Anda di halaman 1dari 9

Resume Pengendalian Vektor dan Tikus

Nama : Diah Ayu Agustin

Nim : 1813451032

Kelas/Semester : Reguller 1/Semester IV

a. Latar belakang
Vektor penyakit adalah serangga penyebar penyakit atau arthopoda
yang dapat memindahkan ataupun menularkan agen infeksi kepada host yang
rentan. Pengendalian vektor adlah suatu kegiatan untuk menurunkan
kepadatan populasi vektor pada tingkat yang tidak lagi membahayakan bagi
kesehatan manusia. (Slamet JS, 1994)
Manipulasi adalah suatu upaya pengelolaan lingkungan yang meliputi
kegiatan yang terencana yg bertujuan untuk mengubah kondisi sementara yang
tidak menguntungkan bagi perkembang biakan vektor penyakit pada
habitatnya sebagai contoh adalah : pembersihan tanaman, peneduhan dan
pengeringan rawa.
Modifikasi lingkungan adalah upaya pengelolaan lingkungan yang
meliputi perubahan fisik yang bersifat permanen terhadap lahan, air dan
tanaman yang bertujuan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi
habitat vektor penyakit tanpa menyebabkan terganggunya kualitas lingkungan
hidup manusia. Termasuk kegiatan ini adalah drainase, penimbunan tempat
perindukan vektor penyakit berupa genangan air.
Menurut WHO (1999) Cara paling efektif dari pengendalian vektor
adalah penatalaksanaan lingkungan, yang termasuk perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pemantauan aktifitas untuk modifikasi atau
manipulasi faktor – faktor lingkungan dengan suatu pandangan untuk
mencegah atau mengurangi perkembangan vektor dan kontak manusia –
vektor – patogen
Manipulasi lingkungan adalah suatu upaya pengelolaan lingkungan
yang meliputi kegiatan yang terencana yg bertujuan untuk mengubah kondisi
sementara yang tidak menguntungkan bagi perkembang biakan vektor
penyakit pada habitatnya sebagai contoh adalah : pembersihan tanaman,
peneduhan dan pengeringan rawa.
Modifikasi lingkungan adalah upaya pengelolaan lingkungan yang
meliputi perubahan fisik yang bersifat permanen terhadap lahan, air dan
tanaman yang bertujuan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi
habitat vektor penyakit tanpa menyebabkan terganggunya kualitas lingkungan
hidup manusia. Termasuk kegiatan ini adalah drainase, penimbunan tempat
perindukan vektor penyakit berupa genangan air.

1. Pelaksanaan manipulasi dan modifikasi lingkungan untuk meminimalisasi


populasi vektor
a. Modifikasi lingkungan
- Perbaikan persediaan air
- Tanki atau reservoir diatas atau bawah tanah harus anti
nyamuk.
b. Manipulasi lingkungan
- Drainase instalasi persediaan air
Tumpah atau bocornya air dalam bangunan pelindung, dari
pipa distribusi dan sumber air lainnya menyebabkan air
tergenang dan dapat menjadi habitat yang penting untuk larva
aedes aegypti jika tindakan pencegahan tidak dilakukan.
- Penyimpanan air rumah tangga
Sumber utama perkembangbiakan aedes aegypti adalah wadah
penyimpanan air untuk kebutuhan rumah tangga yang
mencakup gentong air dari tanah liat, keramik dan wadah yang
berukuran kecil untuk menampung air bersih atau air hujan.
Wadah penyimpanan harus ditutup dengan tutup yang pas dan
rapat yang harus ditempatkan kembali dengan benar setelah
mengambil air.
- Pot atau vas bunga dan jebakan semut
Benda – benda tersebut harus dilubangi untuk saluran air
keluar. Tindakan lainnya, bunga harus ditempatkan diatas
wadah yang berisi pasir dan air. Bunga tersebut harus diganti
dan dibuang setiap minggu dan vas digosok serta dibersihkan
sebelum pakai kembali. Jebakan semut untuk melindungi rak
penyimpanana makanan dapat ditambahkan garam dapur atau
minyak.
- Pembuangan sampah padat
Sampah padat seperti kaleng, botol, ember atau benda yang tak
terpakai lainnya yang beserakan disekeliling rumah harus
dibuang dan dikubur ditempat penimbunan sampah. Barang –
barang pabrik dan gudang yang tak terpakai harus disimpan
dengan benar sampai saatnya dibuang. Peralatan rumah tangga
dan kebun harus disimpan dalam kondisi terbalik untuk
menghindari tertampungnya air hujan. Sampah tanaman (batok
kelapa, pelepah kakao) harus dibuang dengan benar tanpa
menunda –nunda.
- Manajemen ban
Ban bekas kendaraan merupakan lokasi utama
perkembangbiakan nyamuk aedes sehingga menimbulkan suatu
masalah kesehatan masyarakat yang penting. Depot ban bekas
harus tertutup untuk mencegah tergenangnya air hujan dalam
ban. Ban bekas juga bisa kita daur ulang untuk menghindari
ban menjadi sarang nyamuk.
2. Pelaksanaan manipulasi dan modifikasi lingkungan untuk manipulasi tikus
a. Pengertian :
Manipulasi lingkungan untuk manipulasi tikus, manipulasi tikus adalah
tindakan sementara sehingga keadaan tidak menunjang kehidupan
tikus : kegiatan yang bertujuan menghasilkan keadaan sementara yang
tidak menguntungkan bagi tikus untuk berkembangbiak ditempat
perindukannya: merupakan bentuk manajemen lingkungan yang
meliputi beberapa kegiatan berulang yang direncanakan ditunjukkan
dengan menghasilkan kondisi sementara yang tidak disukai untuk
perkembang biakan tikus pada habitatnya.
Pelaksaan manipulasi lingkungan untuk meminimalisir populasi tikus
pada lokasi diiner bund (lingkungan sekitar rumah), core (bangunan
rumah), dan auther bund (lingkungan luar rumah), tergantung pada
tempat yang dilakukan dan mengaplikasikannya juga berbeda beda.
b. Contoh manipulasi lingkungan terhadap tikus :
- Pengelolaan saluran
- Penghilangan vegetasi
- Melindungi atau memaparkan terhadap sinar matahari.
c. Manipulasi lingkungan yang dapat dilakukan untuk melakukan
pengendalian terhadap tikus antara lain :
- Mengusahakan agar ruangan gedung selalu mendapat penerangan
cahaya terutama malam hari.
- Membuang sampah setiap hari
- Membersihkan sisa makanan setiap hari
- Memeriksa bahan makanan yang disimpan secara berkala
- Membersihkan laci atau lemari setiap hari
d. Modifikasi lingkungan terhadap tikus :
modifikasi adalah tindakan untuk memperbaiki kualitas lingkungan
secara permanen :
- Mengelola lingkungan dengan perubahan atau perbaikan
bentuk fisik yang bersifat permanen terhadap tanah, air dan
tumbuhan yang ditunjukkan untuk mencegah, menghilangkan
atau mengurangi habitat tikus tanpa menyebabkan dampak
yang merugikan kualitas lingkungan, seperti : pengeringan,
penimbunan, genangan, perbaikan tempat pembuangan
sementara maupun akhir (TPS,TPA), kontruksi.

e. Modifikasi lingkungan yang dapat dilakukan untuk melakukan


pengendalian terhadap tikus :

- Pengecatan dinding
- Pemasangan kawat ayam pada ventilasi
- Penutupan lubang saluran terbuka
- Pemasangan penghalang (barier pada pipa buangan air hujan/kabel-
kabel).
3. Pengendalian vektor dan tikus penggunaan pestisida untuk menghalaukan
membunuh vektor
a. Pengertian ;
Pestisida (sida, cide = racun) sampai kini masih merupakan salah satu
cara utama yang digunakan dalam pengendalian hama. Hama berupa
serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang
disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda
(bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus,
burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.
Pestisida memiliki kemampuan membasmi organisme selektif (target
organisme), tetatpi pada praktiknya pemakian pestisida dapat
menimbulkan bahaya pada organisme non target. Dampak negatif
terhadap organisme non target meliputi dampak terhadap lingkungan
berupa pencemaran dan menimbulkan keracunan bahkan dapat
menimbulkan kematian bagi manusia.
b. Jenis – jenis pestisida
- Insektisida
- Herbisida
- Nematisida
- Fungisida
- Rodentisida
c. Teknik Pengaplikasian
- Fogging (pengasapan)

adalah salah satu teknis pengendalian nyamuk yang dilakukan


diluar ruangan dengan menggunakan mesin fogging. Target dari
cara pengendalian ini adalah nyamuk dewasa yang berada diluar
gedung. Area yang biasa dilakukan pengasapan antara lain
Garbage Area (tempat sampah), drainage (STP), pengasapan
tebal pada seluruh jalur got (drainage) yang tertutup treatment
dengan insektisida khusus termal fogger.

- Spraying (penyemprotan)

adalah salah satu cara pengendalaian nyamuk dengan


menggunakan alat semprot berupa knapsack sprayer atau hand
sprayer dan mist blower dengan sasaran nyamuk dewasa, cara
ini dilakukan di dalam dan di luar ruangan. dilakukan pada
semua tempat yang menjadi persembunyian nyamuk dan kecoa.

d. Cara kerja pestisida pada vektor


- Racun kontak
Insektisida diaplikasikan langsung menembus integumen
serangga  (kutikula), trakhea, atau kelenjar lain yang berhubung
langsung dengan kutikula.
- Racun perut
Insektisida masuk ke dalam tubuh serangga melalui sistem
pencernaan serangga, sehingga bahan aktif harus termakan oleh
serangga tersebut. Hal ini contohnya pada insektisida umpan
(bait) untuk rayap, semut dan lain-lain.
- Racun pernafasan
Insektisida masuk ke dalam tubuh serangga melalui liang
pernafasan (spirakel). Semua fumigan masuk ke dalam racun
pernafasan. Mereka aktif karena keberadaannya dalam bentuk
gas di udara/ atmosfer yang tertutup pada saat diaplikasikan.
e. Perhitungan pada fogging
Pestisida yang digunakan : CYNOFF
Konsentrasi = 50%
Max. Penggunaan = 2,5%
Kapasitas tangka = 7L
Penyelesaian :
QC = SA
Q50 = 7L x 2,5%
7 x 2,5 %
=
50 %
0,175
=
50 %
= 0,35 L

Jadi, pelarut yang dibutuhkan adalah 7L-0,35 = 6,65 L

Keterangan :
Q= Volume pestisida (konsentrasi tinggi)

S = Konsentrasi larutan

A= Volume larutan

C= Konsentrasi pestisida

4. pengendalian tikus sawah secara fisik


a. Penggunaan alat penyembur api
Alat mekanis pengendalian tikus sawah antara lain penyembur api
(brender), terbuat dari tabung minyak bertekanan yang dilengkapi
dengan pegangan spiyer yang dapat menyemburkan api  dan udara
panas.  Nyala  api  spiyerdimasukkan ke dalam pintu masuk sarang
tikus, sehingga suhu udara dalam sarang meningkat tajam.
b. Penggunaan sinar lampu
Sinar lampu minyak atau lampu senter juga sering dipakai sebagai
sarana pengendalian tikus sawah pada malam hari. Tikus sawah
bersifat nocturnal atau aktif pada malam hari sehingga pengendalian
dengan cara  gropyokan massal juga  sering  dilakukan pada malam
hari (obor malam) dengan bantuan lampu.
c. Pengairan sarang tikus
Memompakan air atau lumpur ke dalam sarang tikus juga merupakan
cara untuk mengusir tikus keluar dari sarangnya, sehingga mudah
dibunuh atau tikus terjebak oleh lumpur dan mati di dalam sarang.
Cara ini dapat dilakukan pada habitat utama tikus, yaitu tanggul irigasi
dan jalan sawah. Waktu yang tepat untuk melaksanakan cara
pegendalian ini adalah pada periode bera/pengolahan tanah dan
bersamaan dengan gropyokan massal. Cara pengendalian ini juga
efektif dilakukan pada saat pertanaman padi dalam stadia generatif,
bertepatan dengan tikus melahirkan anak di sarangnya

 Pengendalian kepadatan tikus secara mekanik


Sanitasi.
Kebersihan sawah dan lingkungan sekitar sawah penting untuk
diperhatikan, agar tikus tidak bersarang disana. Menjelang
panen, populasi tikus meningkat dan mereka bersembunyi di
sekitar sawah, maka tanah yang tidak ditanami akan tidak
disukai mereka apabila di genangi air.
- Hayati, Pemanfaatan musuh alami tikus diharapkan dapat
mengurangi populasi tikus. Ular sawah sebenarnya menjadi
pemangsa tikus yang handal, hanya sekarang populasinya di
alam turun drastis karena ditangkap dan mungkin lingkungan
tidak cocok lagi. Burung hantu (Tito alba) kini mulai
diberdayakan di beberapa daerah untuk ikut menanggulangi
hama tikus. Musang sawah juga memangsa tikus, namun
sekarang sangat sedikit populasinya dan sulit dijumpai di sawah
- Mekanis, Pagar plastik dan perangkap sistem bubu. Pesemaian
merupakan awal tersedianya pakan tikus di lahan sawah,
sehingga menarik tikus untuk datang.
- Pemasangan perangkap diletakkan pada sudut pagar plastik,
pada sudut tersebut plastik dilubangi sebesar ukuran lubang
pintu perangkap. Sekitar perangkap diberi rumput untuk
mengelabuhi tikus, sehingga mereka tidak menyadari kalau
sudah masuk perangkap.
 Pengendalian kepadatan tikus secara biologi
- Melakukan Penanaman dan Panen Serempak
Penanaman hendaknya dilakukan secara serempak dalam satu
hamparan, selisih waktu tanam dan panen hendaknya tidak
lebih dari 2 minggu.
- Sanitasi Habitat Tikus
Sanitasi adalah kegiatan membersihkan semak-semak dan
gulma yang tumbuh pada habitat utama tikus, yaitu area
tanggul, irigasi, jalan sawah, batas perkampungan, pematang
sawah, parit, saluran irigasi. Pembersihan atau sanitasi
dilakukan supaya tempat-tempat tersebut tidak dijadikan sarang
oleh hama tikus.
- Meminimalisasi Ukuran Pematang
Ukuran pematang sawah hendaknya dibuat tidak terlalu tinggi
atau lebar, pematang yang tinggi dan lebar sering digunakan
sebagai tempat bersarangnya tikus. Agar hama tikus tidak
menyukai pematang sebagai tempat bersarang, pematang
hendaknya dibuat rendah dan lebar tidak lebih dari 30 cm.
- Melakukan Fumigasi / Pengemposan
Fumigasi adalah suatu metode pengendalian hama yang
dilakukan dengan cara memasukkan pestisida gas/asap kedalam
ruang tertutup. Dalam hal ini fumigasi adalah cara
pengendalian hama tikus dengan pengasapan lubang/sarang
tikus. Setelah dilakukan fumigasi lubang/sarang tikus ditutup
rapat supaya tikus mati. Lakukan fumigasi pada semua
lubang/sarang hama tikus yang ada terutama pada stadium
generatif padi.
- Trap Barrier System (TBS)
Yaitu metode pengendalian hama dengan tanaman perangkap
diterapkan terutama di daerah endemik tikus dengan pola tanam
serempak. TBS berukuran 20 x 20 m dapat mengamankan
tanaman padi seluas 15 hektar. TBS terdiri atas :
Tanaman perangkap untuk menarik kedatangan tikus, yaitu
petak padi seluas 20 x 20 m yang ditanam 3 minggu lebih awal.

Anda mungkin juga menyukai