DEFINISI
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi, dan
lebih dari 18 jam pada multi.
Partus kasep, menurut Harjono adalah merupakan fase terakhir dari suatu partus
yang macet dan berlangsung terlalu lama sehingga timbul gejala-gejala seperti dehidrasi,
infeksi, kelelahan ibu, serta asfiksia dan Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK).
Berbeda dengan partus tidak maju, yaitu suatu persalinan dengan his yang adekuat
yang tidak menunjukkan pada pembukaan serviks, turunnya kepala, dan putar paksi
selama 2 jam terakhir. Persalinan pada primitua biasanya lebih lama. Pendapat umum
ada yang mengatakan bahwa persalinan banyak terjadi pada malam hari, ini disebabkan
kenyataan bahwa biasanya persalinan berlangsung selama 12 jam atau lebih, jadi
permulaan dan berakhirnya partus biasanya malam hari.
B. ETIOLOGI
Sebab-sebab terjadinya partus kasep (partus lama) ini adalah multikomplek, dan
tentu saja bergantung pada pengawasan selagi selama hamil, pertolongan persalinan yang
baik, dan pelaksanaannya.
2. Kelainan-kelainan panggul
3. Kelainan his
6. Primitua
2. Faktor janin
1. Pada ibu :Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernafasan
cepat, dan metrocrismus. Di daerah local sering dijumpai : Ring v/d Bandl, oedema
vulva, oedema serviks, cairan ketuban berbau, terdapat mekonium.
2. Pada janin :
a. Denyut jantung janin cepat / hebat / tidak teratur bahkan negative, air ketuban
terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, dan berbau.
E. PATOFISIOLOGI
1. Penumpang
cara penumpang atau janin bergerak disepanjang jalan lahir merupakan akibat
interaksi beberapa faktor yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi
janin.
2. Jalan lahir
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul,
vagina dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak khususnya
lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu
lebih berperan dalam proses persalinan janin. Maka dari itu ukuran dan bentuk
panggul harus ditentukan sebelum persalinan.
3. Kekuatan ibu (powers)
Kekuatan ibu melakukan kontraksi involunter dan volunter. Posisi ibu mempengaruhi
adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan, posisi tegak memberi sejumlah keuntungan
yaitu rasa letih hilang, merasa nyaman dan memperbaiki sirkulasi.
Pada kala II memanjang upaya mengedan ibu menambahi resiko pada bayi karena
mengurangi jumlah oksigen ke placenta dianjurkan mengedan secara spontan jika
tidak ada kemajuan penurunan kepala maka dilakukan ektraksi vakum untuk
menyelamatkan janin dan ibunya (Simkin, 2005).
Dengan tindakan vakum ekstraksi dapat menimbulkan komplikasi pada ibu seperti
robekan pada servik uteri dan robekan pada dinding vagina. Robekan servik (trauma
jalan lahir) dapat menyebabkan nyeri dan resiko terjadinya infeksi (Doenges, 2001) dan
komplikasi pada janin dapat menyebabkan subgaleal hematoma yang dapat
menimbulkan ikterus neonatorum jika fungsi hepar belum matur dan terjadi nekrosis
kulit kepala yang menimbulkan alopenia (Prawirohardjo, 2002).
F. Pathways
Ansietas
Tindakan vacum
ekstraksi
Ketidakseimbangan
Resiko infeksi
cairan dan elektrolit
G. PENATALAKSANAAN KALA II
1. Setelah pembukaan lengkap memimpin ibu untuk meneran apabila timbul dorongan
spontan untuk melakukan hal itu
2. Beristirahat pada posisi yang nyaman bagi ibu
3. Memantau kondisi janin
4. Bila igin meneran, tetapi pembukaan belum lengkap anjurkan ibu untuk bernapas
cepat atau biasa, atur posisi agar nyaman, upayakan tidak meneran hingga pembukaan
lengkap
5. Bila pembukaan sudah lengkap tetapi ibu tidak ingin meneran anjurkan untuk
mobilisasi atau mengubah-ubah posisi hingga timbul dorongan untuk meneran
6. Bila kontraksi kuat tetapi ibu tidak ingin meneran setelah 60 menit dari sejak
pembukaan lengkap, pimpin untuk meneran saat kontraksi puncak ( beri asupan
nutrisi yang cukup ).
7. Bila 60 menit setelah itu kelahiran bayi masih belum terjadi rujuk ibu ke fasilitas
rujukan.
H. Diagnosa Keperawatan
I. Rencana Keperawatan
Intervensi:
a. Kaji secara terus menerus ketidaknyamanan klien.
Rasional: data dasar terbaru untuk merencanakan perawatan.
b. Kaji status pernapasan klien.
Rasional: penurunan kapasitas pernapasan saat uterus menekan diafragma,
mengakibatkan dispnea khususnya pada multigravida, yang tidak mengalami
kelegaan dengan ikatan antara bayi dalam kandungannya.
c. Perhatikan adanya keluhan ketegangan pada punggung dan perubahan cara jalan.
Rasional: lordosis dan regangan otot disebabkan pengaruh hormone (relaxing-
progesteron) pada sambungan pelvis dan perpindahan pusat gravitasi sesuai
dengan pembesaran uterus.
1. Ansietas b/d adanya faktor-faktor resiko khusus, krisis situasi, ancaman pada konsep
diri, konflik disadari dan tidak disadari tentang nilai-nilai esensial dan tujuan hidup,
kurang informasi.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kecemasan
berkurang/hilang.
Intervensi:
a. Kaji, sifat, sumber dan manifestasi kecemasan.
Rasional: mengidentifikasi perhatian pada bagian khusus dan menentukan arah
dan kemungkinan pilihan/ intervensi.
b. Berikan informasi tentang penyimpangan genetic khusus, resiko yang dalam
reproduksi dan ketersediaan tindakan/pilihan diagnosa.
Rasional: dapat menghilangkan ansietas berkenaan dengan ketidaktahuan dan
membantu keluarga mengenai stress, membuat keputusan, dan beradaptasi secara
positif terhadap pilihan.
b. Lakukan protap pencucian tangan bagi setiap orang yang kontak dengan klien
Rasional: Mencegah infeksi silang
Chapman, Vicky. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. Jakarta. EGC.
Manuaba , I. B. G. 2001. Kapita Selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan KB.
Jakarta : EGC.
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo, S. 2005. Ilmu kebidanan. Jakarta : YBPSP