Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan merupakan tempat yang sangat dibutuhkan oleh

semua kalangan masyarakat. Hampir semua orang tidak tergantung usia dan

tingkat sosial yang menyadari pentingnya kesehatan akan datang

memeriksakan kesehatannya di tempat penyelenggara medis, seperti rumah

sakit, puskesmas, klinik, dokter, perawat, bidan dan petugas medis lainnya

(Kemenkes, 2014).

Pelayanan kesehatan pada saat ini telah menapaki perubahan sebagai

konsekuensi dari perkembangan media informasi. Berkenaan dengan hal

tersebut pengetahuan dan kesadaran masyarakat sebagai konsumen akan hak

untuk mendapat pelayanan yang profesional semakin meningkat, oleh karena

itu mereka menuntut adanya peningkatan mutu pelayanan, Kualitas suatu

pelayanan kesehatan di suatu instansi kesehatan dipengaruhi oleh sistem

pelayanan atau asuhan kebidanan yang diberikan oleh bidan sebagai

komponen terbesar yang memberikan kontribusinya (Marcelo, 2014)

Dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada klien bagi bidan harus

memberikan pelayanan secara komperehensif yang dimplementasikan melalui

asuhan kebidanan secara berkesinambungan yaitu melalui beberapa tahap

yang konsisten sesuai dengan profesi kebidanan. Diakhir tindakan kebidanan

seorang bidan harus mendokumentasikan apa yang telah dilakukan kepada

1
2

klien. Dalam hal ini bidan harus mampu membuat dokumentasi asuhan

kebidanan yang lengkap dan baik (Supratna, 2015).

Untuk mendapatkan hasil yang baik tersebut seorang bidan sangat

membutuhkan pengawasan, pengarahan dan pendampingan melalui kegiatan

supervisi. Supervisi merupakan kegiatan yang penting untuk dapat

memberikan pengaruh terhadap mutu pelayanan kebidanan, bahkan pelayanan

kesehatan di Rumah Sakit (Pustika, 2015).

Supervisi merupakan proses pengawasan yang dilakukan oleh seorang

kepala terhadap pelaksanaan kegiatan untuk memastikan apakah kegiatan

tersebut berjalan sesuai tujuan organisasi dan standar yang telah ditetapkan.

Langkah- langkah supervisi langsung terkait dengan pendokumentasian

asuhan kebidanan meliputi memberi informasi kepada bidan pelaksana yang

akan disupervisi, melakukan supervisi asuhan kebidanan pada saat bidan

melakukan pendokumentasian, supervisor melihat hasil pendokumentasian

secara langsung dihadapan bidan yang mendokumentasikan (Linggardini,

2010).

Kegiatan supervisi yang dilakukan secara teratur dapat mempengaruhi

pendokumentasian proses kebidanan karena proses pendokumentasian yang

dilakukan oleh bidan pelaksana dapat segera dievaluasi oleh supervisor dan

dapat meminimalkan resiko adanya kesalahan (Linggardini, 2010).


3

Pencatatan atau dokumentasi merupakan bagian penting dari tugas dan

sebagai bukti bahwa mereka telah melakukan aktivitas. Jadi, dokumentasi bisa

menjadi alat pertanggung jawaban atas pekerjaan yang dilakukan bidan.

Selain itu, informasi tertulis ini akan menjadi panduan dasar tentang keadaan

pasien, yang bisa dengan mudah diakses oleh siapa pun yang berkepentingan

(Nursalam, 2011).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Keliat (2010), manyatakan

bahwa dokumentasi kebidanan pada beberapa Puskesmas, ditemukan bahwa

kemampuan bidan menuliskan asuhan kebidanan dengan menggunakan proses

kebidanan yang memenuhi kriteria, rata-rata kurang dari 60%. Sementara

itu, profesi lain menganggap penggunaan proses kebidanan akan menyita

banyak waktu dan kertas sehingga tidak efektif dan efisien (Keliat, 2010).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti didapatkan

bahwa pendokumentasian yang dilakukan oleh bidan terisi secara lengkap

sesuai SOP. Hasil wawancara dengan 14 bidan yang bekerja di Kecamatan

Narmada Kabupaten Lombok Barat menunjukkan bahwa 10 orang

mengatakan melakukan pendokumentasian secara lengkap jika ada

kepentingan untuk naik pangkat atau pembuatan kredit point, dan jika ada

keperluan untuk akreditasi. Kepala Puskesmas menyatakan umumnya mereka

telah mendapatkan pelatihan tentang pendokumentasian tetapi masih ada

juga yang tidak melaksanakan pendokumentasian dengan lengkap. Hal ini

bisa disebabkan karena hasil pendokumentasian asuhan kebidanan yang

telah dibuat jarang diperiksa oleh ketua tim atau kepala ruangan. Bidan juga
4

mengatakan kadang malas melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan

karena tidak diperiksa dan juga dirasakan kurang berguna dan kurang

bermanfaat. Hal tersebut juga bisa disebabkan karena jumlah bidan yang

tidak seimbang dengan jumlah pasien. Disamping itu juga, ditemukan

beberapa kesulitan yaitu belum ada formulir pengkajian yang seragam,

kemampuan melaksanakan proses kebidanan yang belum memadai,

pelaksanaan proses kebidanan masih dirasakan sebagai beban (Puskesmas

Kecamatan Narmada, 2019).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi bidan dalam pelaksanaan

pendokumentasian proses kebidanan yaitu pelatihan, supervisi, motivasi dan

kepatuhan. Pelatihan adalah merupakan investigasi organisasi yang penting

dalam sumber daya manusia. Pelatihan, melibatkan segenap sumber daya

manusia untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan pembelajaran

sehingga mereka segera akan dapat menggunakannya dalam pekerjaan

(Wibowo, 2011).

Hasil observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 15 Januari 2019 di

salah satu puskesmas di Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat

menunjukkan bahwa masih ada berkas rekam medis asuhan kebidanan yang

tidak lengkap. Format pengkajian masih di dapatkan beberapa data penting

yang tidak didokumentasikan, pada bagian pengisian diagnosa kebidanan

cenderung hanya mencantumkan satu diagnosa, dan cacatan tindakan

kebidanan yang belum didokumentasikan sesuai standar. Kepala ruangan


5

menyatakan sebagian besar dokumentasi asuhan kebidanan dilengkapi setelah

pasien pulang.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dari itu perlu

dilakukan penelitian tentang: “Hubungan Supervisi dengan Tingkat Kepatuhan

Bidan dalam Pendokumentasian di Puskesmas Kecamatan Narmada

Kabupaten Lombok Barat”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat disusun

rumusan masalahnya sebagai berikut : “Apakah Ada Hubungan Supervisi

dengan Tingkat Kepatuhan Bidan dalam Pendokumentasian di Puskesmas

Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan supervisi dengan tingkat kepatuhan

bidan dalam pendokumentasian di Puskesmas Kecamatan Narmada

Kabupaten Lombok Barat.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi supervisi bidan dalam pendokumentasian di

Puskesmas Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat.

b. Mengidentifikasi tingkat kepatuhan bidan dalam pendokumentasian di

Puskesmas Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat.


6

c. Menganalisis hubungan supervisi dengan tingkat kepatuhan bidan

dalam pendokumentasian di Puskesmas Kecamatan Narmada

Kabupaten Lombok Barat.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi Pelayanan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi

bagi pimpinan dan staf dalam pengembangan Puskesmas Sedau

khususnya dalam pendokumentasian kebidanan.

2. Bagi Bidan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi

bidan dalam meningkatkan pendokumentasian kebidanan.

3. Institusi Pendidikan/Keilmuan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

masukan dan literatur serta referensi bagi pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya faktor-faktor yang mempengaruhi bidan dalam

pendokumentasian kebidanan.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acauan

atau literatur bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih

lanjut.
7

E. Keaslian Penelitian

Nama Tempat Desain Besar Analisis Hasil Penelitian


Judul Penelitian
Peneliti Penelitian Penelitian Sampel Data
Wijayanti Hubungan antara Penelitian Desain Besar Analisis Hasil penelitian
supervisi kepala ini penelitian sampel data yangHasil penelitian
ruang dengan dilaksanakan yang yang digunakanmenunjukkan
pendokumentasian di Rumah digunakan digunakan dalam bahwa supervisi
asuhan Sakit Umum dalam dalam penelitian
kepala ruang
keperawatan di Daerah penelitian penelitian ini adalah
paling banyak
Rumah Sakit Ambarawa ini adalah ini adalah uji chi adalah kurang
Umum Daerah korelatif 30 pasien. square baik yaitu 37
Ambarawa kuantitatif responden
dengan (45,7%).
pendekatan Pendokumentasian
cross asuhan
sectional. keperawatan
diketahui paling
banyak adalah
baik sebanyak 56
responden
(69,1%). Terdapat
hubungan antara
supervisi kepala
ruang dengan
pendokumentasian
asuhan
keperawatan di
Rumah Sakit
Umum Daerah
Ambarawa (p
value 0,000).
Kris Hubungan Penelitian Desain Besar Analisis Hasil penelitian
Linggardini supervisi dengan ini penelitian sampel data yang menunjukkan
pendokumentasian dilaksanaka yang yang digunakan bahwa ada
berbasis komputer di Instalasi digunakan digunakan dalam hubungan
yang Rawat Inap dalam dalam penelitian supervisi dengan
dipersepsikan RSUD penelitian penelitian ini adalah pendokumentasian
perawat pelaksana Banyumas ini adalah ini adalah uji chi berbasis komputer
di Instalasi Rawat Jawa korelatif 56 pasien. square yang
Inap RSUD Tengah kuantitatif dipersepsikan
Banyumas Jawa dengan perawat pelaksana
Tengah pendekatan di Instalasi Rawat
cross Inap RSUD
sectional. Banyumas Jawa
Tengah dengan
nilai p value
sebesar 0.03
8

Agustina Hubungan Penelitian Desain Besar Analisis Hasil


supervisi dengan ini penelitian sampel data yang penelitiannya
pendokumentasian dilaksanakan yang yang digunakan menunjukkan
asuhan di ruang digunakan digunakan dalam bahwa ada
keperawatan di rawat inap dalam dalam penelitian hubungan
ruang rawat inap Rumah Sakit penelitian penelitian ini adalah supervisi dengan
Rumah Sakit TK TK II ini adalah ini adalah uji chi pendokumentasian
II Kartika Husada Kartika korelatif 45 orang. square asuhan
Kubu Raya Husada kuantitatif keperawatan di
Kubu Raya dengan Ruang Rawat Inap
pendekatan Rumah Sakit TK
cross II Kartika Husada
sectional. Kubu Raya
dengan nilai p
value sebesar
0,002.
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Supervisi

a. Pengertian Supervisi

Supervisi adalah salah satu bagian proses atau kegiatan dari

fungsi pengawasan dan pengendalian. Selain itu, supervisi merupakan

kegiatan-kegiatan yang terencana seorang manajer melalui aktifitas

bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi pada stafnya

dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari (Arwani, 2006).

b. Manfaat dan Tujuan Supervisi

Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh

banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut

(Suarli & Bachtiar, 2009) :

1) Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan

efektifitas kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan

pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin terbinanya

hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan

bawahan.

2) Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan

efesiensi kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya

kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber

daya (tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah.

9
10

c. Frekuensi Pelaksanaan Supervisi

Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berkala.

Supervisi yang dilakukan hanya sekali bisa dikatakan bukan supervisi

yang baik, karena organisasi/lingkungan selalu berkembang. Oleh

sebab itu agar organisasi selalu dapat mengikuti berbagai

perkembangan dan perubahan, perlu dilakukan berbagai penyesuaian.

Supervisi dapat membantu penyesuaian tersebut yaitu melalui

peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan.

d. Prinsip-prinsip Pokok dalam Supervisi

Kegiatan supervisi mengusahakan seoptimal mungkin kondisi

kerja yang kondusif dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik,

atmosfer kerja, dan jumlah sumber sumber yang dibutuhkan untuk

memudahkan pelaksanaan tugas. Untuk itu diperlukan beberapa

prinsip pokok pelaksanaan supervisi. Prinsip pokok supervisi secara

sederhana dapat diuraikan sebagai berikut (Suarli dan Bahtiar, 2009):

1) Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih meningkatakan kinerja

bawahan, bukan untuk mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini

dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap

pekerjaan bawahan, untuk kemudian apabila ditemukan masalah,

segera diberikan petunjuk atau bantuan untuk mengatasinya.

2) Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat supervisi

harus edukatif dan suportif, bukan otoriter.


11

3) Supervisi harus dilakukan secara teratur atau berkala. Supervisi

yang hanya dilakukan sekali bukan supervisi yang baik.

4) Supervisi harus dapat dilaksanakan sedemikan rupa sehingga

terjalin kerja sama yang baik antara atasan dan bawahan, terutama

pada saat proses penyelesaian masalah, dan untuk lebih

mengutamakan kepentingan bawahan.

5) Strategi dan tata cara supervisi yang akan dilakukan harus sesuai

dengan kebutuhan masing-masing bawahan secara individu.

Penerapan strategi dan tata cara yang sama untuk semua kategori

bawahan, bukan merupakan supervisi yang baik.

6) Supervisi harus dilaksanakan secara fleksibel dan selalu

disesuaikan dengan perkembangan.

e. Pelaksana Supervisi

Menurut Bactiar dan Suarly, (2009) yang bertanggung jawab

dalam melaksanakan supervisi adalah atasan yang memiliki kelebihan

dalam organisasi. Idealnya kelebihan tersebut tidak hanya aspek status

dan kedudukan, tetapi juga pengetahuan dan keterampilan.

f. Teknik Supervisi

Tehnik pokok supervisi pada dasarnya identik dengan tehnik

penyelesaian masalah. Bedanya pada supervisi tehnik pengumpulan

data untuk menyelesaikan masalah dan penyebab masalah

menggunakan tehnik pengamatan langsung oleh pelaksana supervisi

terhadap sasaran supervisi, serta pelaksanaan jalan keluar. Dalam


12

mengatasi masalah tindakan dapat dilakukan oleh pelaksana supervisi,

bersama-sama dengan sasaran supervisi secara langsung di tempat.

Dengan perbedaan seperti ini, jelaslah bahwa untuk dapat

melaksanakan supervisi yang baik ada dua hal yang perlu diperhatikan

(Bachtiar dan Suarli, 2009):

1) Pengamatan langsung

Pengamatan langsung harus dilaksanakan dengan sebaik-

baiknya. Untuk itu ada beberapa hal lain yang harus diperhatikan.

a) Sasaran pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak jelas

sasarannya dapat menimbulkan kebingungan, karena pelaksana

supervisi dapat terperangkap pada sesuatu yang bersifat detail.

Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pada

pengamatan langsung perlu ditetapkan sasaran pengamatan,

yakni hanya ditujukan pada sesuatu yang bersifat pokok dan

strategis saja (selective supervision).

b) Objektivitas pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak

terstandardisasi dapat menggangu objektivitas. Untuk

mencegah keadaan yang seperti ini, maka pengamatan

langsung perlu dibantu dengan dengan suatu daftar isi yang

telah dipersiapkan. Daftar tersebut dipersiapkan untuk setiap

pengamatan secara lengkap dan apa adanya.

c) Pendekatan pengamatan. Pengamatan langsung sering

menimbulkan berbagai dampak dan kesan negatif, misalnya


13

rasa takut dan tidak senang, atau kesan menggangagu

kelancaran pekerjaan. Untuk mengecek keadaan ini

pengamatan langsung harus dilakukan sedemikian rupa

sehingga berbagai dampak atau kesan negatif tersebut tidak

sampai muncul. Sangat dianjurkan pengamatan tersebut dapat

dilakukan secara edukatif dan suportif, bukan menunjukkan

kekuasaan atau otoritas.

2) Secara Tidak Langsung.

Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan

melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Perawat supervisor

tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga

memungkinkan terjadinya kesenjangan fakta. Umpan balik dapat

diberikan secara tertulis (Wiyana, 2008)

Langkah-langkah Supervisi tak langsung.

a) Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil

dokumentasi pada buku rekam medik perawat.

b) Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.

c) Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar

dokumentasi asuhan keperawatan yang ditetapkan Rumah Sakit

yaitu form A dari Depkes.

d) Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi

dengan memberikan tanda bila ada yang masih kurang dan


14

berikan cacatan tertulis pada perawat yang

mendokumentasikan.

e) Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak

lengkap atau sesuai standar.

2. Konsep Kepatuhan

a. Definisi

Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh. Kepatuhan memiliki

arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga kepatuhan dapat

menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala

yang dibendakan. Kepatuhan juga merupakan ketaatan atau

ketidaktaatan pada perintah, aturan dan disiplin. Perubahan sikap dan

perilaku individu di mulai dari tahap kepatuhan, identifikasi,

kemudian internalisasi. Kepatuhan dimulai dari individu yang

mematuhi anjuran tanpa kerelaan karena takut hukuman atau sanksi

(Sunaryo, 2013).

b. Prinsip Dasar Kepatuhan

Menurut Suciati (2015), terdapat enam prinsip dasar dalam

hal kepatuhan.

1. Komitmen

Dalam prinsip komitmen atau konsistensi, ketika kita telah

meningkatkan diri pada suatu posisi atau tindakan, kita akan lebih

mudah memenuhi permintaan akan suatu hal yang konsisten

dengan posisi atau tindakan sebelumnya.


15

2. Hubungan sosial atau rasa suka

Kita cenderung lebih mudah memenuhi permintaan teman

atau orang yang kita sukai daripada permintaan teman atau orang

yang tidak kita kenal, atau kita benci.

3. Kelangkaan

Prinsip kelangkaan, kita lebih menghargai dan mencoba

mengamankan objek yang langka atau berkurang ketersediaannya.

Oleh karena itu, kita cenderung memenuhi permintaan yang

menekankan kelangkaan daripada yang tidak.

4. Timbal balik

Kita lebih mudah memenuhi permintaan dari seorang

yang sebelumnya telah memberikan bantuan kepada kita.

5. Validasi sosial

Dalam prinsip validasai sosial, kita lebih mudah

memenuhi permintaan untuk melakukan suatu tindakan jika

konsisten dengan apa yang kita percaya bahwa orang lain akan

melakukannya juga. Kita ingin bertingkah laku benar, dan satu

cara untuk memenuhinya adalah dengan bertingkah laku dan

berpikir seperti orang lain.

6. Otoritas

Dalam prinsip otoritas, kita lebih mudah memenuhi

permintaan orang lain yang memiliki otoritas yang diakui,

atau setidaknya tampak memiliki otoritas.


16

3. Bidan

a. Pengertian Bidan

Dalam keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia

Nomor 369/Menkes/SK/III/2007, Ikatan Bidan Indonesia (IBI)

menetapkan bahwa bidan indonesia adalah seorang perempuan

yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan

organisasi profesi di wilayah negara Republik Indonesia serta

memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikat

dan atau secara sah mendapatkan lisensi untuk menjalankan

praktik kebidanan (Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan

Teknisian Medik Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan

Kementrian Kesehatan, 2011).

Bidan adalah seseorang yang telah menjalani program

pendidikan bidan, yang di akui oleh negara tempat ia tinggal, dan telah

berhasil menyelesaikan studi terkait kebidanan serta memenuhi

persyaratan untuk terdaftar dan memiliki izin formal untuk praktik

bidan (Hidayat, 2011).

Bidan dikenal sebagai profesional yang bertanggung jawab

yang berkerja sebagai mitra perempuan dalam memberikan dukungan

yang diperlukan, asuhan dan saran selama kehamilan, periode

persalinan dan post partum, melakukan pertolongan persalinan

dibawah tanggung jawabnya sendiri, serta memberikan perawatan

pada bayi baru lahir dan bayi. Asuhan ini termasuk tindakan
17

pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu

dan anaknya, akses untuk perawatan medis atau pertolongan

semestinya lainnya serta pemberian tindakan kedaruratan

(Soepardan, 2011).

b. Tanggung Jawab Bidan

Menurut Zulvadi (2014), sebagai tenaga profesional, bidan

memikul tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya. Seorang

bidan harus dapat mempertahankan tanggung jawabnya bila terjadi

gugatan terhadap tindakan yang dilakukannya.

Tanggung jawab bidan meliputi :

1) Tanggung Jawab Terhadap Peraturan Perundang-undangan

Bidan merupakan salah satu bagian dari paramedis.

Pengaturan tenaga kesehatan ditetapkan dalam undang-undang

dan peraturan pemerintah. Tugas dan kewenangan bidan serta

ketentuan yang berkaitan dengan kegiatan praktik bidan diatur

didalam peraturan atau keputusan menteri kesehatan.

Kegiatan praktek bidan dikontrak oleh peraturan tersebut.

Bidan harus dapat mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan

yang dilakukannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

2) Tanggung Jawab Terhadap Pengembangan Kompetensi.

Setiap bidan memiliki tanggung jawab memelihara

kemampuan profesionalnya. Oleh karena itu, bidan harus


18

selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan

mengikuti pelatihan, pendidikan berkelanjutan, seminar serta

pertemuan ilmiah lainnya.

3) Tanggung Jawab Terhadap Penyimpanan Pendokumentasian

Setiap bidan harus mendokumentasikan kegiatannya

dalam bentuk catatan tertulis. Catatan bidan mengenai pasien

yang dilayani dapat dipertanggung jawabkan bila terjadi

gugatan. Selain itu catatan yang dilakukan bidan dapat digunakan

sebagai bahan laporan untuk disampaikan kepada teman

sesama profesi ataupun atasannya.

4) Tanggung Jawab Terhadap Klien dan Keluarganya

Bidan memiliki kewajiban memberikan asuhan kepada

ibu dan anak yang meminta pertolongan kepadanya. Oleh

karena itu, kegiatan bidan sangat erat kaitannya dengan

keluarga. Tanggung jawab bidan tidak hanya pada kesehatan

ibu dan anak, tetapi juga menyangkut kesehatan keluarga.

Bidan harus dapat mengidentifikasi masalah dan kebutuhan

keluarga serta memberi pelayanan yang tepat dan sesuai dengan

kebutuhan keluarga. Pelayanan terhadap kesehatan keluarga

merupakan kondisi yang diperlukan ibu yang membutuhkan

keselamatan, kepuasan dan kebahagiaan selama masa hamil

atau melahirkan. Oleh karena itu, bidan harus mengarahkan


19

segala kemampuan, sikap, dan perilakunya dalam memberi

pelayanan kesehatan keluarga yang membutuhkan.

5) Tanggung Jawab Terhadap Profesi

a) Bidan harus menjaga informasi yang diperoleh dari pasien dan

melindungi privasi mereka.

b) Bidan harus bertanggung jawab terhadap keputusan dan

tindakan yang diambil dalam hal perawatan.

c) Bidan harus dapat menolak untuk ikut terlibat didalam

aktifitas yang bertentangan dengan moral, namun hal tersebut

tidak boleh mencegahnya dalam memberikan pelayanan

terhadap pasien.

d) Bidan hendaknya ikut serta terlibat dalam pengembangan dan

implementasi kebijakan kesehatan yang biasa mendukung

kesehatan pasien dan ibu hamil juga bayinya.

6) Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat

Bidan adalah anggota masyarakat yang juga memiliki

tanggung jawab. Oleh karena itu, bidan turut tanggung jawab

dalam memecahkan masalah kesehatan masyarakat. Misalnya

penanganan lingkungan sehat, penyakit menular, masalah gizi

terutama yang menyangkut kesehatan ibu dan anak, baik

secara mandiri maupun bersama teman sejawat dan teman

seprofesi. Bidan berkewajiban memanfaatkan sumber daya

yang ada untuk menigkatkan kesehatan masyarakat, bidan


20

juga harus menjaga kepercayaan masyarakat .Tanggung jawab

terhadap masyarakat merupakan cakupan dan bagian tanggung

jawabnya kepada Tuhan.

4. Dokumentasi

a. Defenisi Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan tentang interaksi antara tenaga

kesehatan, pasien, dan tim kesehatan tentang hasil pemeriksaan,

prosedur tindakan pengobatan pada pasien, pendidikan pasien dan

respon pasien terhadap semua asuhan yang telah diberikan

(Muslihatun, 2009)

Dokumentasi kebidanan adalah bukti pencatatan dan pelaporan

berdasarkan komunikasi tertulis yang akurat dan lengkap yang dimiliki

oleh bidan dalam melakukan asuhan kebidanan dan berguna untuk

kepentingan klien, tim kesehatan, serta kalangan bidan sendiri

(Hidayat, 2009).

b. Tujuan Dokumentasi

Adapun tujuan dari dokumentasi kebidanan adalah sebagai

sarana komunikasi, sarana tanggung jawab dan tanggung gugat,

informasi statistik, sarana pendidikan, sumber data penelitian, jaminan

kualitas pelayanan kesehatan, sumber data perencanaan asuhan

kebidanan berkelanjutan.
21

c. Manfaat Dokumentasi

1) Ditinjau dari aspk administrasi, dokumentasi bermanfaat sebagai

sebuah catatan, karena berkas tersebut mengandung nilai identitas,

tanggal masuk dan keluar serta data askes.

2) Ditinjau dari aspek hukum, dokumentasi bermanfaat sebagai alat

pembuktian yang sah. Isi sebuah berkas menyangkut adanya

jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan dalam rangka

menegakkan hukum dan menyediakan bahan bukti selama proses

pengadilan berlangsung.

3) Ditinjau dari aspek pendidikan, suatu berkas catatan bermanfaat

untuk mendukung kegiatan pembelajaran. Isi dari berkas

dokumentasi menyangkut data/informasi tentang kronologis

perkembangan pelayanan yang telah diberikan kepada pasien.

4) Ditinjau dari aspek penelitian, dokumentasi bermanfaat sebagai

penyedia data untuk keperluan penelitian. Data / informasi yang

tercantum dalam sebuah berkas, dapat dipergunakan untuk

keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan

dibidang kesehatan

5) Ditinjau dari aspek ekonomi, suatu berkas bermanfaat untuk

mendokumentasikan besarnya dana yang harus dikeluarkan,

sehingga mengurangi terjadinya pemborosan. Isi dari sebuah

berkas dapat dijadikan bahan untuk menetapkan pembayaran

pelayanan di sebuah institusi pelayanan kesehatan. Tanpa adanya


22

bukti pencatatan sebuah tindakan, maka pembayaran atas tindakan

tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan.

6) Ditinjau dari aspek manajemen, catatan yang lengkap dan disimpan

dengan baik menunjukkan adanya manajemen data yang baik juga.

d. Aspek – aspek penting dalam dokumentasi

Menurut Depkes (2011), ada beberapa aspek penting dalam

pendokumentasian yaitu :

1) Tanggal dan waktu pada asuhan yang diberikan

2) Identifikasi penolong persalinan

3) Paraf atau tanda tangan (dari penolong persalinan) pada semua

catatan

4) Mencakup informasi yang berkaitan secara tepat, dicatat dengan

jelas dan dapat dibaca.

5) Suatu sistem untuk memelihara catatan pasien sehingga selalu siap

tersedia

6) Kerahasiaan dokumen – dokumen medis.

e. Prinsip – prinsip dokumentasi

Dokumentasi yang efektif tergantung pada kegiatan pencatatan

oleh individu, peran, perilaku dan kemampuan individu serta hasil dari

sebuah pendokumentasian juga mempengaruhi keefektifan sebuah

dokumentasi, asuhan kebidanan merupakan suatu kegiatan yang saling

berangkaian, setiap hari bidan mengenal, menganalisis, merespon dan

mencatat secara bervariasi kebutuhan pasien, catatan pasien dapat


23

dipengaruhi oleh pendidikan dan pengalaman praktik bidan serta

pengetahuan dan kemampuan bidan dalam mendokumentasikan

asuhan kebidanan (Muslihatun, 2009).

Ada tiga prinsip yang harus diperhatikan dalam sebuah

dokumentasi yaitu, keakuratan data, keringkasan dan kemudahan untuk

dibaca. Ditinjau dari segi tehnik pencatatan, ada beberapa hal yang

harus diperhatikan dalam kegiatan pendokumentasian antara lain :

1) Menuliskan nama pasien pada setiap halaman catatan bidan.

2) Hendaknya tulisan mudah dibaca, sebaiknya tulisan menggunakan

tinta berwarna hitam atau biru, sehingga apabila hendak

digandakan (difotokopi) tulisan akan tampak jelas.

3) Dokumentasi segera dilaksanakan setelah dilakukan pengkajian

pertama dan selesai melakukan setiap langkah asuhan kebidanan.

4) Apabila memungkinkan kutip semua kalimat atau kata yang

diungkapkan oleh pasien.

5) Pastikan kebenaran dari setiap data yang akan ditulis

6) Bedakan antara informasi yang objektif dan penafsiran

7) Dokumentasikan dengan baik apabila terjadi perubahan kondisi

pasien atau muncul masalah baru, respon pasien terhadap tindakan

yang diberikan bidan dan respon pasien terhadap kegiatan

konseling oleh bidan

8) Hindari dokumentasi yang bersifat baku, karena setiap pasien

adalah unikdan mempunyai permasalahan yang berbeda


24

9) Hindari penggunaan istilah yang tidak jelas dan pergunakan

singkatan yang sudah biasa dipakai dan dapat diterima

10) Apabila terjadi kesalahan dalam penulisan maka tulisan yang salah

tersebut jangan dihapus, pada tulisan yang salah, coret satu kali

kemudian tulis kata “salah” diatasnya, serta bubuhkan paraf,

selanjutnya tuliskan informasi yang benar, validitasi data akan

berkurang apabila dilakukan penghapusan informasi

11) Setiap kegiatan dokumentasi cantumkan waktu, tanggal dan jam

serta tanda tangan dan nama terang

12) Bila pencatatan bersambung pada halaman berikutnya, bubuhkan

tanda tangan dan cantumkan kembali waktu pada bagian halaman

berikutnya.

f. Dokumentasi dalam pelayanan kebidanan

Kegunaan dokumentasi adalah sebagai data atau fakta yang

dapat dipakai untuk mendukung ilmu dan pengetahuan, sebagai alat

untuk mengambil keputusan, perencanaan, pengontrolan terhadap

suatu masalah, dan sebagai sarana penyimpanan berkas agar tetap

aman dan terpelihara dengan baik, sistem dokumentasi adalah terbuka

dan tertutup. Tertutup artinya apabila didalamnya berisi rahasia yang

tidak pantas untuk diperlihatkan, diungkapkan dan disebarluaskan

kepada masyarakat. Bersifat terbuka artinya dokumentasi selalu

berinteraksi dengan lingkungannya untuk menerima dan menghimpun

informasi. Bidan sebagai provider dalam pelayanan kebidanan


25

bertanggungjawab terhadap dokumentasi. Format dokumentasi

kebidanan telah didesain sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan

oleh bidan, semua format dokumentasi telah terdaftar pada

register/nomor catatan medis (PPIBI, 2006).


26

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah merupakan abstraksi yang terbentuk oleh

generalisasi dari hal-hal yang khusus. Sedangkan kerangka konsep penelitian

pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin di

amati atau di ukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmojo,

2012).

Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat kepatuhan Bidan dalam


Supervisi pendokumentasian

Teknik Supervisi

1. Pengamatan langsung
2. Pengamatan tidak
langsung

Keterangan : ________ : Variabel Yang Diteliti


----------- : Variabel yang tidak diteliti

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian


Sumber : (Modifikasi Suarli dan Bachtiar, 2009)
27

C. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih

bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya (Sugiyono,

2016).

Hipotesis penelitian adalah sebuah pernyataan tentang hubungan yang

diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris.

(Notoatmodjo, 2010).

1. Ha : ada hubungan antara supervisi dengan tingkat kepatuhan bidan

dalam pendokumentasian di Puskesmas Kecamatan Narmada

Kabupaten Lombok Barat.

2. H0 : tidak ada hubungan antara supervisi dengan tingkat kepatuhan bidan

dalam pendokumentasian di Puskesmas Kecamatan Narmada

Kabupaten Lombok Barat.


28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam

melakukan prosedur penelitian. Desain dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif analitik yaitu peneliti hanya mengamati fenomena atau objek

penelitian tanpa memberikan perlakuan tertentu dan peneliti mencoba menarik

suatu kesimpulan atau melihat pengaruh dari fenomena atau objek yang

diteliti. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

rancangan cross sectional yaitu setiap subjek penelitian hanya di observasi

satu kali saja dan pengukuran terhadap variabel dilakukan pada saat yang

sama (Notoatmodjo, 2010).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2008).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua bidan yang ada di

Puskesmas Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat sebanyak 64

orang.

28
29

2. Sampel

Sampel penelitian adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010).

Sampel dalam penelitian ini adalah semua bidan yang ada di

Puskesmas Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat tahun 2019

sebanyak 64 orang.

Kriteria sampel dalam penelitian ini terdiri dari :

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Bidan yang ada di Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat

dan bersedia dijadikan sebagai responden.

2) Bidan yang mengisi kuesioner dengan lengkap

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Bidan yang ada di Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat

dan tidak bersedia dijadikan sebagai responden.

2) Bidan yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik total sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana

total populasi dijadikan sebagai sampel.


30

C. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

a. Variabel Independent

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independentnya

adalah supervisi.

b. Variabel Dependent

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependentnya adalah

tingkat kepatuhan bidan dalam pendokumentasian.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang

dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Definisi Hasil Ukur


No Variabel Parameter Skala
Operasional Kuesioner
1 Supervisi Kegiatan- 1. Program dan 1. Tinggi : 81- Ordinal
kegiatan yang jadwal supervisi 100%
terencana 2. Tujuan supervisi 2. Sedang :
seorang bidan 3. Teknik supervisi 61-80%
koordinasi 3. Rendah :
melalui aktifitas ≤41-60%
bimbingan, (Sumber :
pengarahan, Sugiyono,
observasi, 2011)
motivasi dan
evaluasi pada
stafnya dalam
melaksanakan
kegiatan atau
tugas sehari-hari
31

2 Tingkat kepatuhan Kepatuhan Prinsip dasar 1. Patuh Nominal


dalam bidan dalam pendokumentasian : 2. Tidak patuh
pendokumentasian mencatat proses 1. Pendokumentasian
asuhan 2. Dibuat catatan
kebidanan secara singkat
pasien pada 3. Hasil observasi
lembar 4. Selalu tulis nama
dokumentasi jelas dan jam serta
asuhan tanggal tindakan
kebidanan di dilakukan.
rekam medik
pasien sesuai
dengan standar
yang telah
ditentukan.

D. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2010), instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas

yang digunakan oleh peneliti etika dalam mengumpulkan data agar

pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,

lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Adapun instrumen dalam

penelitian ini adalah kuesioner dalam bentuk pertanyaan tertutup dan terbuka.

Untuk variabel supervisi instrumen yang digunakan berupa kuesioner tertutup

yang diberikan langsung kepada supervisi untuk di isi. Sedangkan untuk

variabel tingkat kepatuhan bidan dalam pendokumentasian, instrumen yang

digunakan juga berupa kuesioner tertutup yang diberikan langsung kepada

masing-masing bidan yang ada di Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok

Barat dengan cara mendatangi langsung ke Wilayah Kerja Puskesma

Kecamatan Narmada kabupaten Lombok Barat.


32

E. Lokasi Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Narmada

Kabupaten Lombok Barat.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari tahun 2019 di

Puskesmas Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat.

F. Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data Primer adalah data/materi yang di kumpulkan sendiri oleh

peneliti pada saat berlangsungnya penelitian (Sugiyono, 2010).

a. Data tentang supervisi di Puskesmas Kecamatan Narmada Kabupaten

Lombok Barat di peroleh dari responden dengan menggunakan alat

bantu kuesioner.

b. Data tentang tingkat kepatuhan bidan dalam pendokumentasian di

Puskesmas Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat di peroleh

dari responden dengan menggunakan alat bantu kuesioner.

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data/angka yang diambil dari suatu sumber

dan biasanya data sudah dikomplikasikan terlebih dahulu oleh yang punya

data (Sugiyono, 2010).

Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data tentang gambaran

umum Puskesmas Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat.


33

G. Analisis Data

Analisa data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Analisis Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi dan persentase dari tiap variabel yaitu supervisi dan tingkat

kepatuhan bidan dalam pendokumentasian. Analisis univariat dilakukan

menggunakan rumus berikut : (Notoatmodjo, 2010)

𝑋
𝑃= 𝑥100%
𝑁

Keterangan :

P : Presentase

X : Jumlah kejadian pada responden

N : Jumlah seluruh responden

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Meliputi satu variabel independen

(supervisi) dan variabel dependen (tingkat kepatuhan bidan dalam

pendokumentasian). Kemudian untuk analisis hubungan menggunakan uji

chi square, uji ini dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar

hubungan variabel x dan y. Hasil perhitungan bila p value lebih kecil dari

0,05, maka Ho ditolak, bila p value lebih besar maka Ho diterima. Dalam

penelitian ini alasan menggunakan chi square adalah menguji hubungan


34

supervisi dengan tingkat kepatuhan bidan dalam pendokumentasian di

Puskesmas Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat.

H. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian, mengingat penelitian kebidanan berhubungan

langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan

(Hidayat, 2010).

1. Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan

informed consent adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia maka mereka

harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia,

maka peneliti harus menghormati hak itu. Beberapa informasi yang harus

ada dalam informed consent tersebut antara lain : partisipasi pasien, tujuan

dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur

pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan,

informasi yang mudah di hubungi, dan lain-lain.

2. Anonymity

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data. Peneliti


35

menggunakan nomor register untuk membedakan sampel yang satu

dengan yang lainnya.

3. Confidentiality

Kerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan disajikan sebagai hasil.

I. Alur Penelitian

Surat Pengantar dari Direktur RSUD


Bappeda
Kampus Provinsi NTB

Penelitian Populasi Pengambilan Data


dan Sampel Awal

Penyusunan Ujian Proposal Revisi Proposal


Proposal Penelitian Penelitian Penelitian

Turun ke lahan untuk


Membuat Skripsi Pengolahan Data
pengambilan data

Ujian Skripsi

Gambar 3.1 Alur penelitian hubungan supervisi dengan tingkat kepatuhan bidan
dalam pendokumentasian di Puskesmas Kecamatan Narmada
Kabupaten Lombok Barat.
36

Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian dijelaskan secara umum

sebagai berikut :

1. Survey Literatur

Tahap ini adalah melakukan pengumpulan bahan literatur dan

informasi berkaitan dengan judul penelitian.

2. Identifikasi Masalah

Melakukan identifikasi tentang masalah apa yang akan dibahas

berkaitan dengan supervisi dengan tingkat kepatuhan bidan dalam

pendokumentasian berdasarkan literatur dan informasi yang telah

diperoleh.

3. Studi Pustaka

Mempelajari literatur yang akan digunakan sebagai kajian teori dalam

penelitian ini.

4. Hipotesis

Mengemukakan pertanyaan awal yaitu apakah ada hubungan antara

supervisi dengan tingkat kepatuhan bidan dalam pendokumentasian

5. Menentukan variabel dan sumber data

Menentukan variabel-variabel dan data-data seperti apa yang

dibutuhkan berdasarkan populasi, sampel dan cara pengambilan

sampel. Kemudian menentukan subyek penelitian dan respondennya

6. Menentukan dan Menyusun Instrumen Penelitian


37

Tahap ini adalah penentuan instrumen penelitian yaitu dengan mengisi

kuesioner.

7. Observasi Lapangan dan Perizinan

Melakukan pencarian sumber data dan perizinan penelitian kepada

pihak-pihak yang berkompeten.

8. Mengumpulkan data

Melakukan observasi kepada responden dan perizinan untuk

menghemat waktu, biaya dan tenaga.

9. Pengolahan Data

Pengolahan data terdiri dari pemberian kode variabel, tabulasi,

perhitungan dengan program SPSS untuk kemudian dilakukan tabulasi

kedua.

10. Analisa Data

Merupakan analisa hasil pengolahan data berdasarkan hasil penelitian

dan teori yang ada.

11. Menarik Kesimpulan

Menarik kesimpulan adalah kesimpulan diambil berdasarkan analisa

data dan diperiksa apakah sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.
38

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, 2015. “Hubungan supervisi dengan pendokumentasian asuhan


keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit TK II Kartika Husada Kubu
Raya”

Arwani, 2006. Manajemen Bangsal Keperawatan. (Cetakan. Pertama). Jakarta:


EGC.

Arikunto, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

Keliat, 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.

Linggardini, 2010. Hubungan supervisi dengan pendokumentasian berbasis


komputer yang dipersepsikan perawat pelaksana di instalasi rawat inap
RSUD Banyumas Jawa Tengah.

Hidayat, 2011. Metode penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis. Data.


Jakarta: Salemba Medika.

Muslihatun, 2009. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.

Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam, 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Puskesmas Sedau, 2019. Jumlah Bidan Yang Ada di Puskesmas Sedau. Lombok
Barat. NTB.

Suciati, 2015. Evaluasi Kepatuhan perawat Dalam Penggunaan Alat Pelindung di


RSUD Prambanan.Tesis Universitas MuhammadiyahYogyakart.

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung.


Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,


dan R&D. Bandung: Alfabeta.
39

Sunaryo, 2013. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Suarli & Bahtiar, Y. 2009. Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis.


Jakarta: Erlangga.

Soepardan, 2010. Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC.

Wibowo, 2011. Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajawali Pers.

Wijayanti, 2014. “Hubungan antara supervisi kepala ruang dengan


pendokumentasian asuhan keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah
Ambarawa”.

Wiyana, 2008. Supervisi dalam Keperawatan.


http://www.akpermadiun.ac.id/index.php?link=artikeldtl.php&id=3 diambil
pada tanggal 10 Januari 2019

Anda mungkin juga menyukai