ELEN A. R. P. ATAUPAH 1707010006 PENGENDALIAN VEKTOR Dalam PERMENKES RI No 374/MENKES/PER/III/2010, pengendalian vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk: 1. Menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi beresiko untuk terjadinya penularanan penyakit di suatu wilayah. 2. Menghindari kontak dengan vektor sehingga penularan penyakit tular vektor dapat dicegah. PENGENDALIAN NYAMUK Aedes aegypti PRA DEWASA Pengendalian Secara Biologi (Biological Control) Pengendalian vektor biologi menggunakan agent biologi seperti Pengendalian vektor biologi menggunakan agent biologi seperti predator/pemangsa, parasit, bakteri, sebagai musuh alami stadium pra dewasa vektor DBD. Jenis predator yang digunakan adalah Ikan pemakan jentik (cupang, tampalo, gabus, guppy, dll)
Dua spesies bakteri yang sporanya mengandung
endotoksin dan mampu membunuh larva adalah Bacillus thuringiensis serotype H-14 (Bt. H-14) dan B. Predator larva di alam cukup banyak, namun yang bisa spaericus (BS). Endotoksin merupakan racun perut bagi digunakan untuk pengendalian larva vektor DBD tidak larva, sehingga spora harus masuk ke dalam saluran banyak jenisnya, dan yang paling mudah didapat dan pencernaan larva. Keunggulan agen biologis ini tidak dikembangkan masyarakat serta murah adalah ikan pemakan mempunyai pengaruh negatif terhadap lingkungan dan jentik. Di Indonesia ada beberapa ikan yang organisme bukan sasaran. Kelemahan cara ini harus berkembangbiak secara alami dan bisa digunakan adalah dilakukan secara berulang dan sampai sekarang masih ikan kepala timah dan ikan cetul. Namun menurut harus disediakan oleh pemerintah melalui sektor penelitian, ikan pemakan jentik yang terbukti efektif dan kesehatan. Karena endotoksin berada di dalam spora telah digunakan di kota Palembang untuk pengendalian bakteri, bilamana spora telah berkecambah maka agen larva DBD adalah ikan cupang. tersebut tidak efektif lagi. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
Pengendalian Vektor DBD yang paling efisien dan
efektif adalah dengan memutus rantai penularan melalui pemberantasan jentik. Pelaksanaannya di masyarakat dilakukan melalui upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) dalam bentuk kegiatan 3 M plus. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, kegiatan 3 M Plus ini harus dilakukan secara luas/serempak dan terus menerus/berkesinambungan. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
PSN DBD dilakukan dengan cara ‘3M-Plus’, Plus nya seperti:
• Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau 3M yang dimaksud yaitu: tempat-tempat lainnya yang sejenis seminggu sekali. 1. Menguras dan menyikat tempat-tempat • Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak penampungan air, seperti bak lancar/rusak • Menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon, mandi/wc, drum, dan lain-lain dan lain-lain (dengan tanah, dan lain-lain) seminggu sekali (M1) • Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat 2. Menutup rapat-rapat tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air • Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak-bak penampungan air, seperti gentong penampungan air air/tempayan, dan lain-lain (M2) • Memasang kawat kasa 3. Memanfaatkan atau mendaur ulang • Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar barang-barang bekas yang dapat • Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang menampung air hujan (M3). Selain itu memadai ditambah (plus) dengan cara lainnya, • Menggunakan kelambu • Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk MANAJEMEN LINGKUNGAN
Lingkungan fisik seperti tipe pemukiman, sarana-
prasarana penyediaan air, vegetasi dan musim sangat berpengaruh terhadap tersedianya habitat perkembangbiakan dan pertumbuhan vektor DBD. Nyamuk Aedes aegypti sebagai nyamuk pemukiman mempunyai habitat utama di kontainer buatan yang berada di daerah pemukiman. Manajemen lingkungan adalah upaya pengelolaan lingkungan sehingga tidak kondusif sebagai habitat perkembangbiakan PENGENDALIAN NYAMUK Aedes aegypti DEWASA FOGGING Fogging adalah tindakan pengasapan dengan bahan pestisida yang bertujuan untuk membunuh nyamuk. Fogging efektif untuk pengendalian populasi nyamuk namun meskipun banyak nyamuk dewasa yang mati, larva masih hidup di dalam air
Menurut WHO, gas untuk fogging nyamuk sudah
diracik sedemikian rupa agar tidak membahayakan manusia atau hewan peliharaan. Kandungan insektisida dalam gas tersebut sangat minim sehingga hanya mampu membunuh serangga sekecil nyamuk. Namun apabila dihirup dalam jumlah yang banyak maka akan menimbulkan beberapa efek samping pada manusia Mosquito Trap (Perangkap Nyamuk Dewasa)
Mosquito Trap adalah perangkap nyamuk
ramah lingkungan yang telah berhasil diterapkan di beberapa negara endemis Mosquito trap pada umumnya berupa tabung DBD termasuk di Indonesia. Mosquito Trap dari pemanfaatan botol bekas air mineral atau berfungsi sebagai alat bantu pengendalian minuman botolan dengan volume 600 ml atau nyamuk, khusunya Aedes aegypti dewasa lebih, yang satu perempat bagian atasnya di lingkup rumah tangga. dipotong, lalu dimasukkan lagi pada potongan yang lain dengan bagian mulut botolnya dibalik kearah dalam (menghadap kedasar botol), dicat hitam atau warna gelap lainnya pada bagian luarnya, dan diisi dengar air atraktan nyamuk hingga satu per empat bagian botol (±150-200 ml.). SEKIAN DAN TERIMAKASIH ELEN A. R. P. ATAUPAH 1707010006