KUPANG
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, oleh karena rahmatnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah
pengorganisasian dan pemberdayaan kesehatan.
Penulisan makalah ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan dan kerja sama dari anggota
kelompok dan berbagai pihak, kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak
kekurangannya, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Penulis,
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………i
Daftar Isi…………………………………………..…………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang……………………………………………………………………………1
1.2. Rumusan Masalah…...
……………………………………………………………………2
1.3. Tujuan……………..
……………………………………………………………………...2
BAB II PEMBAHAHASAN
3.1. Kesimpulan……………………………………………………………………………...19
3.2. Saran……………………………………………………………………………….........19
3
BAB I
PENDAHULUAN
APBD merupakan rencana keuangan tahun pemerintah daerah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah. APBN
merupakan suatu daftar yang memuat rincian pendapatan dan pengeluaran pemerintah
pusat dalam jangka waktu satu tahun pada tahun tertentu.
4
APBN berperan penting bagi pembiayaan bidang kesehatan, semakin terasa
ditengah kompleksitas masalah kesehatan, seperti meningkatnya kebutuhan masyarakat
pada pelayanan kesehatan yang bermutu,jumlah SDM yang berkurang disertai
nkebutuhan yang tidak merata, adanya potensi masalah kesehatan akibat bencana dan
perubahan iklim. Pendapatan atau penerimaan suatu negara itu diperoleh dengan hak
negara untuk memungut pajak,mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan
pinjaman, kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan
negara dan membayar tagihan pada pihak ketiga, penerimaan negara, pengeluaran
negara,kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau pihak lain berupa
uang, surat berharga,piutang,barang,serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada peruaahaan negara.
1.3. Tujuan
1.3.1. Mengetahui pengertian dari APBN dan APBD
1.3.2. Mnegetahui bagaimana pemanfaatan APBN dan APBD untuk pembiayaan kesehatan
1.3.3. Mengetahui pengalokasian dari APBN dan APBD
1.3.4. Mengetahui metode pembayarann ke fasilitas kesehatan
1.3.5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari metode pembayaran ke fasilitas kesehatan
5
BAB II
PEMBAHASAN
a. APBN adalah suatu daftar yang memuat rincian pendapatan dan pengeluaran
pemerintah pusat dalam jangka waktu satu tahun (1 Januari-31 Desember) pada tahun
tertentu, yang ditetapkan dengan Undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan
bertanggungjawab sebesar besarnya untuk kemakmuran rakyat.
b. APBD adalah rencana keuangan tahun pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui
bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan
ditetapkan dengan Peraturan Daerah. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan
penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan keuangan daerah.
6
menjaga dan meningkatkan kualitas program Jaminan Kesehatan Masyarakat bagi
penerima bantuan iuran (PBI) (Kemenkeu, 2018;Kemenkes, 2018).
Pentingnya APBN bagi pembiayaan kesehatan semakin terasa di tengah
kompleksitas masalah kesehatan, seperti meningkatnya kebutuhan masyarakat pada
pelayanan kesehatan yang bermutu, beban ganda penyakit, disparitas status kesehatan
antar wilayah, peningkatan kebutuhan distribusi obat yang bermutu dan terjangkau,
jumlah SDM kesehatan yang kurang disertai kebutuhan yang tidak merata, adanya
potensi masalah kesehatan akibat bencana dan perubahan iklim, serta integrasi
pembangunan infrastruktur kesehatan.
Besarnya anggaran belanja APBN di bidang kesehatan ini telah memberikan
dampak kepada masyarakat luas. Meski tidak signifikan, tetapi secara perlahan
berhasil memberikan perubahan, terutama pada 3 faktor pendukung pembangunan
kesehatan, seperti masalah pembiayaan perawatan, fasilitas, dan sumber daya tenaga
kesehatan.
Dari segi pembiayaan perawatan kesehatann, belanja APBN telah meningkatkan
tren total pemanfaatan JKN/KIS dari waktu ke waktu. Pada tahun 2014 sebesar 92,3
juta orang, tahun 2015 sebesar 146,7 juta orang, tahun 2016 sebesar 192,9 juta orang,
pada oktober 2017 sebesar 182,7 juta orang (Kemenkes, 2018). Selain pembiayaan
perawatan, belanja APBN telah membantu pembangunan sarana dan prasarana pada
fasilitas kesehatan tingkat primer sebanyak 375 rehab puskesmas, 35 pembangunan
atau peningkatan gedung, 750 pembangunan baru puskesmas, 17 pembangunan public
safety center (PSC), 34 puskesmas keliling, 537 pusling ambulans roda empat, 1.650
ambulans kendaraan roda dua, 86 ambulans, 2.525 sarana prasarana puskesmas,
10.437 alat kesehatan di puskesmas.
Sementara pada faskes tingkat rumah sakit (RS), terdapat 104 RS rujukan
regional, 20 RS rujukan provinsi, 4 RS rujukan nasional, dan 408 RSUD lainnya.
Bidang kefarmasian, telah dilakukan penyediaan pbat di 9.740 puskesmas, dan
pembangunan 27 instalasi farmasi (Kemenkes, 2018).
Dari sisi sumber daya tenaga kesehatan, belanja APBN telah diperuntukkan bagi
upaya peningkatan akses pelayanan kesehatan di daerah terpencil, perbatasan dan
kepulauan (DTPK). Hingga akhir 2017, Kemenkes telah menempatkan 6.316 tenaga
kesehatan yang terdiri dari Nusantara Sehat (NS) secara team based sejumlah 2.486
orang, NS secara individu sejumlah 1.663 orang, Wajib Kerja Dokter Spesialis
7
(WKDS) sejumlah 870 orang dan penugasan khusus calon dokter spesialis sejumlah
1.297 orang (Kemenkes, 2018).
8
2.3. Pengalokasian APBN dan APBD
a. Penghitungan DAK
Setelah menerima usulan kegiatan khusus dimaksud, Menteri
Keuangan melakukan penghitungan alokasi DAK. Penghitungan alokasi
DAK dimaksud dilakukan melalui 2 tahapan, yaitu:
Penentuan daerah tertentu yang menerima DAK; dan
Penentuan besaran alokasi DAK masing-masing daerah.
Penentuan daerah tertentu yang menerima DAK harus memenuhi kriteria
umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.
9
Kriteria umum dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan daerah
yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD setelah dikurangi belanja
Pegawai Negeri Sipil Daerah. Kemampuan keuangan daerah dihitung
melalui indeks fiskal netto. Daerah yang memenuhi krietria umum
merupakan daerah dengan indeks fiskal netto tertentu yang ditetapkan
setiap tahun.
Kriteria khusus dirumuskan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang mengatur penyelenggaraan otonomi khusus dan karakteristik daerah.
Kriteria khusus dirumuskan melalui indeks kewilayahan oleh Menteri
Keuangan dengan mempertimbangkan masukan dari Menteri Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional danmenteri/pimpinan lembaga
terkait.
Kriteria teknis disusun berdasarkan indikator-indikator kegiatan khusus
yang akan didanai dari DAK. Kriteria teknis dirumuskan melalui indeks
teknis oleh menteri teknis terkait. Menteri teknis menyampaikan kriteria
teknis dimaksud kepada Menteri Keuangan.
c. Pengangaran Di Daerah
Daerah penerima DAK wajib mencantumkan alokasi dan penggunaan
DAK di dalam APBD.Penggunaan DAK dimaksud dilakukan sesuai
dengan Petunjuk Teknis Penggunaan DAK. DAK tidak dapat digunakan
10
untuk mendanai administrasi kegiatan, penyiapan kegiatan fisik,
penelitian, pelatihan, dan perjalanan dinas.
Daerah penerima DAK wajib menganggarkan Dana Pendamping dalam
APBD sekurang-kurangnya 10% dari besaran alokasi DAK yang
diterimanya.Dana Pendamping dimaksud digunakan untuk mendanai
kegiatan yang bersifat kegiatan fisik.Daerah dengan kemampuan keuangan
tertentu tidak diwajibkan menganggarkan Dana Pendamping.
d. Penyaluran DAK
DAK disalurkan dengan cara pemindahbukuan dari Rekening Kas
Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah.
e. Pelaporan
Kepala daerah menyampaikan laporan triwulan yang memuat laporan
pelaksanaan kegiatan dan penggunaan DAK kepada Menteri Keuangan,
menteri teknis, dan Menteri Dalam Negeri.Penyampaian laporan triwulan
dimaksud dilakukan selambat-lambatnya 14 hari setelah triwulan yang
bersangkutan berakhir.Penyaluran DAK dapat ditunda apabila daerah tidak
menyampaikan laporan dimaksud.
Menteri teknis menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan DAK
setiap akhir tahun anggaran kepada Menteri Keuangan, Menteri
Perencanaan dan Pembangunan Nasional, dan Menteri Dalam Negeri.
11
Dana alokasi umum adalah adalah sejumlah dana yang harus dialokasikan
Pemerintah Pusat kepada setiap Daerah Otonom(Provinsi/Kabupaten/Kota)
di Indonesia setiap tahunnya sebagai dana pembangunan.DAU merupakan salah
satu komponen belanja pada APBN, dan menjadi salah satu komponen
pendapatan pada APBD.Dana Alokasi Umum (DAU) dialokasikan untuk provinsi
dan kabupaten/kota.Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya
26% dari Pendapatan Dalam Negeri Neto dan ditetapkan dalam APBN.Proporsi
DAU antara provinsi dan kabupaten/kota dihitung dari perbandingan antara bobot
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi dan
kabupaten/kota.Dalam hal penentuan proporsi dimaksud belum dapat dihitung
secara kuantitatif, maka proporsi DAU antara provinsi dan kabupaten/kota
ditetapkan dengan imbangan 10% dan 90%.
Mekanisme pengalokasian :
a. Formula dan Penghitungan Alokasi
DAU Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD) memberikan
pertimbangan atas rancangan kebijakan formula dan perhitungan DAU kepada
Presiden sebelum penyampaian Nota Keuangan dan RAPBN tahun anggaran
berikutnya.Menteri Keuangan kemudian melakukan perumusan formula dan
penghitungan alokasi DAU dengan memperhatikan pertimbangan DPOD
dimaksud.Formula dan perhitungan DAU disampaikan oleh Menteri
Keuangan sebagai bahan penyusunan RAPBN.
12
Data yang digunakan dalam penghitungan DAU diperoleh dari
lembaga statistik Pemerintah dan/atau lembaga Pemerintah yang berwenang
menerbitkan data yang dapat dipertanggungjawabkan.Dalam hal data
dimaksud tidak tersedia, maka data yang digunakan adalah data dasar
penghitungan DAU tahun sebelumnya.
DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu provinsi dihitung berdasarkan
perkalian bobot provinsi yang bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh
provinsi. Bobot provinsi merupakan perbandingan antara celah fiskal provinsi
yang bersangkutan dan total celah fiskal seluruh provinsi.
a) Daerah yang memiliki nilai celah fiskal lebih besar dari 0, menerima
DAU sebesar alokasi dasar ditambah celah fiskal.
c) Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif
tersebut lebih kecil dari alokasi dasar, menerima DAU sebesar alokasi
dasar setelah diperhitungkan nilai celah fiskal.
13
d) Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif
tersebut sama atau lebih besar dari alokasi dasar, tidak menerima
DAU.
b. Tujuan DAU
c. Kategori
14
Perhitungan besaran DAU untuk DOB adalah dengan membagi secara
proporsional DAU yang diterima oleh Daerah Induk (sebelum dimekarkan)
dengan DOB yang merupakan pecahan atau pemekarannya.
a) Jumlah PNSD
c) Jumlah Penduduk
e. DAU Tambahan
Kelebihan penerimaan negara dari minyak bumi dan gas bumi yang
ditetapkan dalam APBN Perubahan dialokasikan sebagai DAU
tambahan.DAU tambahan dialokasikan kepada daerah berdasarkan formula
DAU atas dasar celah fiskal.
f. Penetapan Alokasi
g. Penyaluran
15
daerah yang bersangkutan. Tata cara penyaluran DAU dan DAU tambahan
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan.
Dana alokasi umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasian dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi (UU No 23 tahun 2004 tentang perimbangan
keuangan anatara pemerintah pusat dan daerah). Dana alokasi umum memegang
peranan yang sangat dominan dibandingkan sumber dana lain, untuk itu dana alokasi
umum diharapkan dapat digunakan secara efektif dan efisien untuk meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat. DAU suatu daerah ditentukan atas besar kecilnya celah
fis kal suatu daerah, yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah dan potensi
daerah.alokasi DAU bagi daerah yang potensi fiskalnya besar, tetapi kebutuhan fiskal
kecil akan memperoleh alokasi DAU relatif kecil, namun kebutuhan fiskal besar akan
memperoleh alokasi DAU relatif besar. Secara impilisit, prinsip tersebut fungsi DAU
sebagai faktor pemerataan kapasitas fiskal. Pemberian dana alokasi umum diharapkan
benerhadap ar-benar dapat mengurangi disparitas fiskal horisontal daerah yang
mempuyai tingkat kesepian fiskal yang relatif sama dalam mengimplementasikan
ekonmi daerah. Daerah dapat diharapkan mampu mengalokasikan sumber dana pada
sektor-sektor produktif yang mampu mendorong adanya peningkatan investasi
didaerah, dan juga pada sektor yang berdampak pada peningkatan pelayan
publik.Beberapa penenlitian terdahulu telah melakukan pengujian terhadap pengaruh
pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum terhadap pengalokasikan anggaran
belanja modal.Darwanto dan Yustikasari (2007)menelitit tentang pengaruh
pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah,dan dana alokasi umum terhadap
pengalokasian anggaran belanja modal.Hasil peelitianya menunjukkan pendapatan
asli daerah.dan dana alokasi umum yang berpengaruh posotif terhadap belanja dan
APBD.
Pengalokasian dan penyaluran dana yang ditransfer kedesa yang dialokasikan
dalam APBD pemerintah kabupaten/kota sesuai mekanisme dalam PP Nomor 60
tahun 2014, akan mnerima anah desa yang selanjutnya akan diteruskan kedesa.
Penerimaan desa dari rekening kas umum negara ( RKUN) kerening kas umum
daerah (RKUD) akan dicatat sebagi pendaatan transfer lainnya, sedangkan penyaluran
16
ke desa akandi catat sebagai transfer ke desa. Pemerintah kabupaten/ kota
mengalokasikan alokasi dan desa (ADD) dalam APBD setiap tahun anggaran, yang
besarnya minimal adalah 10% dari dana penimbangan yang diterima kabupaten/ kota
dalam APBD stelah dikurangi dan alokasi khusus tat cara pengalokasian ADD di atur
dalam peraturan bupati/walikota.
Pemerintah kabupaten/kota juga mengalokasikan bagian dari hasil pajak dan
retribusi daerah kabupaten/ kota kepada desa dalam APBD setiap tahun anggran, yang
besarnya minimal adalah 10% dari relasi penerimaan hasil pajak dan distribusi
kabupaten/ kota tata cara pengalokasian bagian dari hasil pajak dan retribusi daerah
kabupaten/kota kepada desa diatur dalam peraturan bupati/walikota. Selain itu
pemerintah kabupaten/kota dapat memberikan bantuan keuangan kepada desa yang
bersumber dari APBD kabupaten/kota. Bupati/ walikota menginformasikan rencana
ADD bagian bagi hasil pajak dan retribusi kabupaten/kota untuk desa, serta bantuan
keuangan yang besumber dari APBD kabupaten/kota dalam jangka 10 hari steleha
KAU dan PPAS disepakati kepala daerah bersama DPRD. Bagi pemerintah desa
informasi ini dijadikan salah satu penyusunan rancangan APB desa.
Penyaluran ADD dan bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah
kabupaten/kota darikabupaten/ kota ke desa dilakukan secara bertahap dan diatur
dalam peraturan bupati/walikota dengan berpedoman pada peraturan menteri.
Penyaluran bantuan yang bersumber dari APBD kabupaten/ kota ke desa dilaukan
sesuia dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pembayaran retrospektif berarti bahwa besaran biaya dan jumlah biaya yang
harus dibayar oleh pasien atau pihak pembayar, misalnya asuransi atau perusahaan
ditetapkan setelah pelayanan diberikan. Cara pembayaran retrospektif merupakan cara
pembayaran yang sejak awal pelayanan kesehatan dikelola secara bisnis, artinya pihak
17
fasilitas kesehatan menetapkan tarif peayanan kesehatan. Oleh karenanya, cara
pembayaran ini disebut juga dengan cara pembayaran tradisional atau fee for service
(jasa per pelayanan).Pembayaran retrospektif yang pada umumnya berbentuk
pembayaran JPP dapat bersumber dari :
18
b. Sistem kapitasi
Pembayaran kapitasi merupakan suatu cara pengendalian biaya dengan
menempatkan fasilitas kesehatan pada posisi menanggung resiko, seluruhnya atau
sebagian dengan cara menerima pembayaran atas dasar jumlah jiwa yang
ditanggung
Pembayaran per kasus atau paket ini mirip dengan pembayaran DRG, yaitu
dengan mengelompokkan berbagai jenis pelayanan menjadi satu kesatuan.
Pengelompokan ini harus ditetapkan dulu dimuka dan disetujui kedua bela pihak
yaitu rumah sakit dan pihak pembayar.
19
operasi dan non operasi,dan lain sebagainya.Metode lainnya adalah “sliding scale
per diem”yaitu pembayaran per diem beedasarkan kuota jumlah hari
rawat.Semakin banyakjumlah hari rawat maka provaider akan diberikan biaya per
diem yang semakin rendah.Misalnya jika total hari rawat dalam setahun pada
sebuah provaider mencapai 5.000 hari rawat,maka pembayaran per diemnya akan
menjadi lebih rendah(murah).Jika jimlah hari rawat dapat ditekan menjadi
misalnya 3.000 hari rawat saja,dibayar dengan biaya per diem lebih tinggi.Jika ada
insentif bagi provaider untuk meningkatkan efektivitas pelayanan dan bukannya
sengaja memperbanyak jumlah hari perawatan.
e. Global budget
Global budget merupakan cara pendanaan rumah sakit oleh pemerintah atau
suatu badan asuransi kesehatan nasional dimana RS mendapat dana untuk
membiayai seluruh kegiatan untuk masa satu tahun. Alokasi dana RS tersebut di
perhitungkan dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan tahun sebelumnya,
kegiatan lain yang diperkirakan akan dilaksanakan, dan kinerja RS tersebut.
Kelebihan Kekurangan
Provider Resiko keuangan sangat kecil Tidak ada insentif untuk yang
memberikan preventif care
Pendapatan rumah sakit tidak Supplier induced demand
terbatas
Pasien Waktu tunggu yang lebih singkat Jumlah pasien di klinik sangat
banyak /overcrowded clinic
Lebih mudah mendapat pelayanan Kualitas pelayanan kurang
dengan teknologi terbaru
Pembayar Mudah mencapai kesepakatan Biaya administrasi tinggi untuk
dengan provider proses klaim
Meningkatkan resiko keuangan
Kelebihan Kekurangan
20
Provider Pembayaran lebih adil sesuai Kurangnya kualitas koding akan
dengan kompleksitas menyebabkan ketidaksesuaian
pelayanan proses grouping (pengelompokkan
Proses klaim lebih cepat
kasus)
Pasien Kualitas pelayanan baik Pengurangan kuantitas pelayanan
Dapat memilih provider Provider merujuk keluar/RS lain
dengan pelayanan terbaik
Pembayar Biaya administrasi lebih Memerlukan monitoring pasca
rendah klaim
Mendorong peningkatan sistem
informasi
21
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
APBN adalah suatu daftar yang memuat rincian pendapatan dan pengeluaran
pemerintah pusat dalam jangka waktu satu tahun (1 Januari-31 Desember) pada tahun
tertentu, yang ditetapkan dengan Undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan
bertanggungjawab sebesar besarnya untuk kemakmuran rakyat.
APBD adalah rencana keuangan tahun pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui
bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan ditetapkan
dengan Peraturan Daerah. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
pemerintah dan kemampuan keuangan daerah.
Adapun metode yang digunakan untuk pembayaran ke fasilitas kesehatan ada 2 jenis
metode pembayaran yaitu metode pembayaran retrospektif dan metode pembayaran
prospektif.
3.2. Saran
22