Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENYEDIAAN AIR

Air Tanah Sebagai Sumber Air Bersih

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3

Anatasya Agustina ( P2.31.33.017.003)

Iis Aulia ( P2.31.33.017.015)

Iyus Anda Rusman ( P2.31.33.017.019)

Litakuna Karima ( P2.31.33.017.023)

Mohammad Rizki N ( P2.31.33.017.025)

Syarifah Shofiyyah ( P2.31.33.017.039)

2 D3A

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II


A. KARAKTERISTIK AIR TANAH

Air tanah merupakan air yang berada di wilayah jenuh di bawah permukaan tanah.
Dari keseluruhan air tawar yang ada di planet kita ini lebih dari 97% terdiri atas air
tanah. Ia dapat ditemukan di bawah gurun yang sangat kering maupun di bawah tanah
yang tertutup lapisan salju.

Air tanah yang berasal dari curahan hujan disebut vadose water. Selain dari
curahan hujan, air tanah memang sudah ada sejak lama dan tersimpan dalam batuan
sedimen. Air tanah ini disebut connate water (air tanah tubir). Kadang-kadang air
tanah ini disebut fossil water (air fosil). Ada lagi jenis air tanah yang belum pernah
berwujud air di atmosfer atau di permukaan. Air ini berasal dari aktivitas magma.

Air tanah ini disebut juvenile water (air juvenil atau air magma). Pada umumnya
orang membuat sumur untuk mengambil air tanah, karena keberadaan air tanah
berada di bawah permukaan tanah. Berdasarkan kedalamannya, air tanah dibedakan
menjadi dua, yaitu air tanah dangkal (air tanah freatik) dan air tanah dalam (air tanah
artesis). sumber air tanah berasaldari air hujan yang masuk meresap ke dalam pori-
pori tanah atau batuan dan menempati lapisan batuan yang lolos air (permeable).
Batas antara air tanah dangkal dan air tanah dalam merupakan lapisan batuan yang
kedap air (impermeable). Lapisan batuan di bawah permukaan tanah
yang mengandung air dan dapat dirembesi air disebut akuifer.

Air tanah dalam berada di antara dua lapisan kedap air. Jadi, seolah-olah air tanah ini
ditekan oleh kedua lapisan kedap tersebut. Akibat adanya daya tekan, air memancar
keluar ke permukaan tanah melalui patahan atau retakan batuan secara alami. Air
yang memancar ini disebut artesis. Apabila tanah digali atau dibor sampai air
tanah dalam maka air memancar melalui lubang sumur yang disebut sumur artesis Air
tanah yang berada di dalam tanah ternyata juga mengalir, tetapi kecepatan alirannya
lambat (beberapa sentimeter atau beberapa meter per hari). Kecepatan aliran ini
dipengaruhi oleh tingkat kelolosan air dalam batuan atau tanah (permeabilitas)
dan kemiringan permukaan air tanah (water table).

Gravitasi mendorong gerak air tanah. Ketika air hujan merembes ke tanah, gravitasi
menariknya ke bawah sampai ke suatu tingkat tempat air memenuhi semua ruang di
tanah dan batuan di bawahnya. Setelah tempat ini penuh, orang menyebutnya jenuh
air dan permukaan atasnya disebut muka air tanah. Di daerah beriklim basah, air
tanah pada umumnya hanyabeberapa meter dari muka Bumi, tetapi di daerah kering
dapat sedalam ratusan meter. Gravitasi tetap beraksi di daerah jenuh air dengan
menarik air dari tempat berelevasi tinggi, seperti di bawah bukit ke daerah
rendah seperti di lembah. Lapisan batuan yang berisi air tetapi membiarkannya
mengalir disebut akuifer. Lapisan batuan kedap tidak membiarkan air lewat. Kalau air
yang merembes ke bawah bertemu dengan lapisan semacam itu, airnya
mungkin terkumpul di atasnya sehingga terbentuklah zona air tanah yang
bertengger. Air tanah selalu mengalir dengan kecepatan rata-rata beberapa
sentimeter sampai beberapa meter sehari.

Tinggi muka air tanah tidak bersifat statis tetapi mengalami fluktuasi naik dan turun
berdasarkan tingkat curah hujan. Saat musim hujan, muka air tanah akan naik dan
dapat bersinggungan dengan permukaan tanah sehingga sebagian air tanah tersebut
mengisi sungai di sekitarnya. Sungai yang mendapat pasokan air dari air
tanah disebut sungai tipe effluent.

Pada musim kemarau, tinggi muka air tanah akan menurun dan tidak lagi memasok
aliran air di sekitarnya. Tipe sungai yang memberikan rembesan air ke air
tanah disebut tipe influent. Hal ini dapat berpengaruh terhadap kualitas air tanah,
sebab jika air sungai tipe influent tersebut tercemar maka akan menyebabkan
terjadinya pencemaran air tanah.

Pemanfaatan air tanah dalam jumlah besar seperti di lingkungan industri, kompleks
perumahan, pertanian modern, dan aktivitas manusia yang memerlukan air
dalam jumlah besar, biasanya menggunakan sumur artesis untuk memenuhi
kebutuhan air yang diperlukan. Dalam sistem pengelolaan air tanah yang sudah
tertata, pengambilan air tanah akan selalu disesuaikan dengan tingkat kebutuhan.

Air tanah yang digunakan secara berlebihan dapat berdampak negatif secara kualitatif
(kualitas air tanah) maupun secara kuantitatif (pasokan air tanah). Secara kualitatif
dampaknya dapat ditemui pada kasus pencemaran sumur-sumur penduduk terutama
yang dekat dengan aliran sungai yang sudah tercemar limbah. Selain itu, pencemaran
kualitas air tanah jugadijumpai di daerah dekat pantai berupa intrusi air laut ke
dalam sumur-sumur penduduk, sehingga air tanah menjadi asin. Dampak yang
bersifat kuantitatif dapat dilihat dari turunnya muka air tanah yang terjadi pada
musim kemarau. Penurunan muka tanah (land subsidences) yang terjadi di
sepanjang ruas jalan atau bangunan, serta semakin jauhnya intrusi air laut merupakan
indikator semakin berkurangnya air tanah.

1) Pengertian Air Tanah


Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah
permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang
keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang luas
serta pemulihannya sulit dilakukan.
Selain air sungai dan air hujan, air tanah juga mempunyai peranan yang sangat
penting terutama dalam menjaga keseimbangan dan ketersediaan bahan baku air
untuk kepentingan rumah tangga (domestik) maupun untuk kepentingan industri.
Dibeberapa daerah, ketergantungan pasokan air bersih dan air tanah telah mencapai ±
70%.
Air tanah merupakan semua air yang terdapat di bawah permukaan tanah pada
lajur/zona jenuh air (zone of saturation). Air tanah terbentuk berasal dari air hujan dan
air permukan , yang meresap (infiltrate) mula-mula ke zona tak jenuh (zone of
aeration) dan kemudian meresap makin dalam (percolate) hingga mencapai zona
jenuh air dan menjadi air tanah. Air tanah adalah salah satu faset dalam daur
hidrologi, yakni suatu peristiwa yang selalu berulang dari urutan tahap yang dilalui
air dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer; penguapan dari darat atau laut
atau air pedalaman, pengembunan membentuk awan, pencurahan, pelonggokan dalam
tanih atau badan air dan penguapan kembali (Kamus Hidrologi, 1987). Dari daur
hidrologi tersebut dapat dipahami bahwa air tanah berinteraksi dengan air permukaan
serta komponen-komponen lain yang terlibat dalam daur hidrologi termasuk bentuk
topografi, jenis batuan penutup, penggunaan lahan, tetumbuhan penutup, serta
manusia yang berada di permiukaan. Air tanah dan air permukaan saling berkaitan
dan berinteraksi. Setiap aksi (pemompaan, pencemaran dll) terhadap air tanah akan
memberikan reaksi terhadap air permukaan, demikian sebaliknya.

2) Asal Air Tanah


Ada dua macam air tanah, sebagai berikut :
1. Air tanah yan berasal dari atmosfer/curahan, disebut meteoric water.
2. Air tanah yang berasal dari dalam bumi
(1) Connate water (air tanah subur) yaitu air tanah yang tersimpan dalam batuan
sedimen
(2) Juvenil water yaitu air tanah yang naik dari magma bila gasnya dibebaskan
melalui mata air panas.

Kenampakan akibat air tanah adalah sebagai berikut :


1. Mata air yaitu air yang keluar dari tanah
2. Geyser yaitu semburan dari dalam tanah yang menyemprot ke atas tanah. Geyser
dapat terjadi jika di dekat tanah terdapat gas.
3. Air Artesis/artosis yaitu cekungan dan lapisan batu-batuan yang dapat menahan air
dibawah tanah seingga dapat berkumpul sebagai cadangan air. Jika tempat
letaknya lebih rendah dari cekungan air mempunyai lubang (retakan) maka air
dapat keluar dari sumur yang disebut sumur artesis.
Ciri-ciri air artesis sebagai berikut :
1. bagian atas dan bagian bawah lapisan yang mengandung air dibatasi oleh lapisan
yang kedap.
2. Letak lapisan yang mengandung air berada pada daerah sinklinal dari suatu formasi
daerah lipatan.
3. Air artesis dapat memancar jika tekanan pada sinklinal cukup kuat, sebaliknya
akan mengalir naik jika tekanan pada sinklinal tidak cukup kuat.

Manfaat air tanah dalam kehidupan :


1. makin banyak air tanah debet air dalam tanah akan bertambah
2. air tanah mempengaruhi kontinuitas debet air sungai
3. air tanah mempengaruhi sumber air pada sentral PLTA
4. air tanah sebagai persediaan air minum penduduk dan irigasi
5. air tanah berpengaruh terhadap kelangsungan tumbuh-tumbuhan , hewan dan
manusia
6. air tanah dapat menimbulkan kenampakan lain seperti air tanah geyser, air artesis
dan travertin

B. KUALITAS AIR TANAH

Upaya pemenuhan kebutuhan air oleh manusia dapat mengambil air dari dalam tanah,
air permukaan, atau langsung dari air hujan. Dari ke tiga sumber air tersebut, air tanah
yang paling banyak digunakan karena air tanah memiliki beberapa kelebihan di
banding sumber-sumber lainnya antara lain karena kualitas airnya yang lebih baik
serta pengaruh akibat pencemaran yang relatif kecil.

Kualitas air tanah ditentukan oleh tiga sifat utama, yaitu: sifat fisik, kimia, dan sifat
biologi/bakteriologi.

1. Sifat Fisik

Sifat fisik antara lain warna, bau, rasa, kekentalan, kekeruhan, suhu (Hadipurwo,
2006).

a. Warna air tanah disebabkan oleh zat yang terkandung di dalamnya, baik
berupa suspensi maupun terlarut.

b. Bau air tanah dapat disebabkan oleh zat atau gas yang mempunyai aroma
yang terkandung dalam air.
c. Rasa air tanah ditentukan oleh adanya garam atau zat yang terkandung
dalam air tersebut, baik yang tersuspensi maupun yang terlarut.

d. Kekentalan air dipengaruhi oleh partikel yang terkandung di dalamnya.


Semakin banyak yang dikandung akan semakin kental. Di samping itu apabila
suhunya semakin tinggi maka kekentalannya akan semakin kecil (encer).

e. Kekeruhan air disebabkan oleh adanya tidak terlarutkan zat yang


dikandung. Sebagai contoh adalah adanya partikel lempung, lanau, juga zat
organik ataupun mikroorganisme.

f. Suhu air juga merupakan sifat fisik dari air. Suhu ini dipengaruhi oleh
keadaan sekeliling, seperti musim, cuaca, siang-malam, tempat ataupun
lokasinya.

2. Sifat Kimia

Termasuk dalam sifat kimia adalah kesadahan, jumlah garam terlarut (total dissolved
solidsatau TDS), daya hantar listrik (electric conductance atau DHL), keasaman, dan
kandungan ion.

a. Kesadahan atau Kekerasan

Kesadahan atau kekerasan (total hardness), adanya kandungan Ca dan Mg.


Kesadahan ada dua macam, yaitu kesadahan karbonat dan kesadahan non
karbonat. Air dengan kesadahan tinggi sukar melarutkan sabun, oleh
karenanya air tersebut perlu dilunakkan lebih dahulu (Tabel 3-1).

Tabel 3-1 Klasifikasi air berdasarkan kesadahan (Hem, 1959; Sawyer dan
Mc.Carty, 1994)

Kesadahan (mg/l CaCo3)


Kelas Air
Hem (1959) Sawyer dan Mc. Carty (1994)

0 – 60 0 - 75 Lunak

61 – 120 75 - 150 Menengah

121 – 180 150 - 300 Keras

> 180 > 300 Sangat keras


Jumlah garam terlarut adalah jumlah garam yang terkandung di dalam air.
Klasifikasi air berdasarkan jumlah garam terlarut menurut Hem (1959) tertera
seperti pada Tabel 3–2, sedangkan menurut David dan De Wiest (1966) tertera
seperti pada Tabel 3–3.

Tabel 3-2 Klasifikasi air berdasarkan jumlah garam terlarut (Hem, 1959)

Jumlah garam terlarut (mg/l) Macam Air

< 3000 Tawar

3000 - 10.000 Asin (moderate saline)

10.000 - 35.000 Sangat asin (very saline)

> 35.000 Asin sekali (briny)

Tabel 3-3 Klasifikasi air berdasarkan jumlah garam terlarut (Davis dan
DeWiest, 1966)

Jumlah garam terlarut (mg/l) Macam Air

< 1000 Tawar

1000 - 10.000 Payau (brackish)

10.000 - 100.000 Cukup asin (moderate saline)

> 100.000 Asin sekali (briny)

Sebagai gambaran adalah air laut mengandung garam-garaman terlarut


sekitar 34.000 mg/l.

b. Daya Hantar Listrik

Daya Hantar Listrik adalah sifat menghatarkan listrik dari air. Air yang
banyak mengandung garam akan mempunyai DHL tinggi. Pengukurannya
dengan alat Electric Conductivity Meter (EC Meter), yang satuannya adalah
mikromhos/cm atau μmhos/cm atau μsiemens/cm sering ditulis μS/cm.

Air tanah pada umumnya mempunyai harga 100 - 5000 μmhos. Besaran DHL
dapat dikonversikan menjadi jumlah garam terlarut (mg/l), yaitu: 10
m3 μmhos/cm = 640 mg/l atau 1 mg/l = 1,56 mmhos/cm (1,56 μS/cm)
Hubungan antara harga DHL dengan jumlah garam yang terlarut secara tepat
perlu banyak koreksi seperti temperatur pengukuran, maupun tergantung juga
dengan jenis garam yang terlarut, tetapi secara umum angka tersebut di atas
sedikit banyak dapat mewakili. Hubungan antara harga DHL dan macam air
seperti terlihat Tabel 3-4.

Tabel 3-4 Klasifikasi air berdasarkan harga DHL (dalam Hadipurwo, 2006)

DHL (mmhos/cm pada 25°C) Macam Air

0,055 Air murni

0,5 - 5,0 Air suling

5 – 30 Air hujan

30 - 2000 Air tanah

35.000 - 45.000 Air laut

c. Keasaman Air

Keasaman air dinyatakan dengan pH, mempunyai besaran mulai dari 1-14. Air
yang mempunyai pH 7 adalah netral, sedangkan yang mempunyai pH lebih
besar/kecil dari 7 disebut bersifat basa/asam. Jadi air yang mengandung garam
kalsium karbonat atau magnesium karbonat, bersifat basa (pH 7,5 - 8),
sedangkan yang mempunyai harga pH < 7 adalah bersifat asam, sangat mudah
melarutkan Fe, sehingga air yang asam biasanya mempunyai kandungan besi
(Fe) tinggi. Pengukuran pH air di lapangan dilakukan dengan pH meter, atau
kertas lakmus (Hadipurwo, 2006).

d. Kandungan Ion

Kandungan ion baik kation maupun anion yang terkandung di dalam air
diukur banyaknya, biasanya dalam satuan part per million (ppm) atau mg/l.
Ion-ion yang diperiksa antara lain Na, K, Ca, Mg, Al, Fe, Mn, Cu, Zn, Cl,
SO4, CO2, CO3, HCO3, H2SF, NH4, NO3, NO2, KMn O4, SiO2, boron,
ion-ion logam yang biasanya jarang akan tetapi ion ini bersifat sebagai racun
antara lain As, Pb, Sn, Cr, Cd, Hg, Co (Hadipurwo, 2006).
3. Sifat Biologi/Bakteri

Kandungan biologi di dalam air diukur terutama dengan banyaknya bakteri coli.
Untuk standar air minum ada batas maksimum kandungan coli yang diperbolehkan.

C. AKUIFER (LAPISAN PEMBAWA AIR TANAH)

Secara epistemologi, akuifer merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin yang
terdiri dari kata aqui atau aqua, yang bermakna air, dan kata ferre, yang berarti
membawa. Selanjutnya, dari beberapa ahli pengertian akuifer adalah sebagai berikut:
akuifer adalah lapisan tanah yang memiliki kandungan air yang mengalir melalui
ronga-rongan udara kedalam bawah tanah (Herlambang, 1996). Selain itu,
berdasarkan sifat batuan terhadap air, akuifer adalah lapisan batuan jernih air di
bawah permukaan tanah yang dapat menyimpan dan meneruskan air dalam kuantitas
yang mencukupi dan ekonomis. Menurut ilmu tanah, akuifer adalah lapisan tanah
pembawa air yang memiliki daya ekonomis dalam mengalirkan atau merembaskan air
ke dalam tanah. Sebagai contoh lapisan tanah sebagai pembawa air atau akuifer dapat
terjadi pada jenis lapisan tanah dan batuan sebagai berikut ini:

 bahan-bahan yang belum terkonsolidasi dengan baik, seperti tanah pasir, tanah
aluvial, bekas sungai purba, dataran pantai batuan endapan, tanah kapur, gamping,
dan kerikil, yang secara strukturnya memiliki rekahan atau pori.

Sehingga, akuifer dapat terjadi jika suatu media, baik tanah atau batuan memiliki
ronga atau pori atau ruang yang dapat mengalirkan jumlah air dalam kuaantitas yang
memadai dan berlangsung secara efisien.

1) Sistem Akuifer
Dari pengertian mengenai akuifer tersebut di atas, menurut Puradimaja (1993), dilihat
dari tipologinya di Indonesia, sistem akuifer memiliki lima tipologi sistem akuifer,
antara lain sebagai berikut:

1. Sistem Akuifer Endapan Gunungapi.

Sistem ini terjadi pada area gunung berapi dimana lapisan pembawa
air mulai dari permukaan gunung yang terdiri dari batuan piroklastik
yang turun ke bagian dalam gunung berapi menuju aliran lava dan
selanjutnya masuk kedalam batuan dasar gunung berapi;

2. Sistem Akuifer Endapan Aluvial.

Sistem ini terdapat pada jenis tanah endapan aluvial yang terdapat di
sepanjang aliran sungai yang jenis tanahnya masih muda dan belum
terkonsolidasi dengan sempurna sehingga lapisan tanah ini dapat
mengalirkan air atau meresapkan air menuju permukaan dalam lapisan
tanah;

3. Sistem Akuifer Batuan Sedimen.

Sistem ini mengalami prosesnya pada lapisan batuan sedimen yang


memiliki ronga atau pori atau rekahan dan meneruskan air di atas
permukaan menuju ke bagian dalam atau bawah permukaan tanah;

4. Sistem Akuifer Batuan Kristalin dan Metamorf; dan

5. Sistem Akuifer Endapan Glasial.

2) Klasifikasi Akuifer

Dalam menentukan klasifikasi akuifer sendiri ada tiga pengukuran dalam menentukan
jenis akuifer yang ada. Adapun pengukuran tersebut meliputi sebagaimana berikut ini:

 tingkat ketebalan akuifer. tingkat ketebalan ini diukur dari permukaan


air tanah hingga lapisan yang berkarakteristik semi kedap air, yang
meliputi akuiklud dan akuifus.

 tingkat permeabilitas. pengukuran ini dilihat dari kemampuan suatu


akuifer dalam meneruskan kuantitas air melalui penampang sebesar 1
m persegi. Tingkat permeabilitas ini ditentukan berdasar tekstur dan
struktur mineral atau partikel-partikel atau butiran-butiran penyusun
batuannya.
 koefisiensi lolos. Koefisiensi ini menunjukkan seberapa besar
kemampuan batuan dalam meloloskan aliran air tanah.

3) Jenis-jenis akuifer

Berdasarkan pengertian, sistem, dan klasifikasi akuifer yang telah dijelaskan di


bagian sebelumnya, maka akuifer dapat dibedakan kedalam beberapa jenis akuifer.
Menurut Kodoatie (2012), jenis akuifer terdiri dari tiga jenis, yaitu:

a) Akuifer bebas, atau unconfined aquifer. Akuifer yang lapisan pembatasnya


hanya pada bagian bawah saja dan tidak ada lagi sekat dengan lapisan atasnya,
yaitu pada muka air tanah.

b) Akuifer tertekan, atau confined aquifer. Akuifer yang pembatas pada lapisan
atas dan bawahnya merupakan pembatas yang tidak tembus air sehingga
menyebabkan air muncul di atas formasi tertekan pad abagian bawahnya
sehingga akuifer ini terisi penuh oleh air tanah.

c) Akuifer semi tertekan, atau leaky aquifer. Akuifer yang memiliki air yang
jenuh dan dibatasi oleh lapisan atas berupa akuitard dan lapisan bawah yang
merupakan akuiklud. Jenis akuifer ini merupakan jenis akuifer yang sempurna
karena pada lapisan atas dibatasi oleh lapisan semi-lolos air dan lapisan
bagian bawah adalah lapisan lolos air atau semi-lolos air.

Selain ketiga jenis akuifer tersebut, ada satu akuifer lagi yang merupakan akuifer
buatan. Akuifer ini merupakan lapisan tanah yang sengaja dibuat atau ditata ulang
untuk menyimpan dan mengalirkan air dari dalam tanah sehingga dapat menjadi
sumber air yang berkelanjutan. Tujuan dibuatnya akuifer buatan ini adalah sebagai
sumber penyediaan air baku bagi penduduk yang daerahnya sangat minim sekali
terdapat aliran air dan sering mengalami kekeringan dalam jangka waktu yang lama.
Proses akuifer buatan ini melalui beberapa tahapan. Pertama, air permukaan dialirkan
ulang ke dalam akuifer buatan yang selanjutnya akan mengalir dengan kecepatan
yang sangat lamban menuju lapisan tanah batuan pembentuk akuifer. Sleanjutnya,
kuantitas air akan terpenuhi oleh akuifer selama perjalanan menuju tempat
penampungan atau pengambilan. Semakin lamban kecepatannya semakin baik
akuifernya. Akuifer ini merupakan solusi bagi ketersediaan air yang berkelanjutan
dan dapat menjadi sumber air tanah yang dapat diperbaharui dan dikembangkan pada
daerah yang rawan air untuk digunakan dalam kegiatan atau aktifitas sehari-hari.
Selain itu, akuifer buatan ini dapat menjadi prasarana dalam program konservasi
daerah aliran sungai.

D. POROSITAS DAN PERMEABILITAS TANAH

1) Pegertian Porositas
Porositas adalah proporsi ruang pori tanah (ruang kosong) yang terdapat dalam suatu
volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara , sehingga merupakan indicator
kondisi drainase dan aerasi tanah. Tanah yang poreus berarti tanah yang cukup
mempunyai ruang pori untuk pergerakan air dan udara masuk dan keluar tanah yang
secara leluasa didalam tanah (Hakim ,1996)

Porositas tanah adalah kemampuan tanah dalam menyerap air yang erat
kaitannya dengan tingkat kepadatan tanah (Bulk Density). Semakin padat tanah
berarti semakin sulit untuk menyerap air, maka porositas tanah semakin kecil.
Sebaliknya semakin mudah tanah menyerap air maka tanah tersebut memiliki
porositas yang besar.

Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah, dan
tekstur tanah. Tanah yang porositasnya baik adalah tanah yang porositasnya besar
karena perakaran tanaman mudah untuk menembus tanah dalam menvari bahan
organik. Selain itu tanah tersebut mampu menahan air hujan sehingga tanaman tidak
selalu kekurangan air. Tetapi jika porositasnya terlalu tinggi, juga tidak baik, karena
air yang diterima tanah langsung turun ke lapisan berikutnya. Tanah seperti ini kalau
musim kemarau cepat membentuk pecahan yang berupa celah besar di tanah.

Pori-pori tanah terbagi menurut besar kecilnya ruangan atau rongga antar partikel
tanah, pori terbagi menjadi tiga kelompok yaitu:

1. pori makro atau pori besar

2. pori meso atau pori sedang

3. pori mikro atau pori kecil

Masing-masing kelompok ini menempati lapisan-lapisan tanah yang berbeda. Pada


lapisan pertama banyak terdapat pori makro dan pori mikro hampir tidak ada. Lapisan
kedua umumnya banyak pori meso, ada juga pori mikro dan pori makro tetapi tidak
terlalu banyak. Yang menempati pori-pori tanah ini tergantung musim. Hampis semua
musim dipengaruhi oleh udara, walaupun ditempati udara sebagian kecil masih
terdapat air, terutama pada musim hujan banyak terdapat pori mikro.

porositas tanah = (1- berat volume tanah/berat jenis partikel) x 100%

2). Pengertian Permeeabilitas

Permeabilitas tanah adalah kemampuan tanah untuk mengalirkan air atau udara
dinyatakan dalam cm/jam. (Handayanto,2009)
Kualitas tanah untuk meloloskan air atau udara yang diukur berdasarkan besarnya
aliran melalui satuan tanah yang telah dijenuhi terlebih dahulu persatuan waktu
tertentu. (Susanto,1994)

Permeabilitas tanah adalah suatu kesatuan yang melipui infiltrasi tanah dan
bermanfaat sebagai permudahan dalam pengolahan tanah. (Dede rohmat, 2009)

Permeabilitas tanah memiliki lapisan atas dan bawah. Lapisan atas berkisar antara
lambat sampai agak cepat (0,20 – 9,46 cm jam-1), sedangkan di lapisan bawah
tergolong agak lambat sampai sedang (1,10 -3,62 cm jam-1). (N.Suharta dan B. H
Prasetyo.2008)

3) Faktor yang mempengaruhi permeabilitas

a. Tekstur

tekstur sangat mempengaruhi permeabilitas tanah. Hal ini dikarenakan


permeabilitas itu adalah melewati tekstur tanah. Misalnya tanah yang
bertekstur pasir akan mudah melewatkan air dalam tanah

b. Struktur

Struktur juga mempengaruhi permebilitas. Semakin banyak ruang antar


struktur, maka semakin cepat juga permeabilitas dalam tanah tersebut.
Misalnya tanah yang berstruktur lempeng akan sulit di tembus oleh air daru
pada berstruktur remah

c. Porositas

Porositas atau ruang pori adalah rongga antar tanah yang biasanya diisi air
atau udara. Pori sangat menentukan sekali dalam permeabilitas tanah, semakin
besar pori dalam tanah tersebut, maka semakin cepat pula permeabilitas tanah
tersebut

d. Viskositas

Viskositas sama juga dengan kekentalan air, semakin kental air tersebut, maka
semakin sulit juga air untuk menembuas tanah tersebut

e. Gravitasi

Gaya gravitasi atau gaya tarik bumi juga sangat menentukan permeabilitas
tanah, karena permeabilitas adalah gaya yang masuk ke tanah menrut gaya
gravitasi
4) Faktor yang dipengaruhi oleh permeabilitas

a. Drainase

Apabila permeabilitas tanah baik, maka waktu dalam pergerakan air akan
semakin cepat, begitu pula sebaliknya

b. Infiltrasi

Penyerapan yang dilakukan tanah akan semakin cepat apabila drainase tanah
itu baik

c. Pengolahan

Apa bila drainase dalam tanah tersebut baik, maka pengolahan dalam tanah
akan semakin mudah

d. Perkolasi

Pergerakan air dalam tanah akan baik bila drainase dalam tanah juga baik

e. Erosi

Pengikisan juga dipengaruhi oleh permebilitas, semakin baik permeabilitas


dalam tanah, maka erosi akan minimum

f. Evaporasi

Evaporasi akan semakin maksimal jika permeabilitas tanah tersebut baik

g. Konduktifitas

Saat menghitung kejenuhan tanah dalam air untuk membuktikan permeabilitas


itu cepat atau tidak. Jika konduktifitas tinggi maka permeabilitas tinggi.

h. Run off

Air yang mengalir di atas permukaan tanah. Sehingga, Jika run off tinggi
maka permeabilitas rendah.

E. MENGHITUNG DEBIT AIR TANAH

1). Debit Air


Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per waktu. Debit
adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Satuan debit
yang digunakan adalah meter kubir per detik (m3/s). Debit aliran adalah laju aliran air
(dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per
satuan waktu (Asdak,2002).
Dalam praktek, sering variasi kecepatan pada tampang lintang diabaikan, dan
kecepatan aliran dianggap seragam di setiap titik pada tampang lintang yang besarnya
sama dengan kecepatan Rata-rata V, sehingga debit aliran adalah:

Dengan :

Q=AxV

Q = Debit Aliran (m3/s)

A = Luas Penampang (m2)

V = Kecepatan Aliran (m/s)

Metode penelitian meliputi pengukuran langsung di lapangan. Pengukuran langsung


di lapangan meliputi pengukuran lebar, tinggi air, tinggi saluran drainase, sisi miring,
dan diameter pada masing-masing saluran drainase dari yang berbentuk trapesium,
persegi, dan lingkaran. Variabel yang diamati adalah debit air pada masing-masing
saluran drainase.

2) Faktor Penentu Debit Air

1. Intensitas hujan.

Karena curah hujan merupakan salah satu faktor utama yang memiliki
komponen musiman yang dapat secara cepat mempengaruhi debit air, dan
siklus tahunan dengan karakteristik musim hujan panjang (kemarau pendek),
atau kemarau panjang (musim hujan pendek). Yang menyebabkan
bertambahnya debit air.

2. Penggundulan Hutan

Fungsi utama hutan dalam kaitan dengan hidrologi adalah sebagai penahan
tanah yang mempunyai kelerengan tinggi, sehingga air hujan yang jatuh di
daerah tersebut tertahan dan meresap ke dalam tanah untuk selanjutnya akan
menjadi air tanah. Air tanah di daerah hulu merupakan cadangan air bagi
sumber air sungai. Oleh karena itu hutan yang terjaga dengan baik akan
memberikan manfaat berupa ketersediaan sumber-sumber air pada musim
kemarau. Sebaiknya hutan yang gundul akan menjadi malapetaka bagi
penduduk di hulu maupun di hilir. Pada musim hujan, air hujan yang jatuh di
atas lahan yang gundul akan menggerus tanah yang kemiringannya tinggi.
Sebagian besar air hujan akan menjadi aliran permukaan dan sedikit sekali
infiltrasinya. Akibatnya adalah terjadi tanah longsor dan atau banjir bandang
yang membawa kandungan lumpur.

3. Pengalihan hutan menjadi lahan pertanian

Risiko penebangan hutan untuk dijadikan lahan pertanian sama besarnya


dengan penggundulan hutan. Penurunan debit air sungai dapat terjadi akibat
erosi. Selain akan meningkatnya kandungan zat padat tersuspensi (suspended
solid) dalam air sungai sebagai akibat dari sedimentasi, juga akan diikuti oleh
meningkatnya kesuburan air dengan meningkatnya kandungan hara dalam air
sungai.Kebanyakan kawasan hutan yang diubah menjadi lahan pertanian
mempunyai kemiringan diatas 25%, sehingga bila tidak memperhatikan faktor
konservasi tanah, seperti pengaturan pola tanam, pembuatan teras dan lain-
lain.

4. Intersepsi
Adalah proses ketika air hujan jatuh pada permukaan vegetasi diatas
permukaan tanah, tertahan bebereapa saat, untuk diuapkan kembali(”hilang”)
ke atmosfer atau diserap oleh vegetasi yang bersangkutan. Proses intersepsi
terjadi selama berlangsungnya curah hujan dan setelah hujan berhenti. Setiap
kali hujan jatuh di daerah bervegetasi, ada sebagian air yang tak pernah
mencapai permukaan tanah dan dengan demikian, meskipun intersepsi
dianggap bukan faktor penting dalam penentu faktor debit air, pengelola
daerah aliran sungai harus tetap memperhitungkan besarnya intersepsi karena
jumlah air yang hilang sebagai air intersepsi dapat mempengaruhi neraca air
regional. Penggantian dari satu jenis vegetasi menjadi jenis vegetasi lain yang
berbeda, sebagai contoh, dapat mempengaruhi hasil air di daerah tersebut.

5. Evaporasi dan Transpirasi

Evaporasi transpirasi juga merupakan salah satu komponen atau kelompok


yang dapat menentukan besar kecilnya debit air di suatu kawasan DAS,
mengapa dikatakan salah satu komponen penentu debit air, karena melalu
kedua proses ini dapat membuat air baru, sebab kedua proses ini menguapkan
air dari per mukan air, tanah dan permukaan daun, serta cabang tanaman
sehingga membentuk uap air di udara dengan adanya uap air diudara maka
akan terjadi hujan, dengan adanya hujan tadi maka debit air di DAS akan
bertambah juga.

Pengukuran debit dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yaitu


(Arsyad,1989):

a. Pengukuran volume air sungai

b. Pengukuran debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan


menentukan luas penampang melintang sungai

c. Pengukuran dengan menggunakan bahan kimia yang dialirkan


dalam sungai

d. Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukur debit.


DAFTAR PUSTAKA

http://www.galuhpratiwi.my.id/2015/01/kualitas-air-tanah.html

http://revara26.blogspot.com/2014/11/air-tanah-sebagai-sumber-air-bersih.html

http://musbir.blogspot.com/2012/10/air-tanah.html#ixzz5Qnygp2jp

http://texbuk.blogspot.com/2012/01/karakteristik-air-tanah.html

Anda mungkin juga menyukai