Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Praktek keperawatan di indonesia saat ini masih dalam suatu proses

profesionalisme yaitu terjadinya suatu perubahan dan perkembangan global dan

lokal. Masalah yang sering muncul dihadapi di negara indonesia dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan adalah banyak perawat yang belum melakukan

pelayanan keperawatan yang sesuai standar asuhan keperawatan dan

pelaksanaan asuhan keperawatan juga tidak disertai pendokumentasian yang

lengkap (Asmadi, 2008).

Perawat yang profesional merupakan perawat yang sesuai dengan

standar, perawat yang dapat memuaskan pelayanannya, dan menerapkan etika

profesional keperawatan. Selain itu perawat profesional juga harus mampu untuk

berkomunikasi secara efektif, menerapkan aspek etik dan legal dalam praktik

keperawatan, melaksanakan asuhan keperawatan profesional di klinik dan

komunitas, mampu mengaplikasikan kepemimpinan dan pengelolaan

keperawatan, mampu menjalin hubungan bersosialisasi, melakukan penelitian,

mampu mengembangkan profesionalisme secara terus menerus atau belajar

sepanjang hayat. Tugas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan antara

lain mengkaji kebutuhan pasien, merencanakan tindakan keperawatan,

melaksanakan rencana tindakan, mengevaluasi hasil asuhan keperawatan, dan

mendokumentasikan asuhan keperawatan (Staub, 2006) dalam Martini (2007).


Pendidikan tinggi dalam keperawatan secara umum akan menghasilkan

tenaga keperawatan yang berkualitas dan mampu membuat pembaharuan dan

perbaikan mutu pelayanan/asuhan keperawatan, serta penataan perkembangan

kehidupan profesi keperawatan dalam menjalankan praktek keperawatan untuk

memenuhi kebutuhan pasiennya. Untuk itu pendidikan sangatlah penting dalam

dunia keperawatan. Semakin tinggi pendidikan perawat semakin berkualitas

juga dalam memberikan asuhan keperawatan dan mampu berpikir kritis

(Asmadi, 2008). Perawat dengan tingkat pendidikan yang berbeda mempunyai

kualitas dokumentasi yang dikerjakan berbeda pula karena semakin tinggi

tingkat pendidikannya maka kemampuan secara kognitif dan keterampilan akan

meningkat (Notoatmodjo, 2003) dalam Yanti (2013).

Tenaga keperawatan yang berasal dari berbagai jenjang pendidikan

(SPK, D3, D4, S1, dan bahkan pada profesi Ners) dan dari rentang waktu lulusan

yang sangat berbeda tapi memiliki tugas yang cenderung sama. Perawat lebih

banyak mengerjakan pekerjaan koordinasi dan limpah wewenang. Akhir-akhir

ini tanggung jawab perawat terhadap dokumentasi sudah berkurang. Akhirnya

isi dan fokus dari catatan yang dilakukan perawat telah dimodifikasi sesuai

kebutuhan, bahkan berubah keluar dari konsep asuhan keperawatan sendiri

(Sondoro, 2011) dalam Amir, dkk (2013).

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan

pelaksanaan pendokumentasian harus dimiliki oleh berbagai tenaga profesi

tenaga kesehatan, salah satunya adalah perawat. Seorang perawat mempunyai


peran dalam melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan dalam

rekam medis (Damayanti, 2013)

Seorang perawat harus mampu melaksanakan dokumentasi asuhan

keperawatan dalam rekam medis dengan lengkap, jelas, akurat dan dapat

dipahami oleh orang lain. Namun, dalam pelaksanaannya pengisian dokumentasi

asuhan keperawatan dalam rekam medis oleh tenaga perawat pada dasarnya

masih memiliki permasalahan, yaitu masih rendahnya tingkat pemahaman

terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan.

Dokumentasi keperawatan merupakan bagian dari pelaksanaan asuhan

keperawatan yang menggunakan proses keperawatan yang memiliki suatu nilai

hukum yang sangat penting. Tanpa dokumentasi keperawatan maka semua

implementasi keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat tidak mempunyai

makna dalam hal tanggung jawab dan tanggung gugat. Dokumentasi

keperawatan dapat dikatakan sebagai pegangan untuk para perawat dalam

mempertanggungjawabkan dan membuktikan pekerjaannya atau tindakan yang

perawat lakukan. Oleh sebab itu ada beberapa kaidah atau aturan yang harus

ditaati oleh perawat didalam melakukan pendokumentasian perawatan. Ciri

dokumentasi asuhan keperawatan yang baik adalah berdasarkan fakta, akurat,

lengkap, ringkas, terorganisir, waktu yang tepat, dan bersifat mudah dibaca

(Potter & Perry, 2009) dalam Yanti (2013).

Berdasarkan pre-survey penelitian di RSUD dr. R Goeteng

Taroenadibrata pada tanggal 26 oktober 2016, diketahui jumlah perawat di

ruangan adalah 164 perawat (72 perawat S1 dan 92 perawat D3). Dilihat dari
hasil dokumentasi keperawatan (pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi

dan evaluasi), perawat dengan pendidikan keperawatan S1 bisa mengisi secara

penuh, sedangkan perawat dengan pendidikan keperawatan DIII bisa mengisi

setengah saja. Selain itu perawat dengan pendidikan keperawatan S1 juga

mencatat hasil dokumentasi keperawatan lebih rinci dibandingkan dengan

keperawatan DIII. Dari hasil pre-survey ini dapat disimpulkan bahwa perawat

dengan pendidikan keperawatan S1 mencatat hasil dokumentasi keperawatan

lebih lengkap dibandingkan dengan perawat dengan pendidikan keperawatan

DIII.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan

permasalahan penelitian tentang “Apakah ada hubungan tingkat pendidikan dan

tingkat pengetahuan perawat dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan

keperawatan di ruang rawat inap RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata

Purbalingga?”.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan tingkat

pengetahuan perawat dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan

keperawatan di ruang rawat inap RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata

Purbalingga”

2. Tujuan Khusus
A. Untuk mendeskripsikan tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan

perawat di ruang rawat inap RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata

Purbalingga.

a. Gambaran tingkat pendidikan perawat di ruang rawat inap RSUD dr. R

Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

b. Gambaran tingkat pengetahuan perawat di ruang rawat inap RSUD dr.

R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

B. Untuk mendeskripsikan kelengkapan pendokumentasian asuhan

keperawatan di ruang rawat inap RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata

Purbalingga.

C. Untuk menganalisa hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat

pengetahuan perawat dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan

keperawatan di ruang rawat inap RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata

Purbalingga.

a. Hubungan tingkat pendidikan perawat dengan kelengkapan

pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD dr.

R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

b. Hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan kelengkapan

pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD dr.

R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan

masukan dalam penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan

pendokumentasian asuhan keperawatan di rumah sakit.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Responden

Memberikan gambaran tentang pendokumentasian asuhan keperawatan

sehingga diharapkan dapat membuat dokumentasi keperawatan yang lebih

baik dan benar.

b. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman yang lebih mendalam berkaitan dengan dokumentasi

keperawatan dan pengalaman penelitian.

c. Bagi Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Dapat digunakan sebagai sumber data, referensi atau bahan rujukan untuk

menyusun penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan

pendokumentasian asuhan keperawatan.

d. Bagi Instansi Terkait

Memberikan masukan dalam membuat asuhan keperawatan yang lebih

baik sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang

diberikan kepada pasien di rumah sakit.

E. KEASLIAN PENELITIAN
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

1. Nama I gusti putri mastini

Judul penelitian Hubungan pengetahuan, sikap dan beban kerja dengan


kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan irna di RSU
Pusat Sanglah Denpasar.

Metode Dengan metode “Cross Sectional”. Jumlah sampel adalah 76


penelitian orang. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode accidental
sampling. Data dikumpulkan menggunakan koesioner.

Hasil penelitian Hasilnya dianalisa dengan uji Chi Square dan multivariate (regresi
logistik) Subjek penelitian sebagian besar 44 (57,9%) berumur 31-
40 tahun, berpendidikan D3 keperawatan 50 ( 65,8%), masa kerja
39 (51,3%) 6-10 tahun, pengetahuan baik 54 (71,1%), sikap positif
54 (71,1%).

Persamaan Menggunakan metode penelitian cross sectional.

Perbedaan Pemilihan sampel dilakukan dengan metode accidental sampling,


sedangkan penelitian ini menggunakan random sampling.

2. Nama Riko giftian

Judul penelitian Hubungan antara pengetahuan perawat tentang rekam medis


dengan kelenkapan pengisian catatan keperawatan di bangsal
penyakit dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang

Metode Desain cross sectional. sampel berjumlah 15 observasi tentang


penelitian kelengkapan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan pada
rekam medis dan menggunakan kuesioner. Uji statistik
menggunakan uji fisher exact-test.

Hasil penelitian Dalam penelitian ini ditemukan hasil yang bermakna antara
variabel pengetahuan tentang aspek hukum rekam medis
(p=0,017), tata cara pengisian dokumentasi asuhan keperawatan
(p=0,022). Sedangkan variabel pengetahuan tentang rekam medis
mendapatkan hasil yang bermakna yaitu (p=0,004).
Persamaan Menggunakan metode penelitian cross sectional.

Perbedaan Uji statistik menggunakan uji fisher exact-test, sedangkan


penelitian ini menggunakan uji Chi-square.

3. Nama Inayatullah

Judul penelitian Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan


Perawat tentang Asuhan Keperawatan dengan Pedoman NANDA
NOC dan NIC di RSUD Ajibarang

Metode Penelitian ini menggunakan desain korelasional dengan


penelitian pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini sebanyak 57
responden yang dipilih dengan metode simple random sampling.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner.
Pengolahan dan analisis hubungan tingkat pendidikan dengan
pengetahuan perawat menggunakan uji chi square.

Hasil penelitian Hasil penelitian menunjukan bahwa kebanyakan pendidikan


responden adalah perawat DIII (75,4 %), dan pengetahuan respon
den pada kategori baik (47,4%). Hasil uji statistik chi square
didapatkan X2 hitung 7,085>X2 tabel 5,991, p value 0,029 dan
α=0,05.

Persamaan Menggunakan metode penelitian cross sectional.

Perbedaan Menggunakan desain korelasional, sedangkan penelitian ini


menggunakan pendekatan deskriptif.

4. Nama Maria Muller

Judul penelitian Peningkatan Kualitas Dokumentasi Keperawatan, hasil


Keperawatan a Diagnosis, Intervensi, dan Luaran Pelaksanaan
Studi.
Metode Desain eksperimental pretest-posttest, perawat dari 12 bangsal
rumah sakit Swiss menerima intervensi-kelas pengantar
penelitian
pendidikan dan kelas berturut-turut, dengan menggunakan metode-
kasus diskusi melaksanakan diagnosa keperawatan, intervensi, dan
diuji menggunakan t –tests.
Hasil penelitian Dari 36 catatan keperawatan yang dipilih secara acak dievaluasi
sebelum dan setelah implementasi. Kualitas diagnosis
didokumentasikan keperawatan, intervensi, dan hasil pasien
keperawatan-sensitif dinilai dengan 29 dengan instrumen 0-4
skala, yang disebut Quality of Diagnosis Keperawatan, Intervensi,
dan Hasil (Q-DIO)

Persamaan Menggunakan metode penelitian cross sectional.

Perbedaan Desain eksperimental pretest-posttest di uji menggunakan T–tests,


sedangkan penelitian ini menggunakan desain deskriptif.

5. Nama Linda E.

Judul penelitian Kesehatan Rekaman Dokumentasi elektronik dalam Keperawatan:


Nurses Persepsi, Sikap, dan Preferensi

Metode Menggunakan desain deskriptif cross-sectional untuk menilai


fungsi, kebutuhan dan preferensi, dan sikap personil 100
penelitian
keperawatan (RNS, perawat praktis berlisensi, dan asisten perawat)
terhadap penggunaan EHR.

Hasil penelitian Likert-jenis skala sikap menjelaskan 54% dari varians dalam skor
sikap dan menunjukkan validitas konstruk suara dan konsistensi
internal (r = 0,77). sepertiga, 36%, bahwa EHRs mengakibatkan
beban kerja menurun. 64%, lebih disukai dokumentasi samping
tempat tidur. Secara keseluruhan, 75% dari perawat berpikir EHRs
telah meningkatkan kualitas dokumentasi dan 76% percaya akan
menyebabkan peningkatan keselamatan dan perawatan pasien.
Perawat dengan keahlian dalam menggunakan komputer, 80%,
menguntungkan sikap terhadap EHRs dibandingkan mereka
dengan keahlian kurang.

Persamaan Menggunakan metode penelitian cross sectional.


Perbedaan Penilaian dengan menggunakan Electronic Health Record (EHR)
metode dokumentasi, sedangkan penelitian ini masih manual.

Anda mungkin juga menyukai