Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PEMBIAYAAN DAN PENGANGGARAN KESEHATAN

(APBN DAN APBD)

NAMA ANGGOTA KELOMPOK:

1. ARNOLDUS TAMO AMA 10. MEIKE TOB


2. GASPER MOWATA 11. NAVE HAUTEAS
3. GETRUDIS DANGGA UMA 12. PONTIANUS E. MBETE
4. HERVEND A. HABA PAU 13. RENIWATI N. DUWITA DADI
5. KATARINA DU’A 14. SANTI B. SARIANA KADJA
6. KLARITA E. USNAAT 15. SITI FARADILA N. KORE
7. MARIA C. CARISSA ODJAN 16. SYELA E. S. KARUNDENG
8. MARIA S. E. DUA UNI 17. STEFANIA N. SARENG
9. MARLEN SAPITU 18. TRISNA E. GA BANI

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, oleh karena rahmatnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah
pengorganisasian dan pemberdayaan kesehatan.

Penulisan makalah ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan dan kerja sama dari anggota
kelompok dan berbagai pihak, kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak
kekurangannya, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Penulis,

Kupang, November 2019

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………………i

Daftar Isi…………………………………………..…………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar
Belakang……………………………………………………………………………1
1.2. Rumusan Masalah…...
……………………………………………………………………2
1.3. Tujuan……………..
……………………………………………………………………...2

BAB II PEMBAHAHASAN

2.1. Pengertian APBN dan APBD…………………………………………………………....3

2.2. Pemanfaatan APBN dan APBD untuk Pembiayaan Kesehatan………………………....3

2.3. Pengalokasian APBN dan APBD………………………………………………………..5

2.4. Metode Pembayaran ke Fasilitas Kesehatan…………………………………………....14

2.5. Kelebihan dan Kekurangan dari Metode Pembayaran………………………………….17

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan……………………………………………………………………………...19

3.2. Saran……………………………………………………………………………….........19

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Anggaran merupakan suatau alat perencanaan mengenai pengeluaran dan


penerimaan(pendapatan) dimasa yang akan datang. Umunya disusun untuk satu tahun. Di
samping itu, anggaran merupakan alat control atau pengawasan terhadap baik
pengeluaran maupun pendapatan belanja dimasa yang akan datang.anggaran digunakan
untuk mengalokasi dana pemerintah agar sesuai proporsi kebutuhan.

APBD merupakan rencana keuangan tahun pemerintah daerah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah. APBN
merupakan suatu daftar yang memuat rincian pendapatan dan pengeluaran pemerintah
pusat dalam jangka waktu satu tahun pada tahun tertentu.

Dalam pelaksanaan kebijakan fiscal, anggaran pendapatan dan belanja


daerah(APBD) dihadapkan pada kondisi yang sulit dan dilematis.APBD dihadapakan
pada suatu kondisi ekonomi yang sulit, berkaitan dengan keterbatasan mobilisasi sumber-
sumber pembiayaan.APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam satu
tahun anggaran. APBD juga merupakan rencana pelaksanaan semua pendapatan daerah
dan semua belanja daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dalam satu tahun
anggaran tertentu.

Dengan adanya, otonomi daerah yang ditetapkan oleh pemerintah sangat


mempengaruhi besarnya,APBD karena setiap daerah mempunyai wewnang untuk
mengurus rumah tangganya sendiri dengan kemampuan dan kebutuhan yang diperlukan
daerah tersebut.

4
APBN berperan penting bagi pembiayaan bidang kesehatan, semakin terasa
ditengah kompleksitas masalah kesehatan, seperti meningkatnya kebutuhan masyarakat
pada pelayanan kesehatan yang bermutu,jumlah SDM yang berkurang disertai
nkebutuhan yang tidak merata, adanya potensi masalah kesehatan akibat bencana dan
perubahan iklim. Pendapatan atau penerimaan suatu negara itu diperoleh dengan hak
negara untuk memungut pajak,mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan
pinjaman, kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan
negara dan membayar tagihan pada pihak ketiga, penerimaan negara, pengeluaran
negara,kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau pihak lain berupa
uang, surat berharga,piutang,barang,serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada peruaahaan negara.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa yang dimaksud dengan APBN dan APBD ?
1.2.2. Bagaimana pemanfaatan APBN dan APBD untuk pembiayaan kesehatan ?
1.2.3. Bagaimana pengalokasian APBN dan APBD ?
1.2.4. Apa saja metode pembayaran ke fasilitas kesehatan ?
1.2.5. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari metode pembayaran tersebut ?

1.3. Tujuan
1.3.1. Mengetahui pengertian dari APBN dan APBD
1.3.2. Mnegetahui bagaimana pemanfaatan APBN dan APBD untuk pembiayaan kesehatan
1.3.3. Mengetahui pengalokasian dari APBN dan APBD
1.3.4. Mengetahui metode pembayarann ke fasilitas kesehatan
1.3.5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari metode pembayaran ke fasilitas kesehatan

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian APBN dan APBD

a. APBN adalah suatu daftar yang memuat rincian pendapatan dan pengeluaran
pemerintah pusat dalam jangka waktu satu tahun (1 Januari-31 Desember) pada tahun
tertentu, yang ditetapkan dengan Undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan
bertanggungjawab sebesar besarnya untuk kemakmuran rakyat.
b. APBD adalah rencana keuangan tahun pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui
bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan
ditetapkan dengan Peraturan Daerah. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan
penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan keuangan daerah.

2.2. Pemanfaatan APBN dan APBD untuk Pembiayaan Kesehatan

a. Pemanfaatan APBN untuk Pembiayaan Kesehatan


Dalam struktur belanja yang dibuat, terdapat mandatory spending berupa upaya
menjaga anggaran bidang kesehatan tetap sebesar 5%. Pada APBN 2018, anggaran
bidang kesehatan sebesar Rp. 59,10 triliun. Angka ini terus meningkat sejak tahun
2013 yang lalu (Kemenkeu, 2018, Kemenkes 2018) meski masih belum ideal sesuai
panduang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyatakan bahwa alokasi
anggaran untuk kesehatan yang ideal adalah sekurang-kurangnya 6% dari anggaran
belanja APBN.
Anggaran kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan,
baik dari sisi supply side maupun layanan, upaya kesehatan promotif-preventif, serta

6
menjaga dan meningkatkan kualitas program Jaminan Kesehatan Masyarakat bagi
penerima bantuan iuran (PBI) (Kemenkeu, 2018;Kemenkes, 2018).
Pentingnya APBN bagi pembiayaan kesehatan semakin terasa di tengah
kompleksitas masalah kesehatan, seperti meningkatnya kebutuhan masyarakat pada
pelayanan kesehatan yang bermutu, beban ganda penyakit, disparitas status kesehatan
antar wilayah, peningkatan kebutuhan distribusi obat yang bermutu dan terjangkau,
jumlah SDM kesehatan yang kurang disertai kebutuhan yang tidak merata, adanya
potensi masalah kesehatan akibat bencana dan perubahan iklim, serta integrasi
pembangunan infrastruktur kesehatan.
Besarnya anggaran belanja APBN di bidang kesehatan ini telah memberikan
dampak kepada masyarakat luas. Meski tidak signifikan, tetapi secara perlahan
berhasil memberikan perubahan, terutama pada 3 faktor pendukung pembangunan
kesehatan, seperti masalah pembiayaan perawatan, fasilitas, dan sumber daya tenaga
kesehatan.
Dari segi pembiayaan perawatan kesehatann, belanja APBN telah meningkatkan
tren total pemanfaatan JKN/KIS dari waktu ke waktu. Pada tahun 2014 sebesar 92,3
juta orang, tahun 2015 sebesar 146,7 juta orang, tahun 2016 sebesar 192,9 juta orang,
pada oktober 2017 sebesar 182,7 juta orang (Kemenkes, 2018). Selain pembiayaan
perawatan, belanja APBN telah membantu pembangunan sarana dan prasarana pada
fasilitas kesehatan tingkat primer sebanyak 375 rehab puskesmas, 35 pembangunan
atau peningkatan gedung, 750 pembangunan baru puskesmas, 17 pembangunan public
safety center (PSC), 34 puskesmas keliling, 537 pusling ambulans roda empat, 1.650
ambulans kendaraan roda dua, 86 ambulans, 2.525 sarana prasarana puskesmas,
10.437 alat kesehatan di puskesmas.
Sementara pada faskes tingkat rumah sakit (RS), terdapat 104 RS rujukan
regional, 20 RS rujukan provinsi, 4 RS rujukan nasional, dan 408 RSUD lainnya.
Bidang kefarmasian, telah dilakukan penyediaan pbat di 9.740 puskesmas, dan
pembangunan 27 instalasi farmasi (Kemenkes, 2018).
Dari sisi sumber daya tenaga kesehatan, belanja APBN telah diperuntukkan bagi
upaya peningkatan akses pelayanan kesehatan di daerah terpencil, perbatasan dan
kepulauan (DTPK). Hingga akhir 2017, Kemenkes telah menempatkan 6.316 tenaga
kesehatan yang terdiri dari Nusantara Sehat (NS) secara team based sejumlah 2.486
orang, NS secara individu sejumlah 1.663 orang, Wajib Kerja Dokter Spesialis

7
(WKDS) sejumlah 870 orang dan penugasan khusus calon dokter spesialis sejumlah
1.297 orang (Kemenkes, 2018).

b. Pemanfaatan APBD untuk Pmebiayaan Kesehatan


Pembiayaan kesehatan adalah salah satu komponen sumber daya yang diperlukan
dalam menjalankan pembangunan kesehatan. Untuk mendukung pembangunan di
bidang kesehatan di Kabupaten /Kota se-Provinsi NTT tahun 2012 terdapat berbagai
sumber pembiayaan kesehatan seperti Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Pinjaman/hibah luar
negri (PHLN) dan sumber pemerintah lain. Alokasi anggaran kesehatan bersumber
APBD Kabupaten/Kota tahun 2012 sebesar 72,9% dari total anggaran kesehatan;
sementara presentase APBD kesehatan terhadap APBD Kabupate/Kota sebesar
39,0%. Untuk alokasi anggaran bersumber APBD Provinsi sebesar 0,02% dari total
anggaran kesehatan; kemudian untuk alokasi anggaran kesehatan bersumber APBN
ke Kabupaten/Kota se-Provinsi NTT tahun 2012 sebesar 25,1% dari total angggaran
kesehatan. Untuk alokasi anggaran kesehatan bersumber pinjaman/hibah luar negeri
(PHLN) sebesar 2% dari total anggaran kesehatan dan alokasi anggaran kesehatan
bersumber pemerintah lain sebesar 0,035 dari total anggaran kesehatan.
APBD untuk bidang kesehatan Provinsi NTT tertuang dalam Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas
Kesehatan Provinsi NTT. Dalam DPA SKPD, jenis pembiayaan dibagi menjadi
belanja langsung dan belanja tidak langsung. Belanja tidak langsung untuk membiayai
gaji pokok PNS/uang representative, tunjangan keluarga, tunjangan jabatan, tunjangan
fungsional, tunjangan umum, tunjangan beras, tunjangan PPH/tunjangan khusus,
pembulatan gaji, iuran asuransi kesehatan dan tambahan penghasilan peningkatan
kesejahteraan umum.
Pembiayaan kesehatan bersumber APBD belanja langsung membiayai 9 program
yang terdiri dari : program pelayanan administrasi perkantoran, program peningkatan
sarana dan prasarana aparatur, program peningkatan pengembangan sistem capaian
kinerja dan keuangan, program peningkatan kesehatan masyarakat, program bina gizi
kesehatan ibu dan anak, program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan,
program peningkatan gizi, program pengembangan dan pemberdayaan SDM
Kesehatan, dan program-program pendukung manajemen pembangunan kesehatan.

8
2.3. Pengalokasian APBN dan APBD

A. Pengalokasian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara


1. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana alokasi khusus adalah alokasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara kepada provinsi/kabupaten/kota tertentu dengan tujuan untuk mendanai
kegiatan khusus yang merupakan urusan pemerintah daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional. Menteri teknis mengusulkan kegiatan khusus yang akan didanai
dari DAK dan ditetapkan setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri,
Menteri Keuangan, dan Menteri Negara Pembangunan Nasional, sesuai dengan
Rencana Kerja Pemerintah dimaksud. Menteri teknis kemudian menyampaikan
ketetapan tentang kegiatan khusus dimaksud kepada Menteri Keuangan.
Kriteria Pengalokasian DAK, yaitu:
1. Kriteria Umum, dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan daerah
yang tercermin dari penerimaan umum APBD setelah dikurangi belanja
PNSD;
2. Kriteria Khusus, dirumuskan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang mengatur penyelenggaraan otonomi khusus dan karakteristik daerah;
dan
3. Kriteria Teknis, yang disusun berdasarkan indikator-indikator yang dapat
menggambarkan kondisi sarana dan prasarana, serta pencapaian teknis
pelaksanaan kegiatan DAK di daerah.

a. Penghitungan DAK
Setelah menerima usulan kegiatan khusus dimaksud, Menteri
Keuangan melakukan penghitungan alokasi DAK. Penghitungan alokasi
DAK dimaksud dilakukan melalui 2 tahapan, yaitu:
 Penentuan daerah tertentu yang menerima DAK; dan
 Penentuan besaran alokasi DAK masing-masing daerah.
 Penentuan daerah tertentu yang menerima DAK harus memenuhi kriteria
umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

Sedangkan besaran alokasi DAK masing-masing daerah ditentukan


dengan perhitungan indeks berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan
kriteria teknis.

9
 Kriteria umum dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan daerah
yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD setelah dikurangi belanja
Pegawai Negeri Sipil Daerah. Kemampuan keuangan daerah dihitung
melalui indeks fiskal netto. Daerah yang memenuhi krietria umum
merupakan daerah dengan indeks fiskal netto tertentu yang ditetapkan
setiap tahun.
 Kriteria khusus dirumuskan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang mengatur penyelenggaraan otonomi khusus dan karakteristik daerah.
Kriteria khusus dirumuskan melalui indeks kewilayahan oleh Menteri
Keuangan dengan mempertimbangkan masukan dari Menteri Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional danmenteri/pimpinan lembaga
terkait.
 Kriteria teknis disusun berdasarkan indikator-indikator kegiatan khusus
yang akan didanai dari DAK. Kriteria teknis dirumuskan melalui indeks
teknis oleh menteri teknis terkait. Menteri teknis menyampaikan kriteria
teknis dimaksud kepada Menteri Keuangan.

Besaran Dana Alokasi Khusus (DAK) ditetapkan setiap tahun dalam


APBN.DAK dialokasikan dalam APBN sesuai dengan program yang menjadi
prioritas nasional.DAK dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai
kegiatan khusus yang merupakan bagian dari program yang menjadi prioritas
nasional yang menjadi urusan daerah.Daerah Tertentu dimaksud adalah daerah
yang dapat memperoleh alokasi DAK berdasarkan kriteria umum, kriteria
khusus, dan kriteria teknis.

b. Penetapan Alokasi dan Penggunaan DAK


Alokasi DAK per daerah ditetapkan dengan Peraturan Menteri
Keuangan.Berdasarkan penetapan alokasi DAK dimaksud, menteri teknis
menyusun Petunjuk Teknis Penggunaan DAK.Petunjuk Teknis
Penggunaan DAK dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri.

c. Pengangaran Di Daerah
Daerah penerima DAK wajib mencantumkan alokasi dan penggunaan
DAK di dalam APBD.Penggunaan DAK dimaksud dilakukan sesuai
dengan Petunjuk Teknis Penggunaan DAK. DAK tidak dapat digunakan

10
untuk mendanai administrasi kegiatan, penyiapan kegiatan fisik,
penelitian, pelatihan, dan perjalanan dinas.
Daerah penerima DAK wajib menganggarkan Dana Pendamping dalam
APBD sekurang-kurangnya 10% dari besaran alokasi DAK yang
diterimanya.Dana Pendamping dimaksud digunakan untuk mendanai
kegiatan yang bersifat kegiatan fisik.Daerah dengan kemampuan keuangan
tertentu tidak diwajibkan menganggarkan Dana Pendamping.

d. Penyaluran DAK
DAK disalurkan dengan cara pemindahbukuan dari Rekening Kas
Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah.

e. Pelaporan
Kepala daerah menyampaikan laporan triwulan yang memuat laporan
pelaksanaan kegiatan dan penggunaan DAK kepada Menteri Keuangan,
menteri teknis, dan Menteri Dalam Negeri.Penyampaian laporan triwulan
dimaksud dilakukan selambat-lambatnya 14 hari setelah triwulan yang
bersangkutan berakhir.Penyaluran DAK dapat ditunda apabila daerah tidak
menyampaikan laporan dimaksud.
Menteri teknis menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan DAK
setiap akhir tahun anggaran kepada Menteri Keuangan, Menteri
Perencanaan dan Pembangunan Nasional, dan Menteri Dalam Negeri.

f. Pemantauan Dan Evaluasi


Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional bersama-sama dengan
Menteri Teknis melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap
pemanfaatan dan teknis pelaksanaan kegiatan yang didanai dari
DAK.Menteri Keuangan melakukan pemantauan dan evaluasi pengelolaan
keuangan DAK. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan
program dan kegiatan, penyaluran, dan pelaporan diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan.

2. Dana Alokasi Umum (DAU)

11
Dana alokasi umum adalah adalah sejumlah dana yang harus dialokasikan
Pemerintah Pusat kepada setiap Daerah Otonom(Provinsi/Kabupaten/Kota)
di Indonesia setiap tahunnya sebagai dana pembangunan.DAU merupakan salah
satu komponen belanja pada APBN, dan menjadi salah satu komponen
pendapatan pada APBD.Dana Alokasi Umum (DAU) dialokasikan untuk provinsi
dan kabupaten/kota.Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya
26% dari Pendapatan Dalam Negeri Neto dan ditetapkan dalam APBN.Proporsi
DAU antara provinsi dan kabupaten/kota dihitung dari perbandingan antara bobot
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi dan
kabupaten/kota.Dalam hal penentuan proporsi dimaksud belum dapat dihitung
secara kuantitatif, maka proporsi DAU antara provinsi dan kabupaten/kota
ditetapkan dengan imbangan 10% dan 90%.

Mekanisme pengalokasian :
a. Formula dan Penghitungan Alokasi
DAU Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD) memberikan
pertimbangan atas rancangan kebijakan formula dan perhitungan DAU kepada
Presiden sebelum penyampaian Nota Keuangan dan RAPBN tahun anggaran
berikutnya.Menteri Keuangan kemudian melakukan perumusan formula dan
penghitungan alokasi DAU dengan memperhatikan pertimbangan DPOD
dimaksud.Formula dan perhitungan DAU disampaikan oleh Menteri
Keuangan sebagai bahan penyusunan RAPBN.

DAU untuk suatu daerah dialokasikan berdasarkan formula yang


terdiri atas celah fiskal dan alokasi dasar.Celah fiskal merupakan selisih antara
kebutuhan fiskal dankapasitas fiskal.

Kebutuhan fiskal diukur dengan menggunakan variabel jumlah


penduduk, luas wilayah, Indeks Kemahalan Konstruksi, Produk Domestik
Regional Bruto per kapita, danIndeks Pembangunan Manusia.Sedangkan
kapasitas fiskal diukur berdasarkan Pendapatan Asli Daerah dan Dana Bagi
Hasil.Alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlahgaji Pegawai Negeri Sipil
Daerah.

12
Data yang digunakan dalam penghitungan DAU diperoleh dari
lembaga statistik Pemerintah dan/atau lembaga Pemerintah yang berwenang
menerbitkan data yang dapat dipertanggungjawabkan.Dalam hal data
dimaksud tidak tersedia, maka data yang digunakan adalah data dasar
penghitungan DAU tahun sebelumnya.

DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu provinsi dihitung berdasarkan
perkalian bobot provinsi yang bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh
provinsi. Bobot provinsi merupakan perbandingan antara celah fiskal provinsi
yang bersangkutan dan total celah fiskal seluruh provinsi.

DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu kabupaten/kota dihitung


berdasarkan perkalian bobot kabupaten/kota yang bersangkutan dengan
jumlah DAU seluruh kabupaten/kota. Bobot kabupaten/kota merupakan
perbandingan antara celah fiskal kabupaten/kota yang bersangkutan dan total
celah fiskal seluruh kabupaten/kota.

Kebutuhan fiskal daerah dihitung berdasarkan perkalian antara total


belanja daerah rata-rata dengan penjumlahan dari perkalian masing-masing
bobot variabel dengan indeks jumlah penduduk, indeks luas wilayah, Indeks
Kemahalan Konstruksi, Indeks Pembangunan Manusia, dan indeks Produk
Domestik Regional Bruto per kapita.

Kapasitas fiskal daerah merupakan penjumlahan dari Pendapatan Asli


Daerah dan DBH.

Kondisi penerimaan DAU berdasarkan nilai celah fiskal:

a) Daerah yang memiliki nilai celah fiskal lebih besar dari 0, menerima
DAU sebesar alokasi dasar ditambah celah fiskal.

b) Daerah yang memiliki nilai celah fiskal sama dengan 0, menerima


DAU sebesar alokasi dasar.

c) Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif
tersebut lebih kecil dari alokasi dasar, menerima DAU sebesar alokasi
dasar setelah diperhitungkan nilai celah fiskal.

13
d) Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif
tersebut sama atau lebih besar dari alokasi dasar, tidak menerima
DAU.

b. Tujuan DAU

Tujuan transfer DAU adalah sebagai pemerataan kemampuan


keuangan antardaerah untuk mendanai kebutuhan Daerah Otonom dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi.

c. Kategori

Secara Umum DAU terdiri dari:

a. Dana Alokasi Umum untuk Daerah Provinsi

b. Dana Alokasi Umum untuk Daerah Kabupaten/Kota

d. Rumusan formulasi DAU

Persentase Pembagian DAU antara Provinsi dan Kabupaten/Kota


adalah 10% dari total DAU Nasional dialokasikan kepada Provinsi dan 90%
dari total DAU Nasional dialokasikan kepada Kabupaten/Kota.Perhitungan
besaran DAU secara nasional adalah minimal 26% dari Pendapatan Dalam
Negeri Netto (PDN Netto). PDN Netto adalah Pendapatan Dalam Negeri
dikurangi dengan Bagi Hasil yang diberikan Pusat kepada Daerah.Besaran
alokasi DAU per daerah dihitung menggunakan rumus/formulasi yang
tertuang dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005.

Jumlah Dana Alokasi Umum setiap tahun ditentukan berdasarkan


Keputusan Presiden. Setiap Provinsi/Kabupaten/Kota berhak menerima DAU
dengan besaran yang tidak sama. Daerah dimungkinkan mendapatkan DAU
lebih besar atau lebih kecil atau sama dengan DAU tahun sebelumnya.
Bahkan di beberapa daerah yang memiliki Kapasitas Fiskal sangat besar
dimungkinkan untuk tidak mendapat DAU (DAU = 0)

Rumusan DAU untuk Daerah Otonom Baru (DOB)

14
Perhitungan besaran DAU untuk DOB adalah dengan membagi secara
proporsional DAU yang diterima oleh Daerah Induk (sebelum dimekarkan)
dengan DOB yang merupakan pecahan atau pemekarannya.

Rumus penghitungannya adalah sebagai berikut:

Proporsi Daerah dihitung berdasarkan 3 data pokok yaitu:

a) Jumlah PNSD

b) Luas Wilayah dan

c) Jumlah Penduduk

Proporsi Daerah Induk + Proporsi DOB = Alokasi DAU Daerah Induk


sebelum dimekarkan

DAU untuk suatu daerah otonom baru dialokasikan setelah undang-


undang pembentukan disahkan.Penghitungan DAU untuk daerah otonom baru
dilakukan setelah tersedia data celah fiskal dan alokasi dasar untuk daerah
baru tersebut.Dalam hal data dimaksud tidak tersedia, maka penghitungan
DAU dilakukan dengan membagi secara proporsional dengan daerah
induk.Dalam hal ini, penghitungan menggunakan data jumlah penduduk, luas
wilayah, dan belanja pegawai.

e. DAU Tambahan

Kelebihan penerimaan negara dari minyak bumi dan gas bumi yang
ditetapkan dalam APBN Perubahan dialokasikan sebagai DAU
tambahan.DAU tambahan dialokasikan kepada daerah berdasarkan formula
DAU atas dasar celah fiskal.

f. Penetapan Alokasi

Alokasi DAU per daerah ditetapkan dengan Peraturan


Presiden.Alokasi DAU tambahan ditetapkan dengan Peraturan Menteri
Keuangan.

g. Penyaluran

DAU disalurkan dengan cara pemindahbukuan dari Rekening Kas


Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah. Penyaluran DAU
dilaksanakan setiap bulan masing-masing sebesar 1/12 dari alokasi DAU

15
daerah yang bersangkutan. Tata cara penyaluran DAU dan DAU tambahan
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan.

B. Pengalokasian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Dana alokasi umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasian dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi (UU No 23 tahun 2004 tentang perimbangan
keuangan anatara pemerintah pusat dan daerah). Dana alokasi umum memegang
peranan yang sangat dominan dibandingkan sumber dana lain, untuk itu dana alokasi
umum diharapkan dapat digunakan secara efektif dan efisien untuk meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat. DAU suatu daerah ditentukan atas besar kecilnya celah
fis kal suatu daerah, yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah dan potensi
daerah.alokasi DAU bagi daerah yang potensi fiskalnya besar, tetapi kebutuhan fiskal
kecil akan memperoleh alokasi DAU relatif kecil, namun kebutuhan fiskal besar akan
memperoleh alokasi DAU relatif besar. Secara impilisit, prinsip tersebut fungsi DAU
sebagai faktor pemerataan kapasitas fiskal. Pemberian dana alokasi umum diharapkan
benerhadap ar-benar dapat mengurangi disparitas fiskal horisontal daerah yang
mempuyai tingkat kesepian fiskal yang relatif sama dalam mengimplementasikan
ekonmi daerah. Daerah dapat diharapkan mampu mengalokasikan sumber dana pada
sektor-sektor produktif yang mampu mendorong adanya peningkatan investasi
didaerah, dan juga pada sektor yang berdampak pada peningkatan pelayan
publik.Beberapa penenlitian terdahulu telah melakukan pengujian terhadap pengaruh
pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum terhadap pengalokasikan anggaran
belanja modal.Darwanto dan Yustikasari (2007)menelitit tentang pengaruh
pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah,dan dana alokasi umum terhadap
pengalokasian anggaran belanja modal.Hasil peelitianya menunjukkan pendapatan
asli daerah.dan dana alokasi umum yang berpengaruh posotif terhadap belanja dan
APBD.
Pengalokasian dan penyaluran dana yang ditransfer kedesa yang dialokasikan
dalam APBD pemerintah kabupaten/kota sesuai mekanisme dalam PP Nomor 60
tahun 2014, akan mnerima anah desa yang selanjutnya akan diteruskan kedesa.
Penerimaan desa dari rekening kas umum negara ( RKUN) kerening kas umum
daerah (RKUD) akan dicatat sebagi pendaatan transfer lainnya, sedangkan penyaluran

16
ke desa akandi catat sebagai transfer ke desa. Pemerintah kabupaten/ kota
mengalokasikan alokasi dan desa (ADD) dalam APBD setiap tahun anggaran, yang
besarnya minimal adalah 10% dari dana penimbangan yang diterima kabupaten/ kota
dalam APBD stelah dikurangi dan alokasi khusus tat cara pengalokasian ADD di atur
dalam peraturan bupati/walikota.
Pemerintah kabupaten/kota juga mengalokasikan bagian dari hasil pajak dan
retribusi daerah kabupaten/ kota kepada desa dalam APBD setiap tahun anggran, yang
besarnya minimal adalah 10% dari relasi penerimaan hasil pajak dan distribusi
kabupaten/ kota tata cara pengalokasian bagian dari hasil pajak dan retribusi daerah
kabupaten/kota kepada desa diatur dalam peraturan bupati/walikota. Selain itu
pemerintah kabupaten/kota dapat memberikan bantuan keuangan kepada desa yang
bersumber dari APBD kabupaten/kota. Bupati/ walikota menginformasikan rencana
ADD bagian bagi hasil pajak dan retribusi kabupaten/kota untuk desa, serta bantuan
keuangan yang besumber dari APBD kabupaten/kota dalam jangka 10 hari steleha
KAU dan PPAS disepakati kepala daerah bersama DPRD. Bagi pemerintah desa
informasi ini dijadikan salah satu penyusunan rancangan APB desa.
Penyaluran ADD dan bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah
kabupaten/kota darikabupaten/ kota ke desa dilakukan secara bertahap dan diatur
dalam peraturan bupati/walikota dengan berpedoman pada peraturan menteri.
Penyaluran bantuan yang bersumber dari APBD kabupaten/ kota ke desa dilaukan
sesuia dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.4. Metode Pembayaran ke Fasilitas Kesehatan

Biaya kesehatan merupakan masukan financial yang diperlukan dalam rangka


memproduksi pelayanan kesehatan, baik yang bersifat promotif-preventif maupun yang
bersifat kuratif-rehabilitatif. Semua kegiatan tersebut merupakan suatu kesinambungan
yang perlu dilaksanakan guna mencapai tujuan kesehatan dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.

1. Metode pembayaran Retrospektif

Pembayaran retrospektif berarti bahwa besaran biaya dan jumlah biaya yang
harus dibayar oleh pasien atau pihak pembayar, misalnya asuransi atau perusahaan
ditetapkan setelah pelayanan diberikan. Cara pembayaran retrospektif merupakan cara
pembayaran yang sejak awal pelayanan kesehatan dikelola secara bisnis, artinya pihak

17
fasilitas kesehatan menetapkan tarif peayanan kesehatan. Oleh karenanya, cara
pembayaran ini disebut juga dengan cara pembayaran tradisional atau fee for service
(jasa per pelayanan).Pembayaran retrospektif yang pada umumnya berbentuk
pembayaran JPP dapat bersumber dari :

a. Uang yang dimiliki oleh pasien atau keluarga pasien


b. Uang yang bersumber dari majikan pasien
c. Uang yang bersumber dari perusahaan atau badan asuransi/jaminan
sosial seperti PT Askes dan PT Jamsostek atau badan asuransi
komersial seperti bapel JPKM dan perusahan asuransi.
2. Metode Pembayaran Prospektif

Metode pembayaran prospektif adalah metode pembayaran yang dilakukan atas


layanan kesehatan yang besarannya sudah diketahui sebelum pelayana kesehatan
diberikan.Biasanya melalui program asuransi kesehatan.Pembayaran kepada sarana
kesehatan ialah pemabayaran yang dilakukan oleh badan asuransi kepada sarana
kesehatan untuk pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh sarana kesehatan
sesuai dengan kesepakatan.Contoh pembayaran prospektif yaitu:

a. Diagnostic Related Group

Pengertian DRG dapat disederhanakan dengan cara pembayaran dengan biaya


satuan per diagnosis bukan biaya satuan per pelayanan medis maupun non medis
yang diberikan kepada seorang pasien dalam rangka pemyembuhan suatu
penyakit.Dalam pembayaran DRG rumah sakit maupun pihak pembayar tidak
lagi merinci pelayan apa saja yang telah diberikan kepada seorang pasien.

Pembayaran dengan DRG mempunyai keutamaan sebagai berikut :

a. Memudahkan administrasi pembayaran bagi rumah sakit dan pihak


pembayar
b. Memudahkan pasien memahami besaran biaya yang harus dibayarnya
c. Memudahkan perhitungan pendapatan rumah sakit
d. Memberikan insentif kepada rumah sakit dan tenaga kesehatan untuk
menggunakan sumber daya seefisien mungkin
e. Memudahkan pemahaman klien dalam melakukan
sosialisasi/pemasaran pelayanan rumah sakit

18
b. Sistem kapitasi
Pembayaran kapitasi merupakan suatu cara pengendalian biaya dengan
menempatkan fasilitas kesehatan pada posisi menanggung resiko, seluruhnya atau
sebagian dengan cara menerima pembayaran atas dasar jumlah jiwa yang
ditanggung

c. Pembayaran per kasus

Pembayaran per kasus atau paket ini mirip dengan pembayaran DRG, yaitu
dengan mengelompokkan berbagai jenis pelayanan menjadi satu kesatuan.
Pengelompokan ini harus ditetapkan dulu dimuka dan disetujui kedua bela pihak
yaitu rumah sakit dan pihak pembayar.

Untuk sistem prepayment dalam bentuk paket,pembayaran dilakukan sebagai


berikut:

1. Setelah menerima surat tagihan dari sarana kesehatan (biling) memeriksa


kebenaran tagihan yang diterima tersebut .
2. Apabila tidak ada kesalahan,maka tagihan tersebut di bayar sesuai dengan
ketentuan yang telah disepakati.
3. Apabila di temukan kesalahan atau keragu-raguaan,komunkasikan dengan
sarana kesehatan secepat mungkin sehingga tidak melampaui batas
tenggang waktu yang telah disepakati
4. Melakukan pembayaran yang dilakukan sesuai dengan waktu pembayaran

d. Pembayaran per diem .


Pembayaran per diem merupakan pembayaran yang dinegosiasi dan disepakati
dimuka yang didasari pada pembayaran per hari perawatan, tanpa
mempertimbangkan biaya yang dihabiskan oleh rumah sakit. Misalnya, suatu
badan asuransi atau pemerintah membayar per hari perawatan di kelas 3 RP
250.000 per hari unuk kasus apapun yang sudah mencakup biaya ruangan, jasa
konsultasi/visite dokter, obat-obatan, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksan
lainnya.Lebih spesifik lagi dapat dilakukan perbedaan besarnya tingkat
pembayaran per diem berdasarkan penggolongan perawatan.Misalnya perawatan

19
operasi dan non operasi,dan lain sebagainya.Metode lainnya adalah “sliding scale
per diem”yaitu pembayaran per diem beedasarkan kuota jumlah hari
rawat.Semakin banyakjumlah hari rawat maka provaider akan diberikan biaya per
diem yang semakin rendah.Misalnya jika total hari rawat dalam setahun pada
sebuah provaider mencapai 5.000 hari rawat,maka pembayaran per diemnya akan
menjadi lebih rendah(murah).Jika jimlah hari rawat dapat ditekan menjadi
misalnya 3.000 hari rawat saja,dibayar dengan biaya per diem lebih tinggi.Jika ada
insentif bagi provaider untuk meningkatkan efektivitas pelayanan dan bukannya
sengaja memperbanyak jumlah hari perawatan.

e. Global budget
Global budget merupakan cara pendanaan rumah sakit oleh pemerintah atau
suatu badan asuransi kesehatan nasional dimana RS mendapat dana untuk
membiayai seluruh kegiatan untuk masa satu tahun. Alokasi dana RS tersebut di
perhitungkan dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan tahun sebelumnya,
kegiatan lain yang diperkirakan akan dilaksanakan, dan kinerja RS tersebut.

2.5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembayaran ke Fasilitas Kesehatan


1. Metode pembayaran Retrospektif

Kelebihan Kekurangan
Provider Resiko keuangan sangat kecil Tidak ada insentif untuk yang
memberikan preventif care
Pendapatan rumah sakit tidak Supplier induced demand
terbatas
Pasien Waktu tunggu yang lebih singkat Jumlah pasien di klinik sangat
banyak /overcrowded clinic
Lebih mudah mendapat pelayanan Kualitas pelayanan kurang
dengan teknologi terbaru
Pembayar Mudah mencapai kesepakatan Biaya administrasi tinggi untuk
dengan provider proses klaim
Meningkatkan resiko keuangan

2. Kelebihan dan Kekurangan Metode pembayaran Prosepektif

Kelebihan Kekurangan

20
Provider Pembayaran lebih adil sesuai Kurangnya kualitas koding akan
dengan kompleksitas menyebabkan ketidaksesuaian
pelayanan proses grouping (pengelompokkan
Proses klaim lebih cepat
kasus)
Pasien Kualitas pelayanan baik Pengurangan kuantitas pelayanan
Dapat memilih provider Provider merujuk keluar/RS lain
dengan pelayanan terbaik
Pembayar Biaya administrasi lebih Memerlukan monitoring pasca
rendah klaim
Mendorong peningkatan sistem
informasi

21
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

APBN adalah suatu daftar yang memuat rincian pendapatan dan pengeluaran
pemerintah pusat dalam jangka waktu satu tahun (1 Januari-31 Desember) pada tahun
tertentu, yang ditetapkan dengan Undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan
bertanggungjawab sebesar besarnya untuk kemakmuran rakyat.

APBD adalah rencana keuangan tahun pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui
bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan ditetapkan
dengan Peraturan Daerah. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
pemerintah dan kemampuan keuangan daerah.

Adapun metode yang digunakan untuk pembayaran ke fasilitas kesehatan ada 2 jenis
metode pembayaran yaitu metode pembayaran retrospektif dan metode pembayaran
prospektif.

3.2. Saran

Diharapkan agar pengunaan APBN dan APBD untuk pembiayaan kesehatan


dijalankan sebaik mungkin sehinggamutu pelayanan kesehatan bias semakin meningkat
dan membawa perubahan yang baik.

22

Anda mungkin juga menyukai