Anda di halaman 1dari 20

PEDOMAN PELAYANAN

UNIT KESEHATAN LINGKUNGAN


RUMAH SAKIT MITRA SEHAT MEDIKA
PANDAAN – PASURUAN
2022

RUMAH SAKIT MITRA SEHAT MEDIKA

Jl. Raya By Pass No. 06 Pandaan - Pasuruan


Telp. (0343) 636064 Fax. (0343) 636083
Email: msmpandaan@gmail.com
BAB 1.
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit merupakan layanan kesehatan yang bertujuan untuk memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat sekitar dan dapat meningkatkan derajat
kesehatan. Dalam pelaksanaanya rumah sakit harus memiliki lingkungan yang sehat
dan bebas dari segala faktor yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan gangguan
kesehatan baik untuk pasien, pengunjung, pegawai dan lingkungan sekitarnya.
Lingkungan yang bersih, sehat dan nyaman merupakan syarat utama bagi sebuah
rumah sakit, karena lingkungan yang sehat akan tercipta lingkungan yang dapat
menunjang pemeliharaan kesehatan bagi pasien dan dapat meningkatkan kinerja
pegawai sehingga dapat meningkatkan produktif kerja, dengan demikian akan
meningkatkan pelayanan yang lebih baik.
Pengelolaan lingkungan rumah sakit memiliki masalah yang kompleks karena fungsinya
sebagai tempat merawat, mengobati dan menyembuhkan orang sakit. Oleh karena itu
pegelolaan lingkungan juga tentu saja mempunyai perbedaan dengan institusi lainnya.
Dalam pegelolaan lingkungan Rumah Sakit Mitra Sehat Medika, untuk menciptakan
kondisi lingkungan yang sesuaai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor : 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan lingkungan rumah sakit dan
peraturan-peraturan pemerintah lainya, memiliki sumber daya dan bagian tersendiri.
Dalam melaksanakan pengelolaan lingkungan Rumah Sakit Mitra Sehat Medika, disusun
suatu pedoman yang bertujuan untuk memberi arah dalam melaksanakan kegiatan
pengelolaan lingkungan setiap harinya secara berkesinambungan dalam meningkatkam
mutu pelayanan dilingkungan Rumah Sakit Mitra Sehat Medika.
1.2 Tujuan Pedoman
Adapun tujuan dari pedoman ini adalah sebagai panduan dasar dalam melaksanakan
pelayanan dalam kegiatan pengelolaan lingkungan di bagian kesehatan lingkungan
Rumah Sakit Mitra Sehat Medika.
1.3 Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup pelayanan bagian kesehatan lingkungan dalam melakukan pengelolaan
lingkungan Rumah Sakit Mitra Sehat Medika adalah:
1. Penyehatan lingkungan kerja
2. Penyehatan air
3. Pengelolaan sampah dan limbah
4. Pengelolaan makanan dan minuman
5. Pengendalian serangga dan tikus
1.4 Batasan Operasional
Adapun batasan operasional untuk masing-masing lingkup pelayanan adalah sebagai
berikut :
1. Penyehatan lingkungan kerja
Kebersihan ruang bangunan termasuk udara bersih dan halaman adalah suatu
keadaan atau kondisi ruang bangunan dan halaman bebas dari bahaya dan resiko
minimal untuk terjadinya infeksi silang , dan masalah kesehatan dan keselamatan
kerja. Pengelolaan kebersihan dimaksudkan untuk menciptakan suatu kondisi ruang,
konstruksi dan lingkungan yang nyaman, bersih dan sehat agar tidak menimbulkan
dampak negatif terhadap pasien, pengunjung dan karyawan rumah sakit disamping
juga dapat memperkecil kemungkinan rusaknya sarana dan peralatan. Konstruksi
bagunan seperti lantai dinding, ventilasi, atap, langit-langit, pintu dan lainnya harus
memenuhi persyaratan kesehatan dan terpelihara dengan baik. Adapun tatalaksana
pemeliharaan ruang bangunan antara lain :
a. Kegiatan pembersihan ruang minimal dilakukan pagi dan sore hari
b. Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah
pembenahan/merapikan tempat tidur pasien, jam makan, jam kunjungan dokter,
jam kunjungan keluargadan sewaktu-waktu bilamana diperlukan.
c. Cara-cara membersihkan yang dapat menebarkan debu harus dihindari
d. Harus menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan pembersih (pel)
yang memenuhi syarat dan bahan antiseptic yang tepat
e. Pada masing-masing ruang supaya disediakan perlengkapan pel tersendiri
f. Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal 2 (dua) kali setahun dan
dicat ulang apabila sudah kotor atau cat sudah pudar. Setiap percikan ludah,
darah atau eksudat pada dinding harus segera dibersihkan dengan
menggunakan antiseptik.
g. Melakukan pengendalian angka kuman di ruang resati (resiko amat tinggi,
misalnya ruang isolasi)
h. Melakukan pengendalian kebersihan lingkungan terutama ruangan dengan
mengacu kepada tingkat risiko ruangan.
2. Penyehatan Air
Kualitas air yang disediakan di rumah sakit harus sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, sedangkan kualitas air yang
digunakan untuk keperluan khusus perlu mendapatkan perlakuan lebih lanjut untuk
mendapatkan kualitas yang relevan. Untuk mendapatkan air dengan kuantitas dan
kualitas sesuai dengan yang dibutuhkan harus memperhatikan upaya-upaya berikut
ini:
a. Pemeliharaan Unit water treatmen
b. Klorinasi air bersih pada reservoar
c. Pemeriksaan air bersih
d. Pemeriksaan kualitas TDS air Resorved Osmosis
3. Pengelolaan sampah dan limbah
Pengelolaan sampah dan limbah di rumah sakit dapat digolongkan kembali menjadi :
a. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah yang dimaksudkan disini adalah pengelolaan sampah
yang berasal dari aktifitas kegiatan sehari- hari dari pasien, pengunjung,
penunggu pasien dan karyawan. Biasanya sampah ini berasal dari sisa
makanan, sisa minuman dan pembersihan taman/ lingkungan rumah sakit yang
tidak terkontaminasi pasien.
b. Pengelolaan Limbah Padat
Limbah padat/sampah rumah sakit adalah bahan buangan yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan lingkungan karena berbagai bahan yang
terkandung didalanya dapat menimbulkan dampak kesehatan dan dapat
menimbulkan cidera atau penyalagunaan oleh para pemulung. Limbah padat
atau sampah dapat dianggap sebagai mata rantai penyebaran penyakit menular.
Limbah ini biasa menjadi tempat tertimbunya organisme penyakit dan menjadi
sarang serangga dan tikus. Disamping itu di dalam limbah juga mengandung
berbagai bahan kimia beracun dan benda-benda tajam yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan dan cidera. Partikel debu dalam limbah dapat menimbulkan
pencemaran udara yang akan menyebarkan kuman penyakit dan
mengkontaminasi peralatan Infeksius dan makanan. Limbah padat yang
dihasilkan dari kegiatan dalam lingkungan Rumah Sakit Mitra Sehat Medika
digolongkan menjadi dua (2) jenis yaitu limbah Infeksius dan non Infeksius.
Limbah Infeksius adalah limbah limbah yang terdiri dari limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi,
limbah container bertekanan dan limbah dengan kandungan logam berat yang
tinggi. Limbah non Infeksius adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan
rumah sakit diluar Infeksius yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan
halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.

Tatalaksana limbah padat :


1) Minimalisasi limbah
a) Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum
membelinya
b) Menggunakan sedikit mungkin bahan- bahan kimia
c) Menggunakan metode pembersihan secara fisik daripada secara kimiawi
d) Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam
kegiatan perawatan dan kebersihan
e) Memesan bahan sesuai kebutuhan
f) Menggunakan bahan yang diproduksi lebih awal untuk menghindari
kadaluarsa
2) Pemilahan, pewadahan, pemanfatan dan daur ulang
a) Pemilahan limbah harus dimulai dari sumber yang menghasilkan limbah
b) Tempat pewadahan limbah :
i. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air,
dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya.
ii. Disetiap penghasil limbah harus tersedia tempat pewadahan yang
terpisah sesuai dengan jenis limbahnya
iii. Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang dari sehari apabila
2/3 bagian telah terisi limbah
iv. Untuk benda-benda tajamhendaknya ditampung pada tempat khusus
(safety box) seperti botol atau karton/dos yang aman
v. Tempat pewadahan harus segara dibersihkan dengan larutan
desinfektan apabila sudah dipergunakan kembali, sedangkan untuk
kantong plastik yang telah dipakai dan kontak langsung dengan limbah
tidak boleh digunakan kembali
vi. Pewadahan limbah padat harus memenuhi persyaratan dengan
penggunaan wadah dan label yang sesuai
vii.Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui
sterilisasi meliputi pisau bedah, jarum hipodermik, syringes, botol
gelas dan container
viii. Alat-alat lain yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui
sterilisasi Berikut ini adalah wadah dan label limbah.
3) Pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan
a) Pengumpulan limbah padat dari setiap ruangan penghasil limbah
menggunakan troli khusus yang tertutup sesuai jenis limbah.
b) Penyimpanan limbah untuk sementara di TPS masing-masing limbah
sesuai jenisnya
c) Kantong limbah harus aman dari jangkauan manusia dan binatang
d) Petugas yang menagani limbah harus menggunakan alat pelindung diri
4) Pengangkutan dan pemusnahan
a) Pengelola harus mengumpulkan dan mengemas pada tempat yang kuat
b) Limbah Infeksius padat tidak boleh dibuang langsung ke tempat
pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan
c) Cara dan teknologi pengelolaan atau pemusnahan limbah Infeksius padat
disesuaikan dengan kemanpuan rumah sakit dan jenis limbah Infeksius
yang ada
d) Pembuangan dan pemusnahan sampah Infeksius dilakukan dengan
bekerjasana dengan pihak ke-tiga (PT. Global Trans Jaya, PT. Wastec
dan PT. ARAH)
e) Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan
khusus
c. Pengelolaan Limbah Cair
Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari
kegiatan rumah sakit yang mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun
dan radioaktif serta darah yang berbahaya bagi kesehatan. Prinsip dasar
pengelolaan limbah cair adalah menghilangkan atau mengurangi kontaminan
yang terdapat didalam limbah cair sehingga hasil olahan limbah dapat
dimanfaatkan kembali atau tidak menganggu lingkungan apabila dibuang ke
tanah atau badan air penerima. Secara spesifik pengelolaan limbah cair
bertujuan untuk :
1) Mengurangi jumlah padatan tersuspensi
2) Mengurangi jumlah padatan terapung
3) Mengurangi jumlah bahan organik
4) Menghilangkan mikroorganisme pathogen
5) Mengurangi jumlah bahan kimia yang berbahaya dan beracun
6) Mengurangi unsur nutrisi ( N dan P) yangberlebihan
7) Mengurangi unsur lain yang dianggap dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap ekosistem
Instalasi pengelolaan air limbah (IPAL) tipe A3BF (Anaerobic Aerobic Bio
fluidized) atau sering disebut system biotech adalah merupakan suatu
pengembangan reactor yang digunakan untuk mengolah air limbah dengan
kandungan organic yang bio-degradable. Proses yang digunakan adalah proses
biologis dengan gabungan antara proses biologis anaerobic dan aerobic.
Penggunaan proses ini merupakan proses pengolahan dengan
mengkombinasikan kedua proses untuk tujuan optimalisasi proses dengan
memanfaatkan aktivitas bakteri anaerob dan aerob dalam limbah cair.
Pengkondisian lingkungan aerob dalam system ini menggunakan suplai oksigen
bersumber dari mesin blower. Mengingat system ini memerlukan waktu endap
(retention time) yang panjang, maka implikasinya pada kebutuhan luas lahan
yang semakin luas, yang sering kali menjadi kendala teknis untuk itu
penggunaan biofilter (media) pertumbuhan bakteri dalam system ini merupakan
alternatif untuk menyiasati luas lahan, karena luas permukaan biofilter dapat
meningkatkan populasi bakteri yang jauh lebih banyak dalam bentuk biologic fil,
sehingga kebutuhan luas kontak permukaan dalam system ini dapat diperkecil,
yang berarti luas lahan yang dibutuhkan menjadi kecil.
Untuk mengetahui hasil pengelolaan IPAL dilakukan Pemantauan setiap hari
yaitu dengan mengukur PH dan debit air limbah dan melakukan pemeriksaan
parameter fisika dan kimia di laboratorium kesehatan setiap enam bulan. Kualitas
limbah (influen) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air atau lingkungan
harus memenuhi persyaratan baku mutu efluen sesuai Keputusan Menteri
lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2014.
4.

Pengelolaan makanan dan minuman


Penyehatan makanan dan minuman adalah upaya untuk mengendalikan faktor
tempat, peralatan, penjamah makanan dan proses pengolahan makanan yang dapat
atau mungkin dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau keracunan makanan.
Untuk mengetahui apakah faktor tersebut dapat atau mungkin dapat menimbulkan
gangguan kesehatan, penyakit atau keracunan makanan, perlu dilakukan analisis
terhadap rangkaian kegiatan dari faktor-faktor tersebut secara rinci. Salah satu
analisis yang perlu dilakukan adalah terhadap faktor makanan yang selanjutnya akan
dibahas satu per satu dalam uraian berikut, yang dikenal dengan sebutan enam
prinsip hygiene dan sanitasi makanan.
5. Pengendalian serangga dan tikus
Serangga, tikus dan binatang pengganggu merupakan masalah rutin di rumah
sakit, karena itu pengendaliannya harus juga dilakukan secara rutin. Mereka dapat
menjadi pembawa penyakit yang penting sekaligus menimbulkan kerugian ekonomi.
Karena kebiasaan hidupnya, mereka dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
Mereka dapat memindahkan kuman secara mekanis baik langsung kedalam
makanan/bahan pangan atau tidak langsung dengan mengkontaminasi peralatan
pengelolaan makanan dan secara biologis dengan menjadi vector/reservoir
beberapa penyakit tertentu. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu
lainya adalah upaya untuk mengurangi populasi serangga, tikus dan binatang
pengganngu lainnya sehingga keberadaanya tidak menjadi vector penularan
penyakit. Upaya dasar untuk pencegahannya adalah dengan melakukan
pengelolaan kebersihan dan sampah yang memenuhi syarat kesehatan sedangkan
untuk pemberantasan dilakukan pada tempat perindukan atau pada tempat-tempat
tertentu secara fisik, mekanis atau secara teknologi.
1.5 Landasan Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. Permen LH Nomor 56 Tahun 2015 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari fasilitas pelayanan
Kesehatan.
3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya Dan Beracun
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1335 Tahun 2002 Tentang
Standar Operasional Pengambilan dan Pengukuran Sampel Kualitas Udara Ruangan
Rumah Sakit
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492 Tahun 2010 Tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 876/Menkes/SK/VIII/2001
Tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku
Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit
9. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 86/Men.LH/10/2002 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup
BAB 2.
STANDAR KETENAGAAN

2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Kriteria / Kualifikasi SDM pada dalam Bagian Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Mitra
Sehat Medika pada saat ini adalah sebagai berikut :
No. Pendidikan Kualifikasi/ Persyaratan Jumlah
1 S1 Kesehatan Masyarakat  Pendidikan : 1 (satu) Orang
Berijazah pendidikan
formal S1 kesehatan
Masyarakat.
 Pengalaman Kerja : 6
(Enam) Tahun
 Kondisi : Sehat Fisik
Dan jasmani
2 DIII Kesehatan  Pendidikan : 1 (satu) Orang
Lingkungan Berijazah pendidikan
formal DIII Kesehatan
Lingkungan.
 Pengalaman Kerja : 6
(Enam) Tahun
 Kondisi : Sehat Fisik
Dan jasmani
3 SMP  Pendidikan : 2 (dua) Orang
Berijazah SMP.
 Pengalaman Kerja : 10
(Sepuluh) Tahun
 Kondisi : Sehat Fisik
Dan jasmani

2.2 Distribusi Ketenagaan


Distribusi ketenagaan di tentukan melalui proses analisis kebutuhan SDM berdasarkan
metode beban kerja (Workload Indicator Staff Needs) dan ditetapkan dalam Pola
Ketenagaan Rumah Sakit Mitra Sehat Medika khusus pada bagian kesehatan
lingkungan disesuaikan dengan jumlah pelayanan yang ada di bagian kesehatan
lingkungan :
1. Evaluasi kinerja SDM dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali berdasarkan ketentuan
yang ditetapkan dalam kebijakan SDM di Rumah Sakit Mitra Sehat Medika, yang
mengacu pada Pokok-Pokok Kepegawaian
2. Seluruh kebijakan SDM di Bagian Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Mitra Sehat
Medika didasarkan pada Pokok-Pokok Kepegawaian dan Kebijakan Internal Rumah
sakit yang diatur dalam PKB.

2.3 Pengaturan Jaga


1. Waktu operasional bagian Pelayanan kesehatan lingkungan Rumah Sakit Mitra
Sehat Medika di mulai jam 08.00- 16.00 dan ditetapkan dari hari senin hingga jumat
dan hari sabtu pukul 08.00- 14.00. Sehingga pengaturan jaga di berlakukan satu shif
yaitu shif pagi.
2. Hari non operasional (libur) adalah Hari Minggu dan Hari Libur Nasional yang
ditetapkan setiap tahun dan kebijakan Rumah Sakit Mitra Sehat Medika.
3. Absensi kehadiran di bagian kesehatan lingkungan Rumah Sakit menggunakan
sistem absensi Sidik Jari, sebagaimana telah diberlakukan di Rumah Sakit Mitra
Sehat Medika
4. Keterlambatan kehadiran SDM akan berimplikasi pada penilaian kinerja dan
ketentuan punishment yang diatur oleh Rumah Sakit Mitra Sehat Medika.

BAB 3.
STANDAR FASILITAS

3.1 Denah Ruang


Ruangan kantor bagian kesehatan lingkungan Rumah Sakit Mitra Sehat Medika untuk
saat ini bergabung dengan kantor kepala bagian umum dan manajemen.
3.2 Standar Fasilitas
1. Realisasi kebutuhan fasilitas di Bagian kesehatan lingkungan Rumah Sakit
didasarkan pada Anggaran yang telah direncanakan setiap tahunnya. Apabila sangat
dibutuhkan, kebutuhan fasilitas yang belum dianggarkan sebelumnya dapat
direalisasikan berdasarkan persetujuan dari Direksi Rumah Sakit Mitra Sehat
Medika. Adapun Standar fasilitas antara lain :
a. IPAL telah memiliki ijin pembuangan limbah cair dari Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Pasuruan
b. TPS Limbah B3 Telah memiliki Ijin dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Pasuruan
c. Tersedia tempat sampah secara proposional dan dilapisi dengan kantong plastik
sesuai jenis sampah.
d. Melakukan kerja sama dengan Dinas kebersihan dan Pertamanan tentang
Pembuangan Limbah padat umum ke TPA
e. Melakukan kerja sama dengan PT Global Trans Jaya setiap hari senin, PT
Wastec setiap hari rabu, PT Arah setiap hari Jumat tentang pemusnahan limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dalam hal ini limbah-limbah Infeksius
2. Pemeliharaan alat dilaksanakan setiap saat untuk menjaga kesinambungan
pengelolaan yang dilakukan.
3. Evaluasi terhadap kontinuitas pemanfaatan fasilitas dilakukan setiap bulan
4. Pelaporan hasil evaluasi dilaporkan kepada Direktur Rumah Sakit Mitra Sehat
Medika.
.

BAB 4.
TATA LAKSANA PELAYANAN

Dalam melaksanakan kegiatan pada bagian kesehatan lingkungan telah diatur sesuai
dengan uraian tugas yang telah ditetapkan antara lain :
1. Kegiatan harian :
a. Pengambilan limbah dan identifikasi limbah Infeksius
b. Pengontrolan dan perbaikan mesin-mesin pengelolaan limbah cair
c. Pengukuran PH dan debit air limbah
d. Pengontrolan IPAL
e. Pemantauan terhadap kebersihan lingkungan rumah sakit
f. Pengawasan terhadap pengelolaan kebersihan, limbah padat umum dan
pertamanan yang dilakukan oleh Petugas Pelaksana kesling.
g. Pemusnahan limbah infeksius dengan pihak ketiga
2. Kegiatan mingguan :
a. Pengontrolan pengambilan limbah umum oleh Dinas terkait
b. Pengendalian vektor penyakit (serangga, tikus dan binatang pengganggu
lainnya)
3. Kegiatan bulanan :
Pengujian kualitas air limbah bekerjasama dengan Laboratorium swasta.
4. Kegiatan setiap 3 (tiga) bulan :
Laporan Neraca Limbah B3 Ke Dinas Terkait
5. Kegiatan setiap 6 (enam) bulan :
a. Pengujian kualitas air bersih
b. Pengujian kualitas udara ambien dan kebisingan
c. Pelaporan Upaya Pengelolaan lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UKL-UPL)
BAB 5.
LOGISTIK

Dalam melakukan pelayanan pada bagian kesehatan lingkungan mulai dari kegiatan
administrasi sampai pada pengelolaan dilapangan sangat didukung oleh tersedianya bahan-
bahan logistik yang dibutuhkan dalam menunjang kegiatan sehari-hari antara lain :
1. Peralatan untuk administrasi Peralatan adminstrasi pada bagian kesehatan lingkungan
antara lain :
a. Komputer
b. Kertas
c. Balpoint
d. Spidol
e. Isolasi
f. Gunting
g. Cuter
h. Heakter
i. Box file
j. Map
k. Buku tulis dan peralatan kantor lainnya
2. Peralatan untuk pengelolaan dilapangan
a. Kantong sampah Infeksius (kuning)
b. Kantong sampah Non Infeksius (hitam)
c. Masker
d. Sarung tangan
e. Sepatu Both
f. Tempat sampah
g. Skep sampah
h. Kain pel
i. Peralatan pebaikan mesin
j. Racun tikus
k. Perangkap tikus
l. Dan peralatan pengelolaan kebersihan lainnya
BAB 6
KESELAMATAN PASIEN

Dalam melakukan kegiatan sehari-hari Keselamatan pasien merupakan hal yang perlu
diperioritaskan dalam meningkatkan pelayanan, karena rumah sakit memiliki masalah yang
kompleks karena disamping fungsinya sebagai tempat pemulihan penyakit juga berpotensi
sebagai penyebab atau sumber penyakit baru atau disebut infeksi HAIs. Infeksi HAIs adalah
infeksi yang diperoleh pasien selama berada dalam lingkungan rumah sakit. Infeksi tersebut
tidak ada atau tidak dalam masa inkubasi pada waktu pasien menginap di rumah sakit, dan
bukan infeksi kelanjutan rawat inap sebelumnya. Lingkungan rumah sakit merupakan tempat
yang memudahkan penularan berbagai penyakit infeksi. banyak patogen yang bersifat
oportunistik dan mampu berkembang di rumah sakit. Dilain pihak, kepadatan penghuni ruang-
ruang dirumah sakit memungkinkan penularan kuman melalui perbagai jalur. Kuman dapat
ditularkan kepada pasien oleh petugas, pengunjung, tindakan, bahan-bahan yang dingunakan
untuk merawat pasien dan kondisi lingkungan rumah sakit. Sasaran yang perlu mendapat
perhatian khusus pada bagian kesehatan lingkungan untuk menjaga keselamatan pasien dan
menghindari terjadinya penularan penyakit atau timbulnya penyakit baru selama pasien
menjalani proses pemulihan adalah :
1. Proses pengelolaan limbah padat
Tersedianya tempat limbah secara proposional untuk menampung limbah padat yang
dihasilkan dan pengangkutan secara periodik untuk menghindari menumpuknya limbah
yang dapat menjadi sumber vektor penyakit dan untuk estetika. Tempat penampungan
limbah padat ini tersedia sesuai jenis limbah padat yaitu limbah padat umum, Infeksius
dan benda tajam.
2. Proses pengelolaan limbah cair
Limbah cair yang dihasilkan dari aktifitas rumah sakit disalurkan secara tertutup ke
Insatalsi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) untuk menghindari kontaminasi dan penularan
penyakit dari limbah cair tersebut.
3. Proses pengelolaan kebersihan
Untuk menjaga kenyamanan, kebersihan agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi
pasien dan pengunjung pembersihan ruangan dan bangunan rumah sakit dilakukan
setiap hari sesuai jadwal dan proses yang telah ditetapkan yang dilakukan oleh petugas
khusus
4. Proses pengendalian serangga, tikus dan binatang penganggu lainnya
Melakukan pencegahan dan pemberantasan vector penyakit yang dapat menggangu
kenyamanan pasien dan pemasangan tanda-tanda larangan atau bahaya disekitar
tempat pemasangan bahan kimia/insektisida pengendalian serangga, tikus dan binatang
penganggu.
BAB 7
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil karya dan budayanya. Pelaksanaan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan
tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan
korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja, tetapi juga dapat mengganggu proses
pelayanan secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas. Dalam pelayanan keselamatan kerja dirumah sakit program keselamatan
petugas merupakan program dari penyelenggaraan panitia K3 Rumah sakit serta merupakan
tanggung jawab bersama dari setiap unit terkait yang ada dirumah sakit. Program kesehatan
fisik pekerja yang telah diatur dalam K3 rumah sakit adalah sebagai berikut :
1. Manajemen resiko terhadap bahaya kebakaran dan bencana alam
2. Pelaporan insiden kecelakaan kerja atau kasus kecelakaan kerja
3. Pemeriksaan kesehatan pegawai.
Dari uraian program tersebut diatas maka pada dasarnya usaha untuk memberikan
perlindungan kerja bagi petugas khususnya pada sub bagian kesehatan lingkungan dapat
dilakukan dengan cara :
1. Usaha preventif atau pencegahan.
Mengendalikan atau menghambat sumber-sumber bahaya yang terdapat didalam
sehingga tidak menimbulkan bahaya bagi petugas, antara lain dengan cara :
a. Melaporkan dan mengganti alat sarana yang rusak dan membahayakan.
b. Penggunaan alat pelindung
c. Mengisolasi (alat pemisah terhadap sumber bahaya )
d. Pengendalian secara teknis terhadap sumber-sumber bahaya.
e. Pemasangan petunjuk dan peringatan ditempat kerja.
f. Pelatihan dan pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja
2. Usaha represif dan kuratif
a. Segera melaporkan dan mencatat apabila ada insiden atau kasus yang ditemukan
b. Melakukan pengobatan
3. Usaha Pemeliharaan kesehatan
Dengan adanya program pemeliharaan kesehatan ini diharapkan dapat mengotrol
seluruh kesehatan petugas baik yang baru maupun lama, sehingga kualitas kesehatan
bagi seluruh karyawan dapat dipertahankan. antara lain :
a. Pemeriksaan kesehatan pada waktu karyawan pertama kali diterima kerja.
b. Pemeriksaan kesehatan karyawan yang telah lama bekerja secara periodik.
c. Tersedianya sarana penunjang kesehatan yang cukup dan memadai.
d. Memberikan perhatian khusus dan sistimatis kepada petugas yang mengalami
masalah kesehatan kerja.
e. Pemeriksaan yang sistimatis dan periodik terhadap persyaratan pengelolaan
lingkungan
Selain melindungi petugas dari kemungkinan terkena penyakit akibat kerja, keracunan
dan usaha menjaga kesehatan fisik. Perlu juga diperhatikan tentang kemungkinan
petugas memperoleh ketegangan atau tekanan selama bekerja. Sehingga kondisi yang
prima ketika melaksanakan tugas dapat dicapai secara maksimal dan
berkesinambungan.
BAB 8
PENGENDALIAN MUTU

Proses kegiatan pada bagian kesehatan lingkungan rumah sakit sangat potensi
menimbulkan resiko, oleh sebab itu dalam meminimalkan segala resiko yang dapat ditimbulkan
dari setiap kegiatan yang dilakukan adalah dengan strategi pengendalian mutu. Peningkatan
mutu pelayanan rumah sakit sangat dipengaruhi kualitas sarana fisik, tenaga yang tersedia, alat
pelindung diri, serta sarana pelayanan penunjang lainnya. Mutu pelayanan yang dilakukan
dipengaruhi oleh ada tidaknya kritikan dan keluhan dan saran dari pimpinan, rekan kerja, dan
lembaga pemerintah. Mutu akan diwujudkan jika telah ada dan berakhirnya interaksi antara
penerima pelayanan dan pemberi pelayanan. Pengendalikan mutu pelayanan pada bagian
kesehatan lingkungan mempunyai fungsi dan tugas sebagai berikut :
1. Melaksanakan pelayanan dalam pengelolaan limbah padat
2. Melaksanakan pelayanan dalam pengelolaan limbah cair
3. Melaksanakan pelayanan kebersihan
4. Melaksanakan pelayanan pengendalian vektor panyakit.
Dari fungsi dan tugas yang telah diuraikan tersebut diatas, ditetapkan pula sumber daya
manusia yang diharapkan dapat menunjang kinerja pengendalian mutu Rumah sakit. Sumber
Daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh Rumah Sakit Mitra Sehat Medika tentu sangatlah
diharapkan akan mempengaruhi kualitas pelayanan pada bagian kesehatan lingkungan dan
diharapkan dapat menghasilkan kinerja rumah sakit dalam pencapaian indikator mutu
pelayanan prima pada Rumah Sakit Mitra Sehat Medika yang didukung pula dalam hubungan
kerja sama yang baik antara unit atau bagian agar tercipta harmonisasi kerja maksimal
sehingga dapat menghasilkan mutu pelayanan yang sesuai dengan harapan.
BAB 9
PENUTUP

Lingkungan yang aman dan nyaman, tingkat efesiensi kerja yang optimal, serta berbagai
upaya penerapan kesehatan dan keselamatan kerja merupakan kondisi yang diharapakan
dalam pemulihan kesehatan, mencegah terjadinya gangguan kesehatan, kecelakaan kerja
termasuk penyakit kerja, pencemaran lingkungan kerja guna tercapainya peningkatan
produktifitas tenaga kerja dan perusahaan. Bagian kesehatan lingkungan Rumah Sakit Mitra
Sehat Medika mempunyai peran khusus dalam pengelolaan lingkungan rumah sakit oleh
karena itu diharapakan dengan tersusunya buku panduan pedoman pelayanan ini diharapakan
dapat menjadi acuan dalam pengelolaan lingkungan pada bagian kesehatan lingkungan secara
berkesinambungan.

Anda mungkin juga menyukai