Anda di halaman 1dari 35

TUGAS BAHASA INDONESIA

PROPOSAL PENELITIAN

EFEKTIFITAS AROMA TERAPI LEMON TERHADAP PENURUNAN


INTENSITAS MUAL AKIBAT KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER
DI RSUD ARIFIN AHMAD
PEKANBARU

Diajukan untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia

NAMA : DESMITA AULIA

NIM : 1811112265

KELAS : A 2018 – 1

DOSEN PENGAMPU : ERE MARDELLAARBIANI ,S.pd.,M.pd.

DIAMBIL DARI SKRIPSI : ASNI MARTIUS ( 1511167569 )

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS RIAU

2018
SKRIPSI

EFEKTIFITAS AROMA TERAPI LEMON TERHADAP PENURUNAN


INTENSITAS MUAL AKIBAT KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER
DI RSUD ARIFIN AHMAD
PEKANBARU

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh


gelar sarjana keperawatan

Disusun oleh :

ASNI MARTIUS
NIM. 1511167569

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2017
IDENTITAS PENULIS

NAMA : ASNI MARTIUS

NIM : 1511167569

TEMPAT/TGL.LAHIR : PEKAN BARU,13 NOVEMBER 1978

JENIS KELAMIN : PEREMPUAN

ALAMAT : Jl.BOGOR .Gg.MASJID NO.18 TANGKERANG


SELATAN ,BUKIT RAYA,PEKANBARU

RIWAYAT PENDIDIKAN :

1. AKPER PAYUNG NEGERI PEKAN BARU : LULUS TAHUN


2000
2. MAN 2 PEKANBARU : LULUS TAHUN
1997
3. MTS DINIYAH PUTRI PEKAN BARU : LULUS TAHUN
1994
4. SD NEGERI 028 PEKAN BARU : LULUS TAHUN
1991

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
proposal penelitian dengan judul “Efektifitas Aromaterapi Lemon terhadap
Penurunan Intensitas Mual Akibat Kemoterapi pada Pasien Kanker di RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru ”. Proposal penelitian ini digunakan untuk
meyelesaikan tugas Bahasa Indonesia.

Peniliti banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak


dalam penyusunan proposal penelitian ini. Pada kesempatan ini peneliti
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat :

1. Dosen saya Ibu Ere Mardella Arbiani,S.pd,M.pd selaku pembimbing


dalam penyusunan proposal penelitian ini.
2. Pemilik skripsi yang saya ambil skripsinya sebagai contoh atau pedoman
untuk menyusun proposal penelitian ini.
3. Orang tua saya yang telah membantu dalam bidang financial dan doanya
dalam menyelesaikan penyusunan proposal penelitian ini.
4. Serta semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penulisan
proposal ini.

Saya menyadari bahwa proposal penelitian ini tidak terlepas dari


kekurangan dan kesalahan,untuk itu saya mengharapkan kritik, saran, dan
masukan dari berbagai pihak. Akhirnya, saya berharap semoga penelitian ini
dapat memberikan manfaat bagi dunia keperawatan.

Pekanbaru, Desember 2018

Penulis

ii
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERITAS RIAU

Skripsi, January 2017 , Asni Martius

Efektifitas Aromaterapi Lemon terhadap Penurunan Intensitas Mual pada


Pasien Kemoterapi di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh aromaterapi lemon


terhadap penurunan frekuensi mual muntah pada pasien kemoterapi di RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru.jenis peneitian ini adalah Quasi eksperimental dengan
rancangan pre-post tes 2 kelompok (one group pra-post test design).Sampel
penelitian ini terdiri dari 30 pasien kemoterapi yang mengalami mual yang
ditentukan dengan teknik purposive sampling. Alat ukur dalam penelitian ini
menggunakan tabel frekuensi. Analisi data yang digunakan adalah paired t-test
dengan nilai p = < 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata
frekuensi mual sebelum pemberian aromaterapi lemon untuk kelompok intervensi
adalah 1,27 dengan standar deviasi 0,458 dan rata-rata frekuennsi mual setelah
pemberian aromaterapi lemon adalah 1,07 dengan standar deviasi 0,961.
Sedangkan kelompok kontrol rata-rata frekuensi mual sebelum pemberian
aromaterapi lemon adalah 1,27 dengan standar deviasi 0,594 dan frekuensi setelah
pemberian adalah 2,40 dengan standar deviasi 0,828. Perbedaan rata-rata dari
pemberian aroma terapi ini adalah sebesar 1,07 dengan standar deviasi 0.961.
Nilai p = 0,001 (p<0,05). Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap penurunan skala mual antara sebelum dan sesudah pemberian
aroma terapi lemon pada pasien kemoterapi di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.

Kata kunci : aromaterapi lemon, kanker, kemoterapi, mual

Referensi : 40 (2005-2016)

iii
DAFTAR ISI

IDENTITAS PENULIS .......................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................. ii

ABSTRAK ............................................................................................... iii

DAFTAR ISI ............................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..............................................................................


B. Rumusan Masalah .........................................................................
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................
D. Manfaat Penelitian ........................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori ...............................................................................


B. Kerangka Konsep ..........................................................................
C. Hipotesis ........................................................................................

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker merupakan salah satu penyakit dengan angka kematian yang


tinggi.Kasus kanker didunia tiap tahun terus meningkat. Kanker telah didiagnosa
pada 10 juta orang dan menyebabkan kematian sekitar 6,2 juta diseluruh dunia
pada tahun 2000.Atau 10 % dari morbiditas total diseluruh dunia dan berada pada
urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler serta penyebab utama kematian di
negara-negara maju (Ariani,2015).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2010 kanker


menjadi penyakit penyebab kematian nomor satu di dunia mengalahkan serangan
jantung. Menurut prediksi WHO, pada Tahun 2030 akan ada 75 juta orang yang
terkena kanker di dunia. Kematian akibat kanker dapat mencapai angka 45 % pada
tahun 2007-2030, yaitu sekitar 7,9 juta jiwa menjadi 11,5 juta jiwa kematian. Di
Indonesia, rasio tumor dan kanker adalah 4,3 per 1000 penduduk dan menjadi
penyebab kematian nomor tujuh (5,7 %) setelah stroke, tuberkulosis, hipertensi,
trauma, perinatal, dan diabetes meillitus (Ariani,2015).

Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di


seluruh dunia. Pada tahun 2012, sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh kanker.
Kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara adalah penyebab
terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya (Kemenkes RI,2015).

Lebih dari 30 % dari kematian akibat kanker di sebabkan oleh lima faktor
risiko perilaku dan pola makan, yaitu indeks massa tubuh tinggi, kurang konsumsi
buah dan sayur, kurang aktivitas fisik, penggunaan rokok dan konsumsi alkohol
berlebihan.

1
Merokok merupakan faktor risiko utama kanker yang menyebabkan
terjadinya lebih dari 20 % kematian akibat kanker di dunia dan sekitar 70 %
kematian akibat kanker paru-paru di seluruh dunia. Kanker yang menyebabkan
infeksi virus seperti virus hepatitis B atau hepatitis C dan virus human papilloma
berkontribusi terhadap 20 % kematian akibat kanker di negara berpenghasilan
rendah dan menengah.

Lebih dari 60 % kasus baru dan sekitar 70 % kematian akibat kanker setiap
tahunnya seperti di Afrika, Asia, dan Amerika Tengah dan Selatan. Diperkirakan
kasus kanker tahunan akan meningkat dari 14 juta pada tahun 2012 menjadi 22
juta dalam dua dekade berikutnya (Kemenke RI,2015)

Secara nasional prevelansi penyakit kanker pada penduduk semua umur di


Indonesia tahun 2013 sebesar 1,4 % atau diperkirakan sekitar 347.792 orang.
Provinsi D.I Yogyakarta memiliki prevalensi tertinggi untuk penyakit kanker,
yaitu sebesar 4,1 %. Berdasarkan estimasi jumlah penderita kanker Provinsi Jawa
Tengah dan Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi memiliki penderita kanker
terbanyak, yaitu sekitar 68.638 dan 61.230 orang. Sedangkan Provinsi Riau
memiliki penderita kanker sebanyak 0,7 % atau sekitar 4.301 orang yang mana
kanker serviks dan payuadara yang menempati urutan teratas (Kemenkes RI,2015)

Prevalensi kanker yang semakin meningkat menyebabkan peningkatan


kebutuhan terapi kanker. Terapi modalitas kanker yang paling sering digunakan
dan sering menjadi satu-satunya pilihan metode terapi yang efektif adalah
kemoterapi (Desen,2008). Hingga saat ini, kanker dapat disembuhkan dengan
kemoterapi mencapai lebih dari 10 jenis kanker atau 5 % dari seluruh pasien
kanker (Desen,2008).

Kemoterapi dapat menimbulkan [mual dan muntah] melalui beberapa


mekanisme yang bervariasi dan serangkaian yang komplek.

2
Pertama, pusat muntah dapat terjadi secara tidak langsung oleh stimulus
tertentu yang dapat mengaktifkan Chemoreseptor Trigger Zone (CTZ) di medulla,
peran CTZ sebagai chemosensor, area ini kaya akan berbagai reseptor
neurotransmitter seperti histamine, serotonin, dopamine, opiate, neurokinin,dan
benzodiazepine, sedangkan agen kemoterapi menyebabkan proses muntah melalui
salah satu dari reseptor tersebut. Kedua, kemoterapi dapat menyebabkan gangguan
pada mukosa gastrointestinal dan pengeluaran neurotransmitter termasuk 5HT3 (5
hydroxytriptamine). Hal ini menyebabkan mual dan muntah melalui jalur perifer
yang dimediasi oleh saraf vagus. Ketiga, gejala ini disebabkan oleh pengaruh
neurohormonal karena terganggunya arginin vasopressin dan prostaglandin.
Keempat, mual dan muntah dimediasi oleh kecemasan yang memberikan
pengaruh terhadap sistem saraf pusat termasuk pusat muntah (Wood,2011)

Obat-obatan kemoterapi dapat menimbulkan beberapa toksisitas atau efek


samping bagi pasien. Efek samping kemoterapi yang paling sering dikeluhkan
oleh pasien adalah mual dan muntah atau Chemotherapy Induced Nausea and
Vomitimg (CINV), yaitu sekitar 70-80 % pasien (Otto,2005). Menurut American
Cancer Society (2013), dosis tinggi intravena (IV) Cisplatin dan
Cyclophosphamide tanpa terapi antiemetik dapat menyebabkan mual dan muntah
pada >90 % pasien, namun penggunaan Bleomysin atau Vineristin dapat
menyebabkan mual dan muntah <10 % pasien yang tidak diberikan antiemetik.
Bourdeanu, dkk(2012) juga menyatakan bahwa 80 % dari pasien yang menerima
kemoterapi Siklofosfamid berbasis Anthracycline, yaitu sebuah regimen
adjuvardyang umumnya diresepkan untuk kanker payudara akan mengalami
derajat mual dan muntah (Susanti,2016). Chemotherapy Induced Nausea and
Vomitimg (CINV) adalah salah satu dari efek samping yang paling bermasalah
pada kemoterapi dan [berlangsung selama] 5 hari atau lebih setelah [diberikan
kemoterapi]. CINV dapat berdampak [baik atau buruk]pada kualitas hidup
maupun keadaan fisik pasien (Chan et al,2015).

3
Dampak dari CINV juga di jelaskan Bloechl-Daum,dkk (2006) dalam
Susanti (2016) bahwa tidak hanya masalah fisiologis dan kualitas hidup [tetapi
juga] mengubah kepatuhan pasien terhadap pengobatan. [Untuk itu] diperlukan
intervensi untuk menangani mual dan muntah pada pasien kemoterapi.

Sampai saat ini, intervensi dalam penanganan mual dan muntah pasien
kemoterapi yaitu farmakologi yang melibatkan peresepan antimetik (obat anti
mual). Hal ini sesuai dengan fakta yang terjadi di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru dalam studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, yaitu
penanganan mual pada pasien kemoterapi di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
hanya sebatas pemberian terapi farmakologi. Obat-obatan yang digunakan yaitu :
Ondansentron (per IV dan oral), Omeprazol (per IV dan oral), dan Ranitidin (per
IV). Untuk pemberian per IV pada saat pre-kemoterapi sedangkan untuk per
oral pada saat post-kemoterapi.Pemberian obat ini tidak semua pasien merasakan
manfatnya.Sekitar 40 % dari 10 orang pasien masih merasakan mual ketika
diberikan obat anti mual. Hal ini sesuai dengan penelitian Perwitasari (2012)
bahwa 74,9 % dari 179 pasien mengalami delayed nausea and vomiting selama 5
hari setelah kemoterapi meskipun [sudah] menggunakan profilaksis antimetik
(Susanti,2016).

Selain terapi farmakologi, terdapat beberapa intervensi yang dapat


digunakan sebagai terapi komplementer dan alternatif yang digunakan untuk
mengurangi efek samping kemoterapi. Seperti herbal supplement dalam bentuk
aroma terapi untuk mengurangi CINV (Mustian,dkk 2011). Ginger, Cinnamon
bark, pappermint, chamomile, fennel, dan rosewood merupakan bahan-bahan
yang biasa digunakan karena memiliki aktivitas antiemetik, antispasmodik, dan
meningkatan kesehatan sistem pencernaan (Lua,Zakaria & Mamat, 2015).

4
Terapi komplementer juga efektif membantu dalam menajement mual dan
muntah akibat kemoterapi. [Terapi ini berupa] relaksasi, guided imagery,
distraksi, hipnosis, aromaterapi, akupresure, dan akupuntur (Apriany,2010).
[Caranya] dengan memberikan aroma terapi kepada pasien agar memperoleh
kenyamanan dan ketenangan pada saat kemoterapi maupun setelah kemoterapi
berlangsung. Aromaterapi merupakan bagian dari terapi komplementer modern
dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien kanker
(Boehm,Bussing,& Ostermann, 2012).

Aromaterapi dapat digunakan sebagai solusi untuk mengatasi mual dan


muntah pada pasien kemoterapi. Aromaterapi merupakan tindakan [terapeutik]
dengan menggunakan minyak essensial yang memiliki efek farmakologis yang
unik seperti, anti bakteri, antivirus, diuretik, vasodilator, penenang, dan
merangsang adrenal yang bermanfaat untuk menigkatkan keadaan fisik dan
psikologi sehingga menjadi lebih baik. Ketika minyak essensial dihirup molekul
masuk ke rongga hidung dan merangsang sistem limbik di otak. Sistem limbik
mempengaruhi emosi dan memori serta secara langsung terkait dengan adrenal,
kelenjar hipofisis, hipotalamus, bagian-bagian tubuh yang mengatur denyut
jantung, tekanan darah, stress, memori, keseimbangan hormon, dan pernapasan
(Maternity,2016).

Beberapa penelitian telah menjelaskan bahwa aromaterapi lemon efektif


untuk menurunkan mual dan muntah. Menurut Prasetyo, Ardhy, Puguh, dan
Supriadi (2014), aromaterapi lemon essensitial oildan relaksasi otot progresif
[berpengaruh] terhadap penurunan intensitas mual dan muntah setelah
kemoterapi.

5
Penggunaan aromaterapi essensial oleh ibu hamil trimester satu adalah
suatu cara alternatif untuk menurunkan frekuensi rasa mual karena
[penggunaanya] yang mudah, sederhana, efektif, dan tanpa efek samping serta
tidak merugikan kondisi ibu dan calon bayi (Susanti, 2013). Penggunaan
aromaterapi lemon dipilih karena didalam lemon mengandung vit.C, vit.B6,
kalium, kalsium, zat besi, magnesium, riboflaven, thiamin, flavonoid, limonoid
(Murtie,dkk 2014)

Hasil studi pendahuluan di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru jumlah


penderita kanker yang menjalani pengobatan kemoterapi dalam tiga bulan terakhir
(Juli-September 2016) sebanyak 195 pasien. Kebanyakan dari pasien kemoterapi
ini menggunakan minyak angin untuk mengurangi rasa mualnya, tetapi minyak
angin yang digunakan juga belum bisa mengurangi rasa mual tersebut. Maka dari
itu penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana efektifitas aromaterapi lemon
terhadap penurunan intensitas mual akibat kemoterapi pada pasien kanker di
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah berdasarkan latar belakang tersebut adalah “ Apakah


ada pengaruh aromaterapi lemon terhadap penurunan intensitas mual pada
pasien kemoterapi di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru? ”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis


pengaruh aromaterapi lemon terhadap penurunan intensitas mual pada
pasien kemoterapi di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.

6
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
:
a. Gambaran karakteristik responden yang mendapat
kemoterapi (usia, jenis kelamin, riwayat mual sebelumnya,
jenis kanker, siklus kemoterapi).
b. Perbedaan [frekuensi] mual responden sebelum dan
sesudah dilakukannya pemberian aromaterapi lemon pada
kelompok intervensi.
c. Perbedaan frekuensi mual responden akibat kemoterapi
antara kelompok kontrol dan intervensi setelah dilakukan
intervensi.
D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi Responden

Penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi tentang efektivitas


penanganan mual dengan nonfarmakologi yaitu dengan menggunakan
aromaterapi lemon.

2. Bagi Ilmu Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan


pengetahuan baru serta dapat digunakan sebagai dasar literatur bagi
peneliti selanjutnya.

3. Bagi Perawat

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu intervensi


mandiri perawat dalam menangani masalah mual pada pasien
kemoterapi.

7
4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian dapat memberikan pengalaman langsung dalam


melakukan penelitian dan pengetahuan baru tentang penanganan mual
pasien kemoterapi.

5. Bagi Instansi rumah sakit

Penelitian ini diharapkan dapat di masukkan dalam SOP (Standart


Operasional Procedure) sebagai terapi komplementer dalam
penanganan mual pasien kemoterapi di [rumah sakit].

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Dasar Penyakit Kanker


A. Pengertian kanker

Kanker adalah penyakit yang menyerang proses dasar kehidupan


sel, merubah genom sel (komplemen genetik total sel) dan menyebabkan
penyebaran liar dan pertumbuhan sel (Padila,2013).

B. Etiologi kanker

Penyebab kanker biasanya tidak dapat diketahui secara pasti,


karena merupakan gabungan dari sekumpulan faktor, genetik, dan
lingkungan. Namun, ada beberapa faktor yang diduga meningkatkan risiko
kanker, yaitu (padila,2013). :

1. Faktor lingkungan, sosial


2. Fisik : radiasi, perlukaan/lecet
3. Kimia : makanan, industri, farmasi, rokok
4. Genetik : payudara, uterus
5. Virus : umumnya pada binatang

9
C. Klasifikasi kanker

Ada lima kelompok besar [dalam klasifikasi] kanker yaitu,


karsinoma, sarkoma, limfoma, adenoma, dan leukemia (Mulyani,2013).

1. Karsinoma, yaitu kanker yang dimulai di kulit atau pada


jaringan yang mencakup garis atau organ internal.
2. Sarkoma, yaitu kanker yang dimulai di tulang, tulang rawan,
lemak, otot, pembuluh darah, atau lainnya yang mendukung
jaringan penghubung.
3. Leukemia, yaitu kanker yang dimulai di jaringan pembentuk
darah seperti sum-sum tulang dan menyebabkan sejumlah besar
sel sarah abnormal diproduksi dan masuk ke darah.
4. Lymphoma dan myeloma, yaitu kanker yang menyerang sel-sel
sistem kekebelan tubuh.
5. Central nervous system cancers, yaitu kanker yang dimulai di
jaringan otak dan sum-sum tulang belakang
D. Penatalaksanaan kanker

Pengobatan kanker bergantung pada jenis atau tipe kanker yang


diderita, dimana asal kanker tersebut atau pola penyebarannya. Umur dan
kondisi kesehatan juga mempengaruhi proses pengobatan kanker
(Baradero,dkk 2008). Pengobatan yang umumnya diberikan melalui :

1. Pembedahan atau operasi, dimana tumor diambil bila


memungkinkan
2. Kemoterapi dengan obat-obatan sitostatika
3. Radioterapi (menggunakan sinar radiasi)
4. Terapi hormonal
5. Terapi biologik (molekuler atau menggunakan obat non-
sitostatika khusus)

10
Secara umum biasanya digunakan lebih dari satu macam cara
pengobatan di atas, misalnya pembedahan diikuti dengan kemoterapi.
Pengobatan umum yang dilakukan adalah operasi atau pembedahan
dimana tumor diambil jika memungkinkan(Baradero,dkk 2008)

Tujuan utama operasi adalah mengangkat kanker secara


keseluruhan, [hanya dapat] sembuh jika kanker belum menjalar ke tempat
lain. Sedangkan kemoterapi dan radiasi bertujuan untuk membunuh sel
kanker atau memperlambat perkembangan sel kanker baru, sesuai dengan
keadaan pasien. Jadi kanker dapat disembuhkan total melalui
kemoterapi/radiasi [atau hanya] mengurangi gejalanya saja (Baradero,
2008).

2. Konsep Dasar Kemoterapi


A. Pengertian kemoterapi

Kemoterapi adalah metode pengobatan yang bersifat sistemik dengan


menggunakan obat-obat sitotoksik atau anti kanker dalam terapi kanker.
Kemoterapi bekerja membunuh dengan cepat sel-sel yang membelah
(Savitri,2015).

B. Indikasi pemberian kemoterapi

Ada beberapa indikasi pemberian kemoterapi


(Savitri,2015), yaitu

1. Penyembuhan kanker
2. Memperpanjang hidup & remisi
3. Memperpanjang intervensi bebas kanker
4. Menghentikan progresif kanker
5. Mengecilkan volume kanker

11
C. Aplikasi pemberian kemoterapi

Otto (dalam Savitri,2015) mengatakan bahwa terdapat empat


macam cara penggunaan kemoterapi, [yaitu] :

1. Terapi adjuvant

Terapi ini bisa diberikan sesudah pengobatan yang lain


seperti pembedahan dan radiasi. Tujuannya adalah
memusnahkan sel-sel kanker yang masih tersisa atau
metastase kecil yang masih tersisa.

2. Terapi neoadjuvant

Terapi ini diberikan mendahului atau sebelum pengobatan


seperti pembedahan atau radiasi. Tujuannya adalah untuk
mengecilkan massa tumor yang besar sehingga operasi atau
radiasi akan lebih berhasil.

3. Terapi primer

Tujuannya adalah sebagai pengobatan utama pada tumor


ganas yang diberikan pada kanker yang bersifat
kemosinsitif.

4. Terapi induksi

Tujuannya adalah mengecilkan massa tumor atau jumlah sel


kenker secepat mungkin.

5. Terapi kombinasi

Terapi ini merupakan kombinasi dua atau lebih zat


kemoterapi dalam terapi kanker.

12
D. Efek samping kemoterapi

Menurut Savitri,(2015), efek samping yang sering ditemukan


pada pasien kemoterapi yakni :

1. Supresi sum-sum tulang atau myelosuppression

2. Diare

3. Penurunan jumlah trombosit

4. Mukositis

5. Rambut rontok (alopesia)

6. infertilitas

3. Mual dan Muntah Akibat Kemoterapi


A. Definisi mual dan muntah

Mual merupakan perasaan yang sangat tidak enak di belakang


tenggorokan dan epigastrum dan sering menyebabkan gejala muntah.
Perubahan aktivitas saluran cerna yan berkaitan dengan mual seperti
meningkatnya saliva, menurunnya tonus lambung dan peristaltik.
Peningkatan tonus duodenum dan jejenum menyebabkan terjadinya
refluks isi duodenum ke lambung. [Namun,]tidak terdapat bukti yang
mengesankan bahwa hal ini menyebabkan mual.

Retching adalah suatu usaha involunter untuk muntah, seringkali


[disertai] mual dan terjadi sebelum muntah. Terdiri atas gerakan
pernafasan spasmodik melawan glotis dan gerakan inspirasi dinding dada
dan diafragma. Muntah didefinisikan sebagai suatu refleke yang
menyebabkan dorongan ekspulasi isi lambung, usus atau keduanya ke
mulut (Price & Wilson, 2008 dalam Apriani, 2010).

13
B. Faktor risiko mual dan muntah

Mual dan Muntah akibat kemoterapi dapat terjadi pada pasien yang
berusia kurang dari 50 tahun, jenis kelamin perempuan, riwayat
penggunaan alkohol, riwayat mual dan muntah terdahulu, misalnya akibat
kehamilan atau mabuk perjalanan, riwayat kemoterapi sebelumnya dan
fungsi sosial yang rendah. Potensi obat yang dapat menyebabkan
mual/muntah dipengaruhi oleh jenis obat, dosis, kombinasi, dan metode
pemberian obat.

Faktor risiko lainnya adalah pengalaman sebelumnya dengan


kemoterapi dan pemberian kemoterapi multi day. Pasien yang pernah
melakukan kemoterapi sebelumnya akan lebih beresiko mengalami mual
dan muntah dibandingkan dengan yang belum pernah ada (Grunberg,2004
dalam Apriani, 2010).

C. Klasifikasi mual/muntah (chemotherapy induced nausea and


vomiting)

Menurut America Cancer Society (2013), CINV dapat berupa :

1) Acute nausea and vomiting

Biasanya terjadi beberapa menit sampai beberapa jam setelah


kemoterapi diberikan, akan berakhir dalam 24 jam dan sering
terjadi sekitar 5-6 jam setelah kemoterapi.

Mual dan muntah akut berlangsung dalam 24 jam pertama


setelah pemberian kemoterapi, biasanya 1-2 jam pertama. Tipe
ini diawali oleh stimulasi primer dan reseptor Dopamin dan
Serotonin pada CTZ, yang memicu terjadinya muntah. Proses
ini berakhir dalam waktu 24 jam (Garret et al,2003 dalam
Susanti,2016).

14
2) Delayed nausea and vomiting

Mual dan muntah lambat terjadi minimal 24 jam pertama


setelah kemoterapi, dan dapat berlangsung hingga 120 jam.
Atau, mulai terjadi lebih dari 24 jam setelah kemotarpi,
biasanya muncul 48-72 jam setelah kemoterapi dan berakhir 6-
7 hari. Pengalaman mual muntah pada kemoterapi sebelumnya
menyebabkan terjadinya mual muntah pada kemo berikutnya,
selain itu pasien yang mengalami mual dan muntah lambat,
sebelimnya mengalami mual dan muntah akut. Metabolit agen
kemo diduga merupakan salah satu penyebab mekanisme
terjadi mual dan muntah lambat dikarenakan agen ini dapat
terus menerus mempengaruhi sistem saraf pusat dan saluran
pencernaan. Misalnya, Cisplain yang merupakan agen level
tinggi bisa menyebabkan terjadinya mual dan muntah dalam
waktu 48-72 jam setelah pemberian agen tersebut. Agen-agen
yang membuat mual dan muntah lambat adalah Carboplatin
dosis tinggi, Cyclophosphamide dan Doxorubicin (Garret et
al,2003 dalam Susanti,2016).

3) Anticipatory nausea and vomiting

Yaitu mual dan muntah yang terjadi sebelum dimulainya


pemberian kemoterapi. Mual dan muntah ini terjadi akibat
adanya rangsangan seperti bau, suasana, dan suara ruang
perawatan atau kehadiran petugas medis yang memberikan
kemoterapi. Mual anticipatory terjadi 12 jam sebelum
kemoterapi pada pasien yang mengalami kegagalan dalam
mengontrol mual dan muntah pada kemo sebelumnya (Garret et
al,2003).

15
Data dari beberapa studi menunjukkan bahwa sekitar 25%
pasien yang mengalami mual dan muntah anticipatory pada
pengobatan yang keempat (Morrow dan Dobkin,2002 dalam
Susanti,2016)

D. Penatalaksanaan mual/muntah

Dapat dilakukan dengan tindakan :

1) Farmakologi

Tindakan ini sering digunakan untuk menangani mual dan muntah


yaitu dengan melibatkan peresepan antiemetik. Menurut American Cancer
Society (2013), tidak ada obat yang dapat 100% mencegah atau
mengontrol mual dan muntah karena obat kemoterapi bereaksi dalam
tubuh dengan cara yang berbeda serta respon terhadap obat juga berbeda.
Obat-obatan yang dapat mengurangi mual dan muntah, yaitu bloker
serotonin, bloker dopaminergik, fenotiasin, sedative, steroid, dan
histamine, baik secara sendiri atau dalam kombinasi (Smeltzer &
Bare,2002 dalam Susanti, 2016)

2) Non-farmakologis

Ada intervensi non-farmakologi yang dapat digunakan sebagai


terapi Adjuvan (tambahan) untuk menurunkan mual dan muntah yang
terinduksi kemoterapi (CINV). Berdasarkan artikel ilmiah yang di tulis
oleh Mustian,dkk (2011), terapi non-farmakologi yang dapat digunakan
meliputi :

16
a. Herbal supplement

Menurut Mustian,dkk (2011), banyak herbal supplement


dalam bentuk tea (minuman) atau aromaterapi yang telah
direkomendasikan untuk mengurangi CINV. Ganger,
Cinnamon bark, pappermint, chamomile, fennel, dan rosewood
merupakan bahan-bahan biasa digunakan (Mustian,dkk.
Lua,dkk, 2015, McKenna,dkk 2011). Bahan-bahan tersebut
memiliki akitivitas antispasmodik dan meningkatkan kesehatan
sistem digestif (Esential Science Publishing 2007 dalam
Mustian,dkk 2011 dalam Susanti,2016)

b. Akupuntur

Lebih dari 20 tahun, clinical evidence telah mendukung


akupuntur sebagai terapi CINV (Ma L,2009 dalam
Mustin,dkk,2011). Hal ini dijelaskan bahwa akupuntur bekerja
pada sistem saraf melaui stimulasi aktivasi atau deaktivasi otak.
Efektivitas akupuntur sebagai terapi CINV juga dijelaskan dalam
penelitian Rhitirangsriroj,dkk(2015), bahwa akupuntur efektif
dalam pencegahan delayed CINV dan dapat dijadikan sebagai
pilihan terapi CINV tanpa efek samping (Susanti,2016)

c. Biopsychobehavioral

Terapi ini meliputi progressive muscle relaxation, guided


imagery, hypnosis, dan exercise. Intervensi Biopsychobehavioral
lebih bermanfaat jika diimplementasikan dalam pencegahan dan
dimulai sebelum siklus pertama kemo atau sebelum onset pertama
gejala CINV (Redd,1994.Marrow,1993 dalam Mustian,2011 dalam
Susanti,2016).

17
4. Aromaterapi
A. Pengertian aromaterapi

Aroma terapi berasal dari dua kata yaitu aroma yang berarti harum
atau wangi dan teraphy yang berarti sebagai cara pengobatan atau
penyembuhan. Sehingga aromaterapi dapat diartikan sebagai suatu cara
perawatan tubuh atau penyembuhan penyakit dengan menggunakan
minyak essensial (essential oil) (Jaelani,2009).

B. Manfaat dan jenis aromaterapi

Menurut Jaelani (2009), berdasarkan pengalaman empiris pada


masa lampau, aromaterapi memiliki banyak khasiat dan manfaat, antara
lain :

1) Merupakan bagian utama dari parfum keluarga


2) Dapat digunakan sebagai pelengkap kosmetik
3) Salah satu metode perawatan yang tepat dan efesien dalam
menjaga tubuh agar tetap sehat
4) Banyak dimanfaatkan dalam pengobatan
5) Dapat membantu kelancaran fungsi sistem tubuh
6) Dapat menumbuhkan perasaan tenang pada jasmani dan rohani

C. Kelebihan [atau] keunggulan aromaterapi

Aromaterapi merupakan salah satu di antara metode pengobatan


kuno yang masih bertahan [hingga saat ini]. Metode pengobatan ini
berlangsung secara turun temurun, sehingga wajar jika ketertarikan dan
respon masyarakat [terhadap] aromaterapi menjadi semakin besar.
Meskipun metode yang digunakan tergolong sederhana.

18
Namun, cara terapi ini memiliki beberapa keunggulan atau
kelebihan dibandingkan dengan metode penyembuhan lainnya. Menurut
Jaelani (2009), seperti :

1) Biaya yang dikeluarkan relatif murah


2) Bisa dilakukan dalam berbagai tempat dan keadaan
3) Tidak mengganggu aktifitas yang bersangkutan
4) Dapat menimbulkan rasa senang pada orang lain
5) Cara pemakaiannya tergolong praktis dan efesien
6) Efek zat yang di timbulkan tergolong cukup aman bagi tubuh

D. Cara penggunaan aromaterapi

Terapi dengan menggunakan minyak essensial dapat dilakukan


secara internal maupun eksternal. Beberapa jenis aromaterapi dan
manfaatnya yang sering digunakan menurut Jaelani (2009), antara lain :

1) Terapi secara internal

Dalam bentuk minyak maupun cairan encer, minyak essensial


yang murni dapat di konsumsi langsung secara oral
(dimakan/diminum lewat mulut) dan inhalasi (dihirup lewat
hidung). Contoh minyak essensial jenis ini antara lain :
pappermint, cengkeh, adas, selasih, menthol, rosemary, sirih dan
lain-lain.

19
a. Terapi melalui oral

Cara penggunaannya pada prinsipnya hampir sama seperti


mengonsumsi obat-obatan dalam terapi oral lain. Dalam
aromaterapi internal, bahan-bahan aromatis yang telah dikonsumsi
akan masuk kedalam sistem jaringan tubuh bagian dalam
(lambung). Bahan-bahan tersebut akan menjadi granul-granul
halus, dimana zat aktifnya akan lebih mudah terlepas dan larut.
Tahap ini disebut fase biofarmasi.

Zat-zat yang larut tersebut selanjutnya akan mengalami


absorpsi, distribusi, metabolisme dan juga ekskresi dalam tubuh
dan tahap ini disebut fase farmakokinetik.[Cadangan] berupa zat
aktif tersebut mengalami fase farmakodinamik dimana zat aktif
dalam cadangan minyak tersebut akan berinteraksi dengan reseptor
ditempat sasaran (target site) kerja untuk kemudian memberikan
efek terapinya (Jaelani,2009).

b. Terapi melalui inhalasi

Inhalasi merupakan salah satu cara yang diperkenalkan


dalam penggunaan metode terapi aromayan paling simple dan
cepat. Inhalasi juga merupakan metode yang paling tua dalam
penggunaan aromaterapi. Aromaterapi masuk dari luar tubuh ke
dalam tubuh [dalam] satu tahap dengan mudah, melewati paru-paru
di alirkan ke pembuluh darah melalui alveoli (Jaelani,2009).

20
Seperti yang diketahui sensor indera penciuman pada
manusia memiliki tingkat kepekaan lebih tajam dan sensitif.
Ketajaman indera penciuman ini dapat mencapai 10.000 kali lebih
kuat dari indera perasa. [Oleh karena itu] terapi dengan melalui
hirupan atau inhalasi ini memiliki efek yang kuat tehadap organ-
organ sensorik yang dilalui bahan aktif minyak essensial
(Jaelani,2009).

c. Ditelan

Di luar negri [sudah] kebiasaan yang umum minum minyak


essensialkarena aman. Namun, minum minyak essensial hanya
boleh dilakukan dengan pengawasan atau petunjuk seorang praktisi
aromaterapi berpengalaman. Sedikit minyak dapat diminum dalam
dosis yang diresepkan untuk penyakit tertentu seperti gangguan
pencernaan tetapi hanya dengan bimbingan seorang ahli terapi
yang memenuhi syarat.

2) Terapi secara eksternal

Secara umum, penggunaan aromaterapi lebih banyak dilakukan


secara eksternal [atau] diluar tubuh dibandingkan dengan secara
internal atau di dalan tubuh. Beberapa metode yang sering
digunakan adalah berupa pemijatan (message) dan dengan terapi
air (hydrotherapy).

21
a) Pijat/Urut

Terapi aroma dengan cara dipijat merupakan cara yang sangat


digemari untuk menghilangkan rasa lelah pada tubuh, memperbaiki
sirkulasi darah, dan merangsang tubuh mengeluarkan racun serta
meningkatkan kesehatan pikiran. Penggunaan untuk terapi pijat dapat
diberikan dengan perbandingan 1-4 tetes minyak essensial persendok
makan minyak dasar.

Aromaterapi apabila digunakan melalui pijat dapat dilakukan


secara langsung, dengan mengoleskan minyak aromaterapi yang dipilih di
atas kulit. [Sebelumnya,] kita harus memerhatikan adanya kontraindikasi
maupun adanya riwayat alergi (Jaelani,2009).

b) Kompres

Penggunaan aromaterapi melalui kompres hanya sedikit


membutuhkan minyak aromaterapi. Kompres hangat dengan minyak dapat
digunakan untuk menurunkan rasa nyeri punggung dan nyeri perut.
Kompres dingin yang menggunakan minyak lavender digunakan pada
bagian perenium [ketika] mengalami dua persalinan (Jaelani,2009).

c) Berendam

Menrut Jaelani (2009) metode ini bisa dilakukan dengan


menggunakan air dingin atau hangat. Caranya yaitu dengan merendam
seluruh bagian tubuh ke dalam air yang telah di isi dengan minyak
essensial atau ramuan rempah rendam.

22
Aroma minyak yang larut bersama air akan meresap kedalam pori-
pori kulit kemudian akan [memengaruhi] reseptor ujung syaraf dan
memengaruhi sistem sirkulasi darah. Cara ini berguna untuk
mengembalikan kebugaran tubuh, menenangkan perasaan, dan mencegah
kondisi tubuh dari proses penuaan.

d) Mandi uap

Mandi uap sangat membantu [memerbaiki] pori-pori kulit dan


pengeluaran lemak yang berlebihan. Efek uap hangat aromatis yang
dihasilkan bisa meningkatkan produksi neurotransmitter yang akan
membantu fungsi saraf dan peredaran darah (Jaelani,2009).

E. Cara kerja aromaterapi

Dr. Alan Huek, seorang ahli neurologi, ahli psikiatri, dan direktur
Smell dan Taste Research Center (STRC) di Chicago mengatakan bahwa
bau berpengaruh secara lansung pada otak seperti obat. Hidung manusia
mempunyai kapasitas untuk membedakan 100.000 bau yang berbeda
(banyak diantaranya) memengaruhi secara tidak sadar. Aroma tersebut
memasuki hidung dan berhubungan dengan cilia (rambut-rambut halus
yang berada pada daerah hidung bagian dalam). Reseptor dalam cilia
berhubungan langsung dengan tonjolan olfaktorius yang berada di ujung
saluran penciuman. Ujung dari saluran penciuman itu berhubungan dengan
otak. Bau di ubah oleh cilia menjadi impuls listrik yang diteruskan ke otak
melalui olfaktorius.

Semua impuls mencapai sistem limbik, yang merupakan bagian


dari yang diartikan dengan susana hati, memori, emosi, dan belajar. Semua
bau yang mencapai sistem limbik mempunyai pengaruh kimia langsung
pada suasana hati. Sistem limbik juga merupakan tempat penyimpanan
jutaan bau yang diingat.

23
Ukuran molekul dari minyak essensial sangat kecil dan semuanya
dapat dengan mudah menembus kulit dan masuk ke aliran darah.
Diperlukan waktu antara beberapa detik sampai dua jam bagi minyak
essensial untuk memasuki kulit dan dalam waktu empat jam racun dapat
keluar dari badan lewat urin, keringat, dan pembuangan lainnya
(Sharma,2009).

Saat minyak essensial dihirup melalui hidung, molekul aromatik


masuk melalui selaput rongga hidung kemudian sampai pada bagian
olfaktory merupakan saraf yang membawa impuls untuk indera penciuman
dari hidung ke pusat control otak. Olfaktory terletak di bagian dalam
sebelah atas hidung kita (IKAI,2016).

Otak memiliki fungsi inti, yaitu mengontrol keseluruhan sistem


yang bekerja dalam tubuh kita. Otak adalah pusat memori, pusat berpikir,
emosi,pusat control kelenjar, hormone, [sistem] saraf dan lain sebagainya.
Tidak satupun ilmuan yang memungkiri fakta bahwa otak memiliki peran
yang sangat vital dalam kelangsungan hidup manusia. Setelah impuls
disampaikan ke otak, maka reaksi kompleks pun dimulai. Keseluruhan
bagian otak ikut andil dalam reaksi ini, tak terkecuali sistem limbic.
Setelah keseluruhan impuls diterjemahkan, maka segera dilakukan respon
baik secara hormonal (endokrin) maupun persarafan (saraf). Kemudian
reaksi penyembuhan pun terjadi dan dapat segera dirasakan (IKAI,2016)

System limbic merupakan satu set struktur otak termasuk


hipotalamus, amigdala, nucleus thalamic anterior, septum, korteks limbik,
dan forniks. Sistem limbic terletak dibagian tengah otak, membungkus
batang otak sehingga dibedakan dari pemetaan bagian otak secara
eksternal. System limbic lebih bertanggung jawab pada berbagai fungsi
psikologis otak termasuk emosi, perilaku, memori jangka panjang, dan
lain-lainnya.

24
Selain system limbic, sistem lain yang bereaksi adalah sistem
endokrin dan sistem saraf. Sistem endokrin adalah kekuatan regulasi
utama dalam tubuh. [Sistem] ini terdiri dari kelenjer yang mengeluarkan
hormon ke dalam aliran darah, hormon ini bertindak sebagai mediator
kimia untuk mengatur banyak fungsi tubuh termasuk suasana hati,
metabolisme serta pertumbuhan dan perkembangan. Kedua sistem ini
berkaitan sangat erat dalam mengatur keseluruhan reaksi yang terjadi
dalam tubuh kita (IKAI,2016).

5. Jeruk Lemon (Citrus lemon)


A. Pengertian

Jeruk atau limau adalah semua tumbuhan [yang termasuk]marga


citrus dari suku rutacce (jeruk-jerukan). Anggotanya berbentuk pohon
dengan buah yang berdaging dengan rasa masam yang segar, meskipun
banyak diantara anggotanya yang memilii rasa manis. Rasa masam berasal
dari kandungan asam sitrat yang memang terkandung pada semua
anggotanya. Jeruk [berasal] dari Asia Timur (jeruk manis dan
sitrun/lemon) dan Asia Tenggara (jeruk bali, jeruk nipis, dan jeruk purut),
membentuk sebuah busur yang membentang dari Jepang terus ke Selatan,
hingga kemudian membelok ke Barat ke arah India Bagian Timur.

Di Indonesia snediri terdapat 5 jenis jeruk yang di budidayakan,


yaitu : jeruk keprok (citrus reticulate), jeruk siem (citrus microcarpa),
jeruk besar atau jeruk bali (citrus mazima merr), jeruk manis (citrus
aurantium) dan jeruk sayur. Jeruk sayur dibagi 3, yaitu : jeruk nipis (citrus
auratifolia), jeruk purut (citrus cumetta), jeruk sambal (citrus hitrix).

25
Buah jeruk dan olahannya mengandung senyawa flavonoid dan
limonoid yang diduga memiliki manfaat untuk melawan berbagai
penyakit. Senyawa flavonoid yang utama adalah naringin dan untuk
limonoid adalah limonin (Murtie,dkk.2014). Zat yang bermanfaat
terkandung dalam kulit jeruk salah satunya adalah minyak atsiri yang
bermanfaat bagi manusia.

B. Kandungan nutrisi jeruk

Energi 62 kkal per 100 gram, fosfor, kalsium, karbohidrat,


megnesium, potassium, senyawa fitokimia, tembaga, vitamin B1,
vitamin B2, vitamin B3, vitamin B5, vitamin B6, vitamin B9, dan
vitamin C.

C. Manfaat jeruk (Murtie,dkk.2014)


1) Menigkatkan sistem kekebalan tubuh
2) Mencegah tubuh dari serangan penyakit flu
3) Mencegah infeksi pada telinga
4) Membantu mengusir radikal bebas yang dapat merusak DNA
5) Menghindari terjadinya risiko kanker usus pada tubuh
6) Antioksidan pada jeruk dapat melindungi kerusakan kulit
7) Kandungan vitamin B6 berfungsi menstabilkan tekanan darah
dan mendukung hemoglobin dalam tubuh
8) Kandungan seratnya dapat mencegah diabetes dan menjaga
kestabilan gula dalam darah
9) Menjaga kesehatan mata
10) Mencegah mual
11) Mencegah berbagai jenis kanker
12) Mencegah hipertensi

26
D. Efektifitas jeruk lemon dalam menurunkan mual/muntah

Menurut hasil penelitian Widogdo,dkk (2014) menyatakan


bahwa aromaterapi lemon mempunyai pengaruh signifikan dalam
menurunkan intensitas mual dan muntah. Aromaterapi lemon
bekerja melalui proses penciuman, selanjutnya bau tersebut akan
ditranmisikan sebagai suatu pesan ke pusat penciuman yang
terletak pada belakang hidung sel neuron menginterprestasikan bau
dan mengantarkan ke sistem limbic, kemudian dikirim ke
hipotalamus. Secara fisiologi kandungan unsur-unsur dari bahan
aromaterapi tersebut akan memperbaiki ketidakseimbangan yang
terjadi dalam tubuh. Bau yang menimbulkan rasa tenang akan
merangsang daerah di otak yang disebut nucleus rafe untuk
memproduksi serotonin yang berfungsi untuk menurunkan
intensitas mual dan muntah (Widogdo,dkk. 2014).

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan antara satu konsep


dengan konsep lainnya dari masalah yang ingin di teliti
(Notoatmodjo,2010). Kerangka konsep pada umumnya digambarkan
dalam bentuk skema atau diagram. Kerangka konsep pada penelitian ini
mencoba mengukur pengaruh aromaterapi lemon terhadap mual akibat
kemoterapi pada pasien yang menderita kanker di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru.

27
Kerangka konsep pada penelitian ini mencoba menggambarkan ada
tidaknya pengaruh aromaterapi lemon terhadap mual yang di ukur dari
beberapa komponen yaitu durasi mual [dan] frekuensi mual. Kerangka
konsep penelitian ini digambarkan dalam bentuk bagan yang terdiri dari
variabel bebas dan variabel terikat. Hubungan antara variabel-variabel
dalam penelitian ini dapat dilihat pada skema 1 berikut :

Variabel yang akan di teliti terdiri dari variabel bebas (independen)


dan variabel terikat (dependen). Variabel bebas pada penelitian ini yaitu
aromaterapi lemon sedangkan variabel terikatnya adalah intensitas mual.

Skema 1

Kerangka konsep efektifitas arometerapi lemon terhadap penurunan


intensitas mual pada pasien kemoterapi

Variabel bebas variabel terikat

Aromaterapi Mual sesudah pemberian


lemon aromaterapi

Variabel pemicu :
- usia
- jenis kelamin
- jenis kanker
- riwayat mual/muntah
- siklus kemoterapi

28
Keterangan :

Diteliti

Tidak diteliti ------------------------

C. Hipotesis

Hipotesis yang di rumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H0 : Aromaterapi lemon tidak efektif menurunkan intensitas mual pada


pasien kemoterapi di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.

Ha : Aromaterapi lemon efektif menurunkan intensitas mual pada pasien


kemoterapi di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.

29

Anda mungkin juga menyukai