Tentang
PENGELOLAAN LIMBAH RS
RS MITRA ANUGRAH LESTARI
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Ketiga : Surat Keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal 7 Januari 2015.
Ditetapkan di Cimahi
Pada tanggal 7 Januari 2015
RS Mitra Anugrah Lestari
PENGELOLAAN LIMBAH
RUMAH SAKIT MITRA ANUGRAH LESTARI
1. Rumah sakit menetapkan regulasi tentang pengelolaan limbah (cairan tubuh, penanganan
dan pembuangan darah serta komponen darah, pelaporan pajanan limbah infeksius) Rumah
Sakit untuk meminimalkan risiko infeksi dan dilaksanakan monitoring, evaluasi serta tindak
lanjut
2. Rumah Sakit mengurangi risiko infeksi melalui pengelolaan limbah infeksius dengan benar,
guna untuk mencegah dan mengendalikan infeksi Rumah Sakit, menjamin kesehatan dan
keselamatan pekerja dan mencegah pencemaran lingkungan
3. Rumah sakit menyelenggarakan pengelolaan limbah dengan benar untuk meminimalkan
risiko infeksi melalui kegiatan sebagai berikut :
a. Pengelolaan limbah cairan tubuh infeksius
b. Penanganan dan pembuangan darah serta komponen darah
c. Pemulasaraan jenazah dan bedah mayat
d. Pengelolaan limbah cair
e. Pelaporan pajanan limbah infeksius
4. Disetiap ruangan dilakukan pengelolaan limbah Rumah Sakit dengan baik dan benar sesuai
jenis wadah dan label limbah medis sesuai kategorinya.
5. Setiap ruangan harus menyediakan tempat pembuangan sampah, Alat Pelindung Diri
(APD), petugas kebersihan yang terlatih dan troli khusus sampah yang tertutup
6. Tim PPIRS, bertanggung jawab mengawasi penyelenggaraan pengelolaan limbah rumah
sakit.
7. Pemilahan limbah Rumah Sakit harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan
limbah (petugas ruangan-ruangan).
8. Pemilahan limbah Rumah Sakit, Limbah Medis Infeksius, non-Infeksius dan limbah cair
harus dikelola dengan benar
9. Pewadahan limbah Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan dengan penggunaan wadah
dengan warna dan label tertentu
10. Petugas pengelola harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
11. Tempat penampungan limbah padat khususnya sampah, tersedia dalam jumlah dan jenis
yang cukup
Ditetapkan di Cimahi
Pada tanggal 7 Januari 2015
RS Mitra Anugrah Lestari
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Buku Pedoman Pengelolaan Limbah Padat dan Cair di
Rumah Sakit Mitra Anugrah Lestari ini berhasil disusun.
Perlu disadari bahwa masih kurangnya kualitas dan kuantitas pengendalian infeksi di
rumah sakit sangat terkait komitmen pimpinan rumah sakit serta memerlukan dukungan dari
para klinisi di rumah sakit. Infeksi nosokomial pada prinsipnya dapat dicegah, walaupun
mungkin tidak dapat dihilangkan sama sekali. Untuk itu telah disusun Pedoman Pengelolaan
Limbah Padat dan Cair di Rumah Sakit yang aplikatif sehingga diharapkan penyelenggaraan
pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dapat dilakukan lebih optimal.
Terima kasih yang sebesar besarnya, kami haturkan kepada Direktur RS Mitra Anugrah
Lestari yang telah memberikan dukungan moril dan materiil dalam pembuatan pedoman ini,
para pejabat struktural dan tenaga fungsional di lingkungan RS Mitra Anugrah Lestari yang
telah memberikan masukan dalam proses penyusunan pedoman ini, serta seluruh staf di RS
Mitra Anugrah Lestari yang telah dan akan berpartisipasi aktif mulai dari proses penyusunan,
pelaksanaan sampai pada proses monitoring dan evaluasi pedoman ini.
Tim PPI
BAB I
4
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Derajat Kesehatan Masyarakat tergantung pada kondisi lingkungan. Oleh sebab itu,
apabila ada perubahan-perubahan terjadi pada lingkungan disekitar manusia, akan terjadi
pula perubahan-perubahan pada kondisi kesehatan masyarakat dalam lingkungan
masyarakat tersebut.
Rumah Sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat,
menghasilkan limbah / bahan buangan dari kegiatan pelayanan kesehatan yang
dilakukannya. Limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit memiliki kekhususan tersendiri yaitu
limbah padat medis / infeksius oleh karena itu memerlukan penanganan khusus.
Limbah padat medis yang dihasilkan dari seluruh kegiatan pelayanan medis dapat
berupa limbah padat medis, cair dan gas, yang dalam penanganannya memerlukan suatu
tatalaksana dan teknologi pengelolaan yang khusus. Ini dikarenakan limbah padat medis
rumah sakit mengandung bahan-bahan yang bersifat infeksius dan radioaktif, yang dapat
mencemari lingkungan sekitarnya dan berbahaya bagi kesehatan manusia (tergolong
limbah B3).
Sumber limbah rumah sakit antara lain berasal dari pelayanan medis (Rawat Inap,
Rawat Jalan / Poliklinik, Rawat Intensif, Rawat Darurat, Haemodialisa, Kamar Jenazah dan
Kamar Operasi), penunjang medis, dan dari perkantoran serta fasilitas sosial dan lain-lain.
Mengacu pada keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002
Tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, dan
atas dasar pemikiran dan latar belakang diatas, maka dipandang perlu penyusunan suatu
pedoman dalam penatalaksanaan pengelolaan limbah padat dan cair di Rumah Sakit Mitra
Anugrah lestari.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan pengelolaan limbah padat dan cair di
Rumah Sakit Mitra Anugrah Lestari.
2. Tujuan Khusus
a. Menjadi pedoman dalam pengelolaan limbah padat dan cair di Rumah Sakit Mitra
Anugrah Lestari.
b. Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi petugas limbah tentang
teknologi pengolahan serta pemeliharaan limbah padat dan cair di Rumah Sakit
Mitra Anugrah Lestari
c. Dapat meningkatkan pengetahuan bagi pihak manajemen Rumah Sakit Mitra
Anugrah Lestari dalam pengambilan keputusan pada pemilihan teknologi
pengolahan limbah padat dan cair
d. Dapat meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja bagi
petugas pengelola limbah
C. Manfaat
Pedoman penatalaksanaan limbah padat dan cair ini dibuat sebagai tuntunan petugas
Rumah Sakit Mitra Anugrah Lestari dalam mengelola limbah padat medis dan cair, dan
digunakan sebagai acuan untuk pelaksanaan tugas berkaitan dengan lingkup kerja dalam
rangka upaya peningkatan mutu pelayanan yang aman bagi manusia dan lingkungan.
D. Ruang Lingkup
Lingkup pedoman pengelolaan limbah padat dan cair Rumah Sakit Mitra Anugrah
Lestari meliputi teknologi, pemeliharaan, pengawasan dan tatalaksana pengolahan limbah
padat dan cair. Dalam pedoman ini yang dibahas hanya limbah padat medis saja,
sedangkan limbah padat non medis tidak dibahas karena tidak membahayakan. Limbah
radioaktif, karena sifat-sifatnya yang khas juga tidak dibahas.
E. Pengertian
1. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah
sakit dalam bentuk padat, cair dan gas.
2. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk
padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah padat medis dan non
medis.
3. Limbah padat medis adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius,
limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi,
limbah radioaktif, limbah kantainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam
berat yang tinggi.
4. Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan
rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman
yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.
5. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan
rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan
radioaktif serta darah, yang berbahaya bagi kesehatan.
6. Limbah B3 adalah limbah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun bagi
kesehatan manusia dan lingkungan.
7. MSDS (Material Safety Data Sheet) atau LDKB (Lembar Data Keselamatan
Bahan) merupakan kumpulan data keselamatan dan petunjuk dalam penggunaan
bahan-bahan kimia berbahaya. Pembuatan LDKB dimaksudkan sebagai informasi acuan
bagi para pekerja dan supervisor yang menangani langsung dan mengelola bahan kimia
berbahaya.
F. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. Peraturan Pemerintah Nomor 40/1991 tentang penanggulangan penyakit Menular
4. Peraturan Pemerintah Nomor 18/1999 jo Peraturan Pemerintah Nomor 85 v Tahun
1999 tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun
5. Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (Lembaran Negara Nomor 59 Tahun1999, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3838)
6. Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya
dan Beracun
7. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air ( Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4161)
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 875/Men.Kes/SK/VII/2001
Tentang Penyusunan Upaya pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup Kegiatan Bidang Kesehatan)
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 876/Men.Kes/SK/VIII/2001
Tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
11. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5/Men.LH/2014 lampiran XLIV
Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Usaha dan atau Kegiatan Pelayanan Rumah Sakit
12. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86/Men.LH/10/2002 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup
13. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112/Men.LH/7/2003 Tentang
Baku Mutu Air Limbah Domestik
14. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 45/ Men.LH/4/2005 Tentang
Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
(RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL).
BAB II
ORGANISASI PENGELOLA LIMBAH RUMAH SAKIT
Pelayanan sanitasi rumah sakit diselenggarakan dalam kaitan untuk menciptakan kondisi
lingkungan rumah sakit yang bersih, nyaman, dan mengutamakan faktor keselamatan pasien
sebagai pendukung usaha penyembuhan penderita, mencegah pemaparan terhadap bahaya-
bahaya lingkungan rumah sakit termasuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial dan
menghindarkan pencemaran ke lingkungan luar rumah sakit.
Di samping itu, dalam rangka pengembangan rujukan upaya kesehatan khususnya rujukan
medik, pemanfaatan berbagai disiplin ilmu merupakan suatu keharusan. Pemecahan masalah
medik untuk penyembuhan dan pemulihan penderita tidak cukup hanya dengan pengobatan
peralatan yang cermat saja, tetapi juga memerlukan ilmu-ilmu lainnya. Sehubungan dengan hal
tersebut maka sanitasi rumah sakit sebagai disiplin ilmu yang berinduk kepada ilmu teknik
penyehatan diantara berbagai disiplin ilmu merupakan bagian integral dari upaya pelayanan
rumah sakit.
Ruang lingkup sanitasi rumah sakit meliputi :
1. Aspek kerumah tanggaan (house keeping) :
a. Kebersihan gedung secara keseluruhan.
b. Kebersihan dinding dan lantai.
c. Pemeriksaan karpet dan lantai.
d. Kebersihan kamar mandi dan fasilitas toilet.
e. Penghawaan dan pembersihan udara.
f. Gudang dan ruangan.
g. Pelayanan makanan dan minuman.
2. Aspek khusus sanitasi rumah sakit :
a. Penanganan sampah kering yang mudah terbakar.
b. Pembuangan sampah basah.
c. Pembuangan sampah kering tidak mudah terbakar.
d. Tipe insinerator rumah sakit.
e. Kesehatan kerja dan proses operasional.
f. Pencahayaan dan instalasi listrik.
g. Radiasi.
h. Sanitasi linen dan prosedur pencucian.
i. Teknik-teknik aseptic
j. Tempat cuci tangan.
k. Pakaian operasi.
l. Sistem isolasi (shielding) sempurna.
3. Aspek dekontaminasi, disinfeksi, dan sterilisasi.
4. Aspek pengendalian serangga dan binatang pengganggu.
5. Aspek pengawasan pasien dan pengunjung rumah sakit.
6. Aspek perundang-undangan di bidang sanitasi rumah sakit.
7. Aspek kesiap siagaan menghadapi dan menanggulangi bencana.
8. Aspek pengawasan kesehatan petugas laboratorium.
9. Aspek penanganan bahan-bahan radioaktif.
10. Aspek standarisasi sanitasi rumah sakit.
Organisasi sebagai wadah kegiatan merupakan aspek statis penyelenggaraan usaha
sanitasi rumah sakit, harus berpedoman kepada ketentuan-ketentuan yang ada termasuk
struktur organisasi rumah sakit. Wadah secara organisasi penyelenggaraan usaha sanitasi
rumah sakit merupakan bentuk pelembagaan formal untuk menyelenggarakan usaha sanitasi
rumah sakit. Pengorganisasian usaha sanitasi rumah sakit harus mencerminkan fungsi dinamis
dengan wadah kegiatan terdiri dari unsur :
1. Pimpinan layanan sanitasi rumah sakit
2. Teknis sanitasi
3. Penunjang layanan sanitasi
Tugas-tugas dalam sanitasi rumah sakit :
1. Mengembangkan prosedur rutin termasuk manual untuk pelaksanaannya.
2. Melatih dan mengawasi karyawan-karyawan tertentu termasuk petugas cleaning service.
3. Membagi tugas dan tanggung jawab.
4. Melapor kepada atasan atau pimpinan rumah sakit.
Petugas yang berwenang dalam pelaksanaan usaha sanitasi rumah sakit merupakan kunci
dalam panitia/komite keamanan dan harus melaksanakan tugasnya dalam pengawasan infeksi.
Petugas harus melakukan suatu pengamatan (surveilence) sanitasi yang efektif dan
melaporkan pelaksanaan programnya kepada pimpinan rumah sakit. Petugas sanitasi rumah
sakit menentukan hasil layanan yang paling dominan dalam usaha pelayanan sanitasi rumah
sakit. Petugas sebagai pemberi layanan kepada penderita dapat mempengaruhi proses
pengobatan. Hubungan psikobiososial penderita dengan petugas maupun dengan penunjung
dapat mempengaruhi hasil penyembuhan, lebih-lebih apabila interaksi faktor biopsikososial ini
berproses dalam suasana lingkungan yang bersih, nyaman, dan asri.
BAB III
KATEGORI LIMBAH KLINIS
Dalam kaitan dengan pengelolaan limbah klinis, golongan limbah klinis dapat dikategorikan
menjadi lima jenis berikut :
A. Golongan A, terdiri dari: dressing bedah, swab, dan semua bahan
yang bercampur dengan bahan-bahan tersebut, bahan-bahan linen dari kasus penyakit
infeksi, serta seluruh jaringan tubuh menusia (terinfeksi maupun tidak), bangkai atau
jaringan hewan dari laboratorium dan hal-hal lain yang berkaitan dengan swab dan
dressing.
Pelaksanaan pengelolaan :
1. Dressing bedah yang kotor, swab, dan limbah lain yang terkontaminasi deri ruang
pengobatan hendaknya di tampung pada bak penampungan limbah medis/medis yang
mudah dijangkau atau bak sampah yang dilengkapi dengan pelapis pada tempat
produksi sampah. Kantong pelapis tersebut hendaknya diambil paling sedikit satu hari
sekali atau bila tiga perempat penuh. Kemudian diikat dengan kuat sebelum diangkut
dan ditampung sementara di bak sampah medis.
2. Prosedur yang digunakan untuk penyakit infeksi harus disetujui oleh pimpinan yang
bertanggung jawab. Kepala Instalasi Sanitasi dan Dinas Kesehatan c/q. Sub Dinas PKL
setempat.
3. Semua jaringan tubuh, plasenta dan lain-lain hendaknya ditampung pada bak limbah
medis atau kantong lain yang tepat dan kemudian dimusnahkan dengan insinerator.
Kecuali bila terpaksa, jaringan tubuh tidak boleh dicampur dengan sampah lain pada
saat pengumpulan.
4. Perkakas laboratorium yang terinfeksi hendaknya dimusnahkan dengan insinerator.
Insinerator yang digunakan merupakan milik pihak ketiga yang melakukan kerjasama
dengan rumah sakit menggunakan MoU.
B. Golongan B, terdiri dari: syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan
gelas, dan benda-benda tajam lainnya.
Pelaksanaan pengelolaan :
Syringe, jarum dan cartridges hendaknya dibuang dengan keadaan tertutup. Sampah jenis
ini hendaknya ditampung dalam safety box atau bak tahan benda tajam yang bila telah
penuh ditutup dan ditampung dalam bak sampah medis sebelum diangkut dan
dimusnahkan dengan insinerator.
C. Golongan C, terdiri dari: limbah dari ruang laboratorium dan post-
partum kecuali yang termsuk dalam golongan A.
Pelaksanaan pengelolaan :
Pembuangan sampah medis yang berasal dari Laboratorium patologi klinik, haemotologi,
dan transfusi darah, dibuat dalam kode pencegahan infeksi dalam laboratorium medis dan
ruang post-mortum dan publikasi lain.
D. Golongan D, terdiri dari: limbah bahan kimia dan bahan-bahan
farmasi tertentu.
Pelaksanaan pengelolaan :
Barang dari produk medis yang baru sebagian digunakan hendaknya dikembalikan kepada
petugas yang bertanggung jawab di bagian farmasi.
E. Golongan E, terdiri dari: pelapis bed-pan disposable, urinoir,
incontinence-pad, dan stamage bags.
Pelaksanaan pengelolaan :
Kecuali yang berasal dari ruang dengan risiko tinggi, isi dari sampah dari golongan ini bisa
dibuang melalui saluran air, WC atau unit pembuangan untuk itu. Sampah yang tidak dapat
dibuang melalui saluran air hendaknya disimpan dalam bak sampah medis dan
dimusnahkan dengan insinerator.
BAB IV
LIMBAH PADAT MEDIS DAN NON MEDIS
B. Karakteristik limbah
Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme, tergantung
pada fasilitas yang dimiliki dan tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang.
Limbah padat non medis dibuang ke lokasi pembuangan akhir yang dikelola oleh pihak
ketiga sesuai peraturan-perundangan yang berlaku. Limbah padat medis sebagai tempat
penampungan sementara harus diolah dengan Instalasi Pengolah Limbah Padat (IPLP)
selambat-lambatnya 24 jam.
Limbah cair menurut sumber / kegiatan yang menghasilkan limbah cair dapat dibagi
menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Pelayanan medis
2. Pelayanan penunjang medis
3. Administrasi dan fasilitas sosial
Adapun parameter limbah cair yang perlu diolah adalah :
1. BOD
2. COD
3. TSS
4. NH3 bebas
5. Suhu
6. pH
7. PO4
sesuai dengan persyaratan Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Rumah Sakit,
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep.58/MENLH/12/1995.
Tabel 2. Jenis wadah dan label limbah padat medis sesuai kategorinya
N Warna kontainer /
Kategori Lambang Keterangan
o kantong
1 Radioaktif Merah Kantong boks timbal dengan
simbol radioaktif
2 Sangat Kuning Kantong plastik kuat, anti bocor,
infeksius atau kontainer yang dapat
disterilisasi dengan autoklaf
3 Limbah Kuning Plastik kuat dan anti bocor atau
infeksius dan kontainer
patologi
anatomi
Sitoksis Ungu Kontainer plastik kuat dan anti
bocor
5 Limbah kimia Coklat Kantong plastik atau kontainer
dan farmasi
D. Tatalaksana limbah
1. Limbah padat medis
a. Minimisasi limbah
1) Pilih bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah
sebelum pembelian.
2) Gunakan sedikit mungkin bahan kimia.
3) Utamakan metode pembersihan secara fisik daripada
kimiawi.
4) Cegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah, seperti
dalam kegiatan perawatan dan kebersihan.
5) Monitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku
sampai menjadi limbah bahan berbahaya dan beracun.
6) Pesan bahan-bahan sesuai dengan kebutuhan.
7) Gunakan bahan-bahan yang diproduksi lebih awal untuk
menghindari kadaluarsa.
8) Habiskan bahan dari setiap kemasan (isi kemasan harus
habis digunakan sebelum kemasannya dibuang).
9) Cek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat
penerimaan.
b. Pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur ulang
1) Lakukan pemilahan jenis limbah padat medis mulai dari
sumber yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam,
limbah farmasi, limbah sititoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah
kontainer bertekanan dan limbah dengan kandungan logam berat tinggi.
2) Tempat pewadahan limbah padat medis :
a) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap
air dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya
fiberglass.
b) Pada setiap sumber penghasil limbah padat medis harus tersedia
tempat pewadahan yang terpisah dengan limbah padat non medis.
c) Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang dari dari sehari
apabila 2/3 bagian telah terisi limbah.
d) Untuk benda-benda tajam ditampung pada tempat khusus (safety
box) seperti botol atau karton yang aman.
e) Tempat pewadahan limpah padat infeksius dan sititoksik yang
tidak langsung kontak dengan limbah harus segera dibersihkan dengan
larutan disinfektan apabila akan digunakan kembali, sedangkan untuk
kantong plastik yang telah dipakai dan kontak langsung dengan limbah
tersebut tidak boleh digunakan kembali.
3) Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah
melalui sterilisasi meliputi pisau bedah (scapel), jarum hipodermik, syringe, botol
gelas dan kontainer.
c. Tempat penampungan sementara
1) Limbah padat medis dimusnahkan melalui kerjasama dengan medivest.
2) Sebelum pemusnahan ditempung penampungan sementara selama 1 minggu
dengan berat sampah kurang lebih 60 kg/minggu. disimpan pada suhu ruang.
d. Transportasi
1) Kantong limbah padat medis sebelum dimasukkan ke
kendaraan pengangkut harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup.
2) Kantong limbah medis padat harus aman dari jangkauan
manusia maupun binatang.
3) Petugas harus menggunakan alat pelindung diri (APD)
yang terdiri dari :
a) Topi / helm;
b) Masker;
c) Pelindung mata;
d) Pakaian panjang (coverall)
e) Apron untuk industri;
f) Pelindung kaki / sepatu boot; dan
g) Sarung tangan khusus (disposable glove atau heavy duty gloves)
e. Pengolahan, pemusnahan dan pembuangan akhir limbah
padat
1) Limbah infeksius dan benda tajam
a) Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen infeksius
dari laboratorium harus disterilisasi dengan pengolahan panas dan basah
seperti dalam autoclave sedini mungkin. Untuk limbah infeksius yang lain
cukup dengan cara disinfeksi.
b) Benda tajam harus diolah dengan insinerator bila memungkinkan dan dapat
dolah bersama dengan bahan infeksius lainnya. Kapsulisasi juga cocok untuk
benda tajam.
c) Setelah insinerasi atau disinfeksi, residunya dapat dibuang ke tempat
pembuangan B3 atau dibuang ke landfill jika residunya sudah aman.
d) Pemusnahan limbah infeksius dan benda tajam, Rumah Sakit Mitra Anugrah
Lestari bekerja sama dengan pihak ke 2 PT Medivest
2) Limbah Farmasi.
a) Penampungan sementara limbah farmasi terpisah dengan limbah padat
infeksius.
b) Pemusnahan limbah farmasi, Rumah Sakit Mitra Anugrah Lestari bekerja
sama dengan pihak ke PT. Wastek.
3) Limbah Sitotoksis
a) Limbah sitotoksis sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang
dengan penimbunan atau ke saluran limbah umum.
b) Pembuangannya adalah dikembalikan ke perusahan penghasil
atau distributornya, insinerasi pada suhu tinggi dan degradasi kimia. Bahan
yang belum dipakai dan kemasannya masih utuh karena kadarluasa harus
dikembalikan ke distributor apabila tidak ada Instalasi Pengelolah Limbah
Padat (IPLP) dan diberi keterangan sudah kadarluasa atau tidak lagi dipakai.
4) Limbah Bahan Kimia
a) Pembuangan Limbah Kimia biasa
b) Limbah kimia biasa yang tidak bisa di daur ulang seperti gula, asam amino
dan garam tertentu dapat dibuang ke saluran air kotor.
c) Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah kecil seperti residu yang
terdapat dalam kemasan sebaiknya dibuang dengan insinerasi pirolitik,
kapsilisasi atau ditimbun (landfill)
d) Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah besar ditentukan oleh
sifat bahaya yang dikandung loeh limbah tersebut. Limbah tertentu yang bisa
dibakar seperti banyak bahan pelarut dapat diinsinerasi. Namun bahan
pelarut dalam jumlah besar seperti pelarut halogenida yang mengandung
klorin atau florin tidak boleh diinsinerasi kecuali insineratornya dilengkapi
dengan alat pembersih gas.
e) Cara lain dengan mengembalikan ke distributornya yang akan menanganinya
dengan aman.
f) Yang harus diperhatikan dalam penangan limbah kimia berbahaya :
(1) Limbah berbahaya yang komposisinya berbeda harus dipisahkan untuk
menghindari reaksi kimia yang tidak diinginkan.
(2) Limbah kimia berbahaya dalam jumlah besar tidak boleh ditimbun karena
dapat mencemari air tanah.
(3) Limbah kimia disinfekatan dalam jumlah besartidak boleh dikapsulisasi
karena sifatnya korosif dan mudah terbakar.
5) Limbah dengan kandungan logam berat tinggi
a) Limbah dengan kandungan mercuri atau cadmium tidak boleh dibakar atau
diinsinarasi dan tidak boleh dibuang ke landfill.
b) Cara lain dibuang ke tempat penyimpanan yang aman (sesuai dengan limbah
B2 dari KLH) sebagai pembuangan akhir untuk limbah industri yang
berbahaya.
6) Kontainer bertekanan
a) Kontainer yang masih utuh, harus dikembalikan kepenjualnya.
b) Kontainer yand sudah rusak, tidak boleh diisi ulang, harus dihancurkan
c) Kaleng aerosol kecil harus dikumpulkan dan dibuang bersama dengan
limbah biasa dalam kantong plastik hitam dan tidak untuk dibakar atau
diinsinerasi.
2. Limbah padat non medis
a. Pemilahan limbah padat non medis
1) Dilakukan pemilahan limbah padat non medis antara limbah yang dapat
dimanfaatkan dengan limbah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali.
2) Dilakukan pemilahan limbah padat non medis antara limbah basah dan
limbah kering
b. Tempat pewadahan limbah padat non medis
1) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan
mempunyai permukaan yang mudah dibersihkan pada bagian dalamnya,
misalnya fiberglass.
2) Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan.
3) Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau sesuai dengan
kebutuhan.
4) Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3x24 jam atau apabila
2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah, maka harus diangkut supaya
tidak menjadi perindukan vektor penyakit atau binatang pengganggu.
c. Pengangkutan
Pengangkutan limbah padat domestik dari setiap ruangan ke tempat
penampungan sementara menggunakan troli tutup.
d. Tempat penampungan limbah padat non medis sementara
1) Tersedia tempat penampungan limbah padat non medis sementara
dipisahkan antara limbah yang dapat dimanfaatkan dengan limbah yang tidak
dapat dimanfaatkan kembali. Tempat tersebut tidak merupakan sumber bau
dan lalat bagi lingkungan sekitarnya dilengkapi saluran untuk cairan lindi.
2) Tempat penampungan sementara limbah padat harus kedap air, bertutup dan
selalu dalam keadaan tertutup bila sedang tidak diisi serta mudah dibersihkan.
3) Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut limbah
padat.
4) Dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya 1x24 jam.
e. Pengolahan limbah padat
Upaya untuk mengurangi volume, mengubah bentuk atau memusnahkan
limbah padat dilakukan pada sumbernya. Limbah yang masih dapat
dimanfaatkan hendaknya dimanfaatkan kembali untuk limbah padat organik
dapat diolah menjadi pupuk.
f. Lokasi pembuangan limbah padat akhir
Limbah padat umum (domestik) dibuang ke lokasi pembuangan akhir yang
dikelola oleh pemerintah daerah (Pemda) atau badan lain sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
BAB V
PENATALAKSANAAN PENGOLAHAN LIMBAH
A. Limbah Padat
Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat
sebagai akibat dari kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah padat medis dan non
medis.
Limbah padat medis merupakan limbah yang sifatnya infeksius, sangat infeksius atau
sitotoksis. Jumlah limbah padat medis suatu rumah sakit tidak hanya bergantung dari
jumlah tempat tidurnya saja akan tetapi juga sangat dipengaruhi oleh jumlah pasien dan
jenis penyakit yang dideritanya. Untuk limbah padat non medis penaganannya tidak
memerlukan pengolahan yang khusus seperti limbah padat medis.
Proses Pengolahan Limbah Padat
Rumah Sakit Mitra Anugrah Lestari tidak mempunyai tempat untuk Instalasi
Pengolahan Limbah Padat (IPLP) karena itu Rumah Sakit Mitra Anugrah Lestari,
bekerjasama dengan jasa Medivest.
Sebelum diangkut untuk dimusnahkan limbah yang telah diambil dari unit masing-
masing Rumah Sakit Mitra Anugrah Lestari dipilah-pilah dahulu, dimana limbah padat
medis dan non medis dipisahkan dengan memberi identitas yang berbeda. Untuk limbah
padat medis identitasnya dengan kantong warna kuning, dan jarum suntik dimasukkan
kedalam derigent atau wadah yang tidak bisa tembus. Sedangkan limbah padat non
medis penanganannya tidak memerlukan pengolahan yang khusus seperti limbah padat
medis dan diberi identitas kantong warna hitam. Limbah padat medis / limbah padat
infeksius dan non infeksius di angkut dengan menggunakan troly pengangkut sampah
oleh petugas dengan memakai alat pengaman dan kemudian disimpan ditempat
penampungan limbah padat medis sementara yang ada di belakang Rumah Sakit Mitra
Anugrah Lestari sampai penuh. Setelah limbah padat medis penuh barulah ditimbang
oleh petugas Medivest dan dibawa dengan mobil khusus pengangkut limbah.
Pengambilan sampah infeksius oleh pihak ke 2 dilakukan seminggu 1 kali dengan
beban ± 60 kg/minggu. Limbah padat non infeksius diambil oleh pihak ke 2 , seminggu
2 kali hari rabu dan sabtu.
B. Limbah Cair
Limbah Cair rumah sakit adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari
kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikro-organisme, bahan kimia
beracun dan radioaktif serta darah yang berbahaya bagi kesehatan.
1. Sumber Limbah Cair
Limbah cair rumah sakit menurut sumber / kegiatan yang menghasilkan limbah cair
dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu : pelayanan medik, penunjang medik,
administrasi dan fasilitas sosial. Adapun parameter limbah cair yang perlu diolah adalah
BOD, COD, TSS, NH3 bebas, suhu, PH dan PO4, sesuai dengan persyaratan Baku
Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Rumah Sakit, Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup. B-6003/Dep.IV/LH/PDAL/05/2014 Kementerian LHK
2. Tujuan Pengolahan
Prinsip dasar pengolahan limbah cair adalah menghilangkan atau mengurangi
kontaminan yang terdapat didalam limbah cair sehingga hasil olahan limbah dapat
dimanfaatkan kembali atau tidak mengganggu lingkungan apabila dibuang ke tanah
atau ke badan air penerima.
3. Proses Pengolahan Limbah Cair
Proses pengolahan limbah cair yang di gunakan oleh Rumah Sakit Mitra Anugrah
Lestari adalah mengggunakan proses aerob. Salah satu contoh proses aerob yang
dikenal adalah reaktor biologis tipe film (fixed Film Aerobic). Reaktor ini banyak
dipergunakan karena mempunyai banyak kelebihan dibanding reaktor yang tidak
menggunakan media (suspended growth).
Kelebihan utama dari sistem ini ialah mikroorganisme yang menempel pada media
tidak tergusur / terbuang akibat beban hidraulik yang terlalu tinggi, sehingga
pemeliharaannya menjadi mudah.
Di dalam IPAL mula-mula air limbah melewati Fine Screening atau saringan, ini
bertujuan untuk menyaring partikel tersuspensi kasar / kotoran yang besar (lebih besar
dari 1 cm) yang terbawa dalam air limbah agar tidak masuk menuju ke IPAL, air limbah
kemudian dimasukkan ke dalam Bak Equalisasi.
Bak Equalisasi berfungsi sebagai penampung fluktuasi debit air limbah yang masuk dan
penampung macam-macam karakteristik / sifat air limbah yang berbeda-beda seperti :
pH tinggi dari laundri / cucian, lemak dari dapur ataupun kamar mandi. Dengan adanya
bak equalisasi beban air limbah dapat dihomogenasikan (disetarakan) baik secara
kualitas maupun kuantitas, sehingga sistem dapat berjalan dengan efisien tinggi dan
optimal. . Di dalam bak equalisasi juga dibantu dengan Submersible Aerator untuk
membantu proses aerasi.
Dari bak equalisasi air limbah dipompa menuju Clarifer Tank yang bertujuan untuk
mengendapkan padatan-padatan yang tidak tersaring pada screen. Dari Clarifer air
limbah secara visual suadah lebih bersih tetapi beban polutannya masi diatas ambang
batas, seperti BOD, COD dll masih hampir sama seperti waktu air limbah masuk. Dari
Clarifer ini air kemudian masuk ke Biodetox. Sedangkan endapan yang terkumpul di
dalam Clarifer akan dialirkan secara otomatis ke dalam Sludge Tank.
FBK-Bioreactor (Biodetox) merupakan sistem pengolahan limbah secara aerobik
dengan menggunakan sistim Fixed Bed Cascade yang merupakan paten dari jerman.
Sistem ini merupakan alih teknologi dari Jerman karena sistem ini mempunyai keunikan
dalam aliran air dan desain rumah bakteri. Sistem ini terdiri dari sebuah reaktor dan
didalamnya terdapat elemen fixed bed atau media film yang berfungsi sebagai tempat
bekembangbiaknya mikroorganisme. Dengan sistem ini mikroorganisme pembentuk film
akan melekat, tumbuh dan berkembang pada permukaan elemen tersebut. Dengan
adanya media tersebut mikroorganisme dapat ditumbuhkan dengan spektrum yang
amat luas seperti : Bakteri Lipolitic untuk pemakan lemak, Proteolitik untuk pemakan
protein, bakteri pemakan detergent, bakteri warna dan lain sebagainya. Pada sistem ini
aerasi dibutuhkan karena mikroorganisme yang digunakan adalah mikroorganisme
aerob.
Air limbah di dalam bak klorinasi di desinfektan hipo chlorite 25% dengan
konsentrasi campuran 1 ppm agar seluruh mikro organisme patogen dan partikel diskrit
dapat dimatikan. Air limbah yang keluar dari bak klorinasi kemudian dialirkan ke bak
Stabilisasi.
Bak Stabilisasi berfungsi agar konsentrasi larutan hipo chlorite 25 % mencapai
sekitar 0,05 ppm, Bak ini terbuat dari bahan fiber dengan kapasitas 1 m3, dari bak ini air
limbah yang relatif bersih dan bebas dari zat mikro organisme patogen kemudian secara
gravitasi dialirkan ke bak Saringan Pasir (Sand Filter).
Bak Saringan Pasir berfungsi untuk menjaga kualitas air buangan sehingga jika ada
partikel solid yang lolos dapat tersaring oleh pasir sebelum dialirkan melalui meteran air
ke badan penerima perairan umum. Bak ini merupakan tabung fiber dengan kapasitas
0,8 m3 yang dilengkapi dengan saringan dan pasir silica.
Izin IPAL Nomor : 503.24/0012-Her/1206/KPPT/2012 Tanggal 24 Mei 2012
INFLUEN
T
SAMPAH
EKUALISASI DIPRESS & DIBAKAR
AERASI
KLARIFIER
SEDIMEN
DOSIS 30 ml/detik
HIPO CHLORITE 25 %
CHLORINASI
STABILISASI
SAND FILTER
EFFLUENT
BAB VI
PERALATAN, PENGOPERASIAN DAN ALAT KONTROL
BAB VII
PENGECEKAN AWAL SEBELUM PENGOPERASIAN
B. Pengecekan Blower
Setelah instalasi (baik mekanikal maupun elektrikal), lakukan pengecekan sebagai berikut:
Hidupkan Blower (pada posisi manual) sebentar, check putaran blower, harus sesuai
dengan arah putaran yang pada motor Blower, dan apabila terbalik, lakukan perubahan fase
tegangan (misalnya dari S ke R).
BAB VIII
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
PETUGAS PENGELOLA LIMBAH
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bekerjasama dengan PERDALIN RSPI Prof. Dr.
Sulianti Saroso, Jakarta (2011), Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya