Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan

melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh

melalui pendidikan keperawatan. Peran merupakan tingkah laku yang

diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukannya

dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi

perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan. Peran

perawat adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien/klien,

pendidik/educator, koordinator, kolaborator, konsultan, peneliti (Budiono &

Sumirah, 2015).

Asuhan keperawatan adalah suatu proses pendekatan penyelesaian

masalah yang sistematis dalam pemberian asuhan keperawatan. Kebutuhan

dan masalah klien merupakan titik sentral dalam proses penyelesaian masalah

yang tata cara pelaksanaannya tidak boleh dipisah-pisah antara tahap pertama,

kedua, ketiga dan seterusnya. Kemudian harus selalu dimulai dari tahap

pertama, yaitu pengkajian, baru ke tahap berikutnya, yaitu menegakkan

diagnosis keperawatan, lalu menyusun rencana keperawatan yang mengarah

pada penanganan diagnosis keperawatan, kemudian rencana yang telah

disusun diimplementasikan dan dievaluasi (Budiono & Sumirah, 2015).

Dari hasil penelitian Sri Hartati (2010) mengungkapkan bahwa ada

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan asuhan keperawatan

1
antara lain tingkat pendidikan/pengetahuan, motivasi, beban kerja, pelatihan

dan kinerja. Sebagian besar perawat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

adalah DIII Keperawatan dengan masa kerja diatas 5 tahun dengan rata-rata

pendidikan DIII seharusnya perawat dapat melakukan asuhan keperawatan

dengan baik. Kinerja dikategorikan dari kemampuan yang dimiliki oleh

tenaga perawat dalam melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pasien

yang ditinjau dari aspek pengetahuan perawat atas pelaksanaan asuhan

keperawatan, melaksanakan dan mengikuti pelatihan terutama pelatihan

bidang keperawatan khususnya dalam pembuatan asuhan keperawatan.

Dari hasil penelitian Nurul Nuryani (2014) mengungkapkan bahwa

seorang perawat harus mampu melaksanakan dokumentasi asuhan

keperawatan dalam rekam medis dengan lengkap, jelas, akurat dan dapat

dipahami oleh orang lain. Namun, dalam pelaksanaannya pengisian

dokumentasi asuhan keperawatan dalam rekam medis oleh tenaga perawat

pada dasarnya masih memiliki permasalahan, yaitu masih rendahnya tingkat

pemahaman terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan. Berdasarkan

hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa terdapat hubungan

pengetahuan perawat dengan kelengkapan pengisian dokumentasi asuhan

keperawatan.

Dari hasil penelitian Lutfiani (2015) mengungkapkan bahwa

dokumentasi keperawatan adalah suatu bukti pencatatan dan pelaporan

asuhan keperawatan yang dimiliki oleh perawat yang berguna bagi

kepentingan klien dan perawat, serta memudahkan dalam berkolaborasi

2
dengan Tim Kesehatan lain dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan.

Hasil dari penelitiannya adalah tingkat pengetahuan tenaga perawat diruangan

rawat inap interna laki-laki dan perempuan RSUD Datoe Binangkang

Kotamobagu, tergolong kategori baik.

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Marawola Kabupaten Sigi

merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat. Perawat yang bekerja

di ruang rawat inap berjumlah 13 perawat yang semuanya dituntut untuk

memiliki pengetahuan yang baik tentang penatalaksanaan asuhan

keperawatan. Tingkat pendidikan perawat di Puskesmas Marawola yaitu 1

orang Ners, 1 orang S1 Keperawatan, dan 11 orang D3 Keperawatan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 25 Mei 2019

pada perawat di ruang rawat inap Puskesmas Marawola Kabupaten Sigi, dari

10 rekam medis pasien yang dirawat di ruang rawat inap tersebut ada 3 rekam

medis pada pasien yang asuhan keperawatannya berupa pengkajian pada

pengisian data keluarga pasien tidak terisi lengkap, pada pengisian intervensi

dan implementasi tidak seimbang dimana ada tindakan yang dilakukan oleh

perawat tetapi tidak direncanakan sebelumnya, kemudian pada evaluasi

SOAP tidak terisi lengkap. Pada saat dilakukan wawancara dengan perawat

yang bertugas, perawat mengatakan bahwa mereka tahu tentang asuhan

keperawatan tetapi mereka tidak pernah mengikuti kegiatan seminar tentang

asuhan keperawatan sehingga pengetahuan tentang asuhan keperawatan

hanya didapatkan pada saat belajar dibangku kuliah.

3
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin melakukan

penelitian tentang Pengetahuan Perawat tentang Penatalaksanaan Asuhan

Keperawatan di Ruang rawat inap Puskesmas Marawola Kabupaten Sigi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana Pengetahuan Perawat tentang

Penatalaksanaan Asuhan Keperawatan di Ruang rawat inap Puskesmas

Marawola Kabupaten Sigi”

C. Tujuan Penelitian

Diketahuinya pengetahuan perawat tentang penatalaksanaan asuhan

keperawatan di ruang rawat inap Puskesmas Marawola Kabupaten Sigi.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Marawola

Sebagai bahan bagi tenaga kesehatan khususnya tenaga perawat

dalam memberikan penatalaksanaan asuhan keperawatan.

2. Bagi STIK Indonesia Jaya

Diharapkan penelitian ini dapat berguna dan menambah informasi

juga menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa lainnya.

3. Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini penulis banyak mendapatkan manfaat

dimana wawasan dan pengetahuan penulis bertambah.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a) Pengertian pengkajian keperawatan

Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan

dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data

dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi

status kesehatan klien.

Pengkajian keperawatan merupakan dasar pemikiran dalam

memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.

Pengkajian yang lengkap, dan sistematis sesuai dengan fakta atau

kondisi yang ada pada klien sangat penting untuk merumuskan suatu

diagnosis keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan

sesuai dengan respons individu (Budiono dan Sumirah, 2015).

b) Kegiatan dalam pengkajian keperawatan

Kegiatan pengkajian yang dilakukan oleh seorang perawat dalam

pengumpulan data dasar, yaitu mengkaji identitas atau biodata klien.

Pengumpulan data merupakan suatu kegiatan untuk menghimpun

informasi tentang status kesehatan klien. Status kesehatan klien yang

normal maupun yang senjang hendaknya dapat dikumpulkan. Hal ini

dimaksudkan untuk mengidentifikasi pola fungsi kesehatan klien, baik

5
yang efektif optimal maupun yang bermasalah (Budiono dan Sumirah,

2015).

c) Macam-macam data keperawatan

Macam-macam data keperawatan dapat diperoleh dengan

melakukan pengkajian pada klien menurut Budiono dan Sumirah

(2015), antara lain :

1) Data dasar

Data dasar adalah seluruh informasi tentang status kesehatan

klien. Data dasar ini meliputi data umum, data demografi, riwayat

keperawatan, pola fungsi kesehatan, dan pemeriksaan. Data dasar

yang menunjukkan pola fungsi kesehatan efektif/optimal

merupakan data yang dipakai dasar untuk menegakkan diagnosis

keperawatan sejahtera.

2) Data fokus

Data fokus adalah informasi tentang status kesehatan klien

yang menyimpang dari keadaan normal. Data fokus dapat berupa

ungkapan klien maupun hasil pemeriksaan langsung sebagai

seorang perawat. Data ini yang nantinya mendapat porsi lebih

banyak menjadi dasar timbulnya masalah keperawatan. Segala

penyimpangan yang berupa keluhan hendaknya dapat divalidasi

dengan data hasil pemeriksaan. Sementara itu, untuk bayi atau

klien yang tidak sadar banyak menekannya pada data fokus yang

berupa hasil pemeriksaan.

6
3) Data subjektif

Data yang merupakan ungkapan keluhan klien secara langsung

dari klien maupun tidak langsung melalui orang lain yang

mengetahui keadaan klien secara langsung dan menyampaikan

masalah yang terjadi kepada perawat berdasarkan keadaan yang

terjadi pada klien untuk mendapatkan data subjektif, dilakukan

anamnesis, seperti : “merasa pusing”, “nyeri dada”, dan lain-lain.

4) Data objektif

Data yang diperoleh secara langsung melalui observasi dan

pemeriksaan pada klien. Data objektif harus dapat diukur dan

diobservasi, bukan merupakan interpretasi atau asumsi dari

perawat, contoh : tekanan darah 120/80 mmHg, konjungtiva

anemis.

d) Sumber data keperawatan

Sumber-sumber data yang dapat diperoleh sesuai dengan jenis data

yang dilakukan dengan pengkajian, antara lain :

1) Sumber data primer

Klien sebagai sumber utama data (primer) dan perawat dapat

menggali informasi yang sebenarnya mengenai masalah kesehatan

klien. Apabila klien dalam keadaan tidak sadar, mengalami

gangguan bicara, atau pendengaran, klien masih bayi atau karena

beberapa sebab klien tidak dapat memberikan data subjektif secara

langsung sehingga perawat dapat menggunakan data objektif untuk

7
menegakkan diagnosis keperawatan. Akan tetapi, apabila

diperlukan klarifikasi data subjektif, hendaknya perawat

melakukan anamnesis pada keluarga.

2) Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh selain klien,

yaitu orang terdekat, orang tua, suami atau istri, anak, dan teman

klien, mengalami gangguan keterbatasan dalam berkomunikasi

atau kesadaran yang menurun, misalnya klien bayi atau anak-anak,

atau klien dalam kondisi tidak sadar.

e) Teknik pengumpulan data keperawatan

Teknik pengumpulan data keperawatan menurut Budiono dan

Sumirah (2015) didapatkan pada :

a. Anamnesis

b. Observasi

c. Pemeriksaan fisik

d. Pemeriksaan diagnostik

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan suatu pertanyaan yang

menggambarkan respons manusia (keadaan sehat atau perubahan pola

interaksi aktual/potensial) dari individu atau kelompok secara legal

mengidentifikasi dan dapat memberikan intervensi secara pasti untuk

menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan, atau

mencegah perubahan (Budiono dan Sumirah, 2015).

8
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon

individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan atau proses

kehidupan yang aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi

keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan

kewenangan perawat (NANDA International, 2012).

Berdasarkan NANDA International (2012), diagnosa keperawatan

terbagi atas :

a. Diagnosa keperawatan aktual, Suatu diagnosis aktual menggambarkan

respon manusia terhadap kondisi kesehatan/proses kehidupan yang

benar nyata pada individu, kelompok, atau komunitas.

b. Diagnosa Keperawatan Promosi Kesehatan : Penilaian klinis tentang

motivasi dan keinginan individu, keluarga, kelompok atau komunitas

untuk meningkatkan kesehjateraan dan mewujudkan potensi kesehatan

manusia.

c. Diagnosa Keperawatan Risiko : Kerentanan, terutama sebagai akibat

dari paparan terhadap faktor-faktor yang meningkatkan peluang

kecelakaan atau kehilangan.

d. Diagnosa Keperawatan Syndrom : penilaian klinis menjelaskan

kelompok khusus diagnosa keperawatan yang terjadi bersama dan

paling tepat dihadapi secara bersama-sama dan melalui intervensi yang

serupa.

9
Langkah-langkah menentukan diagnosa keperawatan :

a. Interpretasi data, perawat bertugas membuat interpretasi atas data yang

sudah dikelompokkan dalam bentuk masalah keperawatan atau

masalah kolaboratif. Untuk menuliskan diagnosa keperawatan Gordon

menguraikan komponen yang harus ada sebagai berikut :

1) Diagnosa aktual : komponen terdiri dari tiga bagian, yaitu :

a) Problem/masalah = P

b) Etiologi/penyebab = E

c) Sign and symptom/tanda dan gejala = S

2) Diagnosa resiko, potensial/possible : P+E

3. Intervensi Keperawatan

a. Pengertian perencanaan keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah suatu proses di dalam pemecahan

masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang

dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang

melakukan dari semua tindakan keperawatan (Dermawan, 2012).

b. Tujuan perencanaan keperawatan

Tujuan rencana tindakan dibagi menjadi dua menurut Dermawan

(2012) yaitu :

1) Tujuan administratif

a) Untuk mengidentifikasi fokus keperawatan kepada pasien atau

kelompok.

10
b) Untuk membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi

kesehatan lainnya.

c) Untuk menyediakan suatu kriteria guna pengulangan dan

evaluasi keperawatan.

d) Untuk menyediakan kriteria

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari

rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi,

2012).

Keterampilan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan menurut Budiono

dan Sumirah (2015) antara lain sebagai berikut :

a. Keterampilan kognitif

Keterampilan kognitif mencakup pengetahuan keperawatan yang

menyeluruh. Perawat harus mengetahui alasan bentuk setiap intervensi

terapeutik, memahami respons fisiologis, psikologis normal dan

abnormal, mampu mengidentifikasi kebutuhan dan pemulangan klien,

serta mengenali aspek-aspek promotif kesehatan klien dan kebutuhan

penyakit.

b. Keterampilan interpersonal

Keterampilan interpersonal penting untuk tindakan keperawatan

yang efektif. Perawat harus berkomunikasi dengan jelas pada klien,

keluarganya dan anggota tim keperawatan kesehatan lainnya. Perhatian

dan rasa saling percaya ditunjukan ketika perawat berkomunikasi

11
secara terbuka dan jujur. Penyuluhan dan konseling harus dilakukan

sehingga tingkat pemahamanyang diinginkan dan sesuai dengan

pengharapan klien. Perawat juga harus sensitif pada respons emosional

klien terhadap penyakit dan pengobatan. Penggunaan keterampilan

interpersonal yang sesuai memungkinkan perawat mempunyai

perseptif terhadap komunikasi verbal dan non verbal klien.

c. Keterampilan psikomotor

Keterampilan psikomotor mencakup kebutuhan langsung terhadap

perawatan kepada klien, seperti perawatan luka, memberikan suntikan,

melakukan pengisapan lender, mengatur posisi, membantu klien

memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari, dan lainnya. Perawat

mempunyai tanggung jawab profesional untuk mendapatkan

keterampilan ini. Dalam halnya keterampilan baru, perawat mengkaji

tingkat kompetensi mereka dan memastikan bahwa klien mendapat

tindakan yang aman.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan keperawatan menurut

Budiono dan Sumirah (2015) antara lain :

a. Kemampuan intelektual, teknikal, dan interpersonal

b. Kemampuan menilai data baru

c. Kreativitas dan inovasi dalam membuat modifikasi rencana tindakan

d. Penyesuaian selama berinteraksi dengan klien

e. Kemampuan mengambil keputusan dalam memodifikasi pelaksanaan

12
f. Kemampuan untuk menjamin kenyamanan dan keamanan serta

efektivitas tindakan.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang

dibuat pada tahap perencanaan (Budiono dan Sumirah, 2015).

Tujuan evaluasi antara lain : mengakhiri rencana tindakan

keperawatan, memodifikasi rencana tindakan keperawatan, serta

meneruskan rencana tindakan keperawatan.

B. Tinjauan Umum tentang Pengetahuan Perawat

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2014).

Menurut Notoatmodjo (dalam Wawan dan Dewi, 2010) pengetahuan

seseorang terhadap suatu objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang

berbeda. Secara garis besar dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan, yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan

13
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,

tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehensive)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap obyek atas materi dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek

yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Aplikasi disini dapat diartikan penggunaan hukum-hukum, metode,

prinsip dan sebagainya dalam konteks atau yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam

suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu bentuk kemampuan

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang baru.

14
f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penulisan terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.

2. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Budiman dan Riyanto (2013) faktor yang mempengaruhi

pengetahuan meliputi:

a. Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau

kelompok dan merupakan usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan pelatihan (Budiman & Riyanto, 2013).

b. Informasi/Media Massa adalah suatu teknik untuk mengumpulkan,

menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan,

menganalisis dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu.

Informasi diperoleh dari pendidikan formal maupun nonformal dapat

memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan

perubahan dan peningkatan pengetahuan. Semakin berkembangnya

teknologi menyediakan bermacam-macam media massa sehingga

dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat. Informasi

mempengaruhi pengetahuan seseorang jika sering mendapatkan

informasi tentang suatu pembelajaran maka akan menambah

pengetahuan dan wawasannya, sedangkan seseorang yang tidak sering

15
menerima informasi tidak akan menambah pengetahuan dan

wawasannya.

c. Sosial, Budaya dan Ekonomi Tradisi atau budaya seseorang yang

dilakukan tanpa penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk akan

menambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status

ekonomi juga akan menentukan tersedianya fasilitas yang dibutuhkan

untuk kegiatan tertentu sehingga status ekonomi akan mempengaruhi

pengetahuan seseorang. Seseorang yang mempunyai sosial budaya

yang baik maka pengetahuannya akan baik tapi jika sosial budayanya

kurang baik maka pengetahuannya akan kurang baik. Status ekonomi

seseorang mempengaruhi tingkat pengetahuan karena seseorang yang

memiliki status ekonomi dibawah rata-rata maka seseorang tersebut

akan sulit untuk memenuhi fasilitas yang diperlukan untuk

meningkatkan pengetahuan.

d. Lingkungan mempengaruhi proses masuknya pengetahuan kedalam

individu karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan

direspons sebagai pengetahuan oleh individu. Lingkungan yang baik

akan pengetahuan yang didapatkan akan baik tapi jika lingkungan

kurang baik maka pengetahuan yang didapat juga akan kurang baik.

e. Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman orang lain maupun diri

sendiri sehingga pengalaman yang sudah diperoleh dapat

meningkatkan pengetahuan seseorang. Pengalaman seseorang tentang

suatu permasalahan akan membuat orang tersebut mengetahui

16
bagaimana cara menyelesaikan permasalahan dari pengalaman

sebelumnya yang telah dialami sehingga pengalaman yang didapat bisa

dijadikan sebagai pengetahuan apabila medapatkan masalah yang

sama.

f. Usia Semakin bertambahnya usia maka akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang

diperoleh juga akan semakin membaik dan bertambah.

Menurut Nursalam (2016) pengetahuan seseorang dapat di ukur

dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

Pengetahuan baik : 76% - 100%

Pengetahuan cukup : 56% - 75%

Pengetahuan kurang : < 56%

3. Pengertian Perawat

Perawat adalah seorang profesional yang mempunyai, tanggung

jawab dan kewenangan melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan

pada berbagai jenjang pelayanan keperawatan (Mahyar suara, 2010).

Dalam menjalankan praktik keperawatan harus senantiasa

meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan

pelatihan sesuai dengan tugasnya. Dalam melaksanakan peaktik

keperawatan, perawat juga dituntut melakukan peran dan fungsi

sebagaimana yang diharapkan oleh profesi dan masyarakat sebagai

pengguna jasa pelayanan keperawatan.

17
4. Peran perawat profesional sebagai berikut :

a. Sebagai pemberi asuhan keperawatan (Care giver)

Sebagai pelaku/pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat

memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak

langsung kepada klien, menggunakan pendekatan proses keperawatan

yang meliputi melakukan pengkajian dalam upaya mengumpulkan data

dan informasi yang benar, menegakkan diagnose keperawatan

berdasarkan hasil analisis data, merencanakan intervensi keperawatan

sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan membuat

langkah/cara pemecahan masalah, melaksanakan tindakan keperawatan

sesuai dengan rencana yang ada dan melakukan evaluasi berdasarkan

respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.

b. Sebagai pembela untuk melindungi klien (Client advocate)

Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung

antara klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan

kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan klien memahami

semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim

kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun profesional. Peran

advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai

narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan

terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam

menjalankan peran sebagai advokat (pembela klien) perawat harus

18
dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam

pelayanan keperawatan.

c. Sebagai pemberi bimbingan/konseling klien (Counselor)

Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola

interaksi klien terhadap keadaan sehat-sakitnya. Adanya pola interaksi

ini merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk meningkatkan

kemampuan adaptasinya. Memberikan konseling/bimbingan kepada

klien, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai

prioritas. Konseling diberikan kepada individu/keluarga dalam

mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang

lalu, pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan,

mengubah perilaku hidup kearah perilaku hidup sehat.

d. Sebagai pendidik klien (Educator)

Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan

kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan

keperawatan dan tindakan medik yang diterima sehingga

klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang

diketahuinya. Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan

pendidikan kesehatan kepada kelompok keluarga yang beresiko tinggi,

kader kesehatan, dan lain sebagainya.

19
e. Sebagai kolaborasi (Collaborator)

Perawat bekerjasama dengan tim kesehatan lain dan keluarga

dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan

guna memenuhi kebutuhan kesehatan klien.

f. Sebagai koordinator (Coordinator)

Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang

ada, baik materi maupun kemampuan klien secara terkoordinasi

sehingga tidak ada intervensi yang terlewatkan maupun tumpang tindih

dalam menjalankan peran sebagai koordinator.

g. Sebagai pembaharu (Change agent)

Sebagai pembaharu, perawat mengadakan invasi dalam cara

berfikir, bersikap, bertingkah laku dan meningkatkan keterampilan

klien/keluarga agar menjadi sehat. Elemen ini mencakup perencanaan,

kerjasama, perubahan yang sistematis dalam berhubungan dengan

klien dan cara memberikan perawatan kepada klien.

h. Sebagai sumber informasi (Consultan)

Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan

klien terhadap informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan.

Dengan peran ini dapat dikatakan perawat adalah sumber informasi

yang berkaitan dengan kondisi spesifik klien.

D. Landasan Teori

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,

20
telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan

sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas

perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang

diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata)

(Notoatmodjo, 2005).

Pengetahuan apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku

melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang

positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) daripada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang dalam hal ini pengetahuan yang akan tercakup dalam domain

kognitif mempunyai tingkatan (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Ali (1997) proses keperawatan adalah metode asuhan

keperawatan yang ilmiah, sistematis, dinamis, dan terus-menerus serta

berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan pasien/klien,

di mulai dari pengkajian (pengumpulan data, analisis data, dan penentuan

masalah) diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan penilaian tindakan

keperawatan. Asuhan keperawatan di berikan dalam upaya memenuhi

kebutuhan klien. Menurut A Maslow ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu

kebutuhan fisiologis meliputi oksigen, cairan, nutrisi, kebutuhan rasa aman

dan perlindungan, kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki, kebutuhan akan

harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri.

21
E. Kerangka Pikir

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan. Berdasarkan kerangka pikir yang telah diuraikan

oleh penulis, maka variabel yang diteliti adalah pengetahuan perawat tentang

pelaksanaan asuhan keperawatan di ruang rawat inap Puskesmas Marawola

Kabupaten Sigi. Dari uraian di atas, maka kerangka pikir yang digunakan

dalam melakukan penelitian adalah sebagai berikut :

Penatalaksanaan Asuhan
Keperwatan meliputi :
Pengetahuan Perawat
Pengkajian
Diagnosa
Perencanaan Keperawatan
Implementasi
Evaluasi

Gambar. 2.1 Skema Kerangka Pikir

22
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu suatu

metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat

gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo,

2010). Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran pengetahuan

perawat tentang penatalaksanaan asuhan keperawatan di Ruang Rawat inap

Puskesmas Marawola Kabupaten Sigi.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 10 September sampai

dengan 11 September 2019, bertempat di ruang rawat inap Puskesmas

Marawola Kabupaten Sigi.

C. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variabel yang telah diteliti yakni pengetahuan

perawat yang ada diRuang Rawat inap Puskesmas Marawola Kabupaten

Sigi.

2. Definisi Operasional

a. Pengetahuan perawat tentang penatalaksanaan asuhan keperawatan

Segala sesuatu yang diketahui, dipahami dan diaplikasikan perawat

tentang penatalaksanaan asuhan keperawatan yang terdiri dari

pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi dan evaluasi.

23
Cara ukur : Pengisian Kuesioner

Alat ukur : Kuesioner

Skala ukur : Ordinal

Hasil ukur : 2 = Baik, jika skor jawaban responden benar 76% -

100%

1 = Cukup, jika skor jawaban responden benar

56% - 75%

0 = Kurang, jika skor jawaban responden benar <

(55%)

D. Jenis dan Pengumpulan Data

1. Jenis data

a. Data primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara

langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner yang telah

dipersiapkan terlebih dahulu untuk mendapatkan data yang akurat.

b. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait dengan

penelitian atau dari hasil pencatatan dan pelaporan di Puskesmas

Marawola Kabupaten Sigi.

2. Cara pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner

pada sampel perawat di ruang rawat inap yang mau menjadi

responden. Kuesioner pengetahuan diadaptasi dari kuesioner dari Erna

24
Dwi Wahyuni (2012) dengan judul penelitian “Pengembangan Model

Perilaku Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Berbasis Theory of Planned Behavior di RSD Mardi Waluyo Kota

Blitar”.

Cara pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

kuesioner terdiri dari pertanyaan pengetahuan dan jawaban boleh lebih

dari satu dengan jumlah 15 item pertanyaan, dengan kunci jawaban

nomor 1 benar semua, nomor 2 benar semua, nomor 3 benar semua,

nomor 4 pada pilihan jawaban (1,2 dan 4), nomor 5 pada pilihan

jawaban (1 dan 2), nomor 6 pada pilihan jawaban (4), nomor 7 pada

pilihan jawaban (2, 3 dan 4), nomor 8 pada pilihan jawaban (1), nomor

9 pada pilihan jawaban (3), nomor 10 benar semua, nomor 11 benar

semua, nomor 12 pada pilihan jawaban (1 dan 3), nomor 13 pada

pilihan jawaban (1), nomor 14 benar semua, dan nomor 15 pada

pilihan jawaban (1 dan 2). Pemberian skor yaitu diberi skor 1 jika

menjawab dengan benar dan diberi skor 0 jika menjawab salah.

E. Pengolahan Data

1. Coding

Coding adalah melakukan pengkodean data agar tidak terjadi kekeliruan

dalam melakukan tabulasi data. Coding butir jawaban dengan

menggunakan penelitian.

25
2. Editting

Editing adalah menyeleksi data yang telah didapat dari kuesioner yang

telah dijawab oleh responden untuk mendapatkan data yang akurat.

3. Tabulatting

Tabulating data adalah penyusunan data sedemikian rupa sehingga

memudahkan dalam penjumlahan data dan disajikan dalam bentuk tulisan.

4. Entry data

Entry data adalah memasukkan data kedalam computer.

5. Cleaning

Cleaning data adalah kegiatan mengecek kembali data yang sudah ada dan

sudah dimasukkan, apakah ada kesalahan atau tidak.

6. Describing

Describing adalah kegiatan menggambarkan atau menjelaskan data yang

telah dikumpulkan.

F. Analisa Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa

univariat, bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik

setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010). Analisis Univariat dilakukan

untuk mengetahui frekuensi dan masing-masing variabel yang diteliti baik

variabel bebas dan terikat.

f
Rumus : P= x 100%
N

26
Keterangan : P : presentase

f : jumlah subjek yang ada pada kategori tertentu

N : jumlah atau keseluruhan responden

G. Penyajian Data

Untuk menyajikan data hasil penelitian, penulis menggunakan cara

penyajian data dalam bentuk tabel dan narasi.

H. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan

peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun

populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua perawat yang

bertugas di ruang rawat inap Puskesmas Marawola yang berjumlah 13

orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan subyek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah

seluruh jumlah perawat yang bertugas diruangan rawat inap dengan

menggunakan total population yaitu teknik penetapan sampel dimana

seluruh populasi dijadikan sebagai sampel sehingga jumlah dalam

penelitian ini adalah 13 orang. Responden dalam hal ini adalah perawat

yang memenuhi kriteria inklusi yaitu :

a. Perawat yang bekerja di Puskesmas Marawola

27
b. Berada di ruangan saat penelitian

c. Bersedia diteliti

Kriteria ekslusi sampel yaitu :

Perawat yang berhalangan hadir pada saat penelitian.

28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Marawola merupakan salah satu dari dua Puskesmas yang

ada di Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah

terletak di ibu kota kecamatan di desa Binangga. Luas wilayah kerja

Puskesmas Marawola ± 27,8 km2 yang terdiri dari 8 desa yang ada di

Kecamatan Marawola yang ke 8 desa tersebut masing-masing desa Baliase,

desa Boya Baliase, desa Binangga, desa Padende, desa Sibedi, desa Beka, desa

Bomba, dan desa Lebanu. Secara administrasi desa tersebut dapat ditempuh

dengan kendaraan roda 2 dan roda 4. Puskesmas Marawola merupakan

Puskesmas tipe rawat inap dengan jarak tempuh ± 1 jam dari ibu kota provinsi

dan ibu kota Kabupaten.

Batas wilayah kerja Puskesmas Marawola :

1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas

Mabelopura Kota Palu.

2. Sebelah Timur : Berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas

Tinggede dan daerah Kabupaten Sigi.

3. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas

Kaleke Kabupaten Sigi.

4. Sebelah Barat : Berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas

Kinovaro Kabupaten Sigi.

29
Berdasarkan bentuk permukaan tanah maka desa-desa di wilayah kerja

Puskesmas Marawola terdiri dari dataran dan perbukitan, dengan suhu udara

berkisar 31,1ºC – 35,3ºC : dengan kelembaban udara berkisar 72-82%,

sementara curah hujan tahun 2013 tertinggi pada bulan November-Desember.

B. Temuan Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Penelitian dilakukan terhadap perawat yang bekerja di ruang rawat

inap Puskesmas Marawola Kabupaten Sigi. Responden yang diteliti

adalah 13 responden. Pelaksanaan penelitian mulai tanggal 10 sampai 11

September 2019.

a. Umur Perawat

Dalam penelitian ini umur responden dikelompokkan berdasarkan

kelompok umur menurut Depkes (2009), yaitu usia remaja akhir (17-

25) tahunan, dewasa awal (26-35 tahun), dewasa akhir (36-45 tahun),

lansia awal (46-55 tahun), lansia akhir (56-65 tahun) dan masa manula

(65-atas). Peneliti menggunakan pengelompokkan umur tersebut

karena dalam penelitian ini umur responden yang paling muda adalah

23 tahun (remaja akhir) dan yang paling tua berusia 42 tahun (dewasa

akhir), yang dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:

30
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di ruang
rawat inap Puskesmas Marawola.

Usia Frekuensi Persentase (%)


Remaja akhir 2 16,7
Dewasa awal 5 41,7
Dewasa akhir 5 41,7
Jumlah 12 100
Sumber: Data Primer, 2019

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan

umur responden, persentase kelompok umur 17-25 tahun sebanyak 2

orang (16,7%), kelompok umur 26-35 tahun sebanyak 5 orang

(41,7%), dan kelompok umur 36-45 tahun sebanyak 5 orang (41,7%).

b. Jenis kelamin

Jenis kelamin menurut Hungu (2007) adalah perbedaan antara laki-

laki dan perempuan secara biologis sejak seseorang lahir. Jenis

kelamin dalam penelitian ini dikategorikan menjadi laki-laki dan

perempuan yang dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di


ruang rawat inap Puskesmas Marawola.

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase(%)


1 Laki-laki 2 16,7
2 Perempuan 10 83,3
Total 12 100
Sumber: Data Primer, 2019

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan

jenis kelamin. Responden berjenis kelamin laki-laki berjumlah 2 orang

(16,7%), dan perempuan berjumlah 10 orang (83,3%).

31
c. Pendidikan perawat

Pendidikan tinggi dalam keperawatan dalam penelitian ini

menggunakan kategori pengelompokan pendidikan tinggi keperawatan

menurut Undang-undang Nomor 38 Tahun 2014, yaitu pendidikan

vokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a paling rendah

adalah program Diploma Tiga Keperawatan, pendidikan akademik

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b terdiri atas : program

sarjana keperawatan, program magister keperawatan, dan program

doktor keperawatan. Kemudian pendidikan profesi sebagaimana

dimaksud dalam pasal 5 huruf c terdiri atas : program profesi

keperawatan dan program spesialis keperawatan.

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan di


ruang rawat inap Puskesmas Marawola.

No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)


1 Vokasi 9 75,0
2 Akademik 3 25,0
Total 12 100
Sumber : Data primer, 2019

Berdasarkan pada tabel 4.3 tentang pendidikan responden yang

memiliki pendidikan terbanyak adalah pendidikan vokasi (75,0%).

d. Lama kerja

Masa kerja dalam penelitian ini menggunakan kategori

pengelompokan masa kerja menurut Siagian (2008), yaitu masa kerja

katregori (<5 tahun) dan masa kerja lama (>5 tahun). Peneliti

menggunakan kategori pengelompokan masa kerja ini karena masa

32
kerja responden masih ada yang di bawah 5 tahun (baru) ada juga yang

sudah berkerja lebih 5 tahun (lama). Hal tersebut dapat dilihat pada

tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan masa kerja di


ruang rawat inap Puskesmas Marawola.

No Lama Kerja ( Tahunan) Frekuensi Persentase (%)


1 <5 4 33,3
2 >5 8 66,7
Total 12 100
Sumber : Data primer, 2019

Tabel 4.4 menunjukan bahwa sebagian besar Responden memiliki

lama kerja >5 tahun sebanyak (66,7%).

2. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian.

Analisis dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi

dan persentase dari variabel pengetahuan perawat tentang penatalaksanaan

asuhan keperawatan. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui,

dipahami dan diaplikasikan perawat.

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan pengetahuan


perawat tentang penatalaksanaan asuhan keperawatan di ruang
rawat inap Puskesmas Marawola.

No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)


1 Kurang 6 50,0
2 Cukup 1 8,3
3 Baik 5 41,7
Total 12 100
Sumber : Data primer, 2019

33
Berdasarkan pada tabel 4.5 terlihat jumlah Responden 12,

Responden yang mempunyai pengetahuan kurang tentang penatalaksanaan

asuhan keperawatan yang terbanyak adalah (50,0%).

C. Pembahasan

Hasil penelitian ini yaitu Pengetahuan Perawat tentang Penatalaksanaan

Asuhan Keperawatan di ruang rawat inap Puskesmas Marawola Kabupaten

Sigi. Berdasarkan tabel 4.5 menunjukan bahwa perawat yang berpengetahuan

kurang tentang penatalaksanaan asuhan keperawatan di ruang rawat inap

Puskesmas Marawola Kabupaten Sigi adalah 6 orang perawat (50,0%), baik 5

orang (41,7%) dan cukup 1 orang (8,3%). Dari jawaban kuesioner responden

yang menunjukkan hasil pengetahuan yang kurang ditunjukkan dari

pertanyaan nomor 9 yaitu dalam penulisan dokumentasi asuhan keperawatan

merupakan pelaksanaan fungsi.

Asumsi peneliti adalah secara umum dapat dilihat dari hasil penelitian

mengenai pengetahuan perawat tentang penatalaksanaan asuhan keperawatan

di ruang rawat inap Puskesmas Marawola Kabupaten Sigi, responden

menunjukkan berpengetahuan kurang.

Perawat yang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang kurang

tentang penatalaksanaan asuhan keperawatan, berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan pada tanggal 10 sampai dengan 11 September ditemukan 6

perawat yang berpengetahuan kurang. Dapat dilihat dari hasil jawaban

responden pada kuesioner penelitian dimana perawat belum mampu

34
memahami dan menjawab benar setiap pertanyaan. Faktor lain berdasarkan

pengalaman yang dapat di lihat dari karakteristik responden menurut masa

kerja, dari 12 responden dengan masa kerja <5 tahun terdapat 4 responden

yang berpengetahuan kurang (100%). Kemudian dari 12 responden dengan

masa kerja >5 tahun terdapat 2 responden berpengetahuan kurang (25,0%), 1

responden berpengetahuan cukup (12,5%) dan 5 responden berpengetahuan

baik (62,5%). Karena semakin lama seseorang berada di suatu lingkungan

kerja, maka semakin ia memahami situasi dan kondisi lingkungan kerjanya.

Hal ini berarti semakin lama masa kerja perawat maka kinerja perawat dalam

melakukan penatalaksanaan asuhan keperawatan akan semakin baik.

Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2014), menyatakan bahwa

pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang

diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

Teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007), menyebutkan bahwa

ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan perilaku seseorang

untuk menjadi taat atau tidak terhadap program pelayanan kesehatan yang

salah satu nya di pengaruhi faktor predisposisi. Faktor predisposisi merupakan

faktor utama yang ada didalam diri individu yang terwujud dalam bentuk

pengetahuan.

Responden yang memiliki pengetahuan yang baik ditunjang oleh

beberapa karakteristik di antaranya dilihat dari tingkat pendidikan kebanyakan

responden memiliki pendidikan Vokasi yaitu 9 orang, dan jumlah responden

35
yang memiliki pendidikan Akademik 3 orang. Meskipun pendidikan

Akademik lebih sedikit di banding dengan pendidikan Vokasi , namun

responden yang memiliki pendidikan Akademik telah memiliki pendidikan

yang lebih tinggi yang berpengaruh pada pengetahuan yang dimiliki, karena

pendidikan sangat berperan penting dalam mempengaruhi pengetahuan

seseorang, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin tinggi

pula keinginan seseorang untuk memanfaatkan pengetahuan serta

keterampilan yang diperoleh selama pendidikan.

Menurut Notoatmodjo (2012), tingkat pendidikan merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang atau lebih mudah menerima

ide-ide dan teknologi. Pendidikan meliputi peranan penting dalam

menentukan kualitas manusia. Dengan pendidikan manusia dianggap akan

memperoleh pengetahuan implikasinya. Semakin tinggi pendidikan, hidup

manusia semakin berkualitas karena pendidikan yang tinggi akan

membuahkan pengetahuan yang baik yang menjadikan hidup yang

berkualitas. Didukung oleh teori Nawawi (2011), yaitu semakin tinggi

pendidikan akan semakin tinggi keinginan untuk memanfaatkan pengetahuan

dan keterampilan, juga akan memiliki kecenderungan untuk melakukan

tuntutan, juga harapan yang lebih tinggi.

Pengetahuan juga dapat dipengaruhi oleh usia, responden yang berusia

remaja akhir (17-25) 2 orang, dewasa awal (26-35) 5 orang, dan dewasa akhir

(36-45) 5 orang. Dari hasil penelitian didapatkan perawat yang

berpengetahuan kurang dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan pada usia

36
remaja akhir sebanyak 1 orang, dewasa awal sebanyak 2 orang dan dewasa

akhir 3 orang.

Notoatmodjo (2014), menyatakan bahwa usia juga mempengaruhi

terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan

semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga

pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Pada usia madya, individu

akan lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan

diri menuju usia tua, selain itu usia madya akal lebih banyak menggunakan

banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah,

dan kemampuan verbal. Didukung oleh teori Hurlock (2011), yang

menyatakan bahwa rentang usia dewasa awal dan dewasa akhir, dimana

seorang individu sedang berada dalam masa produktivitas dan semangat kerja

yang tinggi, pada usia tersebut seorang individu akan bersikap lebih kritis

dalam menanggapi segala aksi yang ada dilingkungan sekitarnya, ingin bakat

yang dirinya miliki dapat tersalurkan dan diapresiasi oleh lingkungan tempat

dirinya berada tak terkecuali lingkungan kerja.

Menurut Notoatmodjo (2007) yang menyatakan bahwa salah satu aspek

yang mempengaruhi tindakan perawat adalah aspek kognitif atau aspek dari

perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan. Aspek kognitif

merupakan aspek yang berkaitan dengan nalar atau proses berpikir, yaitu

kemampuan dan aktivitas otak untuk mengembangkan kemampuan rasional.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwi Nuryani

(2014), Pengetahuan dan Sikap Perawat terhadap Kelengkapan

37
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit H yang

menunjukkan pengetahuan perawat tentang pendokumentasian asuhan

keperawatan sebagian besar berpengetahuan kurang (47,7%).

Namun, berbeda dengan penelitian Lutfiani (2015), Gambaran tingkat

pengetahuan perawat dalam penerapan standar asuhan keperawatan diruangan

rawat inap interna RSUD Datoe Bhinangkang yang menunjukkan tingkat

pengetahuan tenaga perawat diruangan rawat inap interna laki-laki dan

perempuan RSUD Datoe Binangkang Kotamobagu, tergolong kategori baik.

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi di

masa lalu. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu

suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Menurut Ranupendoyo

dan Saud (2005), menyatakan bahwa masa kerja dapat menggambarkan

pengalamannya dalam menguasai bidang tugasnya. Pada umumnya, petugas

dengan pengalaman kerja yang tidak memerlukan bimbingan dibandingkan

dengan petugas yang pengalamannya sedikit. Semakin lama seseorang bekerja

pada suatu organisasi maka akan semakin berpengalaman orang tersebut

sehingga kecakapan kerjanya semakin baik. Hal ini sejalan dengan teori

Kreitner (2010), yaitu menyatakan bahwa pengalaman yang dilihat dari masa

kerja yang lama cenderung membuat seseorang merasa betah dalam sebuah

organisasi.

38
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang peneliti lakukan,

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengetahuan perawat tentang

penatalaksanaan asuhan keperawatan di ruang rawat inap Puskesmas

Marawola sebagian besar dalam kategori kurang.

B. Saran

1. Bagi Puskesmas Marawola

Diharapkan bagi Puskesmas Marawola agar lebih meningkatkan

mutu pelayanan kesehatan bagi setiap pasien yang akan menerima

pelayanan kesehatan khususnya di ruang rawat inap.

2. Bagi perawat di ruang rawat inap

Diharapkan agar penelitian ini dapat menjadi masukan bagi perawat

di ruang rawat inap agar lebih meningkatkan pengetahuan yang baik dalam

memberikan asuhan keperawatan kepada pasien khususnya dalam

penatalaksanaan asuhan keperawatan.

3. Bagi peneliti

39
Semoga dengan adanya penelitian ini menjadi koreksi peneliti

dalam melakukan penatalaksanaan asuhan keperawatan, serta menjadi

lebih meningkatkan pengetahuan sehingga akan terwujud peneliti yang

lebih baik demi kemajuan khususnya dunia keperawatan. Saran untuk

penelitian selanjutnya adalah agar peneliti mengembangkan penelitian ini.

Peneliti juga perlu menggali lebih dalam tentang proses keperawatan,

sehingga akan lebih baik jika penelitian selanjutnya menggunakan teknik

wawancara dalam pengambilan data. Dalam pengambilan data, peneliti

juga harus meyakinkan kepada calon responden tentang pentingnya

penelitian dan manfaat penelitian sehingga akan meminimalisir

ketidaksetujuan calon responden menjadi sampel penelitian. Disamping

itu, pendekatan dan komunikasi yang baik kepada responden akan

mempengaruhi bagaimana responden berpartisipasi dengan baik pada

penelitian.

40
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. (1997). Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung :


Angkasa.

Budiman & Riyanto. (2013). Kapita Kuisioner Pengetahuan dan Sikap dalam
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.

Budiono dan Sumirah. (2015). Konsep Dasar Keperawatan. Bumi Medika.


Jakarta.

Dermawan, Deden. (2012). Proses Keperawatan Penerapan Konsep dan


Kerangka Kerja. Gosyen Publishing : Yogyakarta.

Hartati, Sri. (2010). Kualitas Dokumentasi Asuhan Keperawatan di ruang rawat


inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Lutfiani. (2015). Gambaran tingkat pengetahuan perawat dalam penerapan


standar asuhan keperawatan diruangan rawat inap interna RSUD Datoe
Bhinangkang. Universitas Sam Ratulangi.

NANDA International. (2012). Nursing Diagnosis : Definition & Classifications


2012-2014. Jakarta : EGC.

Notoatmodjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka


Cipta.

Notoatmodjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka


Cipta.

Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo. (2014). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka


Cipta.

41
Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba


Medika.

Nuryani, Nurul. (2014). Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Kelengkapan


Dokumentasi Asuhan Keperawatan di RSUD dr.Soekardjo Kota
Tasikmalaya. Poltekes Kemenkes Tasikmalaya.

Panggabean, Pash. Sirait, Esron. Banne R, Noviany. AB, Subardin. Pelima,


Robert. Marleni, Ni Made Rai. Sri, Purwaningsih. Wartana, I Kadek.
(2017). Pedoman Penulisan Proposal Skripsi STIK-IJ, Palu.

Profil Pusat Kesehatan Masyarakat Marawola (2018)

Setiadi. (2012). Konsep & penulisan dokumentasi asuhan keperawatan.


Yogyakarta : Graha Ilmu.

Suara, Mahyar. (2010). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Trans info media.

Wahyuni, Erna .D. (2012). Pengembangan Model Perilaku Perawat dalam


Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Berbasis Theory of Planned
Behavior di RSD Mardi Waluyo Kota Blitar. Universitas Airlangga.

Departemen Kesehatan RI. (2009). Kategori Usia. Dalam http://kategori-umur-


menurut-Depkes.html. Diakses pada tanggal 12 September 2019

Hungu. (2007). Pengertian Jenis Kelamin. Dapat dibuka pada situs


http://www.scribd.com/doc/143354392/BAB-II-Tinjauan-Gender

Siagian, Sondang. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi Pertama).


Jakarta : Binapura Aksara.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentang keperawatan

Hurlock, Elizabeth B. (2011). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan


Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

Nawawi. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia : Untuk Bisnis Yang


Kompetitif. Gajahmada University Press, Yogyakarta.

Kreitner, Kinicki. (2010). Organizational Behavior. New York : McGraw-Hill.

42
43

Anda mungkin juga menyukai