Disusun oleh:
SARWANTO
(P1337420921189)
2022
Konsep Evidence Base Practice
Evidence Based Practice (EBP) adalah proses penggunaan bukti-bukti terbaik yang jelas,
tegas dan berkesinambungan guna pembuatan keputusan klinik dalam merawat individu
pasien. Dalam penerapan EBP harus memenuhi tiga kriteria yaitu berdasar bukti empiris,
sesuai keinginan pasien, dan adanya keahlian dari praktisi.
Model Stetler dikembangkan pertama kali tahun 1976 kemudian diperbaiki tahun 1994 dan
revisi terakhir 2001. Model ini terdiri dari 5 tahapan dalam menerapkan Evidence Base
Practice Nursing.
a) Tahap persiapan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah atau isu yang muncul,
kemudian menvalidasi masalah dengan bukti atau landasan alasan yang kuat.
b) Tahap validasi. Tahap ini dimulai dengan mengkritisi bukti atau jurnal yang ada (baik
bukti empiris, non empiris, sistematik review), kemudian diidentifikasi level setiap bukti
menggunakan table “level of evidence”. Tahapan bisa berhenti di sini apabila tidak ada bukti
atau bukti yang ada tidak mendukung.
c) Tahap evaluasi perbandingan/ pengambilan keputusan. Pada tahap ini dilakukan
sintesis temuan yang ada dan pengambilan bukti yang bisa dipakai. Pada tahap ini bisa
muncul keputusan untuk melakukan penelitian sendiri apabila bukti yang ada tidak bisa
dipakai.
d) Tahap translasi atau aplikasi. Tahap ini memutuskan pada level apa kita akan
melakukan penelitian (individu, kelompok,organisasi). Membuat proposal untuk penelitian,
menentukan strategi untuk melakukan diseminasi formal dan memulai melakukan pilot
projek.
e) Tahap evaluasi. Tahap evaluasi bisa dikerjakan secara formal maupun non formal,
terdiri atas evaluasi formatif dan sumatif, yang di dalamnya termasuk evaluasi biaya. Model
IOWA
Model IOWA diawali dengan adanya trigger atau masalah. Trigger bisa berupa knowledge
focus atau problem focus. Jika masalah yang ada menjadi prioritas organisasi, maka baru
dibentuklah tim. Tim terdiri atas dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain yang tertarik
dan paham dalam penelitian. Langkah berikutnya adalah minsintesis bukti-bukti yang
ada.Apabila bukti yang kuat sudah diperoleh, maka segera dilakukan uji coba dan hasilnya
harus dievaluasi dan didiseminasikan.
Peran perawat melayani penting dalam memastikan dan menyediakan praktik berbasis
fakta. Mereka harus terus-menerus mengajukan pertanyaan, “Apa fakta untuk intervensi
ini?” atau “Bagaimana kita memberikan praktik terbaik?” dan “Apakah ini hasil terbaik yang
dicapai untuk pasien, keluarga dan perawat?” Perawat juga posisi yang baik dengan
anggota tim kesehatan lain untuk mengidentifikasi masalah klinis dan menggunakan bukti
yang ada untuk meningkatkan praktik. Banyak kesempatan yang ada bagi perawat untuk
mempertanyakan praktik keperawatan saat itu dan penggunaan bukti untuk melakukan
perawatan lebih efektif.
Hambatan dari perawat untuk menggunakan penelitian dalam praktik sehari-hari telah
dikutip dalam berbagai penelitian, diantaranya (Clifford &Murray, 2001) antara lain :
1) Kurangnya nilai untuk penelitian dalam praktek
11) Kompleksitas laporan penelitian12) Kurangnya pengetahuan tentang EBP dan kritik
dari artikel
1. Dalam penelitian kuantitatif, peneliti menggunakan objektif, data kuantitatif (seperti
tekanan darah atau denyut nadi) atau menggunakan instrument survey untuk mengukur
pengetahuan, sikap, kepercayaan atau pengalaman.
2. Peneliti kualitatif menggunakan metode seperti wawancara atau analisis narasi untuk
membantu memahami fenomena tertentu.
Langkah pertama adalah mengidentifikasi masalah atau isu praktek klinis. Sebagai
konsekuensinya, ini adalah langkah yang paling sulit karena dibutuhkan banyak pemikiran
danu paya untuk menyempurnakan pernyataan masalah untuk mengembangkan bukti-
praktik keperawatan berdasar projects.
Langkah ke dua adalah mengumpulkan dan menilai bukti, bukti empiris (penelitian) dan
bukti non empiris. Bukti nonempiris penting untuk mendukung perubahan praktik,
sedangkan bukti empiris adalah dengan evidence termasuk uji klinis, non eksperimental dan
meta analisis. Harus dibedakan studi penelitian yang sebenarnya dengan yang bukan
penelitian.Jurnal keperawatan sangat baik dimana mengarahkan pengarang untuk
memberikan judul sehingga pembaca dapat menemukan komponen penting dari sebuah
artikel penelitian.Bukti non empiris meliputi ulasan literatur yang diterbitkan, pendapat dari
artikel dan protocol/pedoman serta literature review penelitian yang dipublikasikan.
Langkah pertama adalah dengan melihat abstract untuk menyaring artikel yang relevan,
kemudian membaca hasil penelitian sehingga didapatkan suatu ide penelitian dan
pengaruhnya terhadap implikasi keperawatan.
Langkah ini sangat penting untuk keberhasilan peubahan praktik keperawatan yang kita
usulkan.Sintesis temuan pada kelompok studi penelitian empiris dianggap kredibel. Hal ini
dilakukan dengan melakukan analisis, pada analisis isi memeriksa temuan untuk dijadikan
tema.
Tahap berikutnya yang perlu disintesis adalah keahlian klinis dan preferensi dari nilai-
nilai.Diperlukan seseorang yang memiliki keahlian klinis di bidang atau topic tertentu.
Dengan pendekatan multidisiplin akan memastikan analisis mendalam tentang hasil
penelitian yang dianalisis.
Hasil Analisis Jurnal (PICOT)
Efek terburuk dari tidur yang buruk mungkin tidak akan langsung
dirasakan pada waktu malam hari, akan tetapi bagaimana hal tersebut
dapat mempengaruhi aktivitas di siang hari, baik secara fisik maupun
emosional. Tidur adalah fenomena alami yang merupakan kebutuhan
hidup manusia dan memiliki porsi rata – rata hampir seperempat
hingga sepertiga waktu normal (6-8 jam) digunakan untuk tidur. Tidur
diperlukan oleh manusia untuk pembentukan sel – sel tubuh yang baru
dan perbaikan sel - sel tubuh yang rusak (natural healing mechanism),
serta memberi waktu organ tubuh untuk beristirahat maupun untuk
menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh (Setiyo,
2007).
(Intervention) Intervensi yang digunakan dalam masalah ini adalah untuk membuat
I mahasiswa-mahasiswa sadar kalau sebagai mahasiswa kita juga perlu
waktu tidur yang cukup, supaya kondisi fisik dan psikologis kita juga
menjadi baik. Disini menawarkan intervensi yamg mana kita harus
tidur apabila mata atau kondisi tubuh sudah ingin tidur dan kita
bangun apabila kondisi tubuh kita ingin bangun atau sudah pulih dan
sudah beristirahat.
Outcome (O) Metode Penelitian ini bersifat survei analitik dengan pendekatan
retrospektif. Sampel diambil dengan teknik pengambilan Purposive
Sampling yaitu sebanyak 36 sampel. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
dan lembar observasi Kartu Hasil Studi (KHS) Semester IV. Hasil
penelitian menggunakan analisis uji statistik Chi Square Continuity
Correction dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 atau 95%. Hasil uji
statistik didapatkan nilai P = 0,037 dan sebagian besar responden
mahasiswa semester IV T.A. 2017-2018 mengalami gangguan pola
tidur kurang baik juga pencapaian prestasi akademik kurang baik
setengah dari jumlah responden yaitu sebanyak 18 responden yang
memiliki nilai indeks prestasi <3.00 serta terdapat hubungan antara
hubungan pola tidur dengan prestasi akademik mahasiswa, bahwa pola
tidur yang kurang baik dapat mempengaruhi prestasi akademik
menjadi kurang baik.
Time (T) -