.2011.
Suraatmaja, Sudaryat. 2005. Muntah pada bayi dan anak dalam kapita selekta
gastroenterologik anak. CV. Sagung Seto. Jakarta.
Swenson O.Hirschsprungs disease : A Review. J Pediatr 2002;109:914-918.
Teitelbaum DH, Caniano DA, Qualman SJ. The pathofsiology of Hirschsprungs associated
enterocolitis: Importance of histologic correlates. J Pediatr Surg 1999;34:1671-7.
Rasad, Sjahrir. 2005. Radiologi Diagnostik Ed 2. Jakarta. FK UI.
47