Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.
Rumah Sakit mempunyai visi “ Menjadi Rumah Sakit Utama Pilihan Masyarakat Malang
Raya karena pelayanan kesehatan yang berpusat pada pasien dengan mengutamakan mutu dan
keselamatan pasien”. Pedoman Pelayanan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit sangat penting
dilakukan dalam rangka menjamin mutu lingkungan rumah sakit yang mempunyai pengaruh terhadap
proses penyembuhan pasien dan sebaliknya, keadaan pasien juga mempengaruhi mutu lingkungan
rumah sakit. Pedoman Pelayanan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit merupakan salah satu bentuk
kontribusi rumah sakit dalam rangka melestarikan lingkungan, disamping mencegah terjadinya
pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan bagi masyarakat disekitar rumah sakit.
Pedoman Pelayanan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit mempunyai urutan proses sebagai
berikut yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), menggerakan (actuating), dan
pengawasan atau pengendalian (controling) dalam rangka penyelenggaraan kesehatan lingkungan
rumah sakit yang sesuai dengan persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit menurut
KEPMENKES RI No.1204 / MENKES / SK / X / 2004. Pelaksanaan Kegiatan Penyehatan
Lingkungan Rumah Sakit memerlukan keterlibatan semua unit dan profesi yang ada di rumah sakit,
dan juga dukungan dari pihak manajemen. Oleh sebab itu buku Pedoman Pelayanan Kesehatan
Lingkungan ini disusun untuk memberikan pedoman bagi petugas rumah sakit dalam menjalankan
kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit .

B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan dari buku pedoman ini adalah sebagai acuan dalam menjalankan kegiatan penyehatan
lingkungan rumah sakit sebagai upaya meningkatkan mutu lingkungan rumah sakit yang berpengaruh
terhadap mutu pelayanan kesehatan di RS.

C. RUANG    LINGKUP   PENYEHATAN   LINGKUNGAN   RUMAH SAKIT


1. Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman
Penyehatan ruang bangunan dan halaman dimaksudkan untuk menciptakan suatu kondisi
yang nyaman, bersih, dan sehat di lingkungan rumah sakit agar tidak menimbulkan dampak
negatif yang berupa terjadinya infeksi nosokomial baik terhadap pasien, pengunjung, dan juga
karyawan rumah sakit. Kondisi ruang bangunan ini, sangat dipengaruhi oleh kualitas udara,
keadaan bangunan dan pengaturan pengisian atau penggunaan ruang itu sendiri. Ruang bangunan
dan halaman rumah sakit adalah semua ruang/unit dan halaman yang ada di dalam batas pagar
rumah sakit (bangunan fisik dan kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai keperluan
dan kegiatan rumah sakit, yang dikelompokkan berdasarkan tingkat resiko terjadinya penularan
penyakit, yaitu :
a. Zona dengan Risiko Rendah :
meliputi : ruang administrasi, ruang komputer, ruang pertemuan, ruang perpustakaan, ruang
resepsionis, dan ruang pendidikan/pelatihan.
b. Zona dengan Risiko Sedang :
meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit menular, rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan
ruang tunggu pasien.
c. Zona dengan Risiko Tinggi :
meliputi : ruang isolasi, ruang perawatan intensif, laboratorium, ruang bedah dan ruang
jenazah.
Kegiatan Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman merupakan kegiatan perencanaan,
pengawasan dan pemantauan suatu keadaan atau kondisi ruang bangunan dan halaman yang
bebas dari bahaya atau risiko minimal untuk terjadinya infeksi nosokomial dan masalah
kesehatan keselamatan kerja.
Kegiatan Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman tersebut, antara lain:
a. Inspeksi fisik ruang, bangunan dan halaman, meliputi:
1) Kebersihan ruang, bangunan dan halaman
2) Konstruksi ruang, bangunan dan halaman
3) Penataan ruangan
4) Kualitas udara ruangan Pencahayaan,
5) Penghawaan (suhu, kelembaban, tekanan udara)
6) Kebisingan
7) Fasilitas sanitasi rumah sakit
b. Membuat SPO pengambilan sampel kimia-gas udara
c. Membuat SPO pengambilan sampel mikrobiologi (swab) ruangan
d. Review prosedur yang terkait dengan penyehatan ruang bangunan dan halaman
e. Evaluasi pelaksanaan penyehatan ruang bangunan dan

2. Penyehatan Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman


Makanan dan minuman merupakan kebutuhan dasar bagi manusia untuk dapat
melanjutkan kehidupannya. Makanan dan minuman yang dibutuhkan harus sehat dalam arti
memiliki nilai gizi yang optimal, juga harus murni dan utuh  dalam arti tidak mengandung bahan
pencemar/kontaminan baik secara fisik, biologi, maupun kimia. Kegiatan Penyehatan hygiene
sanitasi makanan dan minuman di rumah sakit, menekankan terwujudnya kebersihan makanan
dan minuman dalam jalur perjalanannya sampai menjadi makanan dan minuman yang siap saji.
Tujuan penyehatan hygiene sanitasi makanan dan minuman di rumah sakit adalah tersedianya
makanan dan minuman yang berkualitas baik dan aman bagi pasien/konsumen serta terwujudnya
perilaku kerja yang sehat dan hygienis dalam menangani makanan dan minuman, sehingga
pasien/konsumen dapat terhindar dari resiko penularan penyakit/gangguan kesehatan dan
keracunan.
Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan minuman yang
disajikan dari dapur rumah sakit untuk pasien dan karyawan, makanan dan minuman yang dijual
didalam lingkungan rumah sakit atau makanan dan minuman yang dibawa dari luar rumah sakit.
Penyehatan Hygiene sanitasi makanan dan minuman adalah upaya untuk mengendalikan faktor
makanan,  orang, tempat, dan perlengkapan yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan
penyakit atau gangguan kesehatan lainnya.

Kegiatan Penyehatan Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman, antara lain :


a. Tempat :  Inspeksi sanitasi tempat pengelolaan makanan
b. Penjamah makanan
1) Membuat SPO tentang persyaratan seorang penjamah makanan
2) Membuat SPO pemeriksaan kesehatan (termasuk usap dubur) bagi penjamah makanan
c. Makanan
1) Inspeksi sanitasi makanan mulai dari bahan, penyimpanan, pengolahan, pengangkutan
dan penyajian
2) Membuat SPO pemeriksaan kualitas makanan (uji MPN)
d. Peralatan
1) Inspeksi sanitasi peralatan makanan, meliputi: bahan, fungsi, cara pembersihan dan cara
penyimpanan
2) Membuat SPO pemeriksaan kualitas peralatan makanan (uji swab).

3. Penyehatan Air.
Air bersih adalah air yang dapat dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan
kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan dapat diminum apabila dimasak.
Sedangkan air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan
yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Jumlah kebutuhan air minum dan
air bersih untuk fasilitas sanitasi rumah sakit adalah 500 liter/tempat tidur/ hari. Jumlah ini harus
terpenuhi sehingga kebutuhan air minum dan air bersih rumah sakit ini dapat mencukupi semua
kegiatan medis dan non medis. Upaya penyehatan air di rumah sakit bertujuan untuk menjamin
tersedianya air minum dan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga perlu
adanya pengawasan kualitas air yang bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai keadaan
sanitasi sarana air bersih dan kualitas air sebagai data dasar pemberian rekomendasi untuk
pengamanan kualitas air. Kualitas air tersebut, harus memenuhi syarat-syarat kesehatan yang
meliputi persyaratan fisika, kimia, mikrobiologi dan radio aktif.

Kegiatan Penyehatan air berupa pengawasan kualitas air mencakup:


a. Inspeksi sanitasi sarana air bersih dan air minum di rumah sakit
b. Pengambilan, pengiriman dan pemeriksaan sampel air
c. Analisis hasil pemeriksaan air
d. Perumusan saran dan cara pemecahan masalah yang timbul dari hasil kegiatan a, b, dan c
e. Kegiatan tindak lanjut berupa pemantauan upaya penanggulangan/perbaikan.

4. Pengelolaan Limbah.
Limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan. Limbah rumah sakit adalah semua limbah
yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang
dapat mengandung mikroorganisme patogen, bersifat infeksius, bahan kimia beracun dan
sebagian bersifat radioaktif. Limbah rumah sakit berasal dari limbah berbagai unit/instalasi ang
ada dirumah sakit
Berdasarkan bentuk fisiknya, maka limbah rumah sakit dapat dibedakan yaitu:
a. Limbah padat
Adalah semua limbah yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit, yang terdiri
dari :
1) Limbah padat non medis
Adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit di luar medis yang
berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali
apabila ada tehnologinya.
2) Limbah padat medis
Adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda
tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah
kontainer bertekanan dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
Kegiatan Pengelolaan Limbah Padat (medis dan non medis), antara lain:
1) Minimalisasi limbah padat, meliputi:
a. Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia
b. Monitoring alur penggunaan bahan kimia sampai menjadi bahan berbahaya dan
beracun
2) Pemilahan, pewadahan dan pemanfaatan kembali/daur ulang limbah padat
3) Pengolahan, pemusnahan dan pembuangan akhir limbah padat
b. Limbah cair
Adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit, yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif serta darah
yang berbahaya bagi kesehatan. Dalam pengendalian pencemaran air, pihak rumah sakit
diwajibkan untuk membuang limbah cairnya sesuai baku mutu lingkungan. Adapun
parameter limbah cair yang perlu diolah adalah BOD, COD, TSS, NH3 bebas, suhu, pH dan
PO4, sesuai dengan persyaratan baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit.
Kegiatan Pengelolaan Limbah Cair, antara lain:
1) Monitoring kebersihan saluran air limbah, bak kontrol dan pre treatment .
2) Mengukur debit limbah cair yang masuk ke IPAL setiap hari.
3) Memantau kualitas effluent limbah cair secara fisika-kimia sebulan sekali .
4) Membuat SPO pemantauan kualitas effluent limbah cair (uji petik) setiap 3 bulan sekali.
c. Limbah gas.
Adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran di rumah
sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi, dan pembuatan obat
citotoksik. Limbah gas/emisi dapat berupa makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen
lain yang dihasilkan dari kegiatan yang masuk atau dimasukkan ke dalam udara ambien.
Kegiatan Pengelolaan Limbah Gas, meliputi :
1) Membuat SPO pemantauan limbah gas berupa NO2, So2, logam berat, dan dioksin yang
dilakukan 1 (satu) kali setahun
2) Monitoring suhu pembakaran minimum 1.000° C untuk pemusnahan bakteri patogen,
virus, dioksin, dan mengurangi jelaga.
3) Melakukan penghijauan dengan menanam pohon yang banyak memproduksi gas oksigen
dan dapat menyerap debu.
4)
5. Pengelolaan Tempat Pencucian Linen.
Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana
penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan disinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja
dan meja setrika. Di tempat pencucian/laundry, penumpukan-penumpukan linen kotor dapat
menimbulkan gangguan kesehatan bagi para pekerja laundry dan juga dapat mengotori linen-
linen yang sudah bersih. Kegiatan Pengelolaan Tempat Pencucian Linen, adalah sebagai berikut :
a. Inspeksi proses pengelolaan linen mulai dari pengumpulan, penerimaan, pengeringan,
penyetrikaan, penyimpanan dan distribusi/pengangkutan.
b. Monitoring penggunaan jenis deterjen dan desinfektan untuk proses pencucian yang ramah
lingkungan agar limbah cair yang dihasilkan mudah terurai oleh lingkungan.
c. Membuat SPO pemeriksaan kualitas linen bersih yaitu standar kuman bagi linen bersih
setelah keluar dari proses tidak mengandung 6 x 10³ spora spesies Bacilus per inci persegi.

6. Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang pengganggu lainnya


Serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya yang biasa disebut dengan vektor,
merupakan masalah rutin yang ada dirumah sakit. Vektor (serangga dan tikus), dalam program
sanitasi rumah sakit adalah semua jenis serangga dan tikus yang dapat menularkan beberapa
penyakit tertentu, merusak bahan pangan di gudang dan peralatan instalasi rumah sakit.
Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya berguna untuk memutus
mata rantai penularan penyakit dan mencegah timbulnya kerugian ekonomi akibat dari rusaknya
bahan pangan dan alat-alat rumah sakit seperti linen, peralatan kantor, dan lain sebagainya.
Kegiatan Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang pengganggu lainnya adalah sebagi berikut:
a. Mengukur kepadatan lalat dan jentik Aedes sp yang diamati melalui indeks kontainer (harus
nol).
b. Inspeksi langsung lubang-lubang tanpa kawat kasa.
c. Membasmi tikus, kecoa dan kucing.

7. Perlindungan Radiasi
Radiasi adalah emisi dan penyebaran energi melalui ruang (media) dalam bentuk
gelombang elektromagnetik/partikel/elementer dengan kinetik yang sangat tinggi yang dilepaskan
dari bahan atau alat radiasi yang digunakan oleh instalasi di rumah sakit. Pengamanan dampak
radiasi adalah upaya perlindungan kesehatan masyarakat dari dampak radiasi melalui promosi
dan pencegahan risiko atas bahaya radiasi, dengan melakukan kegiatan pemantauan, investigasi,
dan mitigasi pada sumber, media lingkungan dan manusia yang terpajan atau alat yang
mengandung radiasi.
Kegiatan Perlindungan Radiasi tersebut antara lain:
a. Pemantauan, investigasi dan mitigasi petugas, lingkungan dan peralatan Radiologi.
b. Membuat SPO pemeriksaan kesehatan bagi petugas/masyarakat yang terpajan radiasi.
8. Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah suatu proses untuk memampukan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka. Promosi hygiene dan sanitasi adalah
penyampaian pesan tentang hygiene dan sanitasi rumah sakit kepada pasien/keluarga pasien,
pengunjung, karyawan baru maupun karyawan lama serta masyarakat sekitarnya agar
mengetahui, memahami, menyadari, dan mau membiasakan diri berperilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) serta dapat memanfaatkan fasilitas sanitasi rumah sakit dengan benar. Promosi
kesehatan lingkungan adalah penyampaian pesan tentang yang berkaitan dengan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat yang biasa disebut dengan PHBS yang sasarannya ditujukan kepada karyawan.
Didalam PerMenKes No.1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit
menyebutkan bahwa persyaratan promosi kesehatan lingkungan yang harus diselenggarakan oleh
setiap rumah sakit yaitu berupa upaya promosi higiene dan sanitasi. Upaya promosi ini
dilaksanakan oleh tenaga / unit organisasi yang menangani promosi kesehatan lingkungan rumah
sakit dengan menggunakan cara langsung, media cetak maupun media elektronik.
1.4. BATASAN OPERASIONAL.
1. Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman : menciptakan suatu kondisi yang nyaman, bersih, dan
sehat dilingkungan rumah sakit agar tidak menimbulkan dampak negatif yang berupa terjadinya infeksi
nosokomial baik terhadap pasien, pengunjung, dan juga karyawan rumah sakit.
2. Ruang Bangunan dan Halaman Rumah Sakit : semua ruang / unit dan halaman yang ada di dalam batas
pagar rumah sakit (bangunan fisik dan kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan
kegiatan rumah sakit.
3. Makanan dan Minuman di Rumah Sakit : semua makanan dan minuman yang disajikan dari dapur
rumah sakit untuk pasien dan karyawan; makanan dan minuman yang dijual didalam lingkungan rumah
sakit atau makanan dan minuman yang dibawa dari luar rumah sakit.
4. Air Minum : air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum.
5. Air Bersih : air yang dapat dipergunakan untuk keperluan sehari – hari dan kualitasnya memenuhi
persyaratan kesehatan air bersih dan dapat diminum apabila dimasak.
6. Limbah Padat Non Medis : limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit di luar medis yang
berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada
tehnologinya. Limbah Padat Medis : limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi,
limbah beda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah
kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
7. Limbah Cair : semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit, yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif serta darah yang
berbahaya bagi kesehatan.
8. Limbah Gas : semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran di rumah sakit
seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi, dan pembuatan obat citotoksik.
9. Insinerasi : suatu proses dimana limbah padat medis dibakar dengan oksigen dari udara dan diubah
menjadi gas hasil pembakaran serta residu berupa abu.
10. Laundry : tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci,
alat dan disinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja dan meja setrika.
11. Pengendalian serangga, tikus dan binatang penggangu : upaya untuk mengurangi populasi serangga,
tikus dan binatang penggangu lainnya sehingga keberadaannya tidak menjadi vektor penularan penyakit.
12. Dekontaminasi : upaya mengurangi dan atau menghilangkan kontaminasi oleh mikroorganisme pada
orang, peralatan, bahan, dan ruang melalui pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi dengan cara fisik dan
kimiawi.
13. Desinfeksi : upaya untuk mengurangi/menghilangkan jumlah mikroorganisme patogen penyebab
penyakit (tidak termasuk spora) dengan cara fisik dan kimia.
14. Sterilisasi : upaya untuk menghilangkan semua mikroorganisme dengan cara fisik dan kimia.
15. Radiasi : emisi dan penyebaran energi melalui ruang (media) dalam bentuk gelombang
elektromagnetik atau partikel – partikel atau elementer dengan kinetik yang sangat tinggi yang dilepaskan
dari bahan atau alat radiasi yang digunakan oleh instalasi di rumah sakit.
16. Pengamanan Dampak Radiasi : upaya perlindungan kesehatan masyarakat dari dampak radiasi
melalui promosi dan pencegahan risiko atas bahaya radiasi, dengan melakukan kegiatan pemantauan,
investigasi, dan mitigasi pada sumber, media lingkungan dan manusia yang terpajan atau alat yang
mengandung radiasi.
17. Promosi higiene dan sanitasi : penyampaian pesan tentang higiene dan sanitasi rumah sakit kepada
pasien / keluarga pasien, pengunjung, karyawan baru maupun karyawan lama serta masyarakat sekitarnya
agar mengetahui, memahami, menyadari, dan mau membiasakan diri berperilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) serta dapat memanfaatkan fasilitas sanitasi rumah sakit dengan benar.
18. Promosi kesehatan lingkunga : penyampaian pesan tentang yang berkaitan dengan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat yang biasa disebut dengan PHBS yang sasarannya ditujukan kepada karyawan.
1.5. LANDASAN HUKUM.
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3.
6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.875/Menkes/SK/PER/VII/2001 tentang
penyusunan upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan.
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.876/Menkes/SK/PER/VII/2001 tentang
pedoman teknis analisis dampak kesehatan lingkungan.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1204/Menkes/SK/PER/XI/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
10. Peraturan Menteri Kessehatan Republik Indonesia No. 715 / MENKES / SK / V / 2003 tentang
persyaratan higiene sanitasi jasaboga.
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1335/MENKES/SK/X/2002 tentang standar
operasional pengambilan dan pengukuran sampel kualitas udara ruangan di rumah sakit.
12. Peraturan Pemerintah RI No.20 tahun 1990 tentang pengendalian pencemaran air.
13. Perarturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 416/ MENKES/PER/IX/1990 tentang syarat –
syarat dan pengawasan kualitas air.
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.986 / MENKES / PER / 1992 tentang fasilitas
sanitasi rumah sakit.
15. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No.53 tahun 1999 tentang baku mutu air
buangan rumah sakit.
16. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-13 / MENLH / 12 / 1995 tentang Baku Mutu
Emisi Sumber Tidak Bergerak.
17. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.Kep.02 / MENKLH / I / 1998
tentang air.
18. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 907 tahun 2002 tentang syarat – syarat
pengawasan kualitas air minum.
19. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.373/Menkes/SK/PER/III/2007 tentang Standar
Profesi Sanitarian.
20. Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 61 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Rumah Sakit di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur.
21. Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan Indonesia Nomor 047/YBI/VII/2011 tentang Struktur
Organisasi Rumah Sakit .
22. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia, Departamen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2002.
23. Pedoman Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah Cair, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Tahun 1993.

Anda mungkin juga menyukai