Anda di halaman 1dari 86

SKRIPSI

HUBUNGAN PENERAPAN KOMUNIKASI SBAR SAAT HANDOVER

DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG MELATI,

DAHLIA DAN ANGGREK RSUD ADNAN WD

PAYAKUMBUH TAHUN 2022

Disusun

Oleh :

Nama : Mayang Safitri

Nim : 1814201245

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

TAHUN 2022
Halaman Persetujuan

HUBUNGAN PENERAPAN KOMUNIKASI SBAR SAAT HANDOVER

DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG MELATI

RSUD ADNAN WD PAYAKUMBUH TAHUN 2022

Oleh :

Mayang Safitri

NIM : 1814201245

Proposal penelitian ini telah disetujui untuk seminar

Bukittinggi,

Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Vera Sesrianty ,M.Kep Ns. Millia Anggraini, MKM

NIK. 10103578053 NIK. 10103584066

i
Diketahui

Ketua Program Studi Pendidikan Keperawatan

Ns. Ida Suryati, M.Kep

NIK. 1420130047501027

Universitas Perintis
S1 Keperawatan

ii
September, 2022

Mayang Safitri/1814201245

Hubungan Penerapan Komunikasi Sbar Saat Handover Dengan Kepuasan


Kerja Perawat Di Ruang Melati, Anggrek Dan Dahlia Rsud Adnan Wd
Payakumbuh Tahun 2022

ABSTRAK

Mutu pelayanan keperawatan menjadi salah satu indikator citra institusi


pelayanan kesehatan dimata masyarakat. Kualitas rumah sakit (RS) sebagai
sebuah institusi yang menghasilkan produk teknologi jasa kesehatan akan
bergantung juga pada kualitas pelayanan medis dan pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada pasien. Perawat merupakan sumber daya manusia terpenting di
Rumah sakit karena selain jumlahnya yang dominan (55-65 %) juga merupakan
profesi yang memberikan pelayanan yang konstan dan terus menerus 24 jam
kepada pasien setiap hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan penerapan komunikasi SBAR saat handover dengan kepuasan kerja
perawat di ruang melati RSUD Adnan Wd payakumbuh tahun 2022.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriktif
analitik dengan Cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perawat yang bertugas diruang melati, anggrek dan dahlia dengan jumlah
sampel sebanyak 47 responden. Pada saat penelitian menggunakan lembar
kusioner dan format pengumpulan data. Dimulai dari editing, coding, entri,
tabulating dan cleaning kemudian dianalisis secara uvivariat dan bivariate dengan
uji Chi-Square.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan lebih dari separuh kepuasan kerja
perawat tidak puas, sebagian besar perawat menggunakan komunikasi SBAR
tidak baik. Ada hubungan komunikasi SBAR dengan kepuasan kerja perawat Di
Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2022.
Dapat disimpulkan bahwa, semakin baik perawat dalam komunikasi
SBAR maka semakin baik pula tingkat kepuasan perawat dalam bekerja.
Diharapkan petugas kesehatan memberikan lebih merapkan komunikasi efektif
menggunakan metode SBAR dalam memberikan pelayanan.

Daftar Bacaan: 2012-2021 (28)


Kata Kunci : kepuasan kerja, metode SBAR, komunikasi teraupetik

Perintis University
S1 Nursing

iii
September, 2022

Mayang Safitri/1814201245

The Relationship between the Application of Sbar Communication during


Handover and Job Satisfaction of Nurses in the Melati, Orchid and Dahlia
Hospital Adnan Wd Payakumbuh Hospital in 2022

ABSTRACT

The quality of nursing services is one indicator of the image of health service
institutions in the eyes of the community. The quality of the hospital (RS) as an
institution that produces health service technology products will also depend on
the quality of medical services and nursing services provided to patients. Nurses
are the most important human resources in hospitals because apart from the
dominant number (55-65%) they are also a profession that provides constant and
continuous service 24 hours to patients every day. The purpose of this study was
to determine the relationship between the application of SBAR communication
during handovers with the job satisfaction of nurses in the jasmine room at Adnan
Wd Payakumbuh Hospital in 2022.
The type of research used in this research is descriptive analytic with cross
sectional study. The population in this study were all nurses on duty in the
jasmine, orchid and dahlia rooms with a total sample of 47 respondents. At the
time of the study using a questionnaire sheet and data collection format. Starting
from editing, coding, entry, tabulating and cleaning then analyzed by uvivariate
and bivariate with Chi-Square test.
Based on the results of the study, it was found that more than half of the job
satisfaction of nurses were not satisfied, most of the nurses used SBAR
communication was not good. There is a relationship between SBAR
communication and job satisfaction of nurses in the Inpatient Room at RSUD Dr.
Adnaan WD Payakumbuh 2022.
It can be concluded that, the better the nurse in SBAR communication, the better
the nurse's level of satisfaction at work. It is expected that health workers will
apply more efectif communication using the SBAR method in providing services.
Reading List: 2012-2021 (28)

Keywords: job satisfaction, SBAR method, efectif communication

KATA PENGANTAR

iv
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan

karunia-Nya yang selalu dilimpahkan kepada seluruh makhluk-Nya. Sholawat

serta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW Alhamdulillah dengan

berkat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini

dengan judul “Hubungan Penerapan Komunikasi Sbar Saat Handover

Dengan Kepuasan Kerja Perawat Di Ruang Melati, Anggrek Dan Dahlia

Rsud Adnan Wd Payakumbuh Tahun 2022” . Skripsi penelitian ini diajukan

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan.

Dalam proses penyusunan skripsi Penelitian ini tidak lepas dari peran,

bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Untuk menyelesaikan proposal penelitian

ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

a. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp., M.Biomed, selaku Rektor Universitas

Perintis Indonesia.

b. Bpk. dr. rer. nat Ik hwan Resmal a Sudji , M.Si., selaku Dekan Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Perintis Indonesia.

c. Ibu Ida Suryati, M.Kep, selaku Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Perintis Indonesia.

d. Ibu Ns. Vera Sesrianty, M.Kep selaku pembimbing I yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan arahan, membina, memberikan

petunjuk dan saran yang selalu diberikan kepada penulis.

e. Ibu Ns. Millia Anggraini, M.Kep selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan masukan kepada penulis demi tercapainya skripsi ini.

v
f. Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Sarjana Keperawatan

Universitas Perintis Indonesia yang telah mendidik dan memberikan

ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan studinya dengan baik.

g. Terkhusus kepada Ayah, Ibu, Kakak serta seluruh keluarga tercinta yang

selalu memberikan dukungan, motivasi dan doa yang tulus dan tulus

kepada penulis dalam mempersiapkan diri untuk melalui segala tahapan

dalam penyusunan skripsi penelitian ini.

h. Teman-teman program studi Sarjana Keperawatan dan teman-teman dari

Universitas Perintis Indonesia yang selalu memberikan semangat dan

motivasi dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan jasa yang telah

diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi penelitian ini masih

memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan

saran guna mendapatkan hasil yang lebih baik. Akhir kata penulis berharap

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan ilmu

pengetahuan dimasa yang akan datang

Bukittinggi, 2022

Penulis

DAFTAR ISI

vi
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................v
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1. Latar Belakang............................................................................................................1
2. Rumusan Masalah......................................................................................................7
3. Tujuan........................................................................................................................7
4. Manfaat......................................................................................................................7
5. Ruang Lingkup Penelitian...........................................................................................8
A. Konsep Kepuasan Kerja Perawat................................................................................9
1. Defenisi......................................................................................................................9
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Perawat..................................10
3. Aspek-Aspek Yang Menentukan Kepuasan Kerja.....................................................12
B. Konsep Komunikasi Efektif.......................................................................................14
1. Defenisi....................................................................................................................14
2. Proses Komunikasi...................................................................................................16
3. Jenis Komunikasi......................................................................................................16
4. Faktor yang mempengaruhi Komunikasi..................................................................18
5. Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan / Keperawatan.........................................19
E. Handover dengan Metode SBAR (Situation Background Assessment
Recommendation)............................................................................................................29
1. Defenisi....................................................................................................................29
2. Fungsi SBAR dalam proses komunikasi.....................................................................30
3. Tujuan Serah Terima/ Handover..............................................................................32
4. Manfaat Serah Terima/ Handover............................................................................32
5. Kerangka Komunikasi SBAR......................................................................................33
6. Fungsi SBAR Dalam Komunikasi...............................................................................35
7. Kelebihan Dokumentasi SBAR..................................................................................35
8. Penerapan Komunikasi SBAR...................................................................................36
10. Penelitian Terkait.................................................................................................37
11. Kerangka Teori.....................................................................................................38

vii
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

viii
Tabel 3.4 Definisi Operasional....................................................................... 36

DAFTAR SKEMA

Nomor Skema Halaman

ix
Skema 2.1 Kerangka Teoritis...............................................................................34

Skema 3. 2 Kerangka Konseptual....................................................................35

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Ganchart

x
Lampiran 2 : Format Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Format Pernyataan Persetujuan menjadi Responden

Lampiran 4 : Lembar Observasi dan Lembar Ceklis Pre Intervensi

Lampiran 5 : Lembar Observasi dan Lembar Ceklis Post Intervensi

Lampiran 6 : Surat Izin Pengambilan Data Awal/ Izin Penelitian

Lampiran 7 : Lembaran Konsultasi

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kebutuhan masyarakat akan pelayanan rumah sakit menyebabkan

masyarakat semakin selektif untuk memilih rumah sakit yang mampu

menyediakan kualitas pelayanan yang terbaik. Begitu pula tuntutan pelayanan

kesehatan terus meningkat baik dalam aspek mutu maupun keterjangkauan

serta cakupan pelayanan (Devita, 2017).

Perawat merupakan sumber daya manusia terpenting di Rumah sakit

karena selain jumlahnya yang dominan (55-65 %) juga merupakan profesi yang

memberikan pelayanan yang konstan dan terus menerus 24 jam kepada pasien

setiap hari. Salah satu bentuk pelayanan perawat yang menentukan kualitas

rumah sakit yaitu dengan menggunakan komunikasi yang efektif. Dalam

penelitian Ovari 2017 bahwa komunikasi yang efektif yag digunakan adalah

komunikasi SBAR.

Rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang

optimal serta dapat meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan

perkembangan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Mutu Pelayanan kesehatan

menurut Institite of medicine (IOM) merupakan suatu langkah menuju

peningkatan pelayanan kesehatan yang baik untuk individu maupun populasi

sesuai keluaran kesehatan yang diharapkan dan sesuai dengan pengetahuan

professional terkini (Sudariani, 2020).

1
Mutu pelayanan keperawatan menjadi salah satu indikator citra institusi

pelayanan kesehatan dimata masyarakat. Kualitas rumah sakit (RS) sebagai

sebuah institusi yang menghasilkan produk teknologi jasa kesehatan akan

bergantung juga pada kualitas pelayanan medis dan pelayanan keperawatan

yang diberikan kepada pasien. Institusi pelayanan kesehatan khususnya RS

dikatakan bermutu jika memenuhi 6 indikator utama kualitas pelayanan di RS

yaitu: keselamatan pasien (patient safety), pengelolaan nyeri dan kenyamanan,

tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan, perawatan diri, kecemasan pasien,

dan perilaku pasien. Mutu pelayanan yang baik tersebut dapat dicapai salah

satunya dengan keterampilan berkomunikasi yang baik dan efektif antar tenaga

medis (Nursalam, 2016).

Perawat merupakan sumber daya manusia terpenting di Rumah sakit

karena selain jumlahnya yang dominan (55-65 %) juga merupakan profesi yang

memberikan pelayanan yang konstan dan terus menerus 24 jam kepada pasien

setiap hari. Salah satu bentuk pelayanan perawat yang menentukan kualitas

rumah sakit yaitu dengan menggunakan komunikasi yang efektif (Suhartini,

2017).

Komunikasi efektif dalam lingkup lingkungan perawatan kesehatan

membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan empati. Hal tersebut termasuk

mengetahui kapan seorang harus berbicara, apa yang perlu dikatakan,

bagaimanakah cara mengatakannya dan mempunyai rasa percaya diri serta

mampu untuk mengetahui bahwa pesan telah diterima dengan benar.

Walaupun digunakan setiap saat dalam situasi klinis, keterampilan

2
berkomunikasi harus dipelajari, dipraktekkan dan disempurnakan oleh semua

perawat sehingga perawat dapat berkomunikasi dengan jelas, singkat dan tepat

dalam lingkungan yang serba cepat dan tepat. Pendekatan sistematik

dibutuhkan untuk memperbaiki cara berkomunikasi salah satunya dengan

menggunakan teknik SBAR (Safitri, 2016).

Komunikasi SBAR terdiri dari S (Situation): sebuah pernyataan singkat

dari masalah yang terjadi pada saat itu, B (Background): pernyataan dari

informasi yang melatar belakangi situasi yang terjadi, A (Assessment):

pernyataan penilaian terhadap sebuah masalah, R (Recommendation):

pernyataan tentang tindakan meminta saran untuk melakukan tindakan

mengatasi masalah (Hikman, 2017).

Menurut Rezkiki (2017), mewajibkan perawat memperbaiki pola

komunikasi khususnya pada saat melakukan operan jaga atau handover yaitu

dengan menggunakan komunikasi SBAR. Adapun komunikasi SBAR itu

dimana S (situation) mengandung komponen tentang identitas pasien dan

masalah saat ini serta hasil diagnose medis. B (Background) menggambarkan

riwayat penyakit atau situasi yang mendukung masalah saat ini. A (Assesment)

merupakan kesimpulan masalah yang sedang terjadi. R (Recommendation)

adalah rencana ataupun usulan yang akan dilakukan untuk mengatasi

permasalahan yang ada.

Penelitian yang dilakukan oleh Supinganto (2015) dalam penelitiannya

di RSUD Kota Mataram didapatkan hasil bahwa komunikasi SBAR belum

sepenuhnya efektif yaitu pada perawat dalam menyebutkan Situationdalam

3
kategori cukup baik 40,0 %, komponen Background 50,0 %, dalam

menyebutkan assessment dalam kategori kurang baik 60,0 % dan menyebutkan

recommendation 40,5 % dalam kategori baik.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ovari (2017), kurang lebih

53,4 % perawat tidak melaksanakan metode komunikasi SBAR saat timbang

terima tugas keperawatan dan penelitian dari Rezkiki (2017), didapatkan

bahwa 66,7 % tidak menerapkan SBAR sesuai SOAP. Sedangkan berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Sudresti (2015) dalam Rizki (2017),

mendapatkan pelaksanaan komunikasi SBAR masih kurang, antara lain

perawat dalam menyebutkan Situation hanya 39,53 %, dalam menyebutkan

Background hanya 10,47 %, dalam menyebutkan assessment hanya 22,09 %

dan menyebutkan recommendation hanya 27,91 %.

Rekomendasi dari WHO tentang komuniasi SBAR merupakan salah

satu cara untuk meningkatkan kualitas keperawatan rumah sakit. Selain itu,

cara lain untuk memenuhi kualitas kepawatan yaitu perawat membutuhkan

kepuasan kerja agar ada rasa senang dalam diri perawat dalam melaksanakan

asuhan keperawatan. Apabila kepuasan kerja perawat dapat terpenuhi, maka

secara sendirinya kepuasan layanan keperawatan juga dapat ditingkatkan.

Kepuasan kerja yaitu suatu respon emosional seorang terhadap berbagai

segi pekerjaannya. Seorang dapat merasakan kepuasan dengan salah satu

pekerjaannya dan merasakan ketidakpuasan dengan pekerjaannya yang lain,

tergantung dari kondisi tempat kerja dan hasil pekerjaan yang sesuai dengan

4
yang diharapkan. Kepuasan kerja tidak tampak secara nyata tetapi dapat

diwujudkan dalam suatu hasil dari pekerjaan (Safitri, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian Sayuni (2018) ada tujuh faktor yang dapat

mempengaruhi kepuasan kerja yaitu 1, komunikasi yang baik dengan sesama

perawat 2, pemberian insentif yang sesuai dengan harapan 3, lingkungan kerja

yang nyaman 4, dukungan manajemen yang baik 5. sifat kerja yang tidak

monoton 6, pekerjaan yang sesuai dengan keahlian 7, adanya peluang promosi.

Kepuasaan kerja seorang perawat harus mendapat perhatian yang lebih dari

pihak manajemen RS, karena perawat merupakan karyawan terbanyak dalam

melaksanakan pelayanan keperawatan. Tingkat kepuasan kerja dapat terukur

berdasarkan beberapa indikator yaitu dari pekerjaan itu sendiri, penghasilan,

kesempatan untuk promosi, pengawasan, dan rekan kerja atau atasan.

Kepuasan kerja merupakan hasil dari berbagai macam sikap (attitude)

yangdimiliki oleh perawat. Bersadarkan Hasil penelitian kepuasan kerja oleh

Isna Ovari (2017) di RSUD Solo di rawat inap adalah 57 orang perawat

pelaksana yang melaksanakan metode komunikasi SBAR dengan baik,

mendapatkan kepuasaan dalam bekerja sebanyak 43 responden (85,2%) dan

11 responden (14,8 %) menyatakan kurang puas. Penerapan komunikasi SBAR

dalam strategi kolaborasi kerja akan memiliki efek positif pada lingkungan

kerja sehingga akan meningkatkan kerja sama tim, kepuasan dan keselamatan

pasien (Beckett, 2018).

Berdasarkan data rekam medis RSUD Adnan WD Payakumbuh

didapatkan jumlah perawat diruangan Melati sebanyak 17 prerawat, ruangan

5
Anggrek 15 perawat dan 15 perawat di ruangan Dahlia. Berdasarkan data 3

ruangan tersebut didapatkan jumlah perawat yang sebanyak 47 perawat.

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada bulan Juni 2022 di

ruang melati RSUD Adnan Wd Payakumbuh didapatkan 47 perawat yang

bertugas diruang rawat inap Melati, Angrek dan Dahlia didapatkan setengah

dari perawat menggunakan metode handover di RSUD Adnan Wd

Payukumbuh sudah menggunakan komunikasi SBAR, 5 dari 10 perawat yang

melakukan komunikasi SBAR mengatakan dalam penerapan serah terima

belum sepenuhnya tercapai karena waktu yang terbatas dan pekerjaan yang

masih banyak jadi penerapannya belum terlaksana dengan baik. Didaptkan

ruangan yang menggunakan metoda komunikasi SBAR dengan tepat

pelaksanaannya adalah ruangan Angrek dan Dahlia dengan komunikasi

SBAR ini dilaksanakan pada handover keperawatan dan pada saat visite,

perawat mengatakan sangat puas melaksanakan asuhan keperawatan, karna

perawat merasa mengerti dengan keadaan pasien, karna komunikasi SBAR

sangat menjelaskan bagaimana keadaan pasien. Sedangkan ruangan yang

tidak melakasanakan komunikasi SBAR dengan tepat, adalah ruangan Dahlia,

mengatakan cukup puas saat melakuka asuhan keperawatan karna perawat

merasa kurang paham dengan keadaan pasien. Berdasarkan latar belakang

diatas peneliti telah melakukan penelitian yang berjudul “hubungan penerapan

komunikasi SBAR saat handover dengan kepuasan kerja perawat di ruang

melati RSUD Adnan Wd payakumbuh tahun 2022”.

6
2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan penerapan

komunikasi SBAR saat handover dengan kepuasan kerja perawat di ruang

melati RSUD Adnan Wd payakumbuh tahun 2022.

3. Tujuan

a. Tujuan Umum

Untuk diketahui hubungan penerapan komunikasi SBAR saat

handover dengan kepuasan kerja perawat di ruang melati RSUD Adnan

Wd payakumbuh tahun 2022

b. Tujuan Khusus :

1) Diketahui distribusi frekuensi penerapan komunikasi SBAR saat

handover di ruang melati RSUD Adnan Wd payakumbuh tahun 2022.

2) Diketahui distribusi frekuensi kepuasan kerja perawat di ruang melati

RSUD Adnan Wd payakumbuh tahun 2022

3) Diketahui hubungan penerapan komunikasi SBAR saat

handover dengan kepuasan kerja perawat di ruang melati RSUD

Adnan Wd payakumbuh tahun 2022.

4. Manfaat

A. RSUD Adnan WD Payakumbuh

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

perawat dalam penerapan komunikasi SBAR saat handover dengan

7
kepuasan kerja perawat di ruang melati RSUD Adnan Wd payakumbuh

tahun 2022Bagi responden

B. Bagi penelitian selanjutnya

Sebagai bahan pertimbangan untuk peneliti selanjutnya dalam

melakukan perbandingan hubungan penerapan komunikasi SBAR saat

handover dengan kepuasan kerja perawat atau dengan variabel lain yang

lebih dikembangkan.

5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup ini membahas tentang hubungan penerapan

komunikasi SBAR saat handover dengan kepuasan kerja perawat di ruang

melati, anggrek dan dahlia RSUD Adnan Wd payakumbuh tahun 2022.

Variabel independeN (penerapan komunikasi SBAR saat handover) dan

variabel dependen (kepuasan kerja). Penelitian akan dilaksanakan di ruang

Melati RSUD Adman WD Payakumbuh pada bulan Juli 2022. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di ruangan

Melati, Anggrek dan Dahlia dalam 1 tahun terakhir yang berjumlah 47

perawat dengan jumlah sampel 47 orang. Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan kusioner dengan teknik wawancara. Desain penelitian ini

adalah deskriktif analitik dengan cros sectional study. Teknik pengambilan

sampel secara total sampling. Data diolah dan dianalisa secara univariat,

bivariat (uji chi-square).

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kepuasan Kerja Perawat

1. Defenisi

Kepuasan merupakan perasaan senang atau kecewa yang muncul

setelah seseorang membandingkan antara persepsi terhadap kinerja atau

hasil suatu produk (Kotler, 2017). Dalam sebuah pelayanan, kepuasan

adalah bentuk perasaan seseorang setelah mendapatkan pengalaman

terhadap kinerja pelayanan yang telah memenuhi harapan.

Kepuasaan kerja merupakan sikap positif terhadap pekerjaan pada

diri seseorang. Pada dasarnya kepuasaan kerja merupakan hal yang

bersifat individual. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang

berbeda-beda seseuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya.

Biasanya orang akan merasa puas atas kerja yang telah atau sedang

dijalankan, apabila apa yang dikerjakan dianggap telah memenuhi

harapan, sesuai dengan tujuannya bekerja. Apabila seseorang

mendambakan sesuatu, berarti yang bersangkutan memiliki suatu harapan

dan dengan demikian termotivasi untuk melakukan tindakan kearah

pencapaian harapan tersebut. Jika harapan tersebut terpenuhi, maka akan

dirasakan kepuasan. Kepuasan kerja menunjukkan kesesuaian antara

harapan seseorang yang timbul dan imbalan yang disediakan pekerjaan,

9
sehingga kepuasan kerja juga berkaitan erat dengan teori keadilan,

perjanjian psikologis dan motivasi (Robbin, 2017).

Berdasarkan pendapat definisi yang dikemukakan oleh para ahli

terkait kepuasan kerja, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja

adalah perasaan emosional yang menyenangkan maupun tidak

menyenangkan yang dirasakan pegawai dalam pekekerjaanya.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Perawat

Menurut Herzberg dalam Gomes (2016) faktor mempengaruhi

dengan kepuasan kerja, yaitu:

a. Kepemimpinan

Pengertian kepemimpinan adalah kemampuan untuk

mempengaruhi orang lain, dengan kata lain kepemimpinan dapat diartikan

sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain untuk

menggerakkan orangorang tersebut agar dengan penuh pengertian dan

senang hati bersedia mengikuti kehendak pemimpin tersebut.

Kepemimpinan manajerial ditandai dengan sifat manajerial dan

keterampilan manajerial yang mengarah ke pemberdayaan. Pembuatan

keputusan pimpinan dalam sebuah organisasi tergantung pada gaya

kepemimpinan (Siagian, 2015).

b. Kompensasi (Insentif)

Kompensasi merupakan istilah luas yang berkaitan dengan

imbalan yang diterima oleh orang-orang melalui hubungan

kepegawaian mereka dalam organisasi. Pada umumnya bentuk

10
kompensasi adalah finansial karena pengeluaran moneter yang

dilakukan sebuah organisasi. Pengeluaran moneter dapat bersifat

segera atau tertangguh. Gaji mingguan atau bulanan karyawan

adalah contoh moneter yang bersifat segera (immediate payment)

sedangkan pensiunan, pembagian laba atau bonus merupakan

moneter bersifat tertangguh (deferred payment). Kompensasi bisa

diberikan dalam bentuk non moneter.

c. Kondisi Lingkungan Kerja

Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu faktor lain

yang mampu mempengaruhi kepuasan kerja karyawan.

Lingkungan kerja yang baik dalam arti sempit tempat / lokasi kerja

aman, nyaman, bersih dan tenang, peralatan yang baik, teman

sejawat akrab, pimpinan yang pengertian akan memberikan

kepuasan karyawan (Gomes, 2015). Demikian pula yang

dinyatakan Flippo (2015), kondisi kerja yang nyaman aman dan

menarik merupakan keinginan karyawan untuk dipenuhi

perusahaan.

d. Kesempatan Promosi

Robbins (2015) menyebutkan bahwa reward system / kesempatan

untuk memperoleh promosi melalui jenjang kepangkatan mempengaruhi

kepuasan kerja karyawan. Kepuasan kerja mempengaruhi produktivitas

kerja karyawan, dengan demikian untuk meningkatkan produktivitas

kerja karyawan perlu memperhatikan kepuasan kerja karyawan.

11
Kesempatan promosi perawat di rumah sakit antara lain kesempatan

untuk menduduki jabatan kepala ruang, kabid keperawatan dan

pendidikan lanjut program nurse dengan tersedianya dana untuk meraih

hal tersebut, yang dapat meningkatkan kinerja rumah sakit. Hal ini dapat

mendorong motivasi perawat untuk senantiasa meningkatkan komitmen

bekerja di rumah sakit tersebut.

e. Supervisi

Tujuan pelayanan rumah sakit, khususnya pelayanan keperawatan

diperlukan supervisi keperawatan. Supervisi keperawatan adalah proses

pemberian sumber – sumber yang dibutuhkan perawat untuk

menyelesaikan tugas dalam rangka pencapaian tujuan. Adapun tujuan

dari supervisi keperawatan adalah pemenuhan dan peningkatan kepuasan

pelayanan pada klien dan keluarganya (Nursalam, 2016).

3. Aspek-Aspek Yang Menentukan Kepuasan Kerja

Aspek-aspek yang menentukan kepuasan kerja menurut

Robbins (2015), yaitu:

1) Kepuasan tentang pekerjaan

Kerja yang secara mental menantang Karyawan cenderung lebih

menyukai pekerjaan – pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk

menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan

beragam tugas, kebebasan, dan umpan balik mengenai betapa baik mereka

bekerja.

12
2) Kepuasan Tentang Ganjaran Yang Pantas

Ganjaran yang pantas Para karyawan yang menginginkan

sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai adil,

tidak meragukan, dan segaris dengan pengharapan mereka. Bila upah

dilihat sebagai adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat

keterampilan individu, dan standar pengupahan komunitas, kemungkinan

besar akan dihasilkan kepuasan. Promosi memberikan kesempatan untuk

pertumbuhan pribadi, tanggung jawab yang lebih banyak, dan status sosial

yang meningkat. Oleh karena itu individu yang mempersepsikan bahwa

keputusan promosi dibuat dengan cara yang adil kemungkinan besar akan

merasakan kepuasan dengan pekerjaan mereka.

3) Kepuasan Tentang Rekan Kerja

Rekan sekerja yang mendukung. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga

mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu tidaklah

mengejutkan bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan mendukung

menghantar ke kepuasan kerja yang meningkat. Umumnya studi

mendapatkan bahwa kepuasan karyawan meningkat bila penyelia langsung

bersifat ramah dan dapat memahami, memberikan pujian untuk kinerja

yang baik, mendengarkan pendapat karyawan, dan menunjukkan suatu

minat pribadi pada mereka.

4) Kepuasan Tentang Kondisi Kerja Yang Mendukung

13
Kondisi kerja yang mendukung Karyawan peduli akan lingkungan kerja

baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan

tugas yang baik.

5) Kepuasan Tentang Kesesuaian Antara Kepribadian Dan Pekerjaan

Teori kesesuaian antara kepribadian pekerjaan yang dikemukakan Holland

menyimpulkan bahwa kecocokan yang tinggi antara kepribadian seorang

karyawan dan pekerjaan akan menghasilkan individu yang lebih

terpuaskan. Orang-orang yang tipe kepribadiannya sama dengan

pekerjaannya memiliki kemampuan untuk memenuhi tuntutan dari

pekerjaannya, sehingga mereka juga mempunyai probabilitas yang lebih

besar untuk mencapai kepuasan yang tinggi.

B. Konsep Komunikasi Efektif

1. Defenisi

Komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu Communicatio

yang berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Jadi sekelompok

orang yang terlibat dalam komunikasi harus memiliki kesamaan

makna, jika tidak maka komunikasi tidak dapat berlangsung. Bila

seseorang menyampaikan pesan, pikiran dan perasaan kepada orang

lain, dan orang tersebut mengerti apa yang dimaksudkan oleh

penyampaian pesan, berarti komunikasi berlangsung. Sebaliknya jika

seseorang berbicara atau mengirim pesan, dan tidak ada orang yang

mendengarkan atau menerima pesan yang disampaikan tersebut, maka

proses komunikasi tidak terjadi. Komunikasi merupakan sarana untuk

14
mengadakan pertukaran ide, fikiran dan perasaan atau keterangan

dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti, saling percaya besar

sekali perannya dalam mewujudkan hubungan yang baik antara

seseorang dengan lainnya, termasuk dalam memberikan asuhan

keperawatan.

Komunikasi adalah suatu transaksi pertukaran informasi,

proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur

lingkungannya dengan membangun hubungan antara sesama manusia

melalui pertukaran informasi untuk menguatkan sikap dan tingkah laku

orang lain serta untuk mengubah sikap dan tingkah laku tersebut.

Terapeutik adalah segala sesuatu yang memfasilitasi proses

penyembuhan terhadap pasien. Komunikasi terapeutik adalah

pengalaman interaktif bersama antara tenaga kesehatan dengan pasien.

Dalam komunikasi yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang

dihadapi oleh pasien dan bisa menemukan solusi dari masalah yang

dihadapi pasien (Pranata, 2021).

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan

secara sadar dan terencana, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan

untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik adalah merupakan

hubungan interpersonal antara tenaga kesehatan dengan pasien, dalam

hal ini tenaga kesehatan dan pasien memperoleh pengalaman belajar

bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional pasien.

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi

15
terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar dan

terencana, bertujuan memperoleh pengalaman belajar bersama dalam

rangka memperbaiki pengalaman emosional pasien untuk menghadapi

masalah dan kesembuhan pasien (Pieter, 2017).

2. Proses Komunikasi

Proses komunikasi merupakan interaksi antara dua orang atau

lebih, untuk menyampaikan suatu pesan dengan atau tanpa

menggunakan media. Proses komunikasi dua arah merupakan proses

yang dinamis, komunikator memberi pesan, komunikan menerima

pesan, dan memberikan respon kembali terhadap komunikator, proses

komunikasi dibagi menjadi lima fase yaitu:

a. Menentukan gagasan / ide yang ingin disampaikan

b. Bagaimana ide itu bisa menjadi sebuah pesan

c. Cara mengirim pesan tersebut agar dapat diterima oleh si penerima

pesan

d. Menentukan siapa yang menerima pesan

e. Menerima reaksi dan feedback terhadap pesan yang disampaikan

3. Jenis Komunikasi

Komunikasi bertujuan untuk interaksi antar manusia baik

individu, kelompok maupun masyarakat. Jenis atau macam

komunikasi ada dua yaitu komunikasi verbal dan komunikasi non

verbal.

16
a. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang dilakukan

melalui ucapan lisan, termasuk penggunaan tulisan. Pengiriman

informasi atau pesan dalam komunikasi menggunakan simbul-

simbul. Tetapi simbul-simbul yang dominan adalah kata-kata.

Dalam komunikasi verbal informasi yang disampaikan bersifat

faktual, akurat, dan efisien. Untuk memvalidasi interpretasi bisa

menggunakan komunikasi verbal dan non verbal.

b. Komunikasi Non Verbal

Komunikasi nonverbal kadang-kadang disebut juga bahasa

tubuh. Pesan yang dapat disampaikan melalui komunikasi jenis ini

adalah sama halnya dengan simbul-simbul yang digunakan secara

sadar atau tidak sadar. Saluran yang digunakan dalam

melangsungkan komunikasi non verbal adalah panca indera.

Komunikasi non verbal ini meliputi gerak dan isyarat, gerakan

tubuh, penampilan fisik termasuk perhiasan. Komunikasi non

verbal digunakan sebagai penguat atau sebaliknya komunikasi

secara verbal. Komunikasi nonverbal lebih mengindikasikan secara

akurat dan sebenarnya.

4. Faktor yang mempengaruhi Komunikasi

Beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi antara lain;

perkembangan, persepsi, nilai, sosial budaya, emosi, pengetahuan,

17
peran dalam komunikasi dan tatanan interaksiyang terjadi antara

komunikator dan penerima.

Perkembangan orang yang melakukan komunikasi perlu

dipertimbangkan dalam menentukan sikap, cara dan teknik dalam

berkomunikasi. Secara umum karakter seseorang dalam

berkomunikasi mencerminkan 3 katagori kepribadian, yaitu ego anak

(Chlid Ego), egonya orang dewasa (Adult Ego) dan egonya orang tua

(Parent Ego). Masing-masing ego memiliki ciri khusus seperti anak

cenderung cengeng, sulit diberikan pengarahan, jika meminta harus

sekarang dan saat ini, mudah mengais dan sebagainya. Egonya orang

dewasa ditandai dengan lebih bijaksana, jika mengalami suatu

masalah, dilakukan analisis dulu, masalahnya apa, siapa yang terlibat,

alternatif solusinya apa, pertimbangan untung rugi jika memilih salah

satu alternatif. Orang dewasa bisa dikatakan lebih matang, selalu

difikirkan sebelum bertindak. Karakter ego orang tua adalah merasa

lebih berpengalaman, merasa lebih tau tentang permasalahan hidup,

merasa hanya dirinya yang benar sehingga orang lain, apalagi yang

lebih muda, sering dinilai belum berpengalaman, tidak berhak

memberikan saran untuk orang tua. Orang tua menjadi lebih skeptif,

hanya percaya pada pendapat sendiri.

18
5. Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan / Keperawatan

Komunikasi dalam pelayanan keperawatan merupakan salah

satu komponen keterampilan utama yang harus dimiliki oleh seorang

perawat, selain keterampilan intelektuan dan teknikal. Menjadi

seorang perawat dituntut tidak hanya pandai dan menguasai semua

permasalahan kesehatan yang dialami pasien, terutama dalam upaya

pemenuhan kebutuhan dasar ketika pasien sakit. Perawat dituntut juga

harus terampil dalam melaksanakan tindakan keperawatan yang telah

direncanakan dan berperilaku adaptif dalam membangung hubungan

interpersonal saat melakukan asuhan keperawatan.

Keterampilan interpersonal ini menjadi ciri khas utama yang

dapat membedakan antara perawat satu dengan lainnya. Hal ini

penting diperhatikan karena pasien yang dirawat bukanlah robot,

tetapi manusia yang memiliki perasaan dan harga diri. Beberapa

karakter interpersonal yang baik antara lain, ketika bertemu pasien

perawat harus selalu senyum, salam, dan sapa. Ketika akan melakukan

tindakan perawatan, lakukanlah komunikasi verbal meskipun hanya

sekedar menanyakan kondisi terkini pasien. ketika telah selesai

melakukan tindakan, berpamitanlah kepada pasien, jika mungkin

sertakan doa kesembuhan untuk pasien. Dengan demikian maka

pasien akan sangat terkesan dan senang dengan asuhan yang berikan

oleh perawat berkarakter ini.

19
Keterampilan interpersonal juga merupakan skill utama yang

harus dikuasai perawat, diataranya berupa komunikasi verbal, non

verbal, bekerja dengan kertas dan hitung-hitungan, dengan angka,

penggunaan teknolgi, keterampilan yang dapat diaplikasikan pada

berbagai kondisi, kepribadian dan beberapa keterampilan tambahan

seperti menjahit, memasak, mengendarai kendaraan dan sebagainya.

C. Komunikasi Efektif

1. Defenisi

Komunikasi efektif adalah pengembangan hubungan antara tenaga

kesehatan (dokter, perawat, fisioterapis, bidan, nutrisionis, atau tenaga

kesehatan lain) dengan pasien secara efektif dalam kontak sosial yang

berlangsung secara baik, menghargai kemampuan dan keunikan masing-

masing pihak, dalam upaya menyelesaikan masalah kesehatan yang

dihadapi oleh pasien secara bersama. Pengembangan hubungan berkaitan

erat dengan kepercayaan, yang dilandasi keterbukaan, kejujuran, saling

menghargai, serta memahami kebutuhan dan harapan masing-masing.

Dengan terjalinya hubungan saling percaya, pasien akan memberikan

keterangan yang benar dan lengkap berkaitan dengan kondisinya, sehingga

dapat membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit pasien secara baik

dan memberi terapi yang tepat bagi pasien. Demikian juga dengan tenaga

kesehatan lain, apabila sudah terjalin hubungan saling percaya, maka

tindakan keperawatan akan lebih mudah untuk dilaksanakan. Pasien dan

tenaga kesehatan sama-sama memperoleh manfaat dari hubungan saling

20
percaya. Setiap pihak merasa dimengerti dan dihargai, sehingga apa yang

diinginkan dapat tercapai. Pasien ingin segera mendapat pertolongan dari

dokter karena penyakitnya, segera ditangani dan lekas sembuh. Sebaliknya

dokter membutuhkan informasi yang jelas berkaitan dengan gejala dan

keluhan yang dihadapi oleh pasien, dan saat dilakukan pemeriksaan pasien

kooperatif. Kedua tujuan ini baik dari pasien maupun dokter dapat tercapai

apabila didasari keinginan yang kuat untuk terus menjalin dan

mempertahankan hubungan saling percaya. Komunikasi efektif harus terus

dipertahankan mulai awal kontak dengan pasien, selama proses

pengobatan/perawatan, sampai akhir dari terapi atau pasien dinyatakan

sembuh.

2. Tehnik Komunikasi Efektif

Agar komunikasi dapat berjalan lancar, maka tenaga kesehatan

harus paham tentang tehnik komunikasi efektif. Bagaimana menciptakan

hubungan saling percaya? Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh

petugas kesehatan sebelum komunikasi berlangsung yaitu:

a. Ciptakan Lingkungan yang Kondusif

b. Hargai penampilan dan harga diri pasien

c. Posisi Petugas Kesehatan (dokter/perawat/nakes lain) Dengan

Pasien

d. Menyamakan Tujuan Perlunya Komunikasi Berlangsung

Pelayanan kesehatan merupakan industri jasa, oleh karena itu dokter

maupun petugas kesehatan lain, harus mengetahui dasar-dasar pelayanan

21
terhadap pelanggan atau pasien, hal tersebut bertujuan untuk menghindari

kesalahan atau hal-hal yang tidak diinginkan selama proses pemberian

pelayanan kesehatan. Menurut Endar Sugiarto, ada 8 (delapan) teknik

keterampilan dasar yang dapat diterapkan pada semua situasi pelayanan. Dan

kedelapan teknik ketrampilan dasar tersebut dapat diaplikasikan dalam

pelayanan kesehatan, guna menciptakan komunikasi efektif atara dokter

dengan pasien. Teknik komunikasi efetif tersebut adalah:

a. Pusatkan perhatian pada pasien

b. Berikan pelayanan kesehatan yang efisien

c. Naikkan harga diri pasien

d. Bina hubungan baik dan harmonis dengan pasien

e. Berikan penjelasan dan informasi sebaik mungkin

f. Ketahuilah apa yang diinginkan pasien

g. Jelaskan pelayanan atau tindakan medis yang akan dilakukan pada

pasien.

h. Apabila dokter atau perawat tidak mampu melayani alihkan pada

tenaga kesehatan lain yang lebih mampu

3. Prinsip-Prinsip Komunikasi Efektif

Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi permasalahan

yang kemungkinan timbul akibat hubungan antara dokter/tenaga kesehatan

dengan pasien. Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada

umumnya akan menimbulkan rasa nyaman dan puas bagi kedua belah

pihak. Prinsip – prinsip komunikasi efektif yang dapat dilakukan adalah:

22
1) Keterbukaan, artinya membuka diri bagi orang lain, bereaksi pada

orang lain secara spontan dengan didasari ketulusan. Prinsip

komunikasi efektif yang pertama adalah keterbukaan, pada awal

komunikasi yang pertama di lihat oleh pasien adalah, apakan dokter

atau tenaga kesehatan membuka diri untuk kehadiran pasien secara

tulus? Keterbukaan secara fisik dan psikologis sangat diperlukan

untuk memasuki hubungan lebih lanjut.

2) Respect atau peduli kepada orang lain, dengan memberikan rasa

hormat dan saling menghargai. Rasa peduli kepada orang lain, dengan

didasari rasa hormat dan saling menghargai merupakan kunci

berkomunikasi dengan oang lain. Pada prinsipnya semua manusia

ingin dihargai dan diakui keberadaannya. Demikian juga dengan

pasien, Apabila dokter atau perawat respect kepada pasien, dengan

sendirinya pasien akan merasa dihormati dan dihargai.

3) Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi atau

kondisi yang dihadapi oleh orang lain atau merasakan perasaan orang

lain. Perasaan empati sangat diperlukan dalam jasa pelayanan

kesehatan, bagaimana seorang dokter atau perawat dapat merasakan

penderitaan pasien tanpa harus hanyut dalam permasalahan pasien.

Rasa empati dapat dikembangkan, apabila tenaga kesehatan baik

dokter maupun perawat memiliki ketrampilan mendengarkan,

merasakan (feeling), dan berbicara. Empati ini harus dipelajari dan

23
dilatih secara terus menerus, hal tersebut penting untuk melatih

kepekaan terhadap permasalahan.

4) Care atau perhatian, adalah kemampuan untuk memberikan perhatian

pada orang lain. Seseorang akan merasa senang apabila dirinya

diperhatikan, dengan diperhatikan maka harga diri individu akan

meningkat. Pasien akan merasa seorang diri, disisihkan, dan

tersinggung, apabila tidak diperhatikan oleh petugas kesehatan. Secara

psikologis pasien sudah merasa asing dengan lingkungan baru rumah

sakit, kondisi ini akan diperparah apabila petugas kesehatan tidak care

terhadap kebutuhan pasien. Semua pasien akan merasa senang apabila

petugas kesehatan baik dokter maupun perawat, memberikan

perhatian denga tulus. Sapaan sederhana kepada pasien “bagaimana

perasaan anda hari ini?” merupaka bagian dari terapi yang mujarap

bagi pasien, pasien akan merasa diperhatikan.

5) Sikap positif (positiveness), dokter atau perawat diharapkan

menunjukkan sikap positif atau kebesaran jiwa, baik kepada pasien,

diri sendiri, dan lingkungan. Apapun yang dilakukan oleh pasien, dan

dikomunikasikan baik secara verbal maupun nonverbal, dokter atau

perawat harus tetap memberikan penilaian yang positif. Karakter atau

kepribadian pasien masing-masing berbeda, ada yang temperamen

suka marah, ada yang cuek atau acuh tak acuh, dan ada juga yang

kooperatif atau mudah diajak bekerjasama. Petugas kesehatan harus

tetap profesional apabila ada pasien yang berbicara keras/kasar,

24
petugas kesehatan tidak boleh membalasnya. Tetapi menerima kondisi

pasien apa adanya, mendengarkan dengan penuh perhatian, dengan

tetap memegang konsep, bahwa pasien adalah individu yang sedang

sakit. Kondisi sakit dapat didefinisikan situasi yang tidak seimbang

baik fisik, psikologis, sosial maupun spiritual.

6) Sikap mendukung (supportiveness), komunikasi akan efektif

apabila kedua belah pihak saling memberikan dukungan terhadap

pesan yang disampaikan. Dokter atau perawat akan memberikan

dukungan kepada pasien guna menyelesaikan masalah kesehatan yang

dihadapi, sebaliknya pasien memberikan dukungan kepada dokter

dengan memberikan informasi yang berkaitan dengan penyakitnya

secara jelas, dan kooperatif dalam setiap tindakan medis. Sikap saling

mendukung ini akan memberikan perasaan nyaman bagi kedua belah

pihak, selama proses hubungan berlangsung.

7) Rendah hati, apapun kondisi pasien tidak peduli apakah pasien kaya

atau miskin, berpendidikan atau tidak, pintar atau bodoh, semua itu

harus dilayani dengan rendah hati dan kasih sayang. Terkadang karena

kondisi penyakitnya, pasien akan mengalami kecemasan atau

gangguan psikologis. Mudah sekali marah, cerewet, minta perhatian,

dan merasa sudah membayar jasa pelayanan, sehingga pasien harus

dilayani. Kalau tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat tidak

memahami kondisi pasien, maka akan timbul situasi yang tidak

kondusif atau efektif lagi. Dokter atau perawat bisa jengkel karena

25
ulah dari si pasien, kondisi ini tidak boleh terjadi, karena dapat

mempengaruhi kualitas pelayanan yang profesional. Oleh karena itu

mengembangkan rasa rendah hati perlu terus dilakukan oleh tenaga

kesehatan, agar timbul rasa kasih sayang terhadap pasien. Apapun

keadaan pasien, saat ini dia sedang sakit, dan harus ditolong.

D. STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR KOMUNIKASI DENGAN

SBAR

SOP Standar Pelaporan Kondisi Pasien Menggunakan

Metode SBAR (situation, background, assessment,

recommendation)

Pengertian SBAR (situasi, latar belakang, penilaian, rekomendasi)

teknik komunikasi dalam pelaporan pasien antara

tenaga keperawatan kepada dokter tentang kondisi

pasien. SBAR adalah sebuah mekanisme yang

mudah diingat, berguna untuk menyeragamkan pola

komunikasipelaporan pasien apapun, terutama yang

kritis,yang membutuhkan perhatian segera seorang

dokter dan tindakannya.

Tujuan 1. Meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien

berorientasi kepada keselamatan pasien

2. Mencegah terjadinya kesalahan dalam

melaporkan hasil pemeriksaan medis

26
3. Memastikan keakuratan pelaporan hasil

pemeriksaan medis

4. Meningkatkan budaya keselamatan pasien

Kebijakan Setiap pelaporan dari tenaga keperawatan

kepada dokter konsulen tentang kondisi

pasien kritis harus menggunakan

komunikasi teraupetik berdasarkan metode

SBAR. Hal ini memungkinkan memberikan

kemudahan dan memfokuskan apa yang

akan dikomunikasikan dan memudahkan

dokter konsulen mendapatkan gambaran

kondisi pasien untuk mengembangkan

pengambilan keputusan dan kerjasama yang

baik.

Prosedur Semua kondisi pasien yang dianggap kritis

dilaporkan dengan menggunakan

komunikasi SBAR dan dilakukan

pencatatan didalam lembar perjalanan

penyakit dokter (tulis alat komunikasi,

waktu laporan, nama dokter, dan perawat

dengan jelas, tanda tangan).

27
Situation (identifikasi pasien dengan jelas

termasuk keluarga pasien dan no tlp yang

bias dihubungi untuk mencari informasi

sehubungan dengan keadaan pasien)

Background (menyediakan riwayat keadaan

kesehatan yang signifikan dengan singkat,

termasuk tes atau perawatan yang telah

dilakukan, atau perubahan pasien dari

kondisi sebelumnya)

Assessment (jelaskan kondisi pasien saat

ini)

Rekomendation (diskusikan rencana

perawatan untuk pasien selanjutnya)

Unit terkait 1. Instalasi gawat darurat , instalasi rawat inap,

instalasi rawat jalan

2. Dokter, perawat, bidan

E. Handover dengan Metode SBAR (Situation Background Assessment

Recommendation)

1. Defenisi

Serah terima (handover) adalah proses pengalihan wewenang dan

28
tanggung jawab utama untuk memberikan perawatan klinis kepada pasien

dari satu pengasuh ke salah satu pengasuh yang lain. Handover bertujuan

untuk mengakurasi, mereliabilisasi komunikasi tentang tugas perpindahan

informasi relevan yang digunakan untuk kesinambungan dalam

keselamatan dan keefektifan dalam bekerja. Handover memiliki dua

fungsi utama yaitu sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan

mengekspresikan perasaan perawat dan sebagai sumber informasi yang

akan menjadi dasar dalam penetapan keputusan dan tindakan

keperawatan. Salah satu metode handover yang digunakan perawat adalah

dengan SBAR (Situation, Background, Assesment dan Recommendation)

(Murray, 2017).

Komunikasi SBAR (Situation, Background, Assessment,

Recommendation) adalah kerangka komunikasi efektif yang digunakan di

rumah sakit. Komunikasi SBAR adalah kerangka teknik komunikasi yang

disediakan untuk petugas kesehatan dalam menyampaikan kondisi pasien.

Metode komunikasi SBAR digunakan saat perawat melakukan telepon ke

dokter atau handover ke pasien (Ismainar, 2015).

SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan

informasi penting yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan

terhadap eskalasi yang efektif dan meningkatkan keselamatan pasien.

SBAR dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah terima

antara shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda.

SBAR melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk memberikan

29
masukan ke dalam situasi pasien termasuk memberikan rekomendasi.

SBAR memberikan kesempatan untuk diskusi antara anggota tim

kesehatan atau tim kesehatan lainnya (Wardhani, 2017).

Komunikasi SBAR dilakukan perawat untuk mengurangi insiden

keselamatan pasien terkait komunikasi. Komunikasi dengan SBAR dapat

membantu untuk mencegah kerusakan dalam komunikasi verbal dan

tertulis. Metode SBAR yang digunakan dalam komunikasi perawat

dengan dokter dapat memberikan informasi perawat hal yang harus

disampaikan ketika berkomunikasi sehingga akan mengurangi

kebingungan setiap perawat dalam berkomunikasi serta memungkinkan

semua informasi tentang pasien akan tersampaikan karena metode SBAR

sudah terstandarisasi (Ismainar, 2015).

2. Fungsi SBAR dalam proses komunikasi

a. Sebagai alat komunikasi

SBAR merupakan salah satu mekanisme yang mudah digunakan

dalam sebuah percakapan, terutama saat menyampaikan hasil yang

kritis, dan membutuhkan perhatian segera seorang dokter untuk

memberikan suatu tindakan. Alat ini dapat mempermudah dan dijadikan

standar oleh tenaga kesehatan untuk menjelaskan informasi apa yang

harus dikomunikasikan antara anggota tim, dan bagaimana tindakan

selanjutnya. SBAR ini juga dapat membantu petugas kesehatan untuk

mengembangkan dan meningkatkan budaya keselamatan pasien (Zain,

30
2017).

b. Mengurangi Kejadian Insiden Keselamatan Pasien

Komunikasi dengan SBAR mengurangi insiden komunikasi yang

tidak terjawab dan telah terjadi melalui penggunaan asumsi, bantuan atau

ketidakjelasan sikap diam. Komunikasi dengan tool SBAR dapat

membantu untuk mencegah kerusakan dalam komunikasi verbal dan

tertulis, dengan cara menciptakan model bersama di semua hand over

pasien dan situasi yang membutuhkan pertukaran informasi secara kritis

(Wardhani, 2017).

c. Digunakan Untuk Timbang Terima Antar Tenaga Kesehatan

Metode SBAR juga digunakan dalam timbang terima antar tenaga

kesehatan atau yang dilakukan antara perawat dapat memberikan

informasi pada perawat tentang hal apa saja yang harus disampaikan

ketika berkomunikasi, sehingga akan mengurangi kebingungan setiap

perawat dalam berkomunikasi serta memungkinkan semua informasi

tentang pasien akan tersampaikan karena metode SBAR sudah

terstandarisasi. SBAR ini dapat digunakan untuk membentuk komunikasi

pada setiap tahap perjalanan pasien, dari isi surat rujukan dokter umum,

konsultan untuk rujukan, konsultan untuk berkomunikasi (April, 2018).

3. Tujuan Serah Terima/ Handover

Handover memiliki tujuan untuk mengakurasi, mereliabilisasi

komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan yang

digunakan untuk kesinambungan dalam keselamatan pasien dan

31
keefektifan dalam bekerja. Menurut Nursalam (2015) secara umum tujuan

timbang terima yaitu mengkomunikasikan keadaan pasien dan

menyampaikan informasi yang penting. Sedangkan tujuan khusus timbang

terima yaitu:

a. Menyampaikan kondisi dan data keadaan pasien (data fokus).

b. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan

keperawatan kepada pasien.

c. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindaklanjuti oleh

perawat dinas berikutnya.

d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

4. Manfaat Serah Terima/ Handover

a. Bagi perawat

i. Meningkatkan kemampuan komunikasi antarperawat

ii. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar

perawat

iii. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien dilaksanakan

secara berkesinambungan

iv. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.

b. Bagi pasien yaitu pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung

bila ada yang belum terungkap (Nursalam, 2015).

i. Meningkatkan patient safety

ii. Menurunkan angka malpraktik akibat komunikasi yang kurang

iii. Meningkatkan kerja tim untuk menggunakan komunikasi yang

32
efektif

iv. Memberikan informasi terkait kondisi pasien secara lengkap

5. Kerangka Komunikasi SBAR

Kerangka Komunikasi SBAR adalah kerangka tehnik komunikasi

yang disediakan untuk berkomunikasi antar para petugas kesehatan dalam

menyampaikan kondisi pasien (Permanente, 2011). SBAR adalah

kerangka yang mudah untuk diingat, mekanisme yang digunakan untuk

menyampaikan kondisi pasien yang kritis atau perlu perhatian dan

tindakan segera. SBAR menyediakan metode komunikasi yang jelas

mengenai informasi yang berkaitan tentang kondisi pasien antara tenaga

medis (klinis), mengajak semua anggota tim pelayanan kesehatan untuk

memberikan masukan pada situasi/kondisi pasien termasuk rekomendasi.

Fase pemeriksaan dan rekomendasi memberikan kesempatan untuk diskusi

diantara tim pelayanan kesehatan. Metode ini mungkin agak sulit pada

awalnya bagi pemberi dan penerima informasi (Leonard, 2014).

Menurut Leonard (2014), prinsip-prinsip menggunakan SBAR dan

apa yang harus dikomunikasikan, sebagai berikut :

a. S (Situation) mengandung informasi tentang identifikasi pasien,

masalah yang terjadi saat ini dan diagnosa medis.

b. B (Background) menggambarkan riwayat/data sebelumnya yang

mendukung situasi saat ini seperti :

i. Riwayat penyakit/kondisi sebelumnya

ii. Riwayat pengobatan

33
iii. Riwayat tindakan medis atau keperawatan yang sudah dilakukan

iv. Riwayat alergi

v. Pemeriksaan penunjang yang mendukung

vi. Tanda-tanda vital terakhir

c. A (Assesment) : Komponen assessment ini berisi hasil pemikiran yang

timbul dari temuan serta difokuskan pada problem yang terjadi pada

pasien yang apabila tidak diantisipasi akan menyebabkan kondisi yang

lebih buruk.

d. R (Recommendation): Komponen recommendation menyebutkan halhal

yang dibutuhkan untuk ditindak lanjuti. Apa intervensi yang harus

direkomendasikan oleh perawat.

Tehnik komunikasi dengan metode SBAR menurut Arini, 2012

terdiri dari empat langkah :

i. Situasi (Situation). Menyampaikan apa yang terjadi dengan

pasien. Dimulai dengan memperkenalkan diri,

mengidentifikasi pasien, dan menyatakan masalah.

ii. Latar belakang (Background). Menyampaikan apa latar

belakang pada pasien ini. Sampaikan hasil pemeriksaan

penunjang dan catatan perkembangan (jika situasi dan

waktu memungkinkan). Antisipasi pertanyaan yang

mungkin diajukan oleh komunikator (tenaga kesehatan).

iii. Penilaian (Assesment). Menyampaikan hasil pengamatan

dan evaluasi dari kondisi pasien.

34
iv. Rekomendasi (Recommendation). Menyampaikan atau

meminta saran berdasarkan informasi yang ada.

6. Fungsi SBAR Dalam Komunikasi

SBAR merupakan salah satu mekanisme yang mudah digunakan

dalam sebuah percakapan, terutama guna menyampaikan hal yang kritis

dan membutuhkan perhatian segera seorang dokter untuk memberikan

suatu tindakan. Alat ini mempermudah dan dijadikan standar oleh tenaga

kesehatan untuk menjelaskan informasi apa yang harus dikomunikasikan

antara anggota tim, dan bagaimana tindakan selanjutnya. Hal ini juga dapat

membantu petugas kesehatan untuk mengembangkan dan meningkatkan

budaya keselamatan pasien (Arini, 2012).

7. Kelebihan Dokumentasi SBAR

a. Menyediakan cara yang efektif dan efisien untuk menyampaikan

informasi dan timbang terima;

b. Menawarkan cara sederhana untuk membakukan komunikasi

dengan menggunakan elemen komunikasi SBAR

c. Menghindari kesalahan dalam proses komunikasi timbang terima

pasien

d. Menciptakan metode yang sama dalam proses timbang terima.

8. Penerapan Komunikasi SBAR

a. Operan

Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan

menerima suatiulaporan yang berkaitan dengan kondisi pasien.

35
Tujuan dilakukan operan adalah untuk menyampaikan kondisi

pasien, menyampaikan asuhan keperawatan yang belum

dilaksanakan, menyampaikan hal yang harus ditindaklanjuti,

menyusun rencana kerja. Untuk mencapai tujuan harus diterapkan

komunikasi efektif seperti SBAR.

b. Pelaporan Kondisi Pasien

Pelaporan kondisi pasien dilakukan oleh perawat kepada

tenaga medis lain termasuk dokter. Hal ini bertujuan untuk

melaporkan setiap kondisi pasien kepada dokter sehingga dokter

dapat memberikan tindakan yang sesuai dengan kondisi pasien.

Pelaporan kondisi pasien yang efektif dapat meningkatkan

keselamatan pasien. Faktor yang dapat mempengaruhi pelaporan

kondisi pasien adalah komunikasi. Komunikasi yang tidak efektif

antara perawat dan dokter dapat mempengaruhi keselamatan pasien.

c. Transfer Pasien

Transfer pasien adalah perpindahan pasien dari satu ruangan

ke ruangan lain dan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain untuk

mendapatkan perawatan lebih lanjut. Transfer pasien dibagi menjadi

transfer pasien internal dan eksternal. Transfer pasien internal

adalah transfer antar ruangan didalam rumah sakit dan transfer

pasien eksternal adalah transfer antar rumah sakit. Transfer pasien

dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah memiliki kemampuan

dan pengetahuan terkait prosedur transfer. Kemampuan dan

36
pengetahuan tenaga kesehatan yang harus dimiliki adalah

memahami proses pra transfer, peralatan transfer, dan komunikasi

saat transfer pasien.

9. Indikator Pengukuran SBAR

a. Sangat baik : 76%-100%

b. Baik : 65%-75%

c. Cukup : 55%-64%

d. Kurang : <55% (Depkes RI, 2016

10. Penelitian Terkait

Terdapat beberapa penelitian terkait hubungan anatara penerapan komunikasi

SBAR terhadap kepuasan kerja perawat yang peneliti temukan sesuai judul

yaitu:

a. Penelitian Yang Dilakukan Oleh Fadia (2020) Dengan Judul Penerapan

Komunikasi Sbar Saat Handover Dengan Kepuasan Kerja Perawat Di Ruang

Rawat Inap Rsud Labuang Baji Makassar dengan hasil uji Fisher’s Exact Test

terdapat hubungan antara penerapan komunikasi SBAR saat handover dengan

kepuasan kerja perawat (p=0,000 dimana p=0,05). Dengan demikian

diharapkan perawat untuk melaksanakan komunikasi SBAR saat handover

secara efektif agar dapat meningkatkan kepuasan kerja. Pendekatan sistematik

dibutuhkan untuk memperbaiki cara berkomunikasi salah satunya dengan

menggunakan teknik SBAR ( Safitri, 2016 ).

37
b. Penelitian yang dilakukan oleh Arianti, N. Gambaran Komunikasi SBAR

Saat Transfer Pasien Pada Perawat.

c. Penelitian yang dilakukan oleh Rezkiki Fitrilaona, Faktor yang

berhubungan dengan penerapan komunikasi SBAR Diruang Rawat Inap

d. Penelitian yang dilakukan oleh Sulistiawati w & SRI H supervisi tentang

komunikasi SBAR ( Sitiation, Background, Assesmen and Recomendation)

berpengaruh terhadap kualitas handover pasien diruangan rawat inap rumah

sakit.

e. Penelitian yang dilakukan oleh Suryani, komunikasi terapeutik

f. Penelitian yang dilakukan oleh IsnaOvari hubungan pelaksanaan metode

komunikasi: Situation, Background, Assesment, Recomendation (SBAR)

timbang terima tugas keperawatan dengan kepuasan kerja perawat diruangan

rawat inap RSUD Solok

11. Kerangka Teori

Skema 2.1 Hubungan Penerapan Komunikasi SBAR Saat HandOver

Dengan Kepuasan Kerja Perawat

Penerapan
Metode SBAR
dalam Handover Kepuasan kerja
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
komunikasi efektif :
1. Persepsi
2. Pengetahuan
3. Sikap Faktor yang mempengaruhi
4. Motivasi kepuasankerja perawat Leonard, 2014
Komunikasi Efektif
danTimbang Terima dari Nursalam,
SBAR
2015
a. Situation
a. Upah/gaji
b. Background 38
c. Assesment b. Pengalaman kerja
d. Recomendation c. Supervise
d. Lingungan kerja
Faktor yang
mempengaruhi perilaku
(Kongsuwan Nilmanat K,
Prompahakul C, 2011) :
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Masa kerja
4. Pendidikan

39
40
BAB III

KERANGKA KONSEP

1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu urain dan visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel

yang satu dengan variabel yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti

(Notoadmojo, 2012). Pada kerangka konsep penelitian menemukan variabel

dependent yaitu kepuasan kerja, berhubungan dengan variabel independent

yaitu komunikasi SBAR saat handover.

Variabel Independen Variabel dependen

Komunikasi SBAR saat Kepuasan Kerja


handover

Skema : 3.2 Kerangka Konsep

2. Defenisi Operational

Variabel Defenisi Alat ukur Cara ukur Hasil skala

operasional ukur

(Independen) Suatu proses Kuisioner wawancar Baik >

Komunikasi transfer pesan a Mean

SBAR Saat dari perawat (90)

HandOver shift berikutnya Tidak

melalui baik

47
pendekatan <mean

komunikasi yang (90)

mengacu pada

situation,

background,

asessment,

recomendation.

(dependen) Perasaan kuisioner wawancar Puas >

Kepuasan subjektif yang a Mean

kerja dirasakan (46)

responden Tidak

didalam suatu puas

lingkungan <

pekerjaan karena mean(46

kebutuhannya )

terpenuhi dngan

baik yang

meliputi gaji,

pekerja itu

sendiri,

supervisi, rekan

kerja, dan

lingkungan kerja

42
3. Hipotesa

Dari kerangka konsep diatas, maka dapat dirumuskan hipotesa sebagai

berikut :

Ha : Ada hubungan penerapan komunikasi SBAR saat

handover dengan kepuasan kerja perawat di ruang melati, anggrek dan

dahlia RSUD Adnan Wd payakumbuh tahun 2022

Ha : Tidak ada hubungan penerapan komunikasi SBAR saat

handover dengan kepuasan kerja perawat di ruang melati, anggrek dan

dahlia RSUD Adnan Wd payakumbuh tahun 2022.

43
BAB IV

METODE PENELITIAN

B. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriktif analitik yang merupakan suatu

metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat

gambaran atau deskripsi tentang sesuatu secara objektif, dengan

pendekatan Cross sectional study yaitu merupakan rancangan penelitian

dengan menggunakan pengukuran dan pengamatan pada variabel

independen dan variabel dependen pada saat bersamaan. Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui hubungan penerapan komunikasi SBAR saat

handover dengan kepuasan kerja perawat di ruang melati, anggrek dan

dahlia RSUD Adnan Wd payakumbuh tahun 2022.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilakukan di di ruang melati, anggrek dan dahlia

RSUD Adnan Wd payakumbuh tahun 2022 mulai dari penyusunan

proposal pada bulan Januari-Agustus 2022 pengumpulan data, penelitian

dilakukan dari tanggal 21 Agustus sampai 21 September 2022.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

44
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang

bertugas diruang melati, anggrek dan dahlia.

2. Sampel

Sampel adalah wakil dari populasi yang akan diteliti dan dianggap

mewakili populasi (Notoadmojo, 2010). Teknik pengambilan sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling.

Sampel penelitian ini adalah : 47 responden

Dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi

4) Semua perawat pelaksana yang bekerja di ruangan melati,

anggrek dan dahlia

5) Tidak sedang mengambil cuti dan tidak sedang tugas belajar

atau mengikuti pendidikan/pelatihan yang meninggalkan tugas

rumah sakit pada saat proses penelitian dilakukan

6) Semua perawat yang hadir saat dilakukan penelitian

7) Bersedia menjadi responden penelitian

b. Kriteria eksklusi

1) Sedang dalam kondisi yang kurang sehat/sakit.

2) Responden menolak mengisi kuesioner

3) Responden tidak menyelesaikan pengisian kuesioner

45
D. Istrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan angket berupa kuesioner yang diberikan dalam bentuk pertanyaan

tentang mengumpulkan data dan menjawab permasalahan penelitian yang

akan datang (Sugiyono P. , 2013). Ketika melakukan penelitian, jumlah

instrumen tergantung dari banyaknya variabel yang akan diteliti, dalam hal ini

peneliti harus mengetahui terlebih dahulu instrumen apa yang akan digunakan

saat melakukan penelitian nantinya (Sugiyono, 2013).

1) Instrument yang digunakan untuk mengukur variabel independen

komunikasi SBAR yaitu kuesioner. Kuesioner untuk komunikasi SBAR

terdiri dari 15 pertanyaan dengan cara pengisian kuesioner dengan

checklist yang akan dihitung menggunakan skala likert yang dibagikan 4

kriteria yaitu, selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah.

2) Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dependen kepuasaan

kerja perawat yaitu berupa kuisioner baku yang bersumber dari

( Nurfadlia,2020). Komponen kuesioner kepuasan perawat meliputi 5

kriteria yaitu terdiri dari gaji, promosi, supervise, tunjangan tambahan,

penghargaan, prosedur dan peraturan kerja, rekan k erja, pekerjaan itu sendiri dan

komunikasi. Kuesioner terdiri dari 15 pertanyaan. Cara pengisian kuesioner

dengan checklist dan akan dihitung dengan menggunakan skala likert yang

di bagi 4 kriteria yaitu, sangat puas, puas, tidak puas dan sangat tidak puas.

46
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan saat perawat

memberikan asuhan keperawatan kepada pasien di ruang rawat inap di

ruang melati, dahlia dan anggrek di RSUD Adnan Wd payakumbuh.

Responden diberi penjelasan tentang tujuan dari penelitian ini.

Responden yang bersedia menjadi responden dilakukan wawancara.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari catatan dan dokumentasi

mengenai perawat dalam memberikankan pelayanan kepada pasien dan

penilaian kepuasan kerja perawat dari catatan rekam medis ruangan

dan SOP komunikasi SBAR (Nursalam, 2016).

F. Langkah-Langkah Pengumpulan Data

Adapun tahap-tahap pengumpulan data yang peneliti lakukan

dalam penelitian sebagai berikut :

a) Peneliti mengajukan penerbitan surat permohonan izin

pengambilan data pada institusi Universitas Perintis.

b) Setelah mendapatkan izin peneliti akan mengunjungi ruangan rawat

inap RSUD Adnan Wd payakumbuh untuk melakukan pengambilan

data.

47
c) Setelah pengambilan sampel, peneliti memperkenalkan diri, dan

menjelaskan tujuan penelitian kepada responden, serta meminta

persetujuan untuk menjadi responden.

d) Responden diminta membubuhkan tanda tangan di informed

concent bagi yang berada ditempat dan memenuhi kriteria sampel.

e) Peneliti mewawancara setiap responden sesuai dengan variabel

peneliti.

f) Setelah responden menandatangani informed consent, peneliti

membacakan kuesioner pada responden dan responden menjawab

pertanyaan tersebut.

g) Kemudian peneliti memberikan kusioner kepada masing-masing

responden untuk diisi

h) Pada hari pertama 21/8/22 peneliti mendapatkan 5 orang responden

yg diberikan informed consend dan kusioner, kemudia peneliti

mendampimgi responden melakukan pengisian kusioner sampai

selesai.

i) Pada hari kedua 22/8/22 peneliti mendapatkan 5 orang responden

yg diberikan informed consend dan kusioner, kemudia peneliti

mendampimgi responden melakukan pengisian kusioner sampai

selesai.

j) Pada hari ketiga 23/8/22 peneliti mendapatkan 5 orang responden

yg diberikan informed consend dan kusioner, kemudia peneliti

48
mendampimgi responden melakukan pengisian kusioner sampai

selesai.

k) Pada hari keempat 24/8/22 peneliti mendapatkan 5 orang responden

yg diberikan informed consend dan kusioner, kemudia peneliti

mendampimgi responden melakukan pengisian kusioner sampai

selesai.

l) Pada hari kelima 25/8/22 peneliti mendapatkan 7 orang responden

yg diberikan informed consend dan kusioner, kemudia peneliti

mendampimgi responden melakukan pengisian kusioner sampai

selesai.

m) Pada hari keenam 26/8/22 peneliti mendapatkan 7 orang responden

yg diberikan informed consend dan kusioner, kemudia peneliti

mendampimgi responden melakukan pengisian kusioner sampai

selesai.

n) Pada hari ketujuh 27/8/22 peneliti mendapatkan 5 orang responden

yg diberikan informed consend dan kusioner, kemudia peneliti

mendampimgi responden melakukan pengisian kusioner sampai

selesai.

o) Pada hari kedelapan 28/8/22 peneliti mendapatkan 5 orang

responden yg diberikan informed consend dan kusioner, kemudia

peneliti mendampimgi responden melakukan pengisian kusioner

sampai selesai.

49
p) Pada hari kesembilan 29/8/22 peneliti mendapatkan 3 orang

responden yg diberikan informed consend dan kusioner, kemudia

peneliti mendampimgi responden melakukan pengisian kusioner

sampai selesai.

q) Setelah dilakukan penelitian lebih kurang selama 10 hari kemudian

peneliti mengumpulan kusioner yang telah di isi responden untuk

di teli dan dimasukan ke master tabel dan kemudian di olah dengan

SPSS.

G. Teknik Pengolahan Data

Data yang terkumpul pada penelitian ini diolah melalui proses

komputerisasi. Tahapan dalam pengolahan data pada penelitian ini yaitu :

1. Pemeriksaan Data (editing)

Peneliti memeriksa ulang kelengkapan pengisian lembar

observasi apakah jawaban yang ada sudah relevan, lengkap, jelas, dan

konsisten. Editing dilakukan secara manual.

2. Pengkodean Data (coding)

Peneliti memberi kode pada setiap perawat untuk

memudahkan dalam pengolahan data dan analisa data. Untuk

komunikasi efektif diberi kode (1) dan tidak efektif diberik kode (2).

Sedangkan untuk kepuasan kerja perawat dengan kategori puas diberi

kode (1) dan tidak puas diberi kode (2).

3. Memasukkan Data (entry)

50
Peneliti memasukkan data yang telah diberi kode kedalam

tabel dan diolah kedalam program komputer.

4. Pembersihan Data (cleaning)

Peneliti melakukan kegiatan pembersihan seluruh data agar

terbebas dari kesalahan sebelum dilakukan analisa data, baik

kesalahan dalam pengkodean maupun dalam membaca kode,

kesalahan juga dimungkinkan terjadi pada saat peneliti memasukkan

data ke komputer. Setelah data didapat kemudian dilakukan

pengecekan kembali apakah data ada yang salah atau tidak.

Pengelompokkan data yang salah diperbaiki sehingga tidak

ditemukan kembali data yang tidak sesuai.

5. Tabulasi (Tabulating)

Peneliti melakukan pengelompokan data atas jawaban-jawaban

dengan teratur dan teliti, kemudian dihitung, dijumlahkan dan

disajikan dalam bentuk tabel. Berdasarkan tabel tersebut akan dipakai

untuk membuat data agar didapat hubungan atau pengaruh antara

variabel-variabel yang telah ada.

H. Analisis Data

i. Analisis Univariat

Analisis Univariat ini menggambarkan distribusi frekuensi dari

variabel yang diteliti, baik variabel independen maupun variabel

dependen. Data yang dianalisis secara univariat adalah komponen-

komponen variabelnya : kepausan kerja dan komunikasi SBAR.

51
Kemudian semua variabel di cari distribusi frekuensinya untuk melihat

presentasi dari masing-masing variabel.

j. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diteliti

diduga berpengaruh, pengujian untuk pengambilan keputusan apakah

hipotesa yang diajukan cukup meyakinkan untuk ditolak atau diterima

dengan menggunakan uji statistik Chi-Square test dengan syarat sebagai

berikut tidak ada cell dengan frekuensi kenyataan 0 (nol), jika tabel

kontingensi 2x2 maka tidak boleh ada 1 cell saja yang memiliki frekuensi

harapan kurang dari 5, apabila bentuk tabel 2x3 maka jumlah cell dengan

frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%. Untuk

melihat kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas kemaknaan

0,05, sehingga jika nilai p ≤ 0,05, maka secara statistik disebut bermakna

jika nilai p > 0,05 maka hasil hitungan tersebut tidak bermakna.

I. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian pada responden peneliti

memperlihatkan etika penelitian antara lain :

1. Izin Penelitian

Sebelum mengambil data dilapangan peneliti meminta surat izin

yaitu dari Universitas Perintis, dilanjutkan izin ke RSUD Adnan Wd

payakumbuh.

2. Lembar Persetujuan (Inform Consent)

52
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti.

Peneliti menjelaskan maksud dari penelitian dan pengukuran. Jika

responden bersedia, maka mereka harus menanda tangani surat persetujuan

penelitian, jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan

memaksa dan tetap menghormati hak pasien.

3. Anonimity (Tanpa Nama)

Dalam penelitian ini peneliti menjaga kerahasiaan identitas

responden, dan tidak menyebar luaskannya (privacy responden).

4. Autonomy

Peneliti memberikan kebebasan bagi responden untuk menentukan

keputusan sendiri. Apabila sampel menolak menjadi responden, maka

tidak ada paksaan dari peneliti kepada responden serta tetap menghormati

dan menghargai keputusan, hak, pilihan dan privacy responden.

5. Kerahasiaan (Confidentiality)

Peneliti menjaga kerahasiaan dari hasil penelitian, baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.

53
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai komunikasi

teraupetik dengan metode SBAR yang dipersepsikan pasien dengan kepuasan

kerja perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh.

Hasil penelitian ini diperoleh melalui tindakan penyebaran kuesioner

terpimpin yaitu kuesioner komunikasi SBAR kuesioner kepuasan kerja

perawat yang dilakukan peneliti di Ruang Rawat Inap. Penyebaran kuesioner

dilakukan untuk memperoleh data tentang komunikasi SBAR yang

dipersepsikan untuk menilai kepuasan kerja perawat. Proses pengambilan

data dimulai pada tanggal 1 Agustus 2022 – 10 September 2022. Penelitian

ini melibatkan perawat di Rawat Inap RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh.

Hasil penelitian ini diuraikan sebagai berikut :

5.2 Analisa Univariat

Analisa ini dilakukan untuk mengambarkan masing-masing variabel penelitian

yaitu komunikasi SBAR yang dipersepsikan untuk penilaian kepuasan kerja

perawat, yang akan disajikan dalam bentuk tabel distibusi frekuensi. Hasil

analisa univariat dari penelitian ini adalah :

47
1) Komunikasi SBAR

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Komunikasi SBAR Di Ruang Rawat Inap RSUD Dr.
Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2022

No Komunikasi SBAR F %
1 Baik 22 46,8
2 Tidak Baik 25 53,2
Jumlah 47 100

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui distribusi frekuensi di Ruang Rawat Inap

RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2022 bahwa dari 47 pasien sebagian

besar yaitu 25 (53,2%) mengatakan tidak baik dalam menggunakan komunikasi

SBAR saat memberikan pelayanan.

2) Kepuasan Kerja

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Kepuasan Kerja Perawat Di Ruang Rawat Inap
RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2022

No Kepuasan Kerja f %
1 Puas 20 42,6
2 Tidak Puas 27 57,4
Jumlah 47 100

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui distribusi frekuensi di Ruang Rawat Inap

RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2022 bahwa dari 47 responden

lebih dari separoh yaitu 27 (57,4%) yang tidak puas dalam menjalani

pekerjaannya.

49
5.3 Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen yang diduga memiliki keterkaitan

antara satu sama lainnya. Pada penelitian ini, analisa bivariat dilakukan untuk

mengetahui hubungan komunikasi SBAR dengan kepuasan kerja perawat Di

Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2022.

Tabel 5.3
Hubungan komunikasi SBAR dengan kepuasan kerja perawat Di Ruang
Rawat Inap RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2022

No Kepuasan Kerja Total P- Or


Komunikasi Value
SBAR Puas Tidak Puas F %

N 100% N 100%
1 Baik 16 72,7% 6 27.3% 22 100%
0.000 9.832
2 Tidak baik 4 16% 21 84% 25 100%

Jumlah 20 42,2% 27 57,4% 47 100%

Berdasarkan tabel 5.3 dari 22 responden yang melakukan komunikasi

teraupetik metode SBAR sebanyak 72,7% mengatakan puas. Semetnara dari 25

responden terdapat 84% responden yang tidak melakukan komunikasi SBAR

dan tidak puas dalam bekerja. Hasil uji statistik didapatkan nilai p-Value =

0.000 (<0.05) yang mana Hο ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan

komunikasi SBAR dengan kepuasan kerja perawat Di Ruang Rawat Inap

RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2022 dengan nilai Odds Ratio

50
(OR) = 9,832, artinya perawat dengan komunikasi teraupetik metode SBAR

baik berpeluang 10 kali untuk mendapatkan kepuasan kerja ketegori puas

dibandingkan dengan yang tidak puas.

5.3 Pembahasan

5.3.1 Analisa Univariat

a. Distribusi Frekuensi Komunikasi SBAR Di Ruang Rawat Inap RSUD

Dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2022

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui distribusi frekuensi di Ruang Rawat

Inap RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2022 bahwa dari 47

pasien sebagian besar yaitu 25 (53,2%) mengatakan sudah baik dalam

menggunakan komunikasi SBAR saat memberikan pelayanan.

Didukung oleh penelitian yang dilakukan Nurhayati (2019) yang

menyatakan sebanyak 22 (51.3%) responden melakukan komunikasi

SBAR dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Penelitian Monica (2019), yang menyatakan sebanyak 29 orang

(55,7%) melakukan komunikasi Teraupetik dengan metode SBAR.

Komunikasi adalah penyebab pertamama salah keselamatan pasien

(patient safety). Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan

berarti dalam hubungan antar manusia. Komunikasi yang efektif yang

tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dipahami oleh penerima

mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien. Situation

– Background – Assessment – Recomendation (SBAR) merupakan

metode komunikasi yang dikembangkan dalam standarisasi timbang

51
terima. Cahyono (2018), menuliskan dalam praktek sehari – hari,

SBAR sangat ideal diterapkan sebagai komunikasi standar pada saat

perawat melaporkan situasi / kondisi pasien.

Menurut analisis peneliti perawat pelaksana yang melakukan metode

komunikasi SBAR. menyadari komunikasi yang efektif adalah

komunikasi SBAR yang memberikan informasi yang penting dan jelas

sehingga asuhan keperawan yang dilakukan pada pasien dapat

terlaksana dengan baik. Selain itu, keluhan dari pasien dapat diatasi dan

terapi yang diberikan dokter dapat diberikan pada pasien sesuai dengan

keluhan pasien. Menurut Analisa peneliti, perawat pelaksana yang tidak

melakukan metode komunikasi SBAR, perawat pelaksana kurang

menguasai pasien, kurang memahami metode komunikasi SBAR.

Selain itu, perawat pelaksana tidak perduli dengan metode komunikasi

SBAR dan tidak mengikuiti timbang terima pasien waktu pergantian

shif dan perawat pelaksana yang akan dinas pada shift selanjutnya juga

sering terlambat, ini mengakibatkan waktu untuk pelaksanaan metode

komunikasi SBAR menjadi tergesa-gesa dan kadang perawat pelaksana

tidak melakukan metode komunikasi SBAR dan hanya mengisi tentang

status pasien terbaru pada dokumentasi keperawatan saja.

b. Distribusi Frekuensi kepuasan kerja perawat Di Ruang Rawat Inap

RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2022

52
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui distribusi frekuensi di Ruang Rawat

Inap RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2022 bahwa dari 47

responden lebih dari separoh yaitu 27 (57,4%) yang tidak puas dalam

menjalani pekerjaannya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

Rahmat (2019) dimana hasil penelitian sejumlah 28 responden (58.2%)

tidak memiliki kepuasan kerja.

Perawat merupakan sumber daya manusia terpenting di rumah sakit

karena selain jumlahnya yang dominan (55 - 65%) juga merupakan

profesi yang memberikan pelayanan yang konstan dan terus menerus 24

jam kepada pasien setiap hari. Oleh karena itu pelayanan keperawatan

sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan jelas mempunyai

kontribusi yang sangat menentukan kualitas pelayanan di rumah sakit.

Sehingga setiap upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah

sakit harus juga disertai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan

keperawatan. Untuk memenuhi kualits keperawatan maka perawat

membutuhkan kepuasaan kerja, agar ada rasa senang dalam diri perawat

dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Apabila kepuasaan kerja

perawat dapat terpenuhi, maka secara sendirinya kepuasaan layanan

keperawatan juga dapat di tingkatkan (Achir Yani, 2017).

Menurut analisa peneliti tingkat kepuasaan merupakan fungsi

dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila

kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan sangat kecewa. Bila

kinerja sesuai harapan, maka pelanggan akan puas. Sedangkan bila

53
kinerja melebihi harapan pelanggan akan sangat puas. Harapan

pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman masalampau, komentar dari

kerabatnya serta janji dan informasi dari berbagai media. Pelanggan

yang puasakan setia lebih lama, kurang sensitive terhadap harga dan

memberi komentar yang baik tentang perusahaan tersebut.

5.3.2 Analisa Bivariat

Hubungan komunikasi SBAR dengan kepuasan kerja perawat Di

Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2022

Hasil penelitian menunjukan dari 22 responden yang melakukan komunikasi

teraupetik metode SBAR sebanyak 72,7% mengatakan puas. Semetnara dari

25 responden terdapat 84% responden yang tidak melakukan komunikasi

SBAR dan tidak puas dalam bekerja. Hasil uji statistik didapatkan nilai p-

Value = 0.000 (<0.05) yang mana Hο ditolak dan Ha diterima, artinya ada

hubungan komunikasi SBAR dengan kepuasan kerja perawat Di Ruang

Rawat Inap RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2022 dengan nilai

Odds Ratio (OR) = 9,832, artinya perawat dengan komunikasi teraupetik

metode SBAR baik berpeluang 10 kali untuk mendapatkan kepuasan kerja

ketegori puas dibandingkan dengan yang tidak puas.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati

(2019) Hasil analisis diketahui bahwa Ho ditolak yang artinya terdapat

hubungan yang signifikan antara pelaksanaan metode komunikasi

SBAR dengan kepuasan kerja perawat dengan p value 0,000 dengan

54
nilai Odd Ratio 29,000 yang artinya perawat yang tidak melakasankan

metode komunikasi SBAR beresiko 29 kali kurang puas dengan kerja

dibandingkan dengan perawat yang melakukan metode komunikasi SBAR.

Kepuasaan adalah seberapa jauh pemerintah daerah dapat memenuhi

kebutuhan karyawannya dan masyarakat setelah membandingkan hasil yang

dirasakan dengan harapannya, apabila hasil yang dirasakan sama atau lebih

harapannya, akan timbul perasaan puas, dan sebaliknya akan timbul

perasaan kecewa dan ketidakpuasaan apabila hasil yang dirasakannya tidak

sesuai dengan harapannya. Metode SBAR yang digunakan dalam

timbang terima dapat memberikan bantuan pada perawat tentang

informasi apa yang disampaikan ketika berkomunikasi. Clark, et, al.

(2009), melakukan penelitian melalui penerapan PACT Project (patient

assesment, assertive communication, continum of care, team work with

trust) untuk meningkatkan komunikasi timbang terima dengan

menggunakan metode SBAR pada saat berkomunikasi. Penelitian ini

melibatkan 65 orang perawat pelaksana.

Sedangkan perawat pelaksana yang melaksanakan komunikasi SBAR

dengan baik, tapi masih merasa kurang puas, ini di sebabkan karna

keamanan kerja, fasilitas yang kurang mendukung dan kebosanan terhadap

pekerjaan.

Menurut analisa peneliti terdapat hubungan yang signifikan antara

pelakasanaan komunikasi SBAR dengan kepuasan kerja perawat disebabkan

komunikasi yang baik dantepatwaktu, akurat, lengkap, jelas, dan dipahami

55
oleh penerima mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien

sehingga komunikasi efektif dapat memberikan kepuasan kerja bagi perawat

karena dapat menyelamatkan pasien dan juga memberikan asuhan

keperawatan pada pasien sesuai kebutuhannya dan keluhannya.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti dapatkan selama melakukan

penelitian didapatkan komunikasi SBAR kurang terlaksana dengan baik

karena perawat kurang detail menjelaskan tentang kondisi pasien.

Sementara kepuasan kerja perawat masih kurang karena masih banyak

perawat yang mengatakan belum optimal dalam menerapkan komunikasi

SBAR dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Hal ini perlu di

evaluasi oleh bagian keperawatan agar tercipta kepuasan kerja serta

terlaksananya prosedur komunikasi teraupetik menggunakan SBAR sesuai

dengan SOP yang sudah ada.

BAB VI

PENUTUP

56
6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan komunikasi

SBAR dengan kepuasan kerja perawat Di Ruang Rawat Inap RSUD Dr.

Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2022 dapat disimpulkan bahwa :

1) Lebih dari separuh kepuasan kerja perawat tidak puas Di Ruang Rawat

Inap RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2022.

2) Sebagian besar perawat menggunakan komunikasi SBAR tidak baik Di

Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2022.

3) Ada hubungan komunikasi SBAR dengan kepuasan kerja perawat Di

Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2022.

6.2 Saran

6.2.1Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

bahan masukan yang dapat diaplikasikan ketika bekerja sebagai perawat

profesional untuk dapat mengharapkan kepuasan kerja perawat dalam

memberikan layanan kepada pasien.

6.2.2 Bagi RSUD Dr.Adnaan WD Payakumbuh

Hasil penelitain ini dapat diharapkan memberikan informasi bagi

perawat untuk melaksanakan praktik keperawatan profesional dalam

upaya meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan khusunya

berkaitan dengan kepuasan kinerja perawat.

57
6.2.3 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan pengembangan

ilmu dan juga pengetahuan dalam manajemen keperawatan bagi pihak

kampus. Karena,ini juga bermanfaat bagi mahasiswa maupun yang

membaca dan ini juga membahas tentang komunikasi SBAR dengan

kepuasan kerja perawat.

58
DAFTAR PUSTAKA

Arianti, N. D,.(2017).Gambaran Komunikasi SBAR Saat Transfer Pasien Pada

59
Perawar Di RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang. Skripsi S1

Keperawatan. Universitas Diponegoro

Cahyono (2008). Membangun Budaya Keselamatan Pasien Dalam praktik

Kedokteran. Yogyakarta: Kanisius.

Devita Celly, (2017). Skripsi gambaran tingkat kepuasan perawat dalam

pelaksanaan komunikasi SBAR pada saat timbang terima pasien.Universitas

Diponegoro: Semarang

Hasibuhan, (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi AksarA

Hastono, (2016). Analisa Data pada Bidang Kesehatan. Jakarta:Raja Grafindo

Persada

Karimah Ippa, (2017) Tingkat kepuasan perawat pelaksana di rumah sakit.

Skripsi Universitas Islam Makassar

Noormailida dkk.(2019). Penerapan Komunikasi Situation, Background,

Assesment, Recomendation (SBAR) Pada Perawat Dalam Melaksanakan

Handover. IJNP (Indonesian Journal of Nursing Practices). Vol 3 no 1: 42-

51

Nursalam. (2017). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan

Provesional edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam.(2018).Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik

Keperawatan Profesional.Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika

Ovari Isna, (2017). Hubungan Pelaksanaan metode komunikasi SBAR saat

timbang terima tugas keperawatan dengan kepuasan kerja perawat:134-

135

60
Rezkiki Fitrilaona, (2017). Faktor yang berhubungan dengan penerapan

komunikasi SBAR Diruang Rawat Inap (Jurnal Volume 1 nomor 2)

Sugiyono (2014), Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif.

Bandung : Alfabeta

Nurfadlia,2020 kuisioner hak angket

Sulistyawati W & Sri H.(2019).Supervisi tentang Komunikasi SBAR (Situation,

Background, Assesmen and Recommendation) Berpengaruh terhadap

Kualitas Handover Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit.Jurnal

Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .7, No.1.hal 19-26

Suryani. Komunikasi Terapeutik. Jakarta: EGC; 2016.

Supinganto, Dkk. (2015). Identifikasi komunikasi efektif SBAR (Situasi,

Background, Assessment, Recommendation) Di RSUD Kota Mataram.

JurnalKeperawatan (Publikasi)

61
KUSIONER PENELITIAN

A. Identitas Responden

1. Nama :

2. Alamat :

3. Jenis kelamin :

4. Usia :

5. Lama Bekerja :

6. Pendidikan :

7. Pernah mengikuti pelatihan SBAR:

B. Komunikasi SBAR

1. Beri tanda silang () pada jawaban yang Bapak/Ibu anggap paling benar.

2. Bacalah petunjuk pengisian dengan baik sebelum menjawab pernyataan.

3. Jawablah pernyataan dibawah ini dengan baik dan benar

4. Pengisian kuesioner ini tidak akan berpengaruh negatif terhadap saudara/i

5. Atas kesediaan dan kerelaan untuk mengisi kuesioner ini diucapkan terima

kasih

Keterangan :

1. Selalu (SL) : Dikerjakan terus menerus, tidak pernah tidak dikerjakan. (4)

2. Sering (SR) : Dikerjakan terus menerus, pernah tidak dikerjakan (3)

3. Kadang-kadang (KK): Sekali-kali dilakukan.(2)

62
4. Tidak pernah (TP) : Sama sekali tidak pernah dilakukan.(1)

No Pertanyaan SL SR KK TP

1 Situasion

Ketika handover perawat menyebutkan :

a Pada saat handover saya menyampaikan

nama pasien

b Pada saat handover saya menyampaikan

umur pasien

c Pada saat handover saya menyampaikan

tanggal masuk pasien

d Pada saat handover saya menyampaikan

hari rawatan pasien

e Pada saat handover saya menyampaikan

diagnosa medis pasien.

f Pada saat handover saya menyampaikan

masalah keperawatan

g Pada saat handover saya menyampaikan

respon pasien terkait diagnosa

keperawatan

h Pada saat handover saya menyampaikan

dokter penanggung jawab pasien

2 Background Saat operan disampaikan :

a Pada saat handover saya menyampaikan

63
keluhan sebelumnya

b Pada saat handover saya menyampaikan

intervensi yang telah dilakukan perawat

c Pada saat handover saya menyampaikan

tanda-tanda vital pasien

d Pada saat handover saya menyampaikan

riwayat alergi

3 Asssesment

Setiap overan dinas menyebutkan:

a Pada saat handover saya menyampaikan

hasil pengkajian pasien terkini

b Pada saat handover saya menyampaikan

skala nyeri pasien membaik atau

memburuk (jika terdapat nyeri)

c Pada saat handover saya menyampaikan

tingkat kesadaran pasien

d Pada saat handover saya menyampaikan

resiko jatuh pasien

e Pada saat handover saya menyampaikan

status nutrisi pasien

f Pada saat handover saya menyampaikan

status eliminasi pasien

g Pada saat handover saya menyampaikan

hasil penilaian abnormal pasien

64
h Pada saat handover saya menyampaikan

informasi klinik lain yang mendukung

4 Recommendation

Setiap overan dinas disampaikan :

a Pada saat handover saya menyampaikan

rekomendasi intervensi keperawatan

yang perlu dilanjutkan

b Pada saat handover saya menyampaikan

rekomendasi dokter terkait tindakan yang

perlu dilakukan

c Pada saat handover saya menyampaikan

hasil pemeriksaan laboratorium pasien

d Pada saat handover saya menyampaikan

terapi medis dan terapi keperawatan

e Pada saat handover saya menyampaikan

edukasi pasien atau keluarga

f saya melakukan discharge planning pada

pasien rencana pulang

Nurfadlia, 2020

C. Kepuasan Kerja

1. Beri tanda silang () pada jawaban yang Bapak/Ibu anggap paling benar.

65
2. Bacalah petunjuk pengisian dengan baik sebelum menjawab pernyataan.

3. Jawablah pernyataan dibawah ini dengan baik dan benar

4. Pengisian kuesioner ini tidak akan berpengaruh negatif terhadap

saudara/i

5. Atas kesediaan dan kerelaan untuk mengisi kuesioner ini diucapkan

terima kasih

Keterangan :

1. Skor 4 = Sangat Puas

2. Skor 3 = Cukup Puas

3. Skor 2 = Tidak Puas

4. Skor 1 = Sangat Tidak Puas

No Pertanyaan SP Cp TP STP

1 Saya senang menerapkan komunikasi SBAR

saat handover

2 Penerapan komunikasi SBAR saat handover

dapat meningkatkan kerjasama antar rekan

kerja/tim

3 Saya selalu melakukan/menyampaikan kondisi

pasien melalui komunikasi SBAR saat

handover karena dapat meningkatkan

keselamatan pasien

4 Saya mampu menerapkan komunikasi SBAR

saat handover karena belajar dari pengalaman

kerja saya selama bekerja.

66
5 Komunikasi SBAR saat handover yang saya

lakukan dapat terlaksana dengan baik karena

pengalaman kerja yang saya miliki.

6 Saya menerima insentif yang lebih ketika

melakukan komunikasi SBAR saat handover

dengan efektif dan efiesien.

7 Jumlah gaji yang saya terima sesuai dengan

standar yang berlaku

8 saya mendapat reward/pujian dari atasan ketika

melakukan komunikasi SBAR saat handover

karena kondisi pasien dijelaskan dengan

lengkap

9 Saat menerapkan komunikasi SBAR saat

handover, atasan saya bersedia memberikan

bimbingan bila saya tidak memahami pekerjaan

yang ditugaskan.

10 Melalui komunikasi SBAR saat handover

atasan memberikan penilaian kerja yang baik

karena saya menyampaikan kondisi pasien

dengan lengkap dan jelas.

11 ketika saya menerapkan komunikasi SBAR

saat handover tidak sesuai standar, atasan saya

memberikan saran/masukan agar kesalahan

67
tidak terulang kembali

12 Rekan kerja selalu memberikan dukungan

dalam melakukan komunikasi SBAR saat

handover

13 Saat melakukan komunikasi SBAR saat

handover rekan kerja memberikan masukan

apabila saya melakukan kesalahan

14 Kondisi lingkungan kerja memungkinkan saya

untuk melakukan komunikasi SBAR saat

handover

15 Saya merasan senang dan nyaman dengan

kondisi lingkungan kerja saat ini

Nurfadlia, 2020

68

Anda mungkin juga menyukai