A DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN PRIORITAS HIPERTERMIA DAN DIAGNOSA MEDIS
FEBRIS DI RS X SURABAYA
OLEH
PENDAHULUAN
REVIEW JURNAL
7. Bukti dan Validasi Data Peneliti Dalam penelitian ini sampel akan
diambil diruang anak pasien yang
mengalami demam dan akan
dilakukan uji antara kompres hangat
dan kompres dingin di bagian dahi
dengan waslap yang lembab. Dimana
total sampling jumlah populasi yang
didapatkan akan diambil sebanyak 30
sampel dengan 2 kelompok. Untuk
kelompok pertama yaitu 15 orang
melakukan kompres hangat dan 15
orang untuk melakukan kompres
dingin, semua akan dilakukan pada
kelompok intervensi atau eksperimen
pada pasien anak demam di ruang
anak RSU Kabupaten Tangerang,
setelah itu akan dijabarkan apakah ada
pengaruh antara kompres hangat
dibandingkan kompres dingin.
Kritik Penelitian
8. Kelebihan Peneliti - Mempunyai banyak variable
sesuai dengan karakteristiknya
9. Kekurangan Peneliti - Tidak dijelaskan mengenai cara
validasi datanya
- Tidak ada prosentasi keberhasilan
antara kompres hangat dan dingin
Penutup
10. Apakah jurnal ini membantu dalam Sangat membantu dalam memberikan
memberikan ASKEP Maternitas intervensi pada pasien dengan
masalah keperawatan hipertensi.
11. Bagaimana mengaplikasikan hasil Memberikan edukasi cara
penelitian tersebut dalam praktik memberikan kompres hangat kepada
keperawatan? keluarga atau orang tua yang anaknya
mengalami masalah keperawatan
hipertermi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Riwayat : Orang tua mengungkapkan anak demam sejak 2 hari lalu tiap
kesehatan/penyakitsa malam muntah jika makan dan minum. Klien dibawa orang
atini tuanya ke klinik dokter dekat rumah dan diperiksa, dapat
terapi obat minum yaitu puyer demam 4x1sachet, puyer
raciak perut 3x1 sachet, cepsfan syr 2x 6 ml, tapi demam dan
muntah tidak berkurang, akhirnya dibawa ke Igd RS X jam
07.00 pada tgl 23/02/2023 dan diperiksa oleh dokter.Hasil
TTV, Tensi : 108/60 mmhg, suhu: 39C,Nadi : 130 x/mnt, RR:
22 x/mnt, SpO2: 100%, akral hangat, wajah tampak merah,
klien merasa kedinginan, tampak pucat, turgor kulit < 2 detik.
extra Proris supp 2,cek laborat. Dokter Igd phone dr.DPJP (dr.
S) mendapat terapi yaitu Infus D5% ½ NS 1000ml/24jam,
injeksi Antrain 300mg (bila masih demam berikan tiap 4
jam), injeksi Pumpitor 2x15 mg/iv, injeksi Trovensis 2x3
mg/iv (jika muntah), diet 3x bubur kasar, MRS.Jam 08.00
pasien sudah diberikan injeksi Pumpitor 15 mg/iv dan
Trovensis 3 mg/iv.jam 08.30 pasien diantar ke ruang rawat
inap West Wing 7.
Riwayat Kesehatan/ penyakit sebelumnya:
Ny.S mengungkapkan anak tidak ada Riwayat penyakit. Biasanya hanya ada keluhan
batuk pilek namun dibawa ke dokter praktek langsung membaik.
Riwayat kesehatan/penyakitkeluarga :
Ny.S mengungkapkan di keluarga tidak ada riwayat penyakit keluarga, seperti DM,
Hipertensi, ataupun penyakit lainnya.
Riwayat Intranatal:
Ny.S mengungkapkan anak lahir cukup bulan yaitu 39 minggu, anak lahir secara normal
dengan lama persalinan kurang lebih 2 jam, dengan bantuan penolong dokter dan bidan.
Riwayat Neonatal :
Ny.S mengungkapkan saat An.A lahir langsung di lakukan IMD ( inisiasi menyusui dini).
Ny. S memberikan ASI ekslusif selama 15 bulan. Saat lahir BB: 3200 gram, TB: 52 CM,
anak tidak mengalami ikterus, tidak mengalami infeksi saat lahir.
Riwayat Imunisasi Klien: Ny. S mengungkapkan An, B sudah mendapat imunisasi dasar
lengkap, antara lain BCG, Hep B , DPT, Polio, Campak, Hib
Riwayat Alergi yang dialamiklien : Ny. S mengungkapkan anak tidak pernah mengalami
alergi
Riwayat masuk rumahsakit : Ny.S mengungkapkan anak tidak pernah masuk Rumah
sakit sebelumnya.
Pola Aktivitas dan latihan (di rumah/sebelum sakit dan di rumah sakit/ saat sakit)
Di rumah :
Ny.S mengungkapkan sebelum sakit pasien mampu melakukan aktivitas dan bermain
dengan kakak- kakaknya
Di RS :
Saat pengkajian Anak hanya melakukan aktivitas di tempat tempat, melihat Televisi.
Pola Persepsi dan konsep diri: Ny.S mengungkapkan anak ceria saat diruimah dan
bermain dengan kakak-kakaknya, saat sakit anak memahami tentang kondisi sakit dan
perlu mendapat pengobatan.
Pola peran dan hubungan: Anak dapat berkomunikasi dengan baik, pasien kooperaktif
dengan perawat saat di lakukan tindakan.
Pola Managemen Stress dan adaptasi/ Koping pada anak dan Keluarga
Pasien terlihat tenang dengan kondisinya, anak kooperatif dengan dokter dan perawat saat
melakukan pemeriksaan, pasien tidak cemas, pasien dijaga ibu, bapak dan kakak- kakanya
secara bergantian.
Sistem nilai dan kepercayaan/ Kebutuhan Spiritual : Ny.S mengungkapkan anak rajin
ngaji dan sholat 5 waktu bila tidak sakit.
HigienePerseorangan
Di rumah :
Ny.S mengungkapkan anak pasien mandi 2x sehari, cuci rambut 3x/seminggu, gosok gigi
3x sehari ( saat mandi dan mau tidur) anak bisa mandi sendiri.
Di RS :
Untuk personal higiene pasien dibantu ibunya, di seka 1x sehari, gosok gigi 2x sehari,
tidak cuci rambut.
PemeriksaanFisik
Kulit :
Kulit bersih, tidak ada luka atau lesi, warna kuli tputih, turgor kulit <2 detik, teraba hangat,
suhu 39 °C.
Kepala dan Leher : Kulit kepala bersih, rambut kepala hitam dan lurus tidak rontok,
tidak ada pembengkakan pada kepala. Pada leher tidak ada pembengkakan tiroid.
Penglihatan dan Mata: Bola mata simetris kiri dan kanan. Konjungtiva tidak anemis,
sclera tidak ikterik, pupil isokor, tidak ada gangguan pengelihatan
Penciuman dan Hidung : Hidung mancung, bentuk simetris kiri dan kanan, tidak ada
gerakan cuping hidung, pembauan normal, tidak ada perdarahan hidung.
Pendengaran dan Telinga : Daun telinga tidak ada kelainan kongenital, bentuk telinga
simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran.
Mulut dan Gigi: Mulut tampak bersi, membran mukosa warna merah tidak ada lesi, bibir
warna merah dan lembab tidak ada stomatitis, lidah bersih, gigi tampak rapi tidak ada
karies, jumlah gigi susu sudah lengkap.
Dada, Pernafasan dan Sirkulasi: Bentuk dada dan pergerakan dada simetris kiri dan
kanan, tidak ada nyeri tekan, bunyi nafas vesikuler, tidak ada batuk, Tensi 105/60 mmhg,
Respirasi 22x/mnt, suhu 39 C, nadi 130x/menit, CRT < 2 detik, akral hangat.
Abdomen
Diisi hasil pengkajian yang meliputi :
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada benjolan, tidak ada pergerakan nafs
perut, warna kulit putih, tidak asites.
Auskultasi : Bising usus 12x/menit
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Daerah Vertebra (punggung, tulang belakang)
Bentuk simetris, tidak ada kelainan pada tulang belakang
Ekstremitas Atas dan Bawah :Bentuk simetris, pergeragan aktif, terpasang infus di
tangan kiri tidak mengganggu pergerakan anak
PemeriksaanPenunjang :
Tanggal 23/2/23 :
Hematologi lengkap :Hb 12,7 g/dl,Eritrosit 4.69 10 ^6/uL, Hematokrit 37.8 %, Leukosit
11,43 10^3/uL, , Trombosit281 10^3/uL, CRP Kuantitatif6.0 mg/L, IgM A
Widal : Negative : <=2
Dengue NS-1 : negative
Swab PCR : negative
Urine Lengkap : Normal
Terapi :
INFUS D5 1/2NS 1000 cc /24 jam
Indikasi :
Sebagai sumber kalori dimana penggantian cairan dan kalori dibutuhkan
Kontra indukasi ;
Sindroma malabsorpsi glukosa-galaktosa, koma diabetikum
Efek Samping :
Demam
Infeksi atau jaringan nekrosis pada tempat suntikan,
Trombosis vena atau flebitis di lokasi suntikan
Hipernatremia.
Tidak digunakan pada pasien memiliki alergi terhadap kandungan di dalam Pumpitor
Mekanisme kerja :
Menekan sekresi asam lambung dengan cara menghambat secara spesifik dan irreversible
system pompa asam dalam mukosa lambung.
Efek samping :
Sakit kepala
Gangguan saluran cerna seperti mual ringan dan bersifat sementara, diare, nyeri
perut
konstipasi
reaksi pada kulit
infeksisaluran napas atas
Vertigo
ruamkulit
batuk
Inj Trovensis K/P muntah 2x 3 mg
Mekanisme kerja:
Menghambat stimulus otot polos kolinergik yang akan meningkatkan gerak peristaltik
Efek samping:
Sakit kepala
Sensasi hangat atau kemerahan
konstipasi
Reaksi lokasi injeksi, tidak umum: kejang, gangguan gerakan (termasuk reaksi
ekstra pyramidal seperti reaksi distoni, oculogyric crisis, diskinesia), aritmia, nyeri
dada dengan atau tanpa depresi segmen ST, bradikardi, cegukan, peningkatan uji
fungsi hati tanpa gejala. Reaksi hipersensitivitas yang terjadi segera dan kadang
berat termasuk anafilaksis, pusing saat pemberian intravena secara cepat, gangguan
penglihatan sepintas (pandangan kabur) setelah mendapat obat intravena
ANALISA DATA :
Infeksi bakteri
1. 23 DS : Hipertermi
Februari (D.0130)
- Orang tua pasien mengatakan
2023 Aliran darah
demam sudah 2 hari yang lalu
DO:
Sistem imun menurun
- Pasien tampak kedinginan
- Suhu: 39 C,
- Akral hangat, wajah tampak
Pusat pengaturan suhu
kemerahan
terganggu
Demam
Hipertermi
Tg
l DIAGNOSA
SOAPIE
/ Jam KEPERAWATAN
24 Hipertermia berhubungan S:
Febuari dengan proses penyakit - Ibu pasien mengatakan suhu tubuh anak masih
2023 panas naik turun.
Jam O:
08.00 - Suhu tubuh : 37.6 C
- Pasien tidak menggigil
- Kemerahan diwajah berkurang
P :Intervensi dilanjutkan
I:
Jam 08.00
- Mengobservasi TTV Sh tubuh: 38C,HR: 130
x/menit,TD: 90/50 mmHg,SpO2: 100%,pasien
merasa kedinginan,wajah tampak merah
- Memberikan terapi injeksi antrain 300 mg/iv
Jam 08.30
- Mengatur suhu ruangan pasien dengan
menaikkan suhu AC 25 C
Jam 08.45
- Memberikan extra selimut ke pasien
Jam 09.00
- Mengobservasi TTV Sh: 38.5C HR: 135 x/menit
Jam 10.00
- Mengompres An.A yang mengalami demam
dengan air hangat kuku di bagian aksilla dengan
cara memposisikan klien senyaman mungkin
lalu letakan washlap yang sudah direndam air
hangat kuku aksilla lakukan selama 15 menit
Jam 11.30
- Memberikan pasien minum air hangat 100 ml
- Menganjurkan pasien untuk tirah baring
Jam 12.00
- Mengobservasi tetesan infuse D5% ½ NS
1000ml/24 jam
Jam 13.35
- Memberikan terapi obat injeksi Antrain 300 mg
(bila demam)
E:
Jam 14.00
- Mengobservasi suhu tubuh pasien, Suhu : 37.4
C ,pasien menggigil bila suhu tubuh mau
naik,kemerahan pada wajah bila pasien demam
- Ibu pasien mengatakan anak demam masih naik
turun
25 Hipertermia berhubungan S:
Febuari dengan proses penyakit Ibu pasien mengatakan anak demam masih naik
2023 turun
Jam O:
13.00 - Suhu : 37.4 C
- pasien menggigil bila suhu tubuh mau naik,
- kemerahan pada wajah bila pasien demam
P :Intervensi dilanjutkan
I:
Jam 08.00
- Mengobservasi TTV Sh tubuh: 37C,HR: 108
x/menit,TD: 95/65 mmHg,SpO2: 100%,pasien
tidak kedinginan,wajah tidak tampak merah
- Memberikan terapi injeksi antrain 300 mg/iv
Jam 08.30
- Mengatur suhu ruangan pasien dengan
menaikkan suhu AC 18 C
Jam 09.00
- Mengobservasi TTV Sh: 36.9C HR: 105 x/menit
Jam 10.00
- Mengobservasi tetesan infuse D5% ½ NS
1000ml/24 jam
Jam 14.00
E:
- Ibu pasien mengatakan anak sudah tidak panas
lagi
- Suhu tubuh : 36.6 C
- Pasien tidak menggigil
- Wajah kemerahan sudah tidak ada
24 S:
Februar Resiko Defisit Nutrisi Ibu Pasien mengatakanan anak makan masih sedikit
i 2023 berhubungan dengan
Ketidakmampuan Menelan O :
Jam Makanan - Anak muntah 1x air
08.00 - Pasien makan habis ¼ porsi
P :Intervensi dilanjutkan
I:
Jam 08.00
- Mengobservasi TTV Sh tubuh: 38C,HR: 130
x/menit,TD: 90/50 mmHg,SpO2: 100%
Jam 08.15
- Memberikan injeksi Pumpitor 15 mg/iv dan
Trovensis 3 mg/iv
Jam 09.15
- Memonitor asupan makanan pada orang
tuapasien, An. A mulai mau makan sedikit-
sedikit,makan pagi habis ½ porsi
Jam 10.00
- Menganjurkan ibu untuk meningkatkan asupan
nutrisi pasien dengan makan sedikit tapi sering
dan memberikan makanan yang disukai yang
sesuai dengan diet pasien
Jam 14.00
- Memonitor asupan makan pasien, pasien makan
habis ½ porsi
- Pasien tidak ada muntah
- Ibu pasien mengatakanan anak mulai mau makan
sedikit-sedikit
25 S:
Februar Resiko Defisit Nutrisi Ibu pasien mengatakanan anak mulai mau makan
i 2023 berhubungan dengan makan sedikit-sedikit
Ketidakmampuan Menelan
Jam Makanan O:
08.00 - Pasien makan habis ½ porsi
- Pasien tidak ada muntah
I:
Jam 08.00
- Mengobservasi TTV Sh tubuh: 37C,HR: 108
x/menit,TD: 95/65 mmHg,SpO2: 100%,
Jam 08.15
- Memberikan injeksi Pumpitor 15 mg/iv dan
Trovensis 3 mg/iv
Jam 10.00
- Memonitor asupan makanan pada orang tua
pasien, An. A mulai mau makan sedikit-sedikit,
makan pagi habis 3/4 porsi
Jam 14.00
- Memonitor asupan makan pasien, pasien makan
habis ¾ porsi
- Pasien tidak ada muntah
- Ibu pasien mengatakan anak mulai mau makan
BAB 4
PEMBAHASAN
Kasus Febris pada An. A dengan keluhan utama orang tua mengungkapkan anak
demam sejak 2 hari lalu tiap malam muntah setiap makan dan minum. sudah minum obat puyer
demam 4x1, puyer raciak perut 3x1, cepsfan syr 2x 6 ml, tapi demam dan muntah tidak
berkurang. Hasil TTV, Tensi : 108/60 mmhg, suhu: 38-39 C, Nadi : 130 x/mnt, RR: 22 x/mnt,
SpO2: 100%, akral hangat, turgor kulit < 2 detik. Berdasarkan keluhan pasien maka diangkat
diagnosa keperawatan prioritas hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai
dengan orang tua pasien mengatakan demam sudah 2 hari yang lalu pasien demam dengan suhu
38,5°C, akral hangat. Pada pemeriksaan fisik dan tanda tanda vital didapatkan Suhu: 39 C,
Nadi : 130 x/mnt,, akral hangat, dan turgor kulit < 2 detik. Luaran Utama adalah Termoregulasi
(D.0130) dan intervensi keperawatannya yaitu manajemen Hipertermi (I.15506) yang salah
satu tindakan keperawatannya yaitu pemberian kompres dingin. Pada An. A perawat
mengiplementasikan kompres hangat yang bertujuan menurunkan suhu tubuh pasien dan pada
evaluasi kompres tersebut efektif pada penurunan suhu tubuh pasien.
Perbandingan pengaruh pada penanganan terhadap penurunan suhu tubuh pada pasien
demam dengan menggunakan tindakan kompres hangat dan kompres dingin sering kita jumpai
diberbagai prosedur di rumah sakit namun belum ada hasil yang akurat seberapa efektif dari
perbandingan kompres hangat dan kompres dingin terhadap penurunan suhu tubuh pada anak
dengan demam (Rahmawati & Purwanto, 2020). Pada penelitian ini dilakukan tindakan
kompres hangat pada pasien anak dengan demam di RSU Kabupaten Tangerang, kompres
hangat didapatkan pengaruh penurunan suhu tubuh anak dengan rata-rata suhu pada anak
sesudah dilakukan kompres hangat sebesar 36,60 dengan rata-rata anak demam dengan suhu
37,5. Pada kompres dingin didapatkan ratarata pasien setelah dilakukan kompres dingin dengan
suhu 36,42 dengan kumulasi suhu demam sebesar 37,5. Keduanya mempengaruhi penurunan
suhu namun peneliti menganjurkan untuk pasien anak dengan demam menggunakan kompres
hangat.
Hal ini sejalan dengan penelitian Janiah, dkk (2022) tentang perbandingan kompres
hangat dan kompres dingin terhadap penurunan suhu tubuh anak demam usia 1-5 tahun
menjelaskan bahwa perbandingan yang didapat pada penelitian ini kompres hangat dan
kompres dingin dapat menurunkan suhu tubuh namun peneliti menyarankan untuk menurunkan
suhu tubuh lakukan dengan menggunakan kompres hangat karena kompres hangat biasanya
dapat memberikan efek nyaman pada tubuh dan vasokontriksi didalam tubuh memberikan
sinyal untuk membuat suhu tubuh menjadi rendah. Suhu sebelum dan sesudah pada kompres
dingin didapatkan dengan pengaruh 1,43 derajat celcius dan mengalami penurunan suhu tubuh
pada pasien demam, sedangakan kompres dingin didapatkan pengaruh 1,98 derajat celsius
namun pada kompres dingin tidak dianjurkan untuk menurunkan suhu tubuh anak jika anak
mengalami demam.
BAB 5
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang perubahan dan
perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain atau toddler (1- 3 tahun),
pra sekolah (3-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun), hingga remaja (11- 18 tahun).
Sedangkan demam adalah suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak
merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus
(Sodikin dalam Wardiyah, 2016). Sebagian besar demam berhubungan dengan terjadinya
infeksi yang dapat berupa infeksi sistemik ataupun lokal. Demam yang paling sering
disebabkan karena penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernapasan atas, infeksi saluran
pernapasan bawah, gastrointestinal, dan lain sebagainya. Dari hasil pengkajian didapatkan
adalah anak berusia 7 tahun berjenis kelamin perempuan yang merupakan usia sekolah dan
sangat rentang terjadinya demam disebabkan oleh bakteri atau virus pada anak sekolah,
sehingga tubuh anak merespon dengan peningkatan suhu tubuh atau demam.
Dari hasil diagnosa keperawatan didapatkan pasien mengalami hipertermia
berhubungan dengan proses penyakit. Masalah keperawatan prioritas tersebut ditemukan
pada pengkajian awal masuk rumah sakit. Pemeriksaan fisik menunjang pada masalah
keperawatan pada pasien. Masalah yang muncul pada pasien hipertermia karena
disebabkan oleh bakteri atau virus pada anak.
Pada hasil intervensi prioritas yaitu manajemen hipertermi dan kemudian salah
satu implementasi yang dilakukan pada pasien. Dengan penerapan tindakan yang tepat
mengenai diagnosa dapat direncanakan intervensi yang sesuai sehingga dapat
diimplementasikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada rumah sakit.
Didapatkan hasil evaluasi pada laporan kasus dengan kriteria hasil yang mengacu
pada buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Standar Luaran Keperawatan
Indonesia dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia yang didapatkan hasil evaluasi
sama dengan kriteria hasil, sehingga dinyatakan tujuan tercapai, suhu tubuh membaik pada
hari ke-2.
5.2 SARAN
Dengan asuhan keperawatan ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan demam sehingga bisa lebih
memahami tanda gejala demam serta penatalaksanaan dalam memberikan asuhan
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Edisi
1. Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Edisi 1.
Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Edisi
1. Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia
Janiah,et al. (2022). Perbandingan Kompres Hangat Dan Kompres Dingin Terhadap Penurunan
Suhu Tubuh Anak Demam Usia 1-5 Tahun. Tangerang. Diakses dari Jurnal Ilmu
Kedokteran dan Kesehatan Indonesia.