Anda di halaman 1dari 8

Tugas individu komunitas

Nama: Octavia Maria Michaelis

Nim: 144011.01.21.463
TUGAS ABSENSI MATA KULIAH EBNP TAHUN 2019

Oleh :

Muhammad Hidayat (1714201110030)

Mahasiwa S1 Keperawatan / Semester 3

Konsep Evidence Base Practice

Evidence Based Practice (EBP) adalah proses penggunaan bukti-bukti terbaik yang jelas,
tegas dan berkesinambungan guna pembuatan keputusan klinik dalam merawat individu
pasien. Dalam penerapan EBP harus memenuhi tiga kriteria yaitu berdasar bukti empiris,
sesuai keinginan pasien, dan adanya keahlian dari praktisi.

1. Model EBP Model Stetler

Model Stetler dikembangkan pertama kali tahun 1976 kemudian diperbaiki tahun 1994 dan
revisi terakhir 2001. Model ini terdiri dari 5 tahapan dalam menerapkan Evidence Base
Practice Nursing.

a) Tahap persiapan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah atau isu yang muncul,
kemudian menvalidasi masalah dengan bukti atau landasan alasan yang kuat.
b) Tahap validasi. Tahap ini dimulai dengan mengkritisi bukti atau jurnal yang ada (baik
bukti empiris, non empiris, sistematik review), kemudian diidentifikasi level setiap bukti
menggunakan table “level of evidence”. Tahapan bisa berhenti di sini apabila tidak ada bukti
atau bukti yang ada tidak mendukung.

c) Tahap evaluasi perbandingan/ pengambilan keputusan. Pada tahap ini dilakukan sintesis
temuan yang ada dan pengambilan bukti yang bisa dipakai. Pada tahap ini bisa muncul
keputusan untuk melakukan penelitian sendiri apabila bukti yang ada tidak bisa dipakai.

d) Tahap translasi atau aplikasi. Tahap ini memutuskan pada level apa kita akan melakukan
penelitian (individu, kelompok,organisasi). Membuat proposal untuk penelitian, menentukan
strategi untuk melakukan diseminasi formal dan memulai melakukan pilot projek.

e) Tahap evaluasi. Tahap evaluasi bisa dikerjakan secara formal maupun non formal, terdiri
atas evaluasi formatif dan sumatif, yang di dalamnya termasuk evaluasi biaya. Model IOWA
Model IOWA diawali dengan adanya trigger atau masalah. Trigger bisa berupa knowledge
focus atau problem focus. Jika masalah yang ada menjadi prioritas organisasi, maka baru
dibentuklah tim. Tim terdiri atas dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain yang tertarik dan
paham dalam penelitian. Langkah berikutnya adalah minsintesis bukti-bukti yang
ada.Apabila bukti yang kuat sudah diperoleh, maka segera dilakukan uji coba dan hasilnya
harus dievaluasi dan didiseminasikan.

Implikasi EBP Bagi Perawat

Peran perawat melayani penting dalam memastikan dan menyediakan praktik berbasis fakta.
Mereka harus terus-menerus mengajukan pertanyaan, “Apa fakta untuk intervensi ini?” atau
“Bagaimana kita memberikan praktik terbaik?” dan “Apakah ini hasil terbaik yang dicapai
untuk pasien, keluarga dan perawat?” Perawat juga posisi yang baik dengan anggota tim
kesehatan lain untuk mengidentifikasi masalah klinis dan menggunakan bukti yang ada untuk
meningkatkan praktik. Banyak kesempatan yang ada bagi perawat untuk mempertanyakan
praktik keperawatan saat itu dan penggunaan bukti untuk melakukan perawatan lebih efektif.

Pentingnya EBP Mengapa EBP penting untuk praktik keperawatan


1) Memberikan hasil asuhan keperawatan yang lebih baik kepada pasien
2) Memberikan kontribusi perkembangan ilmu keperawatan
3) Menjadikan standar praktik saat ini dan relevan
4) Meningkatkan kepercayaan diri dalam mengambil keputusan
5) Mendukung kebijakan dan rosedur saat ini dan termasuk menjadi penelitian terbaru
6) Integrasi EBP dan praktik asuhan keperawatan sangat penting untuk meningkatkan
kualitas perawatan pada pasien.

Hambatan Untuk Menggunakan EBP

Hambatan dari perawat untuk menggunakan penelitian dalam praktik sehari-hari telah dikutip
dalam berbagai penelitian, diantaranya (Clifford &Murray, 2001) antara lain :
1) Kurangnya nilai untuk penelitian dalam praktek

2) Kesulitan alam mengubah praktek

3) Kurangnya dukungan administratif

4) Kurangnya mentor berpengetahuan

5) Kurangnya waktu untuk melakukan penelitian

6) Kurangnya pendidikan tentang proses penelitian

7) Kurangnya kesadaran tentang praktek penelitian atau berbasis bukti

8) Laporan Penelitian/artikel tidak tersedia

9) Kesulitan mengakses laporan penelitian dan artikel

10) Tidak ada waktu dalam bekerja untuk membaca penelitian

11) Kompleksitas laporan penelitian12) Kurangnya pengetahuan tentang EBP dan kritik
dari artikel

13) Merasa kewalahan

Konsep Penelitian Keperawatan


Penelitian keperawatan melibatkan penyelidikan sistematis yang dirancang khusus untuk
mengembangkan, memperbaiki, dan memperluas pengetahuan keperawatan. Sebagai bagian
dari disiplin klinis dan professional, perawat memiliki bidang keilmuan yang unik, yang
membahas praktik keperawatan, administrasi, dan pendidikan. Perawat peneliti mengkaji
masalah-masalah yang menjadi perhatian khusus untuk perawat dan pasien, keluarga dan
masyarakat yang mereka layani. Metode penelitian keperawatan dapat kuantitatif, kualitatif,
atau campuran (yaitu, triangulasi) :

1. Dalam penelitian kuantitatif, peneliti menggunakan objektif, data kuantitatif (seperti


tekanan darah atau denyut nadi) atau menggunakan instrument survey untuk mengukur
pengetahuan, sikap, kepercayaan atau pengalaman.

2. Peneliti kualitatif menggunakan metode seperti wawancara atau analisis narasi untuk
membantu memahami fenomena tertentu.

3. Pendekatan triangulasi menggunakan kedua metode kuantitatif dan kualitatif


Isu-Isu Yang Terkait Dengan EBP, Penelitian Keperawatan Dan Aplikasi Dalam Pelayanan
EBP, penelitian keperawatan dan aplikasi merupakan rangkaian proses yang saling
berkesinambungan. Sebelum melakukan penelitian keperawatan khususnya di area klinik,
dibutuhkan data-data atau bukti-bukti dari hasil penelitian terdahulu yang mendukung
masalah yang akan kita teliti. Hasil penelitian yang telah dilakukan, akan menjadi evindence
dalam pengambilan keputusan klinis, sehingga tindakan yang dilakukan sudah berdasar hasil
penelitian yang teruji.

1. Mengidentifikasi Masalah Praktik Klinis

Langkah pertama adalah mengidentifikasi masalah atau isu praktek klinis. Sebagai
konsekuensinya, ini adalah langkah yang paling sulit karena dibutuhkan banyak pemikiran
danu paya untuk menyempurnakan pernyataan masalah untuk mengembangkan bukti-praktik
keperawatan berdasar projects.

2. Pengumpulan dan Penilaian Bukti Evidance

Langkah ke dua adalah mengumpulkan dan menilai bukti, bukti empiris (penelitian) dan
bukti non empiris. Bukti nonempiris penting untuk mendukung perubahan praktik, sedangkan
bukti empiris adalah dengan evidence termasuk uji klinis, non eksperimental dan meta
analisis. Harus dibedakan studi penelitian yang sebenarnya dengan yang bukan
penelitian.Jurnal keperawatan sangat baik dimana mengarahkan pengarang untuk
memberikan judul sehingga pembaca dapat menemukan komponen penting dari sebuah
artikel penelitian.Bukti non empiris meliputi ulasan literatur yang diterbitkan, pendapat dari
artikel dan protocol/pedoman serta literature review penelitian yang dipublikasikan.

3. Membaca dan Analisa Penelitian Empiris

Langkah pertama adalah dengan melihat abstract untuk menyaring artikel yang relevan,
kemudian membaca hasil penelitian sehingga didapatkan suatu ide penelitian dan
pengaruhnya terhadap implikasi keperawatan.

4. Meringkas Bukti Evidance

Langkah ini sangat penting untuk keberhasilan peubahan praktik keperawatan yang kita
usulkan.Sintesis temuan pada kelompok studi penelitian empiris dianggap kredibel. Hal ini
dilakukan dengan melakukan analisis, pada analisis isi memeriksa temuan untuk dijadikan
tema.

5. Mengintegrasikan Evidance dan Referensi Klinis

Tahap berikutnya yang perlu disintesis adalah keahlian klinis dan preferensi dari nilai-
nilai.Diperlukan seseorang yang memiliki keahlian klinis di bidang atau topic tertentu.
Dengan pendekatan multidisiplin akan memastikan analisis mendalam tentang hasil
penelitian yang dianalisis.

Hasil Analisis Jurnal (PICOT)


“ HUBUNGAN POLA TIDUR DENGAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA
SEMESTER IV T.A. 2017-2018 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI ”

(Population) P Pada mahasiswa semester IV T.A. 2017-2018 yang berjumlah 85 orang,


memiliki jadwal perkuliahan dimulai pukul 13.00 WITA hingga pukul
18.30 WITA. Sehingga mahasiswa biasanya pulang kampus pada sore
atau malam hari dan dilanjutkan mengerjakan tugas akademik atau
kegiatan lainnya dapat membuat mahasiswa tidur larut di malam hari.
Dari hasil observasi awal ditemukan kurang lebih sekitar 50 %
mahasiswa yang memiliki prestasi akademik kurang baik. Hal inilah
yang melatarbelakangi peneliti untuk mengetahui lebih jauh tentang
hubungan pola tidur dengan prestasi akademik pada mahasiswa
semester IV T.A. 2017-2018 Program Studi Ilmu Keperawatan.
(Problem) P Mahasiswa merupakan golongan yang dianggap memiliki kemampuan
intelegensi yang baik yang nantinya diharapkan dapat bertindak sebagai
pemimpin yang terampil dimasa depan dan dapat hadir sebagai penggerak
yang dinamis bagi proses modernisasi (Kartono, 2010). Dalam peran
ditengah masyarakat tersebut diharapkan seoptimal mungkin dapat
memenuhi kebutuhan belajar, yang meliputi standard aturan dan penilaian
yang telah ditetapkan institusi pendidikan. Adapun aturan penilaian
keberhasilan studi mahasiswa dalam bentuk evaluasi hasil belajar yang
secara berkala diselenggarakan setiap semester, melalui ujian topik, ujian
tengah semester, ujian akhir semester, ujian skripsi dan / atau ujan akhir,
ujian tesis, dan ujian disertasi (Pedoman Penyelenggaraan Akademik di
Universitas Sam Ratulangi, tahun 2013).
Proses evaluasi hasil belajar dilakukan dengan memberikan bobot nilai
pada setiap mata kuliah yang diuji dan dikonversi dalam bentuk angka.
Rerata nilai mata kuliah tersebut selanjutnya disebut indeks prestasi
akademik. Prestasi akademik merupakan suatu pencapaian tingkat
keberhasilan dari usaha belajar tentang suatu tujuan, karena suatu usaha
belajar yang telah dilakukan oleh seseorang secara optimal (Setiawan,
2009).
Kebutuhan pola tidur setiap individu berbeda – beda tergantung pada usia
individu tersebut. Pola tidur yang buruk dapat berakibat pada gangguan
keseimbangan fisiologi dan psikologi. Dampak fisiologi meliputi gangguan
penurunan aktivitas sehari – hari ; rasa lelah, lemah, penurunan daya tahan
tubuh dan ketidakstabilan tanda – tanda vital. Sedangkan dampak
psikologis meliputi depresi, cemas, dan konsentrasi menurun (Potter &
Perry , 2010).
Efek terburuk dari tidur yang buruk mungkin tidak akan langsung
dirasakan pada waktu malam hari, akan tetapi bagaimana hal tersebut dapat
mempengaruhi aktivitas di siang hari, baik secara fisik maupun emosional.
Tidur adalah fenomena alami yang merupakan kebutuhan hidup manusia
dan memiliki porsi rata – rata hampir seperempat hingga sepertiga waktu
normal (6-8 jam) digunakan untuk tidur. Tidur diperlukan oleh manusia
untuk pembentukan sel – sel tubuh yang baru dan perbaikan sel - sel tubuh
yang rusak (natural healing mechanism), serta memberi waktu organ tubuh
untuk beristirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan
biokimiawi tubuh (Setiyo, 2007).
(Intervention) I Intervensi yang digunakan dalam masalah ini adalah untuk membuat
mahasiswa-mahasiswa sadar kalau sebagai mahasiswa kita juga perlu
waktu tidur yang cukup, supaya kondisi fisik dan psikologis kita juga
menjadi baik. Disini menawarkan intervensi yamg mana kita harus tidur
apabila mata atau kondisi tubuh sudah ingin tidur dan kita bangun
apabila kondisi tubuh kita ingin bangun atau sudah pulih dan sudah
beristirahat.
Comporison (C) Berdasarkan hasil studi lapangan, standar operasional prosedur (SOP)
intervensi ini tidak ada, sehingga SOP dalam penerapan ini tidak sejalan
dengan Jurnal apapun.
Outcome (O) Metode Penelitian ini bersifat survei analitik dengan pendekatan
retrospektif. Sampel diambil dengan teknik pengambilan Purposive
Sampling yaitu sebanyak 36 sampel. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
dan lembar observasi Kartu Hasil Studi (KHS) Semester IV. Hasil
penelitian menggunakan analisis uji statistik Chi Square Continuity
Correction dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 atau 95%. Hasil uji
statistik didapatkan nilai P = 0,037 dan sebagian besar responden
mahasiswa semester IV T.A. 2017-2018 mengalami gangguan pola
tidur kurang baik juga pencapaian prestasi akademik kurang baik
setengah dari jumlah responden yaitu sebanyak 18 responden yang
memiliki nilai indeks prestasi <3.00 serta terdapat hubungan antara
hubungan pola tidur dengan prestasi akademik mahasiswa, bahwa pola
tidur yang kurang baik dapat mempengaruhi prestasi akademik menjadi
kurang baik.
Time (T) -

Anda mungkin juga menyukai