Anda di halaman 1dari 148

LAPORAN DESIMINASI AKHIR PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN

MANAJEMEN DI RUANG TULIP III RSUD KABUPATEN SIDOARJO


PERIODE 18 – 30 JANUARI 2021

Di susun Oleh
Kelompok 3 :

Candra Aprilia K, S.Kep 2007.14901.292


Machmud Jamaluddin, S.Kep 2007.14901.303
Erna Yasin, S.Kep 2007.14901.294
Krispina Melsadalim, S.Kep 2007.14901.298
Luchy Lospalos Bily, S.kep 2007.14901.302
Sarciani S Kase, S.Kep 2007.14901.313
Miriam Baersady, S.Kep 2007.14901.309
Umi Kulsum, S.Kep 2007.14901.316
Yustina Mete, S.Kep 2007.14901.813

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN MANAJEMEN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

DI RUANG TULIP III


RSUD KABUPATEN SIDOARJO
PERIODE 18-29 JANUARI 2021

Sidoarjo,................................

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

Rosly Zunaedy S.Kep.,Ners Aries Pudji A. S.Kep.,Ners

Kepala Ruangan

Anik Churrotul, S.Kep.,Ners


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan pelayanan keperawatan mempunyai dua pilihan utama, yaitu
mereka melakukan inovasi dan berubah atau mereka yang diubah oleh suatu
keadaan dan situasi. Perawat mempunyai keterampilan dalam proses perubahan.
Keterampilan pertama adalah proses keperawatan. Proses keperawatan merupakan
pendekatan dalam menyelesaikan masalah yang sistematis dan konsisten dengan
perencanaan perubahan. Keterampilan kedua adalah ilmu teoritis dikelas dan
mepunyai pengalaman praktik untuk bekerja secara efektif dengan orang lain.
(Nursalam, 2011).
Sebagai profesi, keperawatan dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual,
interpersonal kemampuan teknis, dan moral. Hal ini bisa ditempuh dengan
meningkatkan kualitas perawat melalaui pendidikan tinggi keperawatan tersebut
dilaksanakan degan memperhatikan perkembangan pelayanan dan program
pengembangan kesehatan sering dengan perkembangan iptek bidang kesehatan.
Selain itu diperlukan juga proses pembelajaran, baik di institusi pendidikan maupun
pengalaman belajar klinik dirumah sakit dan komunitas. (Nursalam, 2011).
Proses registrasi dan legislasi keperawatan mulai terjadi sejak diakuinya
keperawatan (D3 Keperawatan dan Ners), serta sejak berlakunya undang-undang
No.23 Tahun 1992 dan Permenkes No.1239/2001. Dengan demikian, UU praktik
keperawatan di masa depan diharapkan adalah bentuk pengakuan adanya
kewenangan dalam melaksanakan praktik keperawatan profesional.
Pelaksanaan Permenkes No.1239/2001 tersebut masih perlu mendapatkan
persiapan-persiapan yang optimal oleh profesi keperawatan. Hal ini disebabkan
adanya beberapa kendala yang dihadapi, meliputi: belum ada pemahaman tentanng
wujid dan batasan dari praktik keperawatan sebagai praktik keperawatan profesional
dan jenis serta sifat praktik keperawatan profesional yang harus dikembangkan
Untuk itu manajemen keperawatan dimasa depan perlu mendapatkan
prioritas utama dalam pengembangan keperawatan. Hal ini berkaitan dengan
tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan
memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap
perubahan yang terjadi di indonesisa. Lerawat sebagai profesi yang paling itens
berinteraksi dengan pasien (24 jam sehari) memiliki potensi untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat d engan memenuhi berbagai macam kebutuhan pasien.
Manajemen didefinisan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain. Sedangkan manajemen keperawatan untuk
memberikan asuhannkeperawatan secara profesional. Disini manajer keperawatan
untuk merencanakan, mengorganisisr, memimpin, mengevaluasi sarana dan
prasarana yang tersedia untuk memeberikan asuhan keperawatan secara efektif dan
efisien mungkin bagi individu, keluarga dan masyarakat (Nursalam, 2011).
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan
sebagai satu metode pelaksana asuhan keperawatan secara profesional, sehingga
diharapkan keduanya dapat saling menopang. Sebagaimana proses keperawatan
dalam manajemen keperawatan terdiri dari pengumpulan data, identifikasi masalah,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil. Karena manajemen keperawatan
memepunyai kekhususan terhadap mayoritas tenaga daripada seprang
pegawai,maka setiap tahapan didalam proses manajemen lebih rumit dibandingkan
proses keperawatan.
Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus sebagai suatu
tuntutan bagi organisasi pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan kesehatan pada
saat ini melibatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku dan praktisi, pasien,
kaluarga dan dokter. Saat mendefinisikan kualitas keperawatan, perlu diperhitungkan
nilai-nilai dasar keyakinan para perawat serta cara mengorganisirkan asuhan
keperawatan yang berorientasi teknik. Latar belakang dalam pemberian tugas mutu
asuhan keperawatan yang berorientasi teknik, mungkin akan didefinisikan cukup
berbeda dengan keperawatan hanya merupakan prosedur dan teknik interpersonal
dan konteksual yang berkaitan dengan mutu asuhan.
Model pemberian asuhan keperawatan yang saat ini sudah menjadi trend
dalam keperawatan indonesia adalah asuhan keperawatan profesional dengan
metode pemberian asuhan keperawatan modifikasi primer yang merupakan
modifikasi Primary Nursing. Salah satu kritik yang dikemukakan mengenai odel
keperawatan ini teralau kompleks dan toritis, akan tetapi bila seluruh pembicaraan
mengenai model ini dapat mendorong perawat untuk memperjelas keyakinan dan
pekerjaannya, meningkatkan kemmapuanya dalam mendiskusikan masalah tersebut
yang melibatkan masalah politis dan pribadi yang lebih terbuka, dan membantu para
perawat tersebut untuk lebih bertangung gugat secara provesional terhadap
tindakannya, maka kita telah mendapatkannya. (Salvage, 1985).
Model asuhan keperawatan profesional (MAKP) dimana dalam model
pemberian asuhan keperawatan profesional ini terjadi kerjasama antara Perawat
Primer (PP) dan Perawat Associate (PA) serta tenaga kesehatan lainnya. (Nursalam,
2011).
Konsep untuk model asuhan keperawatan profesional (MAKP) yaitu Perawat
Primer sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan, pentingnya komunikasi yang efektif agar kontuinitas rencana
keperawatan terjamin. Perawat associate harus menghargai kepemimpinan
supervisor atau perawat primer. Peran kepala ruangan penting dalam model
modifikasi MAKP Primer akan berhasil baik bila didukung oleh kepala ruangan.
Untuk mengantisipasi hal tersebut maka pengetahuan dan aplikasi yang baik
tentang manajemen keperawatan perlu ditingkatkan agar kualitas pelayanan dapat
ditingkatkan dengan parameter waktu rawat inap semakin pendek dan tingkat
kepuasan klien semakin baik. Pengetahuan tentang manajemen keperawatan dan
palikasisinya dilapangan ini juga sangat perlu dipelajari oleh mahasiswa sebagai
calon-calon perawat profesional. Dasar dan penerapan manajemen keoerawatan ini
adalah data-data yang diperoleh dari tatanan ruangan yang kemudian dianalisa,
dirumuskan masalah, dan selanjutnya melanjtkan rencana strategi yang cocok untuk
menumbuhkan Model Asuhan Keperawatan MAKP Primer, yang meliputi (Timbang
Terima, Penerimaan Pasien Baru, Sentralisai Obat, Supervisi, Discharge Planning,
dan Ronde Keperawatan).
Berdasarkan data yang ada dan dengan pertimbangan waktu dan tenaga,
maka dalam praktik manajemen keperawatn ini, kami mahasiswa/i Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Widyagama Husada Malang Program Ners periode tahun 2020/2021
kelompok 3 akan memfokuskan pada pengaplikasian model asuhan keperawatan
MAKP Primer di Ruangan instalasi Tulip 3 Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo.

B. Strategi Pelaksanaan
1. Waktu Pelaksanaan
Stage manajemen keperawatan dilaksanakan sejak tanggal 18 Januari 20120 s/d
29 Januari 2021.
2. Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran tahap profesi Ners stage manajemen keperawatan
dilaksanakan di Ruang instalasi Tulip 3 Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti proses pembelajaran klinik stage manajemen keperawatan
diharapkan mampu lebih memahami konsep dan penerapan Metode Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP) di tatanan rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu:
a. Melaksanakan pengkajian dan pengumpulan data M1-M5 di ruangan di
Ruang Tulip 3 Timur
b. Melaksanakan analisis situasi berdasarkan analisis SWOT
c. Menentukan prioritas masalah
d. Menyusun rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian dan masalah yang ditemukan pada pelaksanaan manajemen
keperawatan meliputi:
1. Menyusun rencana strategis operasional untuk ketenagaan (M1)
2. Menyusun rencana strategis operasional untuk sarana prasarana (M2)
3. Menyusun rencana strategis operasional untuk metode (M3) yang terdiri
dari:
a. Menyusun rencana operasional strategis untuk menyelesaikan
masalah yang ditemukan pada pelaksanaan MAKP.
b. Menyusun rencana operasional strategis pada timbang terima.
c. Menyusun rencana operasional strategis pada penerimaan pasien
baru.
d. Menyusun rencana operasional strategis pada sentralisasi obat.
e. Menyusun rencana operasional strategis pada ronde keperawatan.
f. Menyusun rencana operasional strategis pada supervise
keperawatan.
g. Menyusun rencana operasional strategis pada discharge planning.
h. Menyusun rencana operasional strategis pada dokumentasi
keperawatan.
4. Menyusun rencana strategis operasional untuk keuangan (M4).
5. Menyusun rencana strategis operasional untuk mutu (M5).
3. Manfaat
a. Bagi pasien
Tercapainya kepuasan pasien secara optimal selama perawatan di ruang
Tulip 3 Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo.
b. Bagi rumah sakit
a. Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada pasien secara
menyeluruh
b. Menurunkan hari perawatan
c. Sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan manajemen,
khususnya manajemen keperawatan yang berimplikasi pada
pendokumentasian asuhan keperawatan yang terkait dengan
perencanaan pulang di rumah sakit.
c. Bagi perawat
a. Terjalin hubungan antar perawat, perawat dengan tim kesehatan lain,
dan perawat dengan pasien serta keluarga pasien.
b. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri dari perawat
c. Meningkatkan profesionalisme dalam menerapkan asuhan keperawatan
profesional.
4. Praktikan
Pembelajaran tahap profesi Ners stage manajemen keperawatan
dilaksanakan di Ruang instalasi Tulip 3 Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo oleh
mahasiswa/i Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widyagama Husada Malang.
Program Ners periode tahun 2020/2021 kelompok 3 yang terdiri dari 9 orang
anggota yaitu:
1. Candra A Kartika, S.Kep
2. Machmud Jamaluddin, S.Kep
3. Erna Yasin, S.Kep
4. Krispina Melsadalim, S.Kep
5. Luchy Lospalos Bily, S.kep
6. Miriam Baersady, S.Kep
7. Sarciani Suhartini Kase,S.Kep
8. Umi Kulsum, S.Kep
9. Yustina Mete, S.Kep
BAB II
PENGKAJIAN

A. Profil / GambaranUmum RSUD KabupatenSidoarjo


Rumah Sakit Umum Derah Kabupaten Sidoarjo sebagai Rumah Sakit rujukan
di Sidoarjo sekaligus sebagai Rumah Sakit pendidikan dan mempunyai Visi dan Misi
yaitu:

1. Visi Rsud Sidoarjo


Menjadi rumah sakit yang terakreditasi internasional dalam Pelayanan,
Pendidikan dan penelitian.
2. Misi Rsud Sidoarjo
a. Mewujudkan pelayanan yang berkualitas dan terakreditasi dengan
mengutamakan keselamtan pasien serta kepuasan pelanggan.
b. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan penelitian kesehatan
yang bermutu dan beretika untuk menunjang pelayanan.
c. Mewujudkan tatakelola rumah sakit yang profesional, integritas dan
beretika.
B. Profil / GambaranUmumRuanganInstalasi Tulip 3 Timur
Ruang Tulip 3 Timur merupakan ruang perawatan khusus instalasi Tulip 3 Timur
baik penyakit menular maupun tidak menular yang ada di RSUD Kabupaten Sidoarjo
yang digunakan mahasiswa sebagai tempat pembelajaran praktik manajemen
keperawatan.
1. Ruangan Tulip 3 Timur
a. Sebelah Utara: Gedung Laboratorium Patologi Anatomi (PA), Ruang
manajemen Pendidikan dan Pelatihan (DIKLIT) dan Ruang IRNA
Pavilum.
b. Sebelah Timur: Kantor Ruang Manajemen Pelayanan Keperawatan.
c. Sebelah Selatan : Taman RSUD Kabupaten Sidoarjo
d. Sebelah Barat : Batas Nurse Station dan Ruang rawat inap Tulip 3
Barat.
C. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh mahasiswa profesi manajemen STIKES
Widyagama Husada Malang pada tanggal 18-20 Januari 2021

1. M1 (Man/ Pasien Dan Ketenagaan Kerja)

Gambar 2.1Struktur Organisasi Keperawatan di Ruang Tulip 3 Timur

Wakildirekturpelayanan

Kepalainstalasi

Kepalaperawatinstalasi

Administrasi Koordinator mutu Koordinatordiklat Logistik

Koordinatorlt 3 timur Koordinatorlt 2 barat Koordinatorlt 3 barat Koordinatorlt 3 timur


Bagan Metode Pemberian Asuhan Keperawatan Profesional (Model Tim primer) IrnaTulip

KA. PERAWAT INSTALASI


Anik Churrotul F, S.Kep., ners

PERAWAT PRIMER PERAWAT PRIMER


Aries Pudji A S.Kep., ners Amalia S.Kep., ners

PERAWAT PERAWAT PERAWAT PERAWAT


PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA

PASIEN PASIEN PASIEN PASIEN


A-L-E E-A-I D-Z-E D-Z-E
A. Data jumlah tenaga kerja di Ruang Tulip 3 RSUD Kabupaten Sidoarjo.
1. Tenaga Keperawatan
Tabel 2.1 Tenaga Keperawatan di Ruang Tulip 3 Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Masakerja Status Jabatan Saat


No Nama Pendidikan Ini

Kepala
1. Aries Pudji A S.kep.Ners 14 tahun PNS
Tim
Non Perawat
2. Amalia S.kep.Ners 7 tahun
PNS Primer
3. PuriHandayani DIII 8 tahun
Non Perawat
PNS Primer
DIII Perawat
Non
4. Indah Kurniawati 10 tahun penanggung
PNS
jawab
DIII Perawat
Non
5. Netta Kusumastuty 10 tahun penanggung
PNS jawab
Non Perawat
6. Dian Maretna DII 8 tahun
PNS Pelaksana
DIII Non Perawat
7. Lita Eryani 2 tahun
PNS Pelaksana
8. Erinda DIII 1 tahun Non Perawat
PNS Pelaksana
Non Perawat
9. Dodik S DII 7 Tahun
PNS Pelaksana
DIII Non Perawat
10. Angeline ApriliaAmd.kep 6 tahun
PNS Pelaksana
DIII Non Perawat
11. Enny Setianingsih 9 tahun
PNS Pelaksana
DIII Non Perawat
12. Vicky Wijanarko 4 tahun PNS Pelaksana
DIII Non Perawat
13. Arlinda 8 tahun
PNS Pelaksana
DIII Perawat
14. Suroso 14 tahun PNS
Pelaksana
DIII Non Perawat
15. Khusnul Mei H 1 tahun
PNS Pelaksana
DIII Non Perawat
16. Bima 1 tahun PNS Pelaksana
Non Perawat
17. Zahrotul Lathifa DIII 6 tahun
PNS Pelaksana
Non Perawat
18. Dita Rochim DIII 9 tahun PNS Pelaksana
Berdasarkan tabel diatas di ruang Tulip III Timur terdapat tenaga
keperawatan PNS 2 orang dan 16 tenaga keperawatan non PNS.

2. Tenaga Non Keperawatan


Tabel 2.2 Non Keperawatan di Ruang Tulip 3 Timur
No. Kualifikasi Jumlah Jenis
1. Administrasi 2 Non PNS
2. Verifikator 1 BLUD
3. Prima Bakti 2 PNS
Berdasarkan tabel diatas di ruang Tulip III Timur terdapat 3 BLUD tenaga
administrasi, 1 BLUD tenaga verifikator, dan 3 PNS tenaga prima bakti.

3. Klasifikasi Ketenagaan Ruang Tulip 3 Timur


Tabel 2.3 ketenagaan di Ruang Tulip 3 Timur
Peremp
No. Kualifikasi Jml Status Laki-Laki
uan

PNS
1. S.Kep.,Ners 2 0 2
BLUD

BLUD
BLUD
PNS
DII.
2. 16 BLUD 4 12
Keperawatan
BLUD
BLUD
BLUD

Jumlah tenaga perawat di ruang Tulip 3 Timura dan 18 orang. Perawat


perempuan sebanyak 14 orang dan perawat laki-laki 4 orang.

No Nama Pelatihan
1. Aries Pudji LUKA, K3RS, BLS, PPGD, MANAGE
2. Amalia BLS,APAR,PPGD, PLEBOTOMI
3. PuriHandayani BLS, APAR.
4. Indah Kurniawati BCLS, ECG, PLEBOTOMI, PPGD
5. Netta Kusumastuty K3RS, MUTU, BLS, ASKEP
6. Dian Maretna BLS,APAR
7. Lita Eryani BLS, APAR, PLEBOTOMI,SER,CUST
8. Erinda BLS, APAR,
9. Dodik BLS, APAR,PLEBOTOMI, BENCANA.
10. Angeline Aprilia BLS, APAR, K3RS, GAWAT
DARURAT,LIMBAH,B4B
11. Enny Setianingsih BLS,APAR
12. Vicky Wijanarko APAR, BLS
13. Arlinda BLS, APAR, PLEBOTOMI,SER
14. Suroso APAR, BLS
15. Khusnul Mei H BLS, APAR
16. Bima BLS, APAR
17. Zahrotul Lathifa BLS
18. Dita Rochim BLS, APAR, SER
BLS : Basic Life Support
HIV : Human Immunodeficiency Virus
BCLS : Basic Cardiac Life Support
K3RS : Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah
Sakit
EKG : Elektrokardiogram
APAR : Alat Pemadam Api Ringan
BENCANA : Bencana
PPGD : Pelatihan Penanggulangan Penderita Gawat
Darurat.

Menurut standart Joint Commission International (JCI) 2011


pelatihan minimal yang dimiliki perawat ruangan adalah Basic Life Support
(BLS), dan 18 karyawan di Ruang Tulip 3 Timur telah mendapatkan pelatihan
Basic Life Support (BLS).

4. Beban Kerja Perawat di Ruang Tulip 3 Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo


Perhitungan beban kerja menggunakan Time and Motion study, teknik ini
mengamati dan mengikuti dengan cermat kegiatan personal yang diamati teknik
ini didapatkan beban kerja personel dan kualitas kerjanya.

Tabel 2.4 Tingkat Produktif Keperawatan Per Shif diruang Tulip 3


TimurRSUDKabupaten Sidoarjo 18 – 20 Januari 2021

Tanggal
Tindakan Keperawatan Langsung 18-20 Januari 2021
Pagi Sore Malam
(menit)
Merapikan tempat tidur 15” 10 10”

Persiapan dan pemberian obat kepada
25” 25 25”
pasien (injeksi)

Penggantian cairan infus 5” 5” 5”
Evaluasi kepatenan infus 3” 3” 3”
Mengikuti visite dokter 10” - -
Menerima pasien baru 30” 30 30”

Pemberian transfuse 45” - -
Pemberian nutrisi melalui NGT - - -
Pemberian nebul 10” 10 -

Mengambil darah 10” - -
TOTAL 153” 83” 63”
Tabel 2.5 Tingkat Non Produktif Keperawatan Per Shif diruang Tulip 3
TimurRSUDKabupaten Sidoarjo 18 Januari-20 Januari 2020
Tanggal
Tindakan Keperawatan Tidak Langsung
Pagi Sore Malam
Timbang terima ke pasien 30 30 30
Pembuatandokumentasitindakan di RM 30 30 30
MelengkapiRM 20 20 20
Operan dinas 60 60 60
TOTAL 140 140 140
Keterangan :
a. Total waktu diatas merupakan waktu yang dibutuhkan 1 perawat untuk
merawat 1 orang pasien.
b. Kegiatan tidak produktif yang dilakukan perawat yaitu makan dan sholat
yang membutuhkan waktu 40 menit.
c. Jumlah waktu kerja per shift yaitu (153+140+40) x 8 = 2,664

5. Mahasiswa Praktik
Mahasiswa yang berpraktik di Ruang Tulip 3 Timur di ikuti oleh
beberapa institusi yang ada di jawa timur. Adapun institusi yang berpraktik
sekarang diantaranya:
1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widyagama Malang (Program Profesi
Ners). Adapun jumlah mahasiswa yang berpraktik di Ruang Tulip 3
Timur sebanyak 9 Orang dengan lama praktik 2 Minggu mulai dari
tanggal 18 januari s/d tanggal 29 Januari 2021.
B. Pasien

Tabel 2.6 Daftar 8 Penyakit terbanyak di Ruang Tulip 3 Timur mulai 18-20 Januari 2021

Jumlah
No. JenisPenyakit Peringkat
Kasus
1. GEA 10 1
2. Vomitting 9 2
3. PJK (Penyakit jantung koroner) 6 3
4. Chronic Kidney Disease (CKD) 5 4
5. Cerebrovascular accident infark (CVA Infark) 4 5
6 CHF (Congestive Heart Failure) 4 4
7 Stroke Haemoragic (SH) 3 4
8 Diabetes Mellitus (DM) 2 2
Sumber: Primer (2021)

Gambar 2.7 Grafik Penyakit terbanyak di Ruang Tulip 3 Timur dari tanggal 18-20
Januari 2021

12
10
8
6
4
2
0
PJK
(Penya Chronic
Stroke Diabet
Vomitti kit Kidney
GEA CVA CHF Hemor es
ng jantung Disease
aic Melitus
korone (CKD)
r)
JUMLAHKASUS 10 9 6 5 4 4 3 2

Berdasarkan Grafik di atas, diketahui bahwa penyakit terbanyak di Ruang Tulip 3


Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo mulai 18-20Januari 2021 adalah Gastroenteritis (GEA)
yaitu sebanyak 10 kasus.
C. BOR (Bed Occupaty Rate)
Menurut Kemenkes RI (2010) , BOR adalah presentase pemakaian tempat
tidur pada satuan waktu tertentu, indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya
tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.

Tabel 2.8 BOR di RuangTulip 3 Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo hari


Senin18 januari s/d tanggal 30 Januari 2021.
No. Tanggal Perhitungan BOR
1. 18 Januari 2021 BOR = 16/48 x 100% = 33,3%
2. 19 Januari 2021 BOR = 20/48 x 100% = 41,7%
3.
20 Januari 2021 BOR = 17/48 x 100% = 35,4%
Sumber:DataPrimer(2021)

Berdasarkan hasil rata-rata BOR selama 3 hari diruang Tulip 3 Timur


yaitu % yang menunjukkan bahwa penggunaan tempat tidur diruang Tulip
3 Timur sudah ideal.

D. Tingkat ketergantungan Klien dan Kebutuhan Tenaga Perawat


Menurut Douglas (1984) dalam Nursalam (2014) penerapan system klasifikas
iklien dengan tiga kategori tersebut adalah sebagai berikut:
1) KategoriI: perawatan mandiri
Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah klien masih dapat melakukan sendiri
kebersihan diri, mandi, ganti pakaian, makan, minum, penampilan secara umum
baik, tidak ada reaksi emosional. Klien perlu dilakukan diawasi ketika
melakukana mbulasi atau gerakan. Klien perlu dilakukan observasi setiap shift,
pengobatan minimal, dan persiapan prosedur memerlukan pengobatan.
2) Kategori II: Perawatan parsial
Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah memerlukan bantuan untuk
melakukan kegiatan sehari-hari seperti makan, mengatur posisi waktu makan,
member dorongan agar makan, bantuan dalam eliminasi dan kebersihan diri,
tindakan keperawatan untuk memonitor tanda-tanda vital, fungsi fisiologis, status
emosional, kelancaran drainase, bantuan dalam pendidikan kesehatan serta
kesiapan pengobatan memerlukan prosedur.

3) Kategori III:Perawatan total


Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah tidak dapat melakukan sendiri
kebutuhan sehari-harinya, semua kebutuhan dibantu oleh perawat, penampilan
klien sakit berat, klien memerlukan observasi tanda vital setiap dua jam,
menggunakan selang nasogastric (NGT), menggunakan terapi intravena,
pemakaian alat penghisap (suction) dan kadang klien dalam kondisi gelisah/
disoriented.
Menurut Douglas (1984) dalam Nursalam (2014) menetapkan jumlah perawat
yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien,
dimana masing-masing kategori mempunyai nilai standar pershift.

Tabel 2.9 Nilai Standar Jumlah Perawat Per Shift Berdasarkan Klasifikasi
Klien
Klasifikasi Pasien
Jumlah Minimal Parsial Total
Pasien Mala
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore
m
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
Sumber:DataPrimer(2021)

Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga keperawatan dengan


metode Douglasdi Ruang Tulip 3 Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo tanggal 18-
20 Januari 2021 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.10 Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga


keperawatan dengan metode Douglas diRuang Tulip 3 Timur RSUD
Kabupaten Sidoarjo hari Senin, 18 Januari 2021
Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tingkat Jumlah
Ketergantungan Pasien Pagi Sore Malam
Minimal 6 6x0,17=1,02 5x0,17=0,85 5x0,17=0,85
Parsial 7 7x0,27=1.89 6x0,27=1,62 7x0,27=1,89
Total 4 4x0,36=1,44 4x0,36=1,44 4x0,36=1,44
Jumlah 17 4,35 3,91 4,18
4 4 4
Total tenaga perawat:
Jumlah tenaga yang lepas dinas per hari:
Pagi : 4 orang
86x12 = 1032 = 3,69 atau 4 orang
Sore : 4 orang 279 279
Malam : 4 orang
12 orang
Tabel 2.11 Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga
keperawatan dengan metode Douglas diRuang Tulip 3 Timur RSUD
Kabupaten Sidoarjohari selasa , 19 Januari 2021
Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tingkat Jumlah
Ketergantungan Pasien Pagi Sore Malam
Minimal 7 7x0,17=1,19 2x0,17=0,34 2x0,17=0,34
Parsial 10 10x0,27=2,7 5x0,27=1,35 5x0,27=1,35
Total 3 3x0,36=1,08 3x0,36=1,08 3x0,36=1,08
Jumlah 20 4,97 2,77 2,77
5 3 3
Total tenaga perawat:
Jumlah tenaga yang lepas dinas per hari:
Pagi : 4 orang
86x12 = 1.032 = 3,69 atau 4 orang
Sore : 4 orang
279 279
Malam : 4 orang
12 orang
Tabel 2.12 Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga
keperawatan dengan metode Douglas diRuang Tulip 3 Timur RSUD
Kabupaten Sidoarjohari R a b u , 20 Januari 2021
Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tingkat Jumlah
Ketergantungan Pasien Pagi Sore Malam
Minimal 7 7x0,17=1,19 7x0,17=0,34 7x0,17=0,34
Parsial 7 7x0,27=1,89 6x0,27=1,62 6x0,27=1,62
Total 3 3x0,36=1,08 3x0,36=1,08 3x0,36=1,08
Jumlah 17 4,16 2,77 2,77
4 3 3
Total tenaga perawat:
Jumlah tenaga yang lepas dinas per hari:
Pagi : 4 orang
86x10 = 860 = 3,08 atau 3 orang
Sore : 3 orang
279 279
Malam : 3 orang
10 orang

Berdasarkan tingkat Berdasarkan


ketergantungan klien Permenkes RI No. Jumlah Jumlah
(Douglas) Harian 340/MENKES/PER/II perawat perawat
(jumlah klien dan I/2010 ruangan ruangan
tingkat (Jumlah (harian) (Perawat:TT)
ketergantungan) Perawat:Jumlah TT)
18 perawat, 2
PP dan
4 7:10 15perawat 7:18
pelaksana
Berdasarkan hasil diatas yang telah dihitung menurut Douglas, jumlah tenaga
perawat yang dibutuhkan rata-rata dalam 1 hari yaitu 12 orang dengan rincian sebagai
berikut:

a. Shift pagi
Dibutuhkan 4 orang perawat yang terdiri dari 1 Perawat primer dan 3 orang
perawat pelaksana. Pada ruang tulip 3 timur, jumlah perawat yang bertugas pada
dinas pagi adalah 4 orang yaitu 1 orang Perawat Primer dan 3 orang perawat
pelaksana. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat kesesuaian tenaga
perawat.
b. Shift siang
Dibutuhkan 4 orang perawat yang terdiri dari 1 orang perawat penanggung
jawab sift dan 3 orang perawat pelaksana. Pada ruang tulip 3 timur, jumlah
perawat yang bertugas pada dinas siang adalah 4 orang yaitu 1 orang perawat
penanggung jawab sift, dan 3 orang perawat pelaksana. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat kesesuaian tenaga perawat.
c. Shift malam
Dibutuhkan 3 orang perawat yang terdiri dari 1 orang pearwat penanggung
jawab dan 2 orang perawat pelaksana. Pada ruang tulip 3 timur, jumlah perawat
yang bertugas pada dinas malam adalah 4 orang yaitu 1 orang perawat
penanggung jawab dan 3 perawat pelaksana. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat kesesuaian tenaga perawat.
d. Libur
Jumlah perawat yang libur pada hari efektif (senin-sabtu) yaitu 6 orang
perawat, sedangkan pada hari minggu dan hari besar terdapat 4 orang perawat (1
orang kepala ruangan, 1 orang perawat primer dan 2 orang perawat pelaksana).
e. Luaran
Luaran merupakan hari lepas dinas perawat sebelum dinas perawat setelah
melakukan dinas malam.
f. Cuti
Terdapat 2 orang perawat yang cuti saat dilakukan pengkajian (18-20Januari
2021) yaitu 1 perawat penanggung jawab dan 1 perawat pelaksana.
Perhitungan menurut Gillies (1989) Menentukan terlebih dahulu jam keperawatan
yang dibutuhkann klien per hari, yaitu
o Keperawatan langsung : 18-01-2021
 Keperawatan mandiri 6 orang klien; 6 x 2 jam = 12 jam
 Keperawatan sebagian 7 orang klien; 7 x 3 jam = 21 jam
 Keperawatan total 4 orang klien; 4 x 6 jam = 24 jam
57 jam
o Keperawatan tidak langsung :17 orang klien x 1 jam = 17 jam
o Penyuluhan kesehatan : 17 orang klien x 0,25 jam = 4,25 jam
- Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per klien per hari (total point a di
atas) adalah = 4,69 jam
- Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan tersebut adalah langsung
dengan menggunakan rumus (Gillies, 1989) di atas, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut
:
4,69jam/klien/hr X 17 org/hr X 365 hr 29.101,45 jam/thn
=
365 – 128 hr/thn X 8 jam 1896 jam/thn
= 15,34 org (15 org)
- Menentukkan jumlah kebutuhan tenaga kepeawatan yang dibutuhkan per hari, yaitu :
Rata-rata klien/hari X Rata-rata jam perawatan/hari
Jumlah jam kerja/hari
= 17 orang X 4,69 jam
= 9,96 orang (10 orang)/hari
8 jam
Menentukkan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu dengan ketentuan
menurut Warstler (dalam Swansburg, 1990 hal 71) Proporsi dinas Pagi: 47%, Sore:36% dan
Malam: 17%. Maka pada kondisi di atas jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift
adalah:
 Shift Pagi = 4,7 (5 orang)
 Shift Sore = 3,6 (3 orang)
 Shift malam = 1,7 (2 orang)

o Keperawatan langsung : 19-01-2021


 Keperawatan mandiri 7 orang klien; 7 x 2 jam = 14 jam
 Keperawatan sebagian 10 orang klien; 10 x 3 jam = 30 jam
 Keperawatan total 3 orang klien; 3 x 6 jam = 18 jam
62 jam
o Keperawatan tidak langsung :20 orang klien x 1 jam = 20 jam
o Penyuluhan kesehatan : 20 orang klien x 0,25 jam = 5 jam
Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per klien per hari (total point a di atas)
adalah = 4,69 jam
Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan tersebut adalah langsung
dengan menggunakan rumus (Gillies, 1989) di atas, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :
4,69jam/klien/hr X 20 org/hr X 365 hr 34.237 jam/thn
=
365 hr – 128 hr/thn X 8 jam 1896 jam/thn
= 18,05 org (18 org)
Menentukkan jumlah kebutuhan tenaga kepeawatan yang dibutuhkan per hari, yaitu :
Rata-rata klien/hari X Rata-rata jam perawatan/hari
Jumlah jam kerja/hari
= 20 orang X 4,69 jam
= 11,725 orang (12 orang)/hari
8 jam
Menentukkan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu dengan ketentuan
menurut Warstler (dalam Swansburg, 1990 hal 71) Proporsi dinas Pagi: 47%, Sore:36% dan
Malam: 17%. Maka pada kondisi di atas jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift
adalah:
 Shift Pagi = 9,4 (9 orang)
 Shift Sore = 7,2 (7 orang)
 Shift malam = 3,4 (3 orang)

o Keperawatan langsung : 20-01-2021


 Keperawatan mandiri 7 orang klien; 7 x 2 jam = 14 jam
 Keperawatan sebagian 7 orang klien; 7 x 3 jam = 21 jam
 Keperawatan total 3 orang klien; 3 x 6 jam = 18 jam
53 jam
o Keperawatan tidak langsung :17 orang klien x 1 jam = 17 jam
o Penyuluhan kesehatan : 17 orang klien x 0,25 jam = 4,25 jam
Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per klien per hari (total point a di atas)
adalah = 4,69 jam
Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan tersebut adalah langsung
dengan menggunakan rumus (Gillies, 1989) di atas, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :
4,69jam/klien/hr X 17 org/hr X 365 hr 29.101,45 jam/thn
=
365 hr – 128 hr/thn X 8 jam 1896 jam/thn
= 15,34 org (15 org)
Menentukkan jumlah kebutuhan tenaga kepeawatan yang dibutuhkan per hari, yaitu :
Rata-rata klien/hari X Rata-rata jam perawatan/hari
Jumlah jam kerja/hari
= 17 orang X 4,69 jam
= 9,96 orang (10 orang)/hari
8 jam
Menentukkan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu dengan ketentuan
menurut Warstler (dalam Swansburg, 1990 hal 71) Proporsi dinas Pagi: 47%, Sore:36% dan
Malam: 17%. Maka pada kondisi di atas jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift
adalah:
 Shift Pagi = 4,7 (5 orang)
 Shift Sore = 3,6 (3 orang)
 Shift malam = 1,7 (2 orang)

E. Kepuasan Kerja
Tabel 2.13 Presentase Kepuasaan Perawat terhadap Jobdisk di Ruang Tulip 3
Timur RSUD Sidoarjo
No Kategori Jumlah Presentase
1 Sangat Puas 2 33,4%
2 Puas 4 66,6%
3 Cukup Puas 0 0%
4 Tidak Puas 0 0%
Keterangan : 66,6% perawat menyatakan puas dengan Jobdisk yang ada
Berdasarkan data dari tabel di atas didapatkan 66,6% 6 sampel dari 18
perawat puas dengan jobdisk yang ada.

Tabel 2.14 Presentase Kepuasan Perawat terhadap Pendapatan di Ruang Tulip 3


Timur RSUD Sidoarjo
No Kategori Jumlah Presentase
1 Sangat Puas 2 33,4%
2 Puas 4 66,6%
3 Cukup Puas 0 0%
4 Tidak Puas 0 0%
Keterangan : 66,6% perawat menyatakan Cukup Puas dengan jumlah pendapatan yang
diterima.
Berdasarkan data dari tabel di atas didapatkan 66,6% 6 sampel dari 18
perawat puas dengan jumlah pendapatan yang di terima.

2. Bangunan, Sarana dan Prasarana (M2 – Material)


a. Lokasi dan denah
Lokasi penerapan proses manaterial keperawatan ini dilakukan pada
ruang tulip 3 RSUD kabupaten sidoarjo dengan uraian denah sebagai
berikut : Penerapan proses profesi manajemen keperawatan mahasiswa
Program Profesi Ners STIKES Widyagama Husada Malang, mengambil
tempat di Ruang Tulip 3 Timur kamar A1 - 3, kamar B1 - 3, kamar C1 - 3
RSUD Kabupaten Sidoarjo. Pengkajian data awal dilakukan pada tanggal
17 - 19 Januari 2021, adapun data - data yang didapatkan adalah sebagai
berikut :
b.lokasi denah/setting ruangan
Table batas ruang tulip 3 timur RSUD Kabupaten Sidoarjo
(1) Gedung Laboratorium Patologi Anatomi (PA), Ruang manajemen
Pendidikan dan Pelatihan (DIKLIT) dan Ruang IRNA Pavilum.
(2) Kantor Ruang Manajemen Pelayanan Keperawatan.
(3) Taman RSUD Kabupaten Sidoarjo
(4) Batas Nurse Stationdan Ruang rawat inap Tulip 3 Barat.

Ruang Tulip 3 Timur terletak di gedung Utara RSUD


Kabupaten Sidoarjo yang merupakan ruang rawat inap untuk pasien
dewasa dan anak. Ruang Tulip 3 Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo
merupakan ruang perawatan pasien yang terdiri dari ruang rawat inap
Bougenvile 1, ruang rawat inap Tulip 2, dan ruang rawat inap Tulip 3.
c. Data Bed Pasien
Jumlah kapasitas bedpasien di Ruang Tulip 3 Timurberdasarkan hasil
pengkajian tanggal 18-20 Januari 2021, didapatkan sebagai berikut :
Kelas I: Terdapat 16 ruangan, Kapasitas bed setiap ruang Tulip 3 Timur
sebanyak 3 bed. Sebanyak 48 bed pasien dan 48 kursi pasien. Ruang
Tulip 3 Timur terdiri dari 16 ruangan yang berisi 3 bed pasien dan
dilengkapi kamar mandi tiap ruangannya, 1 toilet pegawai, 2 toilet untuk
pasien diluar kamar pasien dan 1 toilet di dalam ruang observasi, 1 toilet
pegawai.
d. Fasilitas dan Sarana Kesehatan
 Peralatan
No Nama Alat Jumlah yang Jumlah Kondisi Usulan
tersedia ideal
1 Tensimeter 2 2/ ruangan Baik -
2 Stetoskop 3 3/ ruangan Baik -
3 Syringe pump 3 3/ ruangan Baik -
4 Lampu Baca Foto 1 1/ ruangan Baik -
5 Manometer sentral 44 1:1 Baik Ditambah
4
6 Termometer 1 2/ ruangan Baik Ditambah
1
7 Standard infus 10 1:1 Baik -
beroda
8 Standard infus tanpa 38 1:1 Baik -
roda
9 Bed pasien 48 1:1 Baik -
10 Kursi penunggu kayu 48 1:1 Baik -
11 Lemari pasien 48 1:1 Baik -
12 Rak sandal - - - -
13 Rak handuk 16 1:1 / Baik -
ruangan
14 Tempat sampah 4 4/ ruangan Baik Ditambah
medis 1
15 Tempat sampah non 19 19/ Baik -
medis ruangan
16 Tensi erka 1 1/ ruangan Baik -
17 Penlight 1 2/ ruangan Baik Ditambah
1
18 Retrain 2 2/ ruangan Baik -
19 SPO2 Portable 1 2/ ruangan Baik Ditambah
1
20 Jam dinding pasien 16 1:1 Baik -
21 Meja pasien 48 1:1 Baik -
22 Almari status 1 1 Baik -
23 Lemari es obat 1 1 Baik -
24 Kursi perawat 10 10/ Baik -
ruangan
25 Lemari barang 1 1 Baik -
inventaris
26 Televisi 16 1:1 Baik -
27 Troli visik 1 1/ ruangan Baik -
28 Troli obat 1 1/ ruangan Baik -
29 Lemari es ASI 1 1/ ruangan Baik -
30 AC 17 1:1 Baik -

Menurut standart SNARS (2018), untuk menjamin peralatan medis dapat


digunakan dan layak dipakai maka rumah sakit perlu melakukan iventariasi peralatan
medis yang meliputi peralatan medis yang dimiliki oleh rumah sakit dan peralatan
medis kerja sama operasional (KSO) milik pihak ketiga; melakukan
pemeriksaanperalatan medis sesuai dengan penggunaan dan ketentuan pabrik
melaksanakan pemeliharaan preventif dan kalibrasi.
Berdasarkan data diatas peralatan medis di ruang tulip 3 RSUD Sidoarjo
sudah cukup baik sesuai dengan standart peratuan menteri kesehatan republic
Indonesia (Perkemenke RI) Nomor 34/MENKES/III/2010, namun masih ada
beberapa penyimpanan alat yang tidak rapi sehingga terlihat berantakan dan tidak
tertata.
 Peralatan perawat

No Nama Alat Jumlah Jumlah Kondisi Usulan


Yang Ideal
Tersedia
1 Televisi 1 1:1 Baik -
2 Bed patient 3 3/ruangan Baik -
3 Over bed table 3 3/ruangan Baik -
(meja pasien)
4 Bed side 3 3/ruangan Baik -
cabinet/almaripasien
5 Standainfus 3 3/ruangan Baik -
6 Tong sampah non 1 1:1 Baik -
medispijkan 36 L
7 Rakhanduk 1 1:1 Baik -
8 AC plit 2 PK 2 2/ruangan Baik -
9 Jam dinding 1 1:1 Baik -
10 Kursikayu/rotan/bambu 3 3/ruangan Baik -
11 Rakpispot 1 1:1 Baik -
12 Urinal stainless 3 3/ruangan Baik -
13 Pispotsendok 2 2/ruangan Baik -
14 Manometer 3 3/ruangan Baik -
Sumber RSUD Sidoarjo (2021)

 Peralatan perawat

No Namaalat Jumlahbarang Jumlah Kondisi Usulan


ideal
1 Almarikayu 1 1/ruangan Baik -
2 Raklemarialatmedis 1 1/ruangan Baik -
3 Almariloker 2 1/ruangan Baik -
Kipasangin 1 Baik -
Kursikayu/rotan/bambu 8 8/ruangan Baik -
Almariesobat 1 1/ruangan Baik -
Trolley obat /medicine 1 1/ruangan Baik -
Trolly
Computer unit 1 1/ruangan Baik -
Printer laser jet (folio) 1 1/ruangan Baik -
Pen light 1 1/ruangan Baik -
Spo2 portable 1 1/ruangan Baik -
Stetescopedewasa 2 2/ruangan Baik -
Stetescopeanak 1 1 Baik -
Tensimeteranak 2 2 Baik -
Tensi meter otomatis 1 1 Baik -
Tensi meter air raksa 2 2 Baik -
Thermometer telinga 1 1 Baik -
Syringe pump 1 1 Baik -
Film 1 1 Baik -
viewer/lampubacafoto
Persediaan sarana dan prasarana di ruang tulip 3 RSUD Sidoarjo telah
memenuhi standart sesuai dengan peraturan menteri kesehatan republik Indonesia
nomer 340/MENKES/III/2010, namun masih ada beberapa alat yang belum tersedia
di ruang tulip 3, yaitu ners call toilet yang berguna untuk panggilan jika terdapat
kejadian jatuh di toilet.
Standart SNARS (2018), rumah sakit berkewajiban meyediakan fasilitas yang
aman, fungsional, dan fasilitas pendukung untuk pasien, keluarga, staf dan
pengunjung. Untuk mencapai tujuan tersebut maka fasilitas fisik, peralatan, medis,
dan sumber daya lainnya harus dikelola secara efektif. Secara khusus pihak
manajemen rumah sakit harus berupaya :
 Kontruksi bangunan, tersedianya sistem fire safety seperti adanya sprinkler
system, difran dan jalur evakuasi.
 Adanya pembuangan material atau bahan berbahaya yang meliputi,
penanganan, penyimpanan dan penangggulangan sisa radio aktif atau
material berbahaya lainnya hingga proses pembuangan.
 Fire safety, property dan penghuni ruangan terproteksi dari api dan asap.
 Utility system, meminimalis kegagalan operasional dari utility system yang
meliputi listrik, air, gas, oksigen.
 Menjaga keamanan dengan tersedianya sistem emergency response pada
kejadian luar biasa, bencana dan memastikan respon tersebut berjalan
efektif.
Semua program harus ditulis dan di update kondisinya secara berkala untuk
mengurangi serta mengontrol kecelakaan dan cidera. strategi yang harus ada di rumah
sakit harus meliputi penanggulangan resiko kecelakaan dan cidera yang dikarenakan
ketidakamanan pada lingkungan, sumber daya dan teknologi. ruang tulip 3 saat ini yang
tersedia adalah alat pemadam kebakaran api ringan (APAR), sampah infeksius dan
sampah – sampah berbahaya.
Berdasarkan Depkes RI 2006 ruangan pada banguanan rawat inap terdiri dari
ruang rawat inap kelas I,II,III, Nurse station, ruang konsultasi dokter, ruang tindakan,
ruang administrasi, ruang dokter, ruang perawat, ruang ganti / loker, ruang linen bersih,
ruang linen kotor, spoel hoek / cuci alat, kamar mandi / toilet, pantry / dapur, ruang
janitor / service, gudang bersih, gudang kotor. Ruang tulip 3 RSUD Sidoarjo memiliki
fasilitas peralatan dan fasilitas cukup baik namun belum memiliki ruang konsultasi/ ruang
dokter.
3. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3 – Methode)
1) Penerapan MAKP
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di ruang Tulip III
menggunakan MAKP dengan metode primer. Kegiatan pemberian asuhan
keperawatan dilaksanakan berdasarkan jumlah pasien, 1 tim bertanggung
jawab dalam 1 ruangan Tulip dari abjad A – H dan S – Z dalam satu shift.

Hasil kuesioner MAKP dengan perawat di ruang Tulip 3 RSUD


Kabupaten Sidoarjo yang dilakukan pada tanggal 20-21 Januari 2021

TIDA
NO PERTANYAAN YA
K
1. Model Asuhan Keperawatan
a. Apakah model asuhan keperawatan yang 10 0
digunakan perawat saat ini adalah MAKP ? (100 (0%)
Primer %)

b. Apakah anda mengerti atau memahami dengan 10 0


model asuhan keperawatan yang digunakan saat (100 (0%)
ini ? %)
c. Menurut anda , apakah model tersebut cocok 10 0
digunakan diruangan anda? (100 (0%)
%)
d. Apakah model yang digunakan sesui dengan visi 10 0
dan misi ruangan ? (100 (0%)
%)
2. Efektifitas Dan Efisiensi Model Asuhan Keperawatan
a. Apakah dengan menggunakan model saat ini 10 0
menjadi semakin pendek lama rawat inap bagi (100 (0%)
pasien? %)
b. Apakah terjadi peningkatan kepercayaaan pasien 10 0
terhadap ruangan (100 (0%)
%)
c. Apakah model yang digunakan saat ini tidak 10 0
menyulitkan dan memberikan beban berat kerja (100 (0%)
bagi anda? %)
d. Apakah model saat ini tidak memberatkan 6 4
pembiayaan? (60%) (40
%)
e. apakah model yang digunakan mendapatkan 0 10
banyak kritikan dari pasien terhadap ruangan? (0%) (100
%)
3. Pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan
a. apakah telah terlaksana komunikasi yang adekuat 10 0
antara perawat dan tim kesehatan lain? (100 (0%)
%)
b. apakah kontinuitas rencana keperawatan 10 0
terlaksana? (100 (0%)
%)
c. apakah anda sering mendapat teguran dari ketua 10 0
tim? (100 (0%)
%)
d. apakah anda menjalankan kegiatan sesuai 10 0
tupoksi? (100 (0%)
%)
4. Tanggung Jawab Dan Pembagian Tugas
a. apakah job decription untuk anda selama ini 10 0
sudah jelas? (100 (0%)
%)
b. apakah tugas anda sesuai dengan model asuhan 10 0
keperawatan yang saat ini digunakan ruangan ? (100 (0%)
%)
c. apakah anda mengenal atau mengetahui kondisi 10 0
pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan? (100 (0%)
%)
Sumber : Data Primer (2021)

Kesimpulan hasil pegumpulan data dengan kuesioner dari 10 responden perawat


pelaksana, telah didapatkan 10 perawat menyatakan MAKP yang diterapkan di ruang
Tulip 3 adalah MAKP Modular. 100% perawat telah memahami dengan model asuhan
keperawatan yang diterapkan, 100% cocok dengan model asuhan keperawatan yang
diterapkan diruangan serta seluruh perawat menyatakan bahwa MAKP yang digunakan
sesuai dengan visi misi ruangan.
Dari efektifitas dan efisiensi model asuhan keperawatan yang diterapkan 100%
perawat menyatakan menggunakan model saat ini menjadi semakin pendek lama rawat
inap. 100% perawat menjawab terjadi peningkatan kepercayaaan pasien terhadap
ruangan. 100% perawat menjawab model yang digunakan saat ini tidak menyulitkan dan
memberikan beban berat kerja serta model saat ini tidak memberatkan pembiayaan,
100% perawat menyatakan dengan model yang digunakan tidak mendapatkan banyak
kritikan dari pasien terhadap ruangan.
Dari kuesioner pelaksanaan model asuhan keperawatan 100% perawat
menyatakan komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lain. 100%
perawat menyatakan kontunitas rencana keperawatan terlaksana. 100% perawat
menyatakan tidak pernah mendapat teguran dari ketua tim, 100% menyatakan
menjalankan kegiatan sesuai tupoksi atau standard. Dari kuesioner tanggung jawab dan
pembagian tugas 100% perawat menyatakan job description selama ini sudah jelas,
100% perawat menyatakan tugas yang dilakukan sesuai dengan MAKP yang saat ini
digunakan ruangan, 100% perawat menyatakan mengenal dan mengetahui kondisi
pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan.
Dalam penerapannya MAKP primer ini terdapat kelebihan dan kelemahan yaitu
(Nursalam, 2007) :
a. Kelebihan
 Bersifat kontinuitas dan komprehensif
 Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan
memungkinkan pengembangan mandiri.
 Keuntungan antara lain terhadap pasien, dokter dan rumah sakit.
 Mendorong kemandirian perawat
 Ada keterikatan pasien dan perawat selama rawat inap
 Berkomunikasi langsung dengan dokter
 Perawatann adalah perawatan komprehensif
 Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
 Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan
keperawatan.
b. Kelemahan
 Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahhuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan
klinis, penuh pertimbangan, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai
disiplin ilmu.
 Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat
 Hanya dapat dilakukan perawat profesional
 Biaya relatif tinggi dibandingkan metode lain.
Pada dasalnya dalam model tim moduler ini terkandung dua konsep utama yang
harus ada yaitu
1. Kepemimpinan : kemampuan ini harus dipunyai oleh ketua tim, yaitu perawat
profesional yang ditunjukan oleh kepala ruangan untuk bertanggung jawab
terhadap sekelompok pasien dalam merencanakan asuhan keperawatan,
merencanakan penugasan pada anggota tim, melakukan supevisi dan evaluasi
pelayanan keperawatan yang diberikan
2. Komunikasi yang efektif : proses ini harus dilaksanakan untuk memastikan adanya
kesinambungan asuhan keperawatan yang diberikan dalam rangka memenuhi
kebutuhan pasien secara individual dan membantunya dalam mengatasi masalah.
Proses komunikasi harus dilakukan secara terbuka dan akan melalui laporan pre
atau post konferen atau pembahasan dalam penugasan, pembahasan dalam
merencanakan dan menulisakan asuhan keperawatan dan mengevaluasi hasil
yang dicapai.

2) Timbang terima
Penyampaian dan peneriamaan suatu laporan yang berkaitan dengan
pasien harus dilakukan seefektif mungkin secara jelas, singkat, dan
lengkap mengenai tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang
sudah dilakukan atau belum sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Dari hasil wawancara dan
observasi keseluruhan perawat telah mengetahui cara penyampaian dan
persiapan untuk timbang terima yang dipimpin langsung oleh ketua tim
ruang tulip III, kemudian dilanjutkan dengan melaporkan kondisi pasien
pada perawat.
Pelaporan : Situation meliputi nama pasien, usia, diagnose medis,
masalah keperawatan, dokter penanggung jawab. Background meliputi
perkembangan pasien saat ini, seperti kemampuan pasien atau aktivitas.
Assesment meliputi keadaan umum, tanda-tanda vital, kesadaran, hasil
laboratorium, informasi klinik yang mendukung, serta informasi
perkembangan klien. Recommendation meliputi intervensi yang perlu
dilakukan seperti terapi dan pemeriksaan penunjang yang akan
dilakukan. Setelah proses timbang terima dilakukan di ruang perawat
kemudian perawat bersama-sama melakukan validasi ke pasien dengan
menanyakan keluhan yang dirasakan oleh pasien, memperkenalkan
perawat yang akan bertugas selanjutnya dan menyampaikan tindakan
yang akan dilakukan selanjutnya. Setelah dilakukan validasi ke pasien,
perawat tidak mendiskusikan kondisi pasien kepada anggota tim dan
langsung melakukan tindakan. Pendokumentasian SBAR dilakukan di
buku Laporan timbang terima yang sudah disediakan di ruang untuk
dibacakan pada saat timbang terima dan tanda tangan yang tercantum
dalam buku laporan adalah tanda tangan perawat yang bertugas saat itu
sementara pendokumentasian SOAPI dicatat pada rekam medis pasien.

Hasil Kuesioner dengan perawat di Ruang Tulip 3 RSUD Sidarjo


tanggal 20-21 Januari 2021

NO PERTANYAAN YA TIDAK
1. Apakah timbang terima dilakukan setiap shift ? 10 0
(100%) (0%)
2. Apakah timbang terima telah dilaksanakan tepat 10 0
waktu? (100%) (0%)
3. Apakah timbang terima dihadiri oleh semua 10 0
perawat yang berkepentingan? (100%) (0%)
4. Apakah timbang terima dipimpin oleh kepala 10 0
Ruangan/Perawat Primer ? (100%) (0%)
5. Adakah yang harus dipersiapkan dalam 10 0
pelaksanaan timbang terima? (100%) (0%)
6. Apakah anda mengetahui apa saja yang harus 10 0
disampaikan dalam pelaporan timbang terima? (100%) (0%)
7. Adakah buku khusus untuk mencatat hasil 10 0
laporan timbang terima? (100%) (0%)
8. Adakah kesulitan dalam mendokumentasikan 10 0
laporan timbang terima? (100%) (0%)
9. Apakah ada interaksi dengan pasien saat 10 0
timbang terima berlangsung? (100%) (0%)
10. Apakah anda mengetahui bagaimana teknik 10 0
pelaporan timbang terima ketika berada di (100%) (0%)
depan pasien?
11. Apakah waktu untuk mengunjungi masing- 10 0
masing pasien antara 5-10 menit? (100%) (0%)
12. Apakah terdapat persetujuan atas penerimaan 10 0
timbang terima? (100%) (0%)
13. Apakah terdapat evaluasi mengenai kesiapan 10 0
perawat pengganti sif selanjutnya oleh kepala (100%) (0%)
ruangan?
Sumber Kuisioner: Nursalam 2015; Sumber Data: Data Primer 2021.

Kesimpulan dari hasil pengumpulan data melalui kuesioner yang dilakukan tanggal
18 – 20 Januari 2021 kepada perawat Ruang Tulip 3 RSUD Sidoarjo timbang terima
dilaksanakan 3 kali sehari yaitu pada pergantian Shift pagi ke shift sore (pukul
14.00), shift sore ke shift malam (pukul 21.00), dan shift malam ke shift pagi (pukul
07.00). Timbang terima dilakukan di Ruang Perawat Tulip 3 yang dihadiri leh seluruh
perawat yang dinas setelah shift, dan perawat yang akan dinas shift selanjutnya,
bersama dengan kepala ruang.
Perawat 100% menyatakan timbang terima dilaksanakan tidak tepat
waktu. Seluruh perawat 100% menyatakan bahwa ada yang harus
dipersiapkan sebelum pelaksanaan timbang terima. Keseluruhan 100%
menyatakan telah mengetahui hal-hal yang harus disampaikan saat
timbang terima. Semua perawat 100% menyatakan sudah terdapat buku
khusus untuk mencatat hasil laporan timbang terima dan 100% tidak
mengalami kesulitan dalam mendkumetasikan laporan timbang terima.
Seluruh perawat (100%) menyatakan ada interaksi dengan pasien saat
timbang terima berlangsung, dari hasil observasi, selama pengkajian
berlangsung tanggal 18 – 20 Januari 2021 dilakukan dari shift pagi ke shift
sore, dari shift sore ke shift malam, dan dari shift malam ke shift pagi.
Proses pelaksaanaan bersama pasien sebagian perawat menyatakan
waktu yang dibutuhkan hanya 2-3 menit.

3) Penerimaan pasien baru


Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima kedatangan
pasien baru dalam satu ruangan. Dalam penerimaan pasien baru
disampaikan beberapa hal mengenai orientasi ruangan, perawatan, dan
tata tertib ruangan. Berdasarkan hasil observasi, penerimaan pasien baru
dilakukan ketika akan ada pasien baru. Perawat yang menerima pasien
baru adalah perawat yang sedang bertugas saat itu sehingga semua
perawat harus memiliki kompetensi untuk melakukan penerimaan pasien
baru. Berdasarkan hasil wawancara kepada ketua tim ruang Tulip III
penerimaan pasien baru dimulai sejak pasien datang, perawat akan
menyiapkan kamar, menyiapkan lembar pasien baru dibantu pekarya
ruangan, memperkenalkan perawat dan ruangan, memperkenalkan
aturan rumah sakit di ruangan, memperkenalkan nama, dokter
penangguang jawab, menjalaskan terkait hak dan kewajiban pasien.

Hasil Kuesioner dengan perawat di Ruang Tulip 3 RSUD Sidarjo


tanggal 20-21 Januari 2021.

NO PERTANYAAN YA TIDAK
1. Apakah anda mengerti bagaimana 10 0
penerimaan pasien baru? (100%) (0%)
2. Apakah sudah ada pembagian tugas tentang 10 0
penerimaan pasien baru? (100%) (0%)
3. Apakah setelah selesai melakukan 10 0
penerimaan pasien baru anda melakukan (100%) (0%)
pendokumentasian?
4. Apakah kepala ruangan atau penanggung 10 0
jawab sif memberitahu bahwa akan ada (100%) (0%)
pasien baru?
5. Apakah sudah ada media seperti leaflet, 10 0
booklet, dll yang digunakan atau diberikan (100%) (0%)
kepada pasien atau keluarga saat melakukan
penerimaan pasien baru?
6. Apakah saat penerimaan pasien baru sudah 10 0
dilakukan penjelasan tentang 3P (pengenalan (100%) (0%)
kepada pasien tentang tenaga kesehatan lain,
peraturan rumah sakit, penyakit serta
sentralisasi obat)
Sumber Kuisioner: Nursalam (2015); Sumber Data: Data Primer 2021

Kesimpulan didapatkan melalui kuesioner dari 10 perawat dan


didapatkan (100%) perawat telah mengerti mengenai penerimaan pasien
baru meliputi sarana dan prasarana yang telah disediakan diruang Tulip 3
RSUD Sidoarjo yaitu lembar pasien masuk RS, tata tertib pasien da
pengunjung ruangan, tempat tidur pasien baru, lembar format pegkajian
pasien baru, lembar reksiliasi obat dan gelang identitas pasien. Perawat
yang menerima pasien baru adalah perawat yang sedang bertugas saat itu
sehingga semua perawat harus memiliki kompetesi untuk melakukan
penerimaan pasien baru yang sudah dilakukan di Ruang Tulip 3 RSUD
Sidoarjo. Berdasarkan hasil wawancara penerimaan pasien baru yang
sudah di lakukan di Ruang Tulip 3 RSUD Sidarjo yaitu dimulai sejak pasien
datang, perawat akan menyiapkan kamar dibantu dengan rekan
kesehatan,
meyiapkan lembar penerimaan pasie baru, memperkenalkan diri dan
ruangan, memperkealkan aturan rumah sakit dan aturan ruangan Tulip 3
RSUD Sidoarjo. Pada saat pasien baru masuk, perawat akan melakukan
pengecekan identitas, kemudian memperkenalkan nama perawat yang
akan merawatnya, meelaskan mengenai hak dan kewajiban pasien.

Data menunjukkan (100%) perawat melakukan pendokumentasian


setelah penerimaan pasien baru dilakukan. Format penerimaan pasien
baru telah disediakan dan terdapat didalam format pegkajian, setiap pasien
baru di sediakan
Alur penerimaa pasien baru di Ruang Tulip 3 RSUD Sidoarjo adalah
sebagai berikut :

Pasien
Perawat melakukan
datang dari identifikasi (biodata
IGD atau Kontak
DPJP dan status),
anamnesa dan

Dilakukan perawatan
terhadap pasienmeliputi:

- Konsul/tindakan
dokter
- Pemberian terapi
- Pemberian diet
- Konsul penunjang

Gambar 2.4 Skema Alur Penerimaan Pasien Baru

4) Discharge planning
Penting bagi pasien dan keluarga untuk mengetahui perawatan yang
telah diterima dan bagimana perawat yang dapat dilanjutkan saat pasien
kembali kerumah, sehingga status kesehatan pasien dipertahankan atau
meningkat. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua tim ruang Tulipp
III discharge planning dilakukan saat pasien pertama kali masuk, selama
dilakukan perawatan dan saat pasien akan keluar rumah sakit. Discharge
planning sudah terdokumentasikan di rekam medis pasien. Discharge
planning yang didokumentasikan saat pasien akan masuk dan keluar
rumah sakit meliputi pemasangan dan pelepasan NGT, pemasangan dan
pelepasan urine kateter, IV kanul, balutan luka dan gelang identitas.

NO PERTANYAAN YA TIDAK
1. Apakah bapak/ibu mengetahui tentang Discharge 10 0
Planning? (100%) (0%)
2. Apakah bapak/ibu berikan saat melakukan 10 0
Discharge Planning? Jelaskan (100%) (0%)
3. Apakah bapak atau ibu bersedia melakukan 10 0
Discharge Planning? Jelaskan (100%) (0%)
4. Apakah Discharge Planning dilakukan saat pasien 10 0
pulang? (100%) (0%)
5. Kapan pelaksanaan Discharge Planning dilakukan 10 0
pada pasien? (100%) (0%)
a. Mulai pasien masuk rumah sakit sampai
pasien keluar rumah sakit
b. Saat pasien masuk rumah sakit
c. Saat pasien akan keluar ruamh sakit
6. Apakah sudah ada pembagian tugas Discharge 10 0
Planning? (100%) (0%)
7. Apakah PJ unit telah menginformasikan tentang 10 0
operasional Discharge Planning? Jelaskan (100%) (0%)
8. Apakah sudah ada pemberian browser/leaflet saat 6 4
melakukan Discharge Planning? (60%) (40%)
9. Apakah Discharge Planning sudah dilakukan 10 0
dengan SOP yang ada? (100%) (0%)
10. Apakah Discharge Planning disampaikan dengan 10 0
menggunakan bahasa yang dimengerti oleh (100%) (0%)
pasien dan keluarga pasien?
11. Apakah bahasa yang bapak/ibu gunakan dalam 0 10
melakukan Discharge Planning, mengalami (0%) (100%)
kesulitan untuk dipahami?
12. Apakah setiap selesai melakukan Discharge 10 0
Planning bapak/ibu melakukan (100%) (0%)
pendokumentasian dari Discharge Planning yang
telah bapak atau ibu lakukan?
Sumber Kuisioner: Nursalam (2015); Sumber Data: Data Primer (2021)

Kesimpulan hasil kuesioner dari 10 orang responden, didapatkan hasil


bahwa seluruh perawat mengetahui dan bersedia melakukan discharge
planning. Dalam pelaksanaan discharge planning, sebanyak 100% dari
perawat yang menjadi responden mengatakan ada pembagian tugas.

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 20 Januari 2021


discharge planning dilakukan pada saat pasien masuk dan akan keluar dari
rumah sakit. Pelaksanaan discharge planning sudah terdokumentasikan di
rekam medis saat pasien akan keluar dari rumah sakit yaitu alat bantu yang
akan dilepasketika pasien akan pulang, meliputi Infus, NGT, Kateter, dan
gelang identitas pasien. Discharge planning yang dilakukan saat pasien
pertama kali masuk yaitu informasi mengenai penyakitnya, tindakan medis
yang akan dilakukan, penjelasan komplikasi penyakit yang mungkin terjadi,
dan pengobatan selanjutnya.

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner didapatkan bahwa (60%) orang


perawat memberikan brosur/Leaflet saat melakukan discharge planning
dilakukan oleh perawat bertugas pada saat jaga shift tersebut. Leaflet
mengenai penyakit pasien sudah tersedia untuk beberapa penyakit. Surat
kontrol untuk pasien menggunakan resume medis, yang akan dibawa ketika
pasien kontrol berobat setelah satu minggu keluar dari rumah sakit, yang
meliputi tindak lanjut perawatan di rumah seperti jenis aktifitas yang boleh
dilakukan atau tidak boleh dilakukan, edukasi mengenai pemahaman efek
samping obat-obatan, anjuran pola makan, jika terjadi tanda dan gejala
penyakit segera mencari pelayanan kesehatan terdekat. selain itu resume
medis juga berisi mengenai daftar nama obat yang dibawa pulang, dan
jadwal kapan saatnya kontrol ksehatan.

5) Ronde keperawatan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara ketua tim ruang tulip III
mengatakan bahwa ronde keperawatan dilaksanakan setiap satu periode
sekali dengan metode studi kasus. Dalam studi kasus pada pasien
dengan masalah yang tak kunjung mengarah pada perbaikan.
Pelaksanaan ronde keperawatan menemui beberapa hambatan jumlah
tenaga keperawatan terbatas dengan jumlah beban kerja yang tinggi.
Perawat saling bekerja sama untuk mengelola ruangan tersebut. Dalam
pelaksanaan ronde keperawatan perawat juga akan melaksanakan
diskusi dengan profesi lain seperti dokter, ahli gizi tanpa melibatkan
keluarga.
NO PERTANYAAN YA TIDAK
1. Apakah ruangan ini mendukung adanya ronde 10 0
keperawatan? (100%) (0%)
2. Apakah sebagaian besar perawat diruangan ini 10 0
mengerti adanya ronde keperawatan? (100%) (0%)
3. Apakah pelaksanaan ronde keperawatan 5 5
diruangan ini telah optimal? (50%) (50%)
4. Apakah setiap bulan dilakukan ronde 10 0
keperawatan? (100%) (0%)
5. Apakah keluarga pasien mengerti tentang adanya 0 10
ronde keperawatan? (0%) (100%)
6. Apakah tim dalam pelaksanaan kegiatan ronde 10 0
keperawatan sudah dibentuk? (100%) (0%)
7. Apakah yang dibentuk telah mampu 6 4
melaksanakan kegiatan ronde keperawatan (60%) (40%)
secara optimal?
Sumber: Data Primer (2021)

Kesimpulan hasil pengumpulan data yang dilakukan untuk


pelaksanaan ronde keperawatan di ruang Tulip 3 Timur masih belum
optimal, hal ini ditunjukkan dengan data kuesioner (60%) perawat yang
menyatakan pelaksanaan ronde berjalan secara optimal.

6) Sentralisasi obat
Data dikumpulkan melalui hasil observasi dan wawancara sarana dan
prasarana pengelolaan sentralisasi obat mencakup pasien umum dan
BPJS. Untuk pasien BPJS ada 2 alur yaitu obat yang tercover dan tidak
tercover. Obat yang tercover sama dengan pasien lainnya, obat yang
tidak tercover alurnya yaitu dari dokter kemudian ke perawat kemudian ke
penanggung jawab pasien untuk di tebus di farmasi selanjutnya obat di
berikan ke perawat dan perawat memberikan obat sesuai dengan jadwal
dan dosis advice dokter. Berdasarkan hasil wawancara di ruangan di
peroleh hasil yaitu obat yang sudah ada di perawat akan di buatkan
jadwal sesuai dengan dosis dan waktu pemberian, di dokumentasikan di
dalam buku obat namun tidak terdapat pemisahan cara pemberian obat
oral maupun injeksi. Persetujuan antara perawat dan pasien dalam
proses sentralisasi obat dilakukan secara lisan dan tertulis (informed
consent). Pada pasien umum jika pasien sudah dinyatakan pulang atau
meninggal obat yang tersisa akan dikembalikan ke farmasi untuk
digantikan dengan uang, jika pasien BPJS maka obat yang tersisa akan
di kembalikan ke farmasi. Mengenai cara penyimpanan obat di ruangan
jasmin terdapat tempat khusus untuk sentralisasi obat. Perawat
memisahkan kepemilikan obat pasien dan diberikan etiket tiap masing-
masing obat.

Persiapan dengan depot farmasi

Kroscek apoteker

Jual dari farmasi

Farmasi kirim

Sihft (pagi, sore, malam) untuk


- Pasien pulang
setiap sifht ruangan anak di oplos Return
- meninggal
oleh bagian farmasi

Gambar Skema 2.5 Alur Sentralisasi Obat


Berdasarkan hasil wawancara di ruang Tulip 3 Timur diperoleh hasil
yaitu obat yang sudah ada pada perawat akan dibuatkan jadwal sesuai
dengan dosis dan waktu pemberian, dan didokumentasikan dalam buku
obat mengenai cara pemberian obat oral maupun injeksi.
Pendokumentasian dilakukan oleh perawat kemudian ditandatangani
setelah pemberian obat di medikasi pasien.

NO PERTANYAAN YA TIDAK
1. Pengadaan Sentralisasi Obat
Apakah bapak/ibu mengetahui tentang 10 0
a
sentralisasi obat? (100%) (0%)
Apakah diruangan bapak atau ibu ini terdapat 10 0
b
sentralisasi obat? (100%) (0%)
Jika Ya, apakah sentralisasi obat yang sudah 10 0
c
dilaksanakan secara optimal? (100%) (0%)
Jika tidak, menurut bapak/ibu apakah diruangan 10 0
d
ini perlu diadakan sentralisasi obat? (100%) (0%)
Apakah selama ini bapak/ibu perna diberi 10 0
e
wewenang dalam sentralisasi obat? (100%) (0%)
Apakah format daftar pengadaan tiap-tiap macam
10 0
f. obat? (oral-injeksi-supotoria-infus-insulin-obat
(100%) (0%)
gawat darurat)
2. Alur Penerimaan Obat
Apakah selama ini ada format persetujuan 10 0
a.
sentralisasi obat dari pasien/keluarga pasien? (100%) (0%)
Apakah proses penerimaan obat langsung dari 10 0
b.
pasien/keluarga pasien? (100%) (0%)
3. Cara Penyimpanan Obat
Apakah diruangan ini terdapat ruangan khusus 10 0
a.
untuk sentralisasi obat? (100%) (0%)
Apakah kelengkapan sarana dan prasarana 10 0
b.
pendukung sentralisasi obat sudah terpenuhi? (100%) (0%)
Apakah selama ini bapak/ibu memisahkan 10 0
c.
kepemilikan antar obat-obatan pasien? (100%) (0%)
Apakah selama ini bapak/ibu memberi etiket dan 10 0
d.
alamat pada obat-obat pasien? (100%) (0%)
4. Cara Penyimpanan Obat
Apakah selama ini sebelum memberikan obat
kepada pasien bapak/ibu selalu 10 0
a.
menginformasikan jumlah kepemilikan obat yang (100%) (0%)
telah dipergunakan?
Apakah ada format tiap jenis obat sebelum 10 0
b.
bapak/ibu memberikan obat ke pasien? (100%) (0%)
Sumber: Data Primer (2021)

Kesimpulan hasil kuesioner dengan 10 perawat didapatkan (100%)


perawat menyatakan mengetahui tentang sentralisasi obat, (100%)
menyatakan di ruang Tulip 3 Timur ada format daftar pengadaan tiap-tiap
macam obat seperti Oral, injeksi, infus, insulin, obat hight alert, dll.

Mengenai cara penyimpanan obat (100%) menyatakan di ruang Tulip


3 Timur terdapat ruangan khusus untuk sentralisasi obat, sarana dan
prasarana pendukung sntralisasi obat lengkap. Perawat memisahkan
kepemilikan obat-obatan pasien dan diberi label identitas setiap masing-
masing obat. Pemberian obat kepada setiap masing-masing pasien dengan
menginformasikan jumlah kepemilikan obat yang telah dipergunakan.

7) Supervisi keperawatan
Supervise keperawatan merupakan bagian dari fungsi manajemen yang
berperan untuk mempertahankan agar kegiatan yang telah diprogramkan
dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Supervise secara langsung
memungkinkan manajer keperawatan menemukan berbagai macam
hambatan atau permasalahan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
di ruangan.
NO PERTANYAAN YA TIDAK
10 0
1. Apakah bapak/ibu mengerti tentang supervise?
(100%) (0%)
10 0
2. Apakah supervisi telah dilakukan diruangan ? (100%) (0%)
Apakah supervisi dilakukan minimal satu kali 10 0
3.
setiap bulan? (100%) (0%)
10 0
4. Apakah PJ unit melakukan supervise? (100%) (0%)
Apakah supervisi diruangan sudah sesuai dengan 10 0
5.
alur yang ada? (100%) (0%)
10 0
6. Adakah format buku supervisi setiap tindakan?
(100%) (0%)
Apakah format untuk supervise sudah sesuai 10 0
7.
dengan standar keperawatan? (100%) (0%)
Apakah alat (instrument) untuk supervisi tersedia 10 0
8.
secara lengkap? (100%) (0%)
Apakah hasil dari supervisor disampaikan kepada 10 0
9.
perawat? (100%) (0%)
Apakah selalu ada feed back dari supervisor untuk 10 0
10.
setiap tindakan? (100%) (0%)
Apakah bapak/ibu puas dengan hasil dari feed 10 0
11.
back tersebut? (100%) (0%)
10 0
12. Apakah follow up setiap hasil dari supervisi? (100%) (0%)
Apakah bapak/ibu menginginkan perubahan untuk
10 0
13. setiap tindakan sesuai dengan hasil perbaikan dari
(100%) (0%)
supervise?
Apakah bapak/ibu pernah mendapatkan pelatihan 5 5
14.
dan sosialisasi tentang supervisi? (50%) (50%)
Sumber: Data Primer (2021)

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara supervise di ruangan


dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Supervsi secara tidak
langsung dilakukan oleh kepala ruangan dengan cara melakukan
supervisi mengenai kelengkapan rekam medis pasien. Supervise secara
langsung dilakukan oleh kepala ruangan kepada perawat secara rutin
setiap minggu 1 kali, dan supervise besar dilakukan setiap 1 bulan sekali
dengan tata cara diberitahu terlebih dahulu jika akan di supervise saat
akan melakukan tindakan keperawatan.

8) Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan bagian dari media komunikasi
antara perawat yang melakukan asuhan keperawatan dengan perawat
lain hatau dengan tenaga kesehatan lain dengan tujuan untuk
menghindari kesalahan dan ketidaklengkapan informasi keperawatan.
NO PERTANYAAN YA TIDAK
1. Model dokumentasi keperawatan apa yang
digunakan di ruangan ini, apakah sudah ada 10 0
format pendokumentasien yang baku yang (100%) (0%)
digunakan?
2. Apakah bapak/ibu sudah mengerti cara pengisian
10 0
format dokuntasi tersebut dengan benar dan
(100%) (0%)
tepat?
3. Apakah menurut bapak/ibu format yang
digunakan ini bisa membantu (memudahkan) 10 0
perawat dalam melakukan pengkajian pada (0%) (0%)
pasien?
4. Apakah bapak/ibu sudah melaksanakan
10 0
pendokumentasian dengan tepat waktu (segera
setelah melakukan tindakan)? (100%) (0%)
5. Apakah menurut bapak/ibu model dokumentasi
5 5
yang digunakan ini menambah beban kerja
(50%) (50%)
perawat?
6. Apakah menurut bapak/ibu model dokumentasian 7 3
digunakan ini menyita banyak waktu? (70%) (30%)

Dari hasil wawancara dan observasi kelompok tentang model asuhan


keperawatan yang digunakan di Ruang Tulip III adalah Tim, sebagian besar perawat
menyatakan cocok dengan model yang ada serta model yang digunakan sudah sesuai
dengan visi dan misi ruangan. Adapun saran dari kami yaitu pertahankan model yang
digunakan apabila ada kecocokan dan kesesuaian dengan visi dan misi ruangan
hanya saja diperlukan pemahaman yang menyeluruh tentang model yang digunakan.
Hasil wawancara yang dilakukan sudah terjalin komunikasi yang baik dan adekuat
antara perawat dan unit kesehatan lainnya salah satunya adalah dalam menerima
intruksi (advice) dari dokter selalu dilakukan validasi kembali sebelum akan melakukan
tindakan. Berdasarkan hasil observasi dokumentasi keperawatan dengan sampling 8
dokumentasi rekam medis pasien didapatkan 6 dokumentasi SOAP dengan lengkap
dan terdapat 2 dokumentasi SOAP kurang lengkap.

4. Pembiayaan (M4 – Money)


Berdasarkan hasil pengkajian tentang sistem keuangan di Ruang Tulip
3 RSUD Sidoarjo di dapatkan data sebagai berikut:

a. Sumber dana
Sebagian besar pembiayaan ruangan dan pelatihan petugas
ruangan berasal dari anggaran yang sudah diajukan di awal tahun di
Rumah sakit. Sedangkan untuk biaya pasien sebagian besar dari BPJS
baik PBI maupun Non PBI serta biaya sendiri (umum). Biaya yang
berlaku saat ini adalah sesuai kelas perawatan. Sumber dana sarana dan
prasarana, listrik, air dan telepon dan lainya sudah terpusat.
b. Jenis pembiayaan pasien
Jenis pembiayaan yang digunakan di ruang tulip 3 adalah BPJS
mandiri dan umum
c. Alur pelayanan pasien

1. Umum

Pasien

IG PO

Pengurusan Pengurusan
pasien baru pasien baru di
GDC Bidang

Pasien
Pasien

2. BPJS

Pasien
IGD PO

Emergency Non emergency

Tanpa surat Persyaratan


rujukan surat

IGD Pengurusan
rekam medis
pasien baru
Pengurusan
rekam
medis pasien SEP (surat
elegibilitas

Pangurusan BPJS di Tim

IKPK untuk
mendapatkan
Alur penerimaan klien di rawat jalan menggunakan BPJS yaitu klien
melakukan proses transaksi di loket BPJS. Mekanisme pembayaran di loket
BPJS terdiri dari dua jenis yaitu transaksi program SIM dan SEP. Syarat
penerbitan SEP adalah meyerahkan fotokopi kartu BPJS dan menunjukkan yang
asli serta fotokopi surat rujukan sebanyak 2 lembar dan surat rujukan yang asli.
Kemudian klien mendapatkan SEP. Apabila klien harus MRS pada hari itu maka
klien harus memperbarui SEP di loket BPJS dengan menyerahkan SEP lama
dan surat permintaan rawat inap.
Pada saat klien dengan status memakai BPJS rawat inap di rumah sakit
maka berkas yang harus disediakan dan diserahkan kepada petugas
administrasi adalah fotokopi kartu BPJS, fotokopi KTP 1 lembar, fotokopi surat
rujukan 1 lembar, billing pelayanan, SEP 1 lembar, fotokopi surat rujukan
(apabila masuk dari poli) sebanyak 2 lembar, resume medis, kelengkapan
severity level 3 seperti fotocopy hasil laboraturium pendukung diagnosis, bukti
transfer darah, laporan operasi dan tindakan besar. Bagi bayi baru lahir terdapat
syarat surat keterangan lahir, kartu keluarga, surat nikah, KTP orang tua. Syarat
untuk mengurus surat keterangan lahir adalah fotokopi KSK, fotokopi KTP suami
istri, fotokopi buku/akta nikah, fotokopi kartu BPJS masing-masing berkas
rangkap 3. Berkas tersebut kemudian diserahkan ke loket BPJS dalam jangka
waktu 2x24 jam setelah klien KRS. Kemudian berkas tersebut diverifikasi dan
akan diklaimkan ke pihak BPJS.
Peserta BPJS terdiri dari:
a. PBI (Penerima Bantuan Iuran)
Peserta PBI merupakan peserta yang iuran BPJSnya ditanggung oleh
pemerintah antara lain program jamkesmas, jamkesda, SKTM dan Kartu
Indoensia Sehat (KIS). Peserta PBI mendapatkan kelas perawatan kelas III
dan tidak diperbolehkan mengajukan kelas perawatan yang lebih tinggi.
b. Non PBI
Peserta Non PBI antara lain adalah pegawai swasta, PNS (guru, dosen, TNI,
POLRI dan PNS dengan profesi yang lain). Peserta BPJS Non PBI ini
mendapatkan kelas perawatan kelas II dan bisa mengajukan kelas perawatan
yang lebih tinggal.
c. Mandiri atau Umum
Peserta BPJS mandiri merupakan peserta yang pembayaran iuran BPJS
dilakukan secara mandiri atau pribadi bukan dari perusahaan. Peserta BPJS
mandiri ini mendapat pelayanan sesuai dengan kelas BPJS yang didaftarkan
dan dapat mengajukan kelas perawatan yang lebih.

1. Tarif Rawat Inap ruang Tulip 3 (kelas 1)

No Uraian Tarif (Rp)


1 Sewa kamar 100.000
2 Biaya makan 40.000
3 Jasa pelayanan keperawatan 50.000
4 BAHP dasar 30.000
5 Jumlah 220.000

2. Tarif Visite Dokter


No Visite Tarif (Rp)
1 Visite dokter spesialis 55.000
2 Visite dokter umum 35.000
3 Visit ahli gizi 15.000
4 Visit Apoteker 20.000
5 Konsultasi dokter spesialis diluar jam kerja datang 60.000
6 Konsultasi dokter spesialis via telephone 25.000

3. Tarif tindakan medik non operatif


No Jenis tindakan Tarif (Rp)
1. Aff heacting <5 35.000
2. Aff hecting >20 80.000
3. Aff heacting 11-20 65.000
4. Aff heacting 6-10 50.000
5. Atropinisasi 175.000
6. Blader training 30.000
7. Buka gips besar 75.000
8. Buka gips kecil 55.000
9. Electro cardio grafi (ECG) 75.000
10. Elektrik counter 226.000
11. Gastric cooling 75.000
12. Infuse pump 75.000
13. Insisi 94.000
14. Lumbal pungsi 125.000
15. Mantoux test 125.000
16. Nebulizing 1 kali tindakan 50.000
17. Nekrotomi 70.000
18. Oksigen masker < 12 jam 94.000
19. Oksigen masker > 12 jam/hari 187.000
20. Oksigen nasal < 12 jam 55.000
21. Oksigen nasal > 12 jam 75.000
22. Perawatan tracheostomy 35.000
23. pasang foreslabs/backslabs 67.000
24. Pasang gips body jaket 450.000
25. Pasang gips hemispica 300.000
26. Pasang NGT 55.000
27. Pasang ransel verband 90.000
28. Pasang sirkuler gips ekstremitas atas tanpa 200.000
Reposisi
29. Pasang sirkuler gips ekstremitas bawah 250.000
tanpa reposisi
30. Pasang skin traksi 56.000
31. Pasang WSD 375.000
32. Pemberian kemoterapi 50.000
33. Pemeriksaan GDA 23.000
34. Perawatan Colostomy 30.000
35. Phlebotomy 75.000
36. Pleurodesis 100.000
37. Pungsi acites 250.000
38. Pungsi percobaan 25.000
39. Pungsi pleura 275.000
40. Rawat luka combustio <20% 93.000
41. Rawat luka combustio >20% 214.000
42. Rawat luka gangren berat 90.000
43. Rawat luka sedang 75.000
44. Regulasi cepat insulin 137.000
45. Reposisi manual hemoroid 20.000
46. Resusitasi 60.000
47. Spooling empyema 175.000
48. Suction pump 41.000
49. Syringe pump 75.000

4. Tarif Administrasi Rekam Medis


NO Jenis Tindakan Tarif (Rp)
1 Legalisir forensik / lembar 5.000
2 Surat keterangan resume medic 25.000
3 Surat keterangan kelahiran apabila hilang 50.000
4 Surat KK 4 50.000
5 Surat keterangan kematian apabila hilang 50.000
6 Surat kematian 20.000

5. Tarif Instalasi Gizi

NO Uraian Tarif (Rp)


1 Makan katering non- diet 22.000
2 Makan katering diet 40.000

6. Tarif Hemodialisa
No Uraian Tarif (Rp)
1. Hemodialisa 900.000
2. Hemodialisa emergency 1.100.000
7. Tarif Medical Cek- Up

NO Uraian Tarif (Rp)


1 Paket dasar I : 190.000
a. Paket pemeriksaan fisik
b. Radiologi
1. Foto thoraks
2. Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah lengkap
2. Urine lengkap
2 Paket dasar II : 485.000
a. Pemeriksaan fisik
b. Radiologi
1. Foto thoraks
c. Pemeriksaan Jantung
1. EKG
d. Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah lengkap
2. Urine lengkap
3. Fungsi hati (SGOT, SGPT)
4. Fungsi ginjal (BUN, serum creatinin, asam
urat)
5. Lemak darah (Kolestrol total, Trigliseriga,
HDL,LDL)
6. Gula darah (gula darah puasa, gula darah
jam PP)
3 Paket Eksekutif I : 871.000
a. Pemeriksaan fisik
b. Radiologi
1. Foto thoraks
c. Pemeriksaan Jantung
2. EKG
d. Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah lengkap
2. Urine lengkap
3. Fungsi hati (SGOT, SGPT)
4. Fungsi ginjal (BUN, serum creatinin, asam
urat)
5. Lemak darah (Kolestrol total, Trigliseriga,
HDL,LDL)
6. Gula darah (gula darah puasa, gula darah
jam PP, HbAtC)
7. Hepatitis (HbsAg, Anti HBs, Anti HCV)

4 Paket Eksekutif II : 1.584.000


a. Pemeriksaan fisik
b. Radiologi
1. Foto thoraks
2. USG Abdomen
c. Pemeriksaan Jantung
1. EKG
2. Trendmillk
d. Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah lengkap
2. Urine lengkap
e. Fungsi hati (SGOT, SGPT, Albumin)
f. Fungsi ginjal (BUN, serum creatinin, asam urat)
g. Lemak darah (Kolestrol total, Trigliseriga,
HDL,LDL)
h. Gula darah (gula darah puasa, gula darah jam
PP, HbAtC)
i. Hepatitis (HbsAg, Anti HBs, Anti HCV)
5 Paket Eksekutif III : 1.672.000
a. Pemeriksaan fisik
b. Radiologi
1. Foto thoraks
2. USG Abdomen
c. Pemeriksaan Jantung
1. EKG
2. Trendmillk
d. Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah lengkap
2. Urine lengkap
e. Fungsi hati (SGOT, SGPT, Albumin, Gamma
GT, Bilirubin direct, Protein total)
f. Fungsi ginjal (BUN, serum creatinin, asam urat)
g. Lemak darah (Kolestrol total, Trigliseriga,
HDL,LDL)
h. Gula darah (gula darah puasa, gula darah jam
PP, HbAtC)
i. Hepatitis (HbsAg, Anti HBs, Anti HCV)

1. Jenis pembayaran pasien


Daftar jenis pembayaran pasien dari Tgl 18-20 Januari 2021 di
Ruang Tulip 3 RSUD Sidoarjo
No Jenis pembayaran Jumlah
1. BPJS 17
2. Umum 3
Total 20

2. Billing system
Pelaksanaan billing pasien di Ruang Tulip 3 RSUD Sidoarjo
dilakukan oleh perawat ruangan. Untuk pembayaran, pasien umum
dilakukan di kasir, sedangkan untuk pembayaran BPJS dilakukan di Tim
Pengendali.
Kesimpulan
Sebangian besar pasien di ruang tulip 3 kelas ( 1 ) mengunakan BPJS
sebesar 85%, untuk pasien umum sebear 45% sedangkan pasien yang
mengunakan KSO itu berada di kelas ( 3 )
5. Mutu (M5)
Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata serta penyelenggaraannya sesuai dengan standart kode
etik profesi (Nursalam, 2015).
Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan
menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan dimata
masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi
dengan jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat dengan penderitaan,
kesakitan, kesengsaraan yang di alami pasien dan keluarganya. Salah satu
indikator dari mutu pelayanan keperawatan itu adalah apakah pelayanan
keperawatan yang diberikan itu memuaskan pasien atau tidak. Kepuasan
merupakan perbandingan antara kualitas jasa pelayanan yang di dapat
dengan keinginan, kebutuhan dan harapan (Tjiptono,2014).
Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan
struktur, proses, dan outcome system pelayanan rumah sakit. Secara umum
aspek penilaian meliputi evaluasi, dokumentasi, instrumen, dan audit (EDIA)
(Nursalam, 2015). Menurut Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (2018)
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan pasien dan menjamin
keselamatan pasien maka rumah sakit perlu mempunyai program
peningkatan mutu dan keselamatan pasien (PMKP) yang menjangkau ke
seluruh unit kerja di rumah sakit.
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 18-20
Januari 2021 Ruang Tulip 3 Timur RSUD Sidoarjo telah menerapkan upaya
penjaminan mutu perawatan pasien, dimana terdapat beberapa aspek
penilaian penting, diantaranya sebagai berikut :
1) Patient safety
Berdasarkan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1/ SNARS
(2018) seluruh pejabat struktural dan pemebri layanan wajib mendorong
pelaksanaan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien
(PMKP), berupaya mendorong pelaksanaan budaya mutu dan
keselamatan (quality and safety culture), secara proaktif melakukan
identifikasi dan menurunkan variasi, menggunakan data agar fokus
kepada prioritas isu dan berupaya menunjukkan perbaikan yang
berkelanjutan. Sasaran keselamatan pasien (SKP) yang dikeluarkan oleh
SNARS, standar akreditasi rumah sakit edisi 1 (kemenkes, 2011) dan JCI
accreditation, maka sasaran tersebut meliputi 6 elemen berikut :
a) Sasaran 1 : Mengidentifikasi pasien dengan benar
Sasaran ini memiliki 2 (dua) maksud dan tujuan yakni untuk
memastikan ketepatan pasien yang akan menerima layanan atau
tindakan dan untuk menyelaraskan layanan atau tindakan yang
dibutuhkan oleh pasien. Identifikasi pasien dilakukan dengan
menggunakan gelang untuk identitas pasien dipasang saat pasien
dilakukan penilaian resiko mulai dari IGD atau di ruang perawatan.
Gelang terdiri dari 4 warna yang memilikidefinisi tersendiri pada
masing-masing warna.
 Gelang pink digunakan untuk pasien perempuan.
 Gelang biru digunakan untuk pasien laki-laki
 Gelang kuning digunakan untuk pasien resiko jatuh
 Gelang merah digunakan untuk pasien alergi

Menurut kemenkes (2011) standar gelang identifikasi berwarna pink


atau biru berisi identitas pasien meliputi nama lengkap pasien, nomor
rekam medik, jenis kelamin pasien, dan tanggal lahir. Identifikasi
pasien dilakukan dengan mencocokkan gelang identitas yang dipakai
pasien. Proses identifikasi yang digunakan dirumah sakit
mengharuskan terdapat paling sedikit 2 (dua) dari 3 (tiga) bentuk
identifikasi, yaitu nama pasien, tanggal lahir, nomor rekam medik,
atau bentu lainnya (misalnya nomor induk kependudukan atau
bercode). Nomor kamar pasien tidak dapat digunakan untuk
identifikasi pasien. Identifikasi pasien dilakukan ketika penerimaan
pasien baru, pemberian obat, pemberian terapi sebelum melakukan
prosedur/tindakan dan discharge planning.

Berdasarkan hasil pengkajian tanggan 18-20 januari 2020, penerapan


gelang identitas diruang Tulip 3 Timur sudah sesuai dengan kriteria
kemenkes yakni warna pink dan biru berisi identitas pasien meliputi
nama lengkap pasien, nomor rekam medik, jenis kelamin pasien, dan
tanggal lahir, pada pengkajian semua pasien telah diberikan gelang
identitas oleh perawat.

b) Sasaran 2 : Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif


Menurut standar nasional akreditasi rumah sakit edisi 1 (2018)
komunikasi dianggap efektif bila tepat waktu, akurat, lengkap, tida
mendua (ambigous), dan diterima oleh penerima informasi yang
bertujuan untuk mengurangi kesalahan-kesalahan dan meningkatkan
keselamatan pasien.
Komunikasi efektif yang digunakan yaitu menggunakan metode SBAR
(situation, background, assesment, recommendation). SBAR
digunakan pada saat berkomunikasi dengan tim kesehatan yang lain,
timbang terima, berkomunikasi dengan teman sejawat, konsultasi
pasien, dan melaksanakan informed consent. SBAR juga digunakan
pada saat komunikasi atau perintah secara verbal ataupun telepon,
staf yang menerima telfon harus menuliskan dan membacakan
kembali kepeda pemberi pesan dan dalam pemberi pesan harus
menandatangani dalam waktu 1x24 jam. Kolom comunicator yang
ditandatangani oleh perawat yang menerima dan kolom advisor yang
ditandatangani oleh dokter yang memberikan advice. Berdasarkan
pengkajian yang dilakukan pada tanggal 18-20 Januari 2021 ,
komunikasi efektif yang sudah diterapkan diruang Tulip 3 RSUD
Sidoarjo yaitu menggunakan metode SBAR. Pada sampel readback,
juga sudah ditandatangani oleh perawat yang menerima dan oleh
dokter sesuai ketentuan yang ada.
c) Sasaran 3 : Meningkatkan Keamanan Obat-Obat Yang Harus
Diwaspadai (High Alert Medications)
Obat high alert adalah obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi
dan dapat menyebabkan cedera serius pada pasien jika terjadi
kesalahan dalam penggunaannya. Obat yang perlu diwaspadai terdiri
atas obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error)
dapat menimbulkan kematian atau kecacatan seperti, insulin, heparin,
atau kemoterapeutik; obat yang nama, kemasan, label, penggunaan
klinik tampak/kelihatan sama (look alike), bunyi ucapan sama (sound
alike), seperti Xanax dan Zantac atau hydralazine dan hydroxyzine
atau disebut juga nama obat rupa ucapan mirip (NORUM); dan
elektrolit konsentrat seperti potasium klorida dengan konsentrasi
sama atau lebih dari 2 mEq/ml, potasium fosfat dengan konsentrasi
sama atau lebih besar dari 3 mmol/ml, natrium klorida dengan
konsentrasi lebih dari 0,9% dan magnesium sulfat dengan konsentrasi
20%, 40%, atau lebih (SNARS, 2018). Untuk meningkatkan
keamanan obat yang perlu diwaspadai, rumah sakit perlu menetapkan
risiko spesifik dari setiap obat dengan tetap memperhatikan aspek
peresepan, menyimpan, menyiapkan, mencatat, menggunakan, serta
monitoringnya. Obat high alert harus disimpan di instalasi
farmasi/unit/depo. Bila rumah sakit ingin menyimpan di luar lokasi
tersebut, disarankan disimpan di depo farmasi yang berada di bawah
tanggung jawab apoteker. Selain itu, sebagai perawat salah satu cara
untuk mewaspadai pemberian obat, yaitu menggunakan double
crosscheck mulai dari proses persiapan sampai pemberian ke pasien.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 18-20 Januari 2021,
didapatkan kewaspadaan tentang obat yang perlu diwaspadai sudah
dilakukan menggunakan double cross check dan dengan memisahkan
obat-obat high alert pada tempat yang telah disediakan. Selain itu
perawat Ruang tulip 3 sudah memberikan label pembeda antara high
alert. Untuk obat yang akan diinjeksikan penamaan sudah dilakukan
dengan labeling (etiket yang meliputi nama pasien dan jenis obat
sehingga sudah memenuhi standart. Penerapan prinsip 7 benar di
Ruang tulip 3 Timur RSUD Sidoarjo sudah dilakukan. Dalam
penyimpanan obat high alert di Ruang tulip 3 Timur sudah sesuai
standar JCI (2011) dimana obat high alert disimpan pada suhu dingin
antara 2-80C maka disimpan dalam lemari pharmaceutical refrigerator
dan dokter harus mengambil sendiri obat high alert ke farmasi,
sedangkan disimpan pada suhu ruangan 250C maka disimpan dalam
lemari yang diberikan penanda khusus. Ruang tulip 3 menyediakan
trolly emergency berisi obat high alert yang sudah diberi label pada
setiap obat dan troli tersebut dalam keadaan tersegel sebagai
kebutuhan jika sewaktu-waktu ada kondisi yang mengancam jiwa.
d) Sasaran 4 : Mengurangi Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi.
Merupakan sebuah tantangan di lingkungan fasilitas kesehatan.
Kenaikan angka infeksi terkait pelayanan kesehatan menjadi
keprihatinan bagi pasien dan petugas kesehatan. Secara umum,
infeksi terkait pelayanan kesehatan terjadi di semua unit layanan
kesehatan, termasuk infeksi saluran kencing disebabkan oleh kateter,
infeksi pembuluh/aliran darah terkait pemasangan infus baik perifer
maupun sentral, dan infeksi paru-paru terkait penggunaan ventilator.
Upaya terpenting menghilangkan masalah infeksi ini dan infeksi
lainnya adalah dengan menjaga kebersihan tangan melalui cuci
tangan. Pedoman kebersihan tangan (hand hygiene) tersedia dari
World Health Organization (WHO). Rumah sakit mengadopsi
pedoman kebersihan tangan (hand hygiene) dari WHO ini untuk
dipublikasikan di seluruh rumah sakit. Sebagai upaya pencegahan
infeksi, di Ruang Tulip 3 Timur telah terbentuk tim Pencegahan dan
pengendalian Infeksi (PPI). Berdasarkan hasil pengkajian kepada
pasien dan keluarga pada tanggal 18-20 Januari 2021 didapatkan
bahwa perawat sudah menerapkan lima momen mencuci tangan yang
ditetapkan oleh WHO. Dalam pemberian health education mengenai
cara cuci tangan yang benar sudah dilakukan melalui media berupa
poster yang di tempel di dinding setiap wastafel. Tetapi sosialisi dan
demonstrasi tentang mencuci tangan jarang dilakukan. Saat dikaji, 10
dari 20 keluarga pasien (50%) tidak melakukan cuci tangan dengan
benar (memahami 6 langkah cuci tangan menurut WHO).

Tabel 2.15 Kepatuhan Cuci Tangan Oleh Keluarga pasien pada tanggal
18-20 Januari 2021

No Periode Cuci tangan Prosentase


N %
1 18-20 Januari 2021 10 50%
Sumber : Data Primer (2021)

Tabel 2.16 Kepatuhan Penggunaan Masker Oleh Keluarga pasien pada tanggal
18-20 Januari 2021

No Periode Cuci tangan Prosentase


N %
1 18-20 Januari 2021 8 40%
Sumber : Data Primer (2021)

e) Sasaran 5 : Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh


Pasien yang pada asesmen awal dinyatakan berisiko rendah untuk
jatuh dapat mendadak berubah menjadi berisiko tinggi. Hal iIni
disebabkan oleh operasi dan/atau anestesi, perubahan mendadak
kondisi pasien, serta penyesuaian pengobatan. Banyak pasien
memerlukan asesmen selama dirawat inap di rumah sakit. Rumah
sakit harus menetapkan kriteria untuk identifikasi pasien yang
dianggap berisiko tinggi jatuh (SNARS, 2018). Pengkajian risiko jatuh
pada pasien dilakukan pada saat awal pasien masuk ke ruangan
rawat inap menggunakan form sesuai dengan usia pasien anak yaitu
form penilaian resiko jatuh humpty dumpty. Pemberian intervensi
pada pasien disesuaikan dengan kriteria rendah atau tinggi
berdasarkan SPO yang telah ada. Salah satu contoh intervensi
penangulangan pasien risiko jatuh yaitu pemasangan tanda kuning
risiko jatuh pada gelang ID, tanda segitiga kuning risiko jatuh pada
bed, harus ada satu penunggu pasien dan side rail harus selalu
ditutup serta memastikan ke keluarga untuk selalu menutupnya,
menganjurkan keluarga pasien untuk minta bantuan perawat dalam
tindakan apapun. Pada saat pengkajian ke ruangan Tulip 3 Timur
didapatkan setiap pasien telah didampingi oleh keluarga dan
keluarga tidak lupa untuk selalu menutup side rail setiap kali akan
meninggalkan pasien. Penilaian risiko jatuh umumnya ada pada
setiap status pasien dan sudah diisi secara rutin setiap hari.
Berdasarkan hasil data pada tanggal 18 Januari – 20 Januari 2020
didapatkan data insiden pasien jatuh selama perawatan rawat inap di
Rumah Sakit mencapai target 0%.
Tabel Insiden pasien Resiko jatuh selama perawatan di Ruang Tulip 3 Timur
pada tanggal 18 – 20 januari 2021
Resiko jatuh 18 Januari 2021 19 Januari 2021 20 Januari 2021
Ya Ya 10 (62,5%) 12(60%) 10 (58,8%)
T Tidak 6( 37,5%) 8 (40%) 7 (41,1%)
Total 16 (100%) 20 (100%) 17 (100%)
Sumber : Data Primer (2021)

 Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Di Rumah


Sakit
Penilaian kepuasan pasien di Tulip 3 Timur sudah dilakuan
evaluasi. Berdasarkan pengkajian data kepuasan pasien pada
tanggal 18-20 Januari 2021, dari 20 keluarga pasien diambil
sampel 10 keluarga, dapat diketahui bahwa sebagian besar
pasien dan keluarga pasien merasa puas dengan pelayanan
kesehatan yang telah diberikan.

No Keterangan Sangat Tidak Puas Sangat


Tidak Puas Puas
puas
1 Perawat mampu
menangani masalah
0 (0%) 0 (0%) 9 (90%) 1 (10%)
perawatan dengan
tepat dan professional
2 Perawat mampu
memberikan informasi
tentang tenaga yang
merawat, sarana
0 (0%) 0 (0%) 7 (70%) 3 (30%)
prasarana RS,
peraturan RS dan
mengenai penyakit
yang diderita
3 Perawat mampu
memberikan pelayanan 0 (0%) 0 (0%) 7 (70%) 3 (30%)
yang berkualitas
4 Perawat dapat
dipercaya dalam 0 (0%) 0 (0%) 6 (60%) 4 (40%)
memberikan pelayanan
5 Perawat selalu
10
menjaga kerapian dan 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)
(10%)
penampilannya
6 Perawat perhatian
terhadap keluhan yang 0 (0%) 0 (0%) 8 (80%) 2 (20%)
anda rasakan
7 Perawat mudah dtemui
dan dihubungi bila 0 (0%) (0%) 7 (70%) 3 (30%)
anda membutuhkan
8 Pelayanan yang
diberikan Perawat tidak
10
memandang 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)
(10%)
pangkat/status tapi
berdasarkan kondisi
Anda
9 Perawat perhatian dan
memberi dukungan
0 (0%) 2 (20%) 7 (70%) 1 (10%)
terhadap kebutuhan
pelayanan anda
10 Perawat ramah dan
sopan dalam 0 (0%) 0 (0%) 7 (70%) 3 (30%)
Pelayanan
11 Perawat bersedia
menawarkan bantuan
0 (0%) 0 (0%) 7 (70%) 3 (30%)
kepada anda ketika
mengalami kesulitan
12 Perawat memberi
0 (0%) 0 (0%) 6 (60%) 4 (40%)
pelayanan tepat waktu
13 Perawat segera
menangani anda ketika 0 (0%) 0 (0%) 8 (80%) 2 (20%)
sampai di rumah sakit
14 Kenyamanan dan
keamanan fasilitas 0 (0%) 0 (0%) 7 (70%) 3 (30%)
gedung RS
15 Ketersediaan sarana
dan prasarana yang
0 (0%) 0 (0%) 9 (90%) 1 (10%)
dperlukan dalam
pelayanan
16 Kebersihan dan
kesiapan alatalat
0 (0%) 0 (0%) 7 (70%) 3 (30%)
kesehatan yang
digunakan
17 Ketersediaan petunjuk
10
informasi ruangan dan 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)
(10%)
lokasi
18 Kebersihan fasilitas
umum: toilet, tempat
0 (0%) 1 (10%) 6 (60%) 3 (30%)
ibadah dan ruang
tunggu
19 Menu makanan RS :
rasa, penyajian, 0 (0%) 1 (10%) 7 (70%) 2 (20%)
ketepatan
Sumber : Data Primer (2021)
Berdasarkan dari hasil survei mengenai kepuasan klien dalam
pelayanan perawat didapatkan bahwa sebesar 80% perawat
memberikan perhatian terhadap keluhan yang pasien rasakan, 70%
perawat mudah dihubungi dan ditemui bila pasien membutuhkan,
sebanyak 70% perawat ramah dan sopan dalam melakukan
pelayanan kesehatan. Sebanyak 30% keluarga menyatakan kurang
puas terhadap kebersihan dan kesiapan alat-alat kesehatan yang
diharapkan. Sebanyak 10% keluarga pasien menyatakan tidak puas
terhadap kebersihan fasilitas umum dan 20% tidak puas dengan menu
makanan yang disajikan rumah sakit.
 Kenyamanan
Penilaian nyeri dilakukan dengan menggunakan instrumen, FLACC
Pain Scale instrument. Penilaian nyeri umumnya ada pada setiap
status pasien tetapi belum diisi secara rutin setiap hari. Dari hasil
pengolahan data didapatkan bahwa dalam tiga hari
pengambilan data sebagian besar pasien mengalami nyeri
ringan.
Tingkat nyeri 18Januari 2021 19 Januari 20 Januari
2021 2021
Tidak nyeri 8 (50%) 10 (50%) 10 (50%)
Nyeri ringan 6 (37,5%) 6 (30%) 3(17,6%)
Nyeri sedang 2 (12,5%) 4 (20%) 4 (23,50%)
Nyeri berat 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)
Jumlah 16(100%) 20(100%) 17 (100%)
Sumber : Data primer (2021)

f). Phlebitis

Penilaian phlebitis dilakukan pada periode 18-20 Januari 2021 di


Ruang Tulip 3 dengan instrumen VIS (Visual Infussion Score).
Berdasarkan hasil penilaian tersebut didapatkan rata-rata dari
jumlah pasien selama pengkajian tidak mengalami phlebitis dengan
hasil sebagai berikut :
Phlebitis 18 Januari 2021 19 Januari 2021 20 Januari 2021
Ya Ya 2 (12,5%) 3 (15%) 2 (11,7%)
T Tidak 14 ( 87,5%) 17 (85%) 15 (88,3%)
Total 16 (100%) 20 (100%) 17 (100%)
Sumber : Data Primer (2021)

g). Dekubitus

Penilaian dekubitus dilakukan pada tanggal 18-20 Januari 2021.


Berdasarkan hasil penilaian tersebut didapatkan bahwa selama
pasien dirawat tidak ada yang mengalami dekubitus.
Dekubitus 18 januari 2021 19 Januari 2021 20 januari 2021
Ya 0% 0% 0%
Tidak 16 (0%) 20 (0%) 17 (0%)
Total 16 20 17
Sumber: Data Primer (2021)

h). ISK (Infeksi Saluran Kemih)


Penilaian ISK (Infeksi Saluran Kemih) dilakukan pada tanggal 18-20
Januari 2021. Berdasarkan hasil penilaian tersebut didapatkan bahwa
selama pasien dirawat ada 3 pasien yang terpasang kateter.
ISK 18 januari 2021 19 Januari 2021 20 januari 2021
Ya 3 (18,7%) 3(15%) 3(17,6%)
Tidak 13 (81,2%) 17 (85%) 14 (82,3%)
Total 16 20 17
Sumber: Data Primer (2021)

1. Target / sasaran Jangkauan Wilayah Pemasaran RSUD Sidoarjo yang


menjadi target sasaran dari RSUD Sidoarjo adalah Sidoarjo dan
sekitarnya.
2. Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayaanaan Keperawataan.
Indikator kepuasaan pasien terhadap pelayanan keperawatan di nilai
berdasaarkan kuesioner, dari hasil kuesioner bahwa pelayanaan di
ruang tulip lantai 3 baik dan tingkat kepuasaan klien juga dapat
dikatakan baik.
3. Tipe RSUD Sidoarjo
RS umum daerah kabupaten sidoarjo merupakan rumah sakit tipe B
pendidikan milik pemerintah daerah kabupaten sidoarjo teknis
fungsional dibawah dinas kesehatan dan teknis operasional di bawah
bupati, serta pengolahan keuangan diberikan flesiblitas berupa
keleluasaan untuk menerapkan praktik – praktik bisnis yang sehat
untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
4. Sistem Promosi RSUD Sidoarjo
Promosi rumah sakit RSUD kabupaten sidoarjo kepada pasien dengan
cara Gethok Tular dimana pihak rumah sakit menanyakan langsung
kepada pasien dan keluarga mengenai pelayanan yang diberikan
rumah sakitk hususnya perawat yang bertugas menangani asuhan
keperawatan pasien, dengan demikian secara tidak langsung pihak
rumah sakit melakukan promosi dengan digital / elektronik, web,
browsur, leaflet, Koran, bill board video tround. Jadi semua bisa akses
dengan mengetahui tentang pelayanan yang ada di RSUD kabupaten
sidoarjo melaui WEB RSUD sidoarjo dengan alamat
Rsud_Sda@yahoo.com. Web ini berisi profil rumah sakit yang berisi
visi misi dan tujuan sejara, program dan kegiatan, indikator kinerja
utama, pelayanan kesehatan, fasilitas, tarif, persyaratan layanan alur
pendaftaran pasien, hak dan kewajiban, KSO, dan berisi saran.
5. Akreditasi dari RSUD Sidoarjo
a) Tahun 1995 RSUD kabupaten sidoarjo terakreditasi penuh
untuk 5 standar pelayanan
b) Agustus tahun 2000 RSUD kabupaten sidoarjo terakreditasi
penuh, 12 standar pelayanan
c) Agustus tahun 2004 RSUD kabupaten sidoarjo memperoleh
akreditasi penuh untuk 16 standar layanan
d) Tanggal 14 oktober 2011 RSUD kabupaten sidoarjo
memperoleh akreditasi penuh tahap II untuk 16 standar layanan
e) Tanggal 25 oktober 2013 RSUD kabupaten sidorajo merupakan
penempatan Rumah Sakit pendidikan berdasarkan surat
keputusan menteri kesehatan No
:
f) Tanggal 3 desember 2014 komisi akreditasi rumah sakit
menyatakan bahwa rumah sakit umum daerah kabupaten sidoarjo
telah memenuhi standar akreditasi dan dinyatakan lulus tingkat
paripurna.

6. Program Rutin RSUD Sidoarjo


a) Sosialisasi pelayanan rumah sakit dengan dokter - dokter,
puskesmas, dan PPKL
b) Talk show harigizi nasional
c) Bakti sosial hari kanker sedunia
d) Seminar tengang tuberculosis
e) Seminar tentang diabetes mellitus
7. Sistem Informasi RSUD Sidoarjo
Sistem informasi yang dilakukan oleh RSUD sidoarjo yaitu lewat leaflet
yang ada diresep sionis depan jadi kalau ada pengunjung baru,
pengunjung tersebut bisa mengambil leaflet yang ada sehiggga para
pengunjung tau akan fasilitas yang ada dirumah sakit umum daerah
kabupaten sidoarjo. RSUD kabupaten sidoarjo juga memakai media
baliho yang bisa ditempatkan ditempat yang strategis sehingga
masyarakat tahu akan fasilitas yang ada di rumah sakit umum
kabupaten sidoarjo.
8. Jumlah Pasien terbanyak di ruang tulip 3 terhitung dari tanggal
pengkajian awal 18 – 20 Januari 2021 yaitu 20 pasien
9. Jumlah kasus terbanyak di ruang Tulip 3 terhitung dari 18 – 20 Januari
2021 yaitu anak dengan kasus terbanyak yaitu Vomittting, dan
dewasa dengan kasus terbanyak yaitu pneumonia
10. Jumlah Hari Rawat Inap di ruang tulip 3 terhitung dari tanggal 18 – 20
Januari 2021 yaitu 1 minggu hari perawatan.
C. Analisa Masalah

BOBOT
TOTAL
NO ANALISA SWOT BOBOT RATING X
S-W
RATING
1 Sumber Daya Manusia (M1)
a. Internal Faktor (IFAS)
Strength
M1 : Sumber Daya Manusia S–W
(M1) 0,3 4 1,2 3 – 3,5
a. Internal Faktor (IFAS) = - 0,5
Strength
1. Adanya sistem
pengembangan staf
berupa pelatihan
sebanyak 100%
perawat telah
mengikuti pelatihan
misalnya BLS,
APAR, K3RS 0,3 4 1,2
2. Jenis ketenagaan
S1 : 2
D3 : 16
Admin : 2
Verifikator : 1
Prima Bakti : 2
3. Masa kerja >10
tahun sebanyak 2
orang, masa kerja
5-10 tahun
sebanyak 11 orang,
sedangkan < 5
tahun sebanyak 5
orang.
4. Adanya pelatihan 0,2 3 0,6
perawat.

Weakness
1. Jumlah tenaga sarjana masih 0,2 3 0,6
kurang untuk dapat
menerapkan MAKP Primary
Nursing
2. BOR selama dilakukan 0,5 4 2
pengkajian 3 hari lebih dari
36,8%.

b. Eksternal Faktor (EFAS)


Opportunity
1. Adanya kebijakan Rumah sakit 0,2 4 0,8
untuk perawat mendapatkan O–T
tugas belajar, kesempatan 3,5 –
pelatihan dan melanjutkan 4,1
pendidikan = -0,6
2. Adanya kerjasama yang baik 0,3 3 0,9
antara mahasiswa praktek
dengan perawat klinik
3. Adanya kebijakan pemerintah 0,3 3 0,9
tentang profesi perawat
Treathened
1. Tuntutan masyarakat tentang 0,3 3 0,9
perawatan professional
2. Persaingan RS yang semakin 0,5 4 2
tinggi
3. Terbatasnya kuota perawat 0,4 3 1,2
yang dapat melanjutkan
pendidikan

2 Sarana dan Prasarana (M2)


a. Internal Faktor (IFAS)
Strenght
1. Tersedia sarana dan prasana 0,50 4 2 S-W
bagi pasien dan tenaga 3,5 –
kesehatan yang masih 2,24 =
berfungsi dengan baik dan 1,26
memenuhi standart
2. Terdapat peralatan yang 0,35 3 1,05
mendukung dalam melakukan
tindakan asuhan keperawatan
3. kalibrasi alat telah berjalan 0,15 3 0,45

Weakness
1. belum ada ruang diskusi 0,30 3 0,9
khusus untuk dokter dan
perawat.
2. Terdapat Satuan Operasional 0,30 3 0,9
Prosedur (depo pengadaan
obat, pengadaan barang, alur
pengadaan alat keseahatan
tidak ditampil dinding perawat),
akan tetapi belum ditempel
didinding perawat.

b. Eksternal Faktor (EFAS)


Opportunity
1. Adanya kesempatan untuk 0,3 4 1,2
sarana dan prasarana serta
alat kesehatan dalam hal
perawatan dan perbaikan yang
rusak
2. Adanya kesempatan 0,30 3 0,9
mengajukan penambahan alat
– alat kesehatan yang
dibutuhkan
3. Adanya kesempatan untuk 0,20 3 0,6
memperbaiki ruangan O–T
4. Adanya kesempatan perawat 0,20 3 0,4 3,1 –
untuk mengikuti pelatihan 2,8 =
tentang teknologi baru. 0,3

Treathened

1. Adanya perkembangan teknologi 0,50 3 1,5


dalam bidang kesehatan yang
semakin pesat
2. Adanya peningkatan harga – harga 0,30 2 0,9
alat medis
3. Adanya tuntutan tinggi dari 0,20 3 0,4
masyarakat untuk melengkapi
sarana dan prasarana.
3 METHODE (M3)
 MAKP
a. Internal Faktor (IFAS)
Strength
1. Rs memiliki visi, misi dan motto 0,2 4 0,8 S–W
sebagai acuan melaksanakan 3,7 – 2
kegiatan pelayanan = 1,7
2. Sudah ada model MAKP yang 0,1 4 0,4
digunakan acuan yaitu MAKP
tim primer (moduler)
3. Mempunyai standart asuhan 0,1 3 0,3
keperawatan
4. Terlaksana komunikasi yang 0,1 3 0,3
adekuat, perawat dan tim
kesehatan lain 0,1 3 0,3
5. Ketenagaan keperawatan
sudah memenuhi syarat untuk 0,1 4 0,4
MAKP (S1 Keperawatan 2
orang
6. Tidak mendapatkan banyak 0,1 4 0,4
kritikan dari pasien terhadap
ruangan atas model yang
digunakan
7. Tanggung jawab dan 0,1 4 0,4
pembagian tugas jelas

Weakness
1. Dalam efektifitas dan efisiensi 0,6 2 1,2
model asuhan keperawatan
ada perawat yang merasa
model yang digunakan saat ini
menyulitkan dan memberikan
beban berat kerja

b. Eksternal Faktor (EFAS)


Opportunity
1. Adanya mahasiswa S-1 0,2 3 0,6
keperawatan praktik
manajemen keperawatan
2. Ada kebijakan pemerintah 0,4 3 1,2
tentang professional perawat
3. Adanya kebijakan RS tentang 0,4 4 1,6
pelaksanaan MAKP

Treathened
1. Persaingan dengan rumah sakit 0,2 4 0,8
swasta yang semakin ketat
2. Adanya tuntutan masyarakat yang
semakin tinggi terhadap
peningkatan pelayanan 0,2 3 0,6
keperawatan yang lebih
professional
3. Makin tinggi kesadaran masyarakat 0,2 3 0,6 O–T
akan hukum 3,4 –
4. Makin tinggi kesadaran masyarakat 0,2 3 0,6 3,5
akan pentingnya kesehatan = - 0,1
5. Persaingan dengan masuknya 0,1 3 0,6
perawat asing
6. Bebasnya pers yang dapat 0,1 3 0,3
langsung menyebarkan informasi
dengan cepat

 Sentralisasi Obat S-W:


a. Internal Faktor (IFAS) 9-8 = 1
Strength
1. Sudah dilaksanakan
0,4 3 1,2
kegiatan sentralisai obat
oleh perawat
2. Adanya lembar medikasi
0,4 3 1,2
dan obat oral
3. Ada lembar
pendokumentasian obat 0,4
3 1,2
yang diterima di setiap
status pasien

Weakness
1. resep obat ditulis oleh
0,3 3 0,9
perawat yang seharusnya
dilakukan oleh dokter.

b. Eksternal Faktor (EFAS)


Opprtunity
0,3 3 0,9
1. Adanya mahasiswa S-1
keperawatan praktik
manajemen keperawatan
2. Kerja sama yang baik
antara perawat dan
mahasiswa S-1
Keperawatan

Threatened
1. Adanya tuntutan
pasien untuk
mendapatkan
pelayanan profesional
2. Makin tinggi
kesadaran
masyarakat akan
hukum

 Supervisi
a. Internal Faktor (IFAS)
Strength
1. Supervise telah dilakukan oleh PJ 3 0,3
ruangan S-W
2. Kepala ruangan mendukung dan 3 0,3 3,8-
melaksanakan supervise 2=1,8
3. Perawat mengerti tentang 4 0,4
supervise
4. Supervisi diruangan sudah sesuai 4 0,4
dengan alur yang ada
5. Format untuk supervise sudah 3 0,4
sesuai dengan standar
keperawatan
6. Hasil dari supervisor disampaikan 4 0,4
kepada perawat
7. Selalu ada feed back dari 4 0,4
supervisor untuk setiap tindakan

Weakness
1. Sudah dilaksanakannya supervisi 4 0,4
diruanan namaun belum terdapat
protab/SOP . 4 0,4

b. Eksternal Faktor (EFAS)


Opportunity
1. Adanya mahasiswa S1 4 0,4
keperawatan yang praktik
manajeman keperawatan
2. Adanya reward dalam bentuk
pelatihan sekolah maupun jasa bagi 4 1,4
yang melaksanakan pekerjaan
dengan baik
Threatened
1. Adanya tuntutan pasien sebagai 3 0,90
konsumen untuk mendapatkan
pelayanan yang professional O-T
3,3-
2. Makin tinggi kesadaran masyarakat 4 2,4 3,1=
akan hukum 0,2

 Timbang Terima
a. Internal Faktor (IFAS)
Strenght
1. Adanya laporan jaga setiap sift 0,3 3 0,3
2. Timbang terima sudah merupakan
0,3
kegiatan rutin yang telah dilakukan 4 0,4
3. Adanya kemauan perawat untuk 3 0,6 S-W
melakukan timbang terima 3,5-
4. Adanya buku khusus untuk 4 0,8 0,75=
pelaporan timbang terima 2,75
5. ada interaksi dengan pasien saat 4 0,8
timbang terima berlangsung
6. tidak ada kesulitan dalam 3 0,6
mendokumentasikan laporan
timbang terima

Weakness
1. timbang terima belum berakhir tepat 3 0,75
waktu.

b. Eksternal Faktor (EFAS)


Opportunity

1. Adanya mahasiswa S1 3 0,9


keperawatan yang praktik O-T
manajeman keperawatan 2,8-2,4
2. Kerja sama yang baik antara 4 1,6 = 0,4
perawat dan mahasiswa S1
keperawatan
3. Kebijakan RS (bidang 0,6 0,3
keperawatan) tentang timbang
terima

Treathened

1. Adanya tuntutan pasien untuk 4 2,4


mendapatkan pelayanan yang
professional
2. Meningkatnya kesadaran
masyarakat tentang tanggung
jawab dan tanggung gugat
perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan

 Discharge Planning
a. Internal Faktor (IFAS)
Strenght 4 0,8
1. Pelaksanaan Discharge 0,2 S-W
Planning dilakukan pada 2,8-
pasien mulai pasien masuk 0,9=
rumah sakit sampai pasien 3 0,3 1,9
keluar rumah sakit 3 0,6
2. Tersedianya sarana dan 0,1
prasarana discharge planning
diruangan untuk pasien pulang
(format/kartu DP)
3. Adanya kartu control berobat 0,2 4 0,8
4. Perawat memberikan 0,2
pendidikan kesehatan secara
informal kepada
pasien/keluarga selama
dirawat/pulang 3 0,6
5. Setiap selesai melakukan 0,2
Discharge Planning akan
melakukan pendokumentasian
dari Discharge Planning yang
telah dilakukan
6. PJ unit telah 0,1 3 0,3
menginformasikan tentang
operasional Discharge
Planning

Weakness 2 0,8
1. Belum terlaksananya secara 0,4
optimal dalam pembagian
leaflet saat pasien pulang 1 0,1
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
1. Adanya mahasiswa S1 0,1
keperawatan yang praktik
manajeman keperawatan 2 0,6
2. Kerja sama yang baik antara 0,3
perawat dan mahasiswa S1 O-T
keperawatan 2 1,2 0,6-1,2
Threatened = 0,6

1. Adanya tuntutan pasien untuk 0,6 3 1,8


mendapatkan pelayanan yang
professional
2. Makin tinggi kesadaran 0,6 3 1
mayarakat akan pentingnya
kesehatan
3. Persaingan antar RS yang 0,4
semakin ketat
 Ronde Keperawatan
a. Internal Faktor (IFAS)
Strenght

1. Ruangan ini mendukung adanya 0,4 3 1,2 S-W


ronde keperawatan 1,2-
Weakness 0,9=0,3
1. Karakteristik tenaga yang 0,3 3 0,9
memenuhi kualifikasi belum merata
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity

1. Adanya pelatihan dan seminar 0,2 2 0,4 O-T


mengenai manajemen keperawatan 1,9-0,6
2. Adanya kesempatan bagi kepala 0,3 3 0,9 = 1,3
ruangan untuk mengadakan ronde
keperawatan pada perawat dan
mahasiswa praktik

Treathened
1. Adanya tuntutan yang lebih 03 2 0,6
tinggi dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan yang
professional
2. Persaingan antara ruang rawat 0,2 3 0,6
inap dalam memberikan
pelayanan
 Dokumentasi Keperawatan
a. Internal Faktor (IFAS)
Strenght

1. Sudah ada format 0,2 3 0,6 S-W


pendokumentasien yang baku yang 3,4-
digunakan 0,8=2,6
2. Telah mengerti cara pengisian 0,3 4 1,2
format dokuntasi tersebut dengan
benar dan tepat
3. Format yang digunakan ini bisa 0,3 3 0,9
membantu (memudahkan) perawat
dalam melakukan pengkajian pada
pasien
4. Format asuhan keperawatan sudah 0,1 3 0,3
ada
5. Adannya kesadaran perawat 0,1 4 0,4
tentang tanggung awab dan
tanggung gugat

Weakness

1. Pendokumentasian yang dilakukan


secara manual menambah beban 0,4 2 0,8
kerja perawat dan menyita banyak
waktu
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
0,3 2 0,6
1. Peluang perawat untuk
meningkatkan pendidikan 0,3 2 0,6
2. Kerja sama yang baik antara
perawat dan mahasiswa

Threatened
0,6 3 1,8
1. Tingkat kesadaran masyarakat
(pasien dan keluarga) akan O-T
tanggungawab dann tanggung 3-3= 0
gugat 0,4 3 1,2
2. Persaingan rumah sakit dalam
memberikan pelayanan
keperawatan

4 MONEY (M4)
a. Internal Faktor (IFAS)
Strenght
1. Biaya pembangunan dan 0,2 3 0,6
perawatan gedung didapat
dari APBD, RS dan
Pempov S-w:
2. Pendananan alat didapat 0,1 4 0,4 3,2-2 =
kan dari RS. 1,2
3. Pengajuan kebutuhan alat 0,2 4 0,8
ruangan oleh Karu
4. Sumber dana alkes 0,1 3 0,3
diruangan berasal dari RS
5. Anggaran khusus 0,1 2 0,2
pemeliharan alkes
diajukan kepihak RS
6. Gaji karyawan didapatkan 0,1 3 0,3
dari RS setiap bulan
7. Insentif dibagikan sesuai 0,2 3 0,6
dengan golongan.
Weakness
1. Billing pada pasien baru
dilakukan oleh perawat 1 2 2
sedangkan untuk
administrasi membilling
pasien pulang untuk
melengkapi data administrasi

b. Eksternal Faktor
(EFAS)
Opportunity
1. Ada alokasi dana untuk 0,4 3 0,12
pengembangan pendidikan formal
bagi perawat
2. Adanya alokasi dana untuk 0,3 3 0,9
pelatihan bagi perawat
3. Adanya APBD 0,3 2 0,6

Treathened
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi
dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan O-T:
kesehatan yang lebih professional 1,62-2
sehingga membutuhkan 1 2 2 = 0,38
pendanaan yang lebih besar untuk
memadai sarana prasarana.
5 MUTU (M5)
a. Internal Faktor (IFAS)
Strenght
1. Kepuasan pasien terhadap 0,3 4 1,2 S–W
pelayanan kesehatan di rumah 2,1 –
sakit 5,25
2. Sebagai tempat praktik 0,25 2 0,5 = 1,35
mahasiswa keperawatan D-3
maupun S-1

0,2 2 0,4
Weakness
1. Penerapan 5 momen cuci tangan
secara benar mengalami
penurunan pada bulan terakhir
didapatkan data sebanyak 50%
atau 10 orang dari 20 keluarga
pasien tidak menerapkan cuci 0,5 3 1,5
tangan yang baik dan benar.
2. Terdapat pasien dan keluarga
yang tidak mengetahui cara
mencuci tangan yang benar dan
fungsi dari handscrub karena
jarang dilakukan sosialisasi dan 0,25 3 2,25
demonstrasi
3. Kurangnya pasien dan keluarga O–T
pasien dalam menggunakan 0,6 –
masker secara baik dan benar 1,8
didapatkan data sebanyak 40% = - 1,2
atau 8 orang dari 20 keluarga
pasien tidak memakai masker.

b. Eksternal Faktor (EFAS)


Opportunity 0,5 3 1,5

1. Mahasiswa S-1 Keperawatan 0,2 2 0,4


Praktik Manajemen
2. Kerjasama yang baik antara
perawat dan mahasiswa
0,1 2 0,2
Threatened
1. Adanya peningkatan standart 0,3 4 1,2
masyarakat yang harus dipenuhi
2. Persaingan RS dalam
memberikan pelayanan
keperawatan
A. Diagram Layang

keterangan :

= M1

= M2 1,0

= M3 0,9

= M4 0,8

= M5 0,7

= Sentralisasi obat 0,6 (Sentralisasi obat, 1;1,8)

= Discrharge palnning 0,5

= Timbang terima 0,4 (M4 1,2;0,38)


(M2, 1,26;0,3)
= Dokumentasi 0,3

0,2 (Dokumentasi 1,4;0)

0,1

-1,0-0,9-0,8-0,7-0,6-0,5 -0,4 -0,3-0,2-0,1 -0,1 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0
1,21,8

- 0,2

- 0,3

- 0,4

- 0,5

(M1, -0,5;-0,6) - 0,6

(M3, 1,7;-0,1)
- 0,8 (Discrharge
planing 1;-0,6)
- 0,9
(M5, 1,35;-1,2)
- 1, (Timbang Terima 1,5;-
1,4)
Identifikasi Masalah

No Identifikasi Masalah Penyebab


1 M1 –MAN Minimnya tenaga S1 Keperawatan Terbatasnya kuota tenaga
dibandingkan dengan D3 keperawatan yang
keperawatan yang lebih banyak melanjutkan pendidikan tiap
tahun.

2 M2-MATERIAL 1. belum ada ruang diskusi


khusus untuk dokter dan
perawat.
2. Terdapat Satuan Operasional
Prosedur (depo pengadaan
obat, pengadaan barang, alur Keterbatasan ruangan.
pengadaan alat keseahatan
tidak ditampil dinding
perawat), akan tetapi belum
ditempel didinding perawat.

3 M3-METHODE MAKP
Dalam efektifitas dan efisiensi model 1. Jumlah SDM yang
asuhan keperawatan ada perawat yang berlatar belakang
merasa model yang digunakan saat ini Pendidikan S1 masih 2
menyulitkan dan memberikan beban orang dan 16 orang D3
berat kerja

Timbang terima 2. Jumlah pasien yang


Pelaksanaan timbang terima yang terlalu banyak sehingga
belum berakhir tepat waktu waktu validasi ke pasien
yang lama

Sentralisasi Obat 3. Form medikasi sudah


resep obat ditulis oleh perawat yang tersedia ketika akan
seharusnya dilakukan oleh dokter memberikan obat dan
ditanda tangani oleh
perawat dan keluarga

Ronde Keperawatan 4. Pelaksanaan ronde masih


Karakteristik tenaga yang memenuhi belum bisa dilakukan
kualifikasi belum merata dikarenakan keterbatasan
waktu.

Supervisi 5. Sudah tersedia form


Sudah dilaksanakannya supervisi tindakan mandiri perawat
diruanan namaun belum terdapat
seperti penilaian
protab/SOP .
Disccharge planning dokumentasi, catatan
Belum terlaksananya secara optimal terintegrasi dan buku
dalam pembagian leaflet saat pasien laporan antar sift.
pulang

Dokumentasi 6. Banyak dokumentasi


Pendokumentasian yang dilakukan yang harus di isi
secara manual menambah beban kerja
perawat dan menyita banyak waktu

4 M4 – MONEY Billing pada pasien baru dilakukan oleh Data yang diterima dari
perawat sedangkan untuk administrasi perawat ke pasien harus
membilling pasien pulang untuk lengkap dan sesuai biling
melengkapi data administrasi administrasi. Dan apabila
pasien dinyatakan pulang
pasien harus mengurus
keadminnistrasi untuk
melunaskan pembiayaan
selama di rawat di ruang tulip
3 Timur
5 M5 – MUTU 1. Penerapan 5 momen cuci
tangan secara benar
mengalami penurunan pada
bulan terakhir didapatkan data
sebanyak 50% atau 10 orang
dari 20 keluarga pasien tidak
menerapkan cuci tangan yang
baik dan benar
2. Terdapat pasien dan keluarga
yang tidak mengetahui cara Pasien dan keluarga kurang
mencuci tangan yang benar termotivasi untuk cuci tangan
dan fungsi dari handscrub dan memakai masker.
karena jarang dilakukan
sosialisasi dan demonstrasi
3. Kurangnya pasien dan
keluarga pasien dalam
menggunakan masker secara
baik dan benar didapatkan
data sebanyak 40% atau 8
orang dari 20 keluarga pasien
tidak memakai masker.
Prioritas Masalah

Prioritas masalah ditentukan dengan salah satu metode CARL apabila data yang tersedia
kualitatif. Metode CARL didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0-10.
Kriteria CARL terdiri dari:
C= (Capability) ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan peralatan)
A= (Accessibility) kemudahan masalah di atasi atau tidak. Kemudahan didasarkan pada
ketersediaan metode, cara, dan peraturan
R= (Readiness) kesiapan tenaga atau sasaran seperti keahlian, kemampuan dan motivasi
L = (Leverage) seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain.

Tabel Prioritas Masalah Dengan Metode CARL

C A R L
Skor
Masalah (Capabili (Accesib (Relev (Legali Rank
Nilai
ty) ility) ancy) ty)
M1 – MAN
Minimnya tenaga S1 Keperawatan
9 8 8 8 4608 2
dibandingkan dengan D3 keperawatan
yang lebih banyak
M2 – MATERIAL
1. belum ada ruang diskusi khusus
untuk dokter dan perawat.
2. Terdapat Satuan Operasional
Prosedur (depo pengadaan obat,
pengadaan barang, alur 8 8 7 8 3584 4
pengadaan alat keseahatan tidak
ditampil dinding perawat), akan
tetapi belum ditempel didinding
perawat.

M3 – METHODE
MAKP
Dalam efektifitas dan efisiensi model
asuhan keperawatan ada perawat yang
merasa model yang digunakan saat ini
menyulitkan dan memberikan beban berat
9 8 8 7 4032 3
kerja

Timbang terima
Pelaksanaan timbang terima yang belum
berakhir tepat waktu
Sentralisasi Obat
resep obat ditulis oleh perawat yang
seharusnya dilakukan oleh dokter

Ronde Keperawatan
Karakteristik tenaga yang memenuhi
kualifikasi belum merata

Supervisi
Sudah dilaksanakannya supervisi diruanan
namaun belum terdapat protab/SOP .

Disccharge planning
Belum terlaksananya secara optimal dalam
pembagian leaflet saat pasien pulang

Dokumentasi
Pendokumentasian yang dilakukan secara
manual menambah beban kerja perawat
dan menyita banyak waktu.
M4 – MONEY
1. Billing pada pasien baru
dilakukan oleh perawat
8 7 7 8 3136 5
sedangkan untuk administrasi
membilling pasien pulang untuk
melengkapi data administrasi
M5 – MUTU
1. Penerapan 5 momen cuci tangan
secara benar mengalami
penurunan pada bulan terakhir
didapatkan 50% atau 10 orang
dari 20 keluarga pasien tidak
menerapkan cuci tangan yang
baik dan benar
2. Terdapat pasien dan keluarga
9 9 8 8 5184 1
yang tidak mengetahui cara
mencuci tangan yang benar dan
fungsi dari handscrub karena
jarang dilakukan sosialisasi dan
demonstrasi
3. Kurangnya pasien dan keluarga
pasien dalam menggunakan
masker secara baik dan benar
didapatkan data sebanyak 40%
atau 8 orang dari 20 keluarga
pasien tidak memakai masker.
Plan Of Action

no Masalah Penyebab Tujuan Kegiatan Indikator Penanggung


keberhasilan jawab
M1 – Man
1 Kurangnya motivasi perawat Adanya peningkatan Koordinasi dengan katim 100% perawat telah Candra aprilia
Minimnya tenaga S1 untuk melanjutkan jenjang pendidikan ke jenjang yang dan karu untuk memberi melaksanakan
Keperawatan pendidikan dan tidak ada lebih tinggi agar metode motivasi dan memberi pelatihan dasar
dibandingkan dengan kesempatan untuk profesional keperawatan kesempatan untuk misalnya K3RS,
D3 keperawatan yang melanjutkan jenjang dapat terlaksana dengan melanjutkan ke jenjang APAR, BLS
lebih banyak. pendidikan ke jenjang yang maksimal. lebih tinggi.
lebih tinggi.

2 M2 – MATERIAL Keterbatasan ruangan. Diharapkan tersedianya Mengusulkan kepada Tersedianya. Mahmud J


1. belum ada ruang ruangan khusus untuk pihak manajemen ruangan
diskusi khusus diskusi dokter dan ruangan untuk khusus diskusi
untuk dokter dan perawat. menyediakan ruangan antaa dokter
perawat. khusus diskusi antaa dan perawat
2. Terdapat Satuan dokter dan perawat
Operasional
Prosedur (depo
pengadaan obat,
pengadaan
barang, alur
pengadaan alat
keseahatan
tidak ditampil
dinding
perawat), akan
tetapi belum
ditempel
didinding
perawat.

3 M3 – METHODE 1. Jumlah SDM yang 2. Pelaksanaan MAKP 1. Mengusulkan perawat dapat Sarciani
MAKP berlatar belakang berjalan efektif dan agar seluruh memahami tentang
Dalam efektifitas dan Pendidikan S1 masih 2 efisien. perawat dapat MAKP.
efisiensi model asuhan orang dan 16 orang D3 3. Efisiensi waktu saat mengikuti
keperawatan ada perawat 2. Jumlah pasien yang validasi ke pasien pelatiihan MAKP
yang merasa model yang terlalu banyak sehingga sehingga timbang
digunakan saat ini waktu validasi ke pasien terima dapat
menyulitkan dan yang lama berakhir tepat waktu
memberikan beban berat 3. Pelaksanaan ronde 4. Dokumentasi
kerja masih belum bisa keperawatan tidak
dilakukan dikarenakan menimbulkan beban
Timbang terima keterbatasan waktu. kerja
Pelaksanaan timbang 4. Banyak dokumentasi
terima yang belum yang harus di isi
berakhir tepat waktu

Sentralisasi Obat
resep obat ditulis oleh
perawat yang seharusnya
dilakukan oleh dokter

Ronde Keperawatan
Karakteristik tenaga yang
memenuhi kualifikasi
belum merata

Supervisi
Sudah dilaksanakannya
supervisi diruanan
namaun belum terdapat
protab/SOP .

Disccharge planning
Belum terlaksananya
secara optimal dalam
pembagian leaflet saat
pasien pulang

Dokumentasi

Pendokumentasian yang
dilakukan secara manual
menambah beban kerja
perawat dan menyita
banyak waktu.

4 M4 (MONEY) Data yang diterima dari Agar sistem billing pada Bekerja sama dengan Kelengkapan Lucky
Billing pada pasien baru perawat ke pasien harus ruangan lebih sistematis bagian administrasi data pasien saat
dilakukan oleh perawat lengkap dan sesuai biling untuk melengkapi data pulang dan
sedangkan untuk administrasi. Dan apabila pasien saat pulang pelunasan biaya
administrasi membilling pasien dinyatakan pulang perawatan
pasien pulang untuk pasien harus mengurus pasien di
melengkapi data keadminnistrasi untuk ruangan
administrasi melunaskan pembiayaan
selama di rawat di ruang
tulip 3 Timur

5 M5 – MUTU
Motivasi dari individu dan Pasien dan keluarga Melakukan penyuluhan Pasien dan keluarga Erna yasin
1. Penerapan 5
keluarga pasien pada setiap pasien dan dapat melakukan cuci
momen cuci
keluarga tangan dan masker
tangan secara
dengan benar.
benar
mengalami
penurunan pada
bulan terakhir.
2. Terdapat pasien
dan keluarga
yang tidak
mengetahui cara
mencuci tangan
yang benar dan
fungsi dari
handscrub
karena jarang
dilakukan
sosialisasi dan
demonstrasi
3. Kurangnya
pasien dan
keluarga pasien
dalam
menggunakan
masker
BAB III

PERENCANAAN

A. Penerimaan Pasien Baru


1. Latar Belakang
Penerimaan pasien baru adalah proses interaksi dengan pasien, keluarga dan
petugas lain dalam kegiatan serah terima pasien yang baru masuk di ruang
perawatan Suarli, (2010), penerimaan pasien baru dapat dimulai dengan adanya
upaya perencanaan tentang kebutuhan asuhan keperawatan sejak masuk sampai
pasien pulang. Penerimaan pasien baru yang belum dilakukan sesuai standar maka
akan menurunkan mutu kualitas pelayanan yang akhirnya menurunkan tingkat
kepercayaan pasien terhadap pelayanan Rumah Sakit.
2. Masalah
Tidak ada masalah
3. Tujuan
1.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan peran perawat dalam penerimaan pasien
baru.
1.2 Tujuan khusus
a. Menerima dan menyambut kedatangan pasien baru dengan ramah dan
terapeutik.
b. Menjelaskan tentang orientasi ruangan
c. Menjelaskan tentang perawatan di rumah sakit
d. Menjelaskan tentang penanganan medis (dokter yang menangani dan
jadwal visite
e. Menjelaskan tentang tata tertib ruangan.
f. Melakukan/melengkapi pengkajian pasien baru
A. Program Kerja
a. Pengorganisasian
- Penanggung jawab : Machmd Jamalludin
- Kepala Ruangan : Lucky Lospalos Billy
- Perawat Primer : Yustina Mette
- Perawat Associate 1 : Erna Yasin
- Perawat Associate 2 : Sarciani S Kase
b. Pelaksanaan
Role Play timbang terima dilakukan pada tanggal 25-30 Januari 2021 yang
didampingi oleh pembimbing lahan (CI) dan pembimbing institusi. Timbang terima
dilakukan menggunakan acuan SPO (Standard Prosedure Operasional) timbang
terima yang disusun saat perencanaan.

B. Timbang Terima
Timbang terima pasien (Operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (Laporan) yang berkaitan dengan keadaan
pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan
secara singkat jelas dan komplit tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif
yang sudah dilakukan belum dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang
disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer ke perawat
penanggung jawab secara tulisan dan lisan. Timbang terima di ruangan mawar merah
barat telah dilakukan setiap pergantiaan shift.
Timbang terima perlu terus ditingkatkan baik teknik maupun alurnya. Hal ini
dilakukan untuk perbaikan pada masa yang akan datang sehingga timbang terima
menjadi bagian penting dalam menggali permasalahan pasien sehari-hari
1. Masalah
Timbang terima sudah dilakukan tetapi belum optimal.
a). Materi timbang terima tidak berfokus pada masalah keperawatan hanya
menyebutkan nama, tanggal lahir, nomor RM, diagnose medis, tindakan yang telah
dan akan dilakukan.
b). Alur dan proses timbang terima belum sesuai dengan prosedur SAP.
2. Tujuan
a. Tujuan umum
Setelah dilakukan timbang terima, maka mahasiswa dan perawat Ruang Tulip 3
Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo mampu mengkomunikasikan hasil pelaksanaan
asuhan keperawatan klien dengan baik sehingga kesinambungan informasi
mengenai keadaan klien dapat dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya.
b. Tujuan khusus
1. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).
2. Menyampaikan hal-hal yang sudah / belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan pada klien.
3. Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindak lanjuti oleh dinas
berikutnya.
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
3. Target
Menentukan penanggung jawab timbang terima untuk tiap-tiap shift.
1. Melibatkan PJ Unit, Ners Primer dan Ners Associate Ruang Tulip 3 Timur
RSUD Kabupaten Sidoarjo dalam pelaksanaan timbang terima
2. Mendokumentasikan kegiatan timbang terima masing – masing shift
4. Pengorganisasian
a. Pelaksanaan
Pelaksanaan roleplay timbang terima mulai dilaksanakan pada tanggal 25-30
Januari 2021 oleh mahasiswa praktik profesi manajemen keperawatan di Ruang
Tulip 3 Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo.
b. Rencana strategi
1) Menyusun materi timbang terima
2) Membuat format timbang terima dan juknis
3) Melaksanakan timbang terima bersama dengan kepala ruangan dan staf
keperawatan
4) Mendokumentasikan hasil timbang terima penderita.
Situation

Data demografi Diagnosis


diagnosis medis keperawatan
(data)
Background

Riwayat keperawatan

Assesment : KU, TTV,


GCS, skala nyeri,
resiko jatuh dan ROS

Rekomendation:
tindakan yang sudah,
dilanjutkan, stop,
modifikasi, startegi baru

Gambar Alur timbang terima yang diterapkan dalam praktik profesi manajemen keperawatan Ruang Tulip 3
Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo.
c. Evaluasi
1) Evaluasi struktur
Rencana kegiatan timbang terima sebelum pelaksanaan dibawah tanggung jawab
masing-masing
2) Evaluasi proses
Kegiatan timbang terima berjalan sesuai dengan rencana
3) Evaluasi hasil
Perawat ruangan melakukan timbang terima dengan benar.
b. Hambatan
Keterbatasan pengetahuan mahasiswa yang sedang praktik stage manajemen tentang
pelaksanaan timbang yang baik dan benar.

c. Dukungan
1) Pembimbing lahan memberikan pengarahan dalam pelaksanaan roleplay dan
memberi masukan-masukan.
2) Adanya kerjasama dari pasien dan keluarga dalam pelaksanaan timbang terima
terutama dalam kegiatan validasi ke pasien
C. Supervisi
a. Pelaksanaan
Pelaksanaan roleplay supervisi dilakukan pada tanggal 25-30 Januari 2021
b. Tujuan
Setelah dilakukan praktik manajemen keperawatan, diharapkan di Ruang Tulip 3
Timur mampu menerapkan supervisi injeksi intra vena secara optimal.
c. Materi supervisi
Pemberian obat melalui selang intravena (IV bolus).
d. Hambatan
Kurangnya koordinasi dan persiapan anggota roleplay, tidak tersediannya media
penilaian tindakan.
e. Dukungan
Adanya kerjasama antar anggota dalam pelaksanaan roleplay supervisi.

D. Discharge planning
a. Pelaksanaan
Pelaksanaan discharge planning dilakukan pada tanggal 25-30 Januari
2021 dilaksanakan pada pasien yang berencana diperbolehkan untuk pulang.
Dokter melakukan visite pada pasien untuk memastikan keadaan pasien dan
memberikan advis pasien untuk pulang, perawat primer melakukan persiapan
berkas untuk pasien pulang dan memberikan form persetujuan untuk
ditandatangani oleh keluarga pasien. Pasien dan keluarga dipanggil untuk
mengurus persyarat pulang di ners station. Keluarga pasien diberikan KIE
tentang penyakit yang diderita anggota keluarga.
b. Evaluasi
Terdapat kekurangan yaitu tertukar urutan SOP saat pelaksanaan discharge
planning.

c. Hambatan
Kurangnya media leaflet yang akan diberikan pada keluarga dan pasien disaat
diberikan KIE.
d. Dukungan
Team harus lebih bekerja sama dan kooperatif saat role play dilakukan.

Gambar alur discharge planning

Dokter dan tim kesehatan lain Ners PP dibantu PA

Penetuan keadan pasien

 Klinis dan pemeriksaan penunjang lain


 Tinggkat ketergantungan pasien

Perencanaan Pulang
Lain-Lain
Penyelesaian administrasi

KIE

 Pencegahan DHF

Monitor (sebagai program service safety) oleh keluarga dan petugas

E. Dokumentasi
Dokumentasi juga dapat menjadi media koordinasi perawatan untuk menilai
kedisiplinan antar tim. Pada taraf klien maka standar dokumentasi dapat menyampaikan
secara jelas tentang riwayat klien. Dokumentasi keperawatan juga dapat sebagai
tanggung gugat perawat (nursing accountability) untuk melindungi klien Hannah, et al,
(2015). Perawat memiliki kontribusi penting terhadap catatan klinis dan keperawatan
klien. Dokumentasi keperawatan harus objektif dan dapat memastikan kondisi klien serta
apa yang terjadi pada klien secara akurat. Apabila terdapat tuntutan legal, maka catatan
keperawatan dapat menunjukkan alasan yang bijaksana serta dapat dipetakan kenapa
melakukan tindakan tersebut (Moyet, 2009).
Secara keseluruhan dokumentasi di ruang Tulip 3 Timur telah berjalan dengan
baik, dan ada form pendokumentasian yang baku yang digunakan diruangan, namun
pendokumentasian yang dilakukan belum secara lengkap. Hal ini sering terjadi jika BOR
ruangan meningkat yang mempengaruhi waktu perawat untuk melakukan dokumentasi.
Setiap perawat yang sedang bertugas dapat mengatur waktu pemberian asuhan kepada
pasien dan melakukan dokumentasi hasil pemberian asuhan. Peran kepala ruangan
juga diperlukan untuk mengingatkan perawat tentang pentingnya dokumentasi
keperawatan
BAB IV
PEMBAHASAN DAN EVALUASI

A. MAN (M1)
1. Persiapan
Tabel 1.1. Persiapan Kegiatan M1
No Kegiatan Tanggal
1 Melakukan pembuatan jadwal sift 25 januari 2021
harian
2 Pembuatan struktur organisasi 26 januari 2021
mahasiswa ners
3 Melakukan pembuatan jadwal peran 27 januari 2021

Pembagian jadwal peran bersifat fleksibel, sehingga setiap mahasiswa ners


mendapatkan peran sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

2. Pelaksanaan
Pelaksanaan implementasi dilaksanakan mulai tanggal 30 Januari 2021. Berikut
merupakan struktur ruangan, jumlah ketenagaan, BOR, tingkat ketergantungan pasien
dan kebutuhan tenaga perawat serta ALOS, antara lain :
1) Struktur organisasi ruangan
Dari hasil observasi kelompok tentang model asuhan keperawatan professional
(MAKP) yang digunakan di ruang Tulip 3 Timur adalah MAKP jenis modular, yang
dipimpinoleh kepala ruangan dibantu oleh perawat primer dan perawat pelaksana.
Kepala Ruangan

Perawat Primer I Perawat Primer II

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana

Pasien Pasien Pasien Pasien

A-D E-H S-T-U-V W-X-Y


Gambar Bagan Struktur Ruangan Mahasiswa Ners

b. Tenaga/SDM

No Nama TTL Jabatan Pendidikan


Terakhir
1 Mahmud jamaluddin Pasuruan, 09 KARU S.Kep
Desember 1997
2 Candra aprilia kartika Malang, 14 April Dokter S.Kep
1998
3 Sarciani kase Kupang, 08 April PA S.Kep
1998
4 Krispina melsadalim Jayapura, 17 PP S.Kep
Juni 1999
5 Miriam baersady Matakus, 07 Juli PA S.Kep
1999
6 Lucky lospalos billy Timor Timur 30 PA S.Kep
Mei 1997
7 Erna yasin Lewohama, 11 PA S.Kep
November 1996
8 Umi kulsm Probolinggo, 05 Perawat primer S.Kep
Februari 1998
9 Yustina mete Hombarica,08 Perawat primer S.Kep
Juni 1996

Pembagian peran/jabatan bersifat fleksibel, setiap mahasiswa ners mendapat pergantian


peran setiap hari. Sehingga, setiap mahasiswa pernah sekali menjadi kepala ruangan. Jadwal
peran setiap mahasiswa terlampir

Strukutur Organisasi kelompok 2 stage manajemen Ruang Tulip 3 Timur RSUD


Sidoarjo.

KETUA
MAHMUD JAMALUDDIN
SEKRETARIS I

MIRIAM BAERSADY

SEKRETARIS II

Erna Yasin

SIE SIE BENDAHARA SIE SIE


PERLENGKAPAN KEDISISIPLINAN KEAMANAN HUMAS

Yustina Mete
Lucky Lospalos Candra Aprilia Umi kulsum Sarciani S kase
c. BOR ( Bed Occupacy Rate)

Perhitungan BOR (Bed Occupacy Rate) pada kasus kelolaan di kamar G dan H dimulai
pada tanggal 25 Januari s/d 30 Januari 2021 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.13 BOR di Ruang Tulip 3 Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo bulan Januari 2021
tanggal 25 – 30 Januari 2021
No. Hari ke- Perhitungan BOR
1. 25 Januari 2021 BOR = 4 / (4x1hari) x 100% = 100%
(Hari 1)
2. 26 Januari 2021 BOR = 4 / (4x1hari) x 100% = 100%
(Hari 2)
3. 27 Januari 2021 BOR = 4 / (4x1hari) x 100% = 100%
(Hari 3)
4 28 Januari 2021 BOR = 4 / (4x1hari) x 100% = 100%
(Hari 4)
5 29 Januari 2021 BOR = 4 / (4x1hari) x 100% = 100%
(Hari 5)
6 30 Januari 2021 BOR = 4 / (4x1hari) x 100% = 100%
(Hari 6)
Sumber: Data Primer (2021)

2. Tingkat ketergantungan tenaga perawat


Menurut Douglas (1984) dalam Nursalam (2014) penerapan system klasifikasi klien
dengan tiga kategori tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kategori I: perawatan mandiri
Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah klien masih dapat melakukan sendiri
kebersihan diri, mandi, ganti pakaian, makan, minum, penampilan secara
umum baik, tidak ada reaksi emosional. Klien perlu dilakukan diawasi ketika
melakukan ambulasi atau gerakan. Klien perlu dilakukan observasi setiap shift,
pengobatan minimal, dan persiapan prosedur memerlukan pengobatan.
b. Kategori II: Perawatan parsial
Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah memerlukan bantuan untuk melakukan
kegiatan sehari-hari seperti makan, mengatur posisi waktu makan, memberi dorongan
agar makan, bantuan dalam eliminasi dan kebersihan diri, tindakan keperawatan
untuk memonitor tanda-tanda vital, fungsi fisiologis, status emosional, kelancaran
drainase, bantuan dalam pendidikan kesehatan serta kesiapan pengobatan
memerlukan prosedur.
c. Kategori III: Perawatan total

Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah tidak dapat melakukan sendiri kebutuhan
sehari-harinya, semua kebutuhan dibantu oleh perawat, penampilan klien sakit
berat, klien memerlukan observasi tanda vital setiap dua jam, menggunakan selang
nasogastric (NGT), menggunakan terapi intravena, pemakaian alat penghisap
(suction) dan kadang klien dalam kondisi gelisah/disoriented.
Menurut Douglas (1984) dalam Nursalam (2014) menetapkan jumlah perawat
yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana
masing-masing kategori mempunyai nilai standar per shift.
Tabel 2.6 Nilai Standar Jumlah Perawat Per Shift Berdasarkan Klasifikasi
Klien
Klasifikasi Pasien
Jumlah
Minimal Parsial Total
Pasien
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
Sumber: Data Primer (2021)

Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga keperawatan dengan


metode Douglas di Ruang Tulip 3 Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo adalah sebagai
berikut:

Tabel 2.1 Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga keperawatan dengan metode
Douglas di Ruang Tulip 3 Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo 25-30 januari 2021 (hari ke-1)

Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga


Tingkat Jumlah
Ketergantungan Pasien Pagi Sore Malam
Minimal 1 6x0,17=1,02 6x0,14=0,14 6x0,07=0,42
Parsial 2 2x0,27=0,54 2x0,15=0,3 2x0,10=0,2
Total 1 1x0,36=0,36 1x0,30=0,30 1x0,20=0,20
Jumlah 4 1,96 0,74 0,82
Sumber: Data Primer (2021)
Total tenaga perawat: Jumlah tenaga yang lepas dinas per hari:
Pagi : 5 orang = = 0,92 atau 1 orang
86x3 258
Sore : 4 orang
279 279
9 orang

Tabel 2.2 Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga keperawatan dengan metode
Douglas di Ruang Tulip 3 Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo 25-30 januari 2021 (hari ke-
2)

Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga


Tingkat Jumlah
Ketergantungan Pasien Pagi Sore Malam
Minimal 1 6x0,17=1,02 6x0,14=0,14 6x0,07=0,42
Parsial 2 2x0,27=0,54 2x0,15=0,3 2x0,10=0,2
Total 1 1x0,36=0,36 1x0,30=0,30 1x0,20=0,20
Jumlah 4 1,96 0,74 0,82
Sumber: Data Primer (2021)

Total tenaga perawat:


Jumlah tenaga yang lepas dinas per hari:
Pagi : 5 orang
86x3 = 258 = 0,92 atau 1 orang
Sore : 4 orang
279 279
9 orang

Tabel 2.3 Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga keperawatan dengan metode
Douglas di Ruang Tulip 3 Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo 25-30 Januari 2020 (hari ke-3)

Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga


Tingkat Jumlah
Ketergantungan Pasien Pagi Sore Malam
Minimal 1 5x0,17=0,85 5x0,14=0,7 5x0,07=0,35
Parsial 2 2x0,27=0,54 2x0,15=0,3 2x0,10=0,2
Total 1 1x0,36=0,36 1x0,30=0,30 1x0,20=0,20
Jumlah 4 1,75 1,3 0,75
Sumber: Data Primer (2021)
Total tenaga kerja
Pagi : 5 orang Jumlah tenaga yang lepas dinas per hari :
Sore : 4 orang 86
86x3 = 258 = 0,92 atau 1 orang
9 orang 279 279

Tabel 2.4 Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga keperawatan dengan metode
Douglas di Ruang Tulip 3 Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo 4 januari 2020 hari ke-4)
Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tingkat Jumlah
Ketergantungan Pasien Pagi Sore Malam
Minimal 1 3x0,17=0,51 3x0,14=0,42 3x0,07=0,21
Parsial 2 2x0,27=0,54 2x0,15=0,3 2x0,10=0,2
Total 1 1x0,36=0,36 1x0,30=0,30 1x0,20=0,20
Jumlah 4 1,41 1,02 0,61
Sumber: Data Primer (2021)

Total tenaga kerja:


Pagi : 5 orang Jumlah tenaga yang lepas dinas per hari :
Sore : 4 orang 86 = = 0,92 atau 1 orang
86x3 258
9 orang 279 279

Tabel 2.5 Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga keperawatan dengan metode
Douglas di Ruang Tulip 3 Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo 5 Januari 2020 (hari ke-5)

Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga


Tingkat Jumlah
Ketergantungan Pasien Pagi Sore Malam
Minimal 1 2x0,17=0,34 2x0,14=0,28 2x0,07=0,14
Parsial 2 2x0,27=0,54 2x0,15=0,3 2x0,10=0,2
Total 1 1x0,36=0,36 1x0,30=0,30 1x0,20=0,20
Jumlah 4 1,24 0,88 0,54
Sumber: Data Primer (2021)

Total tenaga kerja:


Pagi : 5 orang Jumlah tenaga yang lepas dinas per hari :
Sore : 4 orang 86 = = 0,92 atau 1 orang
86x3 258
9 orang 279 279
Tabel 2.7 Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga keperawatan dengan metode
Douglas di Ruang Tulip 3 Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo 6 Januari 2020 (hari ke-6)

Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga


Tingkat Jumlah
Ketergantungan Pasien Pagi Sore Malam
Minimal 1 6x0,17=1,02 6x0,14=0,14 6x0,07=0,42
Parsial 2 2x0,27=0,54 2x0,15=0,3 2x0,10=0,2
Total 1 1x0,36=0,36 1x0,30=0,30 1x0,20=0,20
Jumlah 4 1,96 0,74 0,82

Total tenaga kerja:


Jumlah tenaga yang lepas dinas per hari :
Pagi : 5 orang
Sore : 4 orang
86x3
86 = 258 = 0,92 atau 1 orang
279 279
9 orang

Berdasarkan Berdasarkan Jumlah perawat Jumlah perawat


tingkat Permenkes RI No. ruangan (harian) ruangan
ketergantungan 340/MENKES/PER (Perawat:TT)
klien (Douglas) /III/2010
Harian (jumlah (Jumlah
klien dan tingkat Perawat:Jumlah
ketergantungan) TT)
7 perawat, 1
1 7:10 kepala ruangan, 2 7:17
ketua tim dan 4
perawat
pelaksana

Berdasarkan hasil diatas yang telah dihitung menurut Douglas, jumlah tenaga
perawat yang dibutuhkan rata-rata dalam 1 hari yaitu 13 orang dengan rincian
sebagai berikut:
a. Shift pagi
Dibutuhkan 5 orang perawat yang terdiri dari 1 orang kepala ruangan 1
orang Perawat primer dan 3 orang perawat pelaksana. Pada ruang tulip 3 timur,
jumlah perawat yang bertugas pada dinas pagi adalah 5 orang yaitu 1 orang
kepala ruangan 1 orang PP dan 3 orang perawat pelaksana. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat kesesuaian tenaga perawat.

b. Shift siang
Dibutuhkan 4 orang perawat yang terdiri dari 1 orang perawat
penanggung jawab sift dan 3 orang perawat pelaksana. Pada ruang tulip 3
timur, jumlah perawat yang bertugas pada dinas siang adalah 4 orang yaitu 1
orang perawat penanggung jawab sift, dan 3 orang perawat pelaksana.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat kesesuaian tenaga perawat.
c. Shift malam
Dibutuhkan 3 orang perawat yang terdiri dari 1 orang pearwat
penanggung jawab dan 2 orang perawat pelaksana. Pada ruang tulip 3 timur,
jumlah perawat yang bertugas pada dinas malam adalah 4 orang yaitu 1 orang
perawat penanggung jawab dan 3 perawat pelaksana. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat kesesuaian tenaga perawat.
d. Libur
Jumlah perawat yang libur pada hari efektif (senin-sabtu) yaitu 6 orang
perawat, sedangkan pada hari minggu dan hari besar terdapat 4 orang perawat
(1 orang kepala ruangan, 1 orang perawat primer dan 2 orang perawat
pelaksana)
e. Luaran
Luaran merupakan hari lepas dinas perawat sebelum dinas perawat
setelah melakukan dinas malam.
f. Cuti
Terdapat 2 orang perawat yang cuti saat dilakukan pengkajian (24-26
desember 2019) yaitu 1 kepala ruangan dan 1 perawat primer.
3. Average Length Of Stay (ALOS)
Berdasarkan data LOS selama 3 hari yaitu pada tanggal 25-30 Januari 2021
didapatkan bahwa hampir setengah pasien yang di Tulip 3 Timur RSUD Sidoarjo
memiliki Length of Stay kurang dari sampai dengan 3 hari.
No LOS 25 Januari – 28 Januari 2021
1 < 3 hari 55%
2 4-6 hari 35%
3 7-9 Hari 6%
4 10 hari 3%
5 >10 hari 3%
Total 100%
Sumber : Data primer (2021)
a. Hambatan
Kurangnya pemahaman dan pengetahuan kami tentang manajemen keperawatan,
menyebabkan pelaksanaan roleplay penerpan MAKP berjalan kurang maksimal
dikarenakan sebagian kurang mengenai metodek yang kelompok terapkan.
b. Dukungan
Perawat dalam ruangan Tulip 3 Timur memberikan kepercayaan pada mahasiswa
profesi Ners dalam mengelolah wilayah kelolaan yaitu di ruangan A, B dan C.

B. MATERIAL (M2)
1. Permasalahan
Panjangnya birokrasi untuk permintaan sarana dan prasarana atau alat-alat medis
yang rusak dan kurang seperti kursi roda dan fasilitas pasien yaitu 3 bed rusak.
2. Perencanaan
Koordinasi dengan petugas terkait untuk perbaikan barang yang rusak.
3. Evaluasi
Sudah terperincinya daftar sarana dan prasarana yang akan dibeli sesuai kebutuhan
untuk satu tahun yang akan datang.
4. Dukungan dan hambatan
a. Kegiatan ini mendapat dukungan pendanaan dari BLUD, APBN dan APBD
b. Kegiatan ini dilakukan di ruangan sehingga mahasiswa hanya mengobservasi
C. METHODE (M3)
1. Persiapan
a. Menggunakan MAKP primer
b. Pembentukan Organisasi
c. Pembuatan jadwal sift
2. Pelaksanaan
a. Melakukan Role Play
2) Timbang Terima : 30 Januari 2021
Penanggung Jawab : Machmud Jamalludin
3) Supervisi : 30 Januari 2021
Penanggung Jawab : Crispina Melsadalim
4) Discharge Planning : 30 Januari 2021
Penanggung Jawab : Lucky Lospalos
b. Hambatan
a. Keterbatasan pengetahuan mahasiswa tentang manajemen keperawatan
membuat roleplay masih kurang sempurna.
b. Beberapa lembar dokumentasi yang belum lengkap.
c. Beberapa roleplay yang belum sesuai dengan SOP.
d. Kurangnya koordinasi antar anggota roleplay sehingga miss komunikasi.
b. Dukungan
1. Tersedianya ruangan khusus untuk mahasiswa keperawatan sehingga
roleplay dapat dilakukan secara maksimal.
2. Perawat ruangan membantu memberikan masukan dan saran yang
membantu pelaksanaan roleplay keperawatan.
3. Rekan sejawat membantu mengingatkan data yang kurang lengkap.

A. MONEY (M4)
Mahasiswa hanya melakukan pengkajian tidak melakukan implementasi karena m4
merupakan kebijakan rumah sakit.
B. MUTU (M5)
Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap
pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata serta
penyelenggaraannya sesuai dengan standart kode etik profesi (Nursalam, 2015).
Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan menjadi
salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan dimata masyarakat. Hal ini
terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi dengan jumlah terbanyak, paling
depan dan terdekat dengan penderitaan, kesakitan, kesengsaraan yang di alami pasien
dan keluarganya. Salah satu indikator dari mutu pelayanan keperawatan itu adalah apakah
pelayanan keperawatan yang diberikan itu memuaskan pasien atau tidak. Kepuasan
merupakan perbandingan antara kualitas jasa pelayanan yang di dapat dengan keinginan,
kebutuhan dan harapan (Tjiptono,2004).
Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan struktur, proses,
dan outcome system pelayanan rumah sakit. Secara umum aspek penilaian meliputi
evaluasi, dokumentasi, instrumen, dan audit (EDIA) (Nursalam, 2015). Menurut Standar
Nasional Akreditasi Rumah Sakit (2018) dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
pasien dan menjamin keselamatan pasien maka rumah sakit perlu mempunyai program
peningkatan mutu dan keselamatan pasien (PMKP) yang menjangkau ke seluruh unit kerja
di rumah sakit.
a. Pelaksanaan
a. Phlebitis
Penilaian phlebitis dilakukan pada periode 25-30 Januari 2021 di kamar kelolaan
yaitu A, B dan C dengan instrumen VIS (Visual Infussion Score). Berdasarkan hasil
penilaian tersebut didapatkan rata-rata dari jumlah pasien selama pengkajian tidak
mengalami phlebitis dengan hasil sebagai berikut :
PHLEBITIS TANGGAL 25 - 30 JANUARI 2021

15% 15%

15% Hari ke 1
25%
Hari ke 2
Hari ke 3
25% Hari ke 4
Hari ke 5
25%
Hari ke 6

b. Dekubitus
Penilaian dekubitus dilakukan pada tanggal 25-30 januari 2021. Berdasarkan
hasil penilaian tersebut didapatkan bahwa selama pasien dirawat tidak ada yang
mengalami dekubitus.

DEKUBITUS TANGGAL 25 - 30 JANUARI 2021

15% 15%

15% 15% Hari ke 1


Hari ke 2
Hari ke 3
Hari ke 4
25% 25% Hari ke 5
Hari ke 6
c. Resiko jatuh
Penilaian risiko jatuh umumnya ada pada setiap status pasien dan sudah
diisi secara rutin setiap hari. Berdasarkan hasil data pada tanggal 25-30
Januari 2021 didapatkan data insiden pasien jatuh selama perawatan rawat
inap di Rumah Sakit mencapai target 0%.
Tabel Insiden pasien jatuh selama perawatan di Ruang Tulip 3 Timur pada
tanggal 25-30Januari 2021

RESIKO JATUH TANGGAL 25 - 30 JANUARI


2021

25% 25%
Hari ke 1
15% Hari ke 2
25%
Hari ke 3
Hari ke 4
25%
25% Hari ke 5
Hari ke 6
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ketenagaan (M1)
Untuk Ruang Tulip 3 Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo Disarankan agar dapat dilakukan
penambahan tenaga kerja disesuaikan dengan jumlah pasien kelolaan dan beban kerja
perawat.

2. Sarana dan Prasarana (M2)


1. Untuk Ruang Tulip 3 Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo
Sebaiknya ruangan segera melakukan pengajuan penambahan alat yang masih kurang
sebagai upaya untuk memaksimalkan perawatan.
2. Untuk Perawat Ruangan
Disarankan kepada perawat agar selalu melaporkan kondisi inventaris ruangan setiap
hari. Diharapkan perawat meningkatkan edukasi dan mempaktekkan kepada pasien dan
keluaga terkait langkah-langkah momen cuci tangan, etika batuk dan gizi seimbang
menggunakan media yang sudah ada di setiap ruangan.
3. Untuk Mahasiwa Selanjutnya
Diharapkan untuk melakukan pengkajian sampai dengan eveluasi tentang sarana dan
prasarana (M2) di Ruang Tulip 3 Timur RSUD Kabupaten Sidoarjo. Follow up kerja
sama dengan tim sarana dan prasarana.

3. Methode (M3)
1. Penerimaan Pasien Baru
Mempertahankan penggunaan metode Penerimaan pasien baru yang sudah ada.
2. Sentralisasi Obat
Mempertahankan pemberian obat (oral, injeksi, topical) yang diberikan etiket pada
masing-masing obatnya dan tanda tangan pada lembar medikasi.
3. Timbang Terima
Mempertahankan penggunaan metode timbang terima yaitu melakukan validasi ke
pasien dengan membawa buku operan antar shift dan serta dilanjutkan diskusi di
ruang perawat.
4. Supervisi
Mahasiswa praktik manajemen keperawatan periode selanjutnya dapat
bekerjasama dengan perawat ruangan dalam pembuatan jadwal supervisi.
5. Ronde Keperawatan
Menentukan tim ronde keperawatan secara bergantian agar seluruh perawat
ruangan berkontribusi dalam pelaksanaan ronde keperawatan guna
meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan.
6. Discharge planning
Discharge planning sebaiknya dilakukan dengan memberikan pendidikan
kesehatan berupa media booklet yang bersifat general (umum) sesuai masalah
pasien untuk digunakan pada saat penerimaan pasien baru dan selama
perawatan. DP sebaiknya dilakukan dengan memberikan leaflet pada pasien
yang pulang.
7. Dokumentasi
Peningkatkan supervisi terhadap kegiatan pendokumentasian asuhan
keperawatan di rekam medis.

4. Mutu (M5)
a. Mutu pelayanan diruang mawar merah barat sudah terlaksana dengan baik dan
sudah sesuai Standart Operasional Prosedur.
b. Meningkatkan edukasi terkait cuci tangan dan meningkatkan jadwal supervisi
terhdap komponen mutu , dokumentasi, dan ketepatan pemberian obat
B. Saran
1. Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo
Dapat meningkatkan dalam upaya pembaharuan data dan
pengadaan barang yang digunakan oleh tenaga keperawatan untuk
meningkatkan pelayanan rumah sakit yang lebih baik.
2. Institusi STIKes Widyagama Husada Malang
Kerjasama dan dukungan yang diberikan kepada perawat RSUD
maupun mahasiswa yang melalakukan studi profesi ners khusunya stase
manajemen lebih di tingkatkan dan diperbaiki agar tidak menimbulkan
kesimpangsiuran. Kinerja pembimmbing institusi harus di pantau secara
maksimal sehingga komunikasi antara pembimbing institusi dan
pembimbing lahan tidak miskomunikasi perihal perkembangan
mahasiswa.
3. Perawat Tulip 3
Meningkatkan hubungan antar perawat, perawat dengan tim
kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga pasien dapat
terjalin dengan baik, tumbuh dan terbinanya akuntasitas dan disiplin diri
perawat, serta meningkatkan profesionalisme dalam menerapkan asuhan.
4. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan lebih meningkatkan kerjasama dan
tanggung jawab dalam pembagian dan mengerjakan tugas yang telah di
berikan upaya dapat menyelesaikan tugas tepat waktu
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam (2016), Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktek


Keperawatan Profesional, Salemba Medika, Jakarta

Potter & Perry (2005), Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Volume 1, Edisi
4, EGC, Jakarta

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sidoarjo (2019), Pedoman standar


tarif pelayanan kesehatan di RSUD Kabupaten Sidoarjo, Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Sidoarjo.

Pedoman Pengorganisasian Bidang Keperawatan di RSUD Kabupaten


Sidoarjo, Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sidoarjo.

Siregar, Charles JP (2004), Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan


Cetakan I. EGC, Jakarta

Suarli & Bahtiar (2010), Manajemen Keperawatan, Erlangga, Jakarta

Suyanto (2008), Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen


Keperawatan di Rumah Sakit, Mitra Cendekia, Jogjakarta
Lampiran
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

TIMBANG TERIMA
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL No. Dokumen No.Revisi
Tanggal Terbit
3 oktober 2019

PENGERTIAN Proses kegiatan menyampaikan dan menerima suatu


laporan yang berkaitan dengan keadaan pasien dan
menyampaikan informasi yang berkaitan dengan
rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan
TUJUAN 1. Menyampaikan masalah kondisi dan keadaan
pasien
2. Menyampaikan hal-hal penting yang perluh
ditindaklanjuti kepada petugas shift jaga
berikutnya
3. Menyampaikan hal-hal yang sudah /belum
dilakukan dalam asuhan keperawatan
KEBIJAKAN Peraturan direktur rumah sakit umum daerah
kabupaten sidoarjo no 40 tahun 2019 tentang
pelayanan keperawatan
PROSEDUR 1. Lakukan timbang terima pasien di nurse
station
2. Buka timbang terima dan pimpin doa oleh
kepala perawat atau ketua tim atau perawat
primer atau penanggung jawab shift
“selamat pagi/siang/sore/malam,
bapak/ibu....kita akan melaksanakan
kegiatan timbang terima .... sebelumnya
marilah kita berdoa sesuai dengan keyakinan
kita masing-masingagar kegiatan kita hari ini
berjalan dengan lancar, berdoa mulai....
berdoaa selesai. Kepada ketua tim/perawat
primer/ penanggung jawab shift silahkan
menjelaskan kondisi pasien ke perawat shift
selanjutnya......”
3. Berikan penjelasan oleh ketua tim/ perawat
primer/ penanggung jawab shift sebelumnya
tentang jumlah pasien dan tingkat
ketergantungan (minimal care, parsial care,
total care) jumlah pasien beresiko, nama
pasien, tanggal lahir, diagnosa medik, data
fokus ( subyektif dan objektif) masalah
keperawatan, tindakan yang sudah dilakukan
dan yang belum dilakukan, dan instruksi
khusus), di nurse station
4. Klasifikasi oleh ketua tim/ perawat primer/
penanggung jawab shift/ perawat pelaksana
shift selanjutnya terhadap penjelasan yang
disampaikan saat timbang terima di nurse
station
5. Lakukan validasi data ke ruangan atau ke
pasien
6. Ucapkan salam
“selamat pagi/ siang/ sore/ malam,
bapak/ibu....”
7. Tanyakan keluhan pasien saat timbang
terima
8. Perkenalkan perawat penanggung jawab
pasien selanjutnya
9. Ucapkan salam
“.............semoga cepat sembuh”
10. Kembali ke nurse station
11. Lakukan klarifikasi hasil validasi data
12. Beri stempel bukti timbang terima
13. Tulis tanggal/jam timbang terima
14. Tulis shift, paraf dan nama perawat yang
dilakukan timbang terima
15. Tutup kegiatan timbang terima oleh kepala
perawat atau ketua tim atau perawat primer
atau penanggung jawab shift
1. Instalasi rawat inap
2. Intalasi gawat darurat
3. Instalasi pelayanan intensif terpadu
4. Isntalasi peristi
5. Instalasi poliklinik eksekutif
SKENARIO TIMBANG TERIMA KEPERAWATAN
Kelompok 3 Manajemen Keperawatan

Kepala Ruangan : Mahmud Jamaludin


Perawat Primer Pagi : Yustina Mete & Umi Kulsum
Perawat Penanggung Jawab : Krispina Melsadalim
Perawat Pelaksana Pagi : Miriam Baersady
Perawat Pelaksana Sore : Erna Yasin
Pasien : Lucky Lospalos Billy
Moderator Sarciani Suhartini Kase

Narasi : timbang terima dilakukan setiap pergantian sift pagi, siang dan malam
1. Pre Konferen
Nurse Station
Kepala Ruangan : Assalamu’alaikum wr wb, sebelum kita
melakukan operan, marilah kita ucapkan puji
syukur atas kehadirat Allah swt. karena rahmat
serta karunianya lah kita dapat berkumpul disini.
Pada siang hari ini hari sabtu tanggal 30 januari
2021 pukul 14 : 00 akan dilakukan kegiatan operan
yang rutin kita lakukan setiap pergantian shift.
Kepada perawat pelaksana yang dinas pagi
dipersilahkan menjelaskan kondisi masing-masing
pasien saat ini ke perawat pelaksana yang dinas
sore. Dan untuk masing-masing ketua tim saya
persilahkan memvalidasi data yang sudah ada
untuk merencanakan tindakan keperawatan
selanjutnya.

PP Tim 1(Pagi) : Assalamu’alaikum Wr Wb, Terima Kasih Untuk


Kesempatan Yang Diberikan Kepada Saya Untuk
Menjelaskan Kondisi Pasien Saat Ini, Jumlah
Pasien Dari Tim 1 Saat Ini Adalah 4 orang
Dengan Tingkat Ketergantungan Minimal 2
orang, Parsial 2 orang dan Total care 1 orang.
Identitas Pasien Yang Pertama Nama Ny.S, umur
55 tahun, Tingkat Ketergantungan minimal care
Diagnosa Medis Ca. Mammae. Keadaan Umum
Pasien baik. Ttv Terakhir Pukul 10.00.
Tensi, 120/80 mmHg, Suhu 36,80c, Nadi 89x/menit, RR
20x/menit GCS 456. Pasien Mengeluh nyeri bagian mammae.
masalah keperawatan yang ditemukan adalah gangguan rasa
nyaman nyeri.
Implementasi yang sudah dilakukan
1. Mengkaji tingkat nyeri dengan hasil nyeri sedang
2. mempertahankan tirah baring, lingkungan yang
tenang, sedikit penerangan
3. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan.
4. Membatasi aktivitas.
5. Beri obat analgesik dan sesuai pesanan.
Evaluasi (Soap)
S : pasien mengatakan nyeri mammae
berkurang
O : pasien Nampak rileks
A : masalah nyeri sebagian
teratasi
P : lanjutkan intervensi.
Pengambil darah
untuk pemeriksaan
darah lengkap pukul
15.00
Demikian yang dapat saya sampaikan tentang keadaan pasien
saat ini.

Dan begitu juga pada perawat pelaksana tim 2 melaporkan keadaan pasien saat
ini
PP Tim 2(Pagi) : Assalamu’alaikum Wr Wb, Terima Kasih Untuk kesempatan
yang diberikan Kepada Saya Untuk Menjelaskan Kondisi Pasien
Saat Ini, Jumlah Pasien Dari Tim 1 Saat Ini Adalah 3
orang Dengan Tingkat Ketergantungan Parsial care 2 orang dan
Total care 1 orang. Identitas Pasien Yang Pertama Nama Tn.R,
umur 50 tahun, Tingkat Ketergantungan partial care. Diagnosa
Medis Fraktur Femur 1/3 distal. Keadaan Umum Pasien
lemah TTV
Terakhir Pukul 13.00. Tensi 130/70 mmHg, S: 37,50c. Nadi
64x/mnt. Rr : 22x/mnt. Gcs 15. Pasien Mengeluhkan tidak bisa
beraktivitas seperti biasa.
Masalah keperawatan yang ditemukan adalah hambatan
mobilitas fisik b/d terpasangx gips/traksi.
Implementasi yang sudah dilakukan
1. Mengkaji kemampuan klien dalam beraktivitas.
2. Mengkaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas
3. Memberikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan
penggunaan, menyikat gigi / rambut dengan duduk dan
sebagainya ditempat tidur.
Intervensi Yang Belum Terlaksana
1. Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode
aktivitas.(Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap
kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan).
2. Jelaskan pada pasien pentingnya melakukan aktivitas
sesuai kemampuan.
Evaluasi (Soap)
S : pasien mengatakan sebagian aktivitasnya bisa dilakukan
di tempat tidur.
O : pasien nampak terbaring lemah
A : masalah belum teratasi
P : ulangi intervensi
Demikian yang dapat saya sampaikan tentang keadaan pasien
saat ini
Kepala Ruangan : Terima kasih untuk perawat pelaksana yang telah menyampaikan
kondisi dari semua pasien saat ini, mungkin ada yang perlu
ditambahkan dari masing-masing ketua tim untuk memvalidasi
data. Kalau tidak ada tambahan mari kita langsung saja menuju
ke ruangan pasien
3.Konferen saat Berada di Ruangan Pasien
Kepala Ruangan :”Assalamu’alaikum wr wb, bagaimana
keadaannya ibu saat ini? seperti biasa , ibu, kita
disini akan melakukan kegiatan timbang terima
yang rutin setiap pergantian shift, tujuan dari
timbang terima ini adalah mengkomunikasikan
keadaan ibu sekarang dan menyampaikan
informasi yang penting antar shift jaga. Perkenalkan
kepada perawat pelaksana sore dari tim satu ada
Ns. Risna Dan Ns Erna. yang akan bertugas
menggantikan perawat pelaksana pagi ini.
Masing-masing perawat pelaksana dari tim 1 dan tim 2 yang dinas
sore melakukan validasi langsung ke pasien.
Perawat pelaksana (Sore) : Apa yang dirasakan bu Santi Saat ini
apakah sudah ada perkembangan yang lebih
baik dari sebelumnya?
Pasien Iya suster saya masih lemas dan sakit pada bagian
dada terutama pada payudara dan kepala saya
jd pusing.
Perawat pelaksana (Sore): Iya ibu, lemas dan sakit pada bagian
kepala yang dirasakan merupakan efek dari
proses penyakit, namun ibu jangan terlalu cemas
karena sudah ada perawatan yang a k a n
m e m berikan terapi obat yang di berikan
dokter untuk mengatasi masalah yang diderita
ibu saat ini, (perawat memberikan posisi
senyaman mungkin pada pasien dan
mengajarkan teknik distraksi, relaksasi untuk
mengurangi rasa nyeri) baik ya ibu, tidak
perlu sungkan bila memerlukan bantuan
(sory ma kalo ini kan tindakan keperawatan ya
dikerjakannya saja 15 menit kaya gak usa ya
saat kita operan) kecuali kalo kita evaluasi aja
buat tindakan tersebut kalo sudah diajarkan
atau bahasanya nanti kami akan ajarkan ibu
melakukan teknik relaksasi napas dalam
setelah operan nie, kami akan akan selalu
siap memberikan pelayanan yang terbaik.

Demikian perawat pelaksana dari masing-masing tim (sore)menanyakan


secara bergantian keluhan dari semua pasien yang ada di ruang perawatan
untuk memvalidasi data yang dilaporkan oleh perawat pelaksana pada
masing-masing tim (pagi)
Kepala ruangan : Sebelum saya akhiri mungkin ada tambahan atau
koreksi yang perlu didiskusikan kembali ?
Jika tidak saya ucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah mengikuti timbang terima ini.
Wassalamu’alaikum wr wb.
sambil berjabat tangan dengan semua anggota
timbang terima sambil meninggalkan kamar pasien
dan akan menuju ke nurse station)
4. POST KONFERENS

Kepala ruangan : Kita tadi sudah bersama-sama melakukan


kegiatan timbang terima, saya berharap dengan
adanya kegiatan ini proses pendelegasian tugas
antar shift bisa jelas dan terstruktur. Mungkin dari
pasien tadi ada yang masih harus di diskusikan lagi?
Perawat pelaksana dari tim 1 dan tim 2 yang dinas sore
mengklarifikasikan hasil validasi kepada Karu, Katim 1 dan 2, serta
Perawat pelaksana tim 1 dan 2 yang dinas pagi.
PP (Sore) : Iya, ada tambahan dari pasien kamar VII atas
nama Ny. Nursia masih mengeluh nyeri bagian
post oprasi.
PP (Pagi) : Sudah diberikan terapi obat tramadol Yang
sesuai dengan anjuran dari dokter.
Ketua Tim : untuk intervensi selanjutnya pasien Ny. Nursia
berikan posisi yang nyaman dan ajarkan teknik
distraksi relaksasi, bila perlu konsulkan lagi ke
dokter jaga untuk terapi obat apakah masih bisa
diberikan atau diganti dngan obat yang lain.
Kepala ruangan : Terima kasih atas kerjasamanya dari ketua tim 1
dan ketua tim 2 beserta perawat pelaksana yang
telah bekerja dengan baik. Demikian tadi timbang
terima ini semoga apa yang telah kita lakukan
hari ini memberikan banyak keuntungan bagi kita
semua, dan kita diberikan kelancaran dalam
melaksanakan tugas masing- masing. Demikian
saya akhiri Wassalamu’alaikum wr, wb.
SUPERVISI KEPERAWATAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


A/KEP/02/2018 0 1 dari 1

Pengertian Supervisi keperawatan adalah proses pemberian sumber-


sumber yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas dalam
rangka mencapai tujuan.
Tujuan Pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada klien dan
keluarga yang berfokus pada kebutuhan dan kemampuan
perawat dalam melaksanakan tugas.
Prosedur Pra -Supervisi :
1. Salam pembukaan dan menjelaskan kegiatan supervisi
2. Menjelaskan tujuan supervisi
3. Menjelaskan format penilaian yang akan digunakan
Supervisi:
1. Melakukan pengawasan dan koordinasi.
2. Menilai berdasarkan fomat supervisi.
3. Mencatat jika ditemukan ada hal-hal yang perlu
didiskusikan bersama PP.
4. Memberikan masukan berupa saran atau pembetulan dari
tindakan yang dilakukan.
Post- Supervisi :
1. Menginformasikan hasil dari penilaian.
2. Melakukan evaluasi hasil bimbingan.
3. Memberikan solusi dan feedback.
4. Memberikan reinforcement dan reward.
5. Melakukan dokumentasi hasil supervisi.
6. Menyusun format rencana tindak lanjut
Unit Terkait Rawat Inap
SKENARIO SUPERVISI

PRA SUPERVISI
Karu menyampaikan kepada PP terkait jadwal supervisi yang akan dilakukan
kepada PA. Karu selanjutnya mendelegasikan kepada PP untuk mensupervisi
PA.
Sesuai jadwal yang ada, pada pagi ini Hari sabtu 30 januari 2021 pukul
08.00 akan dilakukan supervisi dari PP (risna) kepada PA (erna) mengenai
proses pengambilan darah vena kepada Tn. X

SUPERVISI
Sebelum melakukan tindakan pengambilan darah vena, perawat pelaksana
menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk tindakan. PP pengawasi PA dalam
proses persiapan alat, dan mengecek kembali peralatan yang sudah
dipersiapkan oleh PA. Karu menyaksikan jalannya supervisi yang sudah
didelegasikan kepada PP dari kejauhan.
Persiapan Alat :
1. Baki
2. Spuit dan jarum steril sesuai kebutuhan
3. Kapas steril dan alkohol swab
4. Karet pembendung
5. Perlak untuk pengalas
6. Wadah untuk tempat pemeriksaan
7. Tempat sampah medis
8. Bengkok
9. Sarung tangan
10. Label

PA : Selamat pagi Pak, saya Ners erna yang bertugas pada hari ini,
dengan bapak siapa namanya? (sambil melihat gelang pasien
untuk memastikan identitas pasien)
Px : Saya Tn X Ners.
PA : Selamat pagi Tn X. bagaimana kabarnya hari ini??
Px : Keadaan saya hari ini baik Ners.
PA : Alhamdulillah kalau begitu Pak, sesuai dengan jadwal, hari ini
bapak akan diperiksa darahnya, hal ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana perkembangan klinis bapak, Bagaimana
Pak, apakah Bapak bersedia untuk diambil darahnya?
Px : Iya Ners saya mau, silahkan Ners
PA : (Mendekatkan peralatan ke samping pasien).
Beberapa saat kemudian PA melakukan proses pengambilan
darah vena
PA : Pak, apabila terasa sakit, bapak tarik nafas dalam ya..
Px : Iya Ners
No
Tindakan yang harus dilakukan perawat

Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri


1

2 Mengidentifikasi pasien
3 Menjelaskan tujuan pengambilan darah vena
4 Menjelaskan prosedur pengambilan darah vena
5 Menyatakan kesiapan pasien
6 Melakukan cuci tangan, lalu pakai handschon
7 Meraba vena yang akan di tusuk

8 Siapkan peralatan. Mendekatkan alat

Memasang alas pada lokasi yang akan diambil sampel


9
darah
10 Memasang karet pembendung
11 Menyarankan pasien mengepalkan tangannya
Mendesinfeksi tangan yang akan di tusuk dengan alkohol
12
swab
Menusukkan jarum spuit pada intravena dan mengambil
13
darah sesuai kebutuhan
Lepaskan karet pembendung, jarum dicabut, bekas
14
tusukan diberi kapas dan ditekan
Masukkan darah pada wadah yang sudah diberi label
15
terlebih dahulu
16 Buang sampah terkontaminasi sesuai dengan jenisnya
17 Lepaskan sarung tangan
18 Cuci tangan

19 Dokumentasi

Saat pengambilan darah PP menilai kinerja PA, baik dari segi komunikasi
(dengan identifikasi pasien) sampai dengan tindakan yang dilakukan serta alat-
alat yang digunakan serta dokumentasi
Setelah tindakan pengambilan darah :
PA : Bagaimana Pak perasaannya setelah diambil darah?, apakah
Bapak merasa sakit? (sambil mengamati ekspresi pasien)
Px : Tidak Ners.
PA : Baiklah Bapak, pengambilan darahnya sudah selesai. Jika ada
keperluan, bapak bisa memanggil saya ya pak.
Px : Baik Ners, terima kasih ya
PA : Iya sama-sama Pak, kalau begitu saya permisi dulu ya Pak,
Selamat pagi.
Px : Iya Ners, selamat pagi

Setelah dari pasien, PA merapikan alat dan mengembalikan pada


tempatnya. Setelah semua alat dibereskan, perawat erna melakukan
dokumentasi di catatan integrasi perawat.

POST SUPERVISI
Saat semua tindakan telah dilakukan, PP memanggil PA untuk dilakukan
evaluasi proses pengambilan darah vena kepada Tn.X.
PP : Selamat pagi Ners erna. Kita akan melakukan evaluasi tindakan
pagi hari ini. Saya akan menjabarkan hasil supervisi atau
penilaian yang telah saya buat tentang proses tindakan
pengambilan darah vena oleh ners erna. Bagaimana Ners erna
pada saat tindakan pengambilan darah vena tadi, apakah ada
yang kurang atau belum dilakukan? Mulai dari identifikasi pasien
hingga pendokumentasian pengambilan darah vena?
PA : Saya rasa tidak ada Ners risna
PP : Saya boleh memberikan pendapat ataupun pertanyaan, Ners
erna?
PA : Iya silahkan Ners risna
PP : Bagaimana untuk prinsip pengambilan darah vena tadi ? Saat
sebelum ke pasien apakah telah melakukan proses
identifikasi pasien dan menyampaikan maksud dari tindakan?
PA : Menurut saya sudah benar prinsip yang saya gunakan tadi,
dengan sebelumnya mencuci tangan dan memakai sarung
tangan
baru menyentuh pasien untuk pengambilan darah vena.
Saya juga telah memastikan bahwa pasien ini benar yang akan
dilakukan pengambilan darah vena dengan melakukan proses
identifikasi pasien terlebih dahulu dan sudah menyampaikan
maksud dilakukan pengambilan darah vena.
PP : Baiklah Ners, semua tindakan yang Ners erna lakukan
tadi sudah baik dan benar, mulai dari awal mempersiapkan alat,
identifikasi pasien serta obat, komunikasi yang baik, saat proses
tindakan sudah benar sesuai SOP, serta mendokumentasikannya
dalam catatan integrasi keperawatan (RM) sudah dilakukan
dengan baik dan lengkap, anda juga sudah menuliskan semua
tindakan dalam form SOAP. Selamat, semoga Ners erna dapat
mempertahankan kinerja baiknya ini kedepannya
PA : Iya, baik Ners risna, terimaksih atas penilaiannya hari ini dan
pujiannya.
PP : Baiklah, kegiatan supervisi ini nantinya akan dilakukan secara
berkala kepada perawat-perawat diruangan ini. Agar perawat
lainnya juga bisa menyiapkan dan melaksanaakan dengan baik.
PA : Iya Ners
PP : Baiklah, sekarang Ners erna bisa kembali ke ruangan untuk
bertugas. Selamat pagi.
PA : Baik, sama-sama Ners. selamat pagi.

Perawat Primer dan Kepala Ruangan sedang berdiskusi perihal hasil evalusi
pagi.

PP : Selamat pagi pak


Karu : Selamat pagi Ners risna, silahkan duduk.
PP : Baik bu, terima kasih.
Karu : Bagaimana hasil evaluasi hari ini Ners risna?
PP : Hari ini saya melakukan observasi mengenai proses identifikasi
hingga pendokumentasian keperawatan tindakan pengambilan
darah vena yang dilakukan oleh Ners erna dan untuk hasilnya
Ners erna sudah melaksanakan semua tindakan dengan benar
dan sesuai SOP yang ada.
Karu : Alhamdulillah jika hasilnya seperti itu, sepertinya kita harus
memberikan sesuatu yang baik atas capaian yang telah dilakukan
Ners erna. Kita perlu melakukan supervisi kepada perawat lain
untuk mengetahui keterampilan mereka sehingga dapat
meningkatkan kualitas pelayanan di ruang Tulip.
PP : Benar sekali pak, saya setuju dengan pendapat bapak
Karu : Baiklah, Ners risna, sekarang bisa kembali ke ruangan untuk
melanjutkan tugasnya. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih atas
kerjasamanya. Selamat pagi..
PP : Baik bu, sama-sama. Saya permisi kembali ke ruangan, selamat
pagi
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DISCHARGE PLANNING

OLEH : MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

I PENGERTIAN Merupakan persiapan pasien sebelum pulang ke


rumah dengan memberikan penyuluhan tentang
perawatan di rumah, pencegahan, dan sebagainya.

II TUJUAN 1. Meningkatkan kemandirian pasien dalam


melakukan keperawatan di rumah.
2. Meningkatkan keperawatan yang
berkelanjutan pada pasien.
3. Membantu pasien memiliki pengetahuan,
keterampilan dan sikap dalam memperbaiki
serta mempertahankan status kesehatan
pasien.
III INDIKASI Pasien yang akan pulang ke Rumah.

IV KONTRAINDIKASI -

V PERSIAPAN 1.
Perawat harus tahu penyakit apa yang
PERAWAT diderita pasien, dan bagaimana melakukan
perawatan di rumah, dan pencegahannya.
2. Perawat harus percaya diri dalam
menyampaikan discharge planning.
VI PERSIAPAN ALAT 1. Lembar telah dilakukan discharge planning.
2. Lingkungan yang nyaman.
VII PERSIAPAN PASIEN 1. Beri penjelasan pada keluarga dan pasien
tentang cara perawatan di rumah dan
pencegahannya.
VIII CARA KERJA 1. Memberikan salam.
2. Mengenalkan nama perawat.
3. Memberi penyuluhan kepada pasien dengan
cara diskusi, tanya jawab, demonstrasi.
4. Menggunakan alat peraga bila diperlukan.
5. Mengadakan evaluasi.
6. Memberikan umpan balik.
7. Mengakhiri kegiatan dengan memberikan
salam.
8. Mencatat hasil penyuluhan.
IX HASIL Dokumentasi :
1. Catat tindakan yang telah dilakukan.
2. Waktu dan Tanggal Tindakan.
3. Nama Pasien, Usia, Nomor Rekam Medik.
4. Nama Perawat dan Tanda Tangan Perawat.
DISCHARGE PLANNING PASIEN PULANG

DISCHARGE PLANNING No. Reg :

Nama :

Jenis Kelamin :

Tanggal MRS : Tanggal KRS :

Bagian : Bagian :

Dipulangkan dari RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo dengan keadaan

: Sembuh : Pulang paksa

: Meneruskan dengan obat jalan : Lari

: Pindah ke RS lain : Meninggal

A. Kontrol
a. Waktu :
b. Tempat :
B. Lanjutan keperawatan di rumah

C. Aturan diet / nutrisi


D. Obat-obat yang masih diminum dan jumlahnya

E. Aktivitas dan istirahat


Situbondo, 2014
Pasien/Keluarga Perawat

(..................................)
(..................................)
PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN DISCHARGE PLANNING

1. No. Reg (diisi sesuai nomer registrasi pasien.

2. Nama (diisi sesuai nama pasien).

3. Jenis kelamin (diisi laki-laki atau perempuan).

4. Tanggal MRS (sesuai pasien masuk RS).

5. Diagnosis MRS (diisi oleh dokter berdasarkan pemeriksaan klinis).

6. Tanggal MRS (tanggal dimana pasien masuk rumah sakit)

7. Diagnosis KRS (diagnosis pasien berdasarkan pemeriksaan klinis setelah


pasien diperbolehkkan pulang.

8. Dipulangkan dari RS dengan keadaan ( diisi berdasarkan kondisi pasien


pulang).

9. Tanggal atau tempat kontrol ( diisi sesuai tempat dan kontrol ketika pasien
kontrol)

10. Lanjutan keperawatan dirumah ( diisi keperawatan lanjutan sesuai diagnosis


sewaktu pulang (keperawatan luka, gift dan lain-lain).

11. Aturan diet (diisi berdasarkan anjuran ahli gizi).

12. Obat-obat yang diminum dan jumlahnya ( diisi sesuai obat yang dibawa
pulang aturannya, dosisnya, jumlahnya).

13. Aktivitas dan istirahat ( diisi sesuai advis dokter tentang kegiatannya dan
istirahatnya dirumah).

14. Hal yang dibawa pulang (hassil laboratorium, foto, EKG).

15. Lain-lain (diisi hal diluar ketentuan diatas misalnya obat-obat yang distop
atau dihentikan).
Skenario Discharge Planning

Peran
Dokter :Candra
Kepala Ruangan : Mahmud Jamaluddin
Perawat Primer : Yustina Mete
Crispina Melsadalim
Perawat Pelaksana : Mia, Lucky, Erna.
Pasien : Umi Kulsum
Keluarga Pasien :Sarciany

Tugas
Dokter : Melakukan pemeriksaan pada pasien untuk
mendiagnosa penyakit pasien secara tepat dan
memberikan terapi secara tepat dan cepat.
Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan
bagi pasiennya.Membina keluarga pasien untuk
berpartisipasi dalam upaya peningkatan tarah
kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan
dan rehabilitasi.
Kepala Ruangan : Membuka acara discharge planning kepada
pasien. Menyetujui dan menandatangani format
discharge planning.
Perawat Primer : Membuat rencana discharge planning, membuat
leaflet dan kartu discharge planning, memberikan
konseling, memberikan pendidikan kesehatan,
menyediakan format discharge planning,
mendokumentasikan discharge planning,
melakukan agenda discharge planning (pada
awal perawatan sampai akhir perawatan).
Perawat pelaksana : Ikut membantu dalam melaksanakan discharge
planning yang sudah direncanakan.
Pasien : Pasien menderita DHF (Dengue High Fever) dan
sudah menjalani hospitalisasi rumah sakit selama
seminggu. Dari hasil pemeriksaan, pasien
dikatakan boleh menjalani pengobatan di rumah
dan direncanakan menerima discharge planning
dari perawat ruangan.
Keluarga Pasien : Menjaga, merawat dan mendampingi pasien
selama perawatan dirumah sakit. Ikut
berpartisipasi dalam discharge planning yang
diberikan perawat.

Setting Role Play


Tempat : RSUD Sidoarjo
Ruang : Ruang Tulip
Kamar :Z
Teks Dialog
(Ruang Perawat, Pagi hari)
Perawat pelaksana dan Kepala ruangan sedang berdiskusi mengenai discharge
planning yang akan diberikan kepada pasien umi dengan diagnosa DHF.
Perawat Primer : “Selamat pagi Ibu any dan Ibu umi, saya yusni
sebagai Perawat Primer hari ini. Sebeumnya
saya ingin menyerahkan formulir rencana
discharge planning kepada pasien umi di ruang
tulip. Dari hasil observasi, keadaan pasien umi
sudah membaik.Dari hasil lab rutin menunjukkan
peningkatan trombosit dan hematokrit dan sudah
dalam rentang normal.Selain itu, kondisi fisik
pasien bagus, sudah tidak demam lagi dan tidak
lemas lagi.Dari segi asuhan keperawatan pasien
sudah bisa pulang hari ini. Saya berencana untuk
memberikan discharge planning kepada pasien
umi. Bagaimana pendapat ibu?Apakah ibu
menyetujuinya? Mungkin ibu bisa melihat format
rencana discharge planning yang sudah saya
buat.”
Keluarga pasien : “Apa yang difokuskan dari discharge planning
ini?”
Perawat Primer : “Nanti akan diberikan penyuluhan mengenai
pencegahan demam berdarah, apa yang perlu
diperhatikan saat pasien pulang nanti dan
dipersiapkan leaflet yang bisa dibawa pulang oleh
pasien.”
Kepala Ruangan : “Baik kalo begitu nanti kita diskusikan lagi
bersama dokter visite hari ini.”

(Ruang tulip, Pagi hari)


Pagi hari di ruang tulip, kamar Z, terbaring lemas pasien umi dengan diagnose
DHF. Pasien sudah menjalani hospitalisasi selama seminggu dirumah sakit dan
hari ini dilakukan visite rutin oleh dokter bersama dengan kepala ruangan dan
perawat pelaksana yang bertugas di shift pagi.
Perawat : “Selamat pagi, ibu. Bagaimana keadaan ibu hari
ini?”
Pasien : “Pagi. Sudah mendingan suster.Saya sudah tidak
demam lagi.”
Perawat : “Bagaimana tidurnya tadi malam ibu?”
Pasien : “Nyenyak suster”
Perawat : “Sepertinya kondisi ibu sudah membaik ya, hari ini
akan ada kunjungan ya Pak dari Dokter. Seperti
kunjungan sebelumnya, ibu akan dicek kondisi
kesehatannya.”
Dokter : “Selamat pagi, ibu. Saya dengar dari suster yang
merawat bapak bahwa kondisi ibu sudah mulai
membaik dan dari hasil laboratorium juga sudah
menunjukkan perkembangan yang
baik.Bagaimana pola makannya, bu?Apakah pagi
ini makanannya habis ?”
Pasien : “Hari ini saya makan habis 1 porsi, dok. Berbeda
dengan kemarin-kemarin, makanannya tidak
habis karena merasa tidak enak menelan
makanan.”
Dokter : “Sudah bagus ya pola makannya. Nanti lebih
banyak minum air putih juga ya, ibu agar suhu
badan ibu tetap normal dan untuk memperbaiki
system kekebalan tubuh ibu juga. Secara
keseluruhan dari hasil pengamatan saya, ibu
sudah mengalami perkembangan kesehatan
yang cukup baik.Hanya saja perlu banyak
istirahat dulu dalam beberapa hari.”
Perawat : “Baik ibu, sekarang bisa istirahat kembali.
Sebelum saya tinggalkan, apakah ibu ada
pertanyaan?”
Pasien : “Tidak ada, suster.”
Perawat : “Baik kalau tidak ada, kami permisi ya bu.”

(Ruang Perawat)
Di ruang perawat, dokter, kepala ruangan, wakil kepala ruangan, perawat primer
dan perawat pelaksana berdiskusi mengenai keadaan pasien Kresna dan
rencana pemberian terapi selanjutnya.
Kepala Ruangan : “Dok, mengenai pasien umi, apa sebaiknya bisa
direncanakan untuk pulang saja, dari hasil
observasi yang dilakukan perawat, kondisi pasien
semakin hari semakin membaik dan dari hasil lab
juga sudah menunjukkan peningkatan. Trombosit
dan hematokritnya juga sudah normal.Sebaiknya
apa tidak direncanakan pulang saja?”
Dokter : “Tadi juga saya sudah melihat hasil labnya
memang menunjukkan peningkatan dan bisa
dikatakan normal, tapi menurut saya sebaiknya
jangan dipulangkan dulu untuk lebih memastikan
keadaannya.”
Kepala Ruangan : “Begini Dok, dari sisi asuhan keperawatan pasien
sudah bisa membaik, intervensi keperawatan
yang diberikan juga sudah tercapai, dan hanya
perlu untuk lebih banyak istirahat dan pemulihan
saja di rumah.”
Dokter : “Tapi bagaimana nanti dengan keadaan pasien
jika muncul demam lagi? Menurut saya pasien ini
masih sedikit lemas dan masih perlu menjalani
hospitalisasi, kita tunggu sampai besok saja.”
Perawat Primer : “Maaf Dok, sebelumnya pada intinya pasien
hanya memerlukan isitrahat saja yang cukup
untuk memulihkan kembali kondisi kesehatannya,
dan menurut kami itu bisa dilakukan dirumah,
mengingat pasien juga seorang mahasiswa yang
pastinya juga dia merasa tidak betah di rumah
sakit lama-lama.”
Kepala Ruangan : “Iya Dok, mengenai penanganan demam yang
nantinya jika muncul lagi, kita sudah
merencanakan discharge planning. Discharge
planning ini nantinya akan diberikan edukasi
kepada pasien mengenai yang perlu diperhatikan
di rumah nantinya. Jika nanti, demam pasien
muncul lagi, akan diajarkan dengan teknik
kompres hangat dan pemberian terapi obat. Minta
bantuan keluarga untuk selalu memperhatikan
keadaan pasien.”
Perawat Primer : “Iya Dok, discharge planning ini nantinya akan
diberikan oleh perawat-perawat yang bertugas
hari ini.”
Dokter : “Iya kalau begitu, saya harapkan nantinya
discharge planning ini nantinya benar-benar
dilaksanakan kepada pasien dan pastikan jika
pasien juga sudah memahami apa yang harus
dilakukan di rumah.”
Perawat Primer : “Iya nanti akan diberikan leaflet yang berisikan
informasi penting bagi kelurga pasien.”
Kepala Ruangan : “Iya Dok, jadi bagaimana bisa dipulangkan pasien
Kresna hari ini?”
Dokter : “Bisa. Pasien Kresna bisa pulang hari ini, saya
akan membuat surat ijin pulangnya dan resep
obat yang harus diberikan ke pasien.”
Kepala Ruangan : “Bu Padma, ini format discharge planning yang
sudah saya setujui dan bisa dilakukan pada
pasien Kresna ya. Bisa disiapkan untuk discharge
planningnyaa sekarang.”
Perawat Primer : “Baik bu, nanti akan saya siapkan terlebih dahulu.
Bu Okta, tolong panggilkan keluarga Bapak
Kresna agar datang ke ruangan perawat
sekarang.”
Perawat pelaksana : “Baik, Bu.”
(Ruang tulip)
Perawat pelaksana : “Selamat Pagi, ibu. Bagaimana sarapannya?
Habis makannya bu?”
Pasien : “Habis suster. Pagi ini sudah makan banyak.”
Perawat pelaksana : “Bagus ya ibu. Berarti ibu sudah sembuh ya
sekarang dan tadi setelah dibicarakan dengan
Dokter, kata Dokter, ibu hari ini boleh pulang,
karena keadaan ibu sudah membaik dan semua
hasil pemeriksaan juga menunjukkan
peningkatan normal.Keluarga pasien bisa ikut
saya sebentar ke ruang perawat, karena ada
beberapa penjelasan terkait perencanaan pulang
ibu umi hari ini.”
Keluarga Pasien : “Baik, suster.”
(Nurse Station)
Perawat primer :“Selamat pagi, Bu. Keluarganya ibu umi ya?”
Keluarga pasien : “Iya, suster.”
Perawat primer : “Begini Ibu, setelah dokter tadi melakukan
pemeriksaan terhadap ibu umi, dan dari hasil
tindakan keperawatan, kondisi ibu umi sudah
membaik dan sudah bisa dilakukan perawatan
dirumah.”
Keluarga Pasien : “Apa benar suster adik saya boleh pulang?”
Perawat primer : “Iya Ibu. Pasien sudah bisa pulang hari ini dan ini
resep obat yang harus ditebus dulu sebelum
pulang.”
Keluarga Pasien : “Baik suster.”
Perawat primer : “Begini Ibu sebelum nanti ibu umi pulang kami
akan memberikan penyuluhan. Jadi penyuluhan
ini penting nantinya untuk bapak jalani selama
pemulihan di rumah.Apa Ibu bersedia untuk
diberikan penyuluhan ini?”
Keluarga Pasien : “Saya setuju suster, jadi saya nantinya tahu yang
benar mengenai perawatan keluarga saya
dirumah.”
Perawat Primer : “Baiklah Ibu, nanti kami minta waktunya sebelum
pulang ya, untuk memberikan penjelasan cara
pemulihan kondisi ibu umi dirumah. Sekarang,
saya minta Ibu untuk memberikan form ini kepada
ibu umi agar ditandatangan ya, Bu. Form ini berisi
persetujuan Bapak Kresna untuk dilakukan
penyuluhan sebelum pulang.”
Keluarga Pasien : “Baik, suster. Nanti akan saya berikan.Terima
kasih, sus.”

(Ruang tulip, Discharge Planning)


Perawat Primer : “Selamat Pagi bu, hari ini kami dari perawat ruang
tulip yang betugas pagi ini, akan memberikan
penyuluhan mengenai yang harus diperhatikan
selama ibu pemulihan dirumah. Sebelumnya ada
yang ingin ibu tanyakan dulu sebelum dimulai?”
Pasien dan Keluarga : “Tidak suster.”
Perawat Primer : “bu, nanti akan dijelaskan mengenai informasi-
informasinya, kemudian nanti akan ditanyakan
kembali dan diakhiri dengan pemberian leaflet
yang bisa dibawa pulang. Nanti yang akan
memberikan informasi adalah teman perawat
saya yang lainnya. Bagimana bu bisa dimulai
sekarang?”
Pasien dan Keluarga : “Bisa suster.”
Perawat pelaksana : “Selamat Pagi bu. Benar dengan ibu umi?”
Pasien : “Iya benar, suster.”
Perawat pelaksana : “Saya perawat mia bersama 2 orang teman saya
yang lainnya yaitu perawat erna dan lucky yang
pagi ini akan memberikan sedikit informasi
kepada ibu umi dan keluarga mengenai cara
perawatan Bapak dirumah nanti setelah ibu
pulang dari rumah sakit.Mungkin sebelumnya ibu
sudah tahu mengenai penyakit yang ibu alami?”
Pasien : “Saya menderita penyakit demam berdarah atau
DHF karena gigitan dari nyamuk, suster. Kurang
lebih itu yang saya tahu.”
Perawat pelaksana : “Ok, benar ya bu. Demam Berdarah Dengue
adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh virus dengue terutama menyerang anak-
anak dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak,
disertai manifestasi perdarahan dan berpotensi
menimbulkan syok dan kematian.Demam yang
tinggi terjadi secara mendadak dan terus-
menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab yang
jelas). Cara untuk mengetahui seseorang
menderita DHF itu dengan cara melakukan cek
darah seperti yang sering Bapak lakukan selama
dirawat dimana yang dicari dari darah yaitu data
mengenai trombosit, hemoglobin dan hematokrit.
Ketiga hal itulah yang menentukan baik atau
buruknya kondisi ibu saat menderita DHF.
Pencegahan utama DHF dengan cara
menghapuskan atau mengurangi vektor nyamuk
demam berdarah. Inisiatif untuk menimbun
kolam-kolam air yang sudah tidak digunakan
(misalnya pot bunga), menguras bak mandi
setiap seminggu sekali, dan membuang hal-hal
yang dapat mengakibatkan terbentuknya sarang
nyamuk demam berdarah Aedes Aegypti.
Beberapa hal yang harus dilakukan untuk
menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit
demam berdarah, diantaranya:
1. Melakukan kebiasaan baik, seperti makan-
makanan bergizi, rutin olahraga, dan istirahat
yang cukup.
2. Perhatikan kebersihan lingkungan tempat
tinggal dan melakukan 3M, yaitu menguras
bak mandi, menutup wadah yang dapat
menampung air, dan mengubur barang-
barang bekas yang dapat menjadi sarang
perkembangan jentik-jentik nyamuk.
3. Fogging atau pengasapan hanya akan
mematikan nyamuk dewasa, sedangkan
bubuk abate akan mematikan jentik pada air.
Keduanya harus dilakukan untuk memutuskan
rantai perkembangbiakan nyamuk.Segera
berikan obat penurun panas untuk demam
apabila penderita mengalami demam atau
panas tinggi.
Sudahkah Bapak dan keluarga melakukan salah
satu atau mungkin keseluruhan dari cara
pencegahan yang saya sebutkan tadi?”
Pasien& Keluarga : “Belum, suster. Saya dan keluarga kurang
memperhatikan lingkungan sekitar rumah.”
Perawat pelaksana : “Nah, untuk itu kedepannya pencegahan yang
saya paparkan tadi bisa bapak terapkan,ya.”
Perawat pelaksana : “Selanjutnya saya akan menambahkan sedikit ya
pak.apakah ibu tahu bagaimana penanganan
awal untuk mengatasi demam saat-saat awal
terkena DHF?”
Pasien : “Tidak tahu, suster.”
Perawat pelaksana : “Nah, untuk penanganan awal saat demam bisa
dilakukan dengan cara melakukan kompres.
Selain itu, hal yang terpenting adalah istirahat
yang cukup apabila merasa lelah, karena virus
dengue ini menyerang sistem kekebalan tubuh
Bapak, nah apabila ibu kelelahan, virus tersebut
akan semakin mudah untuk berkembang dalam
tubuh ibu yang lemah. Setelah 1 minggu
mengalami DHF biasanya kondisi pasien kembali
normal namun masih lemah dan pucat. Oleh
karena itu, perawatan yang dapat diberikan
dirumah dalam kondisi pasien yang demikian,
yaitu:
1. Istirahat yang cukup pasca rawat
2. Banyak minum air putih 2000-2005 cc /hari
3. Makan seperti biasa tetapi bila terasa sakit
makan harus lunak
4. Makanan tidak terlau asam dan pedas
Seperti yang kita ketahui, lebih baik mencegah
daripada mengobati, dimana beberapa hal utama
yang perlu dilakukan dalam mencegah
penyebaran virus dengue, yaitu dengan
memperhatikan pencetus,misalnya (mengusulkan
kepada Ketua RT untuk melakukan fogging rutin,
lakukan 3 M (mengurus, menutup, mengubur),
jangan biarkan pakaian banyak di ruang istirahat
karena akan menyebabkan nyamuk bersarang
disana, gunakan kelambuh bila perlu, apabila
suhu tubuh tinggi ± 3hari langsung periksakan ke
dokter, minum obat sesuai aturan, dan kontrol
sesuai jadwal/1 minggu setelah pulang).Nah
Bapak, itu informasi yang dapat kami berikan
kepada Bapak dan keluarga. Mungkin diantara
Bapak atau Ibu ada yang bias menjelaskan
kembali apa itu DHF?”
Pasien : “DHF biasa disebut dengan demam berdarah
yaitu penyakit seperti demam tinggi selama 7 hari
yang disebabkan oleh virus dengue.”
Perawat pelaksana : “Sudah benar ya jawaban ibu umi. Kalau Ibu
mungkin biasa menyebutkan apa saja yang
perawatan yang dapat dilakukan dirumah?”
Keluarga Pasien : “Istirahat yang cukup, banyak minum air putih,
makan makanan yang lunak dan tidak boleh
asam ataupun pedas.”
Perawat pelaksana : “Sudah benar juga, ya Bu. Itu artinya ibu dan
keluarga sudah mampu untuk melakukan
perawatan dirumah.”
Perawat pelaksana : “ibu, Ibu sebelum saya akhiri, apakah ada
pertanyaan?”
Pasien : “Suster, kenapa saya tidak boleh makan
makanan pedas dan asam? Saya kan tidak
mengalami diare.”
Perawat pelaksana : “ibu tidak boleh makan makanan yang pedas dan
asam karena disini kondisi ibu umi belum pulih
sehingga kemungkinan untuk mengalami demam
lagi itu bisa terjadi apabila ibu makan
sembarangan dan menyebabkan gangguan pada
pencernaan. Jadi, tidak diperkenankan untuk
makan makanan pedas dan asam.Ada lagi yang
ingin ditanyakan?”
Pasien & Keluarga : “Tidak ada, suster.”
Perawat pelaksana : “Baik, kalau tidak ada, ini saya bagikan leaflet
kepada ibu dan Ibu. Isinya kurang lebih sama
dengan apa yang saya jelaskan tadi, dan saya
harap ini dapat menjadi bahan bacaan bagi ibu
dan keluarga dalam melakukan perawatan
dirumah. Form discharge planning yang tadi
diberikan bisa diberikan kepada saya, Bu. Baik,
sekian dari kami, terima kasih atas kerjasamanya,
semoga lekas sembuh, dan ingat untuk kontrol
kesehatan 1 minggu lagi, ya bu. Selamat pagi.”
Pasien & Keluarga : “Selamat pagi, suster.”
LAMPIRAN DOKUMENDASI

1. Cuci Tangan
2. Timbang Terima
3. Supervisi
4. Discharge Planing

Anda mungkin juga menyukai