Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PENGENDALIAN VEKTOR DAN TIKUS

Pelaksanaan Manipulasi Dan Modifikasi Lingkungan Terhadap


Vektor

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 7

Aldha Nur Faidza Putri ( P2.31.33.017.002)

M.Thufail Purnayudha ( P2.31.33.017.027)

Iis Aulia ( P2.31.33.017.015)

Rizqa Hasanah Hasibuan ( P2.31.33.017.032)

2 D3A

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II


1. Manipulasi lingkungan
Adalah suatu upaya pengelolaan lingkungan yang meliputi kegiatan yang terencana yg
bertujuan untuk mengubah kondisi sementara yang tidak menguntungkan bagi perkembang biakan
vektor penyakit pada habitatnya sebagai contoh adalah : pembersihan tanaman, peneduhan dan
pengeringan rawa
Manipulasi lingkungan merupakan kegiatan yang bertujuan menghasilkan keadaan sementara
yang tidak menguntungkan bagi beberapa serangga kesehatan untuk berkembang biak di tempat
perindukannya. Kegiatannya meliputi Pasture rotation (perputaran padang rumput), drained
pasture (padang rumput dikeringkan), forested pasture, penebangan hutan, pembersihan dan
pengangkatan lumut dari lagoon, pengubahan kadar garam air menjadi tawar dan pemutusan
pengairan secara berkala dibidang pertanian.

 Pasture rotation (perputaran padang rumput)


Pernah dilakukan di Southern Queensland Australia untuk mengendalikan
Boophilus microplus yang menyerang sapi (live stock).

 Forested pasture
Pernah dilakukan di negara bagian Ozark seperti Oklahoma, Arkansas dan Misouri
untuk mengurangi kontak antara sapi dengan Amblyomma Americana.
Pengrusakan tumbuh-tumbuhan untuk mengurangi Ixodes dammini dewasa pernah
dilakukan di Massachusetts.

 Drained pasture (padang rumput yang dikeringkan)


dilakukan di Eropa terhadap Ixodes ricinus, juga di Afrika dan Jepang terhadap
Rhipicephalus appendicalus dan Haemaphysalis longicornis.

 Penebangan/pemapasan hutan
pernah dilakukan di Afrika terhadap lalat Glosina sp. (vektor trypanoomiasis).
Prinsipnya adalah memanfaatkan sifat Glossina sp. yang kurang menyukai cahaya
langsung dan terbangnya pendek. Caranya, membuat suatu sisiran/ papasan hutan
sehingga lalat Glossina sp tidak dapat berpindah.
 Pembersihan dan pengangkatan lumut dari lagoon
pernah dilakukan di Cibalong Kecamatan Pameungpeuk Jawa Barat pada tahun
1980-1981, dengan cara membersihkan dan mengangkat lumut dari lagoon yang
merupakan tempat perkembang biakan vector tersebut.

2. Modifikasi Lingkungan
Adalah upaya pengelolaan lingkungan yang meliputi perubahan fisik yang bersifat
permanen terhadap lahan, air dan tanaman yang bertujuan untuk mencegah, menghilangkan atau
mengurangi habitat vektor penyakit tanpa menyebabkan terganggunya kualitas lingkungan hidup
manusia. Termasuk kegiatan ini adalah drainase, penimbunan tempat perindukan vektor penyakit
berupa genangan air

Modifikasi lingkungan Bertujuan mencegah, menghilangkan atau mengurangi tempat


perindukan serangga kesehatan meliputi :

 Penimbunan tempat perkembangbiakan.


Telah banyak dilakukan dibeberapa negara, misalnya di Philiphina terhadap Ae.
aegypty penyebar penyakit dengue (yellow fever) dengan cara menimbun kontainer
yang berisi air.
Di Indonesian (Surabaya) pernah juga dilakukan pengendalian Ae. aegypti dengan
penimbunan container yang berisi air. Selain itu juga dilakukan pengelolaan rabuk
ayam (unggas) untuk mengendalikan populasi lalat. Upaya lain dilakukan untuk
mengendalikan populasi Musca domestika dilakukan sanitasi dan penimbunan tempat
sampah.

 Pengeringan tempat perkembangbiakan


Banyak dilakukan terhadap nyamuk (Anopheles sp, Culex sp, Mansonia sp.)
sebagai penyebar malaria, filariasis dan lain-lain dengan cara melakukan pengaliran air
yang menggenang hingga menjadi kering. Di Afrika untuk mengendalikan nyamuk
dilakukan sanitasi dan pengeringan tempat pembuangan limbah pemukiman manusia.
 Pengaturan irigasi
Dilakukan dengan cara mengalirkan air secara cepat pada selokan sehingga kurang
menguntungkan bagi perkembang biakan nyamuk. Sebaliknya selokan dengan sistem
irigasi yang pecahpecah atau yang airnya merembes, sangat cocok sebagai tempat
perkembang biakan nyamuk. Di China dilakukan pengelolaan air (cara irigasi) untuk
mengontrol An. sinensis yang berkembang biak di persawahan (pada tanaman padi).
Kegiatan serupa juga dilaksanakan untuk mengontrol An. sinensis dan Cx.
Tritaeniorhynchus.

3. Pengendalian Vektor
Berdasarkan program yang di rilis oleh WHO tentang pengendalian vektor dengan system
managemen vektor terpadu. Strategi system managemen vektor terpadu dirancang untuk
mencapai manfaat pengendalian penyakit terbesar dengan cara yang paling hemat biaya, dan
meminimalkan dampak negatif terhadap ekosistem (misalnya penipisan keanekaragaman hayati)
dan merugikan efek samping pada kesehatan masyarakat dari penggunaan berlebihan bahan kimia
alam pengendalian vektor.
Dalam pengendalian vektor tidaklah mungkin dapat dilakukan pembasmian sampai tuntas, yang
mungkin dan dapat dilakukan adalah usaha mengurangi dan menurunkan populasi kesatu tingkat
yang tidak membahayakan kehidupan manusia. Namun hendaknya dapat diusahakan agar segala
kegiatan dalam rangka memurunkan populasi vektor dapat mencapai hasil yang baik. Untuk itu
perlu diterapkan teknologi yang sesuai, bahkan teknologi sederhanapun, yang penting d dasarkan
prinsip dan konsep yang benar.
Adapun prinsip dasar dalam pengendalian vektor yang dapat dijadikan sebagai pegangan sebagai
berikut :
1. Pengendalian vektor harus menerapkan bermacam-macam cara pengendalian agar vektor
tetap berada di bawah garis batas yang tidak merugikan/ membahayakan.
2. Pengendalian vektor tidak menimbulkan kerusakan atau gangguan ekologi terhadap tata
lingkungan hidup.

4. Tujuan Pengendalian Vektor


1. Mencegah wabah penyakit yang tergolong vector-borne disease >> memperkecil risiko
kontak antara manusia dg vektor penyakit dan memperkecil sumber penularan penyakit/reservoir
2. Mencegah dimasukkannya vektor atau penyakit yg baru ke suatu kawasan yg bebas >>
dilakukan dengan pendekatan legal, maupun dengan aplikasi pestisida (spraying, baiting,
trapping)

5. Metoda Pengendalian Vektor


Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah upaya untuk mengurangi atau menurunkan
populasi vektor atau binatang pengganggu dengan maksud pencegahan atau pemberantasan
penyakit yang ditularkan atau gangguan (nuisance) oleh vektor dan binatang pengganggu tersebut.
Dalam pengendalian yang akan dilakukan ada beberapa metode pengendalian
vektor. Pengendalian vektor berfokus pada penggunaan metode pencegahan untuk mengendalikan
atau menghilangkan populasi vektor. Langkah-langkah pencegahan yang umum adalah :

1. Pengendalian secara alamiah (naturalistic control) >> memanfaatkan kondisi alam yang
dapat mempengaruhi kehidupan vector >> jangka waktu lama
Manipulasi lingkungan
Adalah suatu upaya pengelolaan lingkungan yang meliputi kegiatan yang terencana yg bertujuan
untuk mengubah kondisi sementara yang tidak menguntungkan bagi perkembang biakan vektor
penyakit pada habitatnya sebagai contoh adalah : pembersihan tanaman, peneduhan dan
pengeringan rawa
Modifikasi Lingkungan
Adalah upaya pengelolaan lingkungan yang meliputi perubahan fisik yang bersifat permanen
terhadap lahan, air dan tanaman yang bertujuan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi
habitat vektor penyakit tanpa menyebabkan terganggunya kualitas lingkungan hidup manusia.
Termasuk kegiatan ini adalah drainase, penimbunan tempat perindukan vektor penyakit berupa
genangan air
2. Pengendalian terapan (applied control) >> memberikan perlindungan bagi kesehatan manusia
dari gangguan vektor >> sementara
a. Upaya peningkatan sanitasi lingkungan (environmental sanitation improvement)
Pengendalian secara sanitasi lingkungan merupakan pengendalian secara tidak langsung. Dimana
kita membersihkan maupun mengeluarkan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk, seperti;
kaleng bekas, plastik bekas, ban mobil atau motor dan lain-lain yang dapat menampung genangnan
air hujan. Tempat-tempat penampungan air harus dibersihkan untuk mengeluarkan ataupun
membunuh telur-telur, jentik, serta pupa nyamuk (Sembel, 2009)
Sanitasi lingkungan mencakup pengelolaan sampah, limbah cair, termasuk tinja dan sanitasi rumah
yang ditujukan untuk mencegah kehadiran vektor penyakit..
b. Pengendalian secara fisik-mekanik (physical-mechanical control) >> modifikasi/manipulasi
lingkungan >> landfilling, draining
Cara ini menitikberatkan kepada pemanfaatan iklim/musim dan menggunakan alat penangkap
mekanis antara lain :

a). Pemasangan perangkap tikus atau perangkap serangga


b). Pemasangan jaring
c). Pemanfaatan sinar/cahaya untuk menarik atau menolak (to attrack and to repeal)
d). Pemanfaatan kondisi panas dan dingin untuk membunuh vektor dan binatang
penganggu.
e). Pemanfaatan kondisi musim/iklim untuk memberantas jentik nyamuk.
f). Pemanfaatan suara untuk menarik atau menolak vektor dan binatang pengganggu.
g). Pembunuhan vektor dan binatang pengganggu menggunakan alat pembunuh (pemukul,
jepretan dengan umpan, dll)
h). Pengasapan menggunakan belerang untuk mengeluarkan tikus dari sarangnya sekaligus
peracunan.
i). Pembalikan tanah sebelum ditanami.
j). Pemanfaatan arus listrik dengan umpan atau attracktant untuk membunuh vektor dan
binatang pengganggu (perangkap serangga dengan listrik daya penarik menggunakan
lampu neon).

c. Pengendalian secara biologis (biological control) >> memanfaatkan musuh alamiah atau
pemangsa/predator, fertilisasi.
Pengendalian secara biologis dilakukan dengan dua cara, yakni :
a). Memelihara musuh alaminya
Musuh alami insekta dapat berupa pemangsanya ataupun mikroba penyebab penyakitnya.
Untuk ini perlu diteliti lebih lanjut pemangsa dan penyebab penyakit mana yang paling
efektif dan efisien mengurangi populasi insekta. Untuk ni perlu juga dicari bagaimana
caranya untuk melakukan pengendalian pertumbuhan pemangsa dan penyebab penyakit ini
apabila populasi vektor sudah terkendali jumlahnya.
b). Mengurangi fertilitas insekta
Untuk cara kedua ini pernah dilakukan dengan meradiasi insekta jantan sehingga steril dan
menyebarkannya di antara insekta betina. Dengan demikian telur yang dibuahi tidak dapat
menetas. Cara kedua ini masih dianggapa terlalu mahal dan efisiensinya masih perlu dikaji.
c). Pengendalian dengan pendekatan per-UU (legal control) >> karantina
d). Pengendalian dengan menggunakan bahan kimia (chemical control)
Cara ini lebih mengutamakan penggunaan pestisida/rodentisida untuk peracunan.
Penggunaan racun untuk memberantas vektor lebih efektif namun berdampak masalah
gangguan kesehatan karena penyebaran racun tersebut menimbulkan keracunan bagi
petugas penyemprot maupun masyarakat dan hewan peliharaan. Sebagai ilustrasi, pada
tahun 1960-an yang menjadi titik tolak kegiatan kesehatan secara nasional (juga merupakan
tanggal ditetapkannya Hari Kesehatan Nasional), ditandai dengan dimulainya kegiatan
pemberantasan vektor nyamuk menggunakan bahan kimia DDT atau Dieldrin untuk
seluruh rumah penduduk pedesaan. Hasilnya sangat baik karena terjadi penurunan densitas
nyamuk secara drastis, namun efek sampingnya sungguh luar biasa karena bukan hanya
nyamuk saja yang mati melainkan cicak juga ikut mati keracunan (karena memakan
nyamuk yang keracunan), cecak tersebut dimakan kucing dan ayam, kemudian kucing dan
ayam tersebut keracunan dan mati, bahkan manusia jugs terjadi keracunan Karena
menghirup atau kontak dengan bahan kimia tersebut melalui makanan tercemar atau makan
ayam yang keracunan.
Selain itu penggunaan DDT/Dieldrin ini menimbulkan efek kekebalan tubuh pada nyamuk
sehingga pada penyemprotan selanjutnya tidak banyak artinya. Selanjutnya bahan kimia
tersebut dilarang digunakan. Penggunaan bahan kimia pemberantas serangga tidak lagi
digunakan secara missal, yang masih dgunakan secra individual sampai saat ini adalah jenis
Propoxur (Baygon). Pyrethrin atau dari ekstrak tumbuhan/bunga-bungaan.
Untuk memberantas Nyamuk Aedes secara missal dilakukan fogging bahan kimia jenis
Malathion/Parathion, untuk jentik nyamuk Aedes digunakan bahan larvasida jenis Abate
yang dilarutkan dalam air. Cara kimia untuk membunuh tikus dengan menggunakan bahan
racun arsenic dan asam sianida. Arsenik dicampur dalam umpan sedangkan sianida biasa
dilakukan pada gudang-gudang besar tanpa mencemai makanan atau minuman, juga
dilakukan pada kapal laut yang dikenal dengan istilah fumigasi. Penggunaan kedua jenis
racun ini harus sangat berhati-hati dan harus menggunakan masker karena sangat toksik
terhadap tubuh manusia khususnya melalui saluran pernafasan.
Penggunaan bahan kimia lainnya yang tidak begitu berbahaya adalah bahan attractant dan
repellent. Bahan Attractant adalah bahan kimia umpan untuk menarik serangga atau tikus
masuk dalam perangkap. Sedangkan repellent adalah bahan/cara untuk mengusir serangga
atau tikus tidak untuk membunuh. Contohnya bahan kimia penolak nyamuk yang dioleskan
ke tubuh manusia (Autan, Sari Puspa, dll) atau alat yang menimbulkan getaran ultrasonic
untuk mengusir tikus (fisika).
e). Pengendalian terpadu ( integrated control)/Pengendalian Vektor Terpadu (Integrated
Vektor Management)
IVM merupakan konsep pengendalian vektor yang diusulkan oleh WHO untuk
mengefektifkan berbagai kegiatan pemberantasan vektor oleh berbagai institusi. IVM
dalam pengendalian vektor DBD saat ini lebih difokuskan pada peningkatan peran serta
sektor lain melalui kegiatan Pokjanal DBD, Kegiatan PSN anak sekolah dll.
Daftar Pustaka

nrrahmahpatong.blogspot.com/2017/04/metode-pengendalian-vektor.html?m=1

http://nrrahmahpatong.blogspot.com/2017/04/metode-pengendalian-vektor.html

https://media.neliti.com/media/publications/56416-ID-prospek-pengelolaan-lingkungan-dalam-
upa.pdf

Anda mungkin juga menyukai