Anda di halaman 1dari 5

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

METODOLOGI PENELITIAN
DOSEN : HERMANTO.,Ners., M.Kep

OLEH :
DEBY KRISTANTO
( NIM : 2022 - 02 -14201 – 010 )

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


ALIH JENJANG ANGKATAN XI
STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA
2022
ANALISIS JURNAL DENGAN METODE PICO

“PERBEDAAN EFEKTIVITAS KOMPRES AIR HANGAT


DAN KOMPRES AIR BIASA TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH
PADA ANAK DENGAN DEMAM DI RSUD TUGUREJO SEMARANG”

A. ANALISIS JURNAL

1. Judul Penelitian
“Perbedaan Efektivitas Kompres Air Hangat Dan Kompres Air Biasa
Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Dengan Demam Di Rsud
Tugurejo Semarang”.
https://id.scribd.com/doc/293780455/JURNAL-KOMPRES-HANGAT-pdf

2. Peneliti
 Karina Indah Permatasari
 Sri Hartini
 Muslim Argo Bayu

3. Ringkasan Jurnal
Demam merupakan keadaan ketika suhu tubuh meningkat melebihi suhu
tubuh normal (≥37°C). Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara produksi
panas oleh tubuh dan pelepasan panas dari tubuh. Demam bukan suatu
penyakit, tetapi tanda yang menyertai penyakit yang berbeda-beda. Kompres
merupakan metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan cairan
hangat atau biasa yang bermanfaat untuk menurunkan suhu tubuh pada anak
yang mengalami demam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
efektifitas kompres air hangat atau kompres air biasa terhadap penurunan suhu
tubuh pada anak dengan demam. Metode penelitian ini menggunakan One
group pra-post test design. Banyaknya sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 34 responden dengan 17 responden untuk setiap
perlakuan. Berdasarkan analisis dari 17 responden yang diberikan kompres air
hangat, rata-rata penurunan suhu tubuh sebesar 1,2°C. Sedangkan 17
responden yang diberikan kompres air biasa mengalami rata-rata penurunan
suhu tubuh sebesar 0,86°C. Hasil uji Mann- Whitney Test pada perbedaan
efektivitas kompres air hangat dan kompres air biasa menunjukkan nilai
p=0,034 (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
efektifitas kompres air hangat dan kompres air biasa terhadap penurunan pada
anak dengan demam di RSUD Tugurejo Semarang.

4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan efektivitas
kompres air hangat dan kompres air biasa terhadap penurunan suhu tubuh
pada anak dengan demam.

5. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian


a. Kelebihan
1) Menggabungkan 2 intervensi sekaligus yang dapat memaksimalkan
penurunan suhu tubuh pada anak dengan demam.
2) Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah rancangan
penelitian Eksperimen dengan desain penelitian yang digunakan
adalah One group pra-post test design. Metode penelitian ini tepat
karena dapat mengetahui perbedaan efektivitas kompres air hangat dan
kompres air biasa terhadap penurunan suhu tubuh pada anak dengan
demam.
3) Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat
untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel yang diteliti yaitu
perbedaan efektivitas kompres air hangat dan kompres air biasa
terhadap penurunan suhu tubuh pada anak dengan demam. Analisa
bivariat menggunakan Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan
efektivitas dua variabel bebas.
b. Kekurangan
1) Sampel dari penelitian ini adalah pasien anak di ruang rawat inap yang
mungkin telah mendapat antipiretik sebelumnya. Hal ini dapat
membuat hasil pengukuran menjadi bias karena respon tubuh anak
berbeda-beda.
2) Hasil penelitian hanya menyebutkan hasil dari pengukuran di 2 tempat
yaitu dahi dan axilla, bukan salah satunya.

B. PEMBAHASAN ANALISIS JURNAL DENGAN METODE PICO


1. Patient/Population/Problem
Metode penelitian ini menggunakan One group pra-post test design
dengan banyaknya sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 34
responden. Yakni, 17 responden yang diberikan kompres air hangat dan 17
responden yang diberikan kompres air biasa. Sampel dalam penelitian ini
adalah anak yang berusia 1-5 tahun yang mengalami demam di RSUD
Tugurejo Semarang.

2. Intervention/Treatment
Pada penelitian ini intervensi yang diberikan adalah dengan
memberikan kompres menggunakan air hangat (34-37°C) dan air biasa (18-
28°C), lokasi dilakukan kompres pada dahi dan axilla selama 20 menit dan
kompres diberikan 2 jam sebelum pemberian antipiretik (parasetamol).

3. Comparasion Intervention/Treatment
1) Jurnal ”Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Motivasi Ibu Dengan Perilaku
Pencegahan Kejang Demam Berulang Pada Balita Usia 1- 5 Tahun Di
RSUD Raden Mattaher Jambi”
(https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/1868914)

Jenis penelitian ini merupakan kuantitatif dengan desain cros sectional.


Teknik pengambilan sampel adalah accidental sampling. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh penderita kejang demam pada anak di ruang
anak RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2016 yaitu berjumlah 125
orang, sampel dalam penelitian ini adalah 35 orang. Data kemudian di
olah dengan analisa univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi-
Square.
Hasil analisa univariat didapatkan 19 responden (54,3 %) memiliki
pengetahuan rendah, Sikap sebanyak 20 (57,1%) responden kurang baik,
motivasi kurang baik 18 responden (51,4 %) dan perilaku pencegahan
kejang demam 18 responden (51,4 %) kurang baik.
2) Komparasi penelitian ini dengan jurnal tersebut adalah penelitian ini
menggabungkan dua intervensi sekaligus yang dapat memaksimalkan
penurunan suhu tubuh pada anak dengan demam. Sedangkan jurnal
pembanding mengemukakan fakta bahwa hasil analisa univariat
didapatkan lebih dari 50% responden memiliki pengetahuan, sikap dan
motivasi yang kurang baik terhadap pencegahan kejang demam.
3) Fokus utama penatalaksanaan pasien yang mengalami demam adalah
dengan memberikan kompres sebagai penanganan awal, sehingga dapat
menurunkan suhu tubuh pada anak demam serta diharapkan mampu
meminimalkan penggunaan antipiretik.
4) Metode pemberian kompres air hangat terbukti lebih efektif menurunkan
suhu tubuh pada anak demam dibuktikan dengan nilai mean 25,09 > nilai
mean kompres air biasa 9,91. Penggunaan air hangat dalam kompres dapat
mencegah pasien untuk menggigil sehingga pasien tidak mengalami
peningkatan suhu tubuh akibat menggigilnya otot. Hangat dari air
kompres tersebut merangsang vasodilatasi sehingga mempercepat proses
evaporasi dan konduksi yang pada akhirnya dapat menurunkan suhu
tubuh. Sedangkan untuk kompres air biasa, bahwa air dingin dalam
kompres dapat menimbulkan efek menggigil pada pasien. Dingin dari air
kompres tersebut menghambat rangsangan vasodilatasi sehingga
memperlambat proses evaporasi dan konduksi yang pada akhirnya
memperlambat menurunkan suhu tubuh.
Hasil uji Mann- Whitney Test pada perbedaan efektivitas kompres air
hangat dan kompres air biasa menunjukkan nilai p=0,034 (p<0,05),
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan efektifitas kompres air
hangat dan kompres air biasa terhadap penurunan pada anak dengan
demam di RSUD Tugurejo Semarang.
4. Outcome
Metode pemberian kompres air hangat terbukti lebih efektif menurunkan
suhu tubuh pada anak demam dibuktikan dengan nilai mean 25,09 > nilai
mean kompres air biasa 9,91. Hasil uji Mann- Whitney Test pada perbedaan
efektivitas kompres air hangat dan kompres air biasa menunjukkan nilai
p=0,034 (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
efektifitas kompres air hangat dan kompres air biasa terhadap penurunan pada
anak dengan demam di RSUD Tugurejo Semarang.
Penggunaan air hangat dalam kompres dapat mencegah pasien untuk
menggigil sehingga pasien tidak mengalami peningkatan suhu tubuh akibat
menggigilnya otot. Hangat dari air kompres tersebut merangsang vasodilatasi
sehingga mempercepat proses evaporasi dan konduksi yang pada akhirnya
dapat menurunkan suhu tubuh. Sedangkan untuk kompres air biasa, bahwa air
dingin dalam kompres dapat menimbulkan efek menggigil pada pasien.
Dingin dari air kompres tersebut menghambat rangsangan vasodilatasi
sehingga memperlambat proses evaporasi dan konduksi yang pada akhirnya
memperlambat menurunkan suhu tubuh.

Anda mungkin juga menyukai