Anda di halaman 1dari 33

PEDOMAN

PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DAN CAIR

RUMAH SAKIT MITRA ANUGRAH LESTARI


Jln Cibaligo No. 76 Tlp.(022) 6027204 Fax.(022) 6027259
Cimindi-Kota Cimahi
RUMAH SAKIT MITRA ANUGRAH LESTARI
JL.Cibaligo No76 Telp.(022) 602-7204,604-7523,604-7524, Fax. 602-7259
Cimindi – Kota Cimahi – Jawa Barat

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR


Nomor : 002 / SK Dir. / RS.MAL / I / 2015

Tentang

PENGELOLAAN LIMBAH RS
RS MITRA ANUGRAH LESTARI

Direktur Rumah Sakit Mitra Anugrah Lestari

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya pengelolaan limbah padat infeksius dan


limbah padat non infeksius yang tidak tepat sering kali
berisiko menimbulkan penularan penyakit akibat kerja,
bahkan pencemaran lingkungan.
b. Bahwa agar risiko yag ditimbulkan dari pegelolaan yang tidak
tepat maka perlu dibuat kebiakan pengelolaan limbah padat
infeksius dan limbah padat non infeksius di Rumah Sakit
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam a, b dan c perlu ditetapkan dengan surat keputusan
Direktur.

1. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009


Mengingat :
tentang Kesehatan (Lembaran Negara RI Tahun 2009 nomor
144, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5064).
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 40 Tahun
2001 tentang Pedoman Kelembagaan dan Pengelolaan
Rumah Sakit.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
159b / Menkes / SK / Per./ II / 1988 tentang Rumah Sakit.
4. Kepmenkes No.270/Menkes/SK/III/2007 tentang Pedoman
Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
382/Menkes/2007 tentang Pedoman PPI di RS dan Fas.
Yankes lainnya.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204 / Menkes / SK / III / 2007 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129 / Menkes / SK / II / 2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit.
8. Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Nomor
HK.03.01 / III / 3744 / 08 tentang Pembentukan Komite dan
Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit.
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1165.A / Menkes / SK / X / 2004 tentang Komisi Akreditasi
Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

Pertama : Keputusan Direktur Rumah Sakit Mitra Anugrah Lestari Tentang


Pengelolaan Limbah Rumah Sakit.

Kedua : Keputusan Direktur tentang Pengelolaan Limbah Rumah Sakit


sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini

Ketiga : Surat Keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal 7 Januari 2015.

Keempat : Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan di dalam Surat


Keputusan ini, maka akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di Cimahi
Pada tanggal 7 Januari 2015
RS Mitra Anugrah Lestari

dr. H. Zakaria Ansyori


Direktur

Lampiran : Surat Keputusan Direktur RS Mitra Anugrah Lestari


Nomor : 002 /SK Dir./RS.MAL / I / 2015
Tanggal : 7 Januari 2015

PENGELOLAAN LIMBAH
RUMAH SAKIT MITRA ANUGRAH LESTARI

1. Rumah sakit menetapkan regulasi tentang pengelolaan limbah (cairan tubuh, penanganan
dan pembuangan darah serta komponen darah, pelaporan pajanan limbah infeksius) Rumah
Sakit untuk meminimalkan risiko infeksi dan dilaksanakan monitoring, evaluasi serta tindak
lanjut
2. Rumah Sakit mengurangi risiko infeksi melalui pengelolaan limbah infeksius dengan benar,
guna untuk mencegah dan mengendalikan infeksi Rumah Sakit, menjamin kesehatan dan
keselamatan pekerja dan mencegah pencemaran lingkungan
3. Rumah sakit menyelenggarakan pengelolaan limbah dengan benar untuk meminimalkan
risiko infeksi melalui kegiatan sebagai berikut :
a. Pengelolaan limbah cairan tubuh infeksius
b. Penanganan dan pembuangan darah serta komponen darah
c. Pemulasaraan jenazah dan bedah mayat
d. Pengelolaan limbah cair
e. Pelaporan pajanan limbah infeksius
4. Disetiap ruangan dilakukan pengelolaan limbah Rumah Sakit dengan baik dan benar sesuai
jenis wadah dan label limbah medis sesuai kategorinya.
5. Setiap ruangan harus menyediakan tempat pembuangan sampah, Alat Pelindung Diri
(APD), petugas kebersihan yang terlatih dan troli khusus sampah yang tertutup
6. Tim PPIRS, bertanggung jawab mengawasi penyelenggaraan pengelolaan limbah rumah
sakit.
7. Pemilahan limbah Rumah Sakit harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan
limbah (petugas ruangan-ruangan).
8. Pemilahan limbah Rumah Sakit, Limbah Medis Infeksius, non-Infeksius dan limbah cair
harus dikelola dengan benar
9. Pewadahan limbah Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan dengan penggunaan wadah
dengan warna dan label tertentu
10. Petugas pengelola harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
11. Tempat penampungan limbah padat khususnya sampah, tersedia dalam jumlah dan jenis
yang cukup

Ditetapkan di Cimahi
Pada tanggal 7 Januari 2015
RS Mitra Anugrah Lestari

dr. H. Zakaria Ansyori


Direktur
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................... 1
................................................................................................................... A. Latar Belakang
1
B. Tujuan.............................................................................................................................. 1
C Manfaat........................................................................................................................... 2
D. Ruang Lingkup................................................................................................................ 2
E. Pengertian....................................................................................................................... 2
F. Dasar Hukum.................................................................................................................. 3
BAB II LIMBAH PADAT DAN CAIR.............................................................................................4
A. Jenis dan asal limbah......................................................................................................8
B. Karakteristik limbah.........................................................................................................8
C. Persyaratan tatalaksana limbah.....................................................................................9
1.Limbah padat............................................................................................................. 9
2.Limbah cair............................................................................................................... 10
D. Tatalaksana limbah........................................................................................................11
1.Limbah padat............................................................................................................ 11
2.Limbah cair...............................................................................................................14
BAB III PENATALAKSAAN PENGELOLAHAN LIMBAH ..........................................................16
A. Limbah Padat .............................................................................................................. 16
B. Limbah Cair..................................................................................................................16
BAB IV PENGOPERASIAN PERALATAN IPAL .......................................................................19
BAB V MONITORING DAN EVALUASI.....................................................................................23
A. Monitoring..................................................................................................................... 23
B. Evaluasi........................................................................................................................ 24
BAB VI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PETUGAS ..................................................
A. Kesehatan Kerja Limbah..................................................................................................
B. Keselamatan Kerja Limbah..............................................................................................
BAB VII PENUTUP ..................................................................................................................25
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Buku Pedoman Pengelolaan Limbah Padat dan Cair di
Rumah Sakit Mitra Anugrah Lestari ini berhasil disusun.
Perlu disadari bahwa masih kurangnya kualitas dan kuantitas pengendalian infeksi di
rumah sakit sangat terkait komitmen pimpinan rumah sakit serta memerlukan dukungan dari
para klinisi di rumah sakit. Infeksi nosokomial pada prinsipnya dapat dicegah, walaupun
mungkin tidak dapat dihilangkan sama sekali. Untuk itu telah disusun Pedoman Pengelolaan
Limbah Padat dan Cair di Rumah Sakit yang aplikatif sehingga diharapkan penyelenggaraan
pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dapat dilakukan lebih optimal.
Terima kasih yang sebesar besarnya, kami haturkan kepada Direktur RS Mitra Anugrah
Lestari yang telah memberikan dukungan moril dan materiil dalam pembuatan pedoman ini,
para pejabat struktural dan tenaga fungsional di lingkungan RS Mitra Anugrah Lestari yang
telah memberikan masukan dalam proses penyusunan pedoman ini, serta seluruh staf di RS
Mitra Anugrah Lestari yang telah dan akan berpartisipasi aktif mulai dari proses penyusunan,
pelaksanaan sampai pada proses monitoring dan evaluasi pedoman ini.

Cimahi, Januari 2015

Tim PPI

BAB I

4
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Derajat Kesehatan Masyarakat tergantung pada kondisi lingkungan. Oleh sebab itu,
apabila ada perubahan-perubahan terjadi pada lingkungan disekitar manusia, akan terjadi
pula perubahan-perubahan pada kondisi kesehatan masyarakat dalam lingkungan
masyarakat tersebut.
Rumah Sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat,
menghasilkan limbah / bahan buangan dari kegiatan pelayanan kesehatan yang
dilakukannya. Limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit memiliki kekhususan tersendiri yaitu
limbah padat medis / infeksius oleh karena itu memerlukan penanganan khusus.
Limbah padat medis yang dihasilkan dari seluruh kegiatan pelayanan medis dapat
berupa limbah padat medis, cair dan gas, yang dalam penanganannya memerlukan suatu
tatalaksana dan teknologi pengelolaan yang khusus. Ini dikarenakan limbah padat medis
rumah sakit mengandung bahan-bahan yang bersifat infeksius dan radioaktif, yang dapat
mencemari lingkungan sekitarnya dan berbahaya bagi kesehatan manusia (tergolong
limbah B3).
Sumber limbah rumah sakit antara lain berasal dari pelayanan medis (Rawat Inap,
Rawat Jalan / Poliklinik, Rawat Intensif, Rawat Darurat, Haemodialisa, Kamar Jenazah dan
Kamar Operasi), penunjang medis, dan dari perkantoran serta fasilitas sosial dan lain-lain.
Mengacu pada keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002
Tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, dan
atas dasar pemikiran dan latar belakang diatas, maka dipandang perlu penyusunan suatu
pedoman dalam penatalaksanaan pengelolaan limbah padat dan cair di Rumah Sakit Mitra
Anugrah lestari.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan pengelolaan limbah padat dan cair di
Rumah Sakit Mitra Anugrah Lestari.
2. Tujuan Khusus
a. Menjadi pedoman dalam pengelolaan limbah padat dan cair di Rumah Sakit Mitra
Anugrah Lestari.
b. Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi petugas limbah tentang
teknologi pengolahan serta pemeliharaan limbah padat dan cair di Rumah Sakit
Mitra Anugrah Lestari
c. Dapat meningkatkan pengetahuan bagi pihak manajemen Rumah Sakit Mitra
Anugrah Lestari dalam pengambilan keputusan pada pemilihan teknologi
pengolahan limbah padat dan cair
d. Dapat meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja bagi
petugas pengelola limbah

C. Manfaat
Pedoman penatalaksanaan limbah padat dan cair ini dibuat sebagai tuntunan petugas
Rumah Sakit Mitra Anugrah Lestari dalam mengelola limbah padat medis dan cair, dan
digunakan sebagai acuan untuk pelaksanaan tugas berkaitan dengan lingkup kerja dalam
rangka upaya peningkatan mutu pelayanan yang aman bagi manusia dan lingkungan.

D. Ruang Lingkup
Lingkup pedoman pengelolaan limbah padat dan cair Rumah Sakit Mitra Anugrah
Lestari meliputi teknologi, pemeliharaan, pengawasan dan tatalaksana pengolahan limbah
padat dan cair. Dalam pedoman ini yang dibahas hanya limbah padat medis saja,
sedangkan limbah padat non medis tidak dibahas karena tidak membahayakan. Limbah
radioaktif, karena sifat-sifatnya yang khas juga tidak dibahas.

E. Pengertian
1. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah
sakit dalam bentuk padat, cair dan gas.
2. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk
padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah padat medis dan non
medis.
3. Limbah padat medis adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius,
limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi,
limbah radioaktif, limbah kantainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam
berat yang tinggi.
4. Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan
rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman
yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.
5. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan
rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan
radioaktif serta darah, yang berbahaya bagi kesehatan.
6. Limbah B3 adalah limbah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun bagi
kesehatan manusia dan lingkungan.
7. MSDS (Material Safety Data Sheet) atau LDKB (Lembar Data Keselamatan
Bahan) merupakan kumpulan data keselamatan dan petunjuk dalam penggunaan
bahan-bahan kimia berbahaya. Pembuatan LDKB dimaksudkan sebagai informasi acuan
bagi para pekerja dan supervisor yang menangani langsung dan mengelola bahan kimia
berbahaya.
F. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. Peraturan Pemerintah Nomor 40/1991 tentang penanggulangan penyakit Menular
4. Peraturan Pemerintah Nomor 18/1999 jo Peraturan Pemerintah Nomor 85 v Tahun
1999 tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun
5. Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (Lembaran Negara Nomor 59 Tahun1999, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3838)
6. Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya
dan Beracun
7. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air ( Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4161)
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 875/Men.Kes/SK/VII/2001
Tentang Penyusunan Upaya pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup Kegiatan Bidang Kesehatan)
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 876/Men.Kes/SK/VIII/2001
Tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
11. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5/Men.LH/2014 lampiran XLIV
Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Usaha dan atau Kegiatan Pelayanan Rumah Sakit
12. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86/Men.LH/10/2002 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup
13. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112/Men.LH/7/2003 Tentang
Baku Mutu Air Limbah Domestik
14. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 45/ Men.LH/4/2005 Tentang
Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
(RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL).
BAB II
ORGANISASI PENGELOLA LIMBAH RUMAH SAKIT

Pelayanan sanitasi rumah sakit diselenggarakan dalam kaitan untuk menciptakan kondisi
lingkungan rumah sakit yang bersih, nyaman, dan mengutamakan faktor keselamatan pasien
sebagai pendukung usaha penyembuhan penderita, mencegah pemaparan terhadap bahaya-
bahaya lingkungan rumah sakit termasuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial dan
menghindarkan pencemaran ke lingkungan luar rumah sakit.
Di samping itu, dalam rangka pengembangan rujukan upaya kesehatan khususnya rujukan
medik, pemanfaatan berbagai disiplin ilmu merupakan suatu keharusan. Pemecahan masalah
medik untuk penyembuhan dan pemulihan penderita tidak cukup hanya dengan pengobatan
peralatan yang cermat saja, tetapi juga memerlukan ilmu-ilmu lainnya. Sehubungan dengan hal
tersebut maka sanitasi rumah sakit sebagai disiplin ilmu yang berinduk kepada ilmu teknik
penyehatan diantara berbagai disiplin ilmu merupakan bagian integral dari upaya pelayanan
rumah sakit.
Ruang lingkup sanitasi rumah sakit meliputi :
1. Aspek kerumah tanggaan (house keeping) :
a. Kebersihan gedung secara keseluruhan.
b. Kebersihan dinding dan lantai.
c. Pemeriksaan karpet dan lantai.
d. Kebersihan kamar mandi dan fasilitas toilet.
e. Penghawaan dan pembersihan udara.
f. Gudang dan ruangan.
g. Pelayanan makanan dan minuman.
2. Aspek khusus sanitasi rumah sakit :
a. Penanganan sampah kering yang mudah terbakar.
b. Pembuangan sampah basah.
c. Pembuangan sampah kering tidak mudah terbakar.
d. Tipe insinerator rumah sakit.
e. Kesehatan kerja dan proses operasional.
f. Pencahayaan dan instalasi listrik.
g. Radiasi.
h. Sanitasi linen dan prosedur pencucian.
i. Teknik-teknik aseptic
j. Tempat cuci tangan.
k. Pakaian operasi.
l. Sistem isolasi (shielding) sempurna.
3. Aspek dekontaminasi, disinfeksi, dan sterilisasi.
4. Aspek pengendalian serangga dan binatang pengganggu.
5. Aspek pengawasan pasien dan pengunjung rumah sakit.
6. Aspek perundang-undangan di bidang sanitasi rumah sakit.
7. Aspek kesiap siagaan menghadapi dan menanggulangi bencana.
8. Aspek pengawasan kesehatan petugas laboratorium.
9. Aspek penanganan bahan-bahan radioaktif.
10. Aspek standarisasi sanitasi rumah sakit.
Organisasi sebagai wadah kegiatan merupakan aspek statis penyelenggaraan usaha
sanitasi rumah sakit, harus berpedoman kepada ketentuan-ketentuan yang ada termasuk
struktur organisasi rumah sakit. Wadah secara organisasi penyelenggaraan usaha sanitasi
rumah sakit merupakan bentuk pelembagaan formal untuk menyelenggarakan usaha sanitasi
rumah sakit. Pengorganisasian usaha sanitasi rumah sakit harus mencerminkan fungsi dinamis
dengan wadah kegiatan terdiri dari unsur :
1. Pimpinan layanan sanitasi rumah sakit
2. Teknis sanitasi
3. Penunjang layanan sanitasi
Tugas-tugas dalam sanitasi rumah sakit :
1. Mengembangkan prosedur rutin termasuk manual untuk pelaksanaannya.
2. Melatih dan mengawasi karyawan-karyawan tertentu termasuk petugas cleaning service.
3. Membagi tugas dan tanggung jawab.
4. Melapor kepada atasan atau pimpinan rumah sakit.
Petugas yang berwenang dalam pelaksanaan usaha sanitasi rumah sakit merupakan kunci
dalam panitia/komite keamanan dan harus melaksanakan tugasnya dalam pengawasan infeksi.
Petugas harus melakukan suatu pengamatan (surveilence) sanitasi yang efektif dan
melaporkan pelaksanaan programnya kepada pimpinan rumah sakit. Petugas sanitasi rumah
sakit menentukan hasil layanan yang paling dominan dalam usaha pelayanan sanitasi rumah
sakit. Petugas sebagai pemberi layanan kepada penderita dapat mempengaruhi proses
pengobatan. Hubungan psikobiososial penderita dengan petugas maupun dengan penunjung
dapat mempengaruhi hasil penyembuhan, lebih-lebih apabila interaksi faktor biopsikososial ini
berproses dalam suasana lingkungan yang bersih, nyaman, dan asri.
BAB III
KATEGORI LIMBAH KLINIS

Dalam kaitan dengan pengelolaan limbah klinis, golongan limbah klinis dapat dikategorikan
menjadi lima jenis berikut :
A. Golongan A, terdiri dari: dressing bedah, swab, dan semua bahan
yang bercampur dengan bahan-bahan tersebut, bahan-bahan linen dari kasus penyakit
infeksi, serta seluruh jaringan tubuh menusia (terinfeksi maupun tidak), bangkai atau
jaringan hewan dari laboratorium dan hal-hal lain yang berkaitan dengan swab dan
dressing.
Pelaksanaan pengelolaan :
1. Dressing bedah yang kotor, swab, dan limbah lain yang terkontaminasi deri ruang
pengobatan hendaknya di tampung pada bak penampungan limbah medis/medis yang
mudah dijangkau atau bak sampah yang dilengkapi dengan pelapis pada tempat
produksi sampah. Kantong pelapis tersebut hendaknya diambil paling sedikit satu hari
sekali atau bila tiga perempat penuh. Kemudian diikat dengan kuat sebelum diangkut
dan ditampung sementara di bak sampah medis.
2. Prosedur yang digunakan untuk penyakit infeksi harus disetujui oleh pimpinan yang
bertanggung jawab. Kepala Instalasi Sanitasi dan Dinas Kesehatan c/q. Sub Dinas PKL
setempat.
3. Semua jaringan tubuh, plasenta dan lain-lain hendaknya ditampung pada bak limbah
medis atau kantong lain yang tepat dan kemudian dimusnahkan dengan insinerator.
Kecuali bila terpaksa, jaringan tubuh tidak boleh dicampur dengan sampah lain pada
saat pengumpulan.
4. Perkakas laboratorium yang terinfeksi hendaknya dimusnahkan dengan insinerator.
Insinerator yang digunakan merupakan milik pihak ketiga yang melakukan kerjasama
dengan rumah sakit menggunakan MoU.
B. Golongan B, terdiri dari: syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan
gelas, dan benda-benda tajam lainnya.
Pelaksanaan pengelolaan :
Syringe, jarum dan cartridges hendaknya dibuang dengan keadaan tertutup. Sampah jenis
ini hendaknya ditampung dalam safety box atau bak tahan benda tajam yang bila telah
penuh ditutup dan ditampung dalam bak sampah medis sebelum diangkut dan
dimusnahkan dengan insinerator.
C. Golongan C, terdiri dari: limbah dari ruang laboratorium dan post-
partum kecuali yang termsuk dalam golongan A.
Pelaksanaan pengelolaan :
Pembuangan sampah medis yang berasal dari Laboratorium patologi klinik, haemotologi,
dan transfusi darah, dibuat dalam kode pencegahan infeksi dalam laboratorium medis dan
ruang post-mortum dan publikasi lain.
D. Golongan D, terdiri dari: limbah bahan kimia dan bahan-bahan
farmasi tertentu.
Pelaksanaan pengelolaan :
Barang dari produk medis yang baru sebagian digunakan hendaknya dikembalikan kepada
petugas yang bertanggung jawab di bagian farmasi.
E. Golongan E, terdiri dari: pelapis bed-pan disposable, urinoir,
incontinence-pad, dan stamage bags.
Pelaksanaan pengelolaan :
Kecuali yang berasal dari ruang dengan risiko tinggi, isi dari sampah dari golongan ini bisa
dibuang melalui saluran air, WC atau unit pembuangan untuk itu. Sampah yang tidak dapat
dibuang melalui saluran air hendaknya disimpan dalam bak sampah medis dan
dimusnahkan dengan insinerator.
BAB IV
LIMBAH PADAT MEDIS DAN NON MEDIS

A. Jenis dan asal limbah


Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit
dalam bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang dapat mengandung mikroorganisme
patogen, bersifat infeksius, bahan kimia beracun dan sebagian bersifat radioaktif. Untuk
limbah yang berbentuk pasta kadang agak sulit menggolongkan jenis limbah ini sebagai
limbah padat atau cair. Contoh limbah berbentuk pasta ini adalah salep atau oli bekas.
Untuk memudahkan pengolahannya, jenis limbah ini sebaiknya dicampur dengan serbuk
gergaji atau pasir dengan jumlah yang cukup sehingga setelah dicampur dan diaduk secara
merata, maka limbah ini dapat digolongkan menjadi limbah padat.
Limbah dapat berasal dari unit kerja pelayanan medis, pelayanan penunjang medis dan
penunjang non medis. Unit kerja pelayanan medis meliputi : rawat jalan, gawat darurat,
rawat inap, rawat intensif, kamar operasi. Unit kerja pelayanan penunjang medis meliputi
laboratorium, farmasi, radiologi dan gizi. Unit kerja penunjang non medis meliputi
perkantoran dan administrasi, kantin, mess pegawai .
Berdasarkan bentuk fisiknya maka limbah rumah sakit dapat dibedakan menjadi 3 jenis,
yaitu :
1. limbah padat (medis dan non medis),
2. limbah cair dan
3. limbah gas.

B. Karakteristik limbah
Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme, tergantung
pada fasilitas yang dimiliki dan tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang.
Limbah padat non medis dibuang ke lokasi pembuangan akhir yang dikelola oleh pihak
ketiga sesuai peraturan-perundangan yang berlaku. Limbah padat medis sebagai tempat
penampungan sementara harus diolah dengan Instalasi Pengolah Limbah Padat (IPLP)
selambat-lambatnya 24 jam.
Limbah cair menurut sumber / kegiatan yang menghasilkan limbah cair dapat dibagi
menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Pelayanan medis
2. Pelayanan penunjang medis
3. Administrasi dan fasilitas sosial
Adapun parameter limbah cair yang perlu diolah adalah :
1. BOD
2. COD
3. TSS
4. NH3 bebas
5. Suhu
6. pH
7. PO4
sesuai dengan persyaratan Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Rumah Sakit,
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep.58/MENLH/12/1995.

C. Persyaratan tatalaksana limbah


1. Limbah Padat Medis
a. Minimisasi limbah
)1 Harus diupayakan melakukan reduksi limbah dimulai dari
sumber.
)2 Harus dilakukan pengelolaan dan pengawasan penggunaan
bahan kimia yang berbahaya dan beracun.
)3 Harus dilakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi
)4 Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah
medis, mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui
sertifikasi dari pihak yang berwenang.
b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang
)1 Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang
menghasilkan limbah.
)2 Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan
dari limbah yang tidak dimanfaatkan kembali.
)3 Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah
tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti
bocor, ati tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang tidak
berkepentingan tidak dpat membukanya. Jarum dan syringe harus dipisahkan
sehingga tidak dapat digunakan kembali.
)4 Limbah padat medis yang akan dimanfaatkan kembali harus
melalui proses sterilisasi sesuai tabel 1. Untuk menguji efektifitas sterilisasi
panas harus dilakukan tes Bacillus stearothermophilus dan untuk sterilisasi kimia
harus dilakukan tes Bacillus subtilis.
Tabel 1. Metode sterilisasi untuk limbah yang dimanfaatkan kembali
Metode sterilisasi Suhu Waktu Kontak
1. Sterilisasi dengan panas 160 0C 120 menit
a. Sterilisasi kering dalam oven 170 0C 60 menit
0
”Poupinel” 121 C 30 menit
b. Sterilisasi basah dalam 50-60 0C 3-8 jam
autoklaf 30 menit
2. Sterilisasi dengan autoklaf
a. Ethylene oxide (gas)
b. Glutaraldehyde (cair)

)5 Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk


dimanfaatkan kembali.
)6 Pewadahan limbah padat medis harus memenuhi ketentuan
sesuai tabel 2.

Tabel 2. Jenis wadah dan label limbah padat medis sesuai kategorinya
N Warna kontainer /
Kategori Lambang Keterangan
o kantong
1 Radioaktif Merah Kantong boks timbal dengan
simbol radioaktif
2 Sangat Kuning Kantong plastik kuat, anti bocor,
infeksius atau kontainer yang dapat
disterilisasi dengan autoklaf
3 Limbah Kuning Plastik kuat dan anti bocor atau
infeksius dan kontainer
patologi
anatomi
Sitoksis Ungu Kontainer plastik kuat dan anti
bocor
5 Limbah kimia Coklat Kantong plastik atau kontainer
dan farmasi

)7 Daur ulang tidak bisa dilakukan kecuali untuk pemulihan


perak yang dihasilkan dari proses film sinar X.
)8 Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti
bocor, dan diberi label bertuliskan ”Limbah Sitotoksis”.
c. Pengumpulan, pengangkutan, dan penyimpanan limbah padat medis di
lingkungan rumah sakit
1) Pengumpulan limbah padat medis dari setiap ruangan penghasil limbah
menggunakan troli khusus yang tertutup.
2) Penyimpanan limbah padat medis harus sesuai iklim, yaitu pada musim
hujan paling lama 48 jam dan pada musim kemarau paling lama 24 jam.
d. Pengumpulan, pengemasan dan pengangkutan ke luar rumah sakit
1) Pengelola harus mengumpulkan dan
mengemas pada tempat yang kuat.
2) Pengangkutan ke luar rumah sakit
menggunakan kendaraan khusus.
e. Pengolahan dan pemusnahan
1) Limbah padat medis tidak diperbolehkan dibuang langsung ke tempat
pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehtan.
2) Cara dan teknologi pengolahan limbah padat medis sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di Rumah Sakit Mitra Anugrah Lestari.
2. Limbah Padat Non Medis
a. Pemilihan dan pewadahan
1) Pewadahan limbah padat non medis harus dipisahkan dari limbah medis padat
dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam.
2) Tempat pewadahan
­ Setiap tempat pewadahan limbah padat harus dilapisi kantong plastik warna
hitam sebagai pembungkus limbah.
­ Bila kepadatan lalat di sekitar tempat limbah melebihi 2 (dua) ekor per-block
grill, perlu dilakukan pengendalian.
b. Pengumpulan, Penyimpanan dan Pengangkutan
1) Bila di tempat pengumpulan sementara tingkat kepadatan lalat lebih dari 20 ekor
per-block grill atau tikus terlihat pada siang hari, harus dilakukan pengendalian.
2) Dalam keadaan normal harus dilakukan pengendalian serangga dan binatang
pengganggu yang lain minimal 1 (satu) bulan sekali.
c. Pengolahan dan Pemusnahan
Pengolahan dan pemusnahan limbah padat non medis harus dilakukan
sesuai persyaratan kesehatan
3. Limbah cair.
Kualitas limbah (efluen) rumah sakit dibuang ke badan air sesuai dengan
persyaratan baku efluen mutu sesuai Keputusan Mentri Lingkungan Hidup no 5 Tahun
2014 lampiran XLIV tentang Baku Mutu Air Limbah bagi usaha dan atau kegiatan
pelayanan Rumah Sakit.

D. Tatalaksana limbah
1. Limbah padat medis
a. Minimisasi limbah
1) Pilih bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah
sebelum pembelian.
2) Gunakan sedikit mungkin bahan kimia.
3) Utamakan metode pembersihan secara fisik daripada
kimiawi.
4) Cegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah, seperti
dalam kegiatan perawatan dan kebersihan.
5) Monitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku
sampai menjadi limbah bahan berbahaya dan beracun.
6) Pesan bahan-bahan sesuai dengan kebutuhan.
7) Gunakan bahan-bahan yang diproduksi lebih awal untuk
menghindari kadaluarsa.
8) Habiskan bahan dari setiap kemasan (isi kemasan harus
habis digunakan sebelum kemasannya dibuang).
9) Cek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat
penerimaan.
b. Pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur ulang
1) Lakukan pemilahan jenis limbah padat medis mulai dari
sumber yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam,
limbah farmasi, limbah sititoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah
kontainer bertekanan dan limbah dengan kandungan logam berat tinggi.
2) Tempat pewadahan limbah padat medis :
a) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap
air dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya
fiberglass.
b) Pada setiap sumber penghasil limbah padat medis harus tersedia
tempat pewadahan yang terpisah dengan limbah padat non medis.
c) Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang dari dari sehari
apabila 2/3 bagian telah terisi limbah.
d) Untuk benda-benda tajam ditampung pada tempat khusus (safety
box) seperti botol atau karton yang aman.
e) Tempat pewadahan limpah padat infeksius dan sititoksik yang
tidak langsung kontak dengan limbah harus segera dibersihkan dengan
larutan disinfektan apabila akan digunakan kembali, sedangkan untuk
kantong plastik yang telah dipakai dan kontak langsung dengan limbah
tersebut tidak boleh digunakan kembali.
3) Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah
melalui sterilisasi meliputi pisau bedah (scapel), jarum hipodermik, syringe, botol
gelas dan kontainer.
c. Tempat penampungan sementara
1) Limbah padat medis dimusnahkan melalui kerjasama dengan medivest.
2) Sebelum pemusnahan ditempung penampungan sementara selama 1 minggu
dengan berat sampah kurang lebih 60 kg/minggu. disimpan pada suhu ruang.
d. Transportasi
1) Kantong limbah padat medis sebelum dimasukkan ke
kendaraan pengangkut harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup.
2) Kantong limbah medis padat harus aman dari jangkauan
manusia maupun binatang.
3) Petugas harus menggunakan alat pelindung diri (APD)
yang terdiri dari :
a) Topi / helm;
b) Masker;
c) Pelindung mata;
d) Pakaian panjang (coverall)
e) Apron untuk industri;
f) Pelindung kaki / sepatu boot; dan
g) Sarung tangan khusus (disposable glove atau heavy duty gloves)
e. Pengolahan, pemusnahan dan pembuangan akhir limbah
padat
1) Limbah infeksius dan benda tajam
a) Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen infeksius
dari laboratorium harus disterilisasi dengan pengolahan panas dan basah
seperti dalam autoclave sedini mungkin. Untuk limbah infeksius yang lain
cukup dengan cara disinfeksi.
b) Benda tajam harus diolah dengan insinerator bila memungkinkan dan dapat
dolah bersama dengan bahan infeksius lainnya. Kapsulisasi juga cocok untuk
benda tajam.
c) Setelah insinerasi atau disinfeksi, residunya dapat dibuang ke tempat
pembuangan B3 atau dibuang ke landfill jika residunya sudah aman.
d) Pemusnahan limbah infeksius dan benda tajam, Rumah Sakit Mitra Anugrah
Lestari bekerja sama dengan pihak ke 2 PT Medivest
2) Limbah Farmasi.
a) Penampungan sementara limbah farmasi terpisah dengan limbah padat
infeksius.
b) Pemusnahan limbah farmasi, Rumah Sakit Mitra Anugrah Lestari bekerja
sama dengan pihak ke PT. Wastek.
3) Limbah Sitotoksis
a) Limbah sitotoksis sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang
dengan penimbunan atau ke saluran limbah umum.
b) Pembuangannya adalah dikembalikan ke perusahan penghasil
atau distributornya, insinerasi pada suhu tinggi dan degradasi kimia. Bahan
yang belum dipakai dan kemasannya masih utuh karena kadarluasa harus
dikembalikan ke distributor apabila tidak ada Instalasi Pengelolah Limbah
Padat (IPLP) dan diberi keterangan sudah kadarluasa atau tidak lagi dipakai.
4) Limbah Bahan Kimia
a) Pembuangan Limbah Kimia biasa
b) Limbah kimia biasa yang tidak bisa di daur ulang seperti gula, asam amino
dan garam tertentu dapat dibuang ke saluran air kotor.
c) Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah kecil seperti residu yang
terdapat dalam kemasan sebaiknya dibuang dengan insinerasi pirolitik,
kapsilisasi atau ditimbun (landfill)
d) Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah besar ditentukan oleh
sifat bahaya yang dikandung loeh limbah tersebut. Limbah tertentu yang bisa
dibakar seperti banyak bahan pelarut dapat diinsinerasi. Namun bahan
pelarut dalam jumlah besar seperti pelarut halogenida yang mengandung
klorin atau florin tidak boleh diinsinerasi kecuali insineratornya dilengkapi
dengan alat pembersih gas.
e) Cara lain dengan mengembalikan ke distributornya yang akan menanganinya
dengan aman.
f) Yang harus diperhatikan dalam penangan limbah kimia berbahaya :
(1) Limbah berbahaya yang komposisinya berbeda harus dipisahkan untuk
menghindari reaksi kimia yang tidak diinginkan.
(2) Limbah kimia berbahaya dalam jumlah besar tidak boleh ditimbun karena
dapat mencemari air tanah.
(3) Limbah kimia disinfekatan dalam jumlah besartidak boleh dikapsulisasi
karena sifatnya korosif dan mudah terbakar.
5) Limbah dengan kandungan logam berat tinggi
a) Limbah dengan kandungan mercuri atau cadmium tidak boleh dibakar atau
diinsinarasi dan tidak boleh dibuang ke landfill.
b) Cara lain dibuang ke tempat penyimpanan yang aman (sesuai dengan limbah
B2 dari KLH) sebagai pembuangan akhir untuk limbah industri yang
berbahaya.
6) Kontainer bertekanan
a) Kontainer yang masih utuh, harus dikembalikan kepenjualnya.
b) Kontainer yand sudah rusak, tidak boleh diisi ulang, harus dihancurkan
c) Kaleng aerosol kecil harus dikumpulkan dan dibuang bersama dengan
limbah biasa dalam kantong plastik hitam dan tidak untuk dibakar atau
diinsinerasi.
2. Limbah padat non medis
a. Pemilahan limbah padat non medis
1) Dilakukan pemilahan limbah padat non medis antara limbah yang dapat
dimanfaatkan dengan limbah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali.
2) Dilakukan pemilahan limbah padat non medis antara limbah basah dan
limbah kering
b. Tempat pewadahan limbah padat non medis
1) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan
mempunyai permukaan yang mudah dibersihkan pada bagian dalamnya,
misalnya fiberglass.
2) Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan.
3) Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau sesuai dengan
kebutuhan.
4) Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3x24 jam atau apabila
2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah, maka harus diangkut supaya
tidak menjadi perindukan vektor penyakit atau binatang pengganggu.
c. Pengangkutan
Pengangkutan limbah padat domestik dari setiap ruangan ke tempat
penampungan sementara menggunakan troli tutup.
d. Tempat penampungan limbah padat non medis sementara
1) Tersedia tempat penampungan limbah padat non medis sementara
dipisahkan antara limbah yang dapat dimanfaatkan dengan limbah yang tidak
dapat dimanfaatkan kembali. Tempat tersebut tidak merupakan sumber bau
dan lalat bagi lingkungan sekitarnya dilengkapi saluran untuk cairan lindi.
2) Tempat penampungan sementara limbah padat harus kedap air, bertutup dan
selalu dalam keadaan tertutup bila sedang tidak diisi serta mudah dibersihkan.
3) Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut limbah
padat.
4) Dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya 1x24 jam.
e. Pengolahan limbah padat
Upaya untuk mengurangi volume, mengubah bentuk atau memusnahkan
limbah padat dilakukan pada sumbernya. Limbah yang masih dapat
dimanfaatkan hendaknya dimanfaatkan kembali untuk limbah padat organik
dapat diolah menjadi pupuk.
f. Lokasi pembuangan limbah padat akhir
Limbah padat umum (domestik) dibuang ke lokasi pembuangan akhir yang
dikelola oleh pemerintah daerah (Pemda) atau badan lain sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
BAB V
PENATALAKSANAAN PENGOLAHAN LIMBAH

A. Limbah Padat
Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat
sebagai akibat dari kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah padat medis dan non
medis.
Limbah padat medis merupakan limbah yang sifatnya infeksius, sangat infeksius atau
sitotoksis. Jumlah limbah padat medis suatu rumah sakit tidak hanya bergantung dari
jumlah tempat tidurnya saja akan tetapi juga sangat dipengaruhi oleh jumlah pasien dan
jenis penyakit yang dideritanya. Untuk limbah padat non medis penaganannya tidak
memerlukan pengolahan yang khusus seperti limbah padat medis.
Proses Pengolahan Limbah Padat
Rumah Sakit Mitra Anugrah Lestari tidak mempunyai tempat untuk Instalasi
Pengolahan Limbah Padat (IPLP) karena itu Rumah Sakit Mitra Anugrah Lestari,
bekerjasama dengan jasa Medivest.
Sebelum diangkut untuk dimusnahkan limbah yang telah diambil dari unit masing-
masing Rumah Sakit Mitra Anugrah Lestari dipilah-pilah dahulu, dimana limbah padat
medis dan non medis dipisahkan dengan memberi identitas yang berbeda. Untuk limbah
padat medis identitasnya dengan kantong warna kuning, dan jarum suntik dimasukkan
kedalam derigent atau wadah yang tidak bisa tembus. Sedangkan limbah padat non
medis penanganannya tidak memerlukan pengolahan yang khusus seperti limbah padat
medis dan diberi identitas kantong warna hitam. Limbah padat medis / limbah padat
infeksius dan non infeksius di angkut dengan menggunakan troly pengangkut sampah
oleh petugas dengan memakai alat pengaman dan kemudian disimpan ditempat
penampungan limbah padat medis sementara yang ada di belakang Rumah Sakit Mitra
Anugrah Lestari sampai penuh. Setelah limbah padat medis penuh barulah ditimbang
oleh petugas Medivest dan dibawa dengan mobil khusus pengangkut limbah.
Pengambilan sampah infeksius oleh pihak ke 2 dilakukan seminggu 1 kali dengan
beban ± 60 kg/minggu. Limbah padat non infeksius diambil oleh pihak ke 2 , seminggu
2 kali hari rabu dan sabtu.

B. Limbah Cair
Limbah Cair rumah sakit adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari
kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikro-organisme, bahan kimia
beracun dan radioaktif serta darah yang berbahaya bagi kesehatan.
1. Sumber Limbah Cair
Limbah cair rumah sakit menurut sumber / kegiatan yang menghasilkan limbah cair
dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu : pelayanan medik, penunjang medik,
administrasi dan fasilitas sosial. Adapun parameter limbah cair yang perlu diolah adalah
BOD, COD, TSS, NH3 bebas, suhu, PH dan PO4, sesuai dengan persyaratan Baku
Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Rumah Sakit, Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup. B-6003/Dep.IV/LH/PDAL/05/2014 Kementerian LHK
2. Tujuan Pengolahan
Prinsip dasar pengolahan limbah cair adalah menghilangkan atau mengurangi
kontaminan yang terdapat didalam limbah cair sehingga hasil olahan limbah dapat
dimanfaatkan kembali atau tidak mengganggu lingkungan apabila dibuang ke tanah
atau ke badan air penerima.
3. Proses Pengolahan Limbah Cair
Proses pengolahan limbah cair yang di gunakan oleh Rumah Sakit Mitra Anugrah
Lestari adalah mengggunakan proses aerob. Salah satu contoh proses aerob yang
dikenal adalah reaktor biologis tipe film (fixed Film Aerobic). Reaktor ini banyak
dipergunakan karena mempunyai banyak kelebihan dibanding reaktor yang tidak
menggunakan media (suspended growth).
Kelebihan utama dari sistem ini ialah mikroorganisme yang menempel pada media
tidak tergusur / terbuang akibat beban hidraulik yang terlalu tinggi, sehingga
pemeliharaannya menjadi mudah.
Di dalam IPAL mula-mula air limbah melewati Fine Screening atau saringan, ini
bertujuan untuk menyaring partikel tersuspensi kasar / kotoran yang besar (lebih besar
dari 1 cm) yang terbawa dalam air limbah agar tidak masuk menuju ke IPAL, air limbah
kemudian dimasukkan ke dalam Bak Equalisasi.
Bak Equalisasi berfungsi sebagai penampung fluktuasi debit air limbah yang masuk dan
penampung macam-macam karakteristik / sifat air limbah yang berbeda-beda seperti :
pH tinggi dari laundri / cucian, lemak dari dapur ataupun kamar mandi. Dengan adanya
bak equalisasi beban air limbah dapat dihomogenasikan (disetarakan) baik secara
kualitas maupun kuantitas, sehingga sistem dapat berjalan dengan efisien tinggi dan
optimal. . Di dalam bak equalisasi juga dibantu dengan Submersible Aerator untuk
membantu proses aerasi.
Dari bak equalisasi air limbah dipompa menuju Clarifer Tank yang bertujuan untuk
mengendapkan padatan-padatan yang tidak tersaring pada screen. Dari Clarifer air
limbah secara visual suadah lebih bersih tetapi beban polutannya masi diatas ambang
batas, seperti BOD, COD dll masih hampir sama seperti waktu air limbah masuk. Dari
Clarifer ini air kemudian masuk ke Biodetox. Sedangkan endapan yang terkumpul di
dalam Clarifer akan dialirkan secara otomatis ke dalam Sludge Tank.
FBK-Bioreactor (Biodetox) merupakan sistem pengolahan limbah secara aerobik
dengan menggunakan sistim Fixed Bed Cascade yang merupakan paten dari jerman.
Sistem ini merupakan alih teknologi dari Jerman karena sistem ini mempunyai keunikan
dalam aliran air dan desain rumah bakteri. Sistem ini terdiri dari sebuah reaktor dan
didalamnya terdapat elemen fixed bed atau media film yang berfungsi sebagai tempat
bekembangbiaknya mikroorganisme. Dengan sistem ini mikroorganisme pembentuk film
akan melekat, tumbuh dan berkembang pada permukaan elemen tersebut. Dengan
adanya media tersebut mikroorganisme dapat ditumbuhkan dengan spektrum yang
amat luas seperti : Bakteri Lipolitic untuk pemakan lemak, Proteolitik untuk pemakan
protein, bakteri pemakan detergent, bakteri warna dan lain sebagainya. Pada sistem ini
aerasi dibutuhkan karena mikroorganisme yang digunakan adalah mikroorganisme
aerob.
Air limbah di dalam bak klorinasi di desinfektan hipo chlorite 25% dengan
konsentrasi campuran 1 ppm agar seluruh mikro organisme patogen dan partikel diskrit
dapat dimatikan. Air limbah yang keluar dari bak klorinasi kemudian dialirkan ke bak
Stabilisasi.
Bak Stabilisasi berfungsi agar konsentrasi larutan hipo chlorite 25 % mencapai
sekitar 0,05 ppm, Bak ini terbuat dari bahan fiber dengan kapasitas 1 m3, dari bak ini air
limbah yang relatif bersih dan bebas dari zat mikro organisme patogen kemudian secara
gravitasi dialirkan ke bak Saringan Pasir (Sand Filter).
Bak Saringan Pasir berfungsi untuk menjaga kualitas air buangan sehingga jika ada
partikel solid yang lolos dapat tersaring oleh pasir sebelum dialirkan melalui meteran air
ke badan penerima perairan umum. Bak ini merupakan tabung fiber dengan kapasitas
0,8 m3 yang dilengkapi dengan saringan dan pasir silica.
Izin IPAL Nomor : 503.24/0012-Her/1206/KPPT/2012 Tanggal 24 Mei 2012

INFLUEN
T

SAMPAH
EKUALISASI DIPRESS & DIBAKAR

AERASI

KLARIFIER
SEDIMEN

DOSIS 30 ml/detik
HIPO CHLORITE 25 %

CHLORINASI

STABILISASI

SAND FILTER

EFFLUENT

BAB VI
PERALATAN, PENGOPERASIAN DAN ALAT KONTROL

A. Bak 1 : Bak Ekualisasi


Unit Bak Equalisasi bekerja sebagai penampung awal sehingga harus diperhatikan
kondisi bak dalam keadaan baik tidak bocor dan tidak melebihi kapasitas. Unit ini berfungsi
untuk meratakan kualitas dan kuantitas air limbah serta menurunkan kadar lemak dan
foaming, agar tidak terjadi shock loading pada proses berikutnya. Bak ini terbuat dari plaat
stainless dengan ukuran 1,2 x 2,4 x 1,58 m dengan kapasitas 4,5 m 3, air dari bak ini
selanjutnya mengalir secara gravitasi melalui pipa 6 inchi ke Bak 2.

B. Bak 2 : Bak Aerasi


Hal penting yang harus diperhatikan dari unit ini adalah kapasitas blower sebagai
penghasil udara. Bak Aerasi merupakan bak yang berfungsi sebagai media penurunan
kadar zat organik yang terdapat dalam air limbah dengan memanfaatkan kemampuan
bakteri aerob. Untuk memenuhi jumlah oksigen (DO) bagi bakteri aerob tersebut maka pada
bak ini dilengkapi dengan aerator untuk mensuplai oksigen / udara ke dalam air limbah. Bak
ini terbuat dari konstruksi beton dengan ukuran 3 x 12 x 2,225 m dengan kapasitas 80 m 3,
dilengkapi dengan 10 buah membran diffuser aerator berdiameter 30 cm, air dari bak ini
selanjutnya dialirkan melalui pipa 3 inchi ke Bak 3 dengan cara dipompa menggunakan
pompa groundfoss GF 380 V 7,5 kW dengan inverter 25 %.

C. Bak 3 : Tangki Klarifier (sedimentasi)


Tangki Klarifier berfungsi untuk memisahkan partikel-partikel tersuspensi yaitu berupa
partikel diskrit dengan cara mengendapkannya secara gravitasi dalam suatu bak besar
dalam kondisi aliran yang relatif tenang. Pada kondisi tenang partikel diskrit spesifik yang
lebih berat dari air buangan akan mengendap dengan baik dan partikel diskrit spesifik yang
lebih ringan akan terbawa air buangan secara gravitasi melalui pipa 2 inchi menuju Bak 4.
Lumpur atau partikel diskrit hasil endapan akan disirkulasikan kembali ke Bak Aerasi
sebagai pakan dari mikro organisme bakteri aerob. Tangki ini terbuat dari plaat besi
berdiameter 2,5 m dan tinggi 2,4 m dengan kapasitas 12 m3.

D. Bak 4 : Bak Khlorinasi


Air limbah yang telah melalui proses sebelumnya kemudian dialirkan ke bak ini dan
langsung dikontakan dengan desinfektan hipo chlorite 25% dengan konsentrasi campuran 1
ppm agar seluruh mikro organisme patogen dan partikel diskrit dapat dimatikan. Bak ini
terbuat dari bahan fiber dengan kapasitas 1 m 3 dilengkapi dengan Dozing pump 130 W 220
V 50 LPH dengan dosis 30 ml/detik. Dari bak ini air limbah yang relatif bersih dialirkan ke
bak 5.

E. Bak 5 : Bak Stabilisasi


Bak ini berfungsi untuk mencapai konsentrasi larutan hipo chlorite 25 % sekitar 0,05
ppm, Bak ini terbuat dari bahan fiber dengan kapasitas 1 m 3, dari bak ini air limbah yang
relatif bersih dan bebas dari zat mikro organisme patogen dialirkan secara gravitasi ke bak
6.

F. Bak 6 : Saringan Pasir (Sand Filter)


Bak ini berfungsi untuk menjaga kualitas air buangan sehingga jika ada partikel solid
yang lolos dapat tersaring oleh pasir sebelum dialirkan melalui meteran air ke badan
penerima perairan umum. Bak ini merupakan tabung fiber dengan kapasitas 0,8 m 3 yang
dilengkapi saringan dan pasir silica.

BAB VII
PENGECEKAN AWAL SEBELUM PENGOPERASIAN

A. Pengecekan Pompa Submersible (Celup)


Setelah instalasi (baik mekanikal maupun elektrikal), lakukan pengecekan sebagai berikut:
Hidupkan pompa (pada posisi manual) sebentar, check aliran air yang keluar dari pipa.

B. Pengecekan Blower
Setelah instalasi (baik mekanikal maupun elektrikal), lakukan pengecekan sebagai berikut:
Hidupkan Blower (pada posisi manual) sebentar, check putaran blower, harus sesuai
dengan arah putaran yang pada motor Blower, dan apabila terbalik, lakukan perubahan fase
tegangan (misalnya dari S ke R).

C. Pengecekan Pompa Sprayer


Setelah instalasi (baik mekanikal maupun elektrikal), lakukan pengecekan sebagai berikut :
1. Lakukan pengisian air pada sisi inlet pompa melalui baut pengisian pompa sampai
airnya keluar dari lubang baut. Perhatikan apa permukaan air turun, apabila tidak tutup
Kembali lubang tsb. Jika berkurang, berarti ada sambungan atau foot valve yang bocor
2. Hidupkan pompa (pada posisi manual) sebentar, check air yang keluar dari pipa

D. Pengecekan Pompa Dosing


Setelah instalasi (baik mekanikal maupun elektrikal), lakukan pengecekan sebagai berikut :
Lakukan pengisian air pada sisi inlet pompa dengan cara mengisi slang dengan air sampai
penuh. Jalankan pompa dosing (secara manual) dengan penyetelan Speed & Stroke pada
posisi maksimal sampai airnya keluar dari sisi outlet.

E. Pengecekan Level Kontrol


Lakukan pengecekan level kontrol untuk mengetahui fungsi otomatis pompa dan alarm
untuk :
Bak Equalisasi
1. Angkat level kontrol pertama (yang paling dalam), otomatis salah satu pompa Equalisasi
2. Angkat level kontrol kedua (posisi tengah), otomatis kedua pompa Equalisasi akan
beroperasi
* Perlakuan yang sama dilakukan untuk pompa effluent

BAB VIII
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
PETUGAS PENGELOLA LIMBAH

A. Kesehatan Kerja Limbah


Setiap melakukan pembersihan yang berhubungan dengan limbah harus menggunakan :
1. Sarung tangan karet
2. Masker hidung dan mulut
3. Cuci tangan, kaki atau bagian tubuh yang terkena air limbah dengan air bersih dan
sabun antiseptic

B. Keselamatan Kerja Limbah


1. Peralatan listrik
Setiap pengecekan atau perbaikan peralatan listrik lakukan prosedur sebagai berikut :
a. Pengecekan dan perbaikan hanya dilakukan oleh teknisi yang berpengalaman
b. Aliran listrik pada panel kontrol harus selalu dimatikan selama pekerjaan dilakukan
c. Kunci panel kontrol dan tempelkan catatan ”Sedang dalam perbaikan, Jangan
dinyalakan”. Bila perlu ruang panel dikunci
d. Harus menggunakan baju lengan panjang dan celana panjang. Ujung baju dan
celana harus dikancingkan / diikat sehingga tidak ada bagian dari pakaian yang
menjulur keluar
e. Harus menggunakan sarung tangan karet dan sepatu yang bersol karet dan tidak
berpaku (sebagai isolator) dan semuanya harus selalu dalam keadaan kering
f. Tidak bersandar dan tangan tidak menyentuh apapun selain bagian yang dikerjakan
g. Menggunakan peralatan (obeng, tang, dll) yang berlapis karet atau plastik
h. Lakukan pengetesan tegangan listrik dengan testpen untuk menyakinkan sebelum
pekerjaan dimulai
i. Listrik hanya boleh dinyalakan kembali oleh teknisi yang bersangkutan
2. Peralatan Mekanik
Peralatan mekanik yang dapat membahayakan adalah blower dan pompa.
a. Karena semua peralatan mekanik menggunakan listrik sebagai sumber daya maka
seluruh prosedur pada ”PERALATAN LISTRIK” harus dipenuhi
b. Menggunakan kacamata pelindung pada saat bekerja dekat bagian yang berputar
c. Bila pekerjaan diperkirakan akan memakan waktu cukup lama maka harus
dipertimbangkan akan terjadinya banjir karena pompa-pompa tidak bekerja. Dalam
hal ini sebaiknya kabel sumber daya peralatan yang akan dikerjakan dilepaskan dari
panel kontrol agar panel kontrol dapat dinyalakan kembali
d. Memasang kembali semua tutup pelindung
BAB IX
MONITORING DAN EVALUASI

Dalam sistem pengolahan limbah, monitoring dilakukan terhadap peralatan pengolahan


limbah (aspek teknis) dan limbah yang akan diolah maupun limbah yang telah diolah (aspek non
teknis).
A. Monitoring
1. Limbah padat
Tujuan pengolahan limbah padat medis adalah menghilangkan sifat infeksiusnya,
yaitu dengan cara menghancurkan bakteri-bakteri yang ada didalamnya. Untuk
pengolahan limbah padat infeksius Rumah Sakit Mitra Anugrah Lestari bekerjasama
dengan Medivest, sampah limbah padat infeksius diangkut seminggu sekali pada hari
kamis, dengan berat ± 60 kg / minggu
Yang dilakukan di Rumah Sakit Mitra Anugrah Lestari adalah pemantauan sampah
mulai dari masing unit kerja yang ada di Rumah Sakit sampai ke penampungan
sementara yang ada di Rumah Sakit yang letaknya diluar gedung pelayanan.
NO KEGIATAN FREKUENSI
1. Pemilahan & Pengumpulan
Wadah Limbah padat
a) Pembersihan Setiap hari
b) Pendisinfeksian Setiap hari
2. Pengangkutan
Gerobak / troli
a) Pembersihan Setiap hari
b) Pendisinfektsian Setiap hari
c) Pemeriksaan roda Setiap bulan
d) Pembersihan roda Setiap bulan
e) Pemberian Oli Setiap bulan
3. Penampungan Sementara
Tempat Penampungan sementara
a) Pembersihan Setiap minggu
b) Pendisinfektsian 2 minggu sekali
c) Pemeriksaan kebocoran 3 bulan sekali
d) Pemeriksaan fungsi tutup 3 bulan sekali
2. Limbah Cair
Monitoring penangan limbah cair dilakukan terhadap aspek teknis IPAL dan aspek
kualitas air limbah.
a. Monitoring Berkala :
Melakukan pengambilan sample / contoh limbah cair inlet dan outlet IPAL untuk
dilakukan pemeriksaan di laboratorium lingkungan. Monitoring berkala dilakukan
minimal setiap 3 bulan1 kali.
b. Monitoring rutin
Melakukan pengukuran lapangan setiap hari pada kualitas air limbah.
B. Evaluasi
Hasil analisis limbah yang diperoleh dari laboratorium untuk mengevaluasi kerja IPAL.
Konsentrasi air limbah dibandingkan dengan nilai baku mutu limbah cair yang berlaku.
Apabila konsentrasi seluruh parameter limbah cair di bawah baku mutu limbah cair, maka
IPAL di nilai memiliki kinerja olah yang baik, dan sebaliknya. Sistem pelaporan dilakukan
secara periodik / berkala.
BAB X
PENUTUP

Pedoman Pengelolaan Limbah sangat penting untuk meningkatkan kebersihan lingkungan


Rumah Sakit agar selalu asri, nyaman dan sehat, baik bagi karyawan, pasien, pengunjung
maupun masyarakat di sekitar Rumah Sakit.
Diharapkan agar buku panduan ini dapat dijadikan acuan bagi setiap pekerja dalam hal
pengelolaan limbah, baik medis maupun non medis, untuk meningkatkan kualitas Rumah Sakit
Mitra Anugrah Lestari.

Cimahi, Januari 2015


Rumah Sakit Mitra Anugrah Lestari

dr. H. Zakaria Ansyori


Direktur

DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bekerjasama dengan PERDALIN RSPI Prof. Dr.
Sulianti Saroso, Jakarta (2011), Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya

Anda mungkin juga menyukai