Anda di halaman 1dari 13

FLU BABI H1N1

KELOMPOK 2
PENYAKIT FLU BABI H1NI

Penyakit yang menyerang saluran


FLU BABI pernapasan manusia yg di sebabkan
oleh virus influenza A (flu Babi).

Virus flu babi normalnya spesifik pada spesies


tertentu dan hanya menginfeksi babi. Pada
perkembangannya, penyakit ini dapat berpindah
RESERVOIR
timbal balik, melewati “barier spesies”, sehingga
penularan dapat terjadi antara babi ke manusia
ataupun dari manusia ke babi
Antigenic drift Antigenic shift AMPHIXENOSIS
CARA PENULARAN
PENYAKIT PADA HEWAN

Apatis, sangat lemah, enggan


bergerak atau bangun karena gangguan Batuk sangat sering terjadi
kekakuan otot dan nyeri otot, eritema pada apabila penyakit cukup hebat, dibarengi
kulit, anoreksia, bersin, batuk-batuk, suhu dengan muntah eksudat lendir, bersin,
badan 38,1 ºC– 41,8 ºC, depresi, keluar dispnu diikuti kemerahan pada mata dan
exudat serous, lakrimasi, sesak nafas, mual- terlihat adanya cairan mata.
mual, nafsu makan turun.
PENYAKIT PADA MANUSIA
• Demam, batuk, sakit kepala
• Menurut pemeriksaan laboratoium pada
pemeriksaan darah menunjukkan leukopenia,
limpopenia, dan trombositopenia
• Pada pasien kadang dilaporkan timbul gejala
myalgia, mual, takipnea, dispnea, konjungtivitis,
suhu tubuh 39.7°C (103.5°F), sakit pada saluran
pernafasan bawah.

Pasien yang terinfeksi flu babi dapat menjadi


semakin parah, sehingga pasien akan mengalami
kesulitan bernafas dan memerlukan alat bantu nafas
(ventilator). Bila terjadi infeksi bakteri sekunder maka
dapat memperparah keadaan pasien sehingga
mengalami radang paru paru atau pneumonia.
PATOGENESIS

• Virus masuk melalui saluran pernafasan atas kemungkinan lewat udara.


• Virus menempel pada trachea dan bronchi dan berkembang secara cepat yaitu dari
2 jam dalam sel epithel bronchial hingga 24 jam pos infeksi.
• Hampir seluruh sel terinfeksi virus dan menimbulkan eksudat pada bronchiol.
Infeksi dengan cepat menghilang pada hari ke 9 (ANON., 1991).
• Lesi akibat infeksi sekunder dapat terjadi pada paru-paru karena aliran eksudat
yang berlebihan dari bronkhi. Lesi ini akan hilang secara cepat tanpa meninggalkan
adanya kerusakan. Kontradiksi ini berbeda dengan lesi pneumonia enzootica babi
yang dapat bertahan lama.
• Pneumonia sekunder biasanya karena serbuan Pasteurella multocida, terjadi pada
beberapa kasus dan merupakan penyebab kematian.
PENYEBARAN BERDASARKAN
KARAKTERISTIK AGENT

 Penyebaran virus influensa dari babi ke babi dapat


melalui kontak moncong babi, melalui udara atau
droplet.
 Virus tidak akan tahan lama di udara terbuka.
 Virus influensa tidak dapat tahan lebih dari 2
minggu di luar sel hidup kecuali pada kondisi
dingin.
 Virus sangat sensitif terhadap panas, detergen,
kekeringan dan desinfektan.
DIAGNOSIS

• Spesimen yang paling baik untuk isolasi virus pada


influensa babi adalah cairan hidung yang diambil sedini
mungkin atau organ paru yang diperoleh dari bedah
bangkai dan tonsils
• Mendiagnosis influensa babi dengan metoda
imunohistokimia sudah dilaporkan Haines et-al.,(1993)
dengan menggunakan antibodi poliklonal kemudian
• Menggunakan antibodi monoklonal. Kualitas pengujian
dengan antibody monoklonal tersebut lebih konsisten,
karena latar belakang pewarnaan yang rendah dan tidak
terbatasnya penyediaan antibibodi
DISTRIBUSI KASUS

 Penyakit virus influensa babi pertama dikenal sejak tahun 1918, pada saat itu
didunia sedang terdapat wabah penyakit influensa secara pandemik pada manusia
yang menelan korban sekitar 21 juta orang meninggal dunia (HAMPSON, 1996).
 wabah influensa babi dilaporkan terjadi di berbagai negara Canada, Amerika
Selatan, Asia dan Afrika pada permulaan tahun 1968 (FENNER et al., 1987).
 Pada awal tahun 1976 di Amerika Serikat ditemukannya virus influensa babi yang
dapat diisolasi dari manusia, selanjutnya dapat terungkap bahwa apabila manusia
berhubungan dengan babi sakit, maka akan dapat menjadi terinfeksi dan menderita
penyakit pernafasan akut (O’BRIAN et al., 1977; ROTA et al., 1989).
 Di Indonesia masih termasuk dalam penyakit yang langka karena tercatat kurang
dari 150 ribu kasus per tahun
PENCEGAHAN
1. Mengurangi risiko tertular flu babi pada manusia

Meminimalisir kontak dengan virus seperti mencuci tangan sesering mungkin

Jangan menyentuh wajah anda terutama hidung dan mulut serta menghindari
kontak dekat dengan orang yang sedang menderita flu;

Edukasi mengenai kesehatan saluran pernafasan melalui media masa serta


pengadaan masker dan alkohol sebagai hand-sanitizer

Menutupi hidung dan mulut dengan tisu ketika batuk atau bersin dan
membuangnya ke tempat sampah setelah digunakan;

Hindari hubungan dengan orang-orang yang terinfeksi flu;

Jika sakit, harus tetap berada di dalam rumah, tidak pergi ke tempat kerja atau
sekolah, agar tidak terinfeksi ke orang lain.
PENCEGAHAN
2. Mengurangi risiko tertular flu babi pada ternak babi dengan:

Memindahkan kandang babi dari pemukiman warga dan Melakukan pemeriksaan


kesehatan terhadap ternak babi.
Pengadaan monitoring usaha peternakan babi oleh Pemerintah daerah dari tingkat
kabupaten/kota dan provinsi,
Melakukan kebijakan larangan impor babi dan pengawasan secara ketat baik babi hidup
maupun daging babi segar dan turunannya;

Memonitor rumah pemotongan hewan (RPH) supaya memotong babi yang benar-benar
sehat yang dibuktikan dengan surat keterangan kesehatan hewan (SKKH);
Meningkatkan usaha-usaha sanitasi, desinfektan lingkungan kandang dan peternakan 3
kali tiap minggu;

Memisahkan atau tidak mencampur usaha ternak babi dengan ternak ungags dan Kandang
ternak babi dibuat berpagar, tidak mambuang hasil samping atau hasil akhir ternak babi
dengan sembarangan
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai