Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

A DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN PRIORITAS HIPERTERMIA DAN DIAGNOSA MEDIS
FEBRIS DI RS X SURABAYA

Dosen Pengampu : Ni Luh Agustini Purnama, M.Kep.,Ners

OLEH

ERA MURLIANA (202204034)

NOVI HERYANI (202204047)

STEFANNY IVANA OEK (202204050)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KATOLIK
ST. VINCENTIUS A PAULO
SURABAYA
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sehat adalah keadaan kesejahteraan optimal antara fisik, mental, dan sosial yang
harus dicapai sepanjang kehidupan anak dalam rangka mencapai tingkat pertumbuhan
dan perkembangan yang optimal sesuai dengan usianya. Dengan demikian, apabila
anak sakit akan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik, psikologis,
intelektual, dan spiritual (Supartini, 2012).
Anak merupakan investasi dan harapan masa depan bangsa sebagai penerus
generasi di masa mendatang. Anak usia sekolah adalah anak yang berusia 5-11 tahun
(Nurjanah, 2015). Anak usia sekolah banyak mengalami masalah kesehatan, antara lain
kesehatan umum, gangguan perkembangan, gangguan perilaku, dan gangguan belajar.
Hal ini dapat disebabkan karena anak usia sekolah sering menggunakan fungsi
biologisnya untuk menemukan berbagai hal yang ada dalam dunianya, anak lebih
senang bermain dengan segala sesuatu yang dekat dengan dirinya. Perilaku yang kurang
sehat dan daya tahan tubuh yang rendah menjadi faktor tingginya kejadian infeksi pada
anak usia sekolah yang disebabkan oleh bakteri atau virus pada anak sekolah, sehingga
tubuh anak merespon dengan peningkatan suhu tubuh atau demam (Kementrian
Kesehatan RI, 2016).
Jumlah anak yang mengalami demam di seluruh dunia menurut World Health
Organization (WHO) sekarang ini telah mencapai 16 – 33 juta dengan 500 – 600 ribu
kematian setiap tahunnya (Wardiyah, Setiawati, & Setiawan, 2016). Profil kesehatan
Indonesia tahun 2013, mengungkapkan jumlah penderita demam pada tahun 2013 yang
disebabkan oleh infeksi dilaporkan sebanyak 112.511 dengan jumlah kematian 871
orang. Hal ini terjadi peningkatan demam yang disebabkan oleh infeksi apabila
dibandingkan dengan tahun 2012 dengan angka 90.245 penderita demam yang
disebabkan oleh infeksi pada anak di Indonesia (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Dari hasil survey Departemen Kesehatan RI, frekuensi kejadian demam menjadi 15,4
per 10.000 penduduk. Survey berbagai rumah sakit di Indonesia memperlihatkan
peningkatan jumlah anak yang mengalami demam (Kemenkes RI, 2019).
Data Puskesmas wilayah kerja Kota Surabaya didapatakan jumlah anak Usia
Sekolah (5-11 tahun) mengalami demam atau peningkatan suhu tubuh pada data tahun
2019-2020 adalah lebih dari 300 anak.
Virus dan bakteri merupakan salah satu penyebab infeksi yang sering terjadi dan
menimbulkan gejala demam pada anak. Akan tetapi, demam itu sendiri bukan
merupakan suatu penyakit (Ismoedijanto, 2016). Tubuh akan mengeluarkan sejumlah
panas ke kulit sebagai respon melawan penyakit dan infeksi (Permatasari, Hartini, &
Bayu, 2013).
Demam adalah suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak
merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus
(Sodikin dalam Wardiyah, 2016). Anak dikatakan demam apabila pada saat dilakukan
pengukuran suhu tubuh menunjukan angka >37,5°C atau suhu oral dengan nilai
>37,8°C atau suhu aksila menunjukan angka >37,2°C. Sebagian besar demam
berhubungan dengan terjadinya infeksi yang dapat berupa infeksi sistemik ataupun
lokal. Demam yang paling sering disebabkan karena penyakit infeksi seperti infeksi
saluran pernapasan atas, infeksi saluran pernapasan bawah, gastrointestinal, dan lain
sebagainya.
Demam pada anak membutuhkan perlakuan dan penanganan tersendiri yang
berbeda bila dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini dikarenakan, apabila tindakan
dalam mengatasi demam tidak tepat dan lambat maka akan mengakibatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu. Demam dapat membahayakan
kesehatan anak, demam dapat mengakibatkan dehidrasi, kejang demam dan penurunan
kesadaran hingga kematian. Dehidrasi pada anak mengakibatkan anak banyak
mengalami kehilangan cairan dan elektrolit sehingga anak mengalami hipovolemia
kondisi ini sangat berbahaya dan dapat meningkatkan resiko kematian pada anak.
Sedangkan kejang demam pada anak jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat dapat
mengakibatkan kerusakan sel-sel pada otak akibat kekurangan oksigen, hal ini dapat
mengakibatkan kerusakan pada sel-sel tersebut secara permanen hingga berujung
kematian. Demam yang mencapai 41°C angka kematiannya mencapai 17%,dan pada
suhu 43°C akan koma dengan kematian 70%,dan pada suhu 45°C akan meninggal
dalam beberapa jam (Said, 2014).
Biasanya, pada suhu tubuh yang tinggi akan melakukan pendinginan melalui
pengeluaran keringat. Namun, dalam kondisi tertentu suhu udara diatas 35°C dan
dengan kelembaban yang tinggi, mekanisme pendinginan ini menjadi kurang efektif.
Ketika kelembaban udara yang tinggi, keringat tidak akan menguap dengan cepat.
Selanjutnya, tanpa asupan cairan yang cukup, kehilangan cairan yang berlebihan dan
ketidakseimbangan elektrolit juga dapat terjadi menyebabkan dehidrasi. Dalam kasus
tersebut, suhu tubuh seseorang meningkat dengan cepat. Suhu tubuh yang sangat tinggi
dapat merusak otak dan organ vital lainnya. Penanganan pada anak demam yang sering
dilakukan orang tua adalah dengan memberikan obat penurun panas (antiperetik) untuk
mempercepat penurunan suhu.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan demam di ruang
rawat inap RS X Surabaya yang meliputi pengkajian, perumusan diagnose
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan , dan evaluasi?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menerapkan pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan
demam di ruang rawat inap RS X Surabaya yang meliputi pengkajian,
perumusan diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan , dan evaluasi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengindentifikasi pengkajian pada pasien anak dengan demam
2. Mengidentifikasi diagnosis keperawatan anak dengan demam
3. mengidentifikasi Intervensi keperawatan anak dengan demam
4. Implementasi keperawatan anak dengan demam
5. Evaluasi keperawatan anak dengan demam
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Menambah referensi dan memperluas ilmu terapan bidang keperawatan
dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan demam di
ruang rawat inap RS X Surabaya
1.4.2 Manfaat Praktis
Bisa bermanfaat untuk instansi pelayanan kesehatan terkait dalam proses
perencanaan tindakan keperawatan pada pasien anak dengan demam di ruang rawat
inap RS X Surabaya dan memberikan pengetahuan pada pasien dan keluarga
sehingga mengetahui tentang penyakit.
BAB II

REVIEW JURNAL

NO ASPEK HASIL REVIEW


1. Daftar Pustaka Janiah,et al,2022. Jurnal Ilmu
Kedokteran dan Kesehatan Indonesia.
Vol 2 No 3.
2. Judul Penelitian Perbandingan Kompres Hangat Dan
Kompres Dingin Terhadap Penurunan
Suhu Tubuh Anak Demam Usia 1-5
Tahun
3. Tujuan Peneliti Untuk mengetahui perbandingan pada
suhu anak dengan demam
menggunakan kompres hangat dan
kompres dingin
4. Metode dan Responden Penelitian a) Penelitian ini menggunakan metode
quasi eksperimen Non-
Randomized
b) Desain penelitianya menggunakan
Two Group Pre-Test-Post-Test
c) Jumlah populasi sebanyak 30
sampel dengan dibagi 2 kelompok
yaitu 15 orang melakukan kompres
hangat dan 15 orang melakukan
kompres dingin
d) Menggunakan 4 variable antara
lain: Usia,jenis kelamin, kompres
hangat sebelum dan sesudahnya,
kompres dingin sebelum dan
sesudahnya
e) Alat ukur penelitian ini adalah
kuesioner

5. Hasil Penelitian Pada penelitian ini dilakukan tindakan


kompres hangat pada pasien anak
dengan demam di RSU Kabupaten
Tangerang, kompres hangat
didapatkan pengaruh penurunan suhu
tubuh anak dengan rata-rata suhu pada
anak sesudah dilakukan kompres
hangat sebesar 36,60 dengan rata-rata
anak demam dengan suhu 37,5. Pada
kompres dingin didapatkan ratarata
pasien setelah dilakukan kompres
dingin dengan suhu 36,42 dengan
kumulasi suhu demam sebesar 37,5.
Keduanya mempengaruhi penurunan
suhu namun peneliti menganjurkan
untuk pasien anak dengan demam
menggunakan kompres hangat.

6. Ide-ide pokok peneliti Demam digambarkan sebagai


kenaikan suhu tubuh karena kenaikan
daerah panas di hipotalamus.Demam
bisa berbahaya jika suhu naik dengan
cepat

7. Bukti dan Validasi Data Peneliti Dalam penelitian ini sampel akan
diambil diruang anak pasien yang
mengalami demam dan akan
dilakukan uji antara kompres hangat
dan kompres dingin di bagian dahi
dengan waslap yang lembab. Dimana
total sampling jumlah populasi yang
didapatkan akan diambil sebanyak 30
sampel dengan 2 kelompok. Untuk
kelompok pertama yaitu 15 orang
melakukan kompres hangat dan 15
orang untuk melakukan kompres
dingin, semua akan dilakukan pada
kelompok intervensi atau eksperimen
pada pasien anak demam di ruang
anak RSU Kabupaten Tangerang,
setelah itu akan dijabarkan apakah ada
pengaruh antara kompres hangat
dibandingkan kompres dingin.

Kritik Penelitian
8. Kelebihan Peneliti - Mempunyai banyak variable
sesuai dengan karakteristiknya
9. Kekurangan Peneliti - Tidak dijelaskan mengenai cara
validasi datanya
- Tidak ada prosentasi keberhasilan
antara kompres hangat dan dingin
Penutup
10. Apakah jurnal ini membantu dalam Sangat membantu dalam memberikan
memberikan ASKEP Maternitas intervensi pada pasien dengan
masalah keperawatan hipertensi.
11. Bagaimana mengaplikasikan hasil Memberikan edukasi cara
penelitian tersebut dalam praktik memberikan kompres hangat kepada
keperawatan? keluarga atau orang tua yang anaknya
mengalami masalah keperawatan
hipertermi.
BAB III

TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK


Pengkajia ntgl : 23/2/23 Jam : 09:00
Sumber data : Ibu pasien NO. RM : 00.04.xx.xx
Tanggal MRS : 23/2/2023 Dx. Masuk : Fever uns + Nausea vomiting
Jam MRS : 01:03
Pav : West Wing 7
Ruang/Kelas : EXECUTIVE

Identitas Anak Identitas Orang Tua


Nama : An.A Nama Ayah : Tn. M
Usia : 7 thn,11 bln Nama Ibu : Ny. S
Tanggal Lahir : 5 Maret 2015 Pekerjaan ayah/ibu : Wiraswasta
Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan ayah/ibu : Sarjana
Anak : Ketiga Agama : Islam
Status rencana : Asuransi Suku/bangsa : Arab / Indonesia
pembiayaan Alamat :Surabaya

Keluhan Utama : Demam, muntah setiap makan dan minum.

Riwayat : Orang tua mengungkapkan anak demam sejak 2 hari lalu tiap
kesehatan/penyakitsa malam muntah jika makan dan minum. Klien dibawa orang
atini tuanya ke klinik dokter dekat rumah dan diperiksa, dapat
terapi obat minum yaitu puyer demam 4x1sachet, puyer
raciak perut 3x1 sachet, cepsfan syr 2x 6 ml, tapi demam dan
muntah tidak berkurang, akhirnya dibawa ke Igd RS X jam
07.00 pada tgl 23/02/2023 dan diperiksa oleh dokter.Hasil
TTV, Tensi : 108/60 mmhg, suhu: 39C,Nadi : 130 x/mnt, RR:
22 x/mnt, SpO2: 100%, akral hangat, wajah tampak merah,
klien merasa kedinginan, tampak pucat, turgor kulit < 2 detik.
extra Proris supp 2,cek laborat. Dokter Igd phone dr.DPJP (dr.
S) mendapat terapi yaitu Infus D5% ½ NS 1000ml/24jam,
injeksi Antrain 300mg (bila masih demam berikan tiap 4
jam), injeksi Pumpitor 2x15 mg/iv, injeksi Trovensis 2x3
mg/iv (jika muntah), diet 3x bubur kasar, MRS.Jam 08.00
pasien sudah diberikan injeksi Pumpitor 15 mg/iv dan
Trovensis 3 mg/iv.jam 08.30 pasien diantar ke ruang rawat
inap West Wing 7.
Riwayat Kesehatan/ penyakit sebelumnya:
Ny.S mengungkapkan anak tidak ada Riwayat penyakit. Biasanya hanya ada keluhan
batuk pilek namun dibawa ke dokter praktek langsung membaik.

Riwayat kesehatan/penyakitkeluarga :
Ny.S mengungkapkan di keluarga tidak ada riwayat penyakit keluarga, seperti DM,
Hipertensi, ataupun penyakit lainnya.

Riwayat kehamilan, persalinan, Neonatus


Riwayat Prenatal: Ny.S mengungkapkan selama kehamilan rajin memeriksa kehamilan di
dokter kandungan, saat kehamilan ibu tidak pernah sakit, tidak ada gangguan /kelainan
kehamilan, keluhan saat hamil hanya mual ringan pada trimester pertama, ibu juga tidak
ada Riwayat penyakit seperti DM, Hipertensi. Ibu tidak ada Riwayat alergi.

Riwayat Intranatal:
Ny.S mengungkapkan anak lahir cukup bulan yaitu 39 minggu, anak lahir secara normal
dengan lama persalinan kurang lebih 2 jam, dengan bantuan penolong dokter dan bidan.
Riwayat Neonatal :
Ny.S mengungkapkan saat An.A lahir langsung di lakukan IMD ( inisiasi menyusui dini).
Ny. S memberikan ASI ekslusif selama 15 bulan. Saat lahir BB: 3200 gram, TB: 52 CM,
anak tidak mengalami ikterus, tidak mengalami infeksi saat lahir.

Riwayat Imunisasi Klien: Ny. S mengungkapkan An, B sudah mendapat imunisasi dasar
lengkap, antara lain BCG, Hep B , DPT, Polio, Campak, Hib
Riwayat Alergi yang dialamiklien : Ny. S mengungkapkan anak tidak pernah mengalami
alergi

Riwayat mengkonsumsi obat-obatan: Ny.S mengungkapkan anak tidak ada rutin


mengkonsumsi obat, pasien minum obat bila ada keluhan batuk pilek dan obat penurun
panas racikan bila ada keluhan .

Riwayat masuk rumahsakit : Ny.S mengungkapkan anak tidak pernah masuk Rumah
sakit sebelumnya.

Pertumbuhan dan Perkembangan


(untuk anak usia 0-5 tahun wajib diisi semua, usia > 5 tahun menyesuaikan)

1) Tinggi Badan: 112 cm


2) Berat Badan: 28.6kg
3) Menggunakan Perhitungan IMT (untukanak> 5 tahun):
IMT =28.6 kg / 1,12 m x 1,12 m
= 28.6/1,2544 = 22,7
( Berat badan kategori ideal)

1) Status Gizi (WHO) :


2) Kemandirian/ bergaul : Ny.S mengungkapkan dirumah anak bermain dengan
kakak laki- laki dan kakak perempuannya, disekolah anak banyak bergaul dengan
teman perempuan.
3) Kognitif dan Bahasa :Ny.S mengungkapkan anak mampu berkomunikasi dan
berhitung dengan baik
Lingkungan yang mempengaruhi kesehatan:
Ny.S mengungkapkan tinggal di perumahan, lingkungan tempat tinggal baik dan bersih,
ventilasi rumah baik dan terang, mempunyai 4 empat jendela, dirumah terdapat 4 kamar
tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang makan,1 ruang keluarga, dapur berdekatan dengan kamar
mandi sekaligus toilet. Sumber air minum yang digunakan air mineral, sedangkan untuk
masak, mandi dan mencuci menggunakan sumber air PDAM. Terdapat tempat sampah
dihalaman depan rumah dan di buang ke TPA. Lingkungan sekolah anak baik dan bersih

Pola Persepsi dan Pemeliharaan kesehatan:


Ny.S menjaga kesehatan anaknya, dengan cara bila anak sakit segera di bawa ke dokter
peraktek
Pola Nutrisi/Metabolik
Di rumah :
Pasienmakan nasi 3 kali sehari (pagi, siangdan sorehari ),pasien makan dengan lauk
daging atau ikan serta sayuran, minum air putih berkisar 1000- 1500 ml/ hari , minum
susu 1x sehari pagi hari, pasien tidak ada riwayat alergi makan.
Di RS :
Diet pasien saat di RS nasi TIM TSTB 3x/hari, nafsu makan pasien menurun, makanan
habis ¼ porsi, minum hanya 500 ml/ 24 jam karena mual dan muntah setiap makan dan
minum.Terpasang infus D5 1/2 NS 1000 ml/24 jam.

Pola Eliminasi (BAB dan BAK)


Di rumah :
Anak BAB 1x/hari sekali, konsistensi lembek namun kadang- kadang ada keras. BAK
anak 5-6 kali/hari urin warna kuning jernih
Di RS :
Saat pengkajian anak belum BAB. Terakhir BAB kemarin sore.BAK 4-6 /hari warna
kuningjernih

Pola Aktivitas dan latihan (di rumah/sebelum sakit dan di rumah sakit/ saat sakit)
Di rumah :
Ny.S mengungkapkan sebelum sakit pasien mampu melakukan aktivitas dan bermain
dengan kakak- kakaknya
Di RS :
Saat pengkajian Anak hanya melakukan aktivitas di tempat tempat, melihat Televisi.

Pola Perceptual dan Kognitif:


Pasien saat diajak bicara merespon dengan baik, pendengaran baik,pengelihatan baik,
pengecapan baik dan fungsi kognitif anak juga baik.

Pola istirahat dan tidur


Di rumah :
Ny.S mengungkapkan waktu tidur siang anak paling lama 2 jam pukul 14.00 - 16.00,
sedangkan tidur malam pukul 21.00-04:30
Di RS :
Ny. S mengungkapkan bahwa pasien tidur malam pukul 21.00-06.00

Pola Persepsi dan konsep diri: Ny.S mengungkapkan anak ceria saat diruimah dan
bermain dengan kakak-kakaknya, saat sakit anak memahami tentang kondisi sakit dan
perlu mendapat pengobatan.

Pola peran dan hubungan: Anak dapat berkomunikasi dengan baik, pasien kooperaktif
dengan perawat saat di lakukan tindakan.

Pola Managemen Stress dan adaptasi/ Koping pada anak dan Keluarga
Pasien terlihat tenang dengan kondisinya, anak kooperatif dengan dokter dan perawat saat
melakukan pemeriksaan, pasien tidak cemas, pasien dijaga ibu, bapak dan kakak- kakanya
secara bergantian.

Sistem nilai dan kepercayaan/ Kebutuhan Spiritual : Ny.S mengungkapkan anak rajin
ngaji dan sholat 5 waktu bila tidak sakit.

HigienePerseorangan
Di rumah :
Ny.S mengungkapkan anak pasien mandi 2x sehari, cuci rambut 3x/seminggu, gosok gigi
3x sehari ( saat mandi dan mau tidur) anak bisa mandi sendiri.
Di RS :
Untuk personal higiene pasien dibantu ibunya, di seka 1x sehari, gosok gigi 2x sehari,
tidak cuci rambut.
PemeriksaanFisik

Keadaanumum: Baik, compasmentis, dan lemas

Kulit :
Kulit bersih, tidak ada luka atau lesi, warna kuli tputih, turgor kulit <2 detik, teraba hangat,
suhu 39 °C.
Kepala dan Leher : Kulit kepala bersih, rambut kepala hitam dan lurus tidak rontok,
tidak ada pembengkakan pada kepala. Pada leher tidak ada pembengkakan tiroid.

Penglihatan dan Mata: Bola mata simetris kiri dan kanan. Konjungtiva tidak anemis,
sclera tidak ikterik, pupil isokor, tidak ada gangguan pengelihatan

Penciuman dan Hidung : Hidung mancung, bentuk simetris kiri dan kanan, tidak ada
gerakan cuping hidung, pembauan normal, tidak ada perdarahan hidung.

Pendengaran dan Telinga : Daun telinga tidak ada kelainan kongenital, bentuk telinga
simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran.

Mulut dan Gigi: Mulut tampak bersi, membran mukosa warna merah tidak ada lesi, bibir
warna merah dan lembab tidak ada stomatitis, lidah bersih, gigi tampak rapi tidak ada
karies, jumlah gigi susu sudah lengkap.

Dada, Pernafasan dan Sirkulasi: Bentuk dada dan pergerakan dada simetris kiri dan
kanan, tidak ada nyeri tekan, bunyi nafas vesikuler, tidak ada batuk, Tensi 105/60 mmhg,
Respirasi 22x/mnt, suhu 39 C, nadi 130x/menit, CRT < 2 detik, akral hangat.

Abdomen
Diisi hasil pengkajian yang meliputi :
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada benjolan, tidak ada pergerakan nafs
perut, warna kulit putih, tidak asites.
Auskultasi : Bising usus 12x/menit
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Daerah Vertebra (punggung, tulang belakang)
Bentuk simetris, tidak ada kelainan pada tulang belakang

Genetalia dan Reproduksi : Genitalia tampak bersih, tidak ada kelainan

Ekstremitas Atas dan Bawah :Bentuk simetris, pergeragan aktif, terpasang infus di
tangan kiri tidak mengganggu pergerakan anak
PemeriksaanPenunjang :

Tanggal 23/2/23 :

Hematologi lengkap :Hb 12,7 g/dl,Eritrosit 4.69 10 ^6/uL, Hematokrit 37.8 %, Leukosit
11,43 10^3/uL, , Trombosit281 10^3/uL, CRP Kuantitatif6.0 mg/L, IgM A
Widal : Negative : <=2
Dengue NS-1 : negative
Swab PCR : negative
Urine Lengkap : Normal
Terapi :
INFUS D5 1/2NS 1000 cc /24 jam
Indikasi :
Sebagai sumber kalori dimana penggantian cairan dan kalori dibutuhkan
Kontra indukasi ;
Sindroma malabsorpsi glukosa-galaktosa, koma diabetikum
Efek Samping :
 Demam
 Infeksi atau jaringan nekrosis pada tempat suntikan,
 Trombosis vena atau flebitis di lokasi suntikan
 Hipernatremia.

Inj Antrain300 mg bila demam tiap 4 jam


Golongan:
Antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
Indikasi :
Penurun demam dan meringankan rasa sakit
Kontra indukasi:
 Hipersensitivitas (termasukrinitis, asma, urtikaria) terhadap metamizole, turunan
pirazolon lainnya, obat anti inflamasi non steroid lain, analgesic lainnya
 Supresi sumsum tulang atau gangguan hematopoietik (misal anemia aplastik,
agranulositosis, leukopenia)
 Defisiensi,
 Porfiria; hipotensi, kondisi kardiovaskular tidak stabil
 Gangguan hati dan ginjalberat
 Anak-anak usia dibawah 15 tahun, Wanita hamil dan menyusui.
Efek Samping :
 Radang lambung rasa periha tau sakit pada uluhati (gastritis) alias sakit maag,
 Hiperhidrosis (keringat berlebih)
 Retensi cairan dan garam dalam tubuh
 Reaksi alergi bagi mereka yang rentan atau sensitive
 Berupa gatal pada kulit, kemerahan atau edema angioneurotik
 Mual
 Muntah
 Diare
 Sembelit pada pemakaian Antrain dalam jangka waktu Panjang secara teratur,
Metampiron dapat menimbulkan kasus agranulositosis
Cara kerja:
Menghambat prostaglandin. Prostaglandin adalah zat yang terdapat dalam
tubuh yang dapat menyebabkan reaksi peradangan berupa rasa nyeri dan
pembengkakan
Inj Pumpitor 2x 15 mg
Golongan :
Proton-pump inhibitor (PPI), anti refluks, dan anti ulserasi
Idikasi:

Untuk mengatasi gangguan Kesehatan karena tukak lambung, tukak duodenum,


peradangan esofagus , sindrom Zollinger-Ellison, Gerd
Kontra Indikasi:

Tidak digunakan pada pasien memiliki alergi terhadap kandungan di dalam Pumpitor

Mekanisme kerja :
Menekan sekresi asam lambung dengan cara menghambat secara spesifik dan irreversible
system pompa asam dalam mukosa lambung.
Efek samping :
 Sakit kepala
 Gangguan saluran cerna seperti mual ringan dan bersifat sementara, diare, nyeri
perut
 konstipasi
 reaksi pada kulit
 infeksisaluran napas atas
 Vertigo
 ruamkulit
 batuk
Inj Trovensis K/P muntah 2x 3 mg

Golongan : Anti emetik

Komposisi: Ondansetron HCl

Indikasi: Mual dan muntah karena kemoterapi, radio terapi/pasca operasi

Kontra indikasi: Hipersensitivitas, sindroma perpanjangan interval QT bawaan.

Mekanisme kerja:

Menghambat stimulus otot polos kolinergik yang akan meningkatkan gerak peristaltik

esofagus dan meningkatkan pengosongan lambung

Efek samping:

 Sakit kepala
 Sensasi hangat atau kemerahan
 konstipasi
 Reaksi lokasi injeksi, tidak umum: kejang, gangguan gerakan (termasuk reaksi
ekstra pyramidal seperti reaksi distoni, oculogyric crisis, diskinesia), aritmia, nyeri
dada dengan atau tanpa depresi segmen ST, bradikardi, cegukan, peningkatan uji
fungsi hati tanpa gejala. Reaksi hipersensitivitas yang terjadi segera dan kadang
berat termasuk anafilaksis, pusing saat pemberian intravena secara cepat, gangguan
penglihatan sepintas (pandangan kabur) setelah mendapat obat intravena

ANALISA DATA :

No Tanggal Data Etiologi Problem

Infeksi bakteri
1. 23 DS : Hipertermi
Februari (D.0130)
- Orang tua pasien mengatakan
2023 Aliran darah
demam sudah 2 hari yang lalu
DO:
Sistem imun menurun
- Pasien tampak kedinginan
- Suhu: 39 C,
- Akral hangat, wajah tampak
Pusat pengaturan suhu
kemerahan
terganggu

Demam

Hipertermi

2 23 DS : Ketidakmampuan Menelan ResikoDeficit


Februari - Orang tua pasien mengatakan Makanan Nutrisi
2023 muntah tiap kali makan dan (D.0032)
minum
Ketidakmampuan mencerna
DO : makanan
- Pasien tampak muntah 3x
- BB : 28,6kg
- Hasil pengukuran IMT menurut Gangguan absorbs nutrisi
usia (IMT/U) yaitu kategori
Normal (22.7 kg/m2)
- Nafsu makan pasien menurun habis Asupan nutrisi tidak adekuat
¼ porsi dari biasanya

Resiko deficit nutrisi


DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Tanggal Diagnosa keperawatan

1. 23 Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (Infeksi) dibuktikan dengan orang


tua pasien mengatakan demam sudah2 hari yang lalu,wajah tampak kemerahan,pasien
Februari
tampak kedinginan.
2023
2 23 Resiko Deficit Nutrisi dibuktikan dengan ketidak mampuan menelan makanan
Februari ditandai dengan Orang tua pasien mengatakan muntah tiap kali makan dan
minum, Pasien tampak muntah 3x, Nafsu makan pasien menurun habis ¼ porsi dari
2023 biasanya
RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa Perencanaan Evaluasi Evaluasi


Tgl
keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Formatif Sumatif
23 Hipertermia Setelah Manajemen 1. Untuk Jam 09.00 23 Februari 2023 25 Februari 2023
Febuar berhubungan dilakukan Hipertermi mengetahui - Pengukuran
i 2023 dengan proses intervensi (I.15506) penyebab suhu tubuh Jam 14.00 Jam 14.00
penyakit keperawatan hipertermia pasien dengan
(Infeksi) selama 2x24 Observasi : 2. Untuk TTV: S: S:
dibuktikan jam maka 1. Identifikasi mengetahui Nadi : - Ibu pasien - Ibu pasien
dengan orang termogulasi penyebab kenaikan 102x/mnt, mengatakan suhu mengatakan
tua pasien membaik hipertermia ataupun Suhu : 39ᵒC, tubuh anak masih anak sudah
mengatakan dengan (mis: menurun RR : 28x/mnt panas naik turun. tidak panas lagi
demam sudah kriteria hasil : dehidrasi, suhu tubuh Jam 09.30
2 hari yang lalu - Suhu terpapar 3. Untuk - Mengidentifikasi O: O:
. suhu 39°C, tubuhmem lingkungan mengetahui penyebab - Suhu tubuh : 37.6 - Suhu tubuh :
wajah pasien baik 37°C panas, komplikasi Hipertermi dan C 36.6 C
tampak - Menggigil penggunaan akibat komplikasinya - Pasien tidak - Pasien tidak
kemerahan dan menurun inkubator) hipertermia seperti kejang menggigil menggigil
menggigil. - Kulit 2. Monitor suhu 4. Untuk Jam 10.00 - Kemerahan - Wajah
merah tubuh memberikan - Mengompres diwajah kemerahan
menurun 3. Monitor lingkungan An.A yang berkurang sudah tidak
komplikasi yang mengalami ada
akibat nyaman bagi demam dengan A: Masalah belumt
hipertermia psien air hangat kuku eratasi A: Masalah
hipertermia dibagian aksilla teratasi
Terapeutik : 5. Untuk dengan cara P : Intervensi
4. Sediakan membantu memposisikan dilanjutkan
lingkungan proses klien senyaman
yang dingin penurunan mungkin lalu
5. Longgarkan suhu tubuh letakan washlap
atau lepaskan yang sudah
pakaian direndam air
6. Berikan 6. Untuk hangat kuku
cairan oral menurunkan aksilla lakukan
7. Ganti linen suhu tubuh selama 15 menit
setiap hari 7. Untuk Jam 11.00
atau lebih menurunkan - Mengobeservasi
sering jika kehilangan suhu tubuh
mengalami panas pasien, Suhu :
hyperhidrosis melalui 38.5C
(keringat evaporasi - Pasien merasa
berlebih) 8. Agar suhu kedinginan bila
8. Lakukan tubuh tetap suhu tubuh dan
pendinginan hangat memberikan
eksternal maupun extra selimut ke
(mis: selimut dingin pasien
hipotermia 9. Tirah baring Jam 11.15
atau kompres bertujuan - Mengatur suhu
dingin pada untuk ruangan pasien
dahi, leher, mengurangi dengan
dada, pergerakan menaikkan suhu
abdomen, pada pasien AC 25 C
aksila) 10. Untuk Jam 11.30
memenuhi - Menganjurkan
Edukasi : kebutuhan pasien untuk
9. Anjurkan cairan tirah baring dan
tirah baring eklektrolit memberikan
pasien dan pasien untuk
Kolaborasi : antipiretikun minum air putih
10. Kolaborasi tuk Jam 12.00
pemberian menurunkan - Mengobservasi
cairan dan demam tetesan infuse
elektrolit D5% ½ NS 1000
intravena,Inf cc/24 jam
us D5 1/2 Jam 12.30
NS 1000 Cc - Mengobservasis
/24 Jam, uhu tubuh
Injeksi pasien, Suhu : 38
Antrain 300 C
mg (bila
demam) Jam 13.35
- Memberikan
terapi obat
injeksi Antrain
300 mg (bila
demam)
Jam 14.00
- Mengobservasi
suhu tubuh
pasien, Suhu :
37.6 C ,pasien
tidak
menggigil,kemer
ahan pada wajah
berkurang
- Ibu pasien
mengatakan
masih naik turun
Resiko Setelah Manajemen 1. Dapat Jam 09.00 23 Februari 2023 25 Februari 2023
23 DefisitNutrisi dilakukan Nutrisi mengetahui - Pengukuran
Februa dibuktikan intervensi (D.0019) status nutrisi TTV: Jam 14.00 Jam 13.00
ri 2023 dengan keperawatan pasien Nadi: 102x/mnt,
Ketidakmamp 2x24 jam, Observasi sehingga Suhu : 39ᵒC, S: S:
Jam uan Menelan diharapkan 1. Identifikasi dapat RR : 28x/mnt Ibu Pasien - Ibu pasien
09.00 Makanan Status nutrisi statusNutrisi melakukan Jam 09.10 mengatakanan anak mengatakanan
membaik 2. Identifikasi intervensi - Mengidentifikasi makan masih sedikit anak mulai
dengan alergi dan yang tepat intoleransi mau makan
Kriteria intoleransi 2. Untuk makanan pada O: O:
hasil : makanan mengetahui orang tua pasien - Anak muntah 1x - Pasien makan
3. Monitor makanan Jam 09.15 air habis ¾ porsi
asupan yang tidak - Memonitor - Pasien makan Pasien tidak
-
- Nafsu makanan cocok asupan makanan habis ¼ porsi ada muntah
makan Terapeutik dengan pada orang tua A: Masalah
meningkat 4) Berikan pasien. pasien, An. A A: Masalah belum teratasi
- Porsi makanan 3. Mencukupi belum mau teratasi
makan tinggi kalori sesuai makan, nafsu
yang kalori dan kebutuhan makan menurun P :Intervensi
dihabiskan tinggi pasien Jam 09.45 dilanjutkan
meningkat protein dapatmemba - Menganjurkan
ntu proses ibu untuk
Edukasi penyembuha meningkatkan
5. Anjurkan n dan asupan nutrisi
makan menghindari pasien dengan
dengan terjadinya makan sedikit
posisi komplikasi tapi sering
duduk 4. Memenuhi - Menganjurkan
Kolaborasi kebutuhan pada orang tua
6. Pemberian protein dan bila anak mau
medikasi kalori yang mual dan mau
sebelum hilang muntah untuk
makan dan 5. Mengurangi tarik nafas
jenis nutrisi refluk panjang
yang makanan Jam 10.00
dibutuhkan yang telah - Pasien muntah
dikonsumsi 1x air
6. Untuk - Memberikan
menetralisisr pasien minum air
asam putih hangat 50
lambung ml
Jam 14.00
- Memonitor
asupan makan
pasien, pasien
habis ¼ porsi
makan
- Pasien muntah
1x air
- Ibu pasien
mengatakanan
anak makan masih
sedikit
CATATAN PERKEMBANGAN

Tg
l DIAGNOSA
SOAPIE
/ Jam KEPERAWATAN

24 Hipertermia berhubungan S:
Febuari dengan proses penyakit - Ibu pasien mengatakan suhu tubuh anak masih
2023 panas naik turun.

Jam O:
08.00 - Suhu tubuh : 37.6 C
- Pasien tidak menggigil
- Kemerahan diwajah berkurang

A: Masalah belum teratasi

P :Intervensi dilanjutkan

I:
Jam 08.00
- Mengobservasi TTV Sh tubuh: 38C,HR: 130
x/menit,TD: 90/50 mmHg,SpO2: 100%,pasien
merasa kedinginan,wajah tampak merah
- Memberikan terapi injeksi antrain 300 mg/iv

Jam 08.30
- Mengatur suhu ruangan pasien dengan
menaikkan suhu AC 25 C

Jam 08.45
- Memberikan extra selimut ke pasien

Jam 09.00
- Mengobservasi TTV Sh: 38.5C HR: 135 x/menit

Jam 10.00
- Mengompres An.A yang mengalami demam
dengan air hangat kuku di bagian aksilla dengan
cara memposisikan klien senyaman mungkin
lalu letakan washlap yang sudah direndam air
hangat kuku aksilla lakukan selama 15 menit
Jam 11.30
- Memberikan pasien minum air hangat 100 ml
- Menganjurkan pasien untuk tirah baring

Jam 12.00
- Mengobservasi tetesan infuse D5% ½ NS
1000ml/24 jam
Jam 13.35
- Memberikan terapi obat injeksi Antrain 300 mg
(bila demam)
E:
Jam 14.00
- Mengobservasi suhu tubuh pasien, Suhu : 37.4
C ,pasien menggigil bila suhu tubuh mau
naik,kemerahan pada wajah bila pasien demam
- Ibu pasien mengatakan anak demam masih naik
turun

25 Hipertermia berhubungan S:
Febuari dengan proses penyakit Ibu pasien mengatakan anak demam masih naik
2023 turun

Jam O:
13.00 - Suhu : 37.4 C
- pasien menggigil bila suhu tubuh mau naik,
- kemerahan pada wajah bila pasien demam

A: Masalah belum teratasi

P :Intervensi dilanjutkan

I:

Jam 08.00
- Mengobservasi TTV Sh tubuh: 37C,HR: 108
x/menit,TD: 95/65 mmHg,SpO2: 100%,pasien
tidak kedinginan,wajah tidak tampak merah
- Memberikan terapi injeksi antrain 300 mg/iv

Jam 08.30
- Mengatur suhu ruangan pasien dengan
menaikkan suhu AC 18 C

Jam 09.00
- Mengobservasi TTV Sh: 36.9C HR: 105 x/menit

Jam 10.00
- Mengobservasi tetesan infuse D5% ½ NS
1000ml/24 jam

Jam 14.00
E:
- Ibu pasien mengatakan anak sudah tidak panas
lagi
- Suhu tubuh : 36.6 C
- Pasien tidak menggigil
- Wajah kemerahan sudah tidak ada

24 S:
Februar Resiko Defisit Nutrisi Ibu Pasien mengatakanan anak makan masih sedikit
i 2023 berhubungan dengan
Ketidakmampuan Menelan O :
Jam Makanan - Anak muntah 1x air
08.00 - Pasien makan habis ¼ porsi

A: Masalah belum teratasi

P :Intervensi dilanjutkan

I:
Jam 08.00
- Mengobservasi TTV Sh tubuh: 38C,HR: 130
x/menit,TD: 90/50 mmHg,SpO2: 100%

Jam 08.15
- Memberikan injeksi Pumpitor 15 mg/iv dan
Trovensis 3 mg/iv

Jam 09.15
- Memonitor asupan makanan pada orang
tuapasien, An. A mulai mau makan sedikit-
sedikit,makan pagi habis ½ porsi

Jam 10.00
- Menganjurkan ibu untuk meningkatkan asupan
nutrisi pasien dengan makan sedikit tapi sering
dan memberikan makanan yang disukai yang
sesuai dengan diet pasien

Jam 14.00
- Memonitor asupan makan pasien, pasien makan
habis ½ porsi
- Pasien tidak ada muntah
- Ibu pasien mengatakanan anak mulai mau makan
sedikit-sedikit
25 S:
Februar Resiko Defisit Nutrisi Ibu pasien mengatakanan anak mulai mau makan
i 2023 berhubungan dengan makan sedikit-sedikit
Ketidakmampuan Menelan
Jam Makanan O:
08.00 - Pasien makan habis ½ porsi
- Pasien tidak ada muntah

A: Masalah teratasi sebagian


P :Intervensi dilanjutkan

I:
Jam 08.00
- Mengobservasi TTV Sh tubuh: 37C,HR: 108
x/menit,TD: 95/65 mmHg,SpO2: 100%,

Jam 08.15
- Memberikan injeksi Pumpitor 15 mg/iv dan
Trovensis 3 mg/iv

Jam 10.00
- Memonitor asupan makanan pada orang tua
pasien, An. A mulai mau makan sedikit-sedikit,
makan pagi habis 3/4 porsi

Jam 14.00
- Memonitor asupan makan pasien, pasien makan
habis ¾ porsi
- Pasien tidak ada muntah
- Ibu pasien mengatakan anak mulai mau makan
BAB 4
PEMBAHASAN

Kasus Febris pada An. A dengan keluhan utama orang tua mengungkapkan anak
demam sejak 2 hari lalu tiap malam muntah setiap makan dan minum. sudah minum obat puyer
demam 4x1, puyer raciak perut 3x1, cepsfan syr 2x 6 ml, tapi demam dan muntah tidak
berkurang. Hasil TTV, Tensi : 108/60 mmhg, suhu: 38-39 C, Nadi : 130 x/mnt, RR: 22 x/mnt,
SpO2: 100%, akral hangat, turgor kulit < 2 detik. Berdasarkan keluhan pasien maka diangkat
diagnosa keperawatan prioritas hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai
dengan orang tua pasien mengatakan demam sudah 2 hari yang lalu pasien demam dengan suhu
38,5°C, akral hangat. Pada pemeriksaan fisik dan tanda tanda vital didapatkan Suhu: 39 C,
Nadi : 130 x/mnt,, akral hangat, dan turgor kulit < 2 detik. Luaran Utama adalah Termoregulasi
(D.0130) dan intervensi keperawatannya yaitu manajemen Hipertermi (I.15506) yang salah
satu tindakan keperawatannya yaitu pemberian kompres dingin. Pada An. A perawat
mengiplementasikan kompres hangat yang bertujuan menurunkan suhu tubuh pasien dan pada
evaluasi kompres tersebut efektif pada penurunan suhu tubuh pasien.
Perbandingan pengaruh pada penanganan terhadap penurunan suhu tubuh pada pasien
demam dengan menggunakan tindakan kompres hangat dan kompres dingin sering kita jumpai
diberbagai prosedur di rumah sakit namun belum ada hasil yang akurat seberapa efektif dari
perbandingan kompres hangat dan kompres dingin terhadap penurunan suhu tubuh pada anak
dengan demam (Rahmawati & Purwanto, 2020). Pada penelitian ini dilakukan tindakan
kompres hangat pada pasien anak dengan demam di RSU Kabupaten Tangerang, kompres
hangat didapatkan pengaruh penurunan suhu tubuh anak dengan rata-rata suhu pada anak
sesudah dilakukan kompres hangat sebesar 36,60 dengan rata-rata anak demam dengan suhu
37,5. Pada kompres dingin didapatkan ratarata pasien setelah dilakukan kompres dingin dengan
suhu 36,42 dengan kumulasi suhu demam sebesar 37,5. Keduanya mempengaruhi penurunan
suhu namun peneliti menganjurkan untuk pasien anak dengan demam menggunakan kompres
hangat.
Hal ini sejalan dengan penelitian Janiah, dkk (2022) tentang perbandingan kompres
hangat dan kompres dingin terhadap penurunan suhu tubuh anak demam usia 1-5 tahun
menjelaskan bahwa perbandingan yang didapat pada penelitian ini kompres hangat dan
kompres dingin dapat menurunkan suhu tubuh namun peneliti menyarankan untuk menurunkan
suhu tubuh lakukan dengan menggunakan kompres hangat karena kompres hangat biasanya
dapat memberikan efek nyaman pada tubuh dan vasokontriksi didalam tubuh memberikan
sinyal untuk membuat suhu tubuh menjadi rendah. Suhu sebelum dan sesudah pada kompres
dingin didapatkan dengan pengaruh 1,43 derajat celcius dan mengalami penurunan suhu tubuh
pada pasien demam, sedangakan kompres dingin didapatkan pengaruh 1,98 derajat celsius
namun pada kompres dingin tidak dianjurkan untuk menurunkan suhu tubuh anak jika anak
mengalami demam.
BAB 5
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang perubahan dan
perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain atau toddler (1- 3 tahun),
pra sekolah (3-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun), hingga remaja (11- 18 tahun).
Sedangkan demam adalah suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak
merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus
(Sodikin dalam Wardiyah, 2016). Sebagian besar demam berhubungan dengan terjadinya
infeksi yang dapat berupa infeksi sistemik ataupun lokal. Demam yang paling sering
disebabkan karena penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernapasan atas, infeksi saluran
pernapasan bawah, gastrointestinal, dan lain sebagainya. Dari hasil pengkajian didapatkan
adalah anak berusia 7 tahun berjenis kelamin perempuan yang merupakan usia sekolah dan
sangat rentang terjadinya demam disebabkan oleh bakteri atau virus pada anak sekolah,
sehingga tubuh anak merespon dengan peningkatan suhu tubuh atau demam.
Dari hasil diagnosa keperawatan didapatkan pasien mengalami hipertermia
berhubungan dengan proses penyakit. Masalah keperawatan prioritas tersebut ditemukan
pada pengkajian awal masuk rumah sakit. Pemeriksaan fisik menunjang pada masalah
keperawatan pada pasien. Masalah yang muncul pada pasien hipertermia karena
disebabkan oleh bakteri atau virus pada anak.
Pada hasil intervensi prioritas yaitu manajemen hipertermi dan kemudian salah
satu implementasi yang dilakukan pada pasien. Dengan penerapan tindakan yang tepat
mengenai diagnosa dapat direncanakan intervensi yang sesuai sehingga dapat
diimplementasikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada rumah sakit.
Didapatkan hasil evaluasi pada laporan kasus dengan kriteria hasil yang mengacu
pada buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Standar Luaran Keperawatan
Indonesia dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia yang didapatkan hasil evaluasi
sama dengan kriteria hasil, sehingga dinyatakan tujuan tercapai, suhu tubuh membaik pada
hari ke-2.
5.2 SARAN
Dengan asuhan keperawatan ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan demam sehingga bisa lebih
memahami tanda gejala demam serta penatalaksanaan dalam memberikan asuhan
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Edisi
1. Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Edisi 1.
Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Edisi
1. Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia

Janiah,et al. (2022). Perbandingan Kompres Hangat Dan Kompres Dingin Terhadap Penurunan
Suhu Tubuh Anak Demam Usia 1-5 Tahun. Tangerang. Diakses dari Jurnal Ilmu
Kedokteran dan Kesehatan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai