Anda di halaman 1dari 43

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/322697766

Pengembangan Instrumen Case Manajemen berdasarkan Research and


Development

Technical Report · January 2018

CITATIONS READS

0 7,832

7 authors, including:

Nurul Hikmatul Qowi Sofia Mayasari


Airlangga University Airlangga University
6 PUBLICATIONS   0 CITATIONS    3 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Aulia Rahman Evi Muslicha


Airlangga University Airlangga University
3 PUBLICATIONS   0 CITATIONS    3 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

career development for increasing nurse's intent to stay View project

telenursing for hiv relaps management View project

All content following this page was uploaded by Nurul Hikmatul Qowi on 05 February 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


LAPORAN HASIL APLIKASI KLINIK
PENGEMBANGAN INSTRUMEN CASE MANAGEMENT
BERDASARKAN RESEARCH AND DEVELOPMENT
DI RUANG BEDAH CEMPAKA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

Disusun sebagai salah satu syarat dalam mencapai kompetensi pendidikan


Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya

Disusun oleh :

SOFIA MAYASARI 131614153009


AULIA RAHMAN 131614153015
EVI MUSLICHA 131614153023
NURUL HIKMATUL QOWI 131614153025
MOKHAMAD NURHADI 131614153029
LUKMAN HAKIM 131614153036
MEI WIDYAWATI 131614153037

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


PEMINATAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Case management merupakan sebuah strategi intervensi yang digunakan
oleh penyedia dan sistem layanan kesehatan untuk menyokong klien,
mengkoordinasikan layanan kesehatan, dan memfasilitasi hasil, baik dalam harga
maupun kualitas (Huber, 2010). Case management merupakan prosedur untuk
merencanakan, mencari, mengevaluasi, dan memonitor layanan yang didapatkan
pasien dari beberapa profesi kesehatan (Sunaringtyas, & Sulisno, 2015).
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo Surabaya merupakan
rumah sakit rujukan di Indonesia wilayah timur. RSUD Dr. Soetomo Surabaya ini
memiliki visi Menjadi Rumah Sakit Tersier Yang Terpercaya, Aman, Bermutu
Tinggi Dan Mandiri. Untuk mencapai visi tersebut RSUD Dr. Soetomo Surabaya
menyelenggarakan pelayanan dan jejaring pelayanan sebagai RS rujukan tersier
yang aman, bermutu tinggi dan terjangkau. Dalam upaya peningkatan mutu rumah
sakit, RSUD Dr. Soetomo Surabaya melaksanakan akreditasi versi KARS dan JCI
pada tahun 2017. Penilaian akreditasi versi KARS penilaian pada APK 2,
dibutuhkan case manager yang bertanggungjawab dalam kontinuitas pelayanan
selama pasien dirawat di rumah sakit. Dalam upaya pencapaian akreditasi
tersebut, maka Direktur RSUD Dr. Soetomo Surabaya mengangkat case manager
melalui SK Nomor : 188.8/557/301/2017 tentang Case manager/Champion
Akreditasi KARS dan JCI RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Adapun case manager
yang diangkat adalah kepala ruangan yang ada di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Pada ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya, pelaksanaan
case management belum maksimal. Perbedaan peran antara kepala ruangan dan
sebagai case manager menjadi kurang jelas. Pengetahuan perawat terkait case
management masih kurang. Berdasarkan hasil wawancara pada beberapa perawat
terkait case manager dan perannya, dapat diketahui bahwa dari 10 perawat,
terdapat satu perawat yang mengetahui case management, peran, dan dampak
case management pada pelayanan pasien. Empat perawat mengatakan peran case
manager sama dengan kepala ruangan. Sebagian besar perawat mengatakan
2

bahwa belum ada sosialisasi tentang case management. Adapun pelaksanaan case
management di ruang bedah Cempaka belum dapat dijelaskan.
Tenaga yang dapat melakukan case management adalah case manager.
Case manager bertanggung jawab secara umum terhadap koordinasi dan
kesinambungan pelayanan pasien atau pada fase pelayanan tertentu teridentifikasi
dengan jelas sangat dekat dengan pasien sehingga model case management yang
dipimpin oleh case manager mampu mewujudkan layanan kesehatan berbasis
patient centered care (Aeni, 2014). Studi panel ekspert menyepakati sebuah
model keperawatan case management sebagai upaya yang mampu memujudkan
preference ataupun hak pasien untuk menentukan pilihan perawatan sesuai
kebutuhan dan harapan (Morales-Asencio et all, 2010). Case management
dipimpin oleh seorang case manager yang bekerja secara bersama-sama membuat
perencanaan perawatan agar sesuai dengan yang diinginkan dan dibutuhkan
pasien.
Berdasarkan hasil pengkajian, didapatkan masalah prioritas yang diambil
yaitu pelaksanaan case management yang belum maksimal dan didukung dengan
hasil wawancara dengan perawat di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo
Surabaya. Oleh karena itu, kami memberikan sebuah inovasi unggulan untuk
meningkatkan pelaksanaan case management di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr.
Soetomo Surabaya. Inovasi case management yang akan dilakukan berdasarkan
pada research and development dan mendukung misi RSUD Dr. Soetomo
Surabaya menyelengarakan pendidikan penelitian tenaga kesehatan yang
berintegritas tinggi, profesional, inovatif, dan melakukan jejaring pendidikan
penelitian yang terintegritas (Akademic Heath Care). Kegiatan ini akan di
laksanakan melalui tahap sosialisasi case management, Focus group discussion
(FGD) 1, overview rencana kegiatan, uji coba inovasi unggulan, FGD 2, uji coba
kegiatan, evaluasi kegiatan, finishing modul. Dengan adanya program inovasi ini,
diharapkan dapat meningkatkan mutu ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo
Surabaya dan mendukung suksesnya akreditasi KARS dan JCI yang dilakukan
oleh RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
3

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana pengembangan case management berdasarkan metode
research and development di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo
Surabaya.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi aplikasi pengembangan case management berdasarkan
metode research and development di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi permasalahan (analisis kebutuhan case
management, studi literatur, dan diskusi pakar) terkait pelaksanaan
case management di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo
Surabaya
2. Menggali kembali permasalahan yang ditemukan melalui Focus
group discussion 1 di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo
Surabaya
3. Menyusun perencanaan pengembangan instrument case
management berdasarkan research and development di ruang
Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya
4. Melakukan ujicoba lapangan awal terkait instrumen case
management di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo
Surabaya
5. Mengembangkan instrumen dokumentasi case management
melalui Focus group discussion 2 di ruang Bedah Cempaka RSUD
Dr. Soetomo Surabaya
6. Menganalisis validitas & reliabilitas instrumen dokumentasi case
management di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo
Surabaya
7. Melakukan implementasi instrument case management dengan
metode SECI di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo
Surabaya
4

8. Melakukan desiminasi dan memberikan rekomendasi instrumen


case management di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo
Surabaya
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi pasien dan keluarga
1. Mendapatkan asuhan keperawatan yang berkualitas
2. Tercapainya kepuasan pasien dan keluarga di ruang Bedah Cempaka
RSUD Dr. Soetomo Surabaya
1.4.2 Bagi perawat
1. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
2. Terbinanya hubungan atau komunikasi yang adekuat antara perawat,
tenaga kesehatan yang lain, serta pasien dan keluarga
3. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit
1.4.3 Bagi rumah sakit
Mendukung tercapainya akreditasi KARS dan JCI di RSUD Dr.
Soetomo Surabaya tahun 2017.
1.4.4 Bagi Mahasiswa
Mengembangkan kemampuan kritis dalam memberikan inovasi terkait
permasalahan yang ditemukan di rumah sakit berbasis research dan
development.
1.4.5 Bagi institusi pendidikan
Memberikan masukan pada institusi pendidikan terkait pengembangan
mata kuliah manajemen keperawatan dengan memasukkan aspek
akreditasi rumah sakit.
5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Case Management dan Case Manager


2.1.1 Definisi Case Management
Case management didefinisikan sebagai suatu proses perencanaan,
koordinasi, pengelolaan, dan penelaahan asuhan seorang pasien. Tujuan
umum adalah untuk mengembangkan cara-cara yang efisien dengan biaya
efektif dalam mengkoordinasikan pelayanan-pelayanan yang meningkatkan
kualitas hidup (Ross, Curry, dan Goodwin, 2011). Suatu model klinis untuk
manajemen strategi kendali mutu dan biaya, dibuat untuk memfasilitasi
hasil pasien yang diharapkan dalam lama perawatan yang layak/ patut dan
dengan manajemen sumber daya yang sesuai (Cesta, 2009).
2.1.2 Definisi Case Manager/Manajer Pelayanan Pasien (MPP)
Manajer Pelayanan Pasien (MPP)/Case manager adalah profesional
di RS yang melaksanakan manajemen pelayanan pasien. Manajemen
Pelayanan Pasien adalah suatu proses kolaboratif mengenai asesmen,
perencanaan, fasilitasi, koordinasi asuhan, evaluasi dan advokasi untuk opsi
dan pelayanan bagi pemenuhan kebutuhan pasien dan keluarganya yang
komprehensif, melalui komunikasi dan sumber daya yang tersedia sehingga
memberi hasil asuhan pasien yang bermutu dengan biaya-efektif (CMSA,
2010). Case manager adalah seseorang yang membantu pasien sebagai
penghubung antara pasien, keluarga dan para dokter. Seorang case manager
harus mengerti kondisi pasien dan pengobatannya agar dapat membantu
pasien memahaminya pula.

2.2 Kualifikasi Manajer Pelayanan Pasien / Case Manager


Kualifikasi yang harus ada pada seorang case manager berdasarkan
KARS (2012) yaitu:
1. Kualifikasi
1) Dokter umum atau perawat dengan pendidikan S1
2) Pengalaman minimal 3-5 tahun dalam pelayanan klinis
6

a. Dokter : sebagai dokter ruangan


b. Perawat : sebagai kepala ruangan
2. Pelatihan Tambahan
1) Pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan klinis terkait dengan
penyusunan dan penerapan SPO Pelayanan Kedokteran yang terdiri
dari Panduan Praktik Klinis, Alur Klinis (Clinical Pathway),
Algoritme, Protokol, Standing Order.
2) Pelatihan Pelayanan Fokus pada Pasien (PFP) / PCC
3) Pelatihan tentang perasuransian, jaminan kesehatan nasional, INA-
CBG’s
4) Pelatihan tentang Perencanaan Pulang (Discharge Planning) untuk
kontinuitas pelayanan
5) Pelatihan Manajemen Risiko
6) Pelatihan untuk meningkatkan soft skill (pengetahuan aspek psiko-
sosial, hubungan interpersonal, komunikasi, dan sebagainya).

2.3 Peran Case Manager


Adapun peran dari case manager menurut CMSA (2010) antara lain:
1. Melakukan pengkajian komprehensif pada kesehatan pasien dan
kebutuhan psikologis pasien, dan mengembangkan perencanaan case
management dengan berkolaborasi dengan pasien dan keluarga
2. Membuat perencanaan dengan pasien, keluarga, DPJP, atau pemberi
pelayaan yang lain, penanggung biaya, untuk meningkatkan respon
perawatan, kualitas, cost effective
3. Memfasilitasi proses komunikasi dan koordinasi antara tenaga kesehatan,
termasuk pasien dalam proses pengambilan keputusan
4. Memberikan edukasi ke pasien, keluarga, dan tim pemberi pelayanan
kesehatan terkait pilihan terapi, manfaat asuransi, case management,
sehingga keputusan dapat diambil pada saat itu
5. Memberdayakan pasien untuk terlibat dalam pengambilan keputusan
dengan mengeksplorasi pilihan perawatan yang akan dilakukan, rencana
alternative terkait kondisi kesehatan pasien
7

6. Mendorong penggunaan layanan keperawatan kesehatan yang tepat untuk


meningkatkan kualitas perawatan dan mempertahankan cost effective
pada tiap-tiap kasus
7. Membantu pasien dalam masa transisi untuk menuju tahap selanjutnya
8. Memperjuangkan untuk melakukan advokasi ke pasien
9. Melakukan advokasi antar pasien dan pemberi pembayaran, dan tim
kesehatan

2.4 Fungsi Manajer Pelayanan Pasien (MPP) / Case Manager


1. Asesmen utilitas
2. Perencanaan
3. Fasilitasi & Advokasi
4. Koordinasi Pelayanan
5. Evaluasi
6. Tindak Lanjut Pasca Discharge

Adapun uraian fungsi case manager berdasarkan KARS (2012) dijelaskan


pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Fungsi case manager
Fungsi Case manager Uraian Tugas
1. Asesmen utilitas 1. Melakukan asesmen diperluas dan
Mampu mengakses semua informasi dan data lengkap terhadap pasien dan keluarga
untuk mengevaluasi manfaat/utilisasi, untuk yang diperlukan pada saat admisi.
kebutuhan manajemen pelayanan pasien Asesmen psikososial lengkap

2. Perencanaan 1. Perencanaan proses asuhan pasien


Disusun rencana untuk pelaksanaan (yang “personalized”/unik) selama
manajemen pelayanan pasien. rawat inap sampai kembali ke
Perencanaan tersebut mencerminkan komunitas/rumah dgn outcome yg
kelayakan/kepatutan, mutu & efektivitas- terbaik.
biaya dari pengobatan klinis serta kebutuhan 2. Rencana pemulangan (Discharge
pasien utk mengambil keputusan Planning) pasien adalah salah satu
fungsi manajemen kasus (case
management)

3. Fasilitasi & Advokasi 1. Memastikan bahwa pemeriksaan-


Fungsi ini mencakup interaksi antara MPP pemeriksaan pasien adalah tepat dan
dan para anggota PPA, perwakilan perlu serta dilakukan dalam kerangka
pembayar, serta pasien/keluarga untuk waktu yang sudah ditetapkan
menjaga kontinuitas pelayanan. Mewakili
8

kepentingan pasien adalah inti dari peran 2. Berkomunikasi dengan dokter-dokter


MPP, namun peran ini juga menjangkau secara berkala selama hospitalisasi
pemangku kepentingan lain. MPP melakukan dan mengembangkan suatu hubungan
advokasi untuk opsi pengobatan yang dapat kerja yang efektif. Membantu para
diterima setelah berkonsultasi dengan DPJP, dokter utk menjaga biaya, kasus, dan
termasuk rencana pemulangan yang aman hasil pasien yang diharapkan
3. Mempromosikan utilisasi sumber-
sumber klinis agar efektif dan efisien
4. Menawarkan bentuk-bentuk asuhan
alternatif kepada pasien sesuai
kebutuhannya, baik karena pasien
sudah mau dipulangkan atau
membutuhkan asuhan jangka-panjang
yang rentan terhadap peraturan
keuangan Rumah Sakit (RS).
5. Memberikan advokasi kepada pasien.
Meningkatkan hubungan kolaboratif
untuk memaksimalkan kemampuan
pasien dan keluarga untuk membuat
keputusan-keputusan medis
6. Bekerja dengan para administrator
RS dan para dokter, memberikan
advokasi atas nama pasien untuk
menentukan pelaksanaan layanan
terbaik bagi pasien sambil
mengkomunikasikan kepada pasien
sarana bermutu yg tersedia
7. Memberikan informasi klinis kepada
para pembayar, mencarikan otorisasi
asuhan yang perlu
8. Membantu pasien dan keluarga
mengembangkan suatu discharge
planning, termasuk koordinasi
dengan pelayanan medis di
komunitas dan, bila perlu, admisi ke
fasilitas pelayanan kesehatan asuhan
pasca rawat inap, antara lain
pelayanan rehabilitasi, atau fasilitas
perawatan trampil.

4. Koordinasi pelayanan 1. Melakukan koordinasi dan integrasi


pelayanan sosial/fungsi case
management ke dalam asuhan pasien,
proses discharge maupun planning
dirumah
2. Mengkoordinasikan pemberian
pelayanan sosial kepada pasien,
keluarga, dan orang2 lain yang
penting untuk memampukan mereka
menghadapi dampak penyakit
terhadap fungsi terhadap keluarga
pasien dan untuk memperoleh
9

manfaat maksimum dari pelayanan


kesehatan

5. Evaluasi 1. Melakukan telaah utilisasi (utilization


review), melalui tugas evaluasi
Clinical Parthway (CP). Telaah
utilisasi adalah mekanisme kendali
biaya, dan ketepatan, kebutuhan dan
mutu pelayanan kesehatan yang
dimonitor oleh para pembayar dan
provider.
2. Melaksanakan telaah atas utilisasi
pelayanan secara tepat sejak admisi
sampai discharge. Mengevaluasi
kepuasan pasien dan mutu layanan yg
diberikan
3. Memantau Length of Stay (LOS)

6. Tindak Lanjut Pasca Discharge 1. Tindak lanjut, pemantauan, pelayanan


dan asuhan pasca discharge
2. Reimbursement

2.5 Jenis Case Management


Menurut Kasim (2008), jenis case management antara lain:
1. Acute care case management (unit based, disease based, continuity of
care, primary nursing) – Di Indonesia
2. Large case management
3. Disease management
4. Insurance case management
5. Hospice case management
6. Home health care case management
7. Community based cased management
Perkembangan case manager mengikuti perkembangan “landscape”
pada tempat bekerjanya, antara lain :
1. Perawat kepala ruangan difungsikan sebagai case manager
2. Nurse case manager
3. Case manager dari profesi social worker
4. Case manager dengan kualifikasi dari profesi kesehatan lainnya
5. Bidang case management
6. Direktur case management
10

2.6 Ruang Lingkup Case Management


Adapun lingkup dari case management berdasarkan KARS (2012)
yaitu:
a. Pelayanan Fokus pada Pasien (Patient Centered Care)
Inti konsep PFP terdiri dari 4 elemen : Martabat dan Respek, Berbagi
Informasi, Partisipasi, Kolaborasi/kerjasama.
b. Tujuan
Tujuan MPP adalah untuk melibatkan pasien dalam asuhan yang
dialaminya, menjaga kontinuitas pelayanan.
c. Hubungan Profesional
Para MPP harus mempunyai hubungan kerja profesional dengan para
dokter dan staf klinis.
d. Hubungan dengan Pasien
Penting bagi para MPP untuk memiliki relasi yang kondusif dengan
pasien dan keluarga.
e. Kelompok Pasien
MPP melakukan skrining pasien, kelompok : anak-anak, usia lanjut, dan
yang dengan penyakit kronis.
f. Fungsi Manajer Pelayanan Pasien (MPP)
Asesmen utilitas, Perencanaan, Fasilitasi, Advokasi.
g. Tanggung jawab
MPP bertanggungjawab ke Direktur Medis.

2.7 Proses Nurse Case Manager


Adapun proses Nurse Case Manager menurut CMSA (2010) adalah
sebagai berikut:
1. Melakukan skrining awal tentang pasien yang mempunyai masalah-
masalah beresiko tinggi
11

2. Melakukan asesment utilitas dengan mengumpulkan berbagai informasi


klinis, psiko-sosial, sosioekonomi, maupun sistem pembayaran yang
dimiliki pasien
3. Menyusun rencana manajemen pelayanan pasien tersebut, berkolaborasi
dengan Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) serta anggota tim klinis
4. Implementasi case management dan koordinasi dengan Dokter
Penanggung Jawab Pasien (DPJP) serta anggota tim klinis lainnya
5. Melakukan evaluasi pada pelaksanaan case management dan rencana
tindak lanjut
6. Terminasi proses case management
Tatalaksana dari case management berdasarkan KARS (2012)
yaitu:
1. Penetapan dan Pengangkatan MPP oleh Direktur
2. Melakukan skrining pasien yang membutuhkan MPP, pada waktu
admisi, atau bila dibutuhkan pada waktu di ruang rawat inap,
berdasarkan pasien yang meliputi :
a. Risiko tinggi
b. Biaya tinggi
c. Potensi komplain tinggi
d. Kasus dengan penyakit kronis
e. Kemungkinan sistem pembiayaan yang komplek
f. Kasus yang melebihi rata-rata lama dirawat
g. Kasus yang diidentifikasi rencana pemulangannya kritis atau yang
membutuhkan kontinuitas pelayanan
h. Kasus komplek/rumit
3. Setelah pasien ditentukan sebagai klien MPP, maka dilakukan asesmen
utilitas dengan mengumpulkan berbagai informasi klinis, psiko-sosial,
sosio-ekonomi, maupun sistem pembayaran yang dimiliki pasien.
4. Menyusun rencana manajemen pelayanan pasien tersebut, berkolaborasi
dengan DPJP serta para anggota tim klinis lainnya, yang mencerminkan
kelayakan/kepatutan dan efektivitas biaya dari pengobatan medis dan
klinis serta kebutuhan pasien untuk mengambil keputusan.
12

5. Melakukan fasilitasi yang mencakup interaksi antara MPP dan DPJP


serta para anggota tim PPA lainnya, berbagai unit pelayanan, pelayanan
administrasi, perwakilan pembayar. Menfasilitasi untuk koordinasi,
komunikasi dan kolaborasi antara pasien dan pemangku kepentingan,
serta menjaga kontinuitas pelayanan.
6. Memfasilitasi untuk kemungkinan pembebasan dari hambatan yang tidak
mempengaruhi kinerja/hasil.
7. Memfasilitasi dan memberikan advokasi agar pasien memperoleh
pelayanan yang optimal sesuai dengan sistem pembiayaan dan
kemampuan finansial dengan berkonsultasi dengan DPJP, memperoleh
edukasi yang adekuat, termasuk rencana pemulangan yang
memperhatikan kontinuitas pelayanan yang aman.
8. Melakukan monitoring dan evaluasi proses-proses pelayanan dan asuhan
pasien.
9. Ada bukti dokumentasi kegiatan MPP antara lain termasuk dalam rekam
medis seperti pencatatan dalam antara lain formulir tersendiri, edukasi-
informasi.
13

BAB 3
METODE DAN PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Metode Pelaksanaan


Metode yang digunakan dalam pengembangan instrumen case
management berdasarkan pada research and development antara lain:
1. Mengidentifikasi permasalahan (analisis kebutuhan case management,
studi literatur, dan diskusi pakar) terkait pelaksanaan case management di
ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Identifikasi permasalahan berdasarkan pada analisis kebutuhan
case management, studi literatur, dan diskusi pakar terkait pelaksanaan
case management di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Case management adalah proses kolaboratif melalui pengkajian,
perencanaan, koordinasi, monitoring, dan evaluasi pelayanan untuk
menemukan kebutuhan kesehatan pasien melalui komunikasi dan sumber
daya yang tersedia untuk mempromosikan cost effective (CMSA, 2010).
Case manager akan mengatur pelayanan pasien selama seluruh waktu
rawat inap, meningkatkan kontinuitas pelayanan, koordinasi, kepuasan
pasien, kualitas pelayanan dan hasil yang diharapkan, yang diperlukan
bagi pasien tertentu yang kompleks dan pasien lain yang ditentukan rumah
sakit (Kemenkes, 2011). Dalam standar akreditasi KARS, pencapaian
kontinuitas pelayanan di rumah sakit dan koordinasi antar para tenaga
medis, rumah sakit menetapkan individu yang bertanggungjawab untuk
mengkoordinasikan pelayanan. Individu tersebut dapat mengkoordinasikan
seluruh pelayanan pasien (seperti antar departemen) atau dapat
bertanggungjawab untuk mengkoordinasikan pelayanan pasien secara
individual (case manager) (Kemenkes, 2011).
Dalam menghadapi akreditasi versi KARS dan JCI tahun 2017,
maka RSUD Dr. Soetomo Surabaya menunjuk case manager berdasarkan
SK Direktur RSUD Dr. Soetomo Surabaya Nomor : 188.8/557/301/2017
tentang Case manager/Champion Akreditasi KARS dan JCI RSUD Dr.
Soetomo Surabaya. Pada akreditasi KARS, terdapat 3 poin dalam
14

penilaian akreditasi KARS yang belum lulus, yaitu pokja PPI, PPK, dan
APK. Case management merupakan salah satu poin penilaian dalam pokja
APK (Akses Pelayanan dan Kontinuitas pelayanan). Case manager yang
tercantum dalam SK Direktur adalah semua kepala ruangan di RSUD Dr.
Soetomo Surabaya. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan,
pada ruang Bedah Cempaka, yang menjadi case manager adalah Ibu Sri
Rahayu, S.Kep. Ns selaku kepala ruangan. Pelaksanaan case management
di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya belum maksimal
dan masih belum jelas batasan deskripsi pekerjaan antara kepala ruangan
dan case manager. Disamping itu, pengetahuan perawat terkait case
management masih kurang. Berdasarkan hasil wawancara pada beberapa
perawat terkait case manager dan perannya, dapat diketahui bahwa dari 10
perawat, terdapat satu perawat yang mengetahui case management, peran,
dan dampak case management pada pelayanan pasien. Empat perawat
mengatakan peran case manager sama dengan kepala ruangan. Sebagian
besar perawat mengatakan bahwa belum ada sosialisasi tentang case
management.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka perlu dilakukan kegiatan
yang bertujuan untuk mengaplikasikan case management sesuai dengan
standar. Adapun beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait case
management yang menggunakan pendekatan PICOT.
15

Tabel 3.1 PICOT Case Management


Populasi Intervensi/Assesment Comparasion Outcome Time/Lama Jurnal
Penelitian/Theo
ry
186 penduduk 1. Perawatan biasa + Hanya - Dibandingkan dengan
Kunjungan Gary, et.al. 2003.
afrika amerika nurse care manager perawatan biasa perlakuan kontrol, kelompok
follow up selama Randomized
dengan DM tipe 2 (NCM) perlakuan NCM 2 dan tahun. controlled trial of the
2. Perawatan biasa + kelompok perlakuan CHW Menggunakan effects of nurse case
community health memiliki penurunan
framework manager and
worker (CHW) sederhana pada HbA1c
precede-proceed community health
3. Perawatan biasa + (masing-masing 0,3 & 0,3%)
behavioral worker interventions
NCM/tim CHW. - Kombinasi NCM dan CHW model, meliputi on risk factors for
menunjukkan penurunan
konseling pasien diabetes-
lebih besar pada HbA1c sehubungan related complications
(0,8% P = 0,137) dengan in urban African
- Setelah penyesuaian terhadap
perawatan Americans.
perbedaan awal dan waktu mandiri pasien Preventive Medicine
follow-up, kombinasi NCM dan pengingat 37, 23–32.
dan CHW mampu
dokter
meningkatkan diabetic
control penduduk Afrika
Amerika dengan DM tipe 2.
Hasil penelitian
menunjukkan perbaikan
trigliserid (-35,5 mg/dl;
P=0,041) dan tekanan
diastolik (-5,6 mmHg;
P=0,042)
542 dari 2450 Intervensi minimal yang 273 intervensi Hasil penelitian menunjukkan 24 – 36 bulan Gary, et.al. 2009. The
penduduk Afrika- terdiri dari telepon kelompok perlakuan intensif 23% Effects of a Nurse
Amerika dengan mailings and panggilan sederhana (usual lebih rendah dalam hal Case manager and a
DM tipe 2 yang telepon tiap 6 bulan care) kunjungan ke IGD. Community Health
16

memenuhi kriteria sekali guna dibandingkan (selisih rata-rata [RD], −14.5; Worker Team on
inklusi mengingatkan partisipan dengan 269 adjusted rate ratio [RR], 0.77; Diabetic Control,
tentang preventif NCM/CHW 95% confidence in- Emergency
skrining. intensive terval [CI], 0.59-1.00). Pada Department Visits,
Data diabetic con- intervention analisis perlakuan, tingkat and Hospitalizations
trol dikumpulkan pada reduksi pada pasien yang Among Urban
baseline dan di bulan ke- mendapat kunjungan NCM dan African Americans
24 dilakukan dengan HCW paling sering, With Type 2 Diabetes
blinded menunjukkan nilai paling tinggi Mellitus. Arch Intern
observers; data (RD, −31.0; adjusted RR, 0.66; Med/ Vol 169 (No.
kunjungan 95% CI, 0.43-1.00; rate 19), Oct 26
IGD/emergency reduction ↓34%).
department (ER) Hal ini menunjukkan bahwa
dikumpulkan secara intervensi yang disesuaikan
administratif. secara budaya yang dilakukan
oleh tim NCM/CHW mengurangi
kunjungan ER/IGD oleh
penduduk Afrika-Amerika.
8 perawat Semistructured - Hasil studi menyimpulkan bahwa Desember 2002 Scheneiderman, 2008.
komunitas dari interviews dilakukan perawat berharap anak-anak asuh sampai dengan Qualitative Study on
120 perawat di untuk menggali menerima perawatan yang Maret 2003 the Role of Nurses as
Los Angeles pendapat mereka tentang komprehensif , meliputi Health Case
melaksanakan kebutuhan perawatan perawatan kesehatan mental,yang managers of Children
health case untuk meningkatkan sangat dipengaruhi oleh setiap in
management untuk derajat kesehatan anak. perubahan yang dialami di sekitar Foster Care in
anak-anak di panti Daftar pertanyaan untuk mereka tinggal. Selebihnya, California. Journal of
asuhan, 2 orang in-depth interviews responden/perawat berusaha Pediatric Nursing,
sebagai informan adalah sbb; menyediakan perawatan sesuai Vol.23, No.4.
kunci dan 6 orang 1. Apa yg harus kebutuhan anak-anak asuh
lainnya dipilih dari perawat lakukan dengan menyiapkan caregiver
critical case untuk dapat dan health case management
17

sampling memberikan health dengan pengetahuan dan


case management? kemampuan advokasi yang baik.
2. Bagaimana agar
perawat bisa
memberikan
layanan yang
dibutuhkan?
3. Apa yg bisa
dilakukan perawat
untuk mencegah
atau merawat
masalah kesehatan?
4. Masalah sistem apa
yang ingin
ditangani perawat
untuk memperbaiki
derajat kesehatan
anak?
14 tim Studi kualitatif dengan - Sebagian besar case manager 6 bulan de Stampa et al. 2014.
multidisiplin yang focus groups comprising memandang dirinya sebagai Multidisciplinary
diambil dari total bagian dari tim manamemen teams of case
jumlah 59 case kasus (91.5%). Tim manajemen managers in the
manager kasus / case management teams implementation of an
membantu case managers dalam innovative integrated
mengembangkan pemahaman services delivery for
komprehensif tentang konsep the elderly in France.
terintegrasi, memenuhi BMC Health Services
kebutuhan kompleks lansia dan Research 14:159.
berdampak pula pada
profesionalitas mereka dalam
praktiknya. Tim manajemen
18

kasus multidisiplin memberikan


tambahan nilai dengan membantu
case manager mengaplikasikan
teori kedalam praktik,
mengembangkan konsep a
comprehensive clinical vision.
Semua diawali dengan
pendekatan interdisiplin.
309 pasien rawat Pendampingan case Tidak ada Terdapat perbedaan antara Data Hubungan
inap manajer (dokter umum) Pendampingan kepuasan pasien yang didampingi dikumpulkan penempatan dokter
case manajer dokter umum dengan yang tidak selama umum sebagai case
(dokter umum) di dampingi dokter umum. Pasien november manager dan
yang didampingi dokter umum di sampai kepuasan pasien
bangsal mempunyai tingkat desember 1997 diruang rawat inap
kepuasan lebih tinggi RS. ST. Elizabeth
Semarang
2450 African The minimal 273 with The intensive intervention group 24 – 36 bulan The Effects of a
Ameri- intervention consisted of minimal were 23% less likely to have ER Nurse Case manager
cans with DM mailings and telephone telephone visits (rate difference [RD], and a Community
calls every 6 months to intervention −14.5; adjusted rate ratio [RR], Health Worker Team
remind par- (usual care) 0.77; 95% confidence in- on Diabetic Control,
ticipants about compare with terval [CI], 0.59-1.00). In on- Emergency
preventive screenings. 269 NCM/CHW treatment analyses, the rate Department Visits,
Data on diabetic con- intensive reduction was strongest for and Hospitalizations
trol were collected at intervention patients who received the most Among Urban
baseline and at 24 NCM and CHW visits (RD, African Americans
months by blind −31.0; adjusted RR, 0.66; 95% With Type 2 Diabetes
observers; data CI, 0.43-1.00; rate reduction Mellitus
emergency department ↓
(ER) visits and 34%)
hospitalizations were
19

assessed using
administrative data
6 perawat yang Manajemen konflik oleh - Hasil penelitian menunjukan Data Pelaksanaan
berperan sebagai case manager bahwa konflik interdisiplin dikumpulkan Manajemen Konflik
case manager di berupa perselisihan dan selama tiga Interdisiplin Oleh
ruang Rawat Inap penurunan produktifitas kerja bulan (Maret - Case manager Di
RSUD Tugurejo oleh dokter, perawat dan petugas Mei 2016). Ruang Rawat Inap
farmasi klinis, disebabkan oleh RSUD Tugurejo
miskomunikasi, kewenangan dan Semarang
perubahan dan terjadi di ruangan
perawatan, dan terjadi di ruang
perawatan. Case manajer
memiliki peran penting dalam
penyelesaian konflik interdisiplin
yang terjadi di rumah sakit
4,472 rekam medis Retrospective analysis - Secara keseluruhan tingkat 30- Pre intervensi Drincic. 2017. The
pasien pulang pada pada 30-hari tingkat hari readmisi pasien diabetes (Juli 2010 – effect of diabetes case
18 bulan periode readmisi pasien diabetes berkurang secara signifikan dari Desember management and
pre intervensi, dan sebelum (Juli 2010– 20.1% (pre) menjadi 17.6% 2011), Diabetes Resource
32,046 rekam Desember 2011), dan (post) intervensi (p< 0.0001). dan post Nurse
medis pada 18 sesudah (Januari 2012– Pasien yang difollow up oleh intervensi program on
bulan periode post Juni 2013) memulai edukator diabetes memiliki (Januari 2012– readmissions of
intervensi. imple-mentasi model tingkat 30-hari readmisi terendah Juni 2013) patients with diabetes
perawatan diabetes ber- (15% selama studi), rentang yang mellitus. Journal of
jenjang. mendekati tingkat readmisi Clinical &
pasien nondiabetes di pusat Translational
kesehatan Nebrasca. Program Endocrinology 8, 29-
pengembangan perawat diabetes 34.
dan Diabetes Case manager
efektif menurunkan tingkat
readmisi. Pasien yang dimonitor
20

oleh edukator diabetes


menunjukkan tingkat readmisi
terendah.
20

Berdasarkan tabel PICOT di atas, dapat diketahui bahwa


pelaksanaan case management dalam tatanan pelayanan di rumah sakit
telah memberikan banyak manfaat, baik untuk pelayanan ke pasien,
hubungan antarprofesi, juga untuk meningkatkan mutu rumah sakit.
Berikut ini akan dijelaskan tentang analisis inovasi yang akan dilakukan.
Tabel 3.2 Pelaksanaan Case management
Komponen Standar Lapangan Inovasi Output yang
diharapan
Case manager Kualifikasi case manager 1. Case manager seorang - -
KARS (2012) yaitu: perawat yang
1. Kualifikasi menjabat sebagai
a. Dokter umum atau kepala ruangan dengan
perawat dengan pengalaman kerja 28
pendidikan S1 tahun yang memiliki
b. Pengalaman minimal 3- pelatihan Metode
5 tahun dalam praktek keperawatan
pelayanan klinis terkini, metode
c. Dokter : sebagai dokter bangsal, manajemen
ruangan keperawatan, audit
d. Perawat : sebagai keperawatan, PPI,
kepala ruangan IPSG, JCI, dan lain
2. Pelatihan Tambahan lain.
2. SK Direktur RSUD
Dr. Soetomo Surabaya
Nomor :
188.8/557/301/20,
semua kepala ruangan
ditunjuk sebagai case
manager
Mekanisme Berdasarkan Kars (2012) Alur case management di Mengusulkan alur Alur pelaksanaan
case ruang bedah cempaka yang akan case manajemen
management masih mengikuti alur digunakan dalam
komplain dan mutu tingkat pelaksanaan case
RSUD Dr.Soetomo management

Konten Case Berdasarkan KARS (2012) Pelaksanaan di lapangan Mengembangkan Case manager
management penerapan case mengetahui dan
1. Penetapan dan 1. Sudah ada management di melaksanakan
Pengangkatan MPP SK Direktur RSUD ruang Bedah peran sesuai
oleh Direktur Dr. Soetomo Surabaya Cempaka deskripsi
Nomor : berdasarkan metode tugasnya, serta
188.8/557/301/20, research and mendokumentasi
semua kepala ruangan development kan case
ditunjuk sebagai case management yang
manager telah dilaksanakan
2. Melakukan skrining 2. Sudah dilakukan,
pasien yang namun belum sesuai
21

membutuhkan MPP dengan kriteria case


management
3. Asesmen utilitas dengan 3. Sudah dilakukan,
mengumpulkan namun belum
berbagai informasi terdokumentasi dengan
klinis, psiko-sosial, baik
sosio-ekonomis,
maupun sistem
pembayaran yang
dimiliki pasien
4. Menyusun rencana 4. Sudah dilakukan,
manajemen pelayanan namun tidak
pasien tersebut, terstruktur
berkolaborasi dengan
DPJP serta para anggota
tim klinis lainnya
5. Melakukan fasilitasi 5. Sudah dilakukan,
yang mencakup namun masih
interaksi antara MPP dilakukan secara lisan
dan DPJP serta para
anggota tim PPA
lainnya, berbagai unit
pelayanan, pelayanan
administrasi, perwakilan
pembayaran.
Memfasilitasi untuk
kemungkinan
pembebasan dari
hambatan yang tidak
mempengaruhi
kinerja/hasil.
Memfasilitasi dan
memberikan advokasi
agar pasien memperoleh
pelayanan yang optimal
sesuai dengan sistem
pembiayaan dan
kemampuan finansial
dengan berkonsultasi
dengan DPJP dan
memperoleh edukasi
yang adekuat.
6. Melakukan monitoring 6. Sudah ada, namun
dan evaluasi proses- belum
proses pelayanan dan terdokumentasi
asuhan pasien.
7. Ada bukti dokumentasi 7. Sudah dilakukan,
kegiatan MPP antara namun belum sesuai
lain termasuk dalam dengan dokumentasi
rekam medis case management.
Dokumentasi case
management
22

dicantumkan dalam
buku TAO, dan buku
complain/masalah
Ruang Bedah
Cempaka
Peran case 1. Melakukan skrining Case manager di Ruang
management awal tentang pasien Bedah Cempaka RSUD
yang mempunyai Dr. Soetomo adalah
masalah-masalah Kepala Ruangan yang
beresiko tinggi juga menjalankan
2. Melakukan asesment beberapa fungsi lain
utilitas dengan selain fungsi case
mengumpulkan manager dan fungsi
berbagai informasi Kepala Ruangan itu
klinis, psiko-sosial, sendiri, fungsi tersebut
sosioekonomi, maupun diantaranya adalah
sistem pembayaran manajemen komplain,
yang dimiliki pasien kendali tim mutu, dan
3. Menyusun rencana lain-lain. Kegiatan
manajemen pelayanan pengelolaan kasus yang
pasien tersebut, dilakukan oleh Kepala
berkolaborasi dengan Ruangan di ruang Bedah
Dokter Penanggung Cempaka selaku case
Jawab Pasien (DPJP) manager juga sudah
serta anggota tim klinis dilaksanakan dengan
4. Implementasi case cukup baik.
management dan
koordinasi dengan
Dokter Penanggung
Jawab Pasien (DPJP)
serta anggota tim klinis
lainnya
5. Melakukan evaluasi
pada pelaksanaan case
management dan
rencana tindak lanjut
6. Terminasi proses case
management

Berdasarkan beberapa uraian di atas, kami tim aplikasi klinik di


ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya akan
mengembangkan instrumen pendokumentasian case management
menggunakan metode research and development dengan tujuan untuk
meningkatkan mutu pelayanan di ruang Bedah Cempaka dan untuk
mendukung akreditasi KARS dan JCI yang akan dilaksanakan oleh RSUD
Dr. Soetomo Surabaya, terutama pada penilaian elemen APK 2.
23

2. Menggali kembali permasalahan yang ditemukan melalui Focus


group discussion 1 di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo
Surabaya
Kegiatan FGD 1 dilakukan bertujuan untuk menggali
permasalahan yang ditemukan terkait case management di Ruang
bedah Cempaka. Focus group discussion 1 telah dilaksanakan pada
tanggal 17 Mei 2017 yang diikuti oleh 13 Peserta yang terdiri dari:
1. kepala ruangan
2. wakil kepala ruangan
3. Perawat ruangan
4. Pegawai administrasi
5. Pekarya Rumah Tangga
6. Pekarya kesehatan
Peserta dibagi menjadi dua kelompok untuk
menghomogenkan peserta FGD. Kelompok 1 terdiri dari kepala
ruangan dan wakil kepala ruangan, sementara pada kelompok 2
terdiri dari perawat, petugas administrasi, pekarya rumah tangga,
dan pekarya kesehatan.
Adapun hasil dari kegiatan FGD 1 antara lain:
1. Pengkajian masalah di Ruang Bedah Cempaka
1) Masalah yang sering ditemukan di bedah Cempaka adalah
menunggu acara operasi, menunggu antrian kamar,
pemberian kemoterapi yang terlalu malam
2) Terdapat beberapa kasus sulit dan langka yang
menyebabkan ALOS panjang, akan tetapi sangat jarang
terjadi
3) Apabila menunggu acara operasi sangat lama, maka akan
dikonsultasikan dengan DPJP, apabila DPJP menyetujui,
maka pasien dapat dipulangkan.
2. Pelaksanaan case management di Ruang Bedah Cempaka
1) Case management sudah dilaksanakan di Ruang Bedah
Cempaka, akan belum tersistematis dan terdokumentasi
24

3. Alur pengelolaan kasus di Ruang Bedah Cempaka


1) Perawat pelaksana akan melaporkan kasus yang ada ke
perawat primer . Perawat primer atau ketua tim dalam shift
melaporkan ke kepala ruangan
2) Perawat primer/ ketua tim akan membuat keputusan untuk
mengidentifikasi masalah prioritas yang perlu segera
diselesaikan. Selanjutnya akan dilaporkan ke kepala
ruangan.
3) Kepala ruangan akan menyelesaikan masalah tersebut
selaku case manager, apabila masalah belum teratasi, maka
case manager akan mengkoordinasikan dengan pihak
terkait.
3. Menyusun perencanaan penelitian case management berdasarkan
research and development di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr.
Soetomo Surabaya
Adapun pelaksanaan penelitian case management berdasarkan
research and development di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr.
Soetomo Surabaya yaitu:
1. Waktu : 5 Juni s.d 8 Juni 2017
2. Pelaksana : Mahasiswa S2 Keperawatan
3. Tempat : Ruang Bedah Cempaka
4. Pembimbing Akademik :
1) Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons)
2) Dr. Hanik Endang, S.Kp., M.Kep
Untuk efektifitas dan kelancaran pelaksanaan rencana
kegiatan pengembangan case managemen yang akan dilakukan
kelompok dan menentukan kebijakan-kebijakan internal. Secara
umum kelompok menyusun struktur organisasi sebagai berikut :
1. Ketua : Aulia Rahman
2. Sekretaris : Nurul Hikmatul Qowi
3. Bendahara : Mei Widyawati
25

4. Penanggung Jawab
a. Sosialisasi : Mukhomad Nurhadi
b. Pengembangan instrumen : Evi Muslicha
c. Implementasi : Sofia Mayasari
d. Modul : Lukman Hakim
Adapun kegiatan yang akan dilakukan selama implementasi
yaitu sosialisasi instrumen case management, pendampingan
pengisian instrumen sesuai dengan kasus, evaluasi, dan
penyusunan alur pelaksanaan case manajemen
4. Melakukan ujicoba 1 instrumen case management di ruang Bedah
Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 18, 22, dan 23 Mei 2017.
Responden dalam ujicoba ini yaitu 2 orang perawat, kepala
ruangan, dan wakil kepala ruangan. Kegiatan ini dilakukan dengan
mengujicobakan pengisian dokumentasi case management. Tim
memberikan form dokumentasi case management untuk diisi
sesuai dengan pemahaman terhadap form dokumentasi tersebut.
Instrumen dokumentasi case management yang disusun
berdasarkan KARS (2012). Adapun proses case management yang
didokumentasikan yaitu identifikasi pasien yang dilakukan case
management, melakukan assessment, perencanaan, dan
pelaksanaan koordinasi dengan multidisiplin.
Setelah dilakukan pelaksanaan ujicoba, maka peneliti melakukan
evaluasi, yaitu Responden masih bingung cara pengisian instrumen
pada beberapa kolom hal ini dikarenakan peneliti belum
menyediakan juknis instrumen yang membantu case manager
melakukan pendokumentasian. Disamping itu masih terdapat
beberapa poin yang masih belum jelas. Berdasarkan hasil observasi
pada lembar dokumentasi yang sudah diisi, proses dokumentasi
penyelesaian masalah seorang case manager belum terlihat dengan
jelas, sehingga perlu adanya pembenahan pada instrumen tersebut.
26

5. Mengembangkan instrumen dokumentasi case management


melalui Focus group discussion 2 di ruang Bedah Cempaka RSUD
Dr. Soetomo Surabaya
Instrumen dikembangkan dari hasil Ujicoba 1 dan evaluasi.
Hasil evaluasi tersebut kemudian dijadikan bahan revisi dan
disampaikan pada kegiatan dan morning report (diskusi pakar)
yang dilakukan setiap minggu. Hasil revisi instrumen dari hasil
diskusi pakar disampaikan dalam kegiatan FGD 2. Dapaun hasil
revisi instrumen terlampir.
Kegiatan FGD 2 ini dilakukan untuk mengembangkan
instrumen dokumentasi case management. Kegiatan FGD2 dihadiri
oleh Kepala ruangan, wakil kepala ruangan, Kasi pengembangan
mutu keperawatan (Ibu Endang Sri, S.Kep. Ns. M.Kes) dan Kepala
keperawatan IRNA Bedah (Bpk. Bambang, S.Kep. Ns).
Pada FGD 2, wawancara dilakukan untuk menggali
kemanfaatan dari form dokumentasi case management, saran dari
case manager, serta pemegang kebijakan dirumah sakit, serta alur
pelaksanaan case management. Saran-saran yang telah
disampaikan tersebut dijadikan bahan untuk perbaikan modul dan
form dokumentasi case management.
Adapun hasil dari kegiatan FGD 2 yaitu:
a. Terdapat beberapa kolom pada instrumen yang masih perlu
direvisi dan disederhanakan sesuia kebutuhan ruangan
b. Diperlukan juknis yang digunakan untuk panduan case
manager dalam mengisi instrumen yang mencakup definisi
operasional masing-masing komponen
c. Alur case management yang sudah diaplikasikan sekarang yaitu
mengacu pada alur pelayanan pengaduan pelayanan public dan
alur manajemen resiko
d. Kebijakan tentang case management sudah diatur dalam SK
direktur, akan tetapi belum menjelaskan secara detail tupoksi
seorang case manager.
27

6. Menganalisis validitas & Reliabilitas pengembangan instrumen


dokumentasi case management di ruang Bedah Cempaka RSUD
Dr. Soetomo Surabaya
Langkah awal yang dilaksanakan yaitu dengan uji instumen kepada
kepala ruangan, dan wakil kepala ruangan, serta tim aplikasi klinik.
Uji instrumen dilakukan dengan cara mengisi instrumen, apakah
instrumen mudah difahami, baik dari segi arti, maupun
ketatabahasaan. Instrumen yang diujikan yaitu instrumen hasil
revisi FGD 2 dan diskusi pakar (morning report) dengan Prof.
Nursalam. Setelah melakukan pengisian intrumen, maka responden
akan diberikan kuisioner “pendapat perawat tentang instrumen case
management” berdasarkan modifikasi kuisioner Rahmania (2016).
Berdasarkan hasil analisis data dari hasil pengisisan kuisioner, 8
responden memberikan pendapat bahwa instrumen case
management yang akan digunakan memenuhi kriteria functionality,
efficiency, dan usability.
7. Melakukan implementasi case management dengan metode SECI
di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Kegiatan yang telah dilakukan dalam mengembangkan instrumen
case management yaitu transfer knowledge berdasarkan pada
“knowledge creation” the SECI Model (Dubberly & Evenson,
2011).
a. Socialization (Tacit to tacit)
Adapun kegiatan yang termasuk dalam tahap socialization
adalah:
a) Sosialisasi 1
Kegiatan sosialisasi 1 dilakukan pada tanggal 17 April 2017
melalui sosialisasi case management dihadiri oleh 13
perawat dan staf di ruang Bedah Cempaka. Kegiatan
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan perawat dan
staf bedah cempaka terkait case management, yang mana
sudah dilakukan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
28

b) Sosialisasi 2
Kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan sosialisasi
instrumen case management, juknis, dan modul yang telah
disusun. Sosialisasi dilaksanakan pada 7 Juni 2017 dengan
peserta kepala ruangan dan wakil kepala ruangan. Tim
aplikasi klinik menjelaskan terkait modul, cara pengisian
instrumen, dan juknis kepada peserta sosialisasi. Setelah itu
mempersilahkan kepala ruangan dan wakil kepala ruangan
untuk menanyakan pada hal-hal yang belum dipahami
terkait instrumen dan juknis yang telah disediakan.
b. Externalization (Tacit to explicit)
Tahap ini dilakukan dengan memberikan pendampingan
kepada kepala ruangan dan wakil kepala ruangan dalam
melakukan pengisian instrumen. Instrumen yang digunakan
merupakan hasil dari kajian teori, diskusi pakar, uji lapangan,
dan saran dari kepala ruangan dan wakil kepala ruangan setelah
dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
Dalam melakukan pengisian instrumen, kepala ruangan dan
wakil kepala ruangan mengambil satu kasus yang ada di ruang
bedah cempaka agar lebih mudah mengaplikasikan instrumen
tersebut. Modul dan Petunjuk teknis pengisian instrumen
disertakan dalam kegiatan ini. Kepala ruangan dan wakil kepala
ruangan sudah bisa melaksanakan pengisian instrumen dengan
baik.
Setelah dilakukan pendampingan pengisian instrumen, kepala
ruangan dan wakil kepala ruangan menjadi lebih memahami
instrumen dengan baik, dan mengatakan bahwa instrumen
merupakan panduan dalam melakukan case management,
mudah dipahami, dan aplikatif daripada instrumen yang
ditawarkan sebelumnya
29

c. Combination (Explicit to Explicit)


Ketika melakukan pengisian pada instrumen case management,
kepala ruangan sudah mempunyai gambaran bagaimana cara
mendokumentasikan evaluasi case management, meskipun
pada instrumen yang kami susun belum menjelaskan secara
detail pada juknis instrumen case manager pada tahap
dokumentasi evaluasi.
Evaluasi yang dimaksud yaitu evaluasi secara berkala dari
beberapa implementasi yang telah dilakukan case manager
untuk memantau pengembangan penyelesaian masalah. Inisiatif
kepala ruangan dalam mengembangkan poin evaluasi case
management sudah dapat dikatakan sebagai tahap combination.
d. Internalization (Explicit to Tacit)
Kegiatan yang kami lakukan belum sampai pada tahap
internalisasi.
8. Melakukan desiminasi dan memberikan rekomendasi pelaksanaan
case management di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo
Surabaya
Hasil kegiatan pengembangan instrument dokumentasi case
management akan didesiminasikan pada tanggal 8 Juni 2017 untuk
mendapatkan saran dari beberapa pihak dan kemungkinan dapat
diimplementasikan di RSUD Dr. Soetomo. Adapun rekomendasi
dari hasil kegiatan research and development adalah formulir
dokumentasi case management dan alur pelaksanaan case
management.
30

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari pengembangan instrument case management ini adalah sebuah


instrument dokumentasi aktivitas case manager dalam melakukan manajemen
pelayanan pasien. Intrumen tersebut sebanyak satu lembar yang terdiri dari
screening awal pasien, perencanaan dan implementasi yang berdasarkan pada
fungsi case manager (KARS, 2012), tanggal, evaluasi dan rencana tindak lanjut,
serta tanda tangan case manager. Instrument disusun sesingkat mungkin tanpa
mengurangi konten dari dokumentasi. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan
dokumentasi tanpa harus menulis terlalu banyak, mengingat case manager
menjalankan multijob. Instrumen dihasilkan dari beberapa kali proses revisi dari
hasil uji lapangan, diskusi pakar, dan kajian teoritis.
Alur pelaksanaan merupakan salah satu rekomendasi yang diusulkan. Hal
ini dikarena belum terdapat alur pelaksanaan case management di RSUD Dr
Soetomo Surabaya. Alur manajemen yang selama ini digunakan yaitu alur
komplain dan pengendalian mutu. Adapun rekomendasi alur yang kami usulkan
yaitu mengacu pada alur case management berdasarkan KARS (2012) dengan
dikombinasikan dengan alur penanganan masalah/komplain di RSUD Dr.
Soetomo Surabaya melalui wawancara dengan bagian bidang keperawatan, Kasi
mutu dan pengembangan, kepala dan wakil kepala ruangan.
Hasil pengembangan instrument dan modul yang telah kami lakukan
adalah menjawab beberapa kendala yang dihadapi ruang Bedah Cempaka dalam
pelaksanaan case management. Adapun kendala tersebut antara lain kendala
teknis, tidak tersedianya dokumentasi dari pelaksanaan case management. Case
manager diangkat berdasarkan SK Direktur RSUD Dr. Soetomo Surabaya Nomor
: 188.8/557/301/20, yang menyatakan semua kepala ruangan ditunjuk sebagai
case manager. SK pengangkatan tersebut belum di lampiri uraian tugas/job
description case manager. Dengan adanya instrument dan modul case
management ini, diharapkan dapat menjadi panduan case manager dalam
melaksanakan tugasnya dengan baik.
31

Instrumen case management yang telah disusun juga dapat membantu case
manager dalam melakukan fungsi-fungsinya. Case management adalah proses
kolaboratif melalui pengkajian, perencanaan, koordinasi, monitoring, dan evaluasi
pelayanan untuk menemukan kebutuhan kesehatan pasien melalui komunikasi dan
sumber daya yang tersedia untuk mempromosikan cost effective (CMSA, 2010).
Aspek pengkajian, perencanaan, koordinasi, monitoring, dan evaluasi dalam
pelaksanaan case management sudah dimasukkan dalam instrument case
management. Dengan adanya instrument ini, diharapkan dapat memperbaiki
proses penyelesaian masalah pasien oleh case manager, sehingga dapat
meningkatkan mutu pelayanan di ruang Bedah Cempaka dan untuk mendukung
akreditasi KARS dan JCI yang akan dilaksanakan oleh RSUD Dr. Soetomo
Surabaya, terutama pada penilaian elemen APK 2.
Menurut Kemenkes (2011), case manager akan mengatur pelayanan
pasien selama seluruh waktu rawat inap, meningkatkan kontinuitas pelayanan,
koordinasi, kepuasan pasien, kualitas pelayanan dan hasil yang diharapkan, yang
diperlukan bagi pasien tertentu yang kompleks dan pasien lain yang ditentukan
rumah sakit. Pada RSUD Dr. Soetomo Surabaya, case manager diangkat
berdasarkan SK Direktur RSUD Dr. Soetomo yang menyatakan semua kepala
ruangan ditunjuk sebagai case manager. Penunjukan case manager ini diharapkan
dapat menyelesaikan masalah pasien dengan baik akan meningkatkan kepuasan
pasien dan berdampak pada peningkatan mutu rumah sakit.
Kegiatan case management di ruang bedah cempaka RSUD Dr. Soetomo
Surabaya sudah dilaksanakan sejak awal tahun 2017 dengan baik dan berdampak
pada kepuasan pasien. Berdasarkan data yang diambil pada tanggal 2-4 Mei 2017
bahwa 100% pasien puas dengan pelayanan yang dilakukan di ruang Bedah
Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Berdasarkan hasil evaluasi kepuasan
pasien ini, belum diketahui apakah kepuasan tersebut dikarenakan proses case
management saja karena aspek yang dinilai dalam kepuasan pasien terdiri dari
peran perawat dalam orientasi di ruangan, penyelesaian masalah, edukasi,
keterampilan perawat dalam melakukan pelayanan keperawatan.
32

BAB 5
PENUTUP

Demikianlah rencana pelaksanaan case management di ruang bedah


Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Semoga kegiatan yang akan kami
laksanakan dapat membantu mengatasi permasalahan yang muncul di tatanan
pelayanan rumah sakit. Kami yakin rencana pelaksanaan case management ini
masih dalam proses penyempurnaan yang lebih lanjut. Besar harapan kami dari
beberapa pihak yang ahli di bidang manajemen untuk menyempurnakan kegiatan
aplikasi case management ini.
33

DAFTAR PUSTAKA

Aeni, W. 2014. Pengembangan Case manager Dalam Patient Centered Care. Jurnal
Manajemen Keperawatan . Volume 2, No. 2, November 2014; 126-134.
CMSA. 2010. Case management Society Of America Standards of Practice for Case
management. Diakses dari www.cmsa.org
de Stampa et al. 2014. Multidisciplinary teams of case managers in the implementation of an
innovative integrated services delivery for the elderly in France. BMC Health
Services Research 14:159. http://www.proquest.com diakses tanggal 12 Mei 2017
14: 01 WIB
Drincic. 2017. The effect of diabetes case management and Diabetes Resource Nurse
program on readmissions of patients with diabetes mellitus. Journal of Clinical &
Translational Endocrinology 8, 29-34. http://www.sciencedirect.com diakses tanggal
12 Mei 2017 13:40 WIB
Dubberly and Evenson. 2011. Design as learning-or “knowledge creation”- the SECI model.
ACM-Interactions-Volume XVIII-January+February 2011-OnModelingForum
Gary, et.al. 2003. Randomized controlled trial of the effects of nurse case manager and
community health worker interventions on risk factors for diabetes-related
complications in urban African Americans. Preventive Medicine 37, 23–32.
http://www.sciencedirect.com diakses tanggal 9 Mei 2017 16:15 WIB.
Gary, et.al. 2009. The Effects of a Nurse Case manager and a Community Health Worker
Team on Diabetic Control, Emergency Department Visits, and Hospitalizations
Among Urban African Americans With Type 2 Diabetes Mellitus. Arch Intern Med/
Vol 169 (No. 19), Oct 26. http://jamanetwork.com diakses tanggal 9 Mei 2017 16:01
WIB
Hartini, dkk. 1999. Hubungan penempatan dokter umum sebagai case manager dan kepuasan
pasien diruang rawat inap RS. ST.Elizabeth Semarang. Jurnal Manajemen Pelayanan
Kesehatan Vol.02/No. 02/1999. http://google.schoolar.com diakses tanggal 9 Mei
2017 11:35 WIB
Huber, L. 2010. Diane, Leadership and Nursing Care Management (Fourth Edition).
Saunders.
KARS. 2012. WS Implementasi Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) dan case
manager dalam Akreditasi Rumah Sakit versi 2012.
Kasim, F. 2008. Case manager dan Aplikasinya di Rumah Sakit. Bandung: Stikes Immanuel
Kemenkes RI. 2011. Standar Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1. Diakses dari
Kustriyarini. 2016. Pelaksanaan Manajemen Konflik Interdisiplin Oleh Case manager Di
Ruang Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang. Tesis Program Studi Magister
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
Morales-Asencio, J. M., et all. 2010. Design of a case management model for people with
chronic disease (Heart Failure and COPD). BMC Health Services Research, 10,
324.
NCMN (National Case Managament Network). 2009. Canadian Standards of Practice for
case management: Connect, Colaborate, Communicate the power of case
management. Diakses dari www.ncmn.ca
Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional
Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.
34

Rahmania, D. 2016. Pengembangan Instrumen Dokumantasi Keperawatan berbasis


Standardized Nursing Language (NANDA-I, NOC, NIC). Tesis Universitas
Airlangga tidak dipublikasikan
Ross, Curry, Goodwin, 2011. Case management. What it is and how it can best be
implemented. Diakses dari www.kingsfund.org.uk
Scheneiderman, 2008. Qualitative Study on the Role of Nurses as Health Case managers of
Children in Foster Care in California. Journal of Pediatric Nursing, Vol.23, No.4.
http://www.sciencedirect.com diakses tanggal 9 Mei 2017 16:27 WIB
Sunaringtyas & Sulisno. 2015. Strategi Case manager dalam Mengelola Kasus Pasien Rawat
Inap di RS B Kediri. The Indonesian Journal Of Health Science, Vol. 6, No.1.
http://google.schoolar.com diakses tanggal 8 Mei 2017 22:12 WIB
35

FORMULIR DOKUMENTASI CASE MANAGEMENT

Nama Pasien : Nomor Rekam Medis :


Diagnosa Medis : Nama Case Manager / DPJP :
Screening awal
Perencanaan dan Implementasi Tgl Penjelasan Paraf
Pasien
 Biaya tinggi 1. Asesmen utilitas
 Potensial  Melakukan pengkajian;
komplain  Biologis (informasi klinis) o Psikososial
 Kasus  Sistem pembayaran o Sosioekonomi
penyakit 2. Perencanaan
kronik  Perencanaan proses asuhan pasien
 Kasus  Discharge planning
komplek 3. Fasilitasi & Advokasi
 Kendala  Memastikan bahwa pemeriksaan pasien adalah tepat
sistem  Berkoordinasi dengan tim pelayanan pasien untuk manajemen kasus, manajemen
pembayaran biaya, dan outcome pasien;
 ALOS  Dokter/DPJP  Keperawatan  Apoteker  Administrasi
memanjang  Gizi  Analis medis  Radigrafer  Lainnya
 Membutuhkan  Menawarkan bentuk-bentuk asuhan alternatif
kontinuitas  Membantu pasien dan keluarga untuk membuat keputusan tindakan medis
pelayanan  Memberikan informasi perkembangan pasien kepada para penanggung biaya
untuk sistem kendali biaya
 Membantu pasien dan keluarga mengembangkan discharge planning
4. Koordinasi pelayanan
 Mengkoordinasikan dengan fasilitas pelayanan kesehatan untuk kontinuitas
pelayanan pasien
 Mengkoordinasikan dengan pasien terkait akses pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan pasca perawatan
5. Evaluasi
 Melakukan telaah kendali biaya dengan pengawasan dari pihak penanggung biaya
 Mengevaluasi kepuasan pasien dan mutu pelayanan
 Memantau Average Length of Stay (ALOS)
6. Tindak Lanjut Pasca Discharge
 Pemantauan, pelayanan dan pemberian asuhan setelah pulang
36

 Reimbursement

Kepala Keperawatan Irna Bedah Case Manager

______________________________ _______________________
37

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN INSTRUMEN

PENGERTIAN
Pencatatan proses manajemen pelayanan pasien yang wajib diisi oleh seorang case manager.
TUJUAN
Acuan bagi case manager dalam melaksanakan proses perencanaan, koordinasi, pengelolaan, dan
penelaahan asuhan seorang pasien.
PENANGGUNG JAWAB
Case manager (kepala ruangan yang berperan sebagai case manager)
MEKANISME PENGISIAN FORM
Isi nama pasien, nomor rekam medis, diagnosa medis pasien, nama case manager dan nama DPJP.
1. Pada kolom screening awal pasien, berilah tanda (√) pada pilihan kriteria pasien yang
menurut anda paling prioritas untuk dilakukan case management. Pilihan boleh lebih dari
satu.
a. ALOS memanjang
Apabila hari rawat inap lebih dari 6-9 hari (Depkes, 2005).
b. Kasus penyakit kronik
Apabila pasien masuk rumah sakit dengan penyakit-penyakit kronik dan menunjukkan
prognosis yang kurang baik.
c. Kasus komplek
Apabila pasien yang dirawat memiliki lebih dari satu diagnosa medis dan mengalami
komplikasi.
d. Potensial komplain
Apabila pasien seorang pejabat, tenaga kesehatan, sosial ekonomi tinggi, dan
berpendidikan tinggi.
e. Membutuhkan kontinuitas pelayanan
Apabila pasien membutuhkan pelayanan berkelanjutan selama perawatan di rumah
sakit dan pasca perawatan yang melibatkan beberapa unit penyedia layanan, misal:
membutuhkan pelayanan homecare, klinik, dan lain-lain.
f. Biaya tinggi
Apabila selama proses perawatan, kebutuhan pelayanan dan fasilitas tidak semua
ditanggung BPJS atau asuransi kesehatan lainya.
g. Kendala sistem pembayaran
Apabila terdapat kendala dalam sistem pembayaran yang dibebankan pada pasien.

4. Pada kolom perencanaan dan implementasi, berilah tanda (√) sesuai dengan proses case
management yang dilakukan :
1. Assesment utilitas
38

Apabila anda telah melaksanakan pengkajian bio-psiko-sosio-ekonomi dan sistem


pembayaran pada pasien.
2. Perencanaan
Apabila anda telah melaksanakan perencanaan manajemen pelayanan pasien:
 Perencanaan asuhan pasien selama perawatan dan pasca perawatan
 Perencanaan pemulangan (discharge planning)
3. Fasilitasi dan Advokasi
Apabila anda telah melaksanakan:
 Memastikan bahwa pemeriksaan yang dilakukan adalah tepat dan diperlukan untuk
pasien
 Mengkomunikasikan dengan dokter, tenaga kesehatan lain, bagian manajemen, dan
bagian administrasi secara berkala selama perawatan tentang manajemen biaya,
manajemen kasus, serta memberikan advokasi untuk menentukan pelaksanaan
pelayanan terbaik bagi pasien
 Menawarkan bentuk-bentuk asuhan alternatif kepada pasien sesuai kebutuhannya,
baik karena pasien sudah mau dipulangkan atau membutuhkan asuhan jangka
panjang yang rentan terhadap peraturan keuangan Rumah Sakit (RS).
 Memberikan advokasi kepada pasien dengan meningkatkan hubungan kolaboratif
untuk memaksimalkan kemampuan pasien dan keluarga untuk membuat keputusan-
keputusan medis.
 Memberikan informasi klinis kepada para penanggung biaya sehubungan dengan
sistem kendali biaya.
 Membantu pasien dan keluarga mengembangkan discharge planning, termasuk
koordinasi dengan pelayanan medis di komunitas selama dan pasca rawat inap.
4. Koordinasi Pelayanan
Apabila anda telah melaksanakan:
 Mengkoordinasikan dengan fasilitas pelayanan kesehatan untuk kontinuitas
pelayanan pasien.
 Mengkoordinasikan dengan pasien terkait akses pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan pasca perawatan.
5. Evaluasi
Apabila anda telah melaksanakan:
 Melakukan telaah kendali biaya dengan pengawasan dari pihak penanggung biaya.
 Melaksanakan telaah kepuasan pasien dan mutu layanan yang telah diberikan.
 Memantau Length of Stay (LOS).
6. Tindak lanjut pasca discharge
Apabila anda telah melaksanakan:
 Pemantauan, pelayanan dan pemberian asuhan setelah pulang.
 Reimbursement (Penyelesaian masalah administrasi dan sistem pembayaran).
5. Pada kolom tanggal, tuliskan tanggal saat pelaksanaan perencanaan dan implementasi.
6. Pada kolom penjelasan, tuliskan tahap-tahap perencanaan dan implementasi serta evaluasi
tindakan yang telah dilaksanakan, lalu buatlah rencana tindak lanjut.
39

7. Bubuhkan paraf disertai nama terang case manager pada kolom paraf setiap selesai
melaksanakan implementasi dan evaluasi.
8. Bubuhkan taandatangan case manager dan kepala keperawatan yang menjelaskan alur
koordinasi dan pelaporan kegiatan case managemen
40

40

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai