Disusun Oleh :
Nama Kelompok
1. Nika Nurmalia ( 010117A063)
2. Puji Astuti Retnoningsih ( 010117A076)
3. Rizal Asep Pratama ( 010117A088)
4. Siti Imronah ( 010117A101)
5. Ali Torihin ( 010117A119)
Teori Psikososial Lansia
A. Definisi
Perkembangan psikososial lanjut usia adalah tercapainya integritas diri yang
utuh. Pemahaman terhadap makna hidup secara keseluruhan membuat lansia
berusaha menuntun generasi berikut (anak dan cucunya) berdasarkan sudut
pandangnya. Lansia yang tidak mencapai integritas diri akan merasa putus asa dan
menyesali masa lalunya karena tidak merasakan hidupnya bermakna (Anonim,
2006). Sedangkan menurut Erikson yang dikutip oleh Arya (2010) perubahan
psikososial lansia adalah perubahan yang meliputi pencapaian keintiman,
generatif dan integritas yang utuh.
Pengertian
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang
berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk
perubahan pada pola tidur dan nafsu rnakan, psikomotor, konsentrasi, keielahan,
rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.Depresi adalah suatu
perasaan sedih dan pesimis yang berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat
berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam
(Nugroho, 2000).
2. Depresi Sedang
Gejala :
a) Kehilangan minat dan kegembiraan
b) Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan
menurunnya aktivitas.
c) Kosentrasi dan perhatian yang kurang
d) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang
e) Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
3. Depresi Berat
Gejala :
a) Mood depresif
b) Kehilangan minat dan kegembiraan
c) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
d) Konsentrasi dan perhatian yang kurang
e) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
f) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
g) Perbuatan yang membahayakan dirinya sendiri atau bunuh diri
h) Tidur terganggu
i) Disertai waham, halusinasi
j) Lamanya gejala tersebut berlangsung selama 2 minggu
1. Kognitif
Sekurang-kurangnya ada 6 proses kognif pada lansia yang menunjukkan
gejala depresi. Pertama, individu yang mengalami depresi memiliki self-
esteem yang sangat rendah. Mereka berpikir tidak adekuat, tidak mampu,
merasa dirinya tidak berarti, merasa rendah diri dan merasa bersalah terhadap
kegagalan yang dialami. Kedua, lansia selalu pesimis dalam menghadapi
masalah dan segala sesuatu yang dijalaninya menjadi buruk dan kepercayaan
terhadap dirinya (self-confident) yang tidak adekuat. Ketiga, memiliki
motivasi yang kurang dalam menjalani hidupnya, selalu meminta bantuan dan
melihat semuanya gagal dan sia-sia sehingga merasa tidak ada gunanya
berusaha. Keempat, membesar-besarkan masalah dan selalu pesimistik
menghadapi masalah. Kelima, proses berpikirnya menjadi lambat,
performance intelektualnya berkurang. Keenam, generalisasi dari gejala
depresi, harga diri rendah, pesimisme dan kurangnya motivasi.
2. Afektif
Lansia yang mengalami depresi merasa tertekan , murung, sedih, putus asa,
kehilangan semangat dan muram. Sering merasa terisolasi, ditolak dan tidak
dicintai. Lansia yang mengalami depresi menggambarkan dirinya berada
dalam lubang gelap yang tidak dapat terjangkau dan tidak dapat keluar dari
sana.
3. Somatik
Masalah somatik yang sering dialami lansia yang mengalami depresi seperti
pola tidur yang terganggu ( insomnia ), gangguan pola makan dan dorongan
seksual yang berkurang. Lansia lebih rentan terhadap penyakit karena sistem
kekebalan tubuhnya melemah, selain karena aging proces juga karena orang
yang mengalami depresi menghasilkan sel darah putih yang kurang (Samiun,
2006).
4. Psikomotor
Gejala psikomotor pada lansia depresi yang dominan adalah retardasi motor.
Sering duduk dengan terkulai dan tatapan kosong tanpa ekspresi, berbicara
sedikit dengan kalimat datar dan sering menghentikan pembicaraan karena
tidak memiliki tenaga atau minat yang cukup untuk menyelesaikan kalimat
itu. Dalam pengkajian depresi pada lansia, menurut Sadavoy et all (2004)
gejala-gejala depresi dirangkum dalam SIGECAPS yaitu gangguan pola tidur
(sleep) pada lansia yang dapat berupa keluhan susah tidur, mimpi buruk dan
bangun dini dan tidak bisa tidur lagi, penurunan minat dan aktifitas (interest),
rasa bersalah dan menyalahkan diri (guilty), merasa cepat lelah dan tidak
mempunyai tenaga (energy), penurunan konsentrasi dan proses pikir
(concentration), nafsu makan menurun (appetite), gerakan lamban dan sering
duduk terkulai (psychomotor) dan penelantaran diri serta ide bunuh diri
(suicidaly)
Penyebab Depresi
Faktor penyebab depresi ialah :
A. Faktor Predisposisi
1. Faktor genetik, dianggap mempengaruhi transmisi gangguan afektif
melalui riwayat keluarga dan keturunan.
2. Teori agresi menyerang kedalam, menunjukkan bahwa depresi terjadi
karena perasaan marah yang ditunjukkan kepada diri sendiri.
3. Teori kehilangan obyek, menunjuk kepada perpisahan traumatika individu
dengan benda atau yang sangat berarti.
4. Teori organisasi kepribadian, menguraikan bagaimana konsep diri yang
negatif dan harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan
penilaian seseorang terhadap stressor.
5. Model kognitif, menyatakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif
yang di dominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap diri sesorang,
dunia seseorang dan masa depan seseorang.
6. Model ketidakberdayaan yang dipelajari ( learned helplessness ),
menunjukkkan bukan semata-mata trauma menyebabkan depresi tetapi
keyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai kendali terhadap hasil yang
penting dalam kehidupannya, oleh karena itu ia mengulang respon yang
tidak adaptif.
7. Model perilaku, berkembang dari teori belajar sosial, yang mengasumsi
penyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan positif dalam
berinteraksi dengan lingkungan.
8. Model biologik, menguraikan perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi
selama depresi, termasuk definisi katekolamin, disfungsi endokri,
hipersekresi kortisol, dan variasi periodik dalam irama biologis.
B. Stresor Pencetus
Ada 4 sumber utama stresor yang dapat mencetuskan gangguan alam perasaan (
depresi ), yaitu :
1. Kehilangan keterikatan yang nyata atau dibayangkan, termasuk kehilangan
cinta seseorang, fungsi fisik, kedudukan atau harga diri. Karena elemen aktual
dan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka persepsi seseorang
merupakan hal sangat penting.
2. Peristiwa besar dalam kehidupan, hal ini sering dilaporkan sebagai pendahulu
episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang
dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.
3. Peran dan ketegangan peran telah dilaporka mempengaruhi perkembangan
depresi, terutama pada wanita.
4. Perubahan fisiologik diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit
fisik. Seperti infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolik,
dapat mencentuskan gangguan alam perasaan. Diantara obat-obatan tersebut
terdapat obat anti hipertensi dan penyalahgunaan zat yang menyebabkan
kecanduan. Kebanyakan penyakit kronik yang melemahkan tubuh juga sering
disertai depresi.
Faktor lain dari lingkungan yang berkenaan dari hadiah dan hukuman
adalah seseorang jika pindah ke tempat lain yang dapat mengakibatkan kehilangan
sumber-sumber hadiah dan perubahan dari tingkah laku yang mendapat hadiah
sehingga aktifitas yang sebelumnya dihadiahi menjadi tidak berguna. Standar
untuk hadiah dan hukuman yang meningkat menyebabkan performansi yang
diperlukan untuk mendapat hadiah lebih tinggi. Kehilangan hadiah yang
sebelumnya diterima dapat menyebabkan depresi apabila sumber alternatif untuk
mendapat hadiah tidak ditemukan.
3. Pendekatan Kognitif
Menurut Samiun (2006), seseorang yang mengalami depresikarena memiliki
kemapanan kognitif yang negatif (negative cognitive sets) untuk
menginterpretasikan diri sendiri, dunia dan masa depan mereka. Misalnya,
seseorang yang berhasil mendapatkan pekerjaan akan mengabaikan keberhasilan
tersebut dan menginterpretasikan sebagai suatu yang kebetulan dan tetap
memikirkan kegagalannya. Akibat dari persepsi yang negatif itu, individu akan
memiliki self-concept sebagai seorang yang gagal, menyalahkan diri, merasa masa
depannya suram dan penuh dengan kegagalan. Masalah utam pada lansia yang
depresi adalah kurangnya rasa percaya diri (self-confidence) akibat persepsi diri
yang negatif .
5. Pendekatan Fisiologis
Teori fisiologis menerangkan bahwa depresi terjadi karena aktivitas
neurologis yang rendah (neurotransmiter norepinefrin dan serotonin) pada sinaps-
Karena manusia bereaksi secara holistic, maka depresi terdapat juga komponen
psikologik dan komponen somatic. Gejala-gejala psikologik ialah menjadi
pendiam, rasa sedih, pesimistis, putus asa, nafsu bekerja dan bergaul kurang, tidak
dapat mengambil keputusan lekas lupa timbul pikiran bunuh diri. Sedangkan
gejala badaniah ialah penderita kelihatan tidak senang, lelah tak bersemangat atau
apatis, bicara dan gerak-geriknya pelan dan kurang hidup, terdapat anoreksia
(kadang-kadang makan terlalu banyak sebagai pelarian), insomnia (sukar untuk
tertidur) dan konstipasi.
Rasa kurang percaya diri atau tidak berdaya dan selalu menganggap bahwa
hidupnya telah gagal karena harus menghabiskan sisa hidupnya jauh dari
orang-orang yang dicintai mengakibatkan lansia memandang masa depan
suram dan selalu menyesali diri, sehingga mempengaruhi kemampuan lansia
dalam beradaptasi terhadap situasi baru tinggal di institusi.
b. Faktor Psikososial
Kunjungan keluarga yang kurang, berkurangnya interaksi social dan dukungan
social mengakibatkan penyesuaian diri yang negative pada lansia. Menurunnya
kepasitas hubungan keakraban dengan keluarga dan berkurangnnya interaksi
dengan keluarga yang dicintai dapat menimbulkan perasaan tidak berguana,
merasa disingkirkan, tidak dibutuhkan lagi dan kondisi ini dapat berperan dalam
terjadinya depresi. Tinggal di institusi membuat konflik bagi lansia antara
integritas, pemuasan hidup dan keputusasaan karena kehilangan dukungan social
yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk memelihara dan mempertahankan
kepuasan hidup dan self-esteemnya sehingga mudah terjadi depresi pada lansia.
Pekerjaan di waktu muda dulu yang berkaitan dengan peran social dan
pekerjaannya yang hilang setelah memasuki masa lanjut usia dan tinggal di
institusi mengakibatkan hilangnya gairah hidup, kepuasaan dan penghargaan diri.
Lansia yang dulunya aktif bekerja dan memiliki peran penting dalam
pekerjaannya kemudian berhenti bekerja mengalami penyesuaian diri dengan
peran barunya sehingga seringkali menjadi tidak percaya dan rendah diri (Rini,
2001).
c. Faktor Budaya
Perubahan social ekonomi dan nilai social masyarakat, mengakibatkan
kecenderungan lansia tersisihkan dan terbengkalai tidak mendapatkan perawatan
dan banyak yang memilih untuk menaruhnya di panti lansia (Darmojo & Martono,
2004). Pergeseran system keluarga (family system) dari extendend family ke
nuclear family akibat industrialisasi dan urbanisasi mengakibatkan lansia
terpinggirkan. Budaya industrialisasi dengan sifat mandiri dan individualis
menggangap lansia sebagai “trouble maker” dan menjadi beban sehingga langkah
penyelesainnya dengan menitipkan di panti. Akibatnya bagi lansia memperburuk
psikologisnya dan mempengaruhi kesehatannya.
Skala Pengukuran Depresi Pada Lanjut Usia
Skor 0-10 menunjukkan tidak ada depresi, nilai 11-20 menunjukkan depresi
ringan dan skor 21-30 termasuk depresi sedang/berat yang membutuhkan rujukan
guna mendapatkan evaluasi psikiatrik terhadap depresi secara lebih rinci, karena
GDS hanya merupakan alat penapisan.