Anda di halaman 1dari 75

1

LAPORAN DESIMINASI AWAL/AKHIR PRAKTIK PROFESI


KEPERAWATAN MANAJEMEN DI RUANG TULIP III RSUD KABUPATEN
SIDOARJO PERIODE 18 – 29 JANUARI 2021

Di susun Oleh
Kelompok 3 :

Candra Aprilia K, S.Kep 2007.14901.292


Machmud Jamaluddin, S.Kep 2007.14901.303
Erna Yasin, S.Kep 2007.14901.294
Krispina Melsadalim, S.Kep 2007.14901.298
Luchy Lospalos Bily, S.kep 2007.14901.302
Sarciani S Kase, S.Kep 2007.14901.313
Miriam Baersady, S.Kep 2007.14901.309
Umi Kulsum, S.Kep 2007.14901.316
Yustina Mete, S.Kep 2007.14901.813

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN


NERS STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2021
2

LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN MANAJEMEN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

DI RUANG TULIP III


RSUD KABUPATEN SIDOARJO
PERIODE 18-29 JANUARI 2021

Malang,................................

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

Kepala Ruangan
3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan pelayanan keperawatan mempunyai dua pilihan utama, yaitu
mereka melakukan inovasi dan berubah atau mereka yang diubah oleh suatu
keadaan dan situasi. Perawat mempunyai keterampilan dalam proses perubahan.
Keterampilan pertama adalah proses keperawatan. Proses keperawatan merupakan
pendekatan dalam menyelesaikan masalah yang sistematis dan konsisten dengan
perencanaan perubahan. Keterampilan kedua adalah ilmu teoritis dikelas dan
mepunyai pengalaman praktik untuk bekerja secara efektif dengan orang lain.
(Nursalam, 2011).
Sebagai profesi, keperwatan dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual,
interpersonal kemampuan teknis, dan moral. Hal ini bisa ditempuh dengan
meningkatkan kualitas perawat melalaui pendidikan tinggi keperawatan tersebut
dilaksanakan degan memperhatikan perkembangan pelayanan dan program
pengembangan kesehatan sering dengan perkembangan iptek bidang kesehatan.
Selain itu diperlukan juga proses pembelajaran, baik di institusi pendidikan maupun
pengalaman belajar klinik dirumah sakit dan komunitas. (Nursalam, 2011).
Proses registrasi dan legislasi keperawatan mulai terjadi sejak diakuinya
keperawatan (D3 Keperawatan dan Ners), serta sejak berlakunya undang-undang
No.23 Tahun 1992 dan Permenkes No.1239/2001. Dengan demikian, UU praktik
keperawatan di masa depan diharapkan adalah bentuk pengakuan adanya
kewenangan dalam melaksanakan praktik keperawatan profesional.
Pelaksanaan Permenkes No.1239/2001 tersebut masih perlu mendapatkan
persiapan-persiapan yang optimal oleh profesi keperawatan. Hal ini disebabkan
adanya beberapa kendala yang dihadapi, meliputi: belum ada pemahaman tentanng
wujid dan batasan dari praktik keperawatan sebagai praktik keperawatan profesional
dan jenis serta sifat praktik keperawatan profesional yang harus dikembangkan
4

Untuk itu manajemen keperawatan dimasa depan perlu mendapatkan


prioritas utama dalam pengembangan keperawatan. Hal ini berkaitan dengan
tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan
memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap
perubahan yang terjadi di indonesisa. Lerawat sebagai profesi yang paling itens
berinteraksi dengan pasien (24 jam sehari) memiliki potensi untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat d engan memenuhi berbagai macam kebutuhan pasien.
Manajemen didefinisan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain. Sedangkan manajemen keperawatan untuk
memberikan asuhannkeperawatan secara profesional. Disini manajer keperawatan
untuk merencanakan, mengorganisisr, memimpin, mengevaluasi sarana dan
prasarana yang tersedia untuk memeberikan asuhan keperawatan secara efektif dan
efisien mungkin bagi individu, keluarga dan masyarakat (Nursalam, 2011).
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan
sebagai satu metode pelaksana asuhan keperawatan secara profesional, sehingga
diharapkan keduanya dapat saling menopang. Sebagaimana proses keperawatan
dalam manajemen keperawatan terdiri dari pengumpulan data, identifikasi masalah,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil. Karena manajemen keperawatan
memepunyai kekhususan terhadap mayoritas tenaga daripada seprang
pegawai,maka setiap tahapan didalam proses manajemen lebih rumit dibandingkan
proses keperawatan.
Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus sebagai suatu
tuntutan bagi organisasi pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan kesehatan pada
saat ini melibatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku dan praktisi, pasien,
kaluarga dan dokter. Saat mendefinisikan kualitas keperawatan, perlu diperhitungkan
nilai-nilai dasar keyakinan para perawat serta cara mengorganisirkan asuhan
keperawatan yang berorientasi teknik. Latar belakang dalam pemberian tugas mutu
asuhan keperawatan yang berorientasi teknik, mungkin akan didefinisikan cukup
berbeda dengan keperawatan hanya merupakan prosedur dan teknik interpersonal
dan konteksual yang berkaitan dengan mutu asuhan.
Model pemberian asuhan keperawatan yang saat ini sudah menjadi trend
dalam keperawatan indonesia adalah asuhan keperawatan profesional dengan
metode pemberian asuhan keperawatan modifikasi primer yang merupakan
modifikasi Primary Nursing. Salah satu kritik yang dikemukakan mengenai odel
keperawatan ini teralau kompleks dan toritis, akan tetapi bila seluruh pembicaraan
mengenai model ini dapat mendorong perawat untuk memperjelas keyakinan dan
pekerjaannya, meningkatkan kemmapuanya dalam mendiskusikan masalah tersebut
5

yang melibatkan masalah politis dan pribadi yang lebih terbuka, dan membantu para
perawat tersebut untuk lebih bertangung gugat secara provesional terhadap
tindakannya, maka kita telah mendapatkannya. (Salvage, 1985).
Model asuhan keperawatan profesional (MAKP) dimana dalam model
pemberian asuhan keperawatan profesional ini terjadi kerjasama antara Perawat
Primer (PP) dan Perawat Associate (PA) serta tenaga kesehatan lainnya. (Nursalam,
2011).
Konsep untuk model asuhan keperawatan profesional (MAKP) yaitu Perawat
Primer sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan, pentingnya komunikasi yang efektif agar kontuinitas rencana
keperawatan terjamin. Perawat associate harus menghargai kepemimpinan
supervisor atau perawat primer. Peran kepala ruangan penting dalam model
modifikasi MAKP Primer akan berhasil baik bila didukung oleh kepala ruangan.
Untuk mengantisipasi hal tersebut maka pengetahuan dan aplikasi yang baik
tentang manajemen keperawatan perlu ditingkatkan agar kualitas pelayanan dapat
ditingkatkan dengan parameter waktu rawat inap semakin pendek dan tingkat
kepuasan klien semakin baik. Pengetahuan tentang manajemen keperawatan dan
palikasisinya dilapangan ini juga sangat perlu dipelajari oleh mahasiswa sebagai
calon-calon perawat profesional. Dasar dan penerapan manajemen keoerawatan ini
adalah data-data yang diperoleh dari tatanan ruangan yang kemudian dianalisa,
dirumuskan masalah, dan selanjutnya melanjtkan rencana strategi yang cocok untuk
menumbuhkan Model Asuhan Keperawatan MAKP Primer, yang meliputi (Timbang
Terima, Penerimaan Pasien Baru, Sentralisai Obat, Supervisi, Discharge Planning,
dan Ronde Keperawatan).
Berdasarkan data yang ada dan dengan pertimbangan waktu dan tenaga,
maka dalam praktik manajemen keperawatn ini, kami mahasiswa/i Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Widyagama Husada Malang Program Ners periode tahun 2020/2021
kelompok 3 akan memfokuskan pada pengaplikasian model asuhan keperawatan
MAKP Primer di Ruangan instalasi Tulip 3 Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo.

B. Strategi Pelaksanaan
1. Waktu Pelaksanaan
Stage manajemen keperawatan dilaksanakan sejak tanggal 18 Januari 20120 s/d
29 Januari 2021.
2. Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran tahap profesi Ners stage manajemen keperawatan
dilaksanakan di Ruang instalasi Tulip 3 Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo.
6

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti proses pembelajaran klinik stage manajemen keperawatan
diharapkan mampu lebih memahami konsep dan penerapan Metode Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP) di tatanan rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu:
a. Melaksanakan pengkajian dan pengumpulan data M1-M5 di ruangan di
Ruang Tulip 3 Timur
b. Melaksanakan analisis situasi berdasarkan analisis SWOT
c. Menentukan prioritas masalah
d. Menyusun rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian dan masalah yang ditemukan pada pelaksanaan manajemen
keperawatan meliputi:
1. Menyusun rencana strategis operasional untuk ketenagaan (M1)
2. Menyusun rencana strategis operasional untuk sarana prasarana (M2)
3. Menyusun rencana strategis operasional untuk metode (M3) yang terdiri
dari:
a. Menyusun rencana operasional strategis untuk menyelesaikan
masalah yang ditemukan pada pelaksanaan MAKP.
b. Menyusun rencana operasional strategis pada timbang terima.
c. Menyusun rencana operasional strategis pada penerimaan pasien
baru.
d. Menyusun rencana operasional strategis pada sentralisasi obat.
e. Menyusun rencana operasional strategis pada ronde keperawatan.
f. Menyusun rencana operasional strategis pada supervise
keperawatan.
g. Menyusun rencana operasional strategis pada discharge planning.
h. Menyusun rencana operasional strategis pada dokumentasi
keperawatan.
4. Menyusun rencana strategis operasional untuk keuangan (M4).
5. Menyusun rencana strategis operasional untuk mutu (M5).
3. Manfaat
a. Bagi pasien
Tercapainya kepuasan pasien secara optimal selama perawatan di ruang
Tulip 3 Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo.
b. Bagi rumah sakit
7

a. Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada pasien secara


menyeluruh
b. Menurunkan hari perawatan
c. Sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan manajemen,
khususnya manajemen keperawatan yang berimplikasi pada
pendokumentasian asuhan keperawatan yang terkait dengan
perencanaan pulang di rumah sakit.
c. Bagi perawat
a. Terjalin hubungan antar perawat, perawat dengan tim kesehatan lain,
dan perawat dengan pasien serta keluarga pasien.
b. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri dari perawat
c. Meningkatkan profesionalisme dalam menerapkan asuhan keperawatan
profesional.
4. Praktikan
Pembelajaran tahap profesi Ners stage manajemen keperawatan
dilaksanakan di Ruang instalasi Tulip 3 Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo oleh
mahasiswa/i Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widyagama Husada Malang.
Program Ners periode tahun 2020/2021 kelompok 3 yang terdiri dari 9 orang
anggota yaitu:
1. Candra A Kartika, S.Kep
2. Machmud Jamaluddin, S.Kep
3. Erna Yasin, S.Kep
4. Krispina Melsadalim, S.Kep
5. Luchy Lospalos Bily, S.kep
6. Miriam Baersady, S.Kep
7. Sarciani Suhartini Kase,S.Kep
8. Umi Kulsum, S.Kep
9. Yustina Mete, S.Kep
8

BAB II
PENGKAJIA
N

A. Profil / GambaranUmum RSUD KabupatenSidoarjo


Rumah Sakit Umum Derah Kabupaten Sidoarjo sebagai Rumah Sakit rujukan
di Sidoarjo sekaligus sebagai Rumah Sakit pendidikan dan mempunyai Visi dan Misi
yaitu:

1. Visi Rsud Sidoarjo


Menjadi rumah sakit yang terakreditasi internasional dalam Pelayanan,
Pendidikan dan penelitian.
2. Misi Rsud Sidoarjo
a. Mewujudkan pelayanan yang berkualitas dan terakreditasi dengan
mengutamakan keselamtan pasien serta kepuasan pelanggan.
b. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan penelitian kesehatan
yang bermutu dan beretika untuk menunjang pelayanan.
c. Mewujudkan tatakelola rumah sakit yang profesional, integritas dan
beretika.
B. Profil / GambaranUmumRuanganInstalasi Tulip 3 Timur
Ruang Tulip 3 Timur merupakan ruang perawatan khusus instalasi Tulip 3 Timur
baik penyakit menular maupun tidak menular yang ada di RSUD Kabupaten Sidoarjo
yang digunakan mahasiswa sebagai tempat pembelajaran praktik manajemen
keperawatan.
1. Ruangan Tulip 3 Timur
a. Sebelah Utara: Gedung Laboratorium Patologi Anatomi (PA), Ruang
manajemen Pendidikan dan Pelatihan (DIKLIT) dan Ruang IRNA
Pavilum.
b. Sebelah Timur: Kantor Ruang Manajemen Pelayanan Keperawatan.
c. Sebelah Selatan : Taman RSUD Kabupaten Sidoarjo
d. Sebelah Barat : Batas Nurse Station dan Ruang rawat inap Tulip 3
Barat.
9

C. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh mahasiswa profesi manajemen STIKES
Widyagama Husada Malang pada tanggal 18-20 Januari 2021

1. M1 (Man/ Pasien Dan Ketenagaan Kerja)

Gambar 2.1Struktur Organisasi Keperawatan di Ruang Tulip 3 Timur

Wakildirekturpelayanan

Kepalainstalasi

Kepalaperawatinstalasi

Administrasi Koordinator mutu Koordinatordiklat Logistik

Koordinatorlt 3 timur Koordinatorlt 2 barat Koordinatorlt 3 barat Koordinatorlt 3 timur


10

Bagan Metode Pemberian Asuhan Keperawatan Profesional (Model Tim primer) IrnaTulip
KA. PERAWAT INSTALASI

AnikChurrotul. F, S.Kep., ners

MPP
Aries Pudji A S.Kep Ners

V
PerawatPrimer I PerawatPrimerII
Amalia S.Kep. Ners Puri Handayani Amd. Kep

PerawatPelaksana PerawatPelaksana PerawatPelaksana


PerawatPelaksana
Pasie Pasie Pasien
n n
Berdasarkan pengkajian yang didapat di Ruang Tulip 3 Timur dari tanggal 18 – 20
M-N-B
Januari 2021 didapat daftar penyakit terbanyak adalah sebagai berikut:
Pasien
A. DataA-L-E
jumlah tenaga kerja di Ruang Tulip 3 RSUD Kabupaten Sidoarjo.
1. Tenaga Keperawatan
Tabel 2.2 Tenaga Keperawatan di Ruang Tulip 3 Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pendidikan
Masakerja Status Jabatan Saat Ini
No Nama
Kepala
1. Aries Pudji A S.kep.Ners 14 tahun PNS
Tim
Non
2. Amalia S.kep.Ners 7 tahun Perawat
PN
S Primer
3. PuriHandayani DIII Non Perawat
8 tahun PNS Primer
DIII Perawat
4. Indah Kurniawati Non
10 tahun penanggung
PNS jawab
DIII Perawat
5. Netta Kusumastuty 10 tahun Non penanggung
PNS
jawab
Non Perawat
6. Dian Maretna DII 8 tahun PNS Pelaksana
DIII Non Perawat
7. Lita Eryani 2 tahun
PNS Pelaksana
8. Erinda DIII 1 tahun Non Perawat
11

PNS Pelaksana
Non Perawat
9. Dodik S DII 7 Tahun
PNS Pelaksana
DIII Non Perawat
10. Angeline ApriliaAmd.kep 6 tahun
PNS Pelaksana
DIII Non Perawat
11. Enny Setianingsih 9 tahun
PNS Pelaksana
DIII Non Perawat
12. Vicky Wijanarko 4 tahun
PNS Pelaksana
DIII Non Perawat
13. Arlinda 8 tahun
PNS Pelaksana
DIII Perawat
14. Suroso 14 tahun PNS
Pelaksana
DIII Non Perawat
15. Khusnul Mei H 1 tahun
PNS Pelaksana
DIII Non Perawat
16. Bima 1 tahun
PNS Pelaksana
Non Manajer
17. Zahrotul Lathifa DIII 6 tahun
PNS pelayanan
Non Perawat
18. Dita Rochim DIII 9 tahun
PNS Pelaksana
Berdasarkan tabel diatas di ruang Tulip III Timur terdapat tenaga
keperawatan PNS 2 orang dan 16 tenaga keperawatan non PNS.

2. Tenaga Non Keperawatan


Tabel 2.3 Non Keperawatan di Ruang Tulip 3 Timur
No. Kualifikasi Jumlah Jenis
1. Administrasi 3 Non PNS
2. Verifikator 1 BLUD
3. Prima Bakti 2 PNS
Berdasarkan tabel diatas di ruang Tulip III Timur terdapat 3 BLUD tenaga
administrasi, 1 BLUD tenaga verifikator, dan 3 PNS tenaga prima bakti.

3. Klasifikasi Ketenagaan Ruang Tulip 3 Timur


Tabel 2.4 ketenagaan di Ruang Tulip 3 Timur
Peremp
No. Kualifikasi Jml Status Laki-Laki
uan

PNS
1. S.Kep.,Ners 2 0 2
BLUD

BLUD
BLUD
PNS
DII.
2. 16 BLUD 4 12
Keperawatan
BLUD
BLUD
BLUD
12

Jumlah tenaga perawat di ruang Tulip 3 Timura dan 18 orang. Perawat


perempuan sebanyak 14 orang dan perawat laki-laki 4 orang.

No Nama Pelatihan
1. Aries Pudji S.kep.,Ners LUKA, K3RS, BLS, MANAGE KEPERAWATAN
2. Amalia BLS,APAR,EKG, PLEBOTOMI
3. PuriHandayaniAmd.kep BLS, APAR.
4. Indah Kurniawati BCLS, ECG, PLEBOTOMI, PPGD
5. Netta Kusumastuty K3RS, MUTU, BLS, ASKEP
6. Dian Maretna BLS
7. Lita Eryani BLS, APAR, PLEBOTOMI
8. Erinda BLS, APAR, PLEBOTOMI
9. Dodik BLS, APAR,PLEBOTOMI, BENCANA.
10. Angeline ApriliaAmd.kep BLS, APAR, K3RS
11. Enny Setianingsih BLS
12. Vicky Wijanarko APAR, BLS
13. Arlinda BLS, APAR, PLEBOTOMI
14. Suroso APAR, BLS
15. Khusnul Mei H BLS, APAR
16. Bima BLS, APAR
17. Zahrotul Lathifa BLS
18. Dita Rochim BLS, APAR, SER

BLS : Basic Life Support


HIV : Human Immunodeficiency Virus
BCLS : Basic Cardiac Life Support
K3RS : Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah
Sakit
EKG : Elektrokardiogram
APAR : Alat Pemadam Api Ringan
BENCANA : Bencana
PPGD : Pelatihan Penanggulangan Penderita Gawat
Darurat.

Menurut standart Joint Commission International (JCI) 2011


pelatihan minimal yang dimiliki perawat ruangan adalah Basic Life Support
(BLS), dan 18 karyawan di Ruang Tulip 3 Timur telah mendapatkan pelatihan
Basic Life Support (BLS).

4. Beban Kerja Perawat di Ruang Tulip 3 Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo


Perhitungan beban kerja menggunakan Time and Motion study, teknik ini
mengamati dan mengikuti dengan cermat kegiatan personal yang diamati teknik
ini didapatkan beban kerja personel dan kualitas kerjanya.
13

Tabel 2.13 Tingkat Produktif Keperawatan Per Shif diruang Tulip 3


TimurRSUDKabupaten Sidoarjo 18 – 20 Januari 2021

Tanggal
Tindakan Keperawatan Langsung 18-20 Januari 2021
Pagi Sore Malam
(menit)
Merapikan tempat tidur 15 10 10
Persiapan dan pemberian obat kepada
25 25 25
pasien (injeksi)
Penggantian cairan infus 5 5 5
Evaluasi kepatenan infus 3 3 3
Mengikuti visite dokter 10 - -
Menerima pasien baru 30 30 30
Pemberian transfusi 45 - -
Pemberian nutrisi melalui NGT - - -
Pemberian nebul 10 10 -
Mengambil darah 10 - -
TOTAL 153 83 63

Tabel 2.11 Tingkat Non Produktif Keperawatan Per Shif diruang Tulip 3
TimurRSUDKabupaten Sidoarjo 18 Januari-20 Januari 2020
Tanggal
Tindakan Keperawatan Tidak Langsung
Pagi Sore Malam
Timbang terima ke pasien 30 30 30
Pembuatandokumentasitindakan di RM 30 30 30
MelengkapiRM 20 20 20
Operan dinas 60 60 60
TOTAL 140 140 140
Keterangan :
a. Total waktu diatas merupakan waktu yang dibutuhkan 1 perawat untuk
merawat 1 orang pasien.
b. Kegiatan tidak produktif yang dilakukan perawat yaitu makan dan sholat
yang membutuhkan waktu 40 menit.
c. Jumlah waktu kerja per shift yaitu (153+140+40) x 8 = 2,664

5. Mahasiswa Praktik
Mahasiswa yang berpraktik di Ruang Tulip 3 Timur biasanya di ikuti
oleh beberapa institusi yang ada di jawa timur. Adapun institusi yang
berpraktik sekarang diantaranya:
1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widyagama Malang (Program Profesi
Ners). Adapun jumlah mahasiswa yang berpraktik di Ruang Tulip 3
14

Timur sebanyak 16 Orang dengan lama praktik 4 Minggu mulai dari


tanggal 18 januari s/d tanggal 30 Januari 2021.
B. Pasien
Tabel 2.1 Daftar 8 Penyakit terbanyak di Ruang Tulip 3 Timur mulai 18-20 Januari 2021

Jumlah
No. JenisPenyakit Peringkat
Kasus
1. GEA 10 1
2. Vomitting 9 2
3. PJK (Penyakit jantung koroner) 6 3
4. Chronic Kidney Disease (CKD) 5 4
5. Cerebrovascular accident infark (CVA Infark) 4 5
6 CHF (Congestive Heart Failure) 4 4
7 Stroke Haemoragic (SH) 3 4
8 Diabetes Mellitus (DM) 2 2
Sumber: Primer (2021)

Gambar 2.2 Grafik Penyakit terbanyak di Ruang Tulip 3 Timur dari tanggal 18-20
Januari 2021

12
10
8
6
4
2
0

PJK
(Penya Chronic
Stroke Diabet
Vomitti kit Kidney
GEA CVACHFHemor es
ng jantung Disease
aic Melitus
korone (CKD) r)

JUMLAH KASUS10 9 6 5 4 4 3 2

Berdasarkan Grafik di atas, diketahui bahwa penyakit terbanyak di Ruang Tulip 3


Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo mulai 18-20Januari 2021 adalah Gastroenteritis (GEA)
yaitu sebanyak 10 kasus.
15

C. BOR (Bed Occupaty Rate)


Menurut Kemenkes RI (2010) , BOR adalah presentase pemakaian tempat
tidur pada satuan waktu tertentu, indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya
tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.

Tabel 2.4 BOR di RuangTulip 3 Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo hari


Senin18 januari s/d tanggal 30 Januari 2021.
No. Tanggal Perhitungan BOR
1. 18 Januari 2021 BOR = 16/48 x 100% = 33,3%
2. 19 Januari 2021 BOR = 20/48 x 100% = 41,7%
3.
20 Januari 2021 BOR = 17/48 x 100% = 35,4%
Sumber:DataPrimer(2021)

Berdasarkan hasil BOR diruang Tulip 3 Timur yaitu 70% yang


menunjukkan bahwa penggunaan tempat tidur diruang Tulip 3 Timur sudah
ideal.

D. Tingkat ketergantungan Klien dan Kebutuhan Tenaga Perawat


Menurut Douglas (1984) dalam Nursalam (2014) penerapan system klasifikas
iklien dengan tiga kategori tersebut adalah sebagai berikut:
1) KategoriI: perawatan mandiri
Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah klien masih dapat melakukan sendiri
kebersihan diri, mandi, ganti pakaian, makan, minum, penampilan secara umum
baik, tidak ada reaksi emosional. Klien perlu dilakukan diawasi ketika
melakukana mbulasi atau gerakan. Klien perlu dilakukan observasi setiap shift,
pengobatan minimal, dan persiapan prosedur memerlukan pengobatan.
2) Kategori II: Perawatan parsial
Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah memerlukan bantuan untuk
melakukan kegiatan sehari-hari seperti makan, mengatur posisi waktu makan,
member dorongan agar makan, bantuan dalam eliminasi dan kebersihan diri,
tindakan keperawatan untuk memonitor tanda-tanda vital, fungsi fisiologis, status
emosional, kelancaran drainase, bantuan dalam pendidikan kesehatan serta
kesiapan pengobatan memerlukan prosedur.

3) Kategori III:Perawatan total


Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah tidak dapat melakukan sendiri
kebutuhan sehari-harinya, semua kebutuhan dibantu oleh perawat, penampilan
klien sakit berat, klien memerlukan observasi tanda vital setiap dua jam,
menggunakan selang nasogastric (NGT), menggunakan terapi intravena,
16

pemakaian alat penghisap (suction) dan kadang klien dalam kondisi gelisah/
disoriented.
Menurut Douglas (1984) dalam Nursalam (2014) menetapkan jumlah perawat
yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien,
dimana masing-masing kategori mempunyai nilai standar pershift.

Tabel 2.6 Nilai Standar Jumlah Perawat Per Shift Berdasarkan Klasifikasi
Klien
Klasifikasi Pasien
Jumlah Minimal Parsial Total
Pasien Mala
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore
m
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
Sumber:DataPrimer(2021)

Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga keperawatan dengan


metode Douglasdi Ruang Tulip 3 Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo tanggal 18-
20 Januari 2021 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.7 Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga keperawatan


dengan metode Douglas diRuang Tulip 3 Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo
hari Senin, 18 Januari 2021
Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tingkat Jumlah
Ketergantungan Pasien Pagi Sore Malam
Minimal 6 6x0,17=1,02 5x0,17=0,85 5x0,17=0,85
Parsial 7 7x0,27=1.89 6x0,27=1,62 7x0,27=1,89
Total 4 4x0,36=1,44 4x0,36=1,44 4x0,36=1,44
Jumlah 17 4,35 3,91 4,18
4 4 4
Total tenaga perawat:
Jumlah tenaga yang lepas dinas per hari:
Pagi : 4 orang
Sore : 4 orang
Malam : 4 orang
12 orang
17

86x12 = 1032 = 3,69 atau 4 orang


279 279

Tabel 2.8 Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga keperawatan


dengan metode Douglas diRuang Tulip 3 Timur RSUD Kabupaten
Sidoarjohari selasa , 19 Januari 2021
Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tingkat Jumlah
Ketergantungan Pasien Pagi Sore Malam
Minimal 7 7x0,17=1,19 2x0,17=0,34 2x0,17=0,34
Parsial 10 10x0,27=2,7 5x0,27=1,35 5x0,27=1,35
18

Total 3 3x0,36=1,08 3x0,36=1,08 3x0,36=1,08


Jumlah 20 4,97 2,77 2,77
5 3 3
Total tenaga perawat:
Jumlah tenaga yang lepas dinas per hari:
Pagi : 4 orang
Sore : 4 orang 86x12 = 1.032 = 3,69 atau 4 orang
279 279
Malam : 4 orang
12 orang
Tabel 2.9 Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga keperawatan
dengan metode Douglas diRuang Tulip 3 Timur RSUD Kabupaten
Sidoarjohari R a b u , 20 Januari 2021
Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tingkat Jumlah
Ketergantungan Pasien Pagi Sore Malam
Minimal 7 7x0,17=1,19 7x0,17=0,34 7x0,17=0,34
Parsial 7 7x0,27=1,89 6x0,27=1,62 6x0,27=1,62
Total 3 3x0,36=1,08 3x0,36=1,08 3x0,36=1,08
Jumlah 17 4,16 2,77 2,77
4 3 3
Total tenaga perawat:
Jumlah tenaga yang lepas dinas per hari:
Pagi : 4 orang
Sore : 3 orang 86x10 = 860 = 3,08 atau 3 orang
279 279
Malam : 3 orang
10 orang
Berdasarkan tingkat Berdasarkan
ketergantungan Permenkes RI No. Jumlah Jumlah
klien (Douglas) 340/MENKES/PER/II perawat perawat
Harian (jumlah klien I/2010 ruangan ruangan
dan tingkat (Jumlah (harian) (Perawat:TT)
ketergantungan) Perawat:Jumlah TT)
18 perawat, 2
PP dan
4 7:10 15perawat 7:18
pelaksana

Berdasarkan hasil diatas yang telah dihitung menurut Douglas, jumlah tenaga
perawat yang dibutuhkan rata-rata dalam 1 hari yaitu 12 orang dengan rincian sebagai
berikut:

a. Shift pagi
Dibutuhkan 4 orang perawat yang terdiri dari 1 Perawat primer dan 3 orang
perawat pelaksana. Pada ruang tulip 3 timur, jumlah perawat yang bertugas pada
dinas pagi adalah 4 orang yaitu 1 orang Perawat Primer dan 3 orang perawat
19

pelaksana. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat kesesuaian tenaga


perawat.
b. Shift siang
Dibutuhkan 4 orang perawat yang terdiri dari 1 orang perawat penanggung
jawab sift dan 3 orang perawat pelaksana. Pada ruang tulip 3 timur, jumlah
perawat yang bertugas pada dinas siang adalah 4 orang yaitu 1 orang perawat
penanggung jawab sift, dan 3 orang perawat pelaksana. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat kesesuaian tenaga perawat.
c. Shift malam
Dibutuhkan 3 orang perawat yang terdiri dari 1 orang pearwat penanggung
jawab dan 2 orang perawat pelaksana. Pada ruang tulip 3 timur, jumlah perawat
yang bertugas pada dinas malam adalah 4 orang yaitu 1 orang perawat
penanggung jawab dan 3 perawat pelaksana. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat kesesuaian tenaga perawat.
d. Libur
Jumlah perawat yang libur pada hari efektif (senin-sabtu) yaitu 6 orang
perawat, sedangkan pada hari minggu dan hari besar terdapat 4 orang perawat (1
orang kepala ruangan, 1 orang perawat primer dan 2 orang perawat pelaksana).
e. Luaran
Luaran merupakan hari lepas dinas perawat sebelum dinas perawat setelah
melakukan dinas malam.
f. Cuti
Terdapat 2 orang perawat yang cuti saat dilakukan pengkajian (18-20Januari
2021) yaitu 1 perawat penanggung jawab dan 1 perawat pelaksana.
E. Kepuasan Kerja
Tabel 14 Presentase Kepuasaan Perawat terhadap Jobdisk di Ruang Tulip 3
Timur RSUD Sidoarjo
No Kategori Jumlah Presentase
1 Sangat Puas 2 33,4%
2 Cukup Puas 0 0%
3 Puas 4 66,6%
4 Tidak Puas 0 0%
Keterangan : 66,6% perawat menyatakan puas dengan Jobdisk yang ada
Berdasarkan data dari tabel di atas didapatkan 66,6% 6 sampel dari 18
perawat puas dengan jobdisk yang ada.
20

Tabel 15 Presentase Kepuasan Perawat terhadap Pendapatan di Ruang


Tulip 3 Timur RSUD Sidoarjo
No Kategori Jumlah Presentase
1 Sangat Puas 2 33,4%
2 Cukup Puas 0 0%
3 Puas 4 66,6%
4 Tidak Puas 0 0%
Keterangan : 66,6% perawat menyatakan Cukup Puas dengan jumlah pendapatan
yang diterima.
Berdasarkan data dari tabel di atas didapatkan 66,6% 6 sampel dari 18
perawat puas dengan jumlah pendapatan yang di terima.

1. Bangunan, Sarana dan Prasarana (M2 – Material)


a. Lokasi dan denah
Lokasi penerapan proses manaterial keperawatan ini dilakukan pada
ruang tulip 3 RSUD kabupaten sidoarjo dengan uraian denah sebagai
berikut : Penerapan proses profesi manajemen keperawatan mahasiswa
Program Profesi Ners STIKES Widyagama Husada Malang, mengambil
tempat di Ruang Tulip 3 Timur kamar A1 - 3, kamar B1 - 3, kamar C1 - 3
RSUD Kabupaten Sidoarjo. Pengkajian data awal dilakukan pada tanggal
17 - 19 Januari 2021, adapun data - data yang didapatkan adalah sebagai
berikut :

b. Lokasi dan Denah / setting Ruangan


21

Table batas ruang tulip 3 timur RSUD Kabupaten Sidoarjo


(1) Gedung Laboratorium Patologi Anatomi (PA), Ruang manajemen
Pendidikan dan Pelatihan (DIKLIT) dan Ruang IRNA Pavilum.
(2) Kantor Ruang Manajemen Pelayanan Keperawatan.
(3) Taman RSUD Kabupaten Sidoarjo
(4) Batas Nurse Stationdan Ruang rawat inap Tulip 3 Barat.

Ruang Tulip 3 Timur terletak di gedung Utara RSUD


Kabupaten Sidoarjo yang merupakan ruang rawat inap untuk pasien
dewasa dan anak. Ruang Tulip 3 Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo
merupakan ruang perawatan pasien yang terdiri dari ruang rawat inap
Bougenvile 1, ruang rawat inap Tulip 2, dan ruang rawat inap Tulip 3.
c. Data Bed Pasien
Jumlah kapasitas bedpasien di Ruang Tulip 3 Timurberdasarkan hasil
pengkajian tanggal 17 – 19 Januari 2021, didapatkan sebagai berikut :
Kelas I: Terdapat 16 ruangan, Kapasitas bed setiap ruang Tulip 3 Timur
sebanyak 3 bed. Sebanyak 48 bed pasien dan 48 kursi pasien. Ruang
Tulip 3 Timur terdiri dari 16 ruangan yang berisi 3 bed pasien dan
dilengkapi kamar mandi tiap ruangannya, 1 toilet pegawai, 2 toilet untuk
pasien diluar kamar pasien dan 1 toilet di dalam ruang observasi, 1 toilet
pegawai.
d. Fasilitas dan Sarana Kesehatan
 Peralatan
No Nama Alat Jumlah yang Jumlah Kondisi Usulan
tersedia ideal
1 Tensimeter 2 2/ ruangan Baik -
2 Stetoskop 3 3/ ruangan Baik -
3 Syringe pump 3 3/ ruangan Baik -
4 Lampu Baca Foto 1 1/ ruangan Baik -
5 Manometer sentral 44 1:1 Baik Ditambah
4
6 Termometer 1 2/ ruangan Baik Ditambah
1
7 Standard infus 10 1:1 Baik -
beroda
8 Standard infus tanpa 38 1:1 Baik -
roda
9 Bed pasien 48 1:1 Baik -
10 Kursi penunggu kayu 48 1:1 Baik -
11 Lemari pasien 48 1:1 Baik -
12 Rak sandal - - - -
13 Rak handuk 16 1:1 / Baik -
22

ruangan
14 Tempat sampah 4 4/ ruangan Baik Ditambah
medis 1
15 Tempat sampah non 19 19/ Baik -
medis ruangan
16 Tensi erka 1 1/ ruangan Baik -
17 Penlight 1 2/ ruangan Baik Ditambah
1
18 Retrain 2 2/ ruangan Baik -
19 SPO2 Portable 1 2/ ruangan Baik Ditambah
1
20 Jam dinding pasien 16 1:1 Baik -
21 Meja pasien 48 1:1 Baik -
22 Almari status 1 1 Baik -
23 Lemari es obat 1 1 Baik -
24 Kursi perawat 10 10/ Baik -
ruangan
25 Lemari barang 1 1 Baik -
inventaris
26 Televisi 16 1:1 Baik -
27 Troli visik 1 1/ ruangan Baik -
28 Troli obat 1 1/ ruangan Baik -
29 Lemari es ASI 1 1/ ruangan Baik -
30 AC 17 1:1 Baik -

Menurut standart SNARS (2018), untuk menjamin peralatan medis dapat


digunakan dan layak dipakai maka rumah sakit perlu melakukan iventariasi peralatan
medis yang meliputi peralatan medis yang dimiliki oleh rumah sakit dan peralatan
medis kerja sama operasional (KSO) milik pihak ketiga; melakukan
pemeriksaanperalatan medis sesuai dengan penggunaan dan ketentuan pabrik
melaksanakan pemeliharaan preventif dan kalibrasi.
Berdasarkan data diatas peralatan medis di ruang tulip 3 RSUD Sidoarjo
sudah cukup baik sesuai dengan standart peratuan menteri kesehatan republic
Indonesia (Perkemenke RI) Nomor 34/MENKES/III/2010, namun masih ada
beberapa penyimpanan alat yang tidak rapi sehingga terlihat berantakan dan tidak
tertata.
23

 Peralatan perawat

No Nama Alat Jumlah Jumlah Kondisi Usulan


Yang Ideal
Tersedia
1 Televisi 1 1:1 Baik -
2 Bed patient 3 3/ruangan Baik -
3 Over bed table 3 3/ruangan Baik -
(meja pasien)
4 Bed side 3 3/ruangan Baik -
cabinet/almaripasien
5 Standainfus 3 3/ruangan Baik -
6 Tong sampah non 1 1:1 Baik -
medispijkan 36 L
7 Rakhanduk 1 1:1 Baik -
8 AC plit 2 PK 2 2/ruangan Baik -
9 Jam dinding 1 1:1 Baik -
10 Kursikayu/rotan/bambu 3 3/ruangan Baik -
11 Rakpispot 1 1:1 Baik -
12 Urinal stainless 3 3/ruangan Baik -
13 Pispotsendok 2 2/ruangan Baik -
14 Manometer 3 3/ruangan Baik -
Sumber RSUD Sidoarjo (2021)

 Peralatan perawat

No Namaalat Jumlahbarang Jumlah Kondisi Usulan


ideal
1 Almarikayu 1 1/ruangan Baik -
2 Raklemarialatmedis 1 1/ruangan Baik -
3 Almariloker 2 1/ruangan Baik -
Kipasangin 1 Baik -
Kursikayu/rotan/bambu 8 8/ruangan Baik -
Almariesobat 1 1/ruangan Baik -
Trolley obat /medicine 1 1/ruangan Baik -
trolly
Computer unit 1 1/ruangan Baik -
Printer laser jet (folio) 1 1/ruangan Baik -
Pen light 1 1/ruangan Baik -
Spo2 portable 1 1/ruangan Baik -
Stetescopedewasa 2 2/ruangan Baik -
Stetescopeanak 1 1 Baik -
Tensimeteranak 2 2 Baik -
Tensi meter otomatis 1 1 Baik -
Tensi meter air raksa 2 2 Baik -
Thermometer telinga 1 1 Baik -
Syringe pump 1 1 Baik -
Film 1 1 Baik -
viewer/lampubacafoto
24

Persediaan sarana dan prasarana di ruang tulip 3 RSUD Sidoarjo telah


memenuhi standart sesuai dengan peraturan menteri kesehatan republik Indonesia
nomer 340/MENKES/III/2010, namun masih ada beberapa alat yang belum tersedia
di ruang tulip 3, yaitu ners call toilet yang berguna untuk panggilan jika terdapat
kejadian jatuh di toilet.
Standart SNARS (2018), rumah sakit berkewajiban meyediakan fasilitas yang
aman, fungsional, dan fasilitas pendukung untuk pasien, keluarga, staf dan
pengunjung. Untuk mencapai tujuan tersebut maka fasilitas fisik, peralatan, medis,
dan sumber daya lainnya harus dikelola secara efektif. Secara khusus pihak
manajemen rumah sakit harus berupaya :
 Kontruksi bangunan, tersedianya sistem fire safety seperti adanya sprinkler
system, difran dan jalur evakuasi.
 Adanya pembuangan material atau bahan berbahaya yang meliputi,
penanganan, penyimpanan dan penangggulangan sisa radio aktif atau
material berbahaya lainnya hingga proses pembuangan.
 Fire safety, property dan penghuni ruangan terproteksi dari api dan asap.
 Utility system, meminimalis kegagalan operasional dari utility system yang
meliputi listrik, air, gas, oksigen.
 Menjaga keamanan dengan tersedianya sistem emergency response pada
kejadian luar biasa, bencana dan memastikan respon tersebut berjalan
efektif.
Semua program harus ditulis dan di update kondisinya secara berkala untuk
mengurangi serta mengontrol kecelakaan dan cidera. strategi yang harus ada di rumah
sakit harus meliputi penanggulangan resiko kecelakaan dan cidera yang dikarenakan
ketidakamanan pada lingkungan, sumber daya dan teknologi. ruang tulip 3 saat ini yang
tersedia adalah alat pemadam kebakaran api ringan (APAR), sampah infeksius dan
sampah – sampah berbahaya.
Berdasarkan Depkes RI 2006 ruangan pada banguanan rawat inap terdiri dari
ruang rawat inap kelas I,II,III, Nurse station, ruang konsultasi dokter, ruang tindakan,
ruang administrasi, ruang dokter, ruang perawat, ruang ganti / loker, ruang linen bersih,
ruang linen kotor, spoel hoek / cuci alat, kamar mandi / toilet, pantry / dapur, ruang
janitor / service, gudang bersih, gudang kotor. Ruang tulip 3 RSUD Sidoarjo memiliki
fasilitas peralatan dan fasilitas cukup baik namun belum memiliki ruang konsultasi/ ruang
dokter.
25

2. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3 – Methode)


1) Penerapan MAKP
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di ruang Tulip III
menggunakan MAKP dengan metode primer. Dalam pelaksanaan model
primer didasarkan beberapa alasan dimana keperawatan primer tidak di
guunakan secara murni disebabkan seorang perawat primer harus
memiliki latar belakang pendidikan S1. Kegiatan pemberian asuhan
keperawatan dilaksanakan berdasarkan jumlah pasien, 1 tim bertanggung
jawab dalam 1 ruangan Tulip dari abjad A – H dan S – Z dalam satu shift.
Hasil kuesioner MAKP dengan perawat di ruang Tulip 3 RSUD
Kabupaten Sidoarjo yang dilakukan pada tanggal 20-21 Januari 2021

TIDA
NO PERTANYAAN YA K
1. Model Asuhan Keperawatan
a. Apakah model asuhan keperawatan yang 6 0
digunakan perawat saat ini adalah MAKP ? (100 (0%)
Moduler Tim %)

b. Apakah anda mengerti atau memahami dengan 6 0


model asuhan keperawatan yang digunakan saat (100 (0%)
ini ? %)
c. Menurut anda , apakah model tersebut cocok 6 0
digunakan diruangan anda? (100 (0%)
%)
d. Apakah model yang digunakan sesui dengan visi 6 0
dan misi ruangan ? (100 (0%)
%)
2. Efektifitas Dan Efisiensi Model Asuhan Keperawatan
a. Apakah dengan menggunakan model saat ini 6 0
menjadi semakin pendek lama rawat inap bagi (100 (0%)
pasien? %)
b. Apakah terjadi peningkatan kepercayaaan pasien 6 0
terhadap ruangan (100 (0%)
%)
c. Apakah model yang digunakan saat ini tidak 6 0
menyulitkan dan memberikan beban berat kerja (100 (0%)
bagi anda? %)
d. Apakah model saat ini tidak memberatkan 4 2
pembiayaan? (57,1 (42,1
%) %)
e. apakah model yang digunakan mendapatkan 0 6
banyak kritikan dari pasien terhadap ruangan? (0%) (100
%)
3. Pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan
a. apakah telah terlaksana komunikasi yang adekuat 6 0
antara perawat dan tim kesehatan lain? (100 (0%)
%)
b. apakah kontinuitas rencana keperawatan 6 0
terlaksana? (100 (0%)
26

%)
c. apakah anda sering mendapat teguran dari ketua 6 0
tim? (100 (0%)
%)
d. apakah anda menjalankan kegiatan sesuai 6 0
tupoksi? (100 (0%)
%)
4. Tanggung Jawab Dan Pembagian Tugas
a. apakah job decription untuk anda selama ini 6 0
sudah jelas? (100 (0%)
%)
b. apakah tugas anda sesuai dengan model asuhan 6 0
keperawatan yang saat ini digunakan ruangan ? (100 (0%)
%)
c. apakah anda mengenal atau mengetahui kondisi 6 0
pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan? (100 (0%)
%)
Sumber : Data Primer (2021)

2) Timbang terima
Penyampaian dan peneriamaan suatu laporan yang berkaitan dengan
pasien harus dilakukan seefektif mungkin secara jelas, singkat, dan
lengkap mengenai tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang
sudah dilakukan atau belum sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Dari hasil wawancara dan
observasi keseluruhan perawat telah mengetahui cara penyampaian dan
persiapan untuk timbang terima yang dipimpin langsung oleh ketua tim
ruang tulip II, kemudian dilanjutkan dengan melaporkan kondisi pasien
pada perawat.
Pelaporan : Situation meliputi nama pasien, usia, diagnose medis,
masalah keperawatan, dokter penanggung jawab. Background meliputi
perkembangan pasien saat ini, seperti kemampuan pasien atau aktivitas.
Assesment meliputi keadaan umum, tanda-tanda vital, kesadaran, hasil
laboratorium, informasi klinik yang mendukung, serta informasi
perkembangan klien. Recommendation meliputi intervensi yang perlu
dilakukan seperti terapi dan pemeriksaan penunjang yang akan
dilakukan. Setelah proses timbang terima dilakukan di ruang perawat
kemudian perawat bersama-sama melakukan validasi ke pasien dengan
menanyakan keluhan yang dirasakan oleh pasien, memperkenalkan
perawat yang akan bertugas selanjutnya dan menyampaikan tindakan
yang akan dilakukan selanjutnya. Setelah dilakukan validasi ke pasien,
perawat tidak mendiskusikan kondisi pasien kepada anggota tim dan
langsung melakukan tindakan. Pendokumentasian SBAR dilakukan di
27

buku Laporan timbang terima yang sudah disediakan di ruang untuk


dibacakan pada saat timbang terima dan tanda tangan yang tercantum
dalam buku laporan adalah tanda tangan perawat yang bertugas saat itu
sementara pendokumentasian SOAPI dicatat pada rekam medis pasien.
Hasil Kuesioner dengan perawat di Ruang Tulip 3 RSUD Sidarjo
tanggal 20-21 Januari 2021

NO PERTANYAAN YA TIDAK
1. Apakah timbang terima dilakukan setiap shift ? 6 0
(100%) (0%)
2. Apakah timbang terima telah dilaksanakan tepat 0 6
waktu? (0%) (100%)
3. Apakah timbang terima dihadiri oleh semua 6 0
perawat yang berkepentingan? (100%) (0%)
4. Apakah timbang terima dipimpin oleh kepala 2 4
ruangan ? (57,1%) (42,9%)
5. Adakah yang harus dipersiapkan dalam 6 0
pelaksanaan timbang terima? (100%) (0%)
6. Apakah anda mengetahui apa saja yang harus 6 0
disampaikan dalam pelaporan timbang terima? (100%) (0%)
7. Adakah buku khusus untuk mencatat hasil 6 0
laporan timbang terima? (100%) (0%)
8. Adakah kesulitan dalam mendokumentasikan 6 0
laporan timbang terima? (14,2%) (0%)
9. Apakah ada interaksi dengan pasien saat 6 0
timbang terima berlangsung? (92,9%) (0%)
10. Apakah anda mengetahui bagaimana teknik 6 0
pelaporan timbang terima ketika berada di (100%) (0%)
depan pasien?
11. Apakah waktu untuk mengunjungi masing- 6 0
masing pasien antara 5-10 menit? (71,4%) (0%)
12. Apakah terdapat persetujuan atas penerimaan 6 0
timbang terima? (100%) (0%)
13. Apakah terdapat evaluasi mengenai kesiapan 6 0
perawat pengganti sif selanjutnya oleh kepala (92,9%) (0%)
ruangan?
Sumber Kuisioner: Nursalam 2015; Sumber Data: Data Primer 2021.

Hasil pengumpulan data melalui kuesioner yang dilakukan tanggal 18


– 20 Januari 2021 kepada perawat Ruang Tulip 3 RSUD Sidoarjo timbang
terima dilaksanakan 3 kali sehari yaitu pada pergantian Shift pagi ke shift
sore (pukul 14.00), shift sore ke shift malam (pukul 21.00), dan shift malam
ke shift pagi (pukul 07.00). Timbang terima dilakukan di Ruang Perawat
Tulip 3 yang dihadiri leh seluruh perawat yang dinas setelah shift, dan
perawat yang akan dinas shift selanjutnya, bersama dengan kepala ruang.
Perawat 57,1% menyatakan bahwa timbang terima dipimpin oleh kepala
ruangan.
28

Sebagian besar perawat 78,6% menyatakan timbang terima


dilaksanakan tidak tepat waktu. Seluruh perawat 100% menyatakan bahwa
ada yang harus dipersiapkan sebelum pelaksanaan timbang terima.
Keseluruhan 100% menyatakan telah mengetahui hal-hal yang harus
disampaikan saat timbang terima. Semua perawat 100% menyatakan
sudah terdapat buku khusus untuk mencatat hasil laporan timbang terima
dan 85,8% tidak mengalami kesulitan dalam mendkumetasikan laporan
timbang terima. Seluruh perawat (100%) menyatakan ada interaksi dengan
pasien saat timbang terima berlangsung, dari hasil observasi, selama
pengkajian berlangsung tanggal 18 – 20 Januari 2021 dilakukan dari shift
pagi ke shift sore, dari shift sore ke shift malam, dan dari shift malam ke
shift pagi. Proses pelaksaanaan bersama pasien sebagian perawat
menyatakan waktu yang dibutuhkan hanya 2-3 menit.

Isi pelaporan timbang terima menggunakan metode komunikasi SBAR


(situation, background, assesement, recommendation). Situation meliputi
nama pasien, umur, Nik, alamat, diagnosa medis, masalah keperawatan.
Background meliputi perkembangan pasien saat ini, seperti kemajuan
tingkat kemampuan pasien atau aktivitas pasien. Assesement meliputi
keadaan umum, tanda-tanda vital, kesadaran, hasil labratorium, atau
informasi klinik lain yang mendukung, serta evaluasi perkembangan
pasien. Recommendation meliputi intervensi yang perlu dilakukan, seperti
terapi dan pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan. Setelah dilakukan
pelaporan, proses timbang terima ditutup dengan pembacaan do’a.
Setelah timbang terima dilakuka di ruang perawat, kemudian bersama-
sama melakukan operan keliling dari pasien satu kepasien lainnya denga
menanyakan keluhan yang dirasakann oleh pasien, memperkenalkan
perawat yang akan bertugas selanjutnya dan menyampaikan rencana
tindakan untuk pasien.

3) Penerimaan pasien baru


Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima kedatangan
pasien baru dalam satu ruangan. Dalam penerimaan pasien baru
disampaikan beberapa hal mengenai orientasi ruangan, perawatan, dan
tata tertib ruangan. Berdasarkan hasil observasi, penerimaan pasien baru
dilakukan ketika akan ada pasien baru. Perawat yang menerima pasien
baru adalah perawat yang sedang bertugas saat itu sehingga semua
perawat harus memiliki kompetensi untuk melakukan penerimaan pasien
29

baru. Berdasarkan hasil wawancara kepada ketua tim ruang Tulip III
penerimaan pasien baru dimulai sejak pasien datang, perawat akan
menyiapkan kamar, menyiapkan lembar pasien baru dibantu pekarya
ruangan, memperkenalkan perawat dan ruangan, memperkenalkan
aturan rumah sakit di ruangan, memperkenalkan nama, dokter
penangguang jawab, menjalaskan terkait hak dan kewajiban pasien.

Hasil Kuesioner dengan perawat di Ruang Tulip 3 RSUD Sidarjo


tanggal 20-21 Januari 2021.

NO PERTANYAAN YA TIDAK
1. Apakah anda mengerti bagaimana 6 0
penerimaan pasien baru? (100%) (0%)
2. Apakah sudah ada pembagian tugas tentang 6 0
penerimaan pasien baru? (100%) (0%)
3. Apakah setelah selesai melakukan 6 0
penerimaan pasien baru anda melakukan (100%) (0%)
pendokumentasian?
4. Apakah kepala ruangan atau penanggung 6 0
jawab sif memberitahu bahwa akan ada (85,8%) (0%)
pasien baru?
5. Apakah sudah ada media seperti leaflet, 6 0
booklet, dll yang digunakan atau diberikan (100%) (0%)
kepada pasien atau keluarga saat melakukan
penerimaan pasien baru?
6. Apakah saat penerimaan pasien baru sudah 6 0
dilakukan penjelasan tentang 3P (pengenalan (100%) (0%)
kepada pasien tentang tenaga kesehatan lain,
peraturan rumah sakit, penyakit serta
sentralisasi obat)
Sumber Kuisioner: Nursalam (2015); Sumber Data: Data Primer 2021

Data didapatkan melalui kuesioner dari 14 perawat dan didapatkan


(100%) perawat telah mengerti mengenai penerimaan pasien baru meliputi
sarana dan prasarana yang telah disediakan diruang Tulip 3 RSUD
Sidoarjo yaitu lembar pasien masuk RS, tata tertib pasien da pengunjung
ruangan, tempat tidur pasien baru, lembar format pegkajian pasien baru,
lembar reksiliasi obat dan gelang identitas pasien. Perawat yang menerima
pasien baru adalah perawat yang sedang bertugas saat itu sehingga
semua perawat harus memiliki kompetesi untuk melakukan penerimaan
pasien baru yang sudah dilakukan di Ruang Tulip 3 RSUD Sidoarjo.
Berdasarkan hasil wawancara penerimaan pasien baru yang sudah di
lakukan di Ruang Tulip 3 RSUD Sidarjo yaitu dimulai sejak pasien datang,
perawat akan menyiapkan kamar dibantu dengan rekan kesehatan,
30

meyiapkan lembar penerimaan pasie baru, memperkenalkan diri dan


ruangan, memperkealkan aturan rumah sakit dan aturan ruangan Tulip 3
RSUD Sidoarjo. Pada saat pasien baru masuk, perawat akan melakukan
pengecekan identitas, kemudian memperkenalkan nama perawat yang
akan merawatnya, meelaskan mengenai hak dan kewajiban pasien.

Data menunjukkan (100%) perawat melakukan pendokumentasian


setelah penerimaan pasien baru dilakukan. Format penerimaan pasien
baru telah disediakan dan terdapat didalam format pegkajian, setiap pasien
baru di sediakan
Alur penerimaa pasien baru di Ruang Tulip 3 RSUD Sidoarjo adalah
sebagai berikut :

Pasien
Perawat melakukan
datang dari
Kontak DPJP identifikasi (biodata
IGD atau
dan status),
anamnesa dan

Dilakukan perawatan
terhadap pasienmeliputi:

- Konsul/
tindakan
dokter
- Pemberian terapi
Gambar 2.4 Skema Alur Penerimaan Pasien Baru - Pemberian diet

4) Discharge planning
Penting bagi pasien dan keluarga untuk mengetahui perawatan yang
telah diterima dan bagimana perawat yang dapat dilanjutkan saat pasien
kembali kerumah, sehingga status kesehatan pasien dipertahankan atau
meningkat. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua tim ruang Tulipp
III discharge planning dilakukan saat pasien pertama kali masuk, selama
dilakukan perawatan dan saat pasien akan keluar rumah sakit. Discharge
planning sudah terdokumentasikan di rekam medis pasien. Discharge
planning yang didokumentasikan saat pasien akan masuk dan keluar
31

rumah sakit meliputi pemasangan dan pelepasan NGT, pemasangan dan


pelepasan urine kateter, IV kanul, balutan luka dan gelang identitas.

NO PERTANYAAN YA TIDAK
1. Apakah bapak/ibu mengetahui tentang Discharge 6 0
Planning? (100%) (0%)
2. Apakah bapak/ibu berikan saat melakukan 6 0
Discharge Planning? jelaskan (100%) (0%)
3. Apakah bapak atau ibu bersedia melakukan 6 0
Discharge Planning? Jelaskan (100%) (0%)
4. Apakah Discharge Planning dilakukan saat pasien 6 0
pulang? (100%) (0%)
5. Kapan pelaksanaan Discharge Planning dilakukan 6 0
pada pasien? (100%) (0%)
a. Mulai pasien masuk rumah sakit sampai
pasien keluar rumah sakit
b. Saat pasien masuk rumah sakit
c. Saat pasien akan keluar ruamh sakit
6. Apakah sudah ada pembagian tugas Discharge 6 0
Planning? (71,4%) (0%)
7. Apakah PJ unit telah menginformasikan tentang 6 0
operasional Discharge Planning? Jelaskan (92,9%) (0%)
8. Apakah sudah ada pemberian browser/leaflet saat 4 2
melakukan Discharge Planning? (71,4%) (28,6%)
9. Apakah Discharge Planning sudah dilakukan 6 0
dengan SOP yang ada? (100%) (0%)
10. Apakah Discharge Planning disampaikan dengan 6 0
menggunakan bahasa yang dimengerti oleh (100%) (0%)
pasien dan keluarga pasien?
11. Apakah bahasa yang bapak/ibu gunakan dalam 6 0
melakukan Discharge Planning, mengalami (35,8%) (0%)
kesulitan untuk dipahami?
12. Apakah setiap selesai melakukan Discharge 6 0
Planning bapak/ibu melakukan (100%) (0%)
pendokumentasian dari Discharge Planning yang
telah bapak atau ibu lakukan?
Sumber Kuisioner: Nursalam (2015); Sumber Data: Data Primer (2021)

Berdasarkan hasil kuesioner dari 6 orang responden, didapatkan hasil


bahwa seluruh perawat mengetahui dan bersedia melakukan discharge
planning. Dalam pelaksanaan discharge planning, sebanyak 85% dari
perawat yang menjadi responden mengatakan ada pembagian tugas.

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 20 Januari 2021


discharge planning dilakukan pada saat pasien masuk dan akan keluar dari
rumah sakit. Pelaksanaan discharge planning sudah terdokumentasikan di
rekam medis saat pasien akan keluar dari rumah sakit yaitu alat bantu yang
akan dilepasketika pasien akan pulang, meliputi Infus, NGT, Kateter, dan
32

gelang identitas pasien. Discharge planning yang dilakukan saat pasien


pertama kali masuk yaitu informasi mengenai penyakitnya, tindakan medis
yang akan dilakukan, penjelasan komplikasi penyakit yang mungkin terjadi,
dan pengobatan selanjutnya.

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner didapatkan bahwa (80%) orang


perawat memberikan brosur/Leaflet saat melakukan discharge planning
dilakukan oleh perawat bertugas pada saat jaga shift tersebut. Leaflet
mengenai penyakit pasien sudah tersedia untuk beberapa penyakit. Surat
kontrol untuk pasien menggunakan resume medis, yang akan dibawa ketika
pasien kontrol berobat setelah satu minggu keluar dari rumah sakit, yang
meliputi tindak lanjut perawatan di rumah seperti jenis aktifitas yang boleh
dilakukan atau tidak boleh dilakukan, edukasi mengenai pemahaman efek
samping obat-obatan, anjuran pola makan, jika terjadi tanda dan gejala
penyakit segera mencari pelayanan kesehatan terdekat. selain itu resume
medis juga berisi mengenai daftar nama obat yang dibawa pulang, dan
jadwal kapan saatnya kontrol ksehatan.

5) Ronde keperawatan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara ketua tim ruang tulip III
mengatakan bahwa ronde keperawatan dilaksanakan setiap satu periode
sekali dengan metode studi kasus. Dalam studi kasus pada pasien
dengan masalah yang tak kunjung mengarah pada perbaikan.
Pelaksanaan ronde keperawatan menemui beberapa hambatan jumlah
tenaga keperawatan terbatas dengan jumlah beban kerja yang tinggi.
Perawat saling bekerja sama untuk mengelola ruangan tersebut. Dalam
pelaksanaan ronde keperawatan perawat juga akan melaksanakan
diskusi dengan profesi lain seperti dokter, ahli gizi tanpa melibatkan
keluarga.
33

NO PERTANYAAN YA TIDAK
1. Apakah ruangan ini mendukung adanya ronde 6 0
keperawatan? (78,6%) (0%)
2. Apakah sebagaian besar perawat diruangan ini 4 2
mengerti adanya ronde keperawatan? (78,6%) (21,4%)
3. Apakah pelaksanaan ronde keperawatan 4 2
diruangan ini telah optimal? (71,4%) (28,6%)
4. Apakah setiap bulan dilakukan ronde 6 0
keperawatan? (42,9%) (0%)
5. Apakah keluarga pasien mengerti tentang adanya 0 6
ronde keperawatan? (0%) (57,1%)
6. Apakah tim dalam pelaksanaan kegiatan ronde 6 0
keperawatan sudah dibentuk? (100%) (0%)
7. Apakah yang dibentuk telah mampu 3 3
melaksanakan kegiatan ronde keperawatan (50%) (50%)
secara optimal?
Sumber: Data Primer (2021)

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan untuk


pelaksanaan ronde keperawatan di ruang Tulip 3 Timur masih belum
optimal, hal ini ditunjukkan dengan data kuesioner hanya (75%) perawat
yang menyatakan pelaksanaan ronde berjalan secara optimal.

6) Sentralisasi obat
Data dikumpulkan melalui hasil observasi dan wawancara sarana dan
prasarana pengelolaan sentralisasi obat mencakup pasien umum dan
BPJS. Untuk pasien BPJS ada 2 alur yaitu obat yang tercover dan tidak
tercover. Obat yang tercover sama dengan pasien lainnya, obat yang
tidak tercover alurnya yaitu dari dokter kemudian ke perawat kemudian ke
penanggung jawab pasien untuk di tebus di farmasi selanjutnya obat di
berikan ke perawat dan perawat memberikan obat sesuai dengan jadwal
dan dosis advice dokter. Berdasarkan hasil wawancara di ruangan di
peroleh hasil yaitu obat yang sudah ada di perawat akan di buatkan
jadwal sesuai dengan dosis dan waktu pemberian, di dokumentasikan di
dalam buku obat namun tidak terdapat pemisahan cara pemberian obat
oral maupun injeksi. Persetujuan antara perawat dan pasien dalam
proses sentralisasi obat dilakukan secara lisan dan tertulis (informed
consent). Pada pasien umum jika pasien sudah dinyatakan pulang atau
meninggal obat yang tersisa akan dikembalikan ke farmasi untuk
digantikan dengan uang, jika pasien BPJS maka obat yang tersisa akan
di kembalikan ke farmasi. Mengenai cara penyimpanan obat di ruangan
jasmin terdapat tempat khusus untuk sentralisasi obat. Perawat
34

memisahkan kepemilikan obat pasien dan diberikan etiket tiap masing-


masing obat.

Persiapan dengan depot farmasi


Kroscek apoteker

Jual dari farmasi


Farmasi kirim

Gambar
Sif (pagi,Skema 2.5 Aluruntuk
sore, malam) Sentralisasi Obat
- Pasien pulang
setiap sif pagi ruangan anak di Retur
- meninggal
oplos oleh bagian farmasi
Berdasarkan hasil wawancara di ruang Tulip 3 Timur diperoleh hasil
yaitu obat yang sudah ada pada perawat akan dibuatkan jadwal sesuai
dengan dosis dan waktu pemberian, dan didokumentasikan dalam buku
obat mengenai cara pemberian obat oral maupun injeksi.
Pendokumentasian dilakukan oleh perawat kemudian ditandatangani
setelah pemberian obat di medikasi pasien.

NO PERTANYAAN YA TIDAK
1. Pengadaan Sentralisasi Obat
Apakah bapak/ibu mengetahui tentang 6 0
a.
sentralisasi obat? (100%) (0%)
Apakah diruangan bapak atau ibu ini terdapat 6 0
b sentralisasi obat? (100%) (0%)
Jika Ya, apakah sentralisasi obat yang sudah 6 0
c.
dilaksanakan secara optimal? (100%) (0%)
Jika tidak, menurut bapak/ibu apakah diruangan 6 0
d ini perlu diadakan sentralisasi obat? (100%) (0%)
Apakah selama ini bapak/ibu perna diberi 6 0
e. (100%) (0%)
wewenang dalam sentralisasi obat?
Apakah format daftar pengadaan tiap-tiap macam
6 0
f. obat? (oral-injeksi-supotoria-infus-insulin-obat
(100%) (0%)
gawat darurat)
2. Alur Penerimaan Obat
Apakah selama ini ada format persetujuan 6 0
a.
sentralisasi obat dari pasien/keluarga pasien? (85,8%) (14,2%)
Apakah proses penerimaan obat langsung dari 6 0
b. pasien/keluarga pasien? (64,2%) (35,8%)
3. Cara Penyimpanan Obat
Apakah diruangan ini terdapat ruangan khusus 6 0
a.
untuk sentralisasi obat? (92,9%) (0%)
Apakah kelengkapan sarana dan prasarana 6 0
b.
pendukung sentralisasi obat sudah terpenuhi? (92,9%) (0%)
35

Apakah selama ini bapak/ibu memisahkan 6 0


c.
kepemilikan antar obat-obatan pasien? (100%) (0%)
Apakah selama ini bapak/ibu memberi etiket dan 6 0
d.
alamat pada obat-obat pasien? (100%) (0%)
4. Cara Penyimpanan Obat
Apakah selama ini sebelum memberikan obat
kepada pasien bapak/ibu selalu 6 0
a.
menginformasikan jumlah kepemilikan obat yang (92,9%) (0%)
telah dipergunakan?
Apakah ada format tiap jenis obat sebelum 6 0
b.
bapak/ibu memberikan obat ke pasien? (100%) (0%)
Sumber: Data Primer (2021)

Berdasarkan hasil kuesioner dengan 6 perawat didapatkan (100%)


perawat menyatakan mengetahui tentang sentralisasi obat, (100%)
menyatakan di ruang Tulip 3 Timur ada format daftar pengadaan tiap-tiap
macam obat seperti Oral, injeksi, infus, insulin, obat hight alert, dll.

Mengenai cara penyimpanan obat (100%) menyatakan di ruang Tulip


3 Timur terdapat ruangan khusus untuk sentralisasi obat, sarana dn
prasarana pendukung sntralisasi obat lengkap. Perawat memisahkan
kepemilikan obat-obatan pasien dan diberi label identitas setiap masing-
masing obat. Pemberian obat kepada setiap masing-masing pasien dengan
menginformasikan jumlah kepemilikan obat yang telah dipergunakan.

7) Supervisi keperawatan
Supervise keperawatan merupakan bagian dari fungsi manajemen yang
berperan untuk mempertahankan agar kegiatan yang telah diprogramkan
dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Supervise secara langsung
memungkinkan manajer keperawatan menemukan berbagai macam
hambatan atau permasalahan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
di ruangan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara supervise di
ruangan dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Supervsi secara
tidak langsung dilakukan oleh kepala ruangan dengan cara melakukan
supervisi mengenai kelengkapan rekam medis pasien. Supervise secara
langsung dilakukan oleh kepala ruangan kepada perawat secara rutin
setiap minggu 1 kali, dan supervise besar dilakukan setiap 1 bulan sekali
dengan tata cara diberitahu terlebih dahulu jika akan di supervise saat
akan melakukan tindakan keperawatan.
36

NO PERTANYAAN YA TIDAK
6 0
1. Apakah bapak/ibu mengerti tentang supervise? (100%) (0%)
6 0
2. Apakah supervisi telah dilakukan diruangan ? (100%) (0%)
Apakah supervisi dilakukan minimal satu kali 6 0
3. setiap bulan? (100%) (0%)
6 0
4. Apakah PJ unit melakukan supervise? (100%) (0%)
Apakah supervisi diruangan sudah sesuai dengan 6 0
5. alur yang ada? (100%) (0%)
6 0
6. Adakah format buku supervisi setiap tindakan? (100%) (0%)
Apakah format untuk supervise sudah sesuai 6 0
7. dengan standar keperawatan? (100%) (0%)
Apakah alat (instrument) untuk supervisi tersedia 6 0
8. secara lengkap? (100%) (0%)
Apakah hasil dari supervisor disampaikan kepada 6 0
9. perawat? (100%) (0%)
Apakah selalu ada feed back dari supervisor untuk 6 0
10. setiap tindakan? (100%) (0%)
Apakah bapak/ibu puas dengan hasil dari feed 6 0
11. back tersebut? (100%) (0%)
6 0
12. Apakah follow up setiap hasil dari supervisi? (100%) (0%)
Apakah bapak/ibu menginginkan perubahan untuk
6 0
13. setiap tindakan sesuai dengan hasil perbaikan dari
(100%) (0%)
supervise?
Apakah bapak/ibu perna mendapatkan pelatihan 3 3
14. dan sosialisasi tentang supervise? (50%) (50%)
Sumber: Data Primer (2021)

8) Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan bagian dari media komunikasi
antara perawat yang melakukan asuhan keperawatan dengan perawat
lain atau dengan tenaga kesehatan lain dengan tujuan untuk menghindari
kesalahan dan ketidaklengkapan informasi keperawatan. Dari hasil
wawancara dan observasi kelompok tentang model asuhan keperawatan
yang digunakan di Ruang Tulip III adalah Tim, sebagian besar perawat
menyatakan cocok dengan model yang ada serta model yang digunakan
sudah sesuai dengan visi dan misi ruangan. Adapun saran dari kami yaitu
pertahankan model yang digunakan apabila ada kecocokan dan
kesesuaian dengan visi dan misi ruangan hanya saja diperlukan
pemahaman yang menyeluruh tentang model yang digunakan. Hasil
wawancara yang dilakukan sudah terjalin komunikasi yang baik dan
adekuat antara perawat dan unit kesehatan lainnya salah satunya adalah
37

dalam menerima intruksi (advice) dari dokter selalu dilakukan validasi


kembali sebelum akan melakukan tindakan.

NO PERTANYAAN YA TIDAK
1. Model dokumentasi keperawatan apa yang
digunakan di ruangan ini, apakah sudah ada 6 0
format pendokumentasien yang baku yang (100%) (0%)
digunakan?
2. Apakah bapak/ibu sudah mengerti cara pengisian
6 0
format dokuntasi tersebut dengan benar dan
(100%) (0%)
tepat?
3. Apakah menurut bapak/ibu format yang
digunakan ini bisa membantu (memudahkan) 6 0
perawat dalam melakukan pengkajian pada (0%) (0%)
pasien?
4. Apakah bapak/ibu sudah melaksanakan
4 2
pendokumentasian dengan tepat waktu (segera
(92,9%) (14,1%)
setelah melakukan tindakan)?
5. Apakah menurut bapak/ibu model dokumentasi
5 1
yang digunakan ini menambah beban kerja
(35,8%) (64,2%)
perawat?
6. Apakah menurut bapak/ibu model dokumentasian 5 1
digunakan ini menyita banyak waktu? (71,4%) (28,6%)

3. Pembiayaan (M4 – Money)


Berdasarkan hasil pengkajian tentang sistem keuangan di Ruang Tulip
3 RSUD Sidoarjo di dapatkan data sebagai berikut:

a. Sumber dana
Sebagian besar pembiayaan ruangan dan pelatihan petugas
ruangan berasal dari anggaran yang sudah diajukan di awal tahun di
Rumah sakit. Sedangkan untuk biaya pasien sebagian besar dari BPJS
baik PBI maupun Non PBI serta biaya sendiri (umum). Biaya yang
berlaku saat ini adalah sesuai kelas perawatan. Sumber dana sarana dan
prasarana, listrik, air dan telepon dan lainya sudah terpusat.
b. Jenis pembiayaan pasien
Jenis pembiayaan yang digunakan di ruang tulip 3 adalah BPJS
mandiri dan umum
38

c. Alur pelayanan pasien

1. Umum

Pasien

IGD POLI
Pasien Pasien
Pengurusan Pengurusan
2. BPJS
pasien baru pasien baru di
Pasien GDC Bidang
IGD POLI

Emergency Non emergency

Persyaratan
surat

Pengurusan rekam medis pasien baru


di GDC
Pengurusan rekam
Tanpa surat rujukan
medis pasien baru IRD

SEP (surat
IGD elegibilitas peserta)

Pangurusan BPJS di Tim Pengendali

IKPK untuk
mendapatkan SIM
39

Alur penerimaan klien di rawat jalan menggunakan BPJS yaitu klien


melakukan proses transaksi di loket BPJS. Mekanisme pembayaran di loket
BPJS terdiri dari dua jenis yaitu transaksi program SIM dan SEP. Syarat
penerbitan SEP adalah meyerahkan fotokopi kartu BPJS dan menunjukkan yang
asli serta fotokopi surat rujukan sebanyak 2 lembar dan surat rujukan yang asli.
Kemudian klien mendapatkan SEP. Apabila klien harus MRS pada hari itu maka
klien harus memperbarui SEP di loket BPJS dengan menyerahkan SEP lama
dan surat permintaan rawat inap.
Pada saat klien dengan status memakai BPJS rawat inap di rumah sakit
maka berkas yang harus disediakan dan diserahkan kepada petugas
administrasi adalah fotokopi kartu BPJS, fotokopi KTP 1 lembar, fotokopi surat
rujukan 1 lembar, billing pelayanan, SEP 1 lembar, fotokopi surat rujukan
(apabila masuk dari poli) sebanyak 2 lembar, resume medis, kelengkapan
severity level 3 seperti fotocopy hasil laboraturium pendukung diagnosis, bukti
transfer darah, laporan operasi dan tindakan besar. Bagi bayi baru lahir terdapat
syarat surat keterangan lahir, kartu keluarga, surat nikah, KTP orang tua. Syarat
untuk mengurus surat keterangan lahir adalah fotokopi KSK, fotokopi KTP suami
istri, fotokopi buku/akta nikah, fotokopi kartu BPJS masing-masing berkas
rangkap 3. Berkas tersebut kemudian diserahkan ke loket BPJS dalam jangka
waktu 2x24 jam setelah klien KRS. Kemudian berkas tersebut diverifikasi dan
akan diklaimkan ke pihak BPJS.
Peserta BPJS terdiri dari:
a. PBI (Penerima Bantuan Iuran)
Peserta PBI merupakan peserta yang iuran BPJSnya ditanggung oleh
pemerintah antara lain program jamkesmas, jamkesda, SKTM dan Kartu
Indoensia Sehat (KIS). Peserta PBI mendapatkan kelas perawatan kelas III
dan tidak diperbolehkan mengajukan kelas perawatan yang lebih tinggi.
b. Non PBI
Peserta Non PBI antara lain adalah pegawai swasta, PNS (guru, dosen, TNI,
POLRI dan PNS dengan profesi yang lain). Peserta BPJS Non PBI ini
mendapatkan kelas perawatan kelas II dan bisa mengajukan kelas perawatan
yang lebih tinggal.
40

c. Mandiri atau Umum


Peserta BPJS mandiri merupakan peserta yang pembayaran iuran BPJS
dilakukan secara mandiri atau pribadi bukan dari perusahaan. Peserta BPJS
mandiri ini mendapat pelayanan sesuai dengan kelas BPJS yang didaftarkan
dan dapat mengajukan kelas perawatan yang lebih.

1. Tarif Rawat Inap ruang Tulip 3 (kelas 1)

No Uraian Tarif (Rp)


1 Sewa kamar 100.000
2 Biaya makan 40.000
3 Jasa pelayanan keperawatan 50.000
4 BAHP dasar 30.000
5 Jumlah 220.000

2. Tarif Visite Dokter


No Visite Tarif (Rp)
1 Visite dokter spesialis 55.000
2 Visite dokter umum 35.000
3 Visit ahli gizi 15.000
4 Visit Apoteker 20.000
5 Konsultasi dokter spesialis diluar jam kerja datang 60.000
6 Konsultasi dokter spesialis via telephone 25.000

3. Tarif tindakan medik non operatif


No Jenis tindakan Tarif (Rp)
1. Aff heacting <5 35.000
2. Aff hecting >20 80.000
3. Aff heacting 11-20 65.000
4. Aff heacting 6-10 50.000
5. Atropinisasi 175.000
6. Blader training 30.000
7. Buka gips besar 75.000
8. Buka gips kecil 55.000
9. Electro cardio grafi (ECG) 75.000
10. Elektrik counter 226.000
11. Gastric cooling 75.000
12. Infuse pump 75.000
13. Insisi 94.000
14. Lumbal pungsi 125.000
15. Mantoux test 125.000
16. Nebulizing 1 kali tindakan 50.000
17. Nekrotomi 70.000
18. Oksigen masker < 12 jam 94.000
19. Oksigen masker > 12 jam/hari 187.000
20. Oksigen nasal < 12 jam 55.000
21. Oksigen nasal > 12 jam 75.000
22. Perawatan tracheostomy 35.000
41

23. pasang foreslabs/backslabs 67.000


24. Pasang gips body jaket 450.000
25. Pasang gips hemispica 300.000
26. Pasang NGT 55.000
27. Pasang ransel verband 90.000
28. Pasang sirkuler gips ekstremitas atas 200.000
tanpa reposisi
29. Pasang sirkuler gips ekstremitas bawah 250.000
tanpa reposisi
30. Pasang skin traksi 56.000
31. Pasang WSD 375.000
32. Pemberian kemoterapi 50.000
33. Pemeriksaan GDA 23.000
34. Perawatan Colostomy 30.000
35. Phlebotomy 75.000
36. Pleurodesis 100.000
37. Pungsi acites 250.000
38. Pungsi percobaan 25.000
39. Pungsi pleura 275.000
40. Rawat luka combustio <20% 93.000
41. Rawat luka combustio >20% 214.000
42. Rawat luka gangren berat 90.000
43. Rawat luka sedang 75.000
44. Regulasi cepat insulin 137.000
45. Reposisi manual hemoroid 20.000
46. Resusitasi 60.000
47. Spooling empyema 175.000
48. Suction pump 41.000
49. Syringe pump 75.000

4. Tarif Administrasi Rekam Medis


NO Jenis Tindakan Tarif (Rp)
1 Legalisir forensik / lembar 5.000
2 Surat keterangan resume medic 25.000
3 Surat keterangan kelahiran apabila hilang 50.000
4 Surat KK 4 50.000
5 Surat keterangan kematian apabila hilang 50.000
6 Surat kematian 20.000

5. Tarif Instalasi Gizi

NO Uraian Tarif (Rp)


1 Makan katering non- diet 22.000
2 Makan katering diet 40.000

6. Tarif Hemodialisa
No Uraian Tarif (Rp)
1. Hemodialisa 900.000
2. Hemodialisa emergency 1.100.000
42

7. Tarif Medical Cek- Up

NOUraianTarif (Rp)
1 Paket dasar I : 190.000
a. Paket pemeriksaan fisik
b. Radiologi
1. Foto thoraks
2. Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah lengkap
2. Urine lengkap
2 Paket dasar II : 485.000
a. Pemeriksaan fisik
b. Radiologi
1. Foto thoraks
c. Pemeriksaan Jantung
1. EKG
d. Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah lengkap
2. Urine lengkap
3. Fungsi hati (SGOT, SGPT)
4. Fungsi ginjal (BUN, serum creatinin,
asam urat)
5. Lemak darah (Kolestrol total,
Trigliseriga, HDL,LDL)
6. Gula darah (gula darah puasa, gula
darah jam PP)
3 Paket Eksekutif I : 871.000
a. Pemeriksaan fisik
b. Radiologi
1. Foto thoraks
c. Pemeriksaan Jantung
2. EKG
d. Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah lengkap
2. Urine lengkap
3. Fungsi hati (SGOT, SGPT)
4. Fungsi ginjal (BUN, serum creatinin,
asam urat)
5. Lemak darah (Kolestrol total,
Trigliseriga, HDL,LDL)
6. Gula darah (gula darah puasa, gula
darah jam PP, HbAtC)
7. Hepatitis (HbsAg, Anti HBs, Anti HCV)

4 Paket Eksekutif II : 1.584.000


a. Pemeriksaan fisik
b. Radiologi
1. Foto thoraks
2. USG Abdomen
c. Pemeriksaan Jantung
1. EKG
2. Trendmillk
d. Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah lengkap
2. Urine lengkap
e. Fungsi hati (SGOT, SGPT, Albumin)
f. Fungsi ginjal (BUN, serum creatinin, asam
urat)
g. Lemak darah (Kolestrol total,
Trigliseriga, HDL,LDL)
43

h. Gula darah (gula darah puasa, gula darah


jam PP, HbAtC)
i. Hepatitis (HbsAg, Anti HBs, Anti HCV)
5 Paket Eksekutif III :
a. Pemeriksaan fisik
1.672.000
b. Radiologi
1. Foto thoraks
2. USG Abdomen
c. Pemeriksaan Jantung
1. EKG
2. Trendmillk
d. Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah lengkap
2. Urine lengkap
e. Fungsi hati (SGOT, SGPT, Albumin, Gamma
GT, Bilirubin direct, Protein total)
f. Fungsi ginjal (BUN, serum creatinin, asam
urat)
g. Lemak darah (Kolestrol total,
Trigliseriga, HDL,LDL)
h. Gula darah (gula darah puasa, gula darah
jam PP, HbAtC)
i. Hepatitis (HbsAg, Anti HBs, Anti HCV)

1. Jenis pembayaran pasien


Daftar jenis pembayaran pasien dari Tgl 18-20 Januari 2021 di
Ruang Tulip 3 RSUD Sidoarjo
NoJenis pembayaranJumlah
1. BPJS 17
2. Umum 3
Total 20

2. Billing system
Pelaksanaan billing pasien di Ruang Tulip 3 RSUD Sidoarjo
dilakukan oleh perawat ruangan. Untuk pembayaran, pasien umum
dilakukan di kasir, sedangkan untuk pembayaran BPJS dilakukan di Tim
Pengendali.
Kesimpulan
Sebangian besar pasien di ruang tulip 3 kelas ( 1 ) mengunakan BPJS
sebesar 85%, untuk pasien umum sebear 45% sedangkan pasien yang
mengunakan KSO itu berada di kelas ( 3 )
5. Mutu (M5)
Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata serta penyelenggaraannya sesuai dengan standart kode
etik profesi (Nursalam, 2015).
44

Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan


menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan dimata
masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi
dengan jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat dengan penderitaan,
kesakitan, kesengsaraan yang di alami pasien dan keluarganya. Salah satu
indikator dari mutu pelayanan keperawatan itu adalah apakah pelayanan
keperawatan yang diberikan itu memuaskan pasien atau tidak. Kepuasan
merupakan perbandingan antara kualitas jasa pelayanan yang di dapat
dengan keinginan, kebutuhan dan harapan (Tjiptono,2014).
Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan
struktur, proses, dan outcome system pelayanan rumah sakit. Secara umum
aspek penilaian meliputi evaluasi, dokumentasi, instrumen, dan audit (EDIA)
(Nursalam, 2015). Menurut Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (2018)
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan pasien dan menjamin
keselamatan pasien maka rumah sakit perlu mempunyai program
peningkatan mutu dan keselamatan pasien (PMKP) yang menjangkau ke
seluruh unit kerja di rumah sakit.
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 18-20
Januari 2021 Ruang Tulip 3 Timur RSUD Sidoarjo telah menerapkan upaya
penjaminan mutu perawatan pasien, dimana terdapat beberapa aspek
penilaian penting, diantaranya sebagai berikut :
1) Patient safety
Berdasarkan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1/ SNARS
(2018) seluruh pejabat struktural dan pemebri layanan wajib mendorong
pelaksanaan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien
(PMKP), berupaya mendorong pelaksanaan budaya mutu dan
keselamatan (quality and safety culture), secara proaktif melakukan
identifikasi dan menurunkan variasi, menggunakan data agar fokus
kepada prioritas isu dan berupaya menunjukkan perbaikan yang
berkelanjutan. Sasaran keselamatan pasien (SKP) yang dikeluarkan oleh
SNARS, standar akreditasi rumah sakit edisi 1 (kemenkes, 2011) dan JCI
accreditation, maka sasaran tersebut meliputi 6 elemen berikut :
a) Sasaran 1 : Mengidentifikasi pasien dengan benar
Sasaran ini memiliki 2 (dua) maksud dan tujuan yakni untuk
memastikan ketepatan pasien yang akan menerima layanan atau
tindakan dan untuk menyelaraskan layanan atau tindakan yang
dibutuhkan oleh pasien. Identifikasi pasien dilakukan dengan
45

menggunakan gelang untuk identitas pasien dipasang saat pasien


dilakukan penilaian resiko mulai dari IGD atau di ruang perawatan.
Gelang terdiri dari 4 warna yang memilikidefinisi tersendiri pada
masing-masing warna.
 Gelang pink digunakan untuk pasien perempuan.
 Gelang biru digunakan untuk pasien laki-laki
 Gelang kuning digunakan untuk pasien resiko jatuh
 Gelang merah digunakan untuk pasien alergi

Menurut kemenkes (2011) standar gelang identifikasi berwarna pink


atau biru berisi identitas pasien meliputi nama lengkap pasien, nomor
rekam medik, jenis kelamin pasien, dan tanggal lahir. Identifikasi
pasien dilakukan dengan mencocokkan gelang identitas yang dipakai
pasien. Proses identifikasi yang digunakan dirumah sakit
mengharuskan terdapat paling sedikit 2 (dua) dari 3 (tiga) bentuk
identifikasi, yaitu nama pasien, tanggal lahir, nomor rekam medik,
atau bentu lainnya (misalnya nomor induk kependudukan atau
bercode). Nomor kamar pasien tidak dapat digunakan untuk
identifikasi pasien. Identifikasi pasien dilakukan ketika penerimaan
pasien baru, pemberian obat, pemberian terapi sebelum melakukan
prosedur/tindakan dan discharge planning.

Berdasarkan hasil pengkajian tanggan 18-20 januari 2020, penerapan


gelang identitas diruang Tulip 3 Timur sudah sesuai dengan kriteria
kemenkes yakni warna pink dan biru berisi identitas pasien meliputi
nama lengkap pasien, nomor rekam medik, jenis kelamin pasien, dan
tanggal lahir, pada pengkajian semua pasien telah diberikan gelang
identitas oleh perawat.

b) Sasaran 2 : Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif


Menurut standar nasional akreditasi rumah sakit edisi 1 (2018)
komunikasi dianggap efektif bila tepat waktu, akurat, lengkap, tida
mendua (ambigous), dan diterima oleh penerima informasi yang
bertujuan untuk mengurangi kesalahan-kesalahan dan meningkatkan
keselamatan pasien.
Komunikasi efektif yang digunakan yaitu menggunakan metode SBAR
(situation, background, assesment, recommendation). SBAR
digunakan pada saat berkomunikasi dengan tim kesehatan yang lain,
46

timbang terima, berkomunikasi dengan teman sejawat, konsultasi


pasien, dan melaksanakan informed consent. SBAR juga digunakan
pada saat komunikasi atau perintah secara verbal ataupun telepon,
staf yang menerima telfon harus menuliskan dan membacakan
kembali kepeda pemberi pesan dan dalam pemberi pesan harus
menandatangani dalam waktu 1x24 jam. Kolom comunicator yang
ditandatangani oleh perawat yang menerima dan kolom advisor yang
ditandatangani oleh dokter yang memberikan advice. Berdasarkan
pengkajian yang dilakukan pada tanggal 18-20 Januari 2021 ,
komunikasi efektif yang sudah diterapkan diruang Tulip 3 RSUD
Sidoarjo yaitu menggunakan metode SBAR. Pada sampel readback,
juga sudah ditandatangani oleh perawat yang menerima dan oleh
dokter sesuai ketentuan yang ada.
c) Sasaran 3 : Meningkatkan Keamanan Obat-Obat Yang Harus
Diwaspadai (High Alert Medications)
Obat high alert adalah obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi
dan dapat menyebabkan cedera serius pada pasien jika terjadi
kesalahan dalam penggunaannya. Obat yang perlu diwaspadai terdiri
atas obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error)
dapat menimbulkan kematian atau kecacatan seperti, insulin, heparin,
atau kemoterapeutik; obat yang nama, kemasan, label, penggunaan
klinik tampak/kelihatan sama (look alike), bunyi ucapan sama (sound
alike), seperti Xanax dan Zantac atau hydralazine dan hydroxyzine
atau disebut juga nama obat rupa ucapan mirip (NORUM); dan
elektrolit konsentrat seperti potasium klorida dengan konsentrasi
sama atau lebih dari 2 mEq/ml, potasium fosfat dengan konsentrasi
sama atau lebih besar dari 3 mmol/ml, natrium klorida dengan
konsentrasi lebih dari 0,9% dan magnesium sulfat dengan konsentrasi
20%, 40%, atau lebih (SNARS, 2018). Untuk meningkatkan
keamanan obat yang perlu diwaspadai, rumah sakit perlu menetapkan
risiko spesifik dari setiap obat dengan tetap memperhatikan aspek
peresepan, menyimpan, menyiapkan, mencatat, menggunakan, serta
monitoringnya. Obat high alert harus disimpan di instalasi
farmasi/unit/depo. Bila rumah sakit ingin menyimpan di luar lokasi
tersebut, disarankan disimpan di depo farmasi yang berada di bawah
tanggung jawab apoteker. Selain itu, sebagai perawat salah satu cara
untuk mewaspadai pemberian obat, yaitu menggunakan double
47

crosscheck mulai dari proses persiapan sampai pemberian ke pasien.


Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 18-20 Januari 2021,
didapatkan kewaspadaan tentang obat yang perlu diwaspadai sudah
dilakukan menggunakan double cross check dan dengan memisahkan
obat-obat high alert pada tempat yang telah disediakan. Selain itu
perawat Ruang tulip 3 sudah memberikan label pembeda antara high
alert. Untuk obat yang akan diinjeksikan penamaan sudah dilakukan
dengan labeling (etiket yang meliputi nama pasien dan jenis obat
sehingga sudah memenuhi standart. Penerapan prinsip 7 benar di
Ruang tulip 3 Timur RSUD Sidoarjo sudah dilakukan. Dalam
penyimpanan obat high alert di Ruang tulip 3 Timur sudah sesuai
standar JCI (2011) dimana obat high alert disimpan pada suhu dingin
antara 2-80C maka disimpan dalam lemari pharmaceutical refrigerator
dan dokter harus mengambil sendiri obat high alert ke farmasi,
sedangkan disimpan pada suhu ruangan 250C maka disimpan dalam
lemari yang diberikan penanda khusus. Ruang tulip 3 menyediakan
trolly emergency berisi obat high alert yang sudah diberi label pada
setiap obat dan troli tersebut dalam keadaan tersegel sebagai
kebutuhan jika sewaktu-waktu ada kondisi yang mengancam jiwa.
d) Sasaran 4 : Mengurangi Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi.
Merupakan sebuah tantangan di lingkungan fasilitas kesehatan.
Kenaikan angka infeksi terkait pelayanan kesehatan menjadi
keprihatinan bagi pasien dan petugas kesehatan. Secara umum,
infeksi terkait pelayanan kesehatan terjadi di semua unit layanan
kesehatan, termasuk infeksi saluran kencing disebabkan oleh kateter,
infeksi pembuluh/aliran darah terkait pemasangan infus baik perifer
maupun sentral, dan infeksi paru-paru terkait penggunaan ventilator.
Upaya terpenting menghilangkan masalah infeksi ini dan infeksi
lainnya adalah dengan menjaga kebersihan tangan melalui cuci
tangan. Pedoman kebersihan tangan (hand hygiene) tersedia dari
World Health Organization (WHO). Rumah sakit mengadopsi
pedoman kebersihan tangan (hand hygiene) dari WHO ini untuk
dipublikasikan di seluruh rumah sakit. Sebagai upaya pencegahan
infeksi, di Ruang Tulip 3 Timur telah terbentuk tim Pencegahan dan
pengendalian Infeksi (PPI). Berdasarkan hasil pengkajian kepada
pasien dan keluarga pada tanggal 18-20 Januari 2021 didapatkan
48

bahwa perawat sudah menerapkan lima momen mencuci tangan yang


ditetapkan oleh WHO. Dalam pemberian health education mengenai
cara cuci tangan yang benar sudah dilakukan melalui media berupa
poster yang di tempel di dinding setiap wastafel. Tetapi sosialisi dan
demonstrasi tentang mencuci tangan jarang dilakukan. Saat dikaji, 10
dari 20 keluarga pasien (50%) tidak melakukan cuci tangan dengan
benar (memahami 6 langkah cuci tangan menurut WHO).

Tabel 2.47 Kepatuhan Cuci Tangan Oleh Keluarga pasien pada tanggal
24-18-20 Januari 2021
NoPeriodeCuci tanganProsentase

N %
1 18-20 Januari 2021 10 50%
Sumber : Data Primer (2021)

e) Sasaran 5 : Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh


Pasien yang pada asesmen awal dinyatakan berisiko rendah untuk
jatuh dapat mendadak berubah menjadi berisiko tinggi. Hal iIni
disebabkan oleh operasi dan/atau anestesi, perubahan mendadak
kondisi pasien, serta penyesuaian pengobatan. Banyak pasien
memerlukan asesmen selama dirawat inap di rumah sakit. Rumah
sakit harus menetapkan kriteria untuk identifikasi pasien yang
dianggap berisiko tinggi jatuh (SNARS, 2018). Pengkajian risiko jatuh
pada pasien dilakukan pada saat awal pasien masuk ke ruangan
rawat inap menggunakan form sesuai dengan usia pasien anak yaitu
form penilaian resiko jatuh humpty dumpty. Pemberian intervensi
pada pasien disesuaikan dengan kriteria rendah atau tinggi
berdasarkan SPO yang telah ada. Salah satu contoh intervensi
penangulangan pasien risiko jatuh yaitu pemasangan tanda kuning
risiko jatuh pada gelang ID, tanda segitiga kuning risiko jatuh pada
bed, harus ada satu penunggu pasien dan side rail harus selalu
ditutup serta memastikan ke keluarga untuk selalu menutupnya,
menganjurkan keluarga pasien untuk minta bantuan perawat dalam
tindakan apapun. Pada saat pengkajian ke ruangan Tulip 3 Timur
didapatkan setiap pasien telah didampingi oleh keluarga dan
keluarga tidak lupa untuk selalu menutup side rail setiap kali akan
meninggalkan pasien. Penilaian risiko jatuh umumnya ada pada
49

setiap status pasien dan sudah diisi secara rutin setiap hari.
Berdasarkan hasil data pada tanggal 18 Januari – 20 Januari 2020
didapatkan data insiden pasien jatuh selama perawatan rawat inap di
Rumah Sakit mencapai target 0%.
Tabel Insiden pasien jatuh selama perawatan di Ruang Tulip 3 Timur pada
tanggal 18 – 20 januari 2021
No Periode D Presentase
18-20 Januari 2021 0 0%
Sumber : Data primer (2021)

 Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Di Rumah


Sakit
Penilaian kepuasan pasien di Tulip 3 Timur sudah dilakuan
evaluasi. Berdasarkan prngkajian data kepuasan pasien pada
tanggal 18-20 Januari 2021, dari 20 keluarga pasien diambil
sampel 10 keluarga, dapat diketahui bahwa sebagian besar
pasien dan keluarga pasien merasa puas dengan pelayanan
kesehatan yang telah diberikan.

No Keterangan Sangat Tidak Puas Sangat


Tidak Puas Puas
puas
1 Perawat mampu
menangani masalah
0 (0%) 0 (0%) 9 (90%) 1 (10%)
perawatan dengan
tepat dan professional
2 Perawat mampu
memberikan informasi
tentang tenaga yang
merawat, sarana
0 (0%) 0 (0%) 7 (70%) 3 (30%)
prasarana RS,
peraturan RS dan
mengenai penyakit
yang diderita
3 Perawat mampu
memberikan pelayanan 0 (0%) 0 (0%) 7 (70%) 3 (30%)
yang berkualitas
4 Perawat dapat
dipercaya dalam 0 (0%) 0 (0%) 6 (60%) 4 (40%)
memberikan pelayanan
5 Perawat selalu
10
menjaga kerapian dan 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)
(10%)
penampilannya
6 Perawat perhatian
terhadap keluhan yang 0 (0%) 0 (0%) 8 (80%) 2 (20%)
anda rasakan
7 Perawat mudah dtemui
dan dihubungi bila 0 (0%) (0%) 7 (70%) 3 (30%)
anda membutuhkan
8 Pelayanan yang
diberikan Perawat tidak
10
memandang 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)
(10%)
pangkat/status tapi
berdasarkan kondisi
50

anda
9 Perawat perhatian dan
memberi dukungan
0 (0%) 2 (20%) 7 (70%) 1 (10%)
terhadap kebutuhan
pelayanan anda
10 Perawat ramah dan
sopan dalam 0 (0%) 0 (0%) 7 (70%) 3 (30%)
pelayanan
11 Perawat bersedia
menawarkan bantuan
0 (0%) 0 (0%) 7 (70%) 3 (30%)
kepada anda ketika
mengalami kesulitan
12 Perawat memberi
0 (0%) 0 (0%) 6 (60%) 4 (40%)
pelayanan tepat waktu
13 Perawat segera
menangani anda ketika 0 (0%) 0 (0%) 8 (80%) 2 (20%)
sampai di rumah sakit
14 Kenyamanan dan
keamanan fasilitas 0 (0%) 0 (0%) 7 (70%) 3 (30%)
gedung RS
15 Ketersediaan sarana
dan prasarana yang
0 (0%) 0 (0%) 9 (90%) 1 (10%)
dperlukan dalam
pelayanan
16 Kebersihan dan
kesiapan alatalat
0 (0%) 0 (0%) 7 (70%) 3 (30%)
kesehatan yang
digunakan
17 Ketersediaan petunjuk
10
informasi ruangan dan 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)
(10%)
lokasi
18 Kebersihan fasilitas
umum: toilet, tempat
0 (0%) 1 (10%) 6 (60%) 3 (30%)
ibadah dan ruang
tunggu
19 Menu makanan RS :
rasa, penyajian, 0 (0%) 1 (10%) 7 (70%) 2 (20%)
ketepatan
Sumber : Data Primer (2021)
Berdasarkan dari hasil survei mengenai kepuasan klien dalam
pelayanan perawat didapatkan bahwa sebesar 80% perawat
memberikan perhatian terhadap keluhan yang pasien rasakan, 70%
perawat mudah dihubungi dan ditemui bila pasien membutuhkan,
sebanyak 70% perawat ramah dan sopan dalam melakukan
pelayanan kesehatan. Sebanyak 30% keluarga menyatakan kurang
puas terhadap kebersihan dan kesiapan alat-alat kesehatan yang
diharapkan. Sebanyak 10% keluarga pasien menyatakan tidak puas
terhadap kebersihan fasilitas umum dan 20% tidak puas dengan menu
makanan yang disajikan rumah sakit.
 Kenyamanan
Penilaian nyeri dilakukan dengan menggunakan instrumen, FLACC
Pain Scale instrument. Penilaian nyeri umumnya ada pada setiap
status pasien tetapi belum diisi secara rutin setiap hari. Dari hasil
51

pengolahan data didapatkan bahwa dalam tiga hari pengambilan data


sebagian besar pasien mengalami nyeri ringan.
Tingkat nyeri 18Januari 2021 19 Januari 20 Januari
2021 2021
Tidak nyeri 8 (50%) 10 (50%) 10 (50%)
Nyeri ringan 6 (37,5%) 6 (30%) 3(17,6%)
Nyeri sedang 2 (12,5%) 4 (20%) 4 (23,50%)
Nyeri berat 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)
Jumlah 16(100%) 20(100%) 17 (100%)
Sumber : Data primer (2021)
1. Target / sasaran Jangkauan Wilayah Pemasaran RSUD Sidoarjo yang menjadi
target sasaran dari RSUD Sidoarjo adalah Sidoarjo dan sekitarnya.
2. Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayaanaan Keperawataan. Indikator
kepuasaan pasien terhadap pelayanan keperawatan di nilai berdasaarkan
kuesioner, dari hasil kuesioner bahwa pelayanaan di ruang tulip lantai 3 baik dan
tingkat kepuasaan klien juga dapat dikatakan baik.
3. Tipe RSUD Sidoarjo
RS umum daerah kabupaten sidoarjo merupakan rumah sakit tipe B pendidikan
milik pemerintah daerah kabupaten sidoarjo teknis fungsional dibawah dinas
kesehatan dan teknis operasional di bawah bupati, serta pengolahan keuangan
diberikan flesiblitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktik – praktik
bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
4. Sistem Promosi RSUD Sidoarjo
Promosi rumah sakit RSUD kabupaten sidoarjo kepada pasien dengan cara
Gethok Tular dimana pihak rumah sakit menanyakan langsung kepada pasien
dan keluarga mengenai pelayanan yang diberikan rumah sakitk hususnya
perawat yang bertugas menangani asuhan keperawatan pasien, dengan
demikian secara tidak langsung pihak rumah sakit melakukan promosi dengan
digital / elektronik, web, browsur, leaflet, Koran, bill board video tround. Jadi
semua bisa akses dengan mengetahui tentang pelayanan yang ada di RSUD
kabupaten sidoarjo melaui WEB RSUD sidoarjo dengan alamat
Rsud_Sda@yahoo.com. Web ini berisi profil rumah sakit yang berisi visi misi dan
tujuan sejara, program dan kegiatan, indikator kinerja utama, pelayanan
kesehatan, fasilitas, tarif, persyaratan layanan alur pendaftaran pasien, hak dan
kewajiban, KSO, dan berisi saran.
5. Akreditasi dari RSUD Sidoarjo
a) Tahun 1995 RSUD kabupaten sidoarjo terakreditasi penuh untuk 5 standar
pelayanan
b) Agustus tahun 2000 RSUD kabupaten sidoarjo terakreditasi penuh, 12
standar pelayanan
c) Agustus tahun 2004 RSUD kabupaten sidoarjo memperoleh akreditasi penuh
untuk 16 standar layanan
d) Tanggal 14 oktober 2011 RSUD kabupaten sidoarjo memperoleh akreditasi
penuh tahap II untuk 16 standar layanan
e) Tanggal 25 oktober 2013 RSUD kabupaten sidorajo merupakan penempatan
Rumah Sakit pendidikan berdasarkan surat keputusan menteri kesehatan No
: HK.02.03/1/1889/20113.
52

f) Tanggal 3 desember 2014 komisi akreditasi rumah sakit menyatakan bahwa


rumah sakit umum daerah kabupaten sidoarjo telah memenuhi standar
akreditasi dan dinyatakan lulus tingkat paripurna.

6. Program Rutin RSUD Sidoarjo


a) Sosialisasi pelayanan rumah sakit dengan dokter - dokter, puskesmas, dan
PPKL
b) Talk show harigizi nasional
c) Bakti sosial hari kanker sedunia
d) Seminar tengang tuberculosis
e) Seminar tentang diabetes mellitus
7. Sistem Informasi RSUD Sidoarjo
Sistem informasi yang dilakukan oleh RSUD sidoarjo yaitu lewat leaflet yang ada
diresep sionis depan jadi kalau ada pengunjung baru, pengunjung tersebut bisa
mengambil leaflet yang ada sehiggga para pengunjung tau akan fasilitas yang
ada dirumah sakit umum daerah kabupaten sidoarjo. RSUD kabupaten sidoarjo
juga memakai media baliho yang bisa ditempatkan ditempat yang strategis
sehingga masyarakat tahu akan fasilitas yang ada di rumah sakit umum
kabupaten sidoarjo.
8. Jumlah Pasien terbanyak di ruang tulip 3 terhitung dari tanggal pengkajian awal
18 – 20 Januari 2021 yaitu 20 pasien
9. Jumlah kasus terbanyak di ruang Tulip 3 terhitung dari 18 – 20 Januari 2021
yaitu anak dengan kasus terbanyak yaitu Vomittting, dan dewasa dengan kasus
terbanyak yaitu pneumonia
10. Jumlah Hari Rawat Inap di ruang tulip 3 terhitung dari tanggal 18 – 20 Januari
2021 yaitu 1 minggu hari perawatan.
53

C. Analisa Masalah
BOBOT
TOTAL
NO ANALISA SWOT BOBOT RATING X
S-W
RATING
1 Sumber Daya Manusia (M1)
a. Internal Faktor (IFAS)
Strength
1. Adanya sistem S–W
perkembangan staf 0,3 4 1,2 3 – 3,5
berupa pelatihan dan = - 0,5
sebanyak 98% perawat
telah mengikuti
pelatihan(misalnya
BLS,APAR, PPI, BCLS,
COST CRV, COST SRV,
PLEBOTOMI)
2. Jenis Keterangan
S1 Keperawatan Ners : 2
orang 0,3 4 1,2
D3 Keperawatan:16
Pekarya Kesehatan :4
Pekarya Rumah
Tangga:0
Administrasi:1 orang
Masa kerja > 10 tahun
sebanyak 2 orang, 5-10
tahun sebanyak 11
orang, < 5 tahun
sebanyak 5 orang
3. Adanya pelatihan
perawat 0,2 3 0,6

Weakness
1. Jumlah tenaga sarjana
masih kurang untuk
dapat menerapkan 0,2 3 0,6
MAKP Primary Nursing
2. BOR selama dilakukan
pengkajian 3 hari lebih
dari 80% 0,5 4 2

b. Eksternal Faktor
(EFAS) Opportunity
1. Adanya kebijakan
Rumah sakit untuk 0,2 4 0,8 O–T
54

perawat mendapatkan 3,5 –


tugas belajar, 4,1
kesempatan pelatihan = -0,6
dan melanjutkan
pendidikan
2. Adanya kerjasama yang 0,3 3 0,9
baik antara mahasiswa
praktek dengan perawat
klinik
3. Adanya kebijakan
pemerintah tentang 0,3 3 0,9
profesi perawat

Treathened
1. Tuntutan masyarakat
tentang perawatan
professional
2. Persaingan RS yang
semakin tinggi 0,3 3 0,9
3. Terbatasnya kuota
perawat yang dapat
melanjutkan pendidikan 0,5 4 2

0,4 3 1,2
2 Sarana dan Prasarana (M2)
a. Internal Faktor (IFAS)
Strenght
1. Tersedia sarana dan 0,50 4 2 S-W
prasana bagi pasien dan 3,5 –
tenaga kesehatan yang 2,24 =
masih berfungsi dengan 1,26
baik dan memenuhi
standart
2. Terdapat peralatan yang
mendukung dalam 0,35 3 1,05
melakukan tindakan
asuhan keperawatan
3. kalibrasi alat telah 0,15 3 0,45
berjalan

Weakness
1. Jumlah alat kesehatan
terbatas 0,30 3 0,9
2. Bed pasien ( bed 2
rusak) 0,30 3 0,9
3. Satuan Operasional
Prosedur (depo 0,20 2 0,4
pengadaan obat,
pengadaan barang, alur
pengadaan alat
keseahatan tidak ditampil
dinding perawat)
4. Denah Ruangan tidak di
tempel di ruangan 0,20 2 0,04
55

b. Eksternal Faktor (EFAS)


Opportunity
1. Adanya kesempatan 0,3 4 1,2
untuk sarana dan
prasarana serta alat O–T
3,1 –
keehatan dalam hal
2,8 =
perawatan dan 0,3
perbaikan yang rusak
2. Adanya kesempatan 0,30 3 0,9
mengajukan
penambahan alat – alat
kesehatan yang
dibutuhkan
3. Adanya kesempatan 0,20 3 0,6
untuk memperbaiki
ruangan
4. Adanya kesempatan
0,20 3 0,4
perawat untuk mengikuti
pelatihan tentang
teknologi baru.

Treathened

1. Adanya perkembangan
teknologi dalam bidang 0,50 3 1,5
kesehatan yang semakin
pesat 2
2. Adanya peningkatan harga – 0,30 0,9
harga alat medis
3. Adanya tuntutan tinggi dari 0,20 0,4
masyarakat untuk
melengkapi sarana dan
prasarana.
3 METHODE (M3)
 MAKP
a. Internal Faktor (IFAS)
Strength
1. Rs memiliki visi, misi dan 0,2 4 0,8 S–W
motto sebagai acuan 3,7 – 2
= 1,7
melaksanakan kegiatan
pelayanan 0,1 4 0,4
2. Sudah ada model MAKP
yang digunakan acuan
yaitu MAKP tim primer
(moduler) 0,1 3 0,3
3. Supervisi sudah
dilakukan kepala 0,1 3 0,3
ruangan
0,1 3 0,3
4. Mempunyai standart
asuhan keperawatan 0,1 4 0,4
5. Mempunyai protap setiap
tindakan
6. Terlaksana komunikasi 0,1 4 0,4
yang adekuat, perawat
56

dan tim kesehatan lain


7. Ketenagaan
keperawatan sudah
memenuhi syarat untuk 0,1 4 0,4
MAKP (S1 Keperawatan
4 orang
8. Tidak mendapatkan
banyak kritikan dari 0,1 4 0,4
pasien terhadap ruangan
atas model yang
digunakan
9. Tanggung jawab dan
pembagian tugas jelas 0,6 2 1,2

Weakness
1. Dalam pelaksanaan
model asuhan 0,4 2 0,8
keperawatan masih ada
perawat yang medapat
teguran dari ketua tim
2. Dalam efektifitas dan
efisiensi model asuhan
keperawatan ada
perawat yang merasa
model yang digunakan
saat ini menyulitkan dan
memberikan beban berat
kerja

b. Eksternal Faktor (EFAS)


Opportunity 0,2 3 0,6
1. Adanya mahasiswa S-1
keperawatan praktik
manajemen keperawatan 0,4 3 1,2
O–T
2. Ada kebijakan 3,4 –
pemerintah tentang 3,5
0,4 4 1,6
professional perawat = - 0,1
3. Adanya kebijakan RS
tentang pelaksanaan
MAKP
0,2 4 0,8

Treathened
1. Persaingan dengan rumah
sakit swasta yang semakin 0,2 3 0,6
ketat
2. Adanya tuntutan masyarakat
yang semakin tinggi terhadap
peningkatan pelayanan
keperawatan yang lebih
professional
3. Makin tinggi kesadaran 0,2 3 0,6
masyarakat akan hukum

0,2 3 0,6
57

4. Makin tinggi kesadaran


masyarakat akan pentingnya
kesehatan
5. Persaingan dengan 0,1 3 0,6
masuknya perawat asing
0,1 3 0,3
6. Bebasnya pers yang dapat
langsung menyebarkan
informasi dengan cepat

 Sentralisasi Obat S-W:


a. Internal Faktor (IFAS) 9-8 = 1
Strength
1. Sudah dilaksanakan
kegiatan sentralisai 0,4 3 1,2
obat oleh perawat
2. Adanya buku injeksi
0,4 3 1,2
dan obat oral
3. Ada lembar
pendokumentasian
obat yang diterima di 0,4 3 1,2
setiap status pasien

Weakness

b. Eksternal Faktor
(EFAS) Opprtunity
1. Adanya mahasiswa S-1 0,3 3 0,9
keperawatan praktik O-T :
manajemen 3,6-
keperawatan 1,8=
2. Kerja sama yang baik 0,3 3 0,9 1,8
antara perawat dan
mahasiswa S-1
Keperawatan

Threatened
1. Adanya tuntutan
pasien untuk
mendapatkan
pelayanan
profesional
2. Makin tinggi
kesadaran
masyarakat akan
hukum

 Supervisi
a. Internal Faktor (IFAS)
Strength 3 0,3
1. Supervise telah dilakukan oleh 0,1
PJ ruangan 3 0,3 S-W
58

2. Telah ada program pelatihan 3,8-


dan sosialisasi tentang 0,1 2=1,8
supervise 4 0,4
3. Kepala ruangan mendukung
dan melaksanakan supervise 4 0,4
4. Perawat mengerti tentang
supervise 0,1 3 0,4
5. Supervisi diruangan sudah
sesuai dengan alur yang ada 4 0,4
6. Sudah ada format buku 0,1
supervisi setiap tindakan 4 0,4
7. Format untuk supervise sudah
sesuai dengan standar 0,1
keperawatan 4 0,4
8. Hasil dari supervisor
disampaikan kepada perawat 0,1 4 0,4
9. Selalu ada feed back dari
supervisor untuk setiap tindakan
10. Puas dengan hasil dari feed 0,1 4 0,4
back

Weakness 0,1 2 2
1. Masih ada 28,6% perawat
belum perna mendapatkan
pelatihan dan sosialisasi 0,1
tentang supervisi

b. Eksternal Faktor (EFAS) 1,2


Opportunity 0,1
1. Adanya mahasiswa S1 3
keperawatan yang praktik 2,4
manajeman keperawatan
2. Adanya teguran dari kepala 4
ruangan bagi perawat yang tidak
melaksanakan tugas dengan
baik 1,0 1,8

Threatened
1. Adanya tuntutan pasien sebagai 1,3
konsumen untuk mendapatkan 3
pelayanan yang professional
2. Makin tinggi kesadaran
masyarakat akan hukum 3
0,4

O-T
3,6-
0,6 3,1=0,
5

0,6
59

0,4

 Timbang Terima 0,1 3 0,3


a. Internal Faktor (IFAS)
Strenght 0,1 4 0,4
1. Adanya laporan jaga setiap sift
2. Timbang terima sudah 0,2 3 0,6 S-W
merupakan kegiatan rutin yang 3,5-
telah dilakukan 2=1,5
3. Adanya kemauan perawat untuk 0,2 4 0,8
melakukan timbang terima
4. Adanya buku khusus untuk 0,2 4 0,8
pelaporan timbang terima
5. ada interaksi dengan pasien
saat timbang terima 0,2 3 0,6
berlangsung
6. tidak ada kesulitan dalam
mendokumentasikan laporan
timbang terima 2 2

1,0
Weakness
1. 78,6% perawat menjawab
timbang terima tidak 3 0,9
dilaksanakan tepat waktu

b. Eksternal Faktor (EFAS) 3 0,9


Opportunity
0,3
1. Adanya mahasiswa S1 4 1,6
keperawatan yang praktik
manajeman keperawatan 0,3
2. Kerja sama yang baik antara
perawat dan mahasiswa S1
keperawatan 0,4
3. Kebijakan RS (bidang
keperawatan) tentang timbang O-T
terima 4 2,4 3,4-
4,8= -
Treathened 1,4

1. Adanya tuntutan pasien 4 2,4


untuk mendapatkan 0,6
pelayanan yang
professional
2. Meningkatnya kesadaran
masyarakat tentang 0,4
tanggung jawab dan
tanggung gugat perawat
sebagai pemberi asuhan
keperawatan

 Discharge Planning
a. Internal Faktor (IFAS)
Strenght
60

1. Pelaksanaan Discharge 0,2 4 0,8 S-W


Planning dilakukan pada 3,4-
pasien mulai pasien masuk 2,4=1
rumah sakit sampai pasien
keluar rumah sakit
2. Adanya kartu control
berobat 0,1 3 0,3
3. Perawat memberikan
pendidikan kesehatan 0,2 3 0,6
secara informal kepada
pasien/keluarga selama
dirawat/pulang
4. Discharge Planning sudah
dilakukan dengan SOP 0,2 4 0,8
yang ada
5. Setiap selesai melakukan
Discharge Planning akan 0,2 3 0,6
melakukan
pendokumentasian dari
Discharge Planning yang
telah dilakukan
6. PJ unit telah
menginformasikan tentang 0,1 3 0,3
operasional Discharge
Planning

Weakness
1. 28,6% perawat menjawab
belum ada pembagian
tugas Discharge Planning 0,3 2 0,6
2. 28,6% perawat menjawab
belum ada pemberian
browser/leaflet saat 0,3 2 0,6
melakukan Discharge
Planning
3. 35,8% perawat menjawab
bahwa bahasa yang
gunakan dalam melakukan
Discharge Planning,
mengalami kesulitan untuk 0,6 2 1,2
dipahami.
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
1. Adanya mahasiswa S1
keperawatan yang praktik
manajeman keperawatan 3
2. Kerja sama yang baik 0,6
antara perawat dan
mahasiswa S1 keperawatan 3 1,8
Threatened 0,4

1. Adanya tuntutan pasien 1,2


untuk mendapatkan
pelayanan yang
professional 4
2. Makin tinggi kesadaran
mayarakat akan pentingnya 0,3
kesehatan 4 1,2
3. Persaingan antar RS yang
semakin ketat 3
61

0,3
1,2
0,4
1,2

O-T
3-3,6=
-0,6

 Ronde Keperawatan
a. Internal Faktor (IFAS)
Strenght

1. Ruangan ini mendukung adanya 0,4 3 1,2 S-W


ronde keperawatan 3-
2. sebagaian besar perawat 0,3 3 0,9 2,5=0,
diruangan mengerti adanya 5
ronde keperawatan
3. 71,4% pelaksanaan ronde 0,3 3 0,9
keperawatan diruangan ini telah
optimal
Weakness
1. 57,1% perawat menjawab 2
keluarga pasien tidak mengerti 0,4
tentang adanya ronde 0,2
keperawatan 3
2. 28,6% pelaksanaan ronde 0,9
keperawatan diruangan ini tidak 0,3
optimal 2
3. 50% perawat menjawab tim 0,6
dalam pelaksanaan kegiatan 03
ronde keperawatan belum
dibentuk namun 50% menjawab
sudah
4. 50% perawat menjawab tim 3
yang dibentuk belum 0,6
melaksanakan kegiatan ronde 0,2
keperawatan secara optimal
dan 50% mennjawab sudah

b. Eksternal Faktor (EFAS)


Opportunity
62

3
1. Adanya pelatihan dan
seminar mengenai
manajemen keperawatan 3
2. Adanya kesempatan bagi
kepala ruangan untuk 0,6 1,8
mengadakan ronde
keperawatan pada perawat dan
mahasiswa praktik 0,4 1,2

Treathened
1. Adanya tuntutan yang lebih 4 O-T
tinggi dari masyarakat untuk 3-3,6=
mendapatkan pelayanan -0,6
yang professional
2. Persaingan antara 2,4
ruang rawat inap dalam 3
memberikan pelayanan 0,6

1,2

0,4

 Dokumentasi Keperawatan
a. Internal Faktor (IFAS)
Strenght
0,2 3 0,6
1. Sudah ada format S-W
pendokumentasien yang baku 3,4-
yang digunakan 0,3 4 1,2 2=1,4
2. Telah mengerti cara pengisian
format dokuntasi tersebut 0,3 3 0,9
dengan benar dan tepat
3. Format yang digunakan ini bisa
membantu (memudahkan)
perawat dalam melakukan
pengkajian pada pasien 0,1 3 0,3
4. Format asuhan keperawatan
sudah ada 0,1 4 0,4
5. Adannya kesadaran perawat
tentang tanggung awab dan
tanggung gugat

Weakness

1. Masih ada 14,1% perawat 0,4 2


belum melaksanakan 0,8
pendokumentasian dengan
tepat waktu (segera setelah
melakukan tindakan) 0,3 2
2. Masih ada 35,8% model 0,6
dokumentasi yang digunakan ini
menambah beban kerja perawat 0,3 2
3. Masih ada 71,4% merasa model 0,6
dokumentasian yang digunakan
ini menyita banyak waktu

b. Eksternal Faktor (EFAS)


63

Opportunity
0,6 3
1. Peluang perawat untuk 1,8
meningkatkan pendidikan 0,4 3
2. Kerja sama yang baik antara 1,2
perawat dan mahasiswa
O-T
3-3= 0
3
Threatened

1. Tingkat kesadaran masyarakat 0,4 1,2


(pasien dan keluarga) akan 3
tanggungawab dann tanggung
gugat
2. Persaingan rumah sakit dalam 0,6 1,8
memberikan pelayanan
keperawatan

4 MONEY (M4)
a. Internal Faktor (IFAS)
Strenght
1. Biaya pembangunan 0,2 3 0,6
dan perawatan gedung
didapat dari APBD, RS
dan Pempov S-w:
2. Pendananan alat 3,2-2 =
didapat kan dari RS. 0,1 4 0,4 1,2
3. Pengajuan kebutuhan
alat ruangan oleh Karu 0,2 4 0,8
4. Sumber dana alkes
diruangan berasal dari 0,1 3 0,3
RS
5. Anggaran khusus
pemeliharan alkes 0,1 2 0,2
diajukan kepihak RS
6. Gaji karyawan
didapatkan dari RS 0,1 3 0,3
setiap bulan
7. Insentif dibagikan
sesuai dengan 0,2 3 0,6
golongan.
Weakness
1. Billing pada pasien
baru dilakukan 1 2 2
oleh perawat
sedangkan untuk
administrasi
membilling pasien
pulang untuk
melengkapi data
administrasi.

b. Eksternal Faktor
(EFAS)
Opportunity
1. Ada alokasi dana untuk
pengembangan pendidikan 0,4 3 0,12
formal bagi perawat
64

2. Adanya alokasi dana untuk


pelatihan bagi perawat O-T:
3. Adanya APBD 0,3 3 0,9 1,62-2
= 0,38

Treathened 0,3 2 0,6


1. Adanya tuntutan yang lebih
tinggi dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan
kesehatan yang lebih
professional sehingga
membutuhkan pendanaan
yang lebih besar untuk
memadai sarana prasarana. 1 2 2

5 MUTU (M5)
a. Internal Faktor (IFAS)
Strenght
1. Kepuasan pasien terhadap 0,3 4 1,2 S–W
pelayanan kesehatandi rumah 2,1 –
sakit 0,25 2 0,5 0,75
2. Rata – rata BOR cukup baik 0,2 2 0,4 = 1,35
3. Sebagai tempat praktik
mahasiswa keperawatan D-3
maupun S-1

Weakness
1. Penerapan 5 momen cuci 0,5 3 1,5
tangan secara benar
mengalami penurunan pada
bulan terakhir.
2. Terdapat pasien dan keluarga 0,25 3 2,25
yang tidak mengetahui cara
mencuci tangan yang benar
dan fungsi dari handscrub
karena jarang dilakukan
sosialisasi dan demonstrasi.

b. Eksternal Faktor (EFAS)


Opportunity
0,2 2 0,4
1. Mahasiswa S-1 Keperawatan
Praktik Manajemen O–T
2. Kerjasama yang baik antara 0,1 2 0,2 0,6 –
perawat dan mahasiswa 1,8
= - 1,2
Threatened
1. Adanya peningkatan standart
masyarakat yang harus 0,3 4 1,2
dipenuhi
2. Persaingan RS dalam
memberikan pelayanan 0,3 2 0,6
keperawatan
65

D. Identifikasi Masalah

No Identifikasi Masalah Penyebab


1 M1 –MAN 1. Minimnya tenaga S1 Kurangnya motivasi
Keperawatan dibandingkan perawat untuk
dengan D3 keperawatan melanjutkan jenjang
yang lebih banyak pendidikan dan tidak
2. 80% perawat masih berlatar ada kesempatan untuk
pendidikan D3 Keperawatan melanjutkan jenjang
pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi
2 M2-MATERIAL 3 tempat tidur rusak Kapasitas pemakaian
yang sering
3 M3-METHODE
1. MAKP 1. Jumlah SDM yang
MAKP yang diterapkan oleh berlatar belakang
perawat ruangan yaitu moduler. Pendidikan S1 masih
80 % perawat memahami MAKP 2 orang dan 16
moduler. orang D3
2. Jumlah pasien yang
2.Timbang terima terlalu banyak
Pelaksanaan timbang terima sehingga waktu
yang belum berakhir tepat waktu validasi ke pasien
yang lama

3.Sentralisasi Obat 3. Form medikasi


Proses sentralisasi obat di Tulip sudah tersedia ketika
3 timur yaitu resep yang telah akan memberikan
dibuat dokter diberikan kepada obat dan ditanda
perawat kemudian diberikan tangani oleh perawat
atau diambil oleh farmasi. dan keluarga
Farmasi menyiapkan obat dan
alkes yang dibutuhkan
kemudian diletakkan di UDD
ruangan Tulip 3 Timur. Perawat
mengoreksi kesesuaian nama
66

pasien, advis dokter dengan


yang telah disiapkan farmasi.
Perawat memberikan obat
kepada pasien.

4.Ronde Keperawatan 4. Pelaksanaan ronde


Pelaksanaan ronde masih belum bisa
keperawatan belum dapat dilakukan
dilakukan sesuai teori. Di ruang dikarenakan
Tulip 3 Timur sudah dilakukan keterbatasan waktu.
kegiatan DRK (Diskusi Refleksi
Kasus) informal yang
pelaksanaanya tidak menentu.

5. Supervisi 5. Sudah tersedia form


Supervisi sudah sering tindakan mandiri
dilakukan oleh karu dan katim perawat seperti
dengan mengevaluasi keluarga penilaian
klien, mengobservasi dokumentasi,
kelengkapan RM dan supervisi catatan terintegrasi
langsung pada saat jam sift. dan buku laporan
antar sift.
6. Penerimaan pasien baru 6. Sudah ada
Penyampaian informasi saat pengadaan leaflet,
penerimaan pasien baru, mengenai hak dan
sudah menggunakan leaflet kewajiban pasien,
maupun welcome book tata tertib dan
mengenai hak dan kewajiban informasi mengenai
pasien serta tata tertib, dan pelayanan di RSUD
informasi mengenai pelayanan Sidoarjo
di RSUD Sidoarjo sudah
mengorientasikan ruangan
secara keseluruhan
67

7. Dokumentasi
Didapatkan bahwa 71,4% 7. Banyak dokumentasi
perawat memilih jawaban ya yang harus di isi
mengenai model dokumentasi
yang digunakan menyita banyak
waktu

4 M5-MUTU Keamanan Pasien (Patient


Safety) Pelaksanaan cuci
tangan belum optimal dan
Pengetahuan pasien dan
Pasien dan keluarga
keluarga pasien masih kurang
kurang termotivasi
mengenai langkah cuci tangan
untuk cuci tangan
yang benar dan momen cuci
tangan. Saat dikaji, 20 dari 35
keluarga pasien (58%) salah
dalam melakukan langkah cuci
tangan yang benar.
68

E. Prioritas Masalah
Prioritas masalah ditentukan dengan salah satu metode CARL apabila data yang
tersedia kualitatif. Metode CARL didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus
diberi skor 0-10. Kriteria CARL terdiri dari:
C= (Capability) ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan peralatan)
A= (Accessibility) kemudahan masalah di atasi atau tidak. Kemudahan didasarkan
pada ketersediaan metode, cara, dan peraturan
R= (Readiness) kesiapan tenaga atau sasaran seperti keahlian, kemampuan dan
motivasi
L = (Leverage) seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain.

Tabel Prioritas Masalah dengan metode CARL

C A R L
Skor
Masalah (Capabili (Accesi (Relev (Legal Rank
Nilai
ty) bility) ancy) ity)
M1 – MAN
Minimnya tenaga S1 Keperawatan
dibandingkan dengan D3
8 7 7 8 3136 4
keperawatan yang lebih banyak
80% perawat masih berlatar
pendidikan D3 Keperawatan
M2 – MATERIAL
8 8 7 9 4032 2
3 bed pasien rusak
M3 – METHODE
1. Waktu pelaksanaan timbang
terima yang berakhir belum
tepat waktu
9 8 8 8 4608 1
2. 71,4% perawat menjawab ya
saat diberikan kuisioner
tentang model dokumentasi
menyita banyak waktu
M5 – MUTU
Keamanan pasien (patient
7 8 8 8 3584 3
Safety) Pelaksanaan cuci
tangan belum optimal dan
69

pengetahuan pasien dan


keluarga pasien masih kurang
mengenai langkah cuci tangan
yang benar dan momen cuci
tangan. Saat dikaji 20 dari 35
keluarga pasien (58%) salah
dalam melakukan langkah cuci
tangan yang benar.
Plan Of Action

NO Masalah Penyebab Tujuan Kegiatan Indikator Keberhasilan Penanggu


ng Jawab
1 M1 – Man Kurangnya motivasi Adanya Koordinasi dengan 3 pegawai baru menerima Candra
1. Minimnya perawat untuk peningkatan katim dan karu pelatihan BLS Aprilia
tenaga S1 melanjutkan jenjang pendidikan ke untuk memberi
Keperawatan pendidikan dan tidak jenjang yang motivasi dan
dibandingkan ada kesempatan lebih tinggi agar memberi
dengan D3 untuk melanjutkan metode kesempatan untuk
keperawatan jenjang pendidikan profesional melanjutkan ke
yang lebih ke jenjang yang keperawatan jenjang lebih tinggi.
banyak lebih tinggi. dapat
2. 80% perawat terlaksana
masih berlatar dengan
pendidikan D3 maksimal.
Keperawatan
2 M2 – Material Karena seringnya Diharapkan Koordinasi dengan Tersedianya alat yang di Mahmud J
3 bed pasien kuantitas pemakaian dapat diperbaiki petugas terkait usulkan untuk menunjang
rusak dan 1 kursi 3 bed pasien untuk perbaikan tindakan keperawatan.
roda rusak dan 1 kursi roda barang yang rusak
yang rusak

3 M3 – Method 1. Jumlah 38 1. Efisiensi 1. Mengusulkan 1. Timbang terima dapat Sarciani


1. Waktu pasien yang harus waktu saat untuk batasan selesai tepat waktu
pelaksanaan di validasi saat validasi ke waktu saat 2. Perubahan dokumentasi
timbang terima timbang terima pasien validasi ke yang tidak menimbulkan
yang berakhir 2. Banyaknya sehingga pasien beban pada perawat
belum tepat lembar timbang 2. Mengusulkan
waktu. dokumentasi yang terima dapat untuk mengisi
2. 71,4 % perawat harus di isi berakhir tepat dokumen
menjawab ya waktu dengan
saat diberikan 2. Dokume mencicil
kuisioner ntasi
tentang model keperawatan
dokumentasi tidak
menyita menimbulkan
banyak waktu beban kerja

4 M4 – Money Lucky
Tidak ada
masalah

5 M5 – Mutu Motivasi dari Pasien dan Melakukan penyuluhan Pasien dan keluarga Erna
Kemampuan individu pasien keluarga pada setiap pasien dan dapat melakukan cuci
pasien (Patient dan keluarga termotivasi untuk keluarga tentang cuci tangan sesuai prosedur
Safety) yang masih melakukan cuci tangan dan 5 moment yang sudah ada di setiap
pelaksanaan cuci kurang tentang tangan dan cuci tangan. Kemudian wastafel kamar
tangan belum cuci tangan menerapkan 5 memberikan edukasi
optimal, moment cuci tentang reminder cuci
pengetahuan tangan tangan melalui alarm
pasien dan ponsel masing-masing
keluarga masih pasien.
kurang mengenai
langkah cuci
tangan yang
benar, saat dikaji
20 dari 35
keluarga psien
(58%) salah
dalam melakukan
langkah cuci
tangan yang
benar.
A. Diagram Layang

keterangan :

= M1

= M2 1,0

= M3 0,9

= M4 0,8

= M5 0,7

= Sentralisasi obat 0,6 (Sentralisasi obat, 0,5-1,5)

= Discrharge palnning 0,5

= Timbang terima (M4


0,4 (M2,3,5-2,25)
1,4;0,38)

= Dokumentasi 0,3

0,2 (Dokumentasi 1,4;0)

0,1

-1,0-0,9-0,8-0,7-0,6-0,5 -0,4 -0,3-0,2-0,1 -0,1 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0
1,21,8

- 0,2

- 0,3

- 0,4

- 0,5
(M1, 0,5-0,6)
- 0,6
(M3, 3,7-1,2)
- 0,8 (Discrharge
planing 1;-1,8)
- 0,9 (M5, 1,35;-1,2)

-1 (Timbang Terima 1,5;-1,4)

Anda mungkin juga menyukai