Anda di halaman 1dari 5

Nama : Lia Oktaria

Nim : P1337420921206

Asal institusi : Poltekkes Kemenkes Palangkaraya

A. Peran Dan perilaku Pasien


Peran adalah satu pola tingkah laku, kepercayaan, nilai, dan sikap yang di harapkan
oleh masyarakat pada kondisi tertentu. Seseorang dapat mengalami sakit yang
menyebabkan dirinya tidak dapat melakukan kegiatan sosial, dalam kondisi ini
seseorang tersebut dikatakan sedang melakukan peran sakit. Sebagian orang
memanfaatkan peran sakit untuk mengurangi konflik antara kebutuhan pribadi dan
tuntutan peran sosial, contoh orang sakit akan diberi makan yang enak tanpa harus
bekerja. Peran sakit dikatakan sebagai bentuk penyimpangan terhadap ketegangan
dalam sistem sosial yang dapat di terima masyarakat.
Empat peran sakit menurut Talcott Parsons, antara lain sebagai berikut:
1. Orang sakit dibebaskan dari peran, sosial normatif, pembebasan ini sebenarnya
relatif, tergantung pada sifat dan tingkat keparahan keadaan sakit tersebut,
2. Orang sakit tidak bertanggung jawab atas keadaannya, keadaan sakit
seseorang dianggap di luar kendali,
3. Orang sakit harus berusaha untuk sembuh,
4. Orang sakit harus mencari pengobatan dan bekerjasama dengannya tenaga
kesehatan selama proses penyembuhan.
Enam peran sakit menurut Sudibyo Supardi, antara lain sebagai berikut:
1. Sakit sebagai upaya untuk menghindari tekanan, kondisi sakit dapat
menghindarkan konflik atau ketegangan,
2. Sakit sebagai upaya untuk mendapakan perhatian anggapan masyarakat
bahwa sakit harus mendapatkan perhatian khusus,
3. Sakit sebagai kesempatan untuk istirahat sakit dapat mengurangi ketegangan
dalam pekerjaan,
4. Sakit sebagai alasan kegagalan, pribadi sakit dapat dijadikan pembenaran diri
dari tanggung jawab sehingga mendapat pemakluman,
5. Sakit sebagai penghapus dosa anggapan bahwa sakit merupakan hukuman
tuhan dan penghapus dosa
6. Sakit untuk mendapatkan alat tukar seseorang yang memiliki asuransi
kesehatan akan memilih dirawat lebih lama.
 Perilaku Sakit
a. Pengertian Perilaku Sakit
Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi cara seseorang
memantau tubuhnya, mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang
dialami, melakukan upaya penyembuhan, dan penggunaan sistem pelayanan
kesehatan.
b. Penyebab Perilaku Sakit
Menurut Mechanic sebagaimana diuraikan oleh Solito Sarwono (1993) bahwa
penyebab perilaku sakit itu sebagai berikut :
- Dikenal dan dirasakannya tanda dan gejala yang menyimpang dari keadaan
normal,
- Anggapan adanya gejala serius yang dapat menimbulkan bahaya,
- Gejala penyakit dirasakan akan menimbulkan dampak terhadap
hubungan keluarga, hubungan kerja, dan kegiatan kemasyarakatan,
- Frekuensi dan persisten (terus-menerus, menetap) tanda dan gejala
yang dapat dilihat,
- Kemungkinan individu untuk terserang penyakit

B. Respon sakit / Nyeri Pasien


a. Pengertian Nyeri
Menurut International Association for Study of Pain (IASP) , nyeri adalah sensori
subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan
kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan.
Teori Specificity “suggest” menyatakan bahwa Nyeri adalah sensori spesifik
yang muncul karena adanya injury, dan informasi ini didapat melalui sistem
saraf perifer dan sentral melalui reseptor nyeri di saraf nyeri perifer dan spesifik
di spinal cord. Secara umum Keperawatan mendefinisikan Nyeri sebagai apapun
yang menyakitkan tubuh, yang dikatakan individu yang mengalaminya, dan
yang ada kapanpun individu mengatakannya.
b. Fisiologi Nyeri
Banyak teori berusaha untuk menjelaskan dasar neurologis dari nyeri, meskipun
tidak ada satu teori yang menjelaskan secara sempurna bagaimana nyeri
ditransmisikan atau diserap. Untuk memudahkan memahami fisiologi nyeri,
maka perlu mempelajari 3 (tiga) komponen fisiologis berikut ini:
- Resepsi : proses perjalanan nyeri
- Persepsi : kesadaran seseorang terhadap nyeri
- Reaksi : respon fisiologis & perilaku setelah mempersepsikan nyeri
Resepsi
Adanya stimulus yang mengenai tubuh (mekanik, termal, kimia) akan
menyebabkan pelepasan substansi kimia seperti histamin, bradikinin, kalium.
Substansi tersebut menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila nosiseptor
mencapai ambang nyeri, maka akan timbul impuls syaraf yang akan dibawa
oleh serabut saraf perifer. Serabut syaraf perifer yang akan membawa impuls
syaraf ada dua jenis, yaitu serabut A-delta dan serabut
C. impuls syaraf akan di bawa sepanjang serabut syaraf sampai ke kornu
dorsalis medulla spinalis. Impuls syaraf tersebut akan menyebabkan kornu
dorsalis melepaskan neurotrasmiter (substansi P). Substansi P ini menyebabkan
transmisi sinapis dari saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus. Hal ini
memungkinkan impuls syaraf ditransmisikan lebih jauh ke dalam system saraf
pusat.
c. Respon Tingkah Laku Terhadap Nyeri
Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup:
 Pernyataan verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur)
 Ekspresi wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)
 Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan gerakan
jari & tangan
 Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari percakapan,
Menghindari kontak sosial, Penurunan rentang perhatian, Fokus pd aktivitas
menghilangkan nyeri) Individu yang mengalami nyeri dengan awitan
mendadak dapat bereaksi sangat berbeda terhadap nyeri yang berlangsung
selama beberapa menit atau menjadi kronis.
Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan membuat individu terlalu letih
untuk merintih atau menangis. Pasien dapat tidur, bahkan dengan nyeri
hebat. Pasien dapat tampak rileks dan terlibat dalam aktivitas karena
menjadi mahir dalam mengalihkan perhatian terhadap nyeri.
d. Fase Pengalaman Nyeri
Menurut Meinhart & McCaffery mendiskripsikan 3 Fase Pengalaman Nyeri,
antara lain:
 Fase Antisipasi Terjadi Sebelum Nyeri Diterima.
Fase ini mungkin bukan merupakan fase yg paling penting, karena fase ini
bisa mempengaruhi dua fase lain. Pada fase ini memungkinnkan seseorang
belajar tentang nyeri dan upaya untuk menghilangkan nyeri tersebut. Peran
perawat dalam fase ini sangat penting, terutama dalam memberikan
informasi pada klien. Contoh: sebelum dilakukan tindakan bedah, perawat
menjelaskan tentang nyeri yang nantinya akan dialami oleh klien pasca
pembedahan, dengan begitu klien akan menjadi lebih siap dengan nyeri
yang nanti akan dihadapi.
 Fase Sensasi Terjadi Saat Nyeri Terasa.
Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri. karena nyeri itu bersifat
subyektif, maka tiap orang dalam menyikapi nyeri juga
berbeda-beda. Toleraransi terhadap nyeri juga akan berbeda antara satu
orang dengan orang lain. orang yang mempunyai tingkat toleransi tinggi
terhadap nyeri tidak akan mengeluh nyeri dengan stimulus kecil, sebaliknya
orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah akan mudah merasa nyeri
dengan stimulus nyeri kecil.

 Fase Akibat (Aftermath) Terjadi Saat Nyeri Berkurang atau Berhenti Fase ini
terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase

ini klien masih membutuhkan kontrol dari perawat, karena nyeri bersifat krisis,
sehingga dimungkinkan klien mengalami gejala sisa pasca nyeri. Apabila klien
mengalami episode nyeri berulang, maka respon akibat ((aftermath) dapat
menjadi masalah kesehatan yang berat. Perawat berperan dalam membantu
memperoleh kontrol diri untuk meminimalkan rasa takut akan kemungkinan
nyeri berulang

Anda mungkin juga menyukai