Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

TYPHOID FEVER

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh :

Anita Wahyuni

1490122100

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS GALUH

2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
TYPHOID FEVER

A. Definisi
Demam Typhoid atau enteric fever adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan keasadaran. Demam Thypoid
disebabkan oleh infeksi salmonella typhi (Titik Lestari, 2016).

Demam tifoid adalah penyakit infeksi bakteri, yang disebabkan oleh


Salmonella typhi. Penyakit ini ditularkan melalui konsumsi makanan atau minuman
yang terkontaminasi oleh bakteri tersebut (Inawati, 2009).
Demam tifoid atau Typhus Abdominalis ialah penyakit infeksi akut yang
biasaya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2005).
Demam tifoid disebarkan melalui jalur fekal-oral dan hanya menginfeksi
manusia yang mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh
bakteri Salmonella typhi. Ada dua sumber penularan Salmonella typhi, yaitu
penderita demam tifoid dan karier. Seseorang yang karier adalah orang yang pernah
menderita demam tifoid dan terus membawa penyakit ini untuk beberapa waktu atau
selamanya (Nadyah, 2014)

B. Etiologi
Demam tifoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri golongan Salmonella
yaitu Salmonella thypi, S paratyphi A, S paratyphi B dan S paratyphi C. Bakteri
tersebut memasuki tubuh penderita melalui saluran pencernaan (Inawati, 2009).
Sumber utama yang terinfeksi adalah manusia yang selalu mengeluarkan
mikroorganisme penyebab penyakit tersebut, baik ketika ia sedang sakit atau sedang
dalam masa penyembuhan. Pada masa penyembuhan, penderita masih mengandung
Salmonella spp di dalam kandung empedu atau di dalam ginjal. Sebanyak 5 persen
penderita demam tifoid kelak akan menjadi karier sementara, sedangkan 2 persen
yang lain akan menjadi karier yang menahun. Sebagian besar dari karier tersebut
merupakan karier intestinal (intestinal type) sedang yang lain termasuk urinary type.
Penyebab utama Demam Typhoid ini adalah bakteri samonella typhi.
Bakteri salmonella typhi adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan rambut
getar, tidak berspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O (somatik
yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flegella), dan antigen VI.
Dalam serum penderita, terdapat zat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen
tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-41
derajat celsius (optimum 37 derajat celsius) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor
pencetus lainnya adalah lingkungan, system imun yang rendah, 18 feses, urine,
makanan/minuman yang terkontaminasi, formalitas dan lain sebagainya (Titik
Lestari, 2016).

C. Manifestasi Klinis
1. Masa inkubasi
Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada umumnya adalah 10-
12 hari. Pada awal penyakit keluhan dan gejala penyakit tidaklah khas, berupa :
- Anoreksia
- Rasa malas
- Sakit kepala bagian depan
- Nyeri otot
- Lidah kotor
- Gangguan perut (perut kembung dan sakit)

2. Gejala khas
a. Minggu Pertama
Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada awalnya
sama dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam tinggi yang
berpanjangan yaitu setinggi 39ºc hingga 40ºc, sakit kepala, pusing, pegal-
pegal, anoreksia, mual, muntah, batuk, dengan nadi antara 80-100 kali
permenit, denyut lemah, pernapasan semakin cepat dengan gambaran
bronkitis kataral, perut kembung dan merasa tak enak,sedangkan diare dan
sembelit silih berganti. Pada akhir minggu pertama, diare lebih sering terjadi.
Khas lidah pada penderita adalah kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta
bergetar atau tremor.
b. Minggu Kedua
Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap
hari, yang biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada sore
atau malam hari. Karena itu, pada minggu kedua suhu tubuh penderita terus
menerus dalam keadaan tinggi (demam). Suhu badan yang tinggi, dengan
penurunan sedikit pada pagi hari berlangsung. Terjadi perlambatan relatif
nadi penderita. Yang semestinya nadi meningkat bersama dengan
peningkatan suhu, saat ini relatif nadi lebih lambat dibandingkan peningkatan
suhu tubuh. Gejala toksemia semakin berat yang ditandai dengan keadaan
penderita yang mengalami delirium. Gangguan pendengaran umumnya
terjadi. Lidah tampak kering,merah mengkilat. Nadi semakin cepat
sedangkan tekanan darah menurun, sedangkan diare menjadi lebih sering
yang kadang-kadang berwarna gelap akibat terjadi perdarahan.
c. Minggu Ketiga
Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu.
Hal itu jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan
membaik, gejala-gejala akan berkurang dan temperatur mulai turun.
Meskipun demikian justru pada saat ini komplikasi perdarahan dan perforasi
cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya kerak dari ulkus. Sebaliknya jika
keadaan makin memburuk, dimana toksemia memberat dengan terjadinya
tanda-tanda khas berupa delirium atau stupor,otot-otot bergerak terus,
inkontinensia alvi dan inkontinensia urin.
d. Minggu Keempat
Minggu keempat merupakan stadium penyembuhan untuk demam tifoid

D. Patofisiologi
Penyakit typhoid disebabkan oleh kuman salmonella typhi, salmonella
paratyphi A, Salmonella paratyphi B, Salmonella paratyphi C, yang masuk ke dalam
tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Selanjutnya
akan ke dinding usus halus melalui aliran limfe ke kelenjar mesentrium
menggandakan/multiplikasi (bacterium). Biasanya pasien belum tampak adanya
gejala klinik (asimptomatik) seperti mual, muntah, tidak enak badan, pusing karena
segera diserbu sel sistem retikulo endosetual. Tetapi kuman masih hidup,
selanjutnya melalui duktus toraksikus masuk ke dalam peredaran darah mengalami
bakterimia sehingga tubuh merangsang untuk mengeluarkan sel piogon akibatnya
terjadi lekositopenia. Dari sel piogon inilah yang mempengaruhi pusat termogulator
di hipotalamus sehingga timbul gejala demam dan apabila demam tinggi tidak
segera diatasi maka dapat terjadi gangguan kesadaran dalam berbagai tingkat.
Setelah dari peredaran darah, kuman menuju ke organ-oragan tubuh (hati, limfa,
empedu) sehingga timbul peradangan yang menyebabkan membesarnya organ
tersebut dan nyeri tekan, terutama pada folikel limfosid berangsur-angsur
mengalami perbaikan dan apabila tidak dihancurkan akan menyebar ke seluruh
organ sehingga timbul komplikasi dan dapat memperburuk kondisi pasien
(Juwono,1999).

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal
dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly
(lalat), dan melalui Feses (tinja). Feses dan muntah pada penderita demam tifoid
dapat menularkan salmonella thypi kepada orang lain. Bakteri yang masuk ke dalam
lambung, sebagian akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk
ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan
limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel
retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke
dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa,
usus halus dan kandung empedu
Pathway Typhoid Fever

Minuman dan makanan


yang terkontaminasi

Mulut

Saluran pencernaan

Typhus Abdominalis

Peningkatan asam lambung Usus

Proses infeksi Limfoid plaque penyeri di


Perasaan tidak enak pada
perut, mual, muntah Merangsang peningkatan ileum terminalis
(anorexia) peristaltic usus Perdarahan dan
perforasi intestinal
Diare
Kuman masuk aliran
Ketidakseimbangan limfe mesentrial
nutrisi: Kurang dari
kebutuhan tubuh Menuju hati dan limfa

Kuman berkembang biak

Kekurangan
volume cairan Jaringan tubuh (limfa) Hipertrofi
(hepatosplenomegali)

Peradangan Penekanan pada saraf di hati


Kurang intake cairan
Pelepasan zat pyrogen Nyeri ulu hati Nyeri Akut

Pusat termogulasi tubuh

Hipertermia

E. FOKUS PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan dan
pekerjaan.
2. Keluhan utama
Secara umum keluhan utama pasien adalah demam dengan atau tidak disertai
menggigil. Apabila pasien datang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, di
mana perjalanan penyakit pada minggu pertama akan di dapatkan keluhan
inflamasi yang belum jelas, sedangkan setelah minggu kedua, maka keluhan
pasien akan menjadi lebih berat. Keluhan lain yang menyertai demam yang lazim
di dapatkan berupa keluhan nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare,
konstipasi dan nyeri otot
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pengkajian riwayat kesehatan mungkin didapatkan kebiasaan mengonsumsi
makanan yang tidak diolah dengan baik, sumber air minum yang tidak sehat dan
kondisi lingkungan rumah tempat tinggal yang tidak sehat, serta kebersihan
perorangan yang kurang baik

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit yang diderita klien yang berhubungan dengan penyakit saat ini
atau penyakit yang mungkin dapat dipengaruhi atau mempengaruhi penyakit
yang diderita saat ini. Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu perlu validasi
tentang adanya riwayat penyakit tifus abdominalis sebelumnya

5. Pemeriksaan tanda-tanda vital


Pada fase 7 – 14 hari didapatkan suhu tubuh meningkat 39 – 40° C pada malam
hari dan biasanya turun pada pagi hari. Pada pemeriksaan nadi didapatkan
penurunan frekuensi nadi (bradikardi relative)

a. Pemeriksaan Fisik

1) Sistem pernafasan
Sistem pernapasan biasanya tidak didapatkan adanya kelainan tetapi akan
mengalami perubahan apabila terjadi respon akut dengan gejala batuk
kering. Pada beberapa kasus berat bisa didapatkan adanya komplikasi tanda
dan gejala pneumonia
2) Sistem kardiovaskuler dan hematologi
Penurunan tekanan darah, keringat dingin dan diaforesis sering didapatkan
pada minggu pertama. Kulit pucat dan akral dingin berhubungan dengan
penurunan kadar hemoglobin. Pada minggu ketiga, respon toksin sitemik
bisa mencapain otot janting dan terjadi miokarditis dengan manifestasi
penurunan curah jantung dengan tanda denyut nadi lemah, nyeri dada, dan
kelemahan fisik
3) Sistem Gastrointestinal
a) Inspeksi
Lidah kotor berselaput putih dan tepi hiperemis disertai spomatitis.
Tanda ini mulai jelas mulai nampak pada minggu kedua berhubungan
dengan infeksi sistemik dan endotoksin kuman, sering muntah, perut
kembung, distensi abdomen dan nyeri, merupakan tanda yang
diwaspadai terjadinya perporasi dan peritonitis
b) Auskultasi
Didapat penurunan bising usus kurang dari 5x/menit pada minggu
pertama dan terjadi konstipasi serta selanjutnya meningkat akibat diare.
c) Perkusi
Didapatkan suara timpani abdomen akibat kembung.
d) Palpasi
Hepatomegali dan splenomegali, pembesaran hati dan limpa
mengindikasikan RES yang telah terjadi pada minggu kedua dan nyeri
tekan abdomen.
4) Sistem Genitourinarius
Pada kondisi berat akan didapatkan penurunan urine output respon dari
penurunan curah jantung
5) Neuro sensori dan fungsi system syaraf pusat
Pada pasien dengan dehidrasi berat akan menyebabkan penurunan perfusi
serebral dengan manifestasi sakit kepala, perasaan lesu, gangguan mental
seperti halusinasi dan delirium. Pada beberapa pasien bisa didapatkan
kejang umum yang merupakan respon terlibatnya sistem syaraf pusat oleh
infeksi tifus abdominalis. Didapatkan ikterus pada skelera terjadi pada
kondisi berat
6) Sistem Integumen
Pemeriksaan integumen sering didapatkan kulit kering turgor kulit
menurun, muka tampak pucat, rambut aga kusam, dan yang terpenting
sering didapatkan adanya tanda Roseola (bintik merah pada leher,
punggung, dan paha). Roseola merupakan suatu nodul kecil sedikit
diameter sedikit menonjol dengan diameter 2 - 4 mm, berwarna merah,
pucat serta nilang pada penekanan, lebih sering terjadi pada akhir minggu
pertama dan awal minggu kedua. Roseola ini emboli kuman dimana
didalamnya mengandung kuman Salmonella dan terutama didapatkan di
daerah perut, dada, dan terkadang di bokong maupun bagian tleksor dari
lengan atas
7) Sistem Muskoloskeletal
Respon sistemik akan menyebabkan malaise/kelemahan fisik umum dan
didapatkan kram otot ekstremitas

b. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan serologi yang masih dikerjakan pada pasien yang dirawat dengan
demam typhoid di Rumah Sakit adalah tes Widal. Nilai diagnostik tes Widal
adalah melihat adanya kenaikan titer antibodi yang bermakna dalam darah
terhadap antigen O (somatik) dan/atau antigen H (flagellar) Salmonella
enterica serotype typhi pada 2 kali pengambilan spesimen serum dengan
interval waktu 10-14 hari.
Interpretasi hasil tes widal yaitu terjadinya aglutinasi menandakan tes Widal
positif dan jika reaksi positif diobservasi dalam 20ul sampel tes, hal ini
mengindikasikan adanya level klinis yang signifikan dari respon antibodi pada
serum pasien. Tidak terjadinya aglutinasi menandakan hasil tes Widal negatif
dan mengindikasikan tidak adanya level klinis yang signifikan dari respon
antibody (Wardana, 2014)

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubung dengan proses inflamasi
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubung intake
yang tidak adekuat

G. RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
Hipertermi NOC NIC
berhubung dengan
proses inflamasi Tujuan : setelah diberikan tindakan Temperature regulation
keperawatan, suhu tubuh dalam batas
1. Monitor suhu tubuh
normal
2. Monitor TD, nadi, dan RR
Kriteria Hasil : 3. Monitor warna dan suhu kulit
4. Monitor tanda-tanda hipertermi
 Suhu tubuh stabil 36,5-37C
5. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 Keseimbangan antara produksi
6. Ajarkan pada pasien cara mencegah
panas, panas yang diterima dan
keletihan akibat panas
kehilangan panas
7. Berikan antipiretik jika perlu
 Pengendalian resiko hipertermia
Ketidakseimbangan NOC NIC
Nutrisi Kurang dari
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Nutrition Management
Kebutuhan Tubuh
diharapkan masalah keperawatan  Kaji adanya alergi makanan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
Kriteria Hasil :
 Anjurkan pasien untuk meningkatkan
1. Adanya peningkatan berat badan sesuai intake Fe
dengan tujuan  Anjurkan pasien untuk meningkatkan
2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi protein dan vitamin C
badan  Berikan substansi gula
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan
 Yakinkan diet yang dimakan
nutrisi
mengandung tinggi serat untuk
4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
mencegah konstipasi
5. Menunjukkan peningkatan fungsi
 Berikan makanan yang terpilih (sudah
pengecapan dari menelan
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
6. Tidak terjadi penurunan berat badan
 Ajarkan pasien bagaimana membuat
yang berarti
catatan makanan harian
 Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori
 Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
 Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
2. Nutrition Monitoring
 BB pasien dalam batas normal
 Monitor adanya penurunan berat
badan
 Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan
 Monitor interaksi anak atau orang tua
selama makan
 Monitor lingkungan selama makan
 Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
 Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah
 Monitor mual dan muntah
 Monitor kadar albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
 Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
 Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
 Monitor kalori dan intake kalori
 Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papilla lidah dan cavitas
oral
 Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet
DAFTAR PUSTAKA

Inawati. (2009). Demam Tifoid. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma. Edisi Khusus. Hal
31-36.
Nadyah. (2014). Hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi insidens penyakit demam tifoid
di Kelurahan Samata Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa 2013. Jurnal
Kesehatan, Vol VII, No 1, 305-321.
Ngastiyah. (2005). Perawatan anak sakit. Jakarta: EGC
Wardana, I. M. T. L., et al. (2014). Diagnosis demam thypoid dengan pemeriksaan widal. Bali:
Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah

Anda mungkin juga menyukai