Disusun Oleh
CHELSY SONDAKH
2114202112
.
.
.
.
.
.
.
.
.
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO
2021
EVIDENCE BASE PRACTICE
A. Konsep Evidence Base Practice
Evidence Based Practice (EBP) adalah proses penggunaan bukti-bukti terbaik yang jelas,
tegas dan berkesinambungan guna pembuatan keputusan klinik dalam merawat individu pasien.
Dalam penerapan EBP harus memenuhi tiga kriteria yaitu berdasar bukti empiris, sesuai
keinginan pasien, dan adanya keahlian dari praktisi.
1. Model EBP
Model Stetler
Model Stetler dikembangkan pertama kali tahun 1976 kemudian diperbaiki tahun 1994 dan
revisi terakhir 2001. Model ini terdiri dari 5 tahapan dalam menerapkan Evidence Base
Practice Nursing.
a) Tahap persiapan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah atau isu yang muncul,
kemudian menvalidasi masalah dengan bukti atau landasan alasan yang kuat.
b) Tahap validasi. Tahap ini dimulai dengan mengkritisi bukti atau jurnal yang ada (baik
bukti empiris, non empiris, sistematik review), kemudian diidentifikasi level setiap bukti
menggunakan table “level of evidence”. Tahapan bisa berhenti di sini apabila tidak ada
bukti atau bukti yang ada tidak mendukung.
c) Tahap evaluasi perbandingan/ pengambilan keputusan. Pada tahap ini dilakukan sintesis
temuan yang ada dan pengambilan bukti yang bisa dipakai. Pada tahap ini bisa muncul
keputusan untuk melakukan penelitian sendiri apabila bukti yang ada tidak bisa dipakai.
d) Tahap translasi atau aplikasi. Tahap ini memutuskan pada level apa kita akan melakukan
penelitian (individu, kelompok,organisasi). Membuat proposal untuk penelitian,
menentukan strategi untuk melakukan diseminasi formal dan memulai melakukan pilot
projek.
e) Tahap evaluasi. Tahap evaluasi bisa dikerjakan secara formal maupun non formal, terdiri
atas evaluasi formatif dan sumatif, yang di dalamnya termasuk evaluasi biaya.
Model IOWA
Model IOWA diawali dengan adanya trigger atau masalah. Trigger bisa berupa knowledge
focus atau problem focus. Jika masalah yang ada menjadi prioritas organisasi, maka baru
dibentuklah tim. Tim terdiri atas dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain yang tertarik dan
paham dalam penelitian. Langkah berikutnya adalah minsintesis bukti-bukti yang ada.Apabila
bukti yang kuat sudah diperoleh, maka segera dilakukan uji coba dan hasilnya harus
dievaluasi dan didiseminasikan.
2. Implikasi EBP Bagi Perawat
Peran perawat melayani penting dalam memastikan dan menyediakan praktik berbasis fakta.
Mereka harus terus-menerus mengajukan pertanyaan, “Apa fakta untuk intervensi ini?” atau
“Bagaimana kita memberikan praktik terbaik?” dan “Apakah ini hasil terbaik yang dicapai
untuk pasien, keluarga dan perawat?” Perawat juga posisi yang baik dengan anggota tim
kesehatan lain untuk mengidentifikasi masalah klinis dan menggunakan bukti yang ada untuk
meningkatkan praktik. Banyak kesempatan yang ada bagi perawat untuk mempertanyakan
praktik keperawatan saat itu dan penggunaan bukti untuk melakukan perawatan lebih efektif.
3. Pentingnya EBP
Mengapa EBP penting untuk praktik keperawatan :
a) Memberikan hasil asuhan keperawatan yang lebih baik kepada pasien
b) Memberikan kontribusi perkembangan ilmu keperawatan
c) Menjadikan standar praktik saat ini dan relevan
d) Meningkatkan kepercayaan diri dalam mengambil keputusan
e) Mendukung kebijakan dan rosedur saat ini dan termasuk menjadi penelitian terbaru
f) Integrasi EBP dan praktik asuhan keperawatan sangat penting untuk meningkatkan
kualitas perawatan pada pasien.
4. Hambatan Untuk Menggunakan EBP
Hambatan dari perawat untuk menggunakan penelitian dalam praktik sehari-hari telah dikutip
dalam berbagai penelitian, diantaranya (Clifford &Murray, 2001) antara lain :
a) Kurangnya nilai untuk penelitian dalam praktek
b) Kesulitand alam mengubah praktek
c) Kurangnya dukungan administrative
d) Kurangnya mentor berpengetahuan
e) Kurangnya waktu untuk melakukan penelitian
f) Kurangnya pendidikan tentang proses penelitian
g) Kurangnya kesadaran tentang praktek penelitian atau berbasis bukti
h) Laporan Penelitian/artikel tidak tersedia
i) Kesulitan mengakses laporan penelitian dan artikel
j) Tidak ada waktu dalam bekerja untuk membaca penelitian
k) Kompleksitas laporan penelitian
l) Kurangnya pengetahuan tentang EBP dan kritik dari artikel
m) Merasa kewalahan
B. Konsep Penelitian Keperawatan
Penelitian keperawatan melibatkan penyelidikan sistematis yang dirancang khusus untuk
mengembangkan, memperbaiki, dan memperluas pengetahuan keperawatan. Sebagai bagian dari
disiplin klinis dan professional, perawat memiliki bidang keilmuan yang unik, yang membahas
praktik keperawatan, administrasi, dan pendidikan. Perawat peneliti mengkaji masalah-masalah
yang menjadi perhatian khusus untuk perawat dan pasien, keluarga dan masyarakat yang mereka
layani.
Metode penelitian keperawatan dapat kuantitatif, kualitatif, atau campuran (yaitu, triangulasi):
1. Dalam penelitian kuantitatif, peneliti menggunakan objektif, data kuantitatif (seperti tekanan
darah atau denyut nadi) atau menggunakan instrument survey untuk mengukur pengetahuan,
sikap, kepercayaan atau pengalaman
2. Peneliti kualitatif menggunakan metode seperti wawancara atau analisis narasi untuk
membantu memahami fenomena tertentu
3. Pendekatan triangulasi menggunakan kedua metode kuantitatif dan kualitatif
Isu-Isu Yang Terkait Dengan EBP, Penelitian Keperawatan Dan Aplikasi Dalam Pelayanan
EBP, penelitian keperawatan dan aplikasi merupakan rangkaian proses yang saling
berkesinambungan. Sebelum melakukan penelitian keperawatan khususnya di area klinik,
dibutuhkan data-data atau bukti-bukti dari hasil penelitian terdahulu yang mendukung masalah
yang akan kita teliti. Hasil penelitian yang telah dilakukan, akan menjadi evindence dalam
pengambilan keputusan klinis, sehingga tindakan yang dilakukan sudah berdasar hasil penelitian
yang teruji.
1. Mengidentifikasi Masalah Praktik Klinis
Langkah pertama adalah mengidentifikasi masalah atau isu praktek klinis. Sebagai
konsekuensinya, ini adalah langkah yang paling sulit karena dibutuhkan banyak pemikiran
danu paya untuk menyempurnakan pernyataan masalah untuk mengembangkan bukti-praktik
keperawatan berdasar projects.
2. Pengumpulan dan Penilaian Bukti Evidance
Langkah ke dua adalah mengumpulkan dan menilai bukti, bukti empiris (penelitian) dan bukti
non empiris. Bukti nonempiris penting untuk mendukung perubahan praktik, sedangkan bukti
empiris adalah dengan evidence termasuk uji klinis, non eksperimental dan meta analisis.
Harus dibedakan studi penelitian yang sebenarnya dengan yang bukan penelitian.Jurnal
keperawatan sangat baik dimana mengarahkan pengarang untuk memberikan judul sehingga
pembaca dapat menemukan komponen penting dari sebuah artikel penelitian.Bukti non
empiris meliputi ulasan literatur yang diterbitkan, pendapat dari artikel dan protocol/pedoman
serta literature review penelitian yang dipublikasikan.
3. Membaca dan Analisa Penelitian Empiris
Langkah pertama adalah dengan melihat abstract untuk menyaring artikel yang relevan,
kemudian membaca hasil penelitian sehingga didapatkan suatu ide penelitian dan
pengaruhnya terhadap implikasi keperawatan.
4. Meringkas Bukti Evidance
Langkah ini sangat penting untuk keberhasilan peubahan praktik keperawatan yang kita
usulkan.Sintesis temuan pada kelompok studi penelitian empiris dianggap kredibel. Hal ini
dilakukan dengan melakukan analisis, pada analisis isi memeriksa temuan untuk dijadikan
tema.
5. Mengintegrasikan Evidance dan Referensi Klinis
Tahap berikutnya yang perlu disintesis adalah keahlian klinis dan preferensi dari nilai-
nilai.Diperlukan seseorang yang memiliki keahlian klinis di bidang atau topic tertentu.
Dengan pendekatan multidisiplin akan memastikan analisis mendalam tentang hasil
penelitian yang dianalisis.
Kriteria Proses:
Melaksanakan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) pada 10 kasus kegawatdaruratan yang
menyebabkan kematian dan 10 masalah utama keperawatan gawat darurat.
Melaksanakan pelayanan keperawatan gawat darurat sesuai Standar Prosedur Operasional
(SPO).
Melaksanakan asuhan keperawatan gawat darurat meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, intervensi dan evaluasi
Melaksanakan SPO manajerial yang berisikan alur pelayanan gawat darurat sehari-hari,
bencana internal dan eksternal.
Melaksanakan kolaborasi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dengan tim kesehatan lain.
Kriteria Hasil :
Semua perawat melaksanakan SPO Klinis maupun SPO Manajerial
Ada dokumen/ catatan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan tiap pasien yang mencerminkan
penerapan SAK
Perawat menangani pasien dan keluarganya secara komprehensif
Pengkajian Keperawatan
Pernyataan :
Proses pengumpulan data primer dan sekunder terfokus tentang status kesehatan pasien gawat
darurat di rumah sakit secara sistematik, akurat, dan berkesinambungan.
Rasional:
Pengkajian primer dan sekunder terfokus, sistematis, akurat, dan berkesinambungan
memudahkan perawat untuk menetapkan masalah kegawatdaruratan pasien dan rencana tindakan
cepat, tepat, dan cermat sesuai standar.
Kriteria struktur :
Ada format pengkajian yang baku untuk pengkajian keperawatan gawat darurat , di rumah
sakit.
Ada petunjuk teknis penggunaan formulir pengkajian keperawatan gawat darurat di rumah
sakit
Ada sistem triase yang dapat digunakan pada pengkajian keperawatan gawat darurat di rumah
sakit sehari-hari, baik bencana internal maupun eksternal.
Ada alat untuk pengkajian keperawatan gawat darurat meliputi : jam dengan jarum detik,
stetoskop, termometer, tensimeter, pen light (lampu senter), defibrilator, pulse oxymetry, &
EKG.
Kriteria Proses :
Melakukan triase
Melakukan pengumpulan data melalui primary dan secondary survey pada kasus gawat darurat
di rumah sakit, serta bencana internal dan eksternal.
a) Primary survey :
Airway atau dengan kontrol servikal.
Breathing dan ventilasi
Circulation dengan kontrol perdarahan
Dissability pada kasus trauma, “Defibrilation, Drugs, Differential Diagnosis” pada kasus non
trauma
Exposure pada kasus trauma, EKG , “Electrolite Imbalance” pada kasus non trauma
b) Secondary survey :
Pengkajian head to toe terfokus, adalah pengkajian komprehensif sesuai dengan keluhan
utama pasien.
Melakukan re-triase
Mengumpulkan data hasil dari pemeriksaan penunjang medik.
Mengelompokkan dan menganalisa data secara sistematis.
Melakukan pendokumentasian dengan menggunakan format pengkajian baku.
Kriteria hasil :
a) Adanya dokumen pengkajian keperawatan gawat darurat yang telah terisi dengan benar
ditandatangani, nama jelas, diberi tanggal dan jam pelaksanaan.
b) Adanya rumusan masalah / diagnosa keperawatan gawat darurat.
Kriteria hasil :
Ada dokumentasi masalah/ diagnosa keperawatan gawat darurat.
Perencanaan
Pernyataan :
Serangkaian langkah yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah/ diagnosa keperawatan gawat
darurat berdasarkan prioritas masalah yang telah ditetapkan baik secara mandiri maupun
melibatkan tenaga kesehatan lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Rasional :
Rencana tindakan keperawatan gawat darurat digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
tindakan keperawatan yang sistematis dan efektif.
Kriteria struktur :
Adanya rumusan tujuan dan kriteria hasil
Adanya rumusan rencana tindakan keperawatan
Kriteria proses :
Menetapkan tujuan tindakan keperawatan penyelamatan jiwa dan pencegahan kecacatan
sesuai dengan kriteria SMART
Menetapkan rencana tindakan dari tiap-tiap diagnosa keperawatan.
Mendokumentasikan rencana keperawatan.
Kriteria hasil :
Tersusunnya rencana tindakan keperawatan gawat darurat yang mandiri dan kolaboratif.
Ada rencana tindakan keperawatan didokumentasikan pada catatan keperawatan
Mandiri
Monitor pernafasan : rate, irama, pengembangan dinding dada, ratio inspirasi maupun
ekspirasi, penggunaan otot tambahan pernafasan, bunyi nafas, bunyi nafas abnormal dengan
atau tanpa stetoskop
Melakukan pemasangan pulse oksimetri
Observasi produksi sputum, jumlah, warna, kekentalan
Lakukan jaw thrust (khusus pasien dengan dugaan cedera servikal), chin lift, atau head tilt
Berikan posisi semi fowler, atau
Berikan posisi miring aman
Ajarkan pasien untuk nafas dalam dan batuk efektif
Berikan air minum hangat sesuai kebutuhan
Lakukan phisioterapi dada sesuai indikasi
Lakukan suction bila perlu
Lakukan pemasangan Oro Pharingeal Airway (OPA), Nasopharyngeal Airway (NPA),
Laryngeal Mask Airway (LMA)
Kolaborasi
Beri obat sesuai indikasi: bronchodilator, mukolitik, anti biotik, steroid
Pemasangan endo tracheal tube (ETT)
Melakukan monitoring respon pasien terhadap tindakan keperawatan
Mengutamakan prinsip keselamatan pasien (patient safety), dan privacy
Menerapkan prinsip standar baku (standar precaution).
Mendokumentasikan tindakan keperawatan.
Kriteria Hasil :
· Adanya dokumen tentang tindakan keperawatan serta respons pasien.
· Ada dokumen tentang pendelegasian tindakan medis (standing order).
Evaluasi
Pernyataan :
Penilaian perkembangan kondisi pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan gawat darurat
mengacu pada kriteria hasil.
Rasional :
Hasil evaluasi menggambarkan tingkat keberhasilan tindakan keperawatan gawat darurat.
Kriteria Struktur :
Ada tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan
Adanya catatan perkembangan pasien dari tiap masalah/ diagnosa keperawatan
Kriteria Proses :
Melakukan evaluasi terhadap respon pasien pada setiap tindakan yang diberikan (evaluasi
proses).
Melakukan evaluasi dengan cara membandingkan hasil tindakan dengan tujuan dan kriteria
hasil yang ditetapkan (evaluasi hasil)
Melakukan re-evaluasi dan menentukan tindak lanjut
Mendokumentasikan respon klien terhadap intervensi yang diberikan.
Kriteria Hasil :
Ada dokumen hasil evaluasi menggunakan pendekatan SOAP pada tiap masalah/ diagnosa
keperawatan