Anda di halaman 1dari 11

PEDOMAN PENGENDALIAN KLB

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

RUMAH SAKIT MITRA ANUGRAH LESTARI


Jln Cibaligo No. 76 Tlp.(022) 6027204 Fax.(022) 6027259
Cimindi-Kota Cimahi
DAFTAR ISI

Daftar Isi i
Kata Pengantar ii
BAB I Pendahuluan 1
A. Latar Belakang 1
B. Pengertian 1
C. Tujuan 2
BAB II Penanganan dan Pengendalian Kejadian Luar Biasa
- Pengertian 3
- Prosedur penanganan dan pengendalian klb 3
- Skema penanganan outbreak 7
BAB III PENUTUP 8

KATA PENGANTAR

2
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Buku Pedoman Pengendalian Kejadian Luar Biasa di
Rumah Sakit Mitra Anugrah Lestari ini berhasil disusun.
Perlu disadari bahwa masih kurangnya kualitas dan kuantitas pengendalian infeksi di
rumah sakit sangat terkait komitmen pimpinan rumah sakit serta memerlukan dukungan dari
para klinisi di rumah sakit. Infeksi nosokomial pada prinsipnya dapat dicegah, walaupun
mungkin tidak dapat dihilangkan sama sekali. Untuk itu telah disusun Pedoman
Pengendalian Kejadian Luar Biasa di Rumah Sakit yang aplikatif sehingga diharapkan
penyelenggaraan pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dapat dilakukan lebih
optimal.
Terima kasih yang sebesar besarnya, kami haturkan kepada Direktur RS Mitra Anugrah
Lestari yang telah memberikan dukungan moril dan materiil dalam pembuatan pedoman ini,
para pejabat struktural dan tenaga fungsional di lingkungan RS Mitra Anugrah Lestari yang
telah memberikan masukan dalam proses penyusunan pedoman ini, serta seluruh staf di RS
Mitra Anugrah Lestari yang telah dan akan berpartisipasi aktif mulai dari proses penyusunan,
pelaksanaan sampai pada proses monitoring dan evaluasi pedoman ini.

Cimahi, Januari 2018

Tim PPI

BAB I
PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang
Kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular, keracunan makanan, keracunan
bahan berbahaya lainnya masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena dapat
menyebabkan jatuhnya korban kesakitan dan kematian yang besar, menyerap
anggaran biaya yang besar dalam upaya penanggulangannya, berdampak pada sektor
ekonomi, pariwisata serta berpotensi menyebar luas lintas kabupaten / kota, propinsi
bahkan internasional yang membutuhkan koordinasi dalam penanggulangannya.
Diare, campak dan demam berdarah dengue merupakan penyakit yang sering
menimbulkan KLB di Indonesia. Beberapa jenis KLB mengalami penurunan seperti
diare, campak dan malaria tetapi beberapa jenis KLB penyakit lain justru semakin
meningkat seperti demam berdarah, keracunan makanan dan bahan berbahaya
lainnya, serta munculnya KLB penyakit baru seperti SARS, HFMD, Hepatitis E dan lain-
lain. Demikian juga beberapa penyakit yang sudah tidak dianggap sebagai masalah
masyarakat timbul kembali seperti KLB difteri, chikungunya, leptospirosis dan kolera.
KLB penyakit dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan kesakitan dan
kematian yang besar, yang juga berdampak pada pariwisata, ekonomi dan sosial.
Kejadian KLB perlu dideteksi secara dini dan diikuti tindakan yang cepat dan tepat,
perlu diidentifikasi adanya ancaman KLB beserta kondisi rentan yang membesar risiko
terjadinya KLB agar dapat dilakukan peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan
menghadapi kemungkinan KLB, dan oleh karena itu perlu diatur dalam pedoman
Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa.
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu rumah sakit dituntut
untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah
ditentukan.

B. Pengertian
1. Wabah adalah berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang
jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang
lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Menteri menetapkan dan mencabut daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang
terjangkit wabah sebagai daerah wabah.
2. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu.
3. Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menangani
penderita, mencegah perluasan kejadian dan timbulnya penderita atau kematian
baru pada Kejadian Luar Biasa yang sedang terjadi.
4. Program Penanggulangan KLB adalah suatu proses manajemen yang bertujuan
agar KLB tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Upaya pencegahan

4
terjadinya KLB dengan melakukan upaya perbaikan kondisi rentan KLB,
kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan adanya KLB dan tindakan penyelidikan
dan penanggulangan KLB yang cepat dan tepat.
5. Deteksi dini KLB merupakan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya KLB
dengan cara melakukan intensifikasi pemantauan secara terus menerus dan
sistematis terhadap perkembangan penyakit berpotensi KLB dan perubahan
kondisi rentan KLB agar dapat mengetahui secara dini terjadinya KLB.
6. Penyakit berpotensi KLB adalah jenis penyakit yang dapat menimbulkan KLB.
Jenis-jenis penyakit penyebab terjadinya KLB ditetapkan dengan Peraturan
Menteri Kesehatan, yang secara operasional bergantung pada kajian epidemiologi
yang dilakukan secara nasional, propinsi atau kabupaten/kota menurut waktu dan
daerah.
7. Kondisi rentan KLB adalah kondisi masyarakat, lingkungan-perilaku, dan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang merupakan faktor risiko terjadinya
KLB.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu layanan rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya melalui pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya, yang dilaksanakan oleh semua dapartemen / unit di
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya meliputi kualitas pelayanan,
manajemen risiko, dan penangan Kejadian Luar Biasa (outbreak).
2. Tujuan Khusus
a. Menanggulangi dan mengendalikan KLB yang sedang terjadi
b. Mencegah kemungkinan terjadinya KLB serupa dimasa yang akan datang

BAB II
PENANGANAN DAN PENGENDALIAN

5
KEJADIAN LUAR BIASA

A. Pengertian
Kejadian luar biasa adalah adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan
dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun
waktu tertentu. Dapat juga bermakna kejadian infeksi yang meningkat diluar keadaan
biasa dalam suatu periode pada kelompok orang / pasien tertentu.
Dikatakan Kejadian Luar Biasa apabila :
1. Terjadi peningkatan jumlah atau virulensi dari penyebab.
2. Adanya penyebab baru yang sebelumnya tidak pernah ada.
3. Terjadi peningkatan kecepatan penularan penyakit sehingga kelompok
populasi rentan yang terekspos jauh lebih banyak.
4. Terjadi peningkatan kerentanan terhadap penyebab
KLB dapat terjadi melalui penyebaran secara kontak, udara (droplet atau airborne),
maupun benda perantara (common source vehicle). Penyebab KLB antara lain :
1. Produk tercemar
KLB disebabkan karena tercemarnya produk atau peralatan yang digunakan oleh
pasien. Produk yang dapat tercemar antara lain cairan infus, produk transfusi, cairan
dialisis, yang merupakan produk yang langsung masuk ke pembuluh darah, maupun
produk sewaktu pemakaian, misalnya disinfektan, susu bayi.
2. Peralatan tercemar
Tercemarnya peralatan dapat disebabkan pencucian dan tindakan disinfeksi tidak
benar, mesin pencuci automatik tidak bekerja dengan baik dan penanganan peralatan
steril yang tidak benar.
3. Prosedur yang tidak benar
a. Tindakan endoskopi, hemodialisis, peritoneal dialisis
b. Tindakan operasi : antiseptik tercemar, peralatan, melalui tangan petugas
4. Tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan merupakan merupakan carrier S.aureus, Streptococcus hemolitik
grup A, Candida, Hepatitis B/C, HIV dan menularan penyakitnya pada pasien.
5. Lingkungan
Lingkungan yang seringkali menjadi sumber pencemaran penyakit pada KLB adalah
air dan tanah. Pada air yang tercemar dapat ditemukan bakteri Pseudomonas,
Acinetobacter, Mycobacteria other than TB (MOTT) dan Legionella. Sedangkan
organisme yang seringkali didapatkan pada tanah adalah Aspergillus sp.

B. Prosedur Penanganan Dan Pengendalian KLB


Bila didapatkan Kejadian Luar Biasa maka Rumah Sakit segera membentuk Tim
Pengendali KLB. Tim Pengendali ini diketuai oleh Infection Prevention and Control
Officer RS Mitra Anugrah Lestari dan beranggotakan :
1. Komite PPI RS Mitra Anugrah Lestari

6
2. Infection Prevention and Control Nurse dan Link Nurse
3. Direktur Pelayanan Medik
4. Komite Medik
5. Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
6. Dokter Penanggung Jawab Pasien
7. Dokter Spesialis Patologi Klinik
8. Manager Keperawatan
Tim Pengendali KLB ini bertugas untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi kasus.
Sehingga tim bisa segera mengambil keputusan berdasarkan pengamatan kasus per
kasus sebelum terjadi KLB (angka pra KLB) dan besar angka kejadian di atas nilai angka
endemik (angka kejadian KLB). Tujuannya adalah untuk mencegah, mengatasi dan
mengendalikan KLB sehingga KLB tidak terjadi lagi di masa yang akan datang.
Langkah-langkah penanganan KLB adalah :
1. Investigasi
Tujuan dilaksanakannya investigasi :
a. Menjelaskan situasi KLB dan penemuan kasus
b. Menetapkan penyebab termungkin, sumber penularan, cara penyebaran
c. Memutus rantai penyebaran
d. Mencegah terulangnya kejadian serupa
Sebelum dilakukan investigasi, Tim PPI dan para ahli mempersiapkan bahan
literatur, konsultasi dengan tim ahli terkait, menganalisa masalah, konsultasi dengan
bagian laboratorium untuk jenis spesimen dan biaya, serta menyiapkan peralatan
kesekretariatan yang diperlukan (komputer, kamera, dll).
Investigasi KLB meliputi :
a. Diagnosa yang jelas
Memastikan bahwa diagnosa ditegakkan dengan benar secara klinis dan
laboratoris (jika memungkinkan) atau diagnosa ditegakkan berdasarkan kriteria
standart untuk definisi kasus yang dipakai. Untuk menegakkan diagnosa ini
diperlukan pengumpulan informasi yang detail mengenai gejala klinis dan kriteria
diagnostik serta konsultasi dengan dokter penanggung jawab pasien untuk
mempertegas penegakan diagnosa klinis. Dikonfirmasi apakah benar terjadi
infeksi dengan menilai kembali gejala klinik dan hasil kultur dari laboratorium.
Periksa kembali dengan petugas laboratorium penyebab terjadi peningkatan
infeksi untuk memastikan diagnosa dan tidak terjadi kesalahan di laboratorium.
Selain itu dilakukan anamnesa penderita mengenai etiologi, transmisi dan
penyakit lain yang hampir mirip.
b. Konfirmasi terjadi KLB
Setelah diagnosa tegak, dilakukan konfirmasi ulang terjadinya KLB. Apakah
kejadian ini dianggap sebagai masalah, dengan membandingkan kasus yang
yang diamati dengan kasus yang terjadi infeksi / KLB, dari data surveilans,
laboratorium, rekam medik RS, angka kematian dan angka kesakitan.

7
Pada KLB didapatkan peningkatan jumlah kasus/insidens suatu penyakit.
Angka ini didapatkan dengan cara membandingkan kasus/insidens dengan
jumlah kasus / insidens pada minggu, bulan atau beberapa tahun sebelumnya
dalam periode waktu yang sama. Harus selalu diingat bahwa peningkatan jumlah
kasus insidens dibandingkan periode waktu sebelumnya belum tentu merupakan
suatu KLB. Selain karena KLB peningkatan seperti ini dapat disebabkan antara
lain :
1) Perubahan sistem pelaporan, definisi kasus.
2) Peningkatan kualitas pelayanan yang menyebabkan masyarakat lebih
antusias untuk berobat.
3) Peningkatan kualitas diagnosa penyakit.
c. Definisi Kasus
Kasus yang ditentukan sebagai KLB dinilai kriteria diagnosanya baik secara
klinis maupun dengan menilai hasil pemeriksaan laboratoriumnya. Setelah itu
ditentukan klasifikasi individu yang menderita infeksi. sebaiknya dilakukan
perbandingan Sensitivitas dan Spesifisitas terhadap kultur kuman dan melakukan
isolasi setiap sumber yang diduga menyebabkan infeksi à cairan, alat medis.
Persyaratan definisi kasus :
1) Kriteria klinis
2) Bedakan menurut waktu, tempat, orang
3) Data laboratorium
4) Terapkan secara konsisten dan tanpa bisa terhadap seluruh kasus yang
diteliti
5) Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap individu dengan faktor risiko misal
dokter, perawat, petugas kebersihan, keluarga pasien.
d. Epidemiologi Deskriptif
Tentukan informasi yang dikumpulkan pada tiap kasus :
1) Identifikasi Informasi :
a) Ulang rekam medik jika timbul pertanyaan
b) Hasil laboratorium
c) Periksa untuk ada tidak duplikasi data
d) Buat pemetaan lokasi tempat terjadi KLB
2) Demografi :
Tentukan karakteristik orang / petugas untuk populasi definitif yang
beresiko
Informasi ini didapatkan dari :
1) Penemuan klinis
a) Definisi kasus jelas
b) Waktu terjadinya kasus
c) Data suplemen (kematian)

8
2) Informasi faktor resiko : dapat digunakan untuk penyakit spesifik yang masih
dalam pertanyaan
3) Informasi pelapor : identitas pembuat laporan
e. Membuat Hipotesa
Dalam membuat hipotesa, harus diketahui mengenai karakteristik penyakit.
Apa penyebabnya, bagaimana transmisinya, apa reservoirnya dan faktor resiko
apa yang menyebabkan timbulnya penyakit. Hal-hal tersebut harus ditanyakan
pada pasien dan staff rumah sakit dan kemudian gunakan epidemiologi deskriptif
sebagai dasar pembuatan hipotesa.
f. Uji Hipotesa
g. Pengawasan sumber penularan
h. Menyempurnakan Hipotesa
i. Membuat dan mendistribusi laporan KLB
2. Komunikasi
Saat KLB berlangsung dilakukan komunikasi mengenai terjadinya KLB dengan
prosedur :
a. Melaporkan kepada Direktur RS
b. Konsultasikan kepada Dokter Penanggung Jawab Pasien
c. Bila KLB bertambah banyak, lapor ke Dinas Kesehatan
d. Mengadakan pertemuan dengan media elektronik, jika perlu
3. Manajemen
Tindakan pencegahan dan penanggulangan KLB harus dilaksanakan sedini
mungkin sebenarnya pada saat diagnosa telah diverifikasi. Dengan mengetahui
diagnosa suatu penyakit, tindakan pengobatan sudah dilaksanakan segera. Hal-hal
yang berkaitan dengan kebijakan anggaran perlu dibicarakan dengan pihak
manajemen Rumah Sakit.
4. Pengawasan
Pada proses pengawasan, Komite PPI mengatur mengenai hal-hal sebagai
berikut :
a. Implementasikan peraturan mengenai isolasi
b. Memberikan Imunisasi jika diperlukan
c. Memberikan antibiotik profilaksis jika dibutuhkan
d. Definisikan indikasi rawat dan dirujuk
e. Definisikan pertemuan dengan anggota
f. Evaluasi pengawasan
5. KLB berakhir
Pada saat KLB berakhir, Komite PPI segera mengumumkan bahwa KLB telah
berakhir secepatnya. Kemudian Komite PPI membuat laporan lengkap KLB kepada
Direktur RS Mitra Anugrah Lestari.

9
C. Skema penanganan outbreak
Penanganan Out Break

Direktur Rumah Sakit

TIM Pengendali/Penanganan KLB

Komite PPI

Infection Prevention and Control Nurse /


IPCN

Keterangan :
Petugas Pelaksana / ICN keliling ruangan setiap hari untuk memonitor pada pasien
yang dilakukan tindakan invansif, sehingga Komite PPI bisa mengetahui kejadian infeksi
atau KLB secara dini. Selanjutnya bila terjadi out break petugas pelaksana / ICN Melaporkan
ke Komite PPI. Kemudian Komite PPI mengecek kebenarannya ke tempat yang melaporkan.
Setelah itu, atas persetujuan Direktur Rumah Sakit, Komite PPI membentuk Tim Pengendali
KLB. Hasil investigasi Tim Pengendali KLP selanjutnya dilaporkan pada Direktur RS Mitra
Anugrah Lestari

10
BAB III
PENUTUP

Pedoman penanganan dan pengendalian kejadian luar biasa (KLB) sangat penting
untuk meningkatkan kewaspadaan setiap pekerja rumah sakit agar selalu terhindar dari
infeksi-infeksi yang mungkin terjadi. Diharapkan agar buku ini menjadi acuan bagi pihak
manajemen dan setiap petugas dalam meningkatkan penanganan dan pengendalian
kejadian luar biasa dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di RS Mitra Anugrah
Lestari.

11

Anda mungkin juga menyukai