LAPORAN AKHIR
MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG 4100 RS HERMINA BEKASI 2022
Alhamdulillahirobbil'alamiin segala puji bagi Allah SWT yang telah memeberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan "Laporan Akhir Manajemen
Keperawatan di Ruang 4100 RS Hermina Bekasi" Makalah ini diajukan untuk tugas akhir
stase manajemen keperawatan pada Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan STIKes Medistra Indonesia..
Penyusunan makalah ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan, bimbingan dan pengarahan dari
semua pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Bapak Usman Ompusunggu, SE selaku Ketua Yayasan STIKes Medistra Indonesia
2. Ibu Vermona Marbun, MKM selaku BPH Yayasan STIKes Medistra Indonesia
3. Ibu dr. Khairina MARS selaku Direktur RS Hermina Bekasi
4. Ibu dr. Yuanna Dewi sebagai Wakil Direktur Pelayanan Medis RS Hermina Bekasi.
5. Ibu Y.K Nurti Gea, M. Kep.,Sp.Kep.An selaku ketua Program Studi Profesi Ners STIKes
Medistra Indonesia
6. Ibu Kiki Deniati, S.Kep, Ners., M. Kep selaku Pembimbing akademi stase menejemen
keperawatan STIKes medistra Indonesia
7. Ibu Fery Astyanita, S.Kep, Ners selaku Pembimbing lahan stase menejemen keperawatan
RS Hermina Bekasi
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan ini jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan Wassalamu'alaikum Warahmatullahi
Wabarakaatuh
Kelompok 4100
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
pelayanan kesehatan dan menjadi bagian terdepan dalam pelayanan kesehatan di rumah
sakit (Nurachmah, 2002). Pelayanan keperawatan yang berkualitas sesuai visi dan misi
rumah sakit maka diperlukan manajemen keperawatan yang baik. Manajemen
keperawatan merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan prokatif dalam menjalankan
suatu kegiatan diorganisasi, dimana dalam manajemen tersebut mencakup kegiatan dan
supervise terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan dan organisasi
(Grant
& Massey, 2002).
Muliyanto et al. (2006) menyatakan disiplin kerja adalah sikap atau tingkah laku berupa
kepatuhan dan ketaatan secara sadar terhadap aturan-aturan yang berlaku dalam
lingkungan kerja karena adanya suatu keyakinan bahwa dengan aturan-aturan tersebut
tujuan pekerjaan akan dapat dicapai. Disiplin kerja dapat diartikan apabila karyawan
selalu datang dan pulang tepat pada waktunya, mengerjakan seluruh pekerjaan dengan
baik, mematuhi norma dan aturan yang berlaku (Hasibuan dalam Putra, 2015). Menurut
Kristanto dan Santoso (2013) kedisiplinan waktu saat timbang terima dapat
mempengaruhi kerja perawat pelaksana, sehingga lebih siap bekerja karena telah
mengenali kondisi pasiennya. Disiplin juga diartikan sebagai kepatuhan terhadap
peraturan atau taat pada pengawasan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat
berperilaku tertib. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Mayasari (2011) di RSUP
DR. M. Djamil Padang didapatkan bahwa pelaksanaan timbang terima (operan) yang
diobservasi pada pergantian shift malam-pagi yang dilaksanakan dalam tiga kali
observasi tidak ada yang dilakukan efektif dengan rata-rata persentase 69,9%.
Ketidakefektifan tersebut disebabkan pada saat melakukan timbang terima (operan) ada
beberapa kegiatan dalam prosedur timbang terima (operan) yang tidak dilaksanakan dan
dilaksanakan tidak sempurna. Pergantian shift pagi-sore yang dilaksanakan dalam tiga
kali observasi tidak ada yang dilaksanakan secara efektif dengan rata-rata presentase
65,4%. Ketidakefektifan ini disebabkan karena pada shift berikutnya tidak mengenalkan
perawat yang bertugas selanjutnya dan tidak membuat kontrak dengan pasien.
Pelaksanaan timbang terima
(operan) yang diobservasi pada pergantian shift sore-malam yang dilaksanakan tiga kali
pertemuan tidak ada yang dilaksanakan dengan efektif dengan rata-rata persentase 60,3%.
Ketidakefektifan ini disebabkan kurangnya perawat dalam mendiskusikan mengenai kondisi
pasien di nurse station, hal ini dikarenakan perawat yang dinas malam datang terlambat
sedangkan yang dinas sore ingin cepat pulang sehingga yang dinas malam hanya
mengandalkan laporan tertulis dari yang dinas sore.
Penelitian Satria (2012) telah melakukan wawancara kepada kepala seksi keperawatan
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan. Tahun 2008 ditemukan 9%
perawat yang berstatus PNS sering mangkir dan pada tahun 2009 berjumlah 12%
perawat yang sering mangkir. Rata-rata ketidakhadiran perawat pada tahun 2008
mencapai 2-5 hari, dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 4-9 hari dari ketidakhadiran
perawat. Tahun 2008 keterlambatan perawat berjumlah 11-18% dan meningkat menjadi
15-20% pada tahun 2009 dari jumlah perawat yang bertugas.
Menurut Kesrianti dalam Anovandy (2016) mengemukakan bahwa sikap disiplin
berpengaruh terhadap efektivitas pelaksanaan timbang terima, apabila perawat memiliki
sikap disiplin yang baik maka proses pelaksanaan timbang terima akan berjalan dengan
baik dan efektif. Proses pelaksanaan timbang terima yang baik akan meningkatkan
asuhan keperawatan pada pasien secara berkesinambungan dan keefektifan pelaksanaan
timbang terima akan lebih tepat dan mengurangi dalam keterlambatan saat melakukan
timbang terima. Faktorfaktor yang mempengaruhi dalam timbang terima dapat berupa
komunikasi yang objektif antar sesama petugas kesehatan, pemahaman dalam
penggunaan terminologi keperawatan, kemampuan dalam menginterpretasi medical
record, kemampuan dalam mengobservasi dan menganalisa pasien, dan pemahaman
tentang prosedur klinik yang dilakukan (Lailiyyati, 2013).
Visi dari Ruang 4100 di Rumah Sakit Hermina Bekasi adalah menjadikan ruang 4100
sebagai ruang yang exellent. Metode penugasan asuhan keperawatan yang digunakan
adalah Metode Tim. Memiliki kapasitas total tempat tidur 36 tempat tidur, dengan 1
tempat tidur untuk pasien dengan isolasi. Jumlah SDM perawat terdiri 1 orang Kepala
ruang dengan pendidikan DIII keperawatan, 1 orang Perawat Pendidik dengan
pendidikan Ners, 4 orang Katim pendidikan Ners 2 orang dan pendidikan DIII
keperawatan 2 orang dengan masa kerja lebih dari 3 tahun, 10 orang sebagai perawat
pelaksana dengan tingkat pendidikan DIII Keperawatan 1 orang, dan tingkat pendidikan
Ners 9 orang.
Manajemen Keperawatan memiliki kebijakan untuk memberikan pelayanan terbaik
kepada pasien, serta adanya penerapan proses kredensialing/ rekredensialing dengan
pelaksanaan jenjang karir perawat. Selain itu Rumah Sakit memiliki standar peraturan
jam kedatangan pegawai termasuk perawat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian unit pelayanan keperawatan tertentu
sesuai dengan konsep dan langkah manajemen keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengamatan mengenai peran ketua tim dan perawat pelaksanaan.
b. Melakukan kajian situasi ruangan di ruang 4100 di RS Hermina Bekasi dengan
pendekatan SWOT,
c. Melakukan analisa fishbone
d. Menetapkan prioritas masalah dan Plan of Action (POA)
C. Manfaat
Dapat melakukan kajian ruangan rawat inap ruang 4100 Rumah Sakit Hermina Bekasi
dengan pendekatan SWOT, analisa fishbone dan menetapkan POA.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
D. Fungsi Manajemen
Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama yaitu Planning
(perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Staffing (kepegawaian), Directing
(pengarahan), Controlling (pengendalian/evaluasi)
1. Planning
Planing atau Perencanaan adalah koordinasi dan integrasi sumber daya keperawatan
dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai asuhan keperawatan dan
tujuan layanan keperawatan (Huber, 2000). Perencanaan adalah usaha sadar dan
pengambilan keputusan yang diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan
dikerjakan dimasa yang akan datang oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan (Siagian, 1992). Suarli dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwa
perencanaan adalah suatu keputusan dimasa yang akan datang tentang apa, siapa,
kapan, dimana, berapa, dan bagaimana yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu yang dapat ditinjau dari proses, fungsi dan keputusan. Perencanaan
memberikan informasi untuk mengkoordinasikan pekerjaan secara akurat dan efektif
(Swanburg, 2000).
Perencanaan yang adekuat dan efektif akan mendorong pengelolaan sumber yang ada
dimana kepala ruangan harus mengidentifikasi tujuan jangka panjang dan tujuan
jangka pendek serta melakukan perubahan (Marquis dan Huston, 2010). Suarli dan
bahtiar (2009) menyatakan bahwa perencanaan sangat penting karena mengurangi
ketidakpastian dimasa yang akan datang, memusatkan perhatian pada setiap unit yang
terlibat, membuat kegiatan yang lebih ekonomis, memungkinkan dilakukannya
pengawasan.
Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan dilaksanakan oleh kepala
ruang. Swanburg (2000) menyatakan bahwa dalam keperawatan, perencanaan
membantu untuk menjamin bahwa klien akan menerima pelayanan keperawatan yang
mereka inginkan. Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap akan
memberi petunjuk dan mempermudah pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai
tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan kepada klien. Perencanaan di ruang rawat
inap melibatkan seluruh personil mulai dari perawat pelaksana, ketua tim dan kepala
ruang. Tanpa perencanaan yang adekuat, proses manajemen pelayanan kesehatan akan
gagal (Marquis dan Huston, 2010).
2. Organizing
Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur
berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas pokok dan wewenang serta
pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai tujuan
(Muninjaya, 2004). Huber (2000) menyatakan bahwa pengorganisasian adalah
memobilisasi sumber daya manusia dan material dari lembaga untuk mencapai tujuan
organisasi, dapat juga untuk mengidentifikasi antara hubungan yang satu dengan yang
lain. Pengorganisasian dapat dilihat secara statis dan dinamis. Secara statis merupakan
wadah kegiatan sekelompok orang untuk mencapai tujuan, sedangkan secara dinamis
merupakan suatu aktivitas dari tata hubungan kerja yang teratur dan sistematis untuk
mencapai tujuan tertentu (Suarli dan Bahtiar, 2009).
Manfaat pengorganisasian untuk penjabaran secara terinci semua pekerjaan yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan, pembagian beban kerja sesuai dengan
kemampuan perorangan/kelompok, dan mengatur mekanisme kerja antar masing-
masing anggota kelompok untuk hubungan dan koordinasi (Huber, 2000). Marquis
dan Huston (2010) menyatakan bahwa pada pengorganisasian hubungan ditetapkan,
prosedur diuraikan, perlengkapan disiapkan, dan tugas diberikan. Prinsip-prinsip
organisasi saling ketergantungan dan dinamis. Kepala ruangan dapat menciptakan
lingkungan yang meransang dalam praktik keperawatan. Prinsip-prinsip
pengorganisasian menurut Swanburg (2000) adalah:
a. Prinsip rantai komando
Prinsip rantai komando menyatakan bahwa untuk memuaskan anggota efektif
secara ekonomi dan berhasil dalam mencapai tujuan. Komunikasi cenderung ke
bawah dan satu arah.
b. Prinsip kesatuan komando
Prinsip kesatuan komando menyatakan bahwa seorang perawat pelaksana
mepunyai satu pemimpin dan satu rencana. Keperawatan primer dan manajemen
kasus mendukung prinsip prinsip kesatuan komando ini.
c. Prinsip rentang kontrol
Prinsip ini menyatakan bahwa setiap perawat harus dapat mengawasi secara
efektif dalam hal jumlah, fungsi, dan geografi. Pada prinsip ini, makin kurang
pengawasan yang diperlukan untuk perawat. Perawat harus memiliki lebih banyak
pengawasan untuk menghindari terjadinya kesalahan. Kepala ruangan harus lebih
banyak mengkoordinasikan.
d. Prinsip spesialisasi
Prinsip spesialisasi menyatakan bahwa setiap orang harus menampilkan satu
fungsi kepemimpinan tunggal, sehingga ada devisi kerja atau pembagian tugas
yang membentuk departement.
3. Staffing
Ketenagaan adalah kegiatan manajer keperawatan untuk merekrut, memimpin,
memberikan orientasi, dan meningkatkan perkembangan individu untuk mencapai
tujuan organisasi (Marquis dan Huston, 2010). Ketenagaan juga memastikan cukup
atau tidaknya tenaga keperawatan yang terdiri dari perawat yang profesional,
terampil, dan kompeten. Kebutuhan ketenagaan dimasa yang akan datang harus dapat
diprediksi dan suatu rencana harus disusun secara proaktif untuk memenuhi
kebutuhan.
Manager harus merencanakan ketenagaan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan
asupan pasien. Upaya harus dilakukan untuk menghindari kekurangan dan kelebihan
personalia saat ada fluktuasi jumlah dan akuitas pasien. Kebijakan prosedur
ketenagaan dan penjadwalan harus tertulis dan dikomunikasikan kepada semua staf.
Kebijakan dan penjadwalan tidak boleh melanggar undang-undang ketenagakerjaan
atau kontrak pekerja. Kebijakan ketenagaan harus yang ada harus diteliti secara
berkala untuk menentukan apakah memenuhi kebutuhan staf dan organisasi. Upaya
harus terus dilakukan agar dapat menggunakan metode ketenagaan dengan inovatif
dan kreatif (Marquis dan Huston, 2010).
4. Actuating
Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha memotivasi,
membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan negosiasi (Marquis dan
Huston, 2010). Pengarahan adalah fungsi manajemen yang memantau dan
menyesuaikan perencanaan, proses, dan sumber yang efektif dan efisien mencapai
tujuan (Huber, 2000). Pengarahan yang efektif akan meningkatkan dukungan perawat
untuk mencapai tujuan manajemen keperawatan dan tujuan asuhan keperawatan
(Swanburg, 2000). Motivasi sering disertakan dengan kegiatan orang lain
mengarahkan, bersamaan dengan komunikasi dan kepemimpinan (Huber, 2006).
5. Kontroling
Pengendalian adalah fungsi yang terus menerus dari manajemen keperawatan yang
terjadi selama perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan (Swanburg,
2000). Pengendalian adalah pemantauan dan penyesuaian rencana, proses, dan
sumber daya yang secara efektif mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Huber,
2006). Selama fase pengendalian, kinerja diukur menggunakan standar yang telah
ditentukan dan tindakan diambil untuk mengoreksi ketidakcocokan antara standar dan
kinerja (Marquis dan Huston, 2010). Fungsi pengawasan bertujuan agar penggunaan
sunber daya lebih efisien dan staf dapat lebih efektif untuk mencapai tujuan program
(Muninjaya, 2004).
Prinsip pengawasan yang harus diperhatikan manager keperawatan dalam
menjalankan fungsi pengendalian (Muninjaya, 2004) adalah:
a. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah diukur
b. Pengawasan merupakan kegiatan penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi
c. Standar untuk kerja harus dijelaskan kepada semua staf.
F. Unsur manajemen
Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana (tools). Tools
merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Tools
tersebutdikenal dengan 5 M,yaitu men, money, materials and machines, method, dan
markets.
1. Men merujuk pada sumber daya manusia yaitu yang dimiliki oleh organisasi. Dalam
manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan.Manusia yang membuat
tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada
manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja.
Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang bekerja untuk
mencapai tujuan.
2. Money atau uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang
merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar kecilnya hasil kegiatan dapat
diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang
merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu
harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang
yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan
dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.
3. Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam dunia
usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik,selain manusia yang ahli dalam bidangnya
juga harus dapat menggunakan bahan/materi- materi sebagai salah satu sarana. Sebab
materi dan manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil ang
dikehendaki. Machine atau mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau
menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.
4. Metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan manajer.
Sebuah metode saat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas
dengan memberikan berbagai pertimbangan - pertimbangan kepada sasaran,fasilitas -
fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha.Perlu
diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak
mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan.
Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusiannya.
5. Market atau pasar adalah tempat dimana organisasi menyebarluaskan (memasarkan)
produknya. Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang
yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya,
proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti
menyebarkan hasil produksi merupakanfaktor menentukan dalam perusahaan.Agar
pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera
konsumendan daya beli (kemampuan) konsumen. Dalam kondisi sekarang ini hampir
tidak mungkin semua sumber daya itu ada, yang penting adalah berusaha untuk
memanfaatkan yang ada dan mengusahakan sebesar yang didapat.
C. ORGANISASI
3 PJ Shift PK 2/D3 1
PK 1/S1/D3 2/1
2. Fungsi Pengendalian
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan dengan wawancara bersama kepala
ruangan 4100 mengatakan bahwa “SOP Rumah Sakit selalu menjadi acuan bagi
perawat dalam melakukan tindakan, serta mengutamakan patient safety dalam
penyelenggaraan asuhan keperawatan”
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan dengan kuesioner bersama 16
responden dengan 8 pertanyaan diruang 4100 didapatkan hasil 100% dari 16
responden perawat mengatakan mengetahui sasaran mutu pelayanan khususnya
pelayanan keperawatan di ruang 4100, didapatkan hasil 100 % dari 16 responden
perawat mengatakan melakukan pencegahan infeksi nosokomial di ruang 4100, 100
% dari 16 responden perawat mengatakan melakukan pencegahan infeksi nosokomial
kepada pasien.
3. Fungsi Pengarahan
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan dengan wawancara bersama kepala
ruangan 4100 mengatakan bahwa : “saat operan dimulai kepala ruangan selalu
memberikan informasi dan motivasi kepada perawat disetiap operan shift, begitupun
perawat pendidik yang membantu mensosialisasikan SPO baik yang terbaru maupun
yang rutinitas”. Kepala ruangan mengatakan bahwa semua perawat 4100 memiliki
kedisiplinan yang rendah, terutama pada jam datang.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan dengan kuesioner bersama 16
responden dengan 9 pertanyaan di ruang 4100 didapatkan hasil : 100 % dan 16
responden perawat mengatakan disupervisi oleh Kepala Ruangan, 80 % dari 16
responden perawat mengatakan kepala ruangan sering mengadakan pertemuan rutin
dengan perawat di ruang 4100, 100 % dari 16 responden perawat mengatakan
bimbingan/pengarahan yang didapatkan sudah membantu perawat dalam
menyelesaikan pekerjaan. 40% dari 16 responden perawat mengatakan bahwa sistem
komunikasi di ruang 4100 kurang optimal, 100% dari 16 responden perawat
mengatakan sudah melakukan pelayanan sesuai dengan SOP.
Dari hasil observasi selama praktik diruang 4100 didapatkan bahwa kurang
disiplinnya perawat ruang 4100 dalam hal jam kedatangan sehingga operan shift jadi
tertunda. Berdasarkan hasil diatas didapatkan kesimpulan bahwa di ruang 4100 bahwa
kurang optimalnya fungsi pengarahan: kurang optimalnya kedisipilinan perawat 4100
terhadap jam kedatangan.
G. 5M 1. Man
Man/woman merujuk pada sumberdaya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Man
dalam ruangan 4100 RS Hermina Bekasi, ditinjau dari kuantitas sumber daya manusia
perawat sebanyak 16 orang kulifikasi pendidikan D3 berjumlah 4 orang Kemudian S1
berjumlah 12 Orang serta administrasi 1 orang
2. Materi dan Machine
a) Sarana dan prasarana
Standar lingkungan kerja untuk pencapaian proses manajerial keperawatan di
ruang 4100 secara keseluruhan harus mempunyai ruang perawatan lengkap dengan
tempat tidur yaitu ruang tempat tidur, kelas 1 ruang 4100 berjumlah 8 ruang, dengan
16 bed, kelas 2 terdapat 4 ruang dengan 8 bed, kelas 3 terdapat 2 kamar dengan 10
bed, isolasi ruang 4100 terdapat 1 ruang dengan 2 tempat tidur. Jadi keseluruhan total
tempat tidur di ruang ranap inap 4100 sebanyak 36 tempat tidur. Setiap ruangan 4100
terdapat kamar mandi pasien dan di ruangan 4100 terdapat ruang tindakan, ruang
perawat berada di tengah ruangan perawatan, ruang kepala ruangan, ruang ganti
perawat, ruang dokter, kamar mandi perawat, ruang tunggu, meja administrasi, ruang
slop zink. Kondisi setiap ruangan 4100 bersih dan terdapat cukup ventilasi sehingga
memudahkan cahaya matahari untuk masuk. b) Peralatan
Tensimeter, stetoskop, timbangan bb & tb, gunting perban, bak spuit, blas spuit,
thermometer, standar infus, tempat tidur dewasa, urinal, bel pasien, pispot, senter,
waskom air, safety box, troli, troli emergency, alat EKG, kursi roda, tempat
sampah medis, spill kit, peralatan pasien safety, infus pump & syringe pump,
emergency kit, tabung oksigen,
c) Bahan Kesehatan
Plester, kassa, bethadine, alcohol, kapas alkohol, cairan infus, obatan-obatan
emergency, cairan kimia lainnya.
d) Kebutuhan sarana dan prasarana di sesuaikan dengan kebutuhan minimal ruangan
Kebutuhan minimal ruang 4100 RS Hermina Bekasi adalah seperti sarana dan
prasarana diatas yang sudah disebutkan, karena sarana dan prasarana tersebut
menunjang dalam melaksanakan asuhan keperawatan secar holistik.
H. ANALISA DATA
No Data : Wawancara, Kuesioner, Observasi Masalah
Wawancara : Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan Belum
dengan wawancara bersama kepala ruangan 4100 mengatakan optimalnya
bahwa dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien perumusan fungsi
bedasarkan rumus Gilles Total ketenagaan di Ruang 4100 ketenagaan
yaitu 16 perawat, kepala ruangan 1, perawat pendidik 1, kurangnya
perawat
pelaksana 14. Dengan jumlah tersebut bisa dikatakan kurang jumlah staff
optimal dalam melakukan pelayanan kesehatan kepada perawat
pasien. Kuisioner: Berdasarkan hasil kuesioner bersama 15
responden dengan 5 pertanyaan di Ruang 4100 didapatkan
hasil 100% dari 15 responden mengatakan tenaga perawat di
Ruang 4100 kurang memadai.
Observasi Berdasarkan hasil observasi selama praktik diruang
4100 didapatkan bahwa perawat di ruang 4100
1. Kurang efektif antara jumlah perawat yang tersedia dengan
jumlah pasien
2. Perawat kurang efektif saat memberikan pelayanan
kesehatan kepada pasien
Money Methode
2 Melakukan 4 4 3 3 144 II
konseling
berkelanjutan
tentang kedisiplinan
perawat
3 Melakukan evaluasi 4 3 3 3 108 III
kinerja perawat setelah
diberikan pengarahan
tentang kedisiplinan
perawatan dan kualitas
pelayanan perawat
BAB V PELAKSANAAN DAN EVALUASI
A. IMPLEMENTASI
Tahap implementasi merupakan tahap kegiatan penyelesaian masalah, Dalam Hal ini
mahasiswa dituntun sebagai change agen bagi kelompok yang ada praktik khususnya di
ruangan perawatan umum 4100 RS Hermina Bekasi. Berikut akan dijelaskan mengenai
proses pelaksanaan sampai dengan evaluasi kegiatan penyelesaian masalah yang menjadi
prioritas masalah yang ada di ruangan perawatan umum 4100 RS Hermina Bekasi yaitu
ketidakdisiplinan perawat ruang 4100 terhadap jam datang dikarenakan banyak perawat
yang memiliki masa kerja dibawah 1 tahun atau level kompetensi berada dalam level
kompetensi yang rendah yaitu pelaksana 1.
Adapun kegiatan penyelesaian masalah di ruangan perawatan umum 4100 RS Hermina
Bekasi mulai dilakukan kegitan antara lain:
1. Identifikasi Kedisiplinan Jam Kedatangan Perawat
Melakukan identifikasi tentang kedisiplinan jam kedatangan perawat dan kualitas
pelayanan perawat di ruangan perawatan umum 4100 RS Hermina Bekasi. Mahasiswa
terlebih dahulu melakukan wawancara kepada kepala ruangan serta menyebarkan
kuesioner untuk perawat pelaksana. Setelah kuesioner terkumpul, maka mahasiswa
melakukan akumulasi data dengan mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh
responden.
2. Konseling Berkelanjutan
Pelaksaan konseling merupakan upaya cepat yang dilakukan guna mengatasi masalah
yang terjadi di ruangan perawatan umum 4100 RS Hermina Bekasi yaitu tentang
kedisiplinan jam kedatangan perawat. Mahasiswa terlebih dahulu melakukan
wawancara kepada kepala ruangan serta menyebarkan kuesioner untuk perawat
pelaksana. Setelah kuesioner terkumpul, maka mahasiswa melakukan akumulasi data
dengan mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh responden.
B. EVALUASI
Pelaksanaan konseling berkelanjutan guna peningkatan motivasi perawat terutama
tentang kedisiplinan jam kedatangan sudah berjalan dengan baik guna meningkatkan
mutu pelayanan di ruangan perawatan umum 4100 RS Hermina Bekasi.
C. HAMBATAN
Hambatan yang ditemukan saat penyusunan dan pengimplementasian dari suatu
masalah yaitu keterbatasan waktu yang tersedia dan juga biaya, sehingga untuk
melakukan implementasi tidak dapat secara maksimal serta dilakukan evaluasi
terhadap setiap masalah tidak maksimal.
D. PLANNING OF ACTION
Masalah Tujuan Strategi Sasaran Kegiatan Waktu Kriteria Evaluasi PJ
Kurang post conference dapat Demonstra Karu, Lakukan post Evaluasi terstruktur :
optimalnya dilakukan di Ruang sikan post Perawat, conference setiap Buku konseling, petugas, berkas
kedisiplinan perawatan umum conference Mahasis pergantian shift disiapkan H-1 sebelum kegiatan.
wa
perawat 4100 RS praktek Sosialisasi 10
terhadap jam Hermina Bekasi kompetensi dasar Berkoordinasi dengan komite Ani,
kedatangan setiap pergantian perawat keperawatan dalam Della,
di Ruang shift pelaksanaan konseling perawat Dona,
perawatan Berikan Jadwal kan Eddy,
umum 4100 reward bagi konseling rutin
Konseling Evaluasi Proses: Fajar,
perawat kepada perawat
RS Hermina berkelanjutan pada Pengusulan konseling berkelanjutan
yang sudah Gideon,
perawat yang kurang
Bekasi disiplin dapat disiplin agar pada perawat yang kurang disiplin
diterapkan di Ruang memotivasi
sudah berjalan dengan baik
perawatan umum 4100 perawat
RS Hermina Bekasi lainnya agar
jadi lebih Evaluasi Hasil:
baik
Hasil penilaian kinerja perawat
meningkat, dan perawatn lebih disiplin
Pada bab ini kelompok membandingkan antara teori dan hasil yang didapatkan selama 17 hari
yang dari periode 12 September 2022 sampai dengan 30 September 2022 di Ruang 4100 RS
Hermina Bekasi.
Menurut Muliyanto et al. (2006) menyatakan disiplin kerja adalah sikap atau tingkah laku
berupa kepatuhan dan ketaatan secara sadar terhadap aturan-aturan yang berlaku dalam
lingkungan kerja karena adanya suatu keyakinan bahwa dengan aturan-aturan tersebut tujuan
pekerjaan akan dapat dicapai. Disiplin kerja dapat diartikan apabila karyawan selalu datang
dan pulang tepat pada waktunya, mengerjakan seluruh pekerjaan dengan baik, mematuhi
norma dan aturan yang berlaku (Hasibuan dalam Putra, 2015).
Menurut Kristanto dan Santoso (2013) kedisiplinan waktu saat timbang terima dapat
mempengaruhi kerja perawat pelaksana, sehingga lebih siap bekerja karena telah mengenali
kondisi pasiennya. Disiplin juga diartikan sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau taat
pada pengawasan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib.
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan di ruang 4100 RS Hermina Bekasi
ditemukan 2 masalah yaitu: Belum optimalnya perumusan fungsi ketenagaan kurangnya
jumlah staff perawat dan kurang optimalnya fungsi pengarahan: kedisiplinan perawat di
ruang 4100 terhadap jam kedatangan.
Setelah dilakukan pengkajian terhadap masalah yang muncul, ditemukan dua prioritas
masalah manajemen keperawatan diantaranya prioritas pertama masalah manajemen
keperawatan Kurang optimalnya fungsi pengarahan: kedisiplinan perawat di ruang 4100
terhadap jam kedatangan, Belum optimalnya perumusan fungsi ketenagaan kurangnya jumlah
staff perawat, hal ini dapat mempengaruhi sistem pelayanan asuhan pelayanan keperawatan
yang tidak sesuai dengan visi misi yang telah ditetapkan.
Setelah dilakukan pembobotan terhadap masalah yang muncul, ditemukan satu prioritas
masalah manajemen keperawatan yaitu: kurang optimalnya fungsi pengarahan: kedisiplinan
perawat di ruang 4100 terhadap jam kedatangan.dengan total skor 432.
B. SARAN
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas disarankan kepada :
1. Pimpinan kepala ruangan
a. Menginstrusikan kepada perawat ruang 4100 untuk datang sesuai jam kedatangan
yang ditentukan.
b. Memberikan dukungan dan kesempatan serta kemudahan bagi profesi
keperawatan untuk mengoptimalkan asuhan keperawatan dalam meningkatkan
pelayanan terhadap pasien.
2. Sub departemen keperawatan
a. Melakukan supervisi secara teratur ke ruangan agar kemampuan yang sudah
terbentuk menjadi budaya kerja yang terus dipertahankan dan ditingkatkan,
memberi pujian terhadap hasil yang telah di capai untuk meningkatkan motivasi
dan kualitas kerja perawat
b. Memberikan pengkayaan fungsi managerial bagi kepala ruangan terutama pada
fungsi pengawasan.
3. Kepala ruangan dan Tim
a. Kepala ruangan dan ketua tim hendaknya melakukan bimbingan kepada perawat
pelaksana untuk meningkatkan kedisiplinan khususnya jam kedatangan.
b. Melakukan audit keperawatan secara berkala pada perawat terkait jam kedatangan
saat dinas.
c. Melakukan supervisi tingkat ruangan sesuai dengan acuan yang ada yang telah
ditentukan oleh direksi rumah sakit.
4. Perawat Pelaksana
a. Membudayakan kegiatan yang telah dianjurkan.
b. Meningkatkan kompotensi dasar perawat
c. Selalu meningkatkan kedisiplinan