UNIVERSITAS INDONESIA
TESIS
OLEH :
ACE SUDRAJAT
NPM: 730001401Y
UNIVERSITAS INDONESIA
TESIS
Tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan
OLEH :
ACE SUDRAJAT
NPM: 730001401Y
PERSETUJUAN PEMBIMBING
tahun 2003
Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing serta telah diperkenankan untuk
Pembimbing I Pembimbing II
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas rachmatNya penulis dapat
berhubungan dengan retensi perawat di Rumah Sakit Agung tahun 2003” pada
Penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta arahan dari berbagai pihak dalam
penyusunan proposal sampai dengan penyelesaian laporan penelitian ini. Untuk itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
1. Ibu Dra. Elly Nurachmah, D.N.Sc., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Indonesia.
2. Ibu DR. Ratna Sitorus, SKp., M.App.Sc., selaku Ketua Program Pascasarjana Fakultas
dengan penuh kesabaran membimbing dan memberikan masukan kepada penulis dalam
3. Bapak Dian Ayubi, SKM., MQIH., selaku Dosen di Program Pascasarjana Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dan sekaligus sebagai pembimbing II, yang
4. Seluruh dosen FIK-UI, yang telah memberikan pengajaran dan bimbingan selama
5. Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta dan Pimpinan proyek Gudosin Dinas Kesehatan
DKI Jakarta, yang telah memberikan bantuan dana selama pelaksanaan pendidikan di
Prodi Kep. Kimia 17 Poltekkes Jakarta III, yang telah memberikan kesempatan dan
menugaskan melanjutkan pendidikan di PMIK FIK-UI dan juga bantuan moril maupun
materil.
7. Ketua Yayasan Kamal dan Direktur Rumah Sakit Agung, yang telah memberikan izin
dan kesempatan untuk melakukan penelitian terhadap para perawat yang bertugas di
8. Kepala personalia, kepala pelayanan medik, kepala bidang keperawatan dan rekan-
rekan Perawat Rumah Sakit Agung, yang telah memberikan bantuan fasilitas dalam
Secara khusus rasa terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga penulis sampaikan
kepada Bapak/Ibu dan Bapak/Ibu Mertua, Istri tercinta Dedeh Gusmiati dan ananda
tersayang Febby Rizqy Sudrajat. Pengorbanan materil dan morilnya, mendorong dan
memberikan semangat untuk dapat menyelesaikan penelitian ini sebagai salah satu syarat
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
segi isi maupun bahasanya, sehingga saran dan masukan dari semua pihak sangat
diharapkan untuk kesempurnaan laporan penelitian ini. Akhir kata semoga laporan
Semoga amal dan budi baik Bapak dan Ibu pembimbing yang telah diberikan kepada
Penyusun,
vii
UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
Faktor-faktor yang berhubungan dengan retensi perawat di Rumah Sakit Agung, Jakarta
tahun 2003.
xiv + 84 hal + 12 tabel + 3 gambar + 2 lampiran.
ABSTRAK
Retensi perawat merupakan salah satu ukuran keberhasilan rumah sakit khususnya bagian
manajemen sumber daya manusia dan bidang keperawatan dalam mengelola dan
mempertahankan perawat. Perawat akan nyaman dan produktif dalam bekerja apabila
terpenuhi berbagai kebutuhan baik secara fisik maupun psikologis. Pemenuhan kebutuhan
fisik dan psikologis dapat tergantung pada beberapa faktor antara lain faktor demografi
perawat, bobot pekerjaan, kepemimpinan, manajemen karir, kondisi bekerja, komunikasi
interpersonal dan imbalan jasa. Dengan terpenuhinya beberapa faktor tersebut maka
perawat akan merasa puas dan pada akhirnya nyaman dalam bekerja, loyal terhadap
pimpinan rumah sakit, dan hidupnya merasa bagian dari rumah sakit dimana perawat
bekerja. Peneliti tertarik melakukan penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan
retensi perawat di Rumah Sakit Agung karena hasil residensi penulis mendapati turnover
perawat cukup tinggi (26.9-40.5) pada tahun 2001.
Rumah Sakit Agung sebagai tempat penelitian memiliki kapasitas tempat tidur 63 dewasa
dan 9 bayi, dengan jumlah 88 perawat, dan 77 perawat diantaranya adalah menjadi
responden dalam penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelatif
dengan pendekatan cross sectional untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan
dengan retensi perawat. Sebagai variabel independen adalah faktor demografi, bobot
pekerjaan, kepemimpinan, manajemen karir, kondisi bekerja, komunikasi dan imbalan jasa.
Variabel dependennya adalah retensi perawat.
Penelitian ini dilakukan dengan analisis univariat, bivariat dan multivariat yang hasilnya
menunjukkan : tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel demografi, bobot
pekerjaan, kepemimpinan, manajemen karir dan komunikasi dengan retensi perawat; ada
hubungan yang bermakna antara kondisi bekerja dan imbalan jasa dengan retensi perawat.
Hasil analisis regressi logistik dengan metode backward menghasilkan subvariabel
pendidikan dan variabel kondisi bekerja sangat kuat berhubungan dengan retensi perawat.
Hasil uji interaksi kedua variabel didapatkan variabel kondisi bekerja yang paling
berhubungan dengan p-value 0.002.
Penelitian ini merupakan masukan bahwa faktor-faktor yang sangat berhubungan perlu
dipertahankan dan ditingkatkan. Kemudian yang tidak berhubungan perlu dilakukan kajian
kembali agar terhadap program-program yang telah direncanakan apakah telah relevan
dengan keinginan para karyawan atau belum. Dengan demikian retensi perawat dapat
ditingkatkan dan sekaligus mengurangi turnover perawat.
MAGISTER PROGRAME
LEADERSHIP AND NURSING MANAGEMENT
NURSING FACULTY
Thesis, February
Ace Sudrajat
ABSTRACT
The nurses retention is the one of hospital success especially for maintaining and
managing nurses in Human Resources management and Nursing division. The nurses will
be comfortable and productive in their work if all their physic and psichological need are
meet. This condition depends on the many factors include : nurses demographic, kind of
work, leadership, career management, work condition, interpersonal communication and
salary. When all their need are meet, the nurses will be satisfied and by the end will be
comfortable and loyal to the leader of Hospital. Reseacher interested to reseach the
relationship between all the factors with the nurses retention in Agung Hospital because
the nurses turnover was high in 2001.
Agung Hospital as the reseach site has 63 bed adult and 9 bed for baby and 88 nurses, 77
nurses were as the responden of this reseach. This research was a corelatif descriptive
research with cross sectional approach. Independent variables were demographie factor,
kind of work, leadership, career management, work condition, communication and salary.
A dependent variable was the nurses retention.
This research used univariat, bivariat and multivariat analysis. The result find that no
relationship between demography, kind of work, leadership career management and
communication with nurses retention. It also, find that there are a statistcally association
beetween work condition and salary with nursess retention. With the logistic regression
analysis with backward method find that education subvariable and work condition have a
very strong relationship with nurses retention. The result from the interaction test of two
variables analysis showed that work condition was the strongest factor related to the nurses
retention with p-value 0.002.
This result is an input for hospital that the positive factor should be maintain and improve,
and negative factor need to reasses in order to make a plan the relevan program. So the
retention can improve and reduce turnover.
ix
Alamat tempat tinggal : Jl. Cempaka III/25 Blok F11 Rt. 004/014 Perum
Riwayat Pendidikan :
Riwayat Pekerjaan :
Depkes RI Jakarta.
2. Januari 2001 sampai sekarang menjadi staf akademik Prodi Kimia 17 Poltekkes
Jakarta III.
x
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel 5.6 : Distribusi responden menurut retensi perawat RS. Agung tahun 2003 56
Tabel 5.9 : Hasil analisis multivariat regresi logistik antara pendidikan, lama
Bekerja, kondisi bekerja, komunikasi dan imbalan jasa dengan retensi
perawat dengan metode enter ………………………………………… 60
Tabel 5.10 : Hasil analisis multivariat regresi logistik antara pendidikan, lama
Bekerja, kondisi bekerja, komunikasi dan imbalan jasa dengan retensi
perawat dengan metode backward …………………………………… 61
Tabel 5.11 : Hasil uji interaksi antara pendidikan dan kondisi bekerja terhadap
Retensi perawat di RS Agung Januari 2003. ………………………… 62
xii
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (UU RI no. 23, 1992 dalam
Depkes, 1992). Tenaga kesehatan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah RI. no. 32,
1996 tentang tenaga kesehatan merupakan salah satu sumber daya manusia bidang
dan tenaga ketehnikkan medis (PP RI no. 32 1996, dalam Depkes, 1996).
Berdasarkan uraian di atas, maka perawat merupakan salah satu jenis tenaga
Mengingat perawat merupakan salah satu sumber daya manusia di rumah sakit yang
memberi layanan asuhan keperawatan, maka perlu strategi manajemen sumber daya
pemberian balas jasa dan pengelolaan terhadap individu anggota organisasi atau
kelompok kerja. Dalam manajemen sumber daya manusia terdapat tiga tujuan yang
saling berinteraksi yaitu tujuan individu, tujuan masyarakat dan tujuan organisasi
dimana individu tersebut bekerja. Manajemen sumber daya manusia di rumah sakit
bertujuan untuk menyediakan personil rumah sakit yang efektif dan produktif yang
kepada pengguna jasa rumah sakit. Sumber daya manusia sebagai asset organisasi,
dimana manusia sebagai personil organisasi dipandang sebagai sumber daya utama
dalam mencapai tujuan organisasi. Optimalisasi aset sumber daya yang dimiliki akan
Salah satu fungsi yang penting pada manajemen sumber daya manusia adalah fungsi
kondisi kerja agar karyawan tetap komitmen pada organisasi hingga pensiun. Dengan
adanya fungsi pemeliharaan dalam manajemen sumber daya manusia, secara langsung
atau tidak langsung akan meningkatkan kesejahteraan, kenyamanan dalam bekerja dan
(Hasibuan, 2000). Retensi karyawan khususnya tenaga perawat bertujuan untuk (1)
stabilitas kuantitas dan kualitas tenaga perawat, (2) mempertahankan kualitas produksi
3
atau kualitas asuhan keperawatan, (3) mengurangi pengeluaran dana dan (4) menjaga
moral tenaga perawat yang ada (Gillies, 1994). Keuntungan yang akan diperoleh
dengan retensi perawat yang bekerja di rumah sakit adalah tidak terjadi kehilangan
Summer (2000) menyatakan agar terjadi retensi perawat di rumah sakit diperlukan
adanya perjanjian dengan pihak rumah sakit tentang imbalan jasa yang akan
dibayarkan, diberi kesempatan mendapat pendidikan yang lebih tinggi atau sertifikasi
kekhususan yang akan diperoleh selama menjadi karyawan. Menurut Mobley (1986)
untuk mempertahankan karyawan agar merasa nyaman dalam bekerja dan produktif
maka diperlukan: seleksi tenaga yang ketat, orientasi yang cukup, penjenjangan karir
yang jelas, pengaturan jadwal kerja yang fleksibel, pemberian otonomi yang jelas,
deskripsi tugas jelas sampai dengan pemberian imbalan jasa yang kompetitif.
Data tentang retensi perawat dapat disimpulkan dari data jumlah perawat yang keluar
disuatu rumah sakit atau institusi lain yang mendayagunakan perawat. Berikut ini
beberapa data tentang perawat yang keluar dari suatu rumah sakit atau institusi.
Penelitian Sebolt (1978) dalam Gillies (1994) jumlah perawat yang keluar adalah 35%
hingga 60% pertahun. Sedangkan Duldt (1981) dalam Gillies (1994) sekitar 70%.
sehingga produktif dan efektif dalam penggunaan dana, kemudian dapat membayar
4
kerja, kepuasan imbalan jasa, peningkatan aktualisasi diri dan perencanaan karir
yang jelas serta kualitas asuhan keperawatan yang adekuat (Gillies, 1994).
Penelitian Brannon, Zinn, Mor dan Davis (2002) terhadap assisten perawat komuniti
yang keluar dari tempat pekerjaannya, didapatkan data yaitu terendah di bawah 6,6%,
Sedangkan penelitian Swansburg & Swansburg (1999) perawat yang keluar dari
rumah sakit sebesar 20–70% pertahun. Penyebabnya antara lain : stress kerja, kurang
diberi otonomi, ketidakpuasan kerja, kesehatan lingkungan kurang baik (faktor sosial,
oleh usia perawat 50% berusia diatas 40 tahun (Hegney, 2002). Di Rumah Sakit
Anak Los Angeles jumlah perawat yang keluar antara 35-60%. Penyebabnya adalah
stress kerja tinggi dan pihak manajemen tidak mampu membantu serta menangani
tenaga perawat yang mengalami stress. Tingginya perawat yang keluar di Rumah Sakit
Anak Los Angeles mengakibatkan kerugian keuangan sebesar 49.000 dollar pertahun
2001).
5
Hasil penelitian Shader, Broome, Bromme, West, dan Nash (2001) dalam “Factors
center” didapatkan ada hubungan yang signifikan antara jumlah tenaga perawat yang
keluar dengan stress kerja, cohesion, jadwal kerja, kepuasan kerja, dan kelebihan jam
kerja. Sedangkan menurut laporan Scanlon (2001) jumlah perawat yang keluar dari
suatu rumah sakit di beberapa negara bagian Amerika Serikat secara nasional sebesar
15%, dan di nursing home 51%. Keadaan ini disebabkan oleh populasi usia perawat
52% antara 40–49 tahun, ketidakpuasaan saat menjadi perawat, kompensasi rendah,
Menurut Biro Urusan Dalam Negeri (Bureau of National Affairs) Amerika, jumlah
perawat yang keluar dari rumah sakit atau institusi lainnya pada tahun 1978 rata-
rata 2,3% perbulan (27,6% pertahun), tahun 1979 rata-rata 2.2% perbulan (26,4%
pertahun) dan tahun 1980 rata-rata 2.0% perbulan (24% pertahun) (Mobley, 1986).
(gaji tidak adil dan rendah, shift kerja yang kaku, kondisi kerja tidak baik,
supervisi secara tehnis maupun pribadi tidak memadai, konfliks dengan rekan
berkarir ke arah yang lebih baik, kebijakan dan peraturan intern), kondisi kehidupan
tertimpa sakit, cedera dan hamil), alternatif kerja lain (meneruskan sekolah, wajib
6
militer, pegawai negeri, memulai usaha sendiri, pekerjaan serupa ditempat lain,
Dampak negatif dan positif dari keluarnya perawat dapat terjadi terhadap
organisasi dan individu (perawat) yang ditinggalkan (Mobley, 1986). Dampak negatif
positif dari keluarnya perawat terhadap organisasi adalah peniadaan bagi mereka
berkurangnya konfliks yang berurat dan berakar. Dampak positif terhadap individu
Selanjutnya angka kejadian perawat yang keluar dari rumah sakit di Indonesia,
khususnya di rumah sakit Metropolitan Jakarta antara lain: Rumah Sakit UKI perawat
yang keluar rata-rata 2-3% pertahun (Ka. Bidang Keperawatan RS. UKI Jakarta,
2002), Rumah Sakit Thamrin Internasional Salemba tahun 2000 sebesar 21% dan
tahun 2001 meningkat menjadi 29% (Syafdewiyanti, 2002), Rumah Sakit MMC 24–
30% pertahun (Bagian SDM RSMMC, 2002), dan Rumah Sakit Agung 26,9-40,5%
Menurut Gillies (1994) keluarnya perawat dari suatu rumah sakit dikatakan normal
berkisar 5–10 % dan apabila lebih dari 10% dikatakan tinggi (Gillies, 1986).
Sedangkan pengalaman Capko (2001), keluarnya perawat dari institusi rumah sakit
masih dikatakan normal apabila berkisar dibawah 15% dalam lima tahun berturut-
turut, dan jika lebih dari 20% maka dikatakan tinggi. Rumah Sakit Agung adalah
salah satu rumah sakit yang mempunyai jumlah perawat yang keluar tinggi (26,9-
40,5%), oleh karena itu penelitian ini ingin mengetahui “faktor-faktor yang
B. Perumusan Masalah
Masalah penelitian yang dapat dirumuskan adalah banyaknya perawat Rumah Sakit
Agung yang keluar (26,9-40,5% pada tahun 2001), sedangkan faktor-faktor yang
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Sakit Agung.
2. Tujuan Khusus
masa kerja, status perkawinan dan jabatan) perawat Rumah Sakit Agung.
Sakit Agung.
pendidikan, masa kerja, status perkawinan dan jabatan) perawat dengan retensi
Sakit Agung.
Sakit Agung.
9
Sakit Agung.
Agung.
D. Manfaat Penelitian
Dapat digunakan sebagai masukan atau bahan pertimbangan bagi pimpinan atau
daya manusia yang berhubungan dengan upaya retensi perawat di Rumah Sakit
Agung.
2. Manfaat keilmuan
Penelitian ini dapat memberi pengalaman belajar yang berharga dalam menerapkan
pengetahuan yang telah didapat selama studi dan peningkatan keterampilan dalam
10
dirumah sakit.
11
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dalam perencanaan, organisasi, koordinasi dan kontrol terhadap tujuan dan sasaran
balas jasa dan pengelolaan terhadap individu anggota organisasi atau kelompok
mahluk yang unik dan mempunyai karakteristik yang multi kompleks antara
lain: (1) SDM sebagai komponen kritis, tingkat manfaat sumber daya lainnya
tergantung kepada bagaimana kita memanfaatkan SDM itu sendiri; (2) SDM
13
itu tidak instant, kebutuhan akan SDM yang handal dan berkualitas tidak
bisa diperoleh dengan seketika, kita perlu melakukan perencanaan, (3) SDM
tidak dapat di stock, kita tidak dapat menyimpan tenaga kesehatan yang kita
butuhkan sekarang untuk kebutuhan dimasa yang akan datang dan (4) SDM
subjeck yang absolut, SDM bisa usang, dimana pengetahuan dan keterampilannya
mencapai tujuan organisasi. Karena SDM tidak seperti barang yang dapat distok
Tercapainya tujuan organisasi, baik tujuan ekonomis, sosial atau politik tergantung
Dalam manajemen sumber daya manusia terdapat tiga tujuan yang saling
di rumah sakit bertujuan untuk menyediakan personil rumah sakit yang efektif dan
ditentukan oleh manajer rumah sakit dalam mengelola sumber daya yang dimiliki.
kelompok saat ini dan masa yang akan datang, memberi instruksi kepada anggota
staff agar tetap bekerja, memonitor kerja anggota staf, memberi imbalan dan pujian,
Ilyas (1999), mengemukakan bahwa sumber daya manusia secara konseptual harus
dipandang sebagai aktor organisasi yang mempunyai beberapa dimensi antara lain:
sebagai sumber daya utama dalam mencapai tujuan organisasi. Optimalisasi aset
biaya yang besar, khusus untuk organisasi kesehatan, dana untuk mengelola
tenaga kesehatan mencapai 60 – 70% dari total biaya kesehatan dan 60%nya
organisasi.
peningkatan kualitas, kuantitas dan nilai tambah produk/jasa rumah sakit yang
- Sumber daya manusia sebagai komponen kritis organisasi, yang berarti bahwa
tingkat manfaat sumber daya yang lain tergantung dari tingkat manfaat
15
David (1986), mengemukakan fungsi manajemen sumber daya manusia ada empat
jenis yaitu:
sosialisasi karyawan.
- Fungsi pengembangan, dapat ditinjau dari tiga sisi yaitu: (1) Pelatihan karyawan,
- Fungsi motivasi, yaitu adanya penyatuan bahwa setiap individu adalah unik dan
agar mau bekerjasama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu
dengan baik.
tujuan.
tidak langsung, dapat berupa uang atau barang kepada karyawan sebagai
imbalan jasa yang telah diberikan kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah
adil dan layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerjanya, layak diartikan
meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan, agar mereka tetap
mau bekerja sama sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan
18
terpenting dan kunci terwujudnya tujuan, karena tanpa disiplin yang baik sulit
sosial.
Dari uraian diatas, bahwa sumber daya manusia merupakan aset organisasi yang
bernilai tinggi sehingga perlu dikelola dan dipelihara secara efektif melalui fungsi
produktifitas yang tinggi dan rasa nyaman dalam bekerja. Namun demikian dalam
manajemen sumber daya manusia ini tetap saja menghadapi masalah antara lain :
meningkatkan kondisi fisik, mental dan sikap karyawan agar mereka tetap loyal dan
memperbaiki kondisi fisik mental dan sikap, mengurangi konflik dan menciptakan
- Azas manfaat dan efisiensi, pemeliharaan dilakukan harus efisien dan memberikan
manfaat yang optimal bagi perusahaan dan karyawan. Pemeliharaan ini hendaknya
- Azas kebutuhan dan kepuasan, pemenuhan kebutuhan dan kepuasan harus menjadi
dasar program pemeliharaan karyawan. Hal ini sangat penting, karena dengan
tujuan keamanan, kesehatan dan sikap karyawan tercapai dengan baik, mereka
karyawan memiliki sifat disiplin, kerja sama yang baik dan semangat kerja yang
meningkat.
karyawan baik.
semangat kerja, dedikasi, disiplin, sikap loyal terhadap perusahaan dan sekaligus
sakit diperlukan beberapa hal antara lain: seleksi calon perawat secara profesional,
disepakati mengenai imbalan jasa yang akan diterima, kelanjutan pendidikan yang
21
dengan perawat, dan pemberian waktu yang fleksibel bagi setiap perawat. Sedangkan
dari yang waktunya panjang menjadi lebih pendek, peningkatan promosi/karir dan
peningkatan infra struktur berupa kultur organisasi yang memberikan kepuasan dan
dengan anggota staf perawatan tentang jadwal rotasi kerja dan memberi
penghargaan atas prestasi kerjanya yang berupa tiket untuk berlibur atau tiket
peningkatan pelatihan, manajemen jadwal kerja yang baik, design pekerjaan yang
lebih baik, memberikan kesempatan karir ke posisi yang lebih tinggi, peningkatan
perusahaan yaitu:
- Upah dan fasilitas, upah dan fasilitas harus adil karena ketidakpuasan dapat tumbuh
bila mereka merasa diperlakukan tidak sama dengan rekannya. Demikian juga
22
dan harus memungkinkan adanya variasi minat dan kesempatan untuk belajar dan
tumbuh, jika tidak maka kekecewaan yang muncul dan memungkinkan karyawan
memilih keluar.
- Hubungan kerja, hubungan kerja yang buruk akan menyebabkan kekecewaan dan
- Kinerja, jika manusia merasa tidak cukup dan hatinya tidak berada dipekerjannya,
maka secara moral mereka akan menderita, maka dari itu mereka harus diberi
petunjuk yang jelas apa yang diharapkan dari mereka serta diberi kesempatan untuk
mengikuti pelatihan-pelatihan.
- Promosi dan seleksi yang buruk, mengangkat seorang karyawan yang tidak siap
- Harapan, jika ada pengharapan akan ada kemajuan didalam organisasi atau
Mobley (1986), mengemukakan beberapa hal dalam usaha meretensi karyawan disuatu
maupun modern dan diharapkan mendapatkan calon karyawan yang baik. Setelah
diterima, maka masuk tahap orientasi dimana individu harus dapat menyesuaikan
diri sesuai dengan bakat dan kemampuan individu yang berkaitan dengan syarat-
keorganisasian. Agar penyesuaian diri karyawan baru lebih efektif, maka perlu
calon karyawan, dengan harapan penyesuaian diri lebih baik, kepuasan dan
- Bobot pekerjaan
Sejauh para karyawan menilai pekerjaan mereka sebagai sesuatu yang penuh arti,
mempunyai identitas, penting, mendapat umpan balik yang positif, maka jenis
baik secara pelimpahan tugas dari atasan atau secara otomatis karena sifat
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pekerjaan dan
datang sehingga kualitas produknya terjamin. Jadi dengan rasa keberartian yang
keterampilan yang dimiliki karyawan maka secara otomatis dalam diri karyawan
akan tumbuh motivasi kerja yang tinggi, prestasi kerja yang tinggi, kepuasan
dipertahakan sehingga dari saat ke saat berkembang terus kearah yang lebih baik.
Hasil penelitian Price (1977) dalam Mobley (1986) menunjukkan bahwa ada
hubungan positif yang lemah tapi taat azas antara rutinitas pekerjaan dengan
keluarnya karyawan. Porter dan Steers (1973) dalam Mobley (1986) memperoleh
data yang mendukung bagi hubungan positif antara pengulangan tugas (rutinitas)
- Kompensasi
atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang
kompensasi langsung berupa gaji, upah, dan insentif; kompensasi tidak langsung
dapat berupa kesejahteraan (tunjangan hari raya, pakaian dinas, kafetaria, mushola,
memperkirakan daya saing dan perbaikan upah, demi kebaikan organisasi dipasar
bersaing dalam hal upah dipasar tenaga kerja maka harus diberikan perhatian yang
lebih baik terhadap faktor lain, seperti bobot pekerjaan atau supervisi yang baik
berprestasi dapat memicu keluarnya karyawan dan bahkan bagi karyawan yang
Arnknecht dan Early (1972) dalam Mobley (1986) mendapati bahwa faktor yang
didapat relatif rendah. Blau (1973), Price (1977) dalam Mobley (1986) menemukan
kompensasi yang didapat dirasakan tidak memadai maka karyawan tidak akan
- Kepemimpinan
agar mau bekerjasama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan
organisasi. Seorang pimpinan harus memiliki sifat yang mampu dijadikan anutan
pimpinan harus mampu mendorong gairah kerja, kepuasan kerja dan dapat
Proses pencapaian nilai dan imbalan bagi karyawan, yang didasarkan atas
pekerjaannya dalam organisasi dapat tumbuh dari berbagai sumber. Salah satunya
adalah melalui supervisi langsung yang dapat menjadi fasilitator perolehan nilai
dan perolehan imbalan (Mobley, 1986). Untuk dapat melaksanakan hal tersebut
retensi karyawan. Supervor berperan pula dalam sosialisasi awal pada karyawan
baru Graen (1976) dalam Mobley (1986). Selain itu, supervisor berperan pula
sebagai sumber informasi peran, harapan-harapan terhadap peran, umpan balik dan
28
imbalan yang diharapkan, membentuk perilaku baru sedikit demi sedikit sesuai
Dansereau, Cashman dan Graen (1977) dalam Mobley mendapati bahwa keluwesan
keluar/bertahannya karyawan.
- Manajemen karir
Karir merupakan semua pekerjaan yang dipegang seseorang selama masih bekerja.
Komponen karir terdiri atas alur karir, tujuan karir, perencanaan dan pengembangan
karir. Alur karir merupakan pola pekerjaan yang berurutan yang membentuk karir
seseorang. Tujuan karir adalah pernyataan tentang posisi masa depan dimana
karir adalah proses dimana seseorang menyeleksi tujuan karir dan arus karir untuk
perbaikan personal yang dilakukan untuk mencapai rencana dan tujuan karirnya.
Lima faktor individu yang terkait dengan pengembangan karir yaitu individu
puncaknya.
didalam dan diluar organisasi. Bagi karyawan yang menghargai pelatihan atau
pengetahuan dan keterampilan yang khusus. Meskipun para karyawan puas dengan
pekerjaannya yang sekarang, namun dapat saja keluar, apabila tidak memiliki
Schein (1978) dalam Mobley (1986), menyarankan agar proses perencanaan dan
pengembangan karir harus mengakui dimensi ganda sebagai berikut: (1) Sebagai
insan seutuhnya dan yang berubah-ubah. Orang harus mendapat perhatian yakni
serta interaksi kedua-duanya dalam jabatan dan dalam organisasi harus dianalisis
struktural maupun fungsional. (4) Ciri dan iklim organisasi harus dianalisis dan
30
- Jadwal kerja
Kelompok dengan kerja shift, baik tetap maupun tidak tetap yang bekerja sehari
dan pilihan diluar delapan jam kerja, lima hari kerja seminggu, juga dapat berguna
jam kerja bagi karyawan sama sekali bukan kecendrungan yang bersifat nasional,
- Jaminan
karyawan mudah keluar. Untuk itu perlu jaminan dari pada para serikat buruh untuk
tidak keluar, namun demikian perlu kompensasi dari adanya jaminan untuk tidak
31
bertambah, bersamaan dengan sarana institusi yang makin tua membawa pada
hipotesis bahwa kondisi kerja akan menjadi faktor yang makin penting dalam usaha
mempertahankan karyawan. Lingkungan kerja yang secara fisik dan psikis aman
merupakan tujuan yang berharga dari sudut pandang keluarnya karyawan maupun
suatu hubungan penting antara kecukupan sumber, kepuasan dengan adanya hal-hal
- Pembentukan tim
Kelompok pekerja yang diperluas setiap karyawan akan berinteraksi, dan hal ini
akan menjadi sumber saling keterikatan pada organisasi. Secara tidak langsung
- Sentralisasi
- Komunikasi
tetapi kurang dijalankan secara baik. Price (1977) dalam Mobley (1986),
dan komunikasi yang berdasarkan atas tugas adalah salah satu faktor penentu
sasaran yang harus dicapai dengan baik. Upaya manajemen untuk meningkatkan
arus komunikasi baik formal maupun informal akan mempunyai pengaruh yang
Mobley (1986).
- Faktor demografi
mengemukakan bahwa adanya hubungan negatif yang taat azas antara usia dengan
masa jabatan yaitu karyawan yang lebih muda lebih besar kemungkinannya untuk
keluar Mobley (1979), Muchinsky dan Tuttle (1979), Porter dan Steers (1973),
Price (1977), dalam Mobley (1986). Karyawan yang lebih muda mungkin
mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk mendapat pekerjaan yang baru
dan memiliki tanggungjawab keluarga yang lebih sedikit, sehingga lebih bebas
yang kurang tepat mengenai pekerjaan yang tidak terpenuhi pada pekerjaan-
pekerjaan mereka sebelumnya Porter dan Steers (1973) dalam Mobley (1986)
Jenis kelamin; hubungan antara jenis kelamin dan keinginan keluar atau bertahanya
dalam suatu pekerjaan tidak akan mendapati pola yang sederhana Mobley (1979),
Pendidikan; tidak ada tanda-tanda bahwa ada hubungan yang kuat antara
1976). Siswa yang mendapat pendidikan dengan methode penugasan kasus secara
perawatan klien secara total menurut apa yang didapatkannya, untuk itu perlu
Lebih tinggi pendidikan perawat cenderung lebih kritis dari profesi keperawatan
perawat muda dengan cepat berpengaruh terhadap kerja birokrat institusi kesehatan,
karena mereka berada diluar para pengambil keputusan, diluar pembuat tujuan,
diluar pengambil kebijakan. Struktur birokrasi baik di rumah sakit, klinik dan
Masa kerja; ada hubungan negatif antara panjangnya masa kerja dengan kejadian
karyawan dengan masa kerja lebih singkat. U.S. Civil commission (1977)
duapertiga sampai tiga perempat bagian dari mereka keluar pada akhir tiga tahun
pertama masa bakti, dan lebih dari setenganya pada akhir tahun pertama.
faktor-faktor tertentu antara lain : (1) Perekrutan, seleksi dan orientasi karyawan secara
optimal, (2) Bobot pekerjaan karyawan harus baik, (3) Imbalan jasa yang optimal, (4)
secara fisik maupun mental, (5) Manajemen karir yang jelas bagi setiap karyawan, (6)
Jadwal kerja yang fleksible sesuai kebutuhan karyawan, (7) Kondisi kerja yang
memberikan kenyamanan, (8) Komunikasi keatas, kebawah dan teman sejawat cukup
baik, (9) Pembentukan team yang solid, (10) Rasa keterikatan pada organisasi tinggi,
(11) Kinerja dan kepuasan kerja baik, (12) Keamanan, keselamatan karyawan, (13)
Adanya jaminan kesehatan bagi karyawan dan keluarga, (14) Adanya jaminan pensiun,
BAB III
A. Kerangka Teori
penggabungan dari teori Mobley (1986) dan Cushway (2002) tentang faktor-faktor
demografi (usia, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, lama kerja dan
jabatan), (2) Perekrutan, seleksi dan orientasi, (3) Bobot pekerjaan, (4) Imbalan
jasa, (5) Kepemimpinan, (6) Manajemen karir, (7) Jadwal bekerja, (8) Kondisi bekerja,
(9) Komunikasi, (10) Pembentukan tim yang solid, (11) Rasa keterikatan terhadap
kesehatan, (15) Jaminan pensiun. Jika terjadi retensi maka keuntungan yang dapat
diperoleh oleh organisasi rumah sakit tersebut adalah biaya rekruitmen tidak
moral karyawan tidak terganggu, hubungan komunikasi staf dan atasan lancar.
1. Karakteristik
demografi
2. Rekruitmen, seleksi
dan orientasi
3. Bobot pekerjaan
4. Imbalan jasa
5. Kepemimpinan 1. Pengeluaran
6. Manajemen karier dana rendah
7. Jadwal bekerja 2. Moral pegawai
8. Kondisi pekerjaan Retensi baik
9. Komunikasi perawat 3. Kualitas askep
10. Pembentukan tim yang baik
solid 4. Komunikasi
11. Rasa keterikatan baik
12. Kinerja
13. Keamanan dan
keselamatan kerja
14. Jaminan kesehatan
15. Jaminan pensiun Gambar 3.1.
Kerangka teori retensi perawat
B. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori diatas, maka peneliti menetapkan tujuh buah faktor
konsep penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.2. sebagai berikut:
37
Variabel Independen
Gambar 3.2.
Kerangka konsep penelitian
C. Hipotesis
Dari kerangka konsep tersebut diatas maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai
berikut :
status perkawinan, masa kerja dan jabatan) perawat dengan retensi perawat di
2. Ada hubungan antara bobot pekerjaan dengan retensi perawat di Rumah Sakit
Agung.
Agung.
4. Ada hubungan antara manajemen karir dengan retensi perawat di Rumah Sakit
Agung.
5. Ada hubungan antara kondisi bekerja dengan retensi perawat di Rumah Sakit
Agung.
6. Ada hubungan antara komunikasi dengan retensi perawat di Rumah Sakit Agung.
7. Ada hubungan antara imbalan jasa dengan retensi perawat di Rumah Sakit Agung.
38
D. Definisi Operasional
Skala
No. Variabel Definisi Operasional Cara ukur Hasil Ukur Ukur
3. Bobot Persepsi responden Kuesioner Setiap item diukur dengan skor 1– Ordinal
pekerjaan terhadap bobot Terdiri dari 7 4, sehingga memiliki total skor 7–
pekerjaan pernyataan 28. Pernyataan nomor 1– 7. Dari
total nilai dibagi 28 dikalikan 100
dan kemudian dicari nilai median.
Dikategorikan <71.4 = rendah
dan >71.4 = tinggi.
4. Kepemim- Persepsi responden Kuesioner Setiap item diukur dengan skor 1– Ordinal
pinan terhadap kepemimpinan terdiri dari 10 4, sehingga memiliki total skor
yang dilakukan kepala pernyataan. 10–40. Pernyataan nomor 8 –17.
ruangan. Dari total nilai dibagi 40
dikalikan 100 dan kemudian
dicari nilai median.
Dikategorikan <70.0 = kurang
dan >70.0 = baik.
39
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif karena bertujuan
variabel independen dengan dependen. Dalam hal ini faktor-faktor yang berhubungan
dengan retensi perawat di rumah sakit dengan keinginan retensi perawat di Rumah
Sakit Agung atau keinginan perawat keluar mencari alternatif pekerjaan lain.
Lokasi penelitian ini mengambil tempat di Rumah Sakit Agung dengan alamat di
Jalan Sultan Agung Nomor 67. Waktu penelitian dilaksanakan tanggal 3 s/d 7 Pebruari
2003.
41
C. Etika Penelitian
Responden yang terlibat dalam penelitian ini terlebih dulu diminta kesediaannya
secara sukarela, bersedia atau tidak menjadi responden. Kepada responden diberi
penjelasan tentang tujuan, prosedur, dan manfaat penelitian serta harapan peneliti
terhadap kejujuran responden. Selain itu dijelaskan bahwa penelitian ini tidak
dan data yang diberikan baik dalam kumpulan, pengolahan maupun penyajian data.
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah personil perawat yang bekerja di Rumah Sakit
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah perawat yang bekerja di Rumah Sakit Agung secara
keseluruhan (total populasi), namun 11 orang sedang mengalami cuti tahunan, cuti
E. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui pengisian kuesioner oleh responden
b. Menjelaskan kepada responden tentang tujuan penelitian dan cara mengisi atau
menjawab pertanyaannya.
penelitian.
2. Jenis data
Data primer yang diperoleh langsung dari responden yang menjadi subjek
penelitian.
pertimbangan rumah sakit ini memiliki karakteristik sama dengan Rumah Sakit
Agung (antara lain : RS MH. Thamrin Internasioal Salemba salah satu rumah sakit
di daerah DKI, memiliki turnover 21-29% pertahun, dan pemberian imbalan jasa
hampir sama dengan Rumah Sakit Agung). Hasil uji coba kuesioner pertama
(tanggal 24-25 Januari 2003) didapatkan nilai alpha 0.9041, 24 item pernyataan r-
hitung lebih rendah dari r-tabel (0.361) dan satu pertanyaan negatif. Hasil ujicoba
kuesioner kedua (tanggal 30-31 Januari 2003) didapatkan nilai alpha 0.9285, 10
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri ke Rumah Sakit Agung pada
Alat pengumpul data yang digunakan berupa kuesioner. Kuesioner ini berhubungan
komunikasi, dan imbalan jasa. Instrumen ini dibuat oleh peneliti dengan mengacu
kepada teori Mobley (1986) dan Hasibuan (2001) yang telah dipaparkan ditinjauan
kepustakaan. Adapun jawaban untuk karakteristik demografi berupa pilihan dan isian
menggunakan skala Likert 1-4, 1= tidak setuju (TS), 2 = kurang setuju (KS), 3 =
setuju (S), dan 4 = sangat setuju (SS). Selain menjawab pernyataan faktor-faktor
tersebut, juga disertakan pernyataan untuk keinginan tetap bekerja di rumah sakit
(retensi) atau keluar dari rumah sakit, pilihannya berupa ya dan tidak. Kemudian untuk
jawaban terakhir ini disertakan pilihan berupa alasan memilih ya atau tidak, tujuannya
1. Pengolahan data
a. Editing
44
b. Coding
Kuesioner yang telah diisi responden diberi kode, membuat konversi jawaban
c. Data entry
d. Cleaning data
agar seluruh data yang sudah diperoleh terbebas dari kesalahan sebelum
2. Analisa data
a. Analisa univariat
frekuensi jawaban responden. Dalam jawaban ini setiap kategori jawaban pada
b. Analisa bivariat
dengan dependen. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square untuk melihat
hubungan antar dua variabel yang datanya dalam bentuk kategorik dengan
c. Analisa multivariat
45
Analisa multivariat yang akan digunakan adalah regresi logistik dengan maksud
BAB V
HASIL PENELITIAN
1. Sejarah Singkat
Rumah Sakit Agung merupakan salah satu bidang usaha dibawah lingkungan
di Wilayah Jakarta Selatan. Rumah Sakit Agung berdiri diawali dengan izin
pelayanan dokter spesialis dan klinik 24 jam dengan izin Kepala Kantor
1987.
Selanjutnya Rumah Sakit Agung mendapat izin menjadi sebuah rumah sakit
nomor 0204.3.5.2136 tanggal 21 Mei 1997. Kemudian Rumah Sakit Agung ini
tanggal 21 Mei 2002 s/d 21 Mei 2007 dengan SK izin penyelenggaraan rumah
2. Keadaan Umum
a. Lokasi :
47
b. Visi :
c. Misi :
seluruh lapisan masyarakat sesuai peraturan yang berlaku dan fungsi sosial
rumah sakit.
d. Falsafah :
kebutuhan sosial, spiritual dan hak penderita dengan dilandasi oleh nilai, norma
e. Moto :
a. Fungsi :
kesehatan.
b. Tujuan :
1) Tujuan utama
pengorganisasian yang efektif serta efisien sesuai dengan sumber daya yang
dimiliki.
2) Tujuan khusus
diinginkan pasien.
nyaman dan aman, sesuai dengan sanitasi dan hygiene rumah sakit.
49
3) Tujuan keperawatan
d) Berperan serta dan bekerjasama dengan tim kesehatan RS. Agung dan
4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Rumah Sakit Agung didasarkan pada Surat Keputusan Ketua
Oktober 2001 serta telah mengalami perubahan struktur kembali pada tahun 2003
namun belum ada surat keputusannya (Wakil Ka. Personalia RS. Agung).
Adapun struktur organisasi Rumah Sakit Agung merupakan rumah sakit dibawah
Yayasan Kamal, dipimpin oleh seorang Direktur. Direktur dibantu oleh Direktur
Medis dan Direktur Administrasi & Keuangan. Direktur Medis dibantu oleh
Manager Apotik dan Manager Yanmed. Manager Yanmed dibantu oleh Kepala
Urusan ICU, Kepala Urusan OK, Kepala Urusan Rawat Inap dan Kepala
Urusan Kebidanan.
5. Ketenagaan
sumber daya manusia dari berbagai tenaga kesehatan antara lain dokter, perawat,
pada kebutuhan, bila ada tenaga perawat yang keluar maka akan dilakukan
dilakukan test baik tulis, praktek maupun test kesehatan. Mengenai kebijakan
penggajian tenaga perawat didasarkan pada standar UMR DKI Jakarta (Waka
1. Dokter
Dr spesialis 1 64 65 21,89%
Dr umum 6 - 6 2.02%
Dr gigi 1 - 1 0.34%
2. Perawat
D III kep. 46 - 46 15.49%
SPK 29 - 29 9.76%
D III keb 1 1 0.03%
Bidan 13 - 13 0.044%
Perawat gigi 2 - 2 0.67%
3. Paramedis
Analis kes. 5 - 5 1.68%
Penata rondgent 4 - 4 1.34%
Ahli Gizi 1 - 1 0.34%
Jenis pelayanan yang tersedia di Rumah Sakit Agung terdiri dari rawat jalan dan
rawat inap. Rawat jalan terdiri dari : UGD 24 jam, penyakit dalam, anak, bedah,
kebidanan dan penyakit kandungan, mata, THT, kulit dan kelamin, gigi dan mulut,
jantung, syaraf, paru, jiwa, umum, KB/laktasi, gizi dan fisioterapi. Rawat inap
memiliki kapasitas 63 tempat tidur dewasa/anak dan 9 tempat tidur bayi yang terdiri
dari : Super VIP 2 tempat tidur (2.8%), VIP 6 tempat tidur (8.3%), Kelas Utama A
3 tempat tidur (4.2%), Kelas Utama B 3 tempat tidur (4.2%), Kelas I 14 tempat
tidur (19.4%), Kelas II 12 tempat tidur (16.7%), Kelas III 21 tempat tidur (29.2%),
ICU 2 tempat tidur (2.8%) dan ruang Bayi 9 tempat tidur (12.5%).
masyarakat dapat dilihat dari BOR diatas 60%, LOS dibawah lima hari dll dapat
8. Manajemen Keperawatan
disebut Kepala Bidang Perawatan yang membawahi : Ka. Urusan Poli/UGD, Ka.
Urusan ICU, Ka. Urusan OK, Ka. Urusan Rawat Inap, Ka. Urusan Kebidanan.
B. HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk analisis univariat, bivariat dan multivariat.
Analisis univariat terdiri dari distribrusi variabel independen yaitu variable demografi
(usia, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, lama bekerja dan jabatan), bobot
imbalan jasa, dan variabel dependen yaitu distribusi retensi perawat. Analisis bivariat
Analisis multivariat terdiri dari hanya variabel-variabel yang memenuhi syarat nilai p-
Distribusi responden menurut variabel demografi terdiri dari usia, jenis kelamin,
pendidikan, status perkawinan, lama bekerja dan jabatan yang dapat dilihat pada
table 5.3. :
Tabel 5.3.
Distribusi Responden Menurut Variabel Demografi
di Rumah Sakit Agung Januari 2003
( n = 77 )
No Karakteristik Frekuensi Persentase
1. Usia
< 26 tahun 29 37.7
> 26 tahun 48 62.3
2. Jenis kelamin
Laki-laki 11 14.3
Perempuan 66 85.7
3. Pendidikan
SPR/SPK/Bidan 35 45.5
D III keperawatan 42 54.5
4. Status perkawinana
Masih lajang 31 40.3
Menikah 46 59.7
5. Lama bekerja
< 3 tahun 36 46.8
> 3 tahun 41 53.2
6. Jabatan
Perawat pelaksana 71 92.2
Ka ruangan 6 7.8
53
keperawatan) dan lama bekerja hampir seimbang. Pada usia, 62.2% berusia
diatas 26 tahun, jenis kelamin 85.7% perempuan, status perkawinan 59.7% telah
Adapun deskripsi responden menurut ke enam variabel tersebut pada penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 5.4. dan distribusi responden dapat dilihat pada tabel 5.5. :
Tabel 5.4.
Deskripsi responden menurut variabel bobot pekerjaan, kepemimpinan,
manajemen karir, kondisi bekerja, komunikasi dan imbalan jasa
Di Rumah Sakit Agung Januari 2003
(n = 77)
terhadap bobot pekerjaan didapatkan nilai mean 69.7 dan median 71.4 sedangkan
persepsi penilaian responden terhadap imbalan jasa diperoleh nilai mean hanya 38.2
54
dan median 30.0. Selanjutnya nilai median dijadikan cut of point untuk distribusi
responden yaitu diatas atau sama dengan nilai median diberi kategori tinggi dan
dibawah nilai median diberi kategori rendah (variabel bobot pekerjaan), baik dan
puas dan tidak puas (imbalan jasa). Alasan median dijadikan cut of point adalah
karena nilai median tidak dipengaruhi nilai ekstrim rendah maupun ekstrim tinggi.
Table 5.5.
Distribusi responden menurut variabel bobot pekerjaan, kepemimpinan,
manajemen karir, kondisi bekerja, komunikasi dan imbalan jasa
Di Rumah Sakit Agung tahun 2003.
(n = 77)
Variabel Frekuensi Persentase
1. Bobot pekerjaan
Rendah 36 46.8
Tinggi 41 53.2
2. Kepemimpinan
Kurang 38 49.4
Baik 39 50.6
3. Manajemen karir
Kurang 37 48.1
Baik 40 51.9
4. Kondisi kerja
Kurang 35 45.5
Baik 42 54.5
5. Komunikasi
Kurang 24 31.2
Baik 47 68.8
6. Imbalan jasa
Tidak puas 30 39.0
Puas 47 61.0
kepemimpinan dan manajemen karir antara baik dan kurang hampir sama. Pada
variabel bobot pekerjaan yang menyatakan tinggi 53.2%. Pada kondisi pekerjaan
yang menyatakan baik 54.5%. Pada variabel komunikasi yang menyatakan baik
manajemen karir, kondisi bekerja, komunikasi dan imbalan jasa yang telah
dikategorikan kedalam baik dan kurang dilakukan uji bivariat dan multivariate.
kategori yaitu tidak berniat tetap bekerja dan berniat tetap bekerja. Distribusi
Tabel 5.6.
Distribusi Responden Menurut Retensi Perawat
di Rumah Sakit Agung Januari 2003
(n = 77)
Kategori Frekuensi Persentase
antara responden yang menyatakan tidak berniat tetap bekerja dengan berniat tetap
Analisis bivariat yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji hubungan antara
hubungan yang digunakan adalah Kai Kuadrat (Chi Square) karena variabel
independen maupun dependen datanya terdiri dari data kategori. Salah satu bagian
dari variabel independen adalah variabel demografi yaitu usia, jenis kelamin,
56
pendidikan, status perkawinan, lama kerja dan jabatan. Adapun hubungan variable
demografi responden dengan retensi perawat dapat dilihat pada tabel 5.7. :
Tabel 5.7.
Hubungan variabel demografi responden dengan retensi perawat
di Rumah Sakit Agung Januari 2003
(n = 77)
Retensi Perawat
Tidak berniat Berniat tetap Total P- OR
Variabel tetap bekerja bekerja value 95%CI
n % n % n %
1. Usia
< 26 tahun 16 55.2 13 44.8 29 100 0.576 1.5
> 26 tahun 22 45.8 26 54.2 48 100 0.6-3.7
2. Jenis kelamin
Laki-laki 6 54.5 5 45.5 11 100 0.963 1.3
Perempuan 32 48.5 34 51.5 66 100 0.4-4.6
3. Pendidikan
SPR/SPK/Bidan 13 37.1 22 62.9 35 100 0.084 0.4
D III Kep./Keb. 25 59.5 17 40.5 42 100 0.2-1.0
4. Status perkawinan
Masih lajang 18 58.1 13 41.9 31 100 0.306 1.8
Menikah 20 43.5 26 56.5 46 100 0.7-4.5
5. Lama bekerja
< 3 tahun 21 58.3 15 41.7 36 100 0.212 1.9
> 3 tahun 17 41.5 24 58.5 41 100 0.8-4.9
6. Jabatan
Perawat pelaksana 35 49.3 36 50.7 71 100 0.974* 0.9
Ka. Ruangan 3 50.0 3 50.0 6 100 0.2-5.2
38 49.4 39 50.6 77 100
Df= 1, *P-value = Fisher’s exact tets
Hasil analisis hubungan antara variabel demografi dengan retensi perawat pada
nilai p-value pada seluruh karakteristik lebih besar dari nilai Alpha (0.05).
Selain variabel demografi yang termasuk variabel independen yang lain adalah
Tabel 5.8.
Hubungan variabel bobot pekerjaan, kepemimpinan, manajemen karir, kondisi
bekerja, komunikasi dan imbalan jasa dengan retensi perawat
di Rumah Sakit Agung Januari 2003
(n=77)
Retensi Perawat
Tidak berniat Berniat tetap Total OR
Variabel tetap bekerja bekerja P-value 95%CI
N % N % N %
1. Bobot pekerjaan
Rendah 22 61.1 14 38.9 36 100 0.88 2.5
Tinggi 16 39.0 25 61.0 41 100 1.0-6.2
2. Kepemimpinan
Kurang 19 50.0 19 50.0 38 100 1.0 1.1
Baik 19 48.7 20 51.3 39 100 0.4-2.6
3. Manajemen karir
Kurang 20 54.1 17 45.9 37 100 0.572 1.4
Baik 18 45.0 22 56.4 40 100 0.6-3.5
4. Kondisi pekerjaan
Kurang 24 68.6 11 31.4 35 100 0.004 4.4
Baik 14 33.3 28 66.7 42 100 1.7-11.4
5. Komunikasi
Kurang 16 66.7 8 33.3 24 100 0.072 2.8
Baik 22 41.5 31 58.5 53 100 1.0-7.7
6. Imbalan jasa
Tidak puas 21 70.0 9 30.0 30 100 0.008 4.1
Puas 17 36.2 30 63.8 47 100 1.5-10.9
manajemen karir dan komunikasi dengan retensi perawat menunjukkan tidak ada
hubungan yang bermakna dengan p-value lebih besar dari alpha (0.05). Pada
nilai p-value 0.004 dengan nilai OR sebesar 4.4., artinya responden yang menilai
kondisi bekerja kurang, berpeluang 4.4 kali kemungkinan tidak berniat tetap
bekerja dari pada responden yang menilai kondisi bekerja baik. Pada variabel
imbalan jasa dengan retensi perawat menunjukkan ada hubungan yang signifikan
58
dengan p-value 0.008, kemudian nilai OR sebesar 4.1, artinya responden yang
menilai imbalan jasa tidak puas berpeluang 4.1 kali kemungkinan tidak berniat
tetap bekerja dari pada responden yang menilai imbalan jasa puas.
6. Analisis multivariat
syarat, yaitu hasil uji Chi-square Likelihood Rationya memiliki nilai p-value <0.25
dan nilai p-value subtansi <0.25. Adapun variabel yang diikutsertakan pada tahap
uji multivariat adalah variabel pendidikan (p-value 0.084), lama bekerja (0.212),
Hasil analisis regressi logistik dengan metode enter tercantum dalam table 5.9.
seperti berikut.
Tabel 5.9.
Hasil analisis multivariat regressi logistik antara variabel pendidikan, lama bekerja,
kondisi bekerja, komunikasi dan imbalan jasa dengan retensi perawat dengan
metode enter.
dari 0.05 (p-value = 0.004). Tetapi secara signifikan p-wald semua variabel p-
valuenya lebih besar dari 0.05. kecuali lama bekerja (0.048). Dengan demikian
perlu dilakukan analisis regresi logistik dengan metode backward yang bertujuan
setiap tahap (step) akan membuang variabel yang mempunyai nilai p-wald paling
Adapun hasil analisis regresi logistik dengan metode backward tersebut dalam
tabel berikut.
Tabel 5.10.
Hasil analisis multivariat regressi logistik antara variabel pendidikan, lama bekerja,
kondisi bekerja, komunikasi dan imbalan jasa dengan retensi perawat dengan
metode backward.
Hasil diatas terlihat baik variabel pendidikan maupun kondisi bekerja mempunyai
p-value dibawah 0.05, yang berarti kedua variabel tersebutlah yang berhubungan
Selanjutnya kedua variabel tersebut dilakukan uji interaksi, dapat dilihat pada table
15.11. :
Tabel 5.11.
Hasil uji interaksi antara pendidikan dan kondisi bekerja terhadap retensi perawat
di Rumah Sakit Agung Januari 2003
Setelah dilakukan uji interaksi didapatkan kedua variabel saling berinteraksi secara
signifikan dengan p-value 0.001. Pada variabel pendidikan nilai OR= 0.308, yang
berarti responden yang berpendidikan SPR/SPK/Bidan 0.3 kali (95% CI: 0.110-
III Keperawatan setelah dikontrol dengan variabel kondisi bekerja. Pada variabel
kondisi pekerjaan memperoleh hasil OR= 5.289, yang berarti responden yang
BAB VI
PEMBAHASAN
Keterbatasan Penelitian
1. Rancangan Penelitian
korelatif dengan pendekatan cross sectional dimana variabel yang diteliti, baik variabel
independen maupun dependen dilakukan pada waktu yang bersamaan. Oleh karena itu
rancangan ini memiliki hubungan sebab akibat tidak dapat diketahui secara langsung,
akan tetapi hanya dapat menggambarkan suatu hubungan antara variabel independen
2. Instrumen Penelitian
Terdapat beberapa kelemahan pada kuesioner ini karena pernyataan dari setiap
variabel jumlahnya tidak sama, belum bakunya kuesioner karena dibuat oleh
penulis, walaupun telah diujicobakan pada perawat RS. MH. Thamrin Internasional
Salemba sebanyak dua kali, namun tetap ada item r-hitungnya masih dibawah r-
yang mungkin datanya sangat subjektif karena berbagai masalah responden, yang
antara lain takut diketahui oleh atasan, takut dikeluarkan atau rasa takut lainnya
sehingga pengisiannya asal saja atau cenderung baik, pengisiannya dilakukan secara
bersama-sama atau didiskusikan terlebih dulu dengan teman sejawat. Selain hal
tersebut dalam penelitian ini hanya mengukur persepsi klien secara fisik saja,
3. Sampel penelitian
Penelitian ini hanya dilakukan di Rumah Sakit Agung saja sehingga hasil dari
Dalam melakukan kategori terhadap data yang diperoleh, setiap variabel dalam
penelitian ini mempergunakan nilai median, dengan alasan karena nilai median tidak
dipengaruhi oleh dua sisi yaitu nilai ekstrim rendah maupun nilai ekstrim tinggi.
a. Usia
Hasil analisis univariat, 62,3% responden berusia diatas atau sama dengan
26 tahun dan 37.7% berusia dibawah 26 tahun. Lebih besarnya jumlah tenaga
perawat yang berusia diatas 26 tahun dapat berhubungan dengan masa kerja
perawat dimana 53.2% telah lebih dari 3 tahun, status perkawinana 59.7% telah
Agung masih usia produktif dimana usia maksimal yang menjadi responden
dalam penelitian ini adalah 45 tahun sebanyak 1.3%, selebihnya adalah berusia
antara 22-37 tahun. Mengingat usia tenaga perawat di RS. Agung adalah usia
memungkinkan.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
berusia dibawah 26 tahun dan 45,8% dari responden yang berusia diatas 26
tahun menyatakan tidak berniat tetap bekerja. Data statistik ini sesuai dengan
hasil penelitian Mobley (1979), Porter dan Steers (1973), Price (1977) dalam
Mobley (1986) yang mendapati bahwa karyawan yang lebih muda usia lebih
besar kemungkinan untuk keluar dari pada karyawan yang lebih tua.
Faktor penyebab tidak berniat tetap bekerjanya responden yang lebih muda di
tempat lain lebih banyak dengan imbalan jasa yang lebih tinggi, mungkin juga
mereka memiliki harapan-harapan yang lebih besar dari pekerjaan yang mereka
kerjakan tetapi tidak terpenuhi ditempat mereka bekerja sekarang, Porter dan
dalam hal imbalan jasa yang masih rendah (standart UMR regional DKI), dan
menurut penilaian respondenpun rata-rata nilai imbalan jasa hanya menilai 38,2
memandang bahwa tenaga perawat yang masih muda dan kesempatan untuk
mencapai karir tidak mungkin karena telah terisi oleh orang yang lebih senior
dalam sturuktural dan dari segi fungsional kemungkinan tidak akan mendapati
imbalan jasa yang diharapkan karena belum jelas jenjang penggajian yang
b. Jenis kelamin
Hasil analisis univariat jenis kelamin, 85.7% responden adalah perempuan dan
14.3% responden laki-laki. Hal ini sesuai dengan sifat dari profesi keperawatan
menunjukkan, tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan
retensi perawat (p-value 0.576). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Mobley (1986), yang mendapati bahwa keluar atau tetap bekerja antara
karyawan laki-laki dengan perempuan tidak akan mendapati pola yang khusus
perempuan karena jika terjadi banyak responden perempuan tidak berniat tetap
klien.
Lebih besarnya responden laki-laki dari perempuan tidak berniat tetap bekerja
kemungkinan oleh faktor lain seperti kepuasan terhadap imbalan jasa (70,0%
besar dari perempuan dalam rumah tangga, kesesuaian jenis pekerjaan dengan
tidak berniat tetap bekerja) dan hasil hitung dari alasan tidak berniat tetap
c. Pendidikan
65
III keperawatan secara bertahap baik rumah sakit negeri maupun swasta
(Depkes, 1996).
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat
pendidikan dengan retensi perawat, hal ini dapat dilihat dari nilai p-value
sebesar 0.084 lebih besar dari nilai Alpha (0.05). Dengan demikian hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Mobley (1986) yang mendapati bahwa
tidak ada hubungan yang kuat antara pendidikan karyawan dengan keluar atau
berniat tetap bekerja. Walaupun tidak ada hubungan yang bermakna data
kemungkinan karena peluang bekerja dirumah sakit lain sudah sangat sedikit
dan mungkin tidak mendapat kesempatan bekerja bila keluar dari rumah sakit
yang sifat bekerjanya hanya untuk aktualisasi diri sedang untuk pemenuhan
ekonomi lebih banyak ditanggung oleh suami. Selain hal tersebut kemungkinan
pertimbangan faktor usia dimana sudah tidak muda lagi. Sedangkan bagi tenaga
66
rendahnya imbalan jasa, muda usia, belum menikah dan juga kemungkinan
olehnya sehingga mencari lagi rumah sakit yang dapat menampung dan
menyalurkan potensinya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mobley (1986)
bahwa lebih tinggi pendidikan karyawan cenderung lebih kritis, kreatif dan
(keluar).
antara pendidikan dengan retensi perawat (p-value = 0.026). Agar yang berniat
ingin berkarir di Rumah Sakit Agung lebih meningkat maka perlu perubahan
MPKP ini maka perlu memenuhi persyaratan tenaga yaitu yang berpendidikan
d. Status perkawinan
67
Hasil analisis univariat status perkawinan, 59.7% responden telah menikah dan
banyak responden yang masih lajang, yang menurut hemat saya potensinya
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
antara status pernikahan dengan retensi perawat (p-value = 0.31). Namun data
statistik memperlihatkan, 58.1% dari responden masih lajang dan 43.5%. dari
responden yang telah menikah menyatakan tidak berniat tetap bekerja. Hasil
menyimpulkan bahwa karyawan yang masih muda dan lajang cenderung akan
lebih banyak keluar dari tempat kerjanya dari pada karyawan yang telah
e. Lama bekerja
Hasil analisis univariat tentang lama bekerja, 53,2% responden telah bekerja 3
tahun atau lebih dan 46.8% baru bekerja kurang dari 3 tahun. Hal ini
Sakit Agung lama bekerjanya kurang dari 3 tahun yang berati masih baru.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
antara lama bekerja dengan retensi perawat (p-value = 0.212). Namun data
statistik memperlihatkan, 58.5% dari responden yang telah bekerja 3 tahun atau
lebih dan 41.7% dari respondan lama bekerja kurang dari 3 tahun berniat tetap
bekerja. Hasil penelitian diatas sesuai dengan hasil penelitian Mobley (1986)
dengan masa kerja lebih singkat. Kemudian hasil penelitian U.S. Civil
yang bekerja, dua pertiga () sampai dengan tiga perempat () bagian dari
mereka keluar pada akhir tiga tahun pertama masa bakti, dan lebih dari
f. Jabatan
perawat pelaksana dan 6.3% responden kepala ruangan. Hasil analisis bivariat
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jabatan dengan
retensi perawat (p-value = 1.0). Walaupun tidak ada hubungan yang bermakna
dan 50.0% responden dari perawat kepala ruangan berniat tetap bekerja.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Martin K. (2001) yang
cenderung akan tidak berniat tetap bekerja bila tidak memiliki otonomi, tidak
Karena mereka ini merasa masih dibutuhkan di tempat lain dan memungkinkan
memilih rumah sakit yang dapat memberi imbalan jasa dan fasilitas pendukung
yang berniat tetap bekerja dikarenakan berbagai faktor yaitu pendidikan lebih
banyak yang masih SPK/SPR, usia lebih banyak yang telah lebih dari 26 tahun,
tinggi dan 46.8% rendah. Data tersebut memperlihatkan bahwa tenaga perawat di
Rumah Sakit Agung 52.2% telah memandang bahwa bobot pekerjaan yang
diberikannya adalah >70.0 (nilai median) sebanyak 53.2%, yang berarti bahwa
bermakna antara bobot pekerjaan dengan retensi perawat dengan p-value 0.088.
Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Price (1977) dalam Mobley (1986)
yang mendapati bahwa ada hubungan positif yang lemah tapi taat azas antara
rutinitas pekerjaan dengan keluarnya karyawan. Porter dan Steers (1973) dalam
Mobley (1986) memperoleh data yang mendukung bagi hubungan positif antara
responden yang menilai bobot pekerjaan rendah dan 39.0% dari responden yang
menilai tinggi menyatakan tidak berniat tetap bekerja. Hasil penelitian tersebut
sesuai dengan hasil penelitian Mobley (1986) bahwa sejauh para karyawan menilai
pekerjaan mereka sebagai sesuatu yang penuh arti, mempunyai identitas, penting,
mendapat umpan balik yang positif, maka jenis pekerjaan yang mereka kerjakan
(Mobley, 1986). Otonomi yang dimiliki oleh karyawan baik secara pelimpahan
tugas dari atasan atau secara otomatis karena sifat profesionalismenya maka akan
menumbuhkan rasa tanggungjawab yang tinggi terhadap hasil yang harus dicapai
Menurut penulis tidak berniat tetap bekerjanya responden dapat disebabkan oleh
dalam bekerja masih kurang, masih diperlakukan sebagai tenaga buruh dan bukan
masih mengacu pada UMR DKI. Sehingga para perawat tersebut tidak berniat tetap
bekerja karena kemungkinan mencari institusi rumah sakit yang lebih menghargai
71
sifat profesionalisme perawat dan memberikan gaji yang mencukupi kehidupan diri
dan keluarganya.
kepemimpinan atasan baik dan 49.4% menilai kurang. Jika melihat frekuensi yang
kepemimpinan atasan baik dan 50.0% dari responden yang menilai kepemimpinan
kurang berniat tetap bekerja. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan hasil
penelitian Dansereau, Cashman dan Graen (1977) dalam Mobley (1986) yang
menilai manajemen karir baik dan 48.1% responden menilai kurang. Hasil analisis
bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara manajemen
72
karir dengan retensi perawat (p-value=0.572). Hasil ini bertentangan dengan hasil
penelitian Porter dan Steers (1973) dalam Mobley (1986) yang menemukan bahwa
responden yang menilai bobot pekerjaan baik dan 45.9% dari responden yang
menilai manajemen karir kurang menyatakan berniat tetap bekerja. Hasil penelitian
tersebut sesuai dengan saran Mobley (1986) bahwa organisasi harus memberikan
dan program-program pengembangan lainnya. Maka apabila tidak jelas tentang alur
karir yang akan dicapai oleh keryawan maka akan memicu keluarnya karyawan.
menilai kondisi pekerjaan baik dan 55.5% kurang. Sebagai cut of point
pengkategorian variabel kondisi bekerja adalah nilai median sebesar 50.0 (lebih
besar dari nilai mean = 47.2). Nilai sebesar ini jika dilihat dari range nilai 1-100
kondisi bekerja dengan retensi perawat dengan nilai p-value (0.004), dengan nilai
OR = 4.4, yang berarti bahwa responden yang menilai kondisi pekerjaan baik
kemungkinan berniat tetap bekerja sebesar 4.4 kali dari pada responden yang
menilai kondisi bekerja kurang. Selanjutnya dapat dilihat pula bahwa hasil uji
regressi logistik dengan metode backward, kondisi bekerja termasuk salah satu
73
variabel yang signifikan berhubungan dengan retensi perawat dengan p-valui 0.002.
Kemudian hasil uji interaksi regressi logistik terhadap kondisi bekerja dan
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Cushway (2002) bahwa
karyawan memilih keluar. Selain hal tersebut hubungan kerja, hubungan kerja
Data statistik menunjukan pula bahwa, 66.7% dari responden yang menilai
kondisi bekerja baik dan 31.4% dari responden yang menilai kondisi bekerja kurang
menyatakan berniat tetap bekerja. Yang berarti memang ada hubungan yang
signifikan antara kondisi bekerja dengan retensi perawat. Hasil hitung terhadap
jawaban responden pada pernyataan kondisi bekerja yang paling menonjol adalah
keperawatan 50.6%. Juga diperkuat dari hasil hitung terhadap alasan responden
Pendapat penulis bila kondisi pekerjaan termasuk keadaan fisik gedung tidak
kesehatan penuh ditanggung oleh rumah sakit, dan adanya waktu untuk sosialisasi
antara pimpinan dengan bawahan maka responden akan berniat tetap bekerja lebih
banyak.
Untuk itulah kondisi bekerja dalam keadaan baik perlu dipertahankan dan
komunikasi baik dan 31.2% menilai kurang. Hasil analisis bivariat menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang yang bermakna antara komunikasi dengan retensi
perawat dengan p-value = 0.072. Hasil hitung beda proporsi memperlihatkan 66.7%
dari responden yang menilai komunikasi kurang dan 41.5% dari responden yang
menilai komunikasi baik menyatakan tidak berniat tetap bekerja. Hasil penelitian
tersebut sesuai dengan hasil penelitian Price (1977) dalam Mobley (1986), bahwa
komunikasi dalam organisasi yang dilakukan secara formal, dan komunikasi yang
berdasarkan atas tugas adalah salah satu faktor penentu keluarnya karyawan..
informal akan mempunyai pengaruh yang positif bagi organisasi dalam upaya
75
Menurut penulis komunikasi yang terbuka yang dibina dengan baik antara atasan
dengan bawahan, teman sejawat atau tim kesehatan lain akan memberikan dampak
yang positif terhadap mental dan semangat kerja karyawan, sehingga memberikan
dampak terhadap kenyamanan bekerja dan niat tetap bekerja dengan sungguh-
sungguh.
puas dan 39.0% responden menilai tidak puas. Walau proporsi responden yang
menilai puas terhadap imbalan jasa tinggi namun sebagai cut of pointnya dalam
pengkategorian variabel imbalan jasa ini sangat rendan yaitu dengan nilai median
sebesar 30.0 (lebih rendah dari nilai mean = 38.2). Nilai sebesar ini jika dilihat dari
range nilai 1-100 maka, sebenarnya nilai yang sangat buruk. Untuk itu perlu
antara imbalan jasa dengan retensi perawat dengan p-value=0.008, dengan nilai
OR=4.1, yang berarti bahwa responden yang menilai imbalan jasa tidak puas,
menyatakan tidak berniat tetap bekerja sebesar 4.1 kali dari pada responden yang
menilai imbalan jasa puas atau sebaliknya responden yang menilai imbalan jasa
76
baik akan berniat tetap bekerja sebesar 4.1 kali dari responden yang menilai tidak
puas. Melihat beda proposi juga didapatkan, 70.0% dari responden yang menilai
imbalan jasa tidak puas dan 36.2% dari responden yang menilai imbalan jasa puas
tidak berniat tetap bekerja. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan hasil penelitian
Borman (1970), Landy dan Farr (1980) dalam Mobley (1986) bahwa kegagalan
dalam memberikan imbalan jasa/kompensasi yang lebih besar bagi karyawan yang
berprestasi dapat memicu keluarnya karyawan dan bahkan bagi karyawan yang
residensi di Rumah Sakit Agung tahun 2002, imbalan jasa yang diberikan terhadap
tenaga perawat jauh dari harapan, sehingga banyak tenaga keperawatan yang
keluar. Hasil perhitungan terhadap persepsi tenaga perawat terhadap imbalan jasa
menghasilkan nilai mean 38.2. dan median 30.0. Hal ini menunjukan bahwa betapa
tidak puasnya tenaga keperawatan terhadap imbalan jasa yang diterima setiap
bulannya karena jika dibandingkan nilai mean dan median dari variabel yang lain
diajukan dalam kuesioner didapatkan bahwa gaji bersih, uang transport, tunjangan
hari raya, penanggung jawab shift, uang jabatan, jasa keperawatan dan uang lembur
>60% menjawab tidak setuju (tidak puas) sedangkan yang menjawab sangat setuju
77
(sangat puas) 0.0% (tidak ada). Hal ini menunjukkan bahwa perlu perbaikan yang
bekerja dan niat tetap bekerja dapat dicapai lebih tinggi sehingga otomatis
BAB VII
A. Kesimpulan
menikah, 53.2% lama bekerjanya telah 3 tahun atau lebih, dan 92.2% menjabat
sebagai perawat pelaksana. Hasil uji bivariat menunjukkan tidak ada hubungan
karakteristik, namun hasil hitung menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna.
karakteristik demografi.
3. Ada hubungan yang bermakna antara kondisi pekerjaan dengan retensi perawat
dengan p-value = 0.004, dan nilai OR = 4.4, yang berarti responden yang menilai
kondisi pekerjaan baik 4.4 kali kemungkinan berniat tetap bekerja dari responden
4. Ada hubungan yang bermakna antara imbalan jasa dengan retensi perawat dengan
p-value = 0.008, dan nilai OR = 4.1, yang berarti responden yang menilai imbalan
80
jasa baik 4.1 kali kemungkinan berniat tetap bekerja dari responden yang menilai
kurang.
variabel konsidi pekerjaan merupakan dua faktor yang secara signifikan bermakna
berpengaruh terhadap retensi perawat dengan p-value 0.001. Hasil analisis interaksi
B. Saran
Perawat pelaksana dan kepala ruangan yang berniat tetap bekerja dan tidak berniat
tetap bekerja di Rumah Sakit Agung perbandingannya sangat tipis sekali (bedanya
hanya 0.6%), maka hendaknya menjadi perhatian pimpinan rumah sakit dengan
d. Bagi tenaga perawat yang ingin berkarir di Rumah Sakit Agung dengan tingkat
f. Salah satu yang dapat meretensi perawat adalah imbalan jasa. Imbalan jasa akan
bermakna bila berdasarkan jenjang karir maka Rumah Sakit Agung sebaiknya
penggajian.
Agung yang mencakup : bentuk jenjang karir dan promosi, sistem penghargaan
keperawatan.
3. Institusi Pendidikan
82
model praktek keperawatan di rumah sakit yang digunakan sebagai lahan praktek
mahasiswa.
Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan penelitian, hasil penelitian yang
perawat.
b. Mengkaji salah satu variabel yang belum bermakna yang berhubungan dengan
retensi perawat.
tinggi.
d. Karena penelitian ini sifatnya setempat dan dilakukan di rumah sakit swasta
dengan kapasitas tempat tidur hanya 72, maka kemungkinan dapat dilakukan
kembali di rumah sakit swasta lain atau rumah sakit negeri yang lebih besar
DAFTAR PUSTAKA
As,ad, M. (2001). Seri ilmu sumber daya manusia: Psikologi industri. (edisi ke empat).
Yogyakarta: Liberty.
Bahls, C. (2001). After years of ambivalence, alarms are sounding over the sorry state of
nation’s nursing home. An aging population demands better alternative. January,
2001. From : file:///A/WebMD-Lycos-article-end of the line.htm.
Beecroft, P.C., Kunzman, L., & Krozek, Ch. (2001, December). RN internship : Outcome
of a one-year pilot program. The Journal of Nursing Administration. 31(12), 575-
582.
Brannon, D., Zinn, J.S., Mor, V., and Davis, J. (2002). An exploration of Job,
Organizational, and Environmental Factors Associated With High and Low Nursing
Assistant Turnover. The Gerontological Society of America. 42(2), 159-168.
Capko, J. (2001) Identifying the causes of staff turnover. April, 2001 From: Family
practice management.
Cooper, C.E. and Parsons, R.J. (2002, March). The nursing shortage: Implications for
military nurses. The Journal of Nursing Administration. 32(3), 162-165.
Cusyway, B. (1994). Human resoursce management. Terjemahan. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Foster. B., & Seeker, K.R. (1997). Pembinaan untuk meningkatkan kinerja karyawan.
Jakarta: Victory Jaya Abadi.
Gillies, D.A. (1994). Nursing Management: a system approach. (3th ed.) Philadelphia:
W.B. Saunders Company.
84
Hasibuan, M.S.P. (2001). Manajemen sumber daya manusia. (Edisi revisi) Jakarta: Bumi
Aksara.
Hastono, S.P. (2001). Manajemen dan analisa data penelitian kesehatan. Jakarta: Tidak
diterbitkan.
Hegney, D. at. all. (2002, March). Retaining rural & remote area nurses: The queensland,
Australia experience. The Journal of Nursing Administration. 32(3), 128-135.
Ilyas, Y. (1999). Kinerja. (Cet. 1). Depok: Badan Penerbit FKM UI.
Ilyas, Y. (2000). Perencanaan sumber daya manusia rumah sakit. (Cet. 1). Depok: Badan
Penerbit FKM UI.
Kingston, M.B. (2002) Tracking the shortage: The nursing shortage, focus on retention.
King of Prussia: Merion Publication.
Marquis, B.L. & Huston, C.J. (2000). Leadership roles & management functions in
nursing: theory and application. (Third edition). Philadelphia: Lippincott.
Martin, K. (2001). The missing link : Management & employee retention. An Official
Publication of the National Healthcare Cost & Quality Association. 7/2, 1-5.
Retrieved June, 2001. From: http://www.cost-quality.com/restpast/v7i2a3.html.
Morgan, D.G. at. all. (2002, March). Job strain among staff of rural nursing homes: A
comparison of nurses, aides, and activity wokrwes. The Journal of Nursing
Administration. 32(3), 152-160.
Richards, J. (2000). Physician order entry and nursing work redesign. Canadian journal of
nursing leadership. From: http//.acen-cjonl.org/13-2/pandora.html.
Scanlon, W.J. (2001). Nursing workforce: Recruitment and retention of nurses and nurse
aides is a growing concern. May, 2001. From : United States General Accounting
Office.
Shader, K. at al. (2001, April). Factors influencing satisfaction and anticipated turnover for
nurses in an academic medical center. The Journal of Nursing Administration. 31(4),
210-216.
Siagian, S.P. (2002). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: P.T. Bumi Aksara.
Swansburg, R.C., & Swansburg, R.J. (1999). Introductory management and leadership for
nurses. Toronto: Jones and Bartlett Publishers
Tappen, R.M. (1995). Nursing leadership and management: Concepts and practice.
(Third edition). Philadelphia: F.A. Davis Company.
Tyson, S., & Jackson, T. (2000). Perilaku organisasi. Terjemahan. Yogyakarta: Andi
Yogyakarta.
Umar, H. (2001). Riset sumber daya manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wayne, Pa. (2002). Healthcare staffing shortage survey reveals critical factors kenexa
survey demonstrates nurses question whether administration understands their
needs. September, 2002. From: wysiwyg://2/file:/A/nurses_com News for nursing
profesionals.htm.
Zoeckler, E. (2002). Loss of employee loyalty a big hidden cost of business. Retrieved
September, 2002. From: http://A/HeraldNet -Eric Zoeckler- Busness Columnist.htm.