Anda di halaman 1dari 76

SKRIPSI

PENGARUH AROMATERAPI LEMON (CITRUS) TERHADAP


PENURUNAN NYERI MENSTRUASI PADA MAHASISWI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO

DARWANSYAH SONO

15011104033

UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

MANADO 2018
PENGARUH AROMATERAPI LEMON (CITRUS) TERHADAP
PENURUNAN NYERI MENSTRUASI PADA MAHASISWI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

DARWANSYAH SONO

15011104033

UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

MANADO 2018
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Darwansyah Sono

NIM : 15011104033

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran

Universitas : Sam Ratulangi Manado

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan
atau pikiran orang lain. Saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skirpsi ini sebagai
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Manado, Desember 2018


Yang Membuat Pernyataan

Darwansyah Sono

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini dianjukan oleh :

Nama : Darwansyah Sono

NIM : 15011104033

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul Skirpsi : Pengaruh Aromaterapi Lemon (Citrus) Terhadap


Penurunan Nyeri Menstruasi Pada Mahasiswi Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Manado
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan
(S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas

Sam Ratulangi Manado.

DEWAN PENGUJI

1. Ketua Penguji : Ns. Rina Kundre, S. Kep., M. Kes (.................)

2. Anggota 1 : Ns. Gresty N.M Masi, M. Kep., Sp. Kep. MB (.................)

3. Anggota 2 : Ns. Sefti Rompas, S. Kep., M. Kes (.................)

4. Anggota 3 : Ns. Lenny Gannika, S. Kep., M. Kep (.................)

Ditetapkan di Manado

Tanggal, Desember 2018

Mengetahui:

Dekan Fakultas Kedokteran Koordinator Program Studi

Universitas Sam Ratulangi Manado Ilmu Keperwatan FK Unsrat Manado

Prof. Dr. dr. Adrian Umboh, SpA(K) Ns. Sefti S. J Rompas, S.Kep, M.Kes
NIP : 195808261987031003 NIP : 198209122008122001

iii
ABSTRAK
Nama : Darwansyah Sono
Tahun : 2018
Program Studi : Program Studi Ilmu Keperawatan Unsrat
Judul : Pengaruh Aromaterapi Lemon (Citrus) Terhadap Penurunan Nyeri
Menstruasi Pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado, Skripsi, Dibimbing Oleh: 1.
Sefti Rompas, 2. Lenny Ganika
xii + 44 Halaman + 6 Tabel + 3 Gambar + 10 Lampiran
Aromaterapi lemon (Citrus) merupakan salah satu relaksasi untuk menurunkan
nyeri menstruasi. Aromaterapi lemon juga meningkatkan mood dan mengurangi
rasa marah. Limeone merupakan salah satu kandungan minyak aromaterapi lemon
yang dapat menghambat sistem kerja prostaglandin sehingga dapat mengurangi
nyeri. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh Aromaterapi Lemon
(Citrus) terhadap Penurunan Nyeri Menstruasi pada mahasiswi Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.
Rancangan Menggunakan pre eksperimen one-group-pre-test-post-test-design.
Sampel terdiri dari 26 responden dengan metode pengambilan sampel
menggunakan pendekatan non probability sampling dengan teknik saturation
sampling. Hasil menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test pada tingkat
kemaknaan 95%, didapatkan nilai ρ – Value 0,000 lebih kecil dari nilai signifikan
0,05. Kesimpulan ada pengaruh aromaterapi lemon (Citrus) terhadap Penurunan
nyeri menstruasi pada mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado. Saran untuk menggurangi rasa nyeri
menstruasi diharapkan bagi responden untuk menggunakan aromaterapi lemon ini
dalam salah satu teknik non farmakologi yang mudah unutk dilakukan.

Kata Kunci : Aromaterapi, lemon, Nyeri Menstruasi


Daftar Pustaka : 17 Buku (Tahun 2005-2018), 15 Jurnal, 3 Artikel

iv
ABSTRACT

Name : Darwansyah Sono


Year : 2018
Study Program: Nursing Program
Title : Influence of Orange’s (Citrus) Aromatherapy on Decreasing
Dismenore in Sam Ratulangi University’s Nursing Students, Manado,
Undergraduate thesis, Guided by: 1. Sefti Rompas, 2. Lenny Ganika

xii + + 44 Pages + 6 Tables + 3 Pictures + 10 Attachments

The Aromatherapy of orange (Citrus) is one of the relaxation measures to reduce


dismenore, also improves mood and reduces anger. Limeone is one of the ingredients
of The orange aromatherapy’s oil which can inhibit the prostaglandin so it can reduce
dismenore. The purpose of this study is to know The Influence of Orange’s
aromatherapy against dismenore in Sam Ratulangi University’s Nursing Students,
Manado. Design of this study is using a pre-experimental one-group-pre-test-post-test-
design. Sampel of this study consisted of 26 respondents with the sampling method
using a non probability sampling with saturation sampling technique. The results of
this study using the Wilcoxon Signed Rank Test at a significance level of 95%, obtained
that the value ρ - 0,000, value is smaller than the significant value of 0.05. Conclution
in this study there is influence of Orange’s aromatherapy (Citrus) on decrease
dismenore in Sam Ratulangi University’s Nursing Students, Manado. Suggestions
from this study for reducing dismenore, respondents can use orange’s aromatherapy
in as one of the non-pharmacological techniques that is easy to do.

Keywords: Aromatherapy, Lemon, Dismenore


Bibliography : 17 Books (Year 2005-2018), 15 Journal, 3 Article

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena hanya dengan rahmat dan
hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu
syarat dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana pada Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Adapun judul
skripsi ini adalah “Pengaruh Aromaterapi Lemon (Citrus) terhadap Penurunan
Nyeri Menstruasi pada Mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Sam Ratulangi Manado”.

Pada penulisan skripsi ini penulis menemui beberapa kesulitan karena keterbatasan
literature dan referensi yang penulis miliki namun berkat petunjuk dan dukungan dari
berbagai pihak maka skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan dengan tulus ikhlas terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Ellen J. Kumaat, M.Sc, DEA, selaku Rektor Universitas Sam
Ratulangi Manado;
2. Prof. Dr. dr Adrian Umboh, Sp.A (K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado, sekaligus dosen pembimbing I yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis selama
penyusunan proposal ini;
3. Ns. Sefti Rompas, S.Kep, M.Kes selaku Koordinator Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado serta
dosen pembimbing I yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk
mengarahkan penulis selama penyusunan skripsi ini;
4. Ns. Amatus Yudi Ismanto, S.Kep, M.Kep, Sp.An selaku dosen pembimbing
akademik yang telah membimbing, mengarahkan serta memberi motivasi
selama penulis berada di semester 1 sampai semester 7;
5. Ns. Lenny Gannika, S.Kep, M.Kep, selaku dosen pembimbing II yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis selama
penyusunan skripsi ini;

vi
6. Seluruh dosen dan staf tata usaha Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado;
7. Terima kasih kepada orang tua saya atas semua doa dan pengorbanan yang
telah diberikan dari saya kecil hingga saat ini dan seluruh keluarga besar
yang selalu mendoakan serta memberi dukungan dari awal hingga saat ini;
8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2015 yang selalu memberi semangat
dan dukungan dalam masa perkuliahan sampai pembuatan skripsi, terutama
pasangan saya Triska Manoppo dan sahabat-sahabat saya endless eight
(Sriyani, Ikbal, Afhy, Amel, Fitri, Victor, Bayu) yang telah banyak
membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini;

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan ini masi banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Manado, Desember 2018

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

ABSTRAK/ABSTRACT .................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................... 1


1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................. 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 5
2.1 Menstruasi ............................................................................. 5
2.2 Nyeri ....................................................................................... 9
2.3 Aromaterapi Lemon (Citrus) .................................................. 17
2.4 Kerangka Teori ....................................................................... 22
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL ................................................. 23
3.1 Kerangka Penelitian ............................................................... 23
3.2 Hipotesis ................................................................................ 23
3.3 Definisi Operasional ............................................................... 24
BAB 4 METODE PENELITIAN .......................................................... 25
4.1 Desain Penelitian ................................................................... 25
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 25

viii
4.3 Populasi dan Sampel ............................................................. 25
4.4 Instrument Penelitian ............................................................. 26
4.5 Metode Pengumpulan Data ................................................... 27
4.6 Prosedur Penelitian ................................................................ 27
4.7 Pengolahan Data ..................................................................... 28
4.8 Analisa Data .......................................................................... 28
4.9 Etika Penelitian ...................................................................... 29
BAB 5 HASIL PENELITIAN ................................................................. 30
5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian ...................................... 30
5.2 Karakteristik Responden ......................................................... 31
5.3 Analisis Univariat .................................................................... 32
5.4 Analisis Bivariat ...................................................................... 33
BAB 6 PEMBAHASAN ............................................................................ 35
6.1 Karakteristik Responden ......................................................... 35
6.2 Analisis Univariat .................................................................... 36
6.3 Analisis Bivariat ...................................................................... 39
6.3 Implikasi Keperawatan ............................................................ 40
6.4 Keterbatasan Penelitian ........................................................... 40
BAB 7 PENUTUP...................................................................................... 41
7.1 Kesimpulan .............................................................................. 41
7.2 Saran ........................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

2.1 Respon Fisik .................................................................................................... 13

3.1 Kerangka Konseptual ...................................................................................... 24

4.1 Desain Penelitian ............................................................................................. 25

5.1 Distribusi Data Responden Berdasarkan Umur .............................................. 32

5.2 Frekuensi Skala Nyeri Responden Sebelum ................................................... 33

5.3 Skala Nyeri Responden Sesudah ..................................................................... 33

5.4 Hasil Analisis Pretest-Posttest ........................................................................ 34

x
DAFTAR GAMBAR

2.1 Skala Intensitas Nyeri Numerik ...................................................................... 16

2.2 Aromaterapy Essensial Oil.............................................................................. 21

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................................... 23

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penelitian

Lampiran 2 Surat Izin Pengambilan Data Awal

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

Lampiran 4 Lembar Penjelasan Penelitian

Lamoiran 5 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 6 Standar Oprasional Prosedur

Lampiran 7 Data Responden Dan Lembar Observasi Skala Nyeri

Lampiran 8 Surat Keterangan Telah Selesai Melaksanakan Penelitian

Lampiran 9 Master Tabel

Lampiran 10 Hasil Penelitian

xii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menstruasi merupakan suatu proses berkala yang datang setiap 28-30 hari. Masa
menstruasi pertama (menarche) biasanya dimulai pada usia 11-15 tahun. Siklus
tersebut akan berlanjut hingga tiba masa menopouse, kecuali jika terjadi
kehamilan. Pada setiap masa menstruasi, darah menstruasi yang berwarna merah
gelap akan dikeluarkan setiap bulan dan berlangsung selama 3-8 hari (Rasjidi,
2013).

Perubahan yang biasa dihadapi wanita saat mengalami mestruasi yaitu cemas,
stress, depresi dan biasanya di dampingi dengan gejala kejang-kejang menstruasi
atau bahasa medisnya dysmenorrea (Sukarni & Wahyu, 2013). Nyeri menstruasi
terjadi terutama di perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar hingga ke punggung
bagian bawah, pinggang, panggul, paha atas, hingga betis. Nyeri juga bisa disertai
kram perut yang parah. Kram tersebut berasal dari kontraksi otot rahim yang sangat
intens saat mengeluarkan darah menstruasi dari dalam rahim (Sinaga et al., 2017).
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat individual.
Dikatakan bersifat individual karena respon individu terhadap sensasi nyeri
beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan lainnya (Asmadi, 2008). Dengan
adanya nyeri menstruasi wanita biasa merasa malas untuk bergerak, badan menjadi
mudah lelah, lemas dan pingsan. Dampak negatif yang didapat antara lain pekerjaan
tertunda, malas ke sekolah, tugas menumpuk dan nilai akademis menurun
(Novarenta, 2013)

Angka kejadian nyeri menstruasi di dunia rata-rata lebih dari 50%. Di indonesia
angka kejadian prevalensi nyeri menstruasi berkisar 55% di kalangan usia
produktif. Di amerika serikat, klien dan litt melaporkan prevalensi dismenore
mencapai 59,7% dan di sewedia sekitar 72%. Angka kejadian nyeri menstruasi

1
2

berkisar 45-95% dikalangan wanita usia produktif dengan upaya penanganan


dismenore dilakukan 51,2% dengan terapi obat, 24,7% dengan relaksasi dan 24,1%
dengan distraksi atau pengalihan nyeri (Depkes RI , 2010 ; Azizah, 2014)

Managemen nyeri atau pain management merupakan salah satu bagian dari disiplin
ilmu medis yang menggunakan pendekatan multidisiplin yang termasuk
didalammnya pendekatan farmakologikal (termasuk pain modifiers), non
farmakologikal dan psikologikal dalam upaya menghilangkan nyeri atau pain relief.
Managemen nyeri non farmakologikal merupakan upaya mengatasi atau
menghilangkan nyeri dengan menggunakan pendekatan non farmakologi. Upaya
tersebut antara lain relaksasi, distraksi, massage, guided imaginary dan lain
sebagainya (Syamsiah, 2015).

Penatalaksanaan dalam menurunkan nyeri menstruasi dengan relaksasi yaitu


menggunakan aromaterapi lemon. Aromaterapi lemon untuk meningkatkan mood
dan mengurangi rasa marah (Iryani, 2015, p. 98). Minyak aromaterapi lemon
mempunyai kandungan limeone 66-80, geranil asetat, netrol, terpine 6-14%, α
pinene 1-4% dan mrcyne (Young, 2011 ; Suwanti 2018). Limeone adalah komponen
utama dalam senyawa kimia jeruk yang dapat menghambat sistem kerja
prostaglandin sehingga dapat mengurangi nyeri (Namazi, et al., 2014).
Prostaglandin merangsang penekanan otot (tonus), kontraksi otot rahim, dan
penekanan pembuluh darah (vasopresi) rahim yang menyebabkan nyeri iskemik
dan keluhan nyeri menstruasi (Suharmiati & Lestari, 2005). Prostaglandin juga
mempengaruhi kontaktilitas otot polos dan modulasi aktivitas hormonal.
Prostaglandin dapat terlibat dalam kondisi patologi diantrannya infertilitas pria,
dismenore, status hipertensi, pre-eklamsia-eklamsia, dan syok anafilatik (Bobak,
Lowdermilk & Jensen. 2012).

Dari jumlah mahasiswi keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas


Kedokteran Universitas Sam Ratulangi manado yang berjumlah 264 ditemukan
bahwa 260 mahasiswi yang biasa mengalami nyeri menstruasi. Hasil pengkajian
melalui wawancara yang diwakili 20 mahasiswi, didapatkan bahwa 3 mahasiswi
mengalami nyeri ringan, 6 mahasiswi nyeri sedang dan 11 mahasiswi nyeri berat.
3

Cara penanganan nyeri menstruasi yang biasa dilakukan oleh mahasiswi yaitu 16
mahasiswi dengan cara tidur, 2 mahasiswi menggunakan obat paracetamol atau
ampisilin, 1 dengan kompres air hangat dan 1 mahasiswi meninggikan kaki saat
berbaring. Menurut mahasiswi dari 4 cara penanganan untuk menghilangkan nyeri
ini 2 cara yang dapat meredahkan nyeri yaitu menggunakan obat paracetamol atau
ampisilin dan kompres air hangat. Alasan beberapa mahasiswi tidak mencari cara
penanganan nyeri menstruasi ini adalah karena mereka menganggap nyeri
menstruasi sudah biasa dirasakan namun mereka mengakui jika nyeri menstruasi
ini sangat menganggu mereka saat kegiatan belajar mengajar dan persiapan dalam
nenghadapi tes ujian.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di


bidang ini dengan judul: Pengaruh Aromaterapi Lemon (Citrus) terhadap
Penurunan Nyeri Menstruasi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dari latar belakang, peneliti dapat merumuskan masalah sebagai
berikut: “Apakah ada Pengaruh Aromaterapi Lemon (Citrus) terhadap Penurunan
Nyeri Menstruasi.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Diketahui Pengaruh Aromaterapi Lemon (Citrus) terhadap Penurunan Nyeri
Menstruasi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Diketahui gambaran nyeri menstruasi sebelum diberikan aromaterapi lemon
(citrus).
2. Diketahui gambaran nyeri menstruasi setelah diberikan aromaterapi lemon
(citrus).
3. Dianalisis pengaruh aromaterapi lemon (citrus) terhadap penurunan nyeri
menstruasi.
4

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Responden
Hasil penelitian ini bermanfaat bagi responden untuk dapat digunakan dalam
mengatasi masalah pada nyeri menstruasi
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan informasi tentang pengaruh aromaterapi lemon (citrus) terhadap
penurunan nyeri menstruasi yang bisa digunakan sebagai bahan pustaka, serta dapat
digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.
1.4.3 Bagi Peneliti
Untuk memperkaya pengetahuan peneliti dalam pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya yang berkaitan dengan ilmu keperawatan Maternitas. Bermanfaat juga
untuk bahan reverensi peneliti dalam melanjutkan studi.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Menstruasi
2.1.1 Definisi
Menstruasi merupakan perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14
hari setelah ovulasi. Menstruasi ialah perdarahan vagina sevara berkala akibat
terlepasnya lapisan endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal yaitu hasil
interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan
terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan
peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam
pengaturan perubahan-perubahan siklus maupun lama siklus menstruasi (Sukarni
& Wahyu, 2013).

2.1.2 Permasalahan atau Gangguan Menstruasi


Penyebab gangguan menstruasi pada perempuan dapat berasal dari gangguan
ketidakseimbangan hormonal, permasalahan pada struktur organ reporduksi,
adanya infeksi, dan faktor lain yang tidak diketahui secara pasti. Jenis gangguan
menstruasi yang banyak dialami perempuan antara lain disfungsi perdarahan uterus,
Dismenore (nyeri saat menstruasi), sindroma premenstrual, dan amenore (tidak
menstruasi). Gangguan menstruasi dibagi berdasarkan tingkat kenyamanan (nyeri
tau tidak), jumlah darah yang keluar, dan masalah keteraturan siklus menstruasi
(Yati & Anggi, 2016).

2.1.3 Siklus Menstruasi


Sistem reproduktif wanita mengalami perubahan siklus yang disebut siklus
menstruasi. Rata-rata siklus berlangsung 28 hari tetapi dapat berkisar dari 21
sampai 40 hari. Lama rata-rata bervariasi dari satu siklus ke siklus lainnya dan dari
satu orang ke orang lainnya. Darah menstruasi terdiri atas darah, lendir, dan
membran endometrium yang kadang keluar sebagai bekuan kecil. Kehilangan darah
rata-rata adalah 180 cc sampai 240 cc per siklus. Sekali lagi setiap individu
mengalami kehilangan darah yang berbeda per siklusnya. Menarke ialah awitan
menstruasi pertama pada anak gadis, biasanya terjadi antara 9 sampai 16 tahun
(Potter & Perry, 2005).

5
6

2.1.4 Mekanisme Siklus Menstruasi


Pada setiap siklus haid follicle stimulating hormone (FSH) dikeluarkan oleh Lobus
anterior hipofisis yang menyebabkan beberapa folikel primer berkembang dalam
ovarium dan membuat folikel primer berkembang menjadi folikel de Graaf yang
membuat esterogen, esterogen menekan FSH sehingga lobus anterior hipofisis
mengeluarkan hormon gonadotropin yang kedua yaitu LH (luteinezing hormone),
Produksi FSH dan LH dipengaruhi RH (relasing hormones) yang disalurkan dari
hipotalamus ke hipofisis. Dibawah pengaruh RH folikel de Graff semakin lama
semakin matang dan makin banyak mengeluarkan likuor folikuli yang mengandung
esterogen, esterogen mempunyai pengaruh terhadap endometrium menyebabkan
endometrium tumbuh (menebal) yang disebut masa proliferasi. Dibawah pengaruh
LH folikel de Graff menjadi lebih matang, mendekati permukaan ovarium, dan
kemudian terjadi ovulasi, setelah ovulasi terjadi terbentuklah korpus rubrum
(berwarna merah) yang akan menjadi korpus luteum (berwarna kuning).

Korpus luteum menghasilkan hormon progesteron, Hormon progesteron


mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang telah berpoliferasi menyebabkan
kelenjar-kelenjarnya berlekuk-lekuk dan bersekresi (masa sekresi), bila tidak ada
pembuahan korpus luteum berdegenerasi yang menyebabkan kadar esterogen dan
progesteron menurun, sehingga terjadi degenerasi serta pendarahan dan pelepasan
endometrium yang nekrotik, yang disebut masa menstruasi. Bilamana ada
pembuahan dalam masa ovulasi maka korpus luteum dipertahankan dan
berkembang menjadi korpus luteum graviditatis.

Selama menstruasi, pada hari bermulanya diambil sebagai hari pertama dari siklus
yang baru. Akan terjadi lagi peningkatan dari FSH sampai mencapai kadar 5 ng/ml
(atau setara dengan 10 mUI/ml), dibawah pengaruh sinergis kedua gonadotropin,
folikel yang berkembang ini menghasilkan estradiol dalam jumlah yang banyak.
Peningkatan serum yang terus-menerus pada akhir fase folikuler akan menekan
FSH dari hipofisis. Dua hari sebelum ovulasi, kadar estradiol mencapai 150-400
pg/ml. Kadar tersebut melebihi nilai ambang rangsang untuk pengeluaran
gonadotropin pra-ovulasi. Akibatnya FSH dan LH dalam serum akan meningkat
7

dan mencapai puncaknya satu hari sebelum ovulasi. Saat yang sama pula, kadar
estradiol akan kembali menurun.
Kadar maksimal LH berkisar antara 8 dan 35 ng/ml atau setara dengan 30-40
mUI/ml, dan FSH antara 4-10 ng/ml atau setara dengan 15-45 mUI/ml. Terjadinya
puncak LH dan FSH pada hari ke-14, maka pada saat ini folikel akan mulai pecah
dan satu hari kemudian akan timbul ovulasi bersamaan dengan ini dimulailah
pembentukan dan pematangan korpus luteum yang disertai dengan meningkatnya
kadar progesteron, sedangkan gonadotropin mulai turun kembali. Peningkatan
progesteron tersebut tidak selalu memberi arti, bahwa ovulasi telah terjadi dengan
baik, karena pada beberapa wanita yang tidak terjadi ovulasi tetap dijumpai suhu
basal badan dan endometrium sesuai dengan fase luteal.

Awal fase luteal, seiring dengan pematangan korpus luteum sekresi progesteron
terus menerus meningkat dan mencapai kadar antara 6 dan 20 ng/ml. Estradiol yang
dikeluarkan terutama dari folikel yang besar yang tidak mengalami atresia, juga
tampak pada fase luteal dengan konsentrasi yang lebih tinggi daripada selama
permulaan atau pertengahan fase folikuler. Produksi estradiol dan progesteron
maksimal dijumpai antara hari ke-20 dan 23 (Sukarni & Wahyu, 2013).

2.1.5 Proses Menstruasi


Permulaan menstruasi selalunya berlaku pada usia 10-16 tahun. Hari subur adalah
hari ke 14 dari hari pertama akan datang menstruasi dimana akan berlaku
pengeluaran telur (ovulasi) dari kilang telur/ovari. Dalam masa yang sama vagina
akan mengalami keluaran lendir yang banyak dan lebih cair karena berlaku
pengeluaran hormon kesuburan yang banyak semasa proses ovulasi. Kandungan
yang akan luruh ialah darah dan cairan yang akan keluar melalui lubang vagina.
Apabila gadis sudah mencapai puberty (peningkat kematangan), haid pertama akan
berlaku dan bermakna gadis itu sudah matang ini menunjukkan ovari sudah
mengeluarkan telur dan rahim sudah bersedia untuk mengalami proses kehamilan.

Menstruasi tidak teratur sering terlambat siklus menstruasi tiap perempuan berbeda
satu sama lain, ada yang siklus pendek 21-24 hari lalu ada yang normal berkisar 28
hari atau 30 hari. Beberapa perempuan ada yang lebih panjang lagi sampai 42 hari.
8

Bila selama ini rutin haid setiap bulan dan kadang maju atau bahkan mundur
seminggu atau tiba-tiba sebulan tidak menstruasi, tidak masalah (Sukarni & Wahyu,
2013).

2.1.6 Dismenore
Dismenore merupakan keadaan seorang perempuan mengalami nyeri saat
menstruasi yang berefek buruk menyebabkan gangguan melakukan aktivitas harian
karena nyeri yang dirasakannya. Kondisi ini dapat berlangsung 2 hari atau lebih
dari lamanya hari menstruasi yang dialami setiap bulan. Keadaan nyeri saat
menstruasi dapat terjadi pada segala usia. Terdapat dua jenis dismenore, yaitu
dismenore primer dan dismerone sekunder (Yati & Anggi, 2016).
Dismenore primer terjadi jika tidak ada penyakit organik, biasanya dai bulan
keenam sampai tahun kedua setelah menarke. Dismenore ini seringkali hilang pada
usia 25 tahun atau setelah wanita hamil dan melahirkan per vaginam faktor
psikogenik dapat mempengaruhi gejala, tetapi gejala pasti berhubungan dengan
ovulasi dan tidak terjadi saat ovulasi disupresi.
Dismenore sekunder dikaitkan dengan penyakit pelvis organik, seperti
endometriosis, penyakit radang pelvis, stenosis serviks, neoplasma ovarium atau
uterus, dan polip uterus. Dismenore sekunder dapat disalahartikan sebagai
dismenore primer atau dapat rancu dengan komplikasi kehamilan dini. Terapi harus
ditunjukan untuk mengobati penyebab dasar (Bobak, Lowdermilk & Jensen. 2012).

2.1.7 Perubahan Psikologis pada Menstruasi


Masa menstruasi dapat juga menyebabkan perubahan pada wanita diantaranya
anoreksia nervosa yaitu hilangnya nafsu makan (rasa lapar) yang disebabkan oleh
penyimpangan emosional. Bullimia yaitu kelainan emosional yang ditandai dengan
pola mkan yang berlebihan. Cemas yaitu perasaan gugup atau khawatir yang
dirasakan saat ancamaan atau bahaya. Depresi yaitu kondisi yang berdampak
negatif pada perasaan, pikiran tindakan, dan kesehatan mental seseorang. Stress
yaitu gangguan mental akibat adannya tekanan, tekanan ini muncul karena
kegagalan memenuhi kebutuhan atau keinginannya. Disleksia yaitu
ketidakmampuan menghubungkan antara lisan dan tulisan, Gejalanya membaca
9

terlalu cepat dan tidak tepat atau membaca terlalu lambat dan terputus-putus
(Sukarni & Wahyu, 2013).

2.1.8 Gejala Patologis yang Menyertai Mentruasi


Menstruasi biasanya disertai dengan gejala patologi yaitu diantaranya komplek
kastrasi (Trauma Genetalia) muncul gambaran fantasi yang aneh-aneh dan
menimbulkan kecemasan-kecemasan dan perasaan bersalah/ berdosa, teori cloaca
munculnya anggapan keliru dimana segala sesuatu yang keluar dari rongga tubuh
itu adalah kotor, najis, menjijikkan, serta merupakan tanda noda yang tidak suci.
fobia ketakutan yang tidak beralasan, hypochondria rasa tertekan, ketakutan dan
fantasi sakit (paranoid), psychogene aminorhe, berhentinya menstruasi sebelum
waktunya, dan penolakan terhadap menstruasi (Sukarni & Wahyu, 2013).

2.2 Nyeri
2.2.1 Definisi
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat individual.
Dikatakan bersifat individual karena respon individu terhadap sensasi nyeri
beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan lainnya (Asmadi, 2008). Nyeri
merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat subjektif. Keluhan sensorik yang
dinyatakan seperti pegal, linu, ngilu, kemeng, cangkeul, dan seterusnya dapat
dianggap sebagai modalitas nyeri (Arif, 2008)

2.2.2 Penyebab Rasa Nyeri


Penyebab rasa nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu penyebab
yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis, secara fisik
misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi,
maupun elektrik), neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi darah, dan lain-lain.
Secara psikis penyebab nyeri dapat terjadi oleh karena adanya trauma psikologis
(Asmadi, 2008)

2.2.3 Klasifikasi Nyeri


Nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan berdasarkan tempat, sifat,
berat ringannya nyeri, dan waktu lamanya serangan. Nyeri berdasarkan tempatnya
10

antara lain pheriperal pain yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya
pada kulit, mukosa, deep pain yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang
lebih dalam atau organ-organ tubuh visceral, refered pain yaitu nyeri dalam yang
disebabkan karena penyakit organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke
bagian tubuh di daerah yang berbeda bukan daerah asal nyeri, central pain yaitu
nyeri yang terjadi karena perangsangan pada sistem saraf pusat, spinal cord, batang
otak, talamus, dan lain-lain. Nyeri berdasarkan sifatnya antara lain incidental pain
yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang, steady pain yaitu nyeri
yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang lama, paroxymal pain
yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri tersebut
biasanya menetap ± 10-15 menit, menghilang kemudian timbul lagi. Nyeri yang
berdasarkan berat ringannya antara lain nyeri ringan yaitu nyeri dengan intensitas
rendah, nyeri sedang yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi, nyeri berat yaitu nyeri
dengan intensitas yang tinggi. Nyeri yang berdasarkan waktu lamanya serangan
antara lain nyeri akut yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan
berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas.
Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari luka, seperti luka operasi, ataupun pada
suatu penyakit arteriosclerosis pada arteri koroner. Nyeri kronis, yaitu nyeri yang
dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini polanya beragam dan berlangsung
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Ragam pola tersebut ada yang nyeri timbul
dengan periode yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu timbul kembali lagi
nyeri, dan begitu seterusnya. Ada pula pola nyeri kronis yang konstan, artinya rasa
nyeri tersebut terus-menerus terasa makin lama semakin meningkat intensitasnya
walaupun telah diberikan pengobatan. Misalnya pada nyeri karena neoplasma
(Asmadi, 2008).

2.2.4 Reseptor Nyeri


Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi menerima rangsangan nyeri.
Organ tubuh yang berperan sebagai organ reseptor nyeri adalah ujung saraf bebas
dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial
merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosiseptor secara anatomis, reseptor nyeri
(nosisptor) ada yang bermielin dan ada juga yang tidak bermielin dari saraf aferen.
11

Berdasarkan letaknya, nosiseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian


tubuh yaitu pada kulit (kutaneus), somatik dalam (deep somatic) dan pada daerah
visceral karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki
sensasi yang berbeda. Nosiseptor kutaneus berasal dari kulit dan subkutan. Nyeri
yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dilokalisasi dan didefinisikan.
Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen antara lain Serabut
A delta yaitu serabut komponen cepat (kecepatan transmisi 6-30 m/det) yang
memungkinkan timbulnya nyeri tajam, yang akan cepat hilang apabila penyebab
nyeri dihilangkan. Serabut C yaitu serabut komponen lambat (Kecepatan transmisi
0.5-2 m/det) yang terdapat di daerah lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul
dan sulit dilokalisasi. Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri
yang terdapat pada tulang, pembuluh darah, saraf, otot, dan jaringan penyangga
lainnya. Karena struktur reseptornya kompleks, nyeri yang timbul merupakan nyeri
yang tumpul dan sulit untuk di lokalisasi.

Reseptor nyeri jenis ke 3 adalah reseptor viseral. Reseptor ini meliputi organ-organ
veceral seperti jantung, hati, usus, ginjal, dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada
reseptor ini biasanya difus (terus-menerus). Nyeri yang timbul dari reseptor ini
biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangan sensitive terhadap
penekanan, iskemia, dan inflamasi. Nyeri viseral dapat menyebabkan nyeri alih
(reffered pain), nyeri yang dapat timbul pada daerah yang berbeda/ jauh dari organ
asal stimulus nyeri tersebut. Nyeri pindah ini dapat terjadi karena adanya sinaps.
Jaringan viseral pada medulla spinalis dengan serabut yang berasal dari jaringan
subkutan tubuh. Berdasarkan jenis rangsang yang dapat diterima oleh nosiseptor,
didalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis nosiseptor yaitu : nosiseptor termal,
nosiseptor mekanis, nosiseptor electric dan nosiseptor kimia. Adanya berbagai
macam nosiseptor ini memungkinkan terjadinya nyeri karena pengaruh mekanis,
kimia, listrik, maupun perubahan suhu. Serabut nyeri jenis A delta merupakan
serabut neri yang lebih banyak dipengaruhi oleh rangsang mekanik dari pada
rangsang panas dan kimia, sedangkan serabut nyeri jenis C lebih dipengaruhi oleh
rangsangan suhu, kimia, dan mekanik kuat (Tamansuri, 2012).

2.2.5 Transmisi Nyeri


12

Secara umum dapat dijelaskan bahwa didalam tubuh manusia terdapat dua macam
transmitter impuls nyeri yang berfungsi untuk menghantarkan sensasi nyeri dan
sensasi lain seperti rasa dingin, hangat, sentuhan, dan sebagainya. Reseptor
berdiameter kecil (serabut A delta dan serabut C) berfungsi untuk mentransmisikan
nyeri yang bersifat keras dan reseptor ini biasanya berupa ujung saraf bebas yang
terdapat diseluruh permukaan kulit dan pada struktur tubuh yang lebih dalam seperti
tendon tulang serta organ-organ interna. Sedangkan transmiter yang berdiameter
besar (serabut A-Beta) memiliki reseptor yang terdapat pada struktur permukaan
tubuh dan fungsinya selain mentransisikan sensasi nyeri, juga lebih berfungsi untuk
mentransmisikan sensasi lain seperti sensasi getaran, sentuhan, panas/dingin, serta
juga terhadap tekanan halus. Impuls dari serabut A-Beta mempunyai sifat inhibitori
(penghambat) yang ditransmisikan ke serabut C dan A-delta.

Ketika ada rangsang, kedua serabut tersebut akan membawa rangsangan menuju
kornu dorsalis yang terdapat pada medulla spinalis (cornus posterius medullae
spinalis). Dimedulla spinalis inilah terjadi interaksi antara serabut berdiameter
besar dan serabut berdiameter kecil disuatu area khusus yang disebut dengan
substantia gelatinosa (SG). Pada substantia gelatinosa ini dapat terjadi perubahan,
modifikasi, serta mempengaruhi apakah sensasi nyeri yang diterima oleh medulla
spinalis akan diteruskan ke otak atau akan dihambat.

Sebelum impuls nyeri dibawa ke otak, serabut besar dan serabut kecil akan
berinteraksi di daerah substantia gelatinosa yang apabila tidak terdapat stimulus
atau impuls yang adekuat dari serabut besar, maka impuls nyeri dari serabut kecil
akan dihantarkan menuju sel tigger (Sel T) untuk kemudian dibawah ke otak, yang
akhirnya menimbulkan sensasi nyeri yang dirasakan oleh tubuh. Keadaan ketika
impuls nyeri dihantarkan keotak inilah yang diistilahkan dengan “Pintu gerbang
terbuka”. Sebaliknya, apabila terdapat impuls yang ditransmisikan oleh serabut
berdiameter besar karena adanya stimulasi kulit, sentuhan, getaran, hangat, dan
dingin serta sentuhan halus, impuls ini terkecil di area substantia gelatinosa
sehingga sensasi yang dibawa oleh serabut kecil akan berkurang atau bahkan tidak
dihantarkan ke otak oleh substantia gelatinosa, karenanya tubuh tidak dapat
merasakan sensasi nyeri. Kondisi ini sering disebut “Pintu gerbang tertutup”.
13

Dalam penghantaran impuls menuju otak, sinaps substantia gelatinosa akan


melepaskan substansi P yang diduga sebagai neurotransmitter utama impuls nyeri.
Paling sedikit terdapat enam jalur senden untuk impuls nosiseptif yang terletak pada
belahan bentral medulla spinalis yang paling utama adalah traktus spinotalamikus
(spinothalamic tract) dan traktur spinoreticuler (spinoretucular tract). Impuls yang
dibawa oleh tractus spinotalamikus selanjutnya dibawa ke korteks untuk
diinterpretasikan, sedangkan impuls yang dibawa oleh traktur spinoreticuler akan
dibawa ke daerah thalamus otak, untuk mengaktifkan respon-respon autonomik dan
limbic (afektif motivasional).
Apabila impuls nyeri diterukan (pintu gerbang terbuka), impus akan diteruskan ke
otak untuk kemudian diproses di dalam otak dalam tiga tingkat yang berbeda, yaitu
pada talamus, otak tengah (mid brain), dan pada korteks otak. Talamus bertindak
sebagai penerima impuls sensori (impuls nyeri) dari traktus spinotalakimikus
lateral untuk kemudian diteruskan ke korteks. Otak tengah berfungsi untuk
meningkatkan kewaspadaan dari kortes terhadap datangnya rangsang, sedangkan
korteks berfungsi untuk melokalisasi impuls dan impuls di persepsi sesuai dengan
lokasi terjadinya nyeri. Dalam perkembangan selanjutnya, teori gerbang kendali
nyeri juga dikembangkan untuk menjelaskan tentang adanya fungsi inhibitor
(penghambatan) impuls nyeri oleh otak.
Struktur otak tengah medulla, dan jaringan tulang belakan juga mampu memberi
efek penghambat impuls nyeri. Kondisi seperti rangsang elektriks penggunaan obat
analgesik dan faktor-faktor mampu merangsang struktur medulla untuk
memperlambat transmisi impuls nyeri di medulla spinallis (Tamansuri, 2012).

2.2.6 Respon Tubuh Terhadap Nyeri


Respon fisik (Tamansuri, 2012).

Reaksi Efek
14

Simpatis
1) Dilatasi lumen bronkus, 1) Memungkinkan
peningkatan frekuensi penyediaan oksigen lebih
napas. banyak
2) Memungkinkan transport
2) Denyut jantung oksigen lebih besar
meningkat kedalam jaringan tubuh
3) Meningkatkan tekanan
darah dengan memndahkan
3) Vasokontriksi perifer suplai darah dari perifer ke
organ visceral, otot dan
otak.
4) Memungkinkan
4) Peningkatan glukosa penyediaan energi
darah tambahan bagi tubuh
5) Mengendalikan suhu tubuh
5) Diaphoresis selama stress
6) Menyiapkan otot untuk
6) Tegangan otot meningkat mengadakan aksi
7) Menghasilkan kemampuan
7) Dilatasi pupil melihat yang lebih baik
8) Menyalurkan energi untuk
8) Penurunan motalitas usus aktivitas tubuh yang lebih
penting
Parasimpatis
1) Pucat 1) disebabkan suplai darah
yang menjauhi perifer
2) Kelelahan otot 2) karna kelemahan
3) Tekanan darah dan nadi 3) pengaruh stimulasi nervus
menurun vagal
4) Frekuensi nafas cepat, tak 4) karena meknanisme
teratur pertahanan yang gagal
15

Tabel untuk memperpanjang 2.1


perlawanan tubuh terhadap
stress (nyeri)
5) Mual dan muntah 5) kembalinya fungsi
gastrointestinal
6) kelemahan 6) akibat pengeluaran energi
yang berlebihan
Respon Fisik
16

2.2.7 Respon Psikologis


Respon psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien terhadap nyeri yang
terjadi atau arti nyeri bagi klien. Klien yang mengartikan nyeri sebagai sesuatu yang
“negatif” cenderung memiliki suasana hati sedih, berduka, ketidakberdayaan dan
dapat berbalik menjadi rasa marah dan frustasi. Sebaliknya, pada klien yang
memiliki persepsi nyeri sebagai pengalaman yang ‘positif” akan menerima nyeri
yang dialaminya. Pemahaman dan pemberian arti bagi nyeri sangat dipengaruhi
tingkat pengetahuan, persepsi, pengalaman masa lalu, dan juga faktor sosial budaya
(Tamansuri, 2012).

2.2.8 Respon Perilaku


Respon perilaku yang timbul pada klien yang mengalami nyeri dapat bermacam-
macam. Meinhart & Mc. Caffery (1983) menggambarkan tiga fase perilakku
terhadap nyeri yaitu “antisipasi, sensasi, fase pasca nyeri”. Fase antisipasi
17

merupakan fase yang paling penting karena pada fase ini merupakan penentuan
untuk fase berikutnya. Pada fase ini, merupakan fase yang memungkinkan individu
untuk memahami nyeri, untuk belajar dan mendapatkan gambaran tentang nyeri itu
sendiri. Pada fase ini, klien dipersiapkan untuk belajar bagaimana mengendalikan
nyeri yang mungkin akan timbul, dan juga klien diajarkan bagaimana tindakan klien
jika terapi/ tindakan yang dilakukan kurang efektif. Pada fase antisipasi, klien juga
belajar mengendalikan emosi (kecemasan) sebelum nyeri itu sendiri muncul, karena
kecemasan dapat menyebabkan peningkatan sensasi nyeri yang terjadi pada klien
dan atau/ tindakan ulang yang dilakukan oleh klien untuk mengatas nyeri kurang
efektif.

Pada saat nyeri, bayak perilaku yang dapat diungkapkan oleh seorang klien yang
mengalami nyeri seperti menangis, meringis, meringkukkan badan, menjerit, dan
bahkan mungkin berlari-lari. Perilaku klien dalam merespons nyeri ini dapat
dipengaruhi oleh kemampuan tubuh untuk menoleransi nyeri dan juga oleh berat-
ringannya sensasi nyeri itu sendiri. Pada fase paska trauma nyeri, klien mungkin
mengalami trauma psikologis takut, depresi, serta dapat juga menjadi menggigil
(Tamansuri, 2012).

2.2.9 Intesitas Nyeri


Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan oleh
individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua
orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling
mungkin adalah menggunakan respon fisiologi tubuh terhadap nyeri itu sendiri.
Namun, pengukuran dengan teknik ini juga tidak dapat memberikan gambaran
gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamansuri, 2012).

Skala intensitas nyeri numerik

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Gambar 2.1 Skala Intensitas Nyeri Numerik
Keterangan :
18

0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik
4-6 : Nyeri sedang : secara objektif klien mendesis, menyeringan dapat
menunjukkan hasil lokasi nyeri, dapat mendeskripsikan, dapat mengikuti
perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara objektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah
tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak
dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas
panjang dan distraksi.
10 : Nyeri tidak tertahankan : pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,
memukul (Tamansuri, 2012).

2.2.10 Karakteristik Nyeri


Menurut (Yudianta, Khoirunnisa, & Novitasari (2015) beberapa hal yang dikaji
untuk menggambarkan nyeri seseorang antara lain :
1. P : Provokasi (penyebab terjadinya nyeri)
Tenaga kesehatan harus mengkaji faktor penyebab terjadinya nyeri pada klien,
bagian tubuh mana yang terasa nyeri termasuk menghubungkan antara nyeri dan
faktor psikologis. Karena terkadang nyeri itu bisa muncul tidak karena luka tetapi
karena faktor psikologisnya.
2. Q : Quality
Kualitas nyeri yaitu ungkapan subyektif yang diungkapkan oleh klien dan
mendeskripsikan nyeri dengan kalimat seperti ditusuk, disayat, ditekan, sakit nyeri
atau superfisial atau bahkan digencet.
3. R : Region
Untuk mengkaji lokasi nyerinya, tenaga kesehatan meminta klien untuk
menyebutkan bagian mana saja yang dirasakan tidak nyaman. Untuk mengetahui
lokasi yang spesifik tenaga kesehatan meminta klien untuk menunjukkan nyeri
yang paling hebat.
4. S : Severe
Untuk mengetahui dimana tingkat keparahan nyeri, hal ini yang paling subyektif
dirasakan oleh penderita, karena akan diminta bagaimana kualitas nyeri, kualitas
nyeri ini bisa digambarkan melalui skala nyeri.
19

5. T : Time
Yang harus dilakukan dalam pengkajian waktu adalah awitan, durasi, dan rangkaian
nyeri yang dialami. Perlu ditanyakan kapan mulai muncul adanya nyeri, berapa
lama nyeri itu muncul dan seberapa sering untuk kambuh.

2.3 Aromaterapi Lemon (Citrus)


2.3.1 Definisi
Aromaterapi merupakan tindakan terapeutik dengan menggunakan minyak
essensial yang bermanfaat meningkatkan keadaan fisik dan psikologi seseorang
agar menjadi lebih baik. Setiap minyak essensial memiliki efek farmakologis yang
unik, seperti antibakteri, antivirus, diuretic, vasodilator, penenang, dan merangsang
adrenal (Muaris, 2014)
Dilihat dari kesenjangan dalam praktik akhir-akhir ini, perhatian yang diberikan
kepada penggunaan Complementary and Alternative Medicine (CAM) sebagai
pengobatan tambahan mengalami peningkatan. Aromaterapi adalah salah satu jenis
dari CAM yang banyak digunakan dengan tujuan menghirup uap atau penyerapan
minyak ke dalam kulit yang berguna mengobati atau mengurangi gejala fisik dan
emosional (Syukrini, 2016). Lemon (citrus lemon) sejenis jeruk yang dikenal juga
dengan sebutan sitrun, jeruk sitrun (dari bahasa belanda citroen), buahnya
berbentuk bulat lonjong, ada tonjolan pada ujungnya, warna kulit buah matang
kuning cerah, rasanya asam, sepet, sedikit manis (Muaris, 2014)
Lemon adalah salah satu dari 16 spesies yang berbeda dalam genus Citrus dari
keluarga tanaman Rutaceae. Citrus limon adalah spesies jeruk ketiga yang paling
penting setelah orange dan mandarin, dengan produksi total lebih dari 4,4 juta ton
selama musim 2001/2002. Pohon berukuran sedang ini (dapat mencapai 6 meter)
tumbuh di daerah beriklim tropis dan sub-tropis serta tidak tahan terhadap cuaca
dingin. Lemon dibudidayakan di Spanyol, Portugal, Argentina, Brasil, Amerika
Serikat dan negara-negara lainnya di sekitar Laut Tengah. Tumbuhan ini cocok
untuk daerah beriklim kering dengan musim dingin yang relatif hangat (Priambodo,
2017).

2.3.2 Mekanisme Aromaterapi


20

Mekanisme kerja bahan aromaterapi adalah melalui sistem penciuman dan sistem
sirkulasi tubuh. Organ penciuman merupakan satu-satunya indera perasa dengan
berbagai resptor saraf yang berhubungan langsung dengan dunia luar dan
merupakan saluran langsung ke otak. Reaksi pengobatan aromaterapi dimulai dari
rongga hidung, kemudian syaraf di bagian dalam hidung mengantarkan impuls yang
ditimbulkan dari aromaterapi ke pusat otak. Dari sinilah pengobatan bekerja secara
spesifik dengan berbagai reaksi yang diberikan oleh otak. Dalam hal ini,
aromaterapi secara hirup lebih memiliki pengaruh pada kondisi psikis dan pikiran
manusia (Anjani, 2015).
Menurut Tara (2005) dalam Pandawati (2017) hidung atau organ penciuman
memiliki kemampuan untuk sarana komunikasi alamiah pada manusia dan dapat
membedakan lebih dari 100.000 bau tanpa disadari oleh manusia. Bau-bauan
tersebut masuk kehidung dan berhubungan dengan silia. Reseptor di silia mengubah
bau tersebut menjadi impuls listrik yang dipancarkan ke otak dan mempengaruh
bagian otak yang berkaitan dengan mood (suasana hati), emosi, ingatan, dan
pembelajaran.
Menurut Koensoemardiyah (2009) dalam Pandawati (2017) mengungkapkan
bahwa teknik pemberian aromaterapi menjadi salah satu alternatif terapi bagi
mereka yang sedang mengalami tekanan batin atau stres, dan yang paling penting
yaitu untuk menurunkan intensitas nyeri, minyak essensial atau minyak atsiri yang
bersifat menurunkan/menghilangkan rasa nyeri, antara lain : Lemon, lavender,
cengki, nankincense, wintergreen, pappermint, karena terapi dengan menggunakan
wewangian dari berbagai jenis tanaman ini bisa membuat seseorang menjadi lebih
rileks dan tenang. Penelitian oleh Kurniawati Magelang (2016) penggunaan
aromaterapi lemon dilakukan melalui inhalasi dengan cara memberikan
aromaterapi di atas kassa/tisu sejumlah 3 tetes dengan pipet tetes/spuit, kemudian
dihirupkan kepada responden. Pemberian minyak aromaterapi lemon diberikan
selama 15 menit dan dilakukan 2 kali dalam sehari selama 2 hari.
2.3.3 Manfaat Minyak Aromaterapi
Lemon merupakan aroma yang digunakan untuk menenagkan suasana. Aromanya
yang menggemaskan dapat meningkatkan rasa percaya diri, merasa lebih santai,
dapat menenagkan saraf, tetapi tetap mebuat kita sadar. Minyak lemon untuk tubuh
21

bermanfaat untuk mengatasi masalah pencernaan, untuk meredakan sakit dan nyeri
pada persendian dan diterapkan untuk kondisi seperti rematik dan asam urat, untuk
menurunkan tekanan darah dan membantu untuk meredakan sakit kepala.
Hal ini diyakini untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh dan menjadi pewangi
yang baik untuk tubuh. Dalam perawatan kulit, minyak atsiri lemon sangat cocok
untuk kulit berminyak. Namun, harus hati-hati dalam hal penggunaan bila dipakai
pada kulit yang sensitif. Dengan kandungan limoene yang banyak dibangkan
senyawa lainnya, membuat minyak lemon dapat befungsi sebagai aromaterapi
(Clarke 2009 ; Priambodo, 2017).

2.3.4 Kontraindikasi Aromaterapi


1. Keracunan pada anak-anak jika tertelan
Ada banyak yang seharusnya tidak pernah digunakan dalam aromaterapi karena
berpotensi beracun. Pasalnya, beberapa minyak esensial sangat pekat dan memiliki
berbagai tingkat toksisitas jika tidak digunakan dengan benar. Bahkan, beberapa
minyak tumbuhan aromatik, termasuk minyak esensial bisa menjadi racun apabila
ditelan.
Berdasarkan data yang ada, telah banyak kasus anak-anak yang keracunan karena
menelan minyak esensial. Karena itulah, bagi orangtua yang menggunakan minyak
aromaterapi, simpan minyak-minyakan tersebut dengan baik dan jauhkan dari
jangkauan anak-anak.
2. Bisa membuat kulit lebih mudah terbakar matahari
Beberapa minyak esensial yang digunakan dalam aromaterapi meningkatkan
sensitivitas kulit terhadap paparan matahari secara langsung dan dalam waktu yang
lama. Anda seharusnya tidak menggunakan minyak aromaterapi seperti akar
angelica, bergamot, jinten, lemon ataupun jeruk pada bagian tubuh yang sering
terpapar sinar matahari. Pasalnya, kulit Anda akan lebih rentan terbakar sinar
matahari.
Selain itu, beberapa zat dalam minyak esensial mungkin akan lebih berisiko bagi
wanita hamil. Itu sebabnya, jika Anda hamil dan ingin menggunakan aromaterapi,
baiknya konsultasikan terlebih dahulu ke dokter untuk menghindari efek
sampingnya.
3. Iritasi kulit
22

Salah satu efek samping samping aromaterapi yang paling umum adalah iritasi kulit
atau reaksi alergi. Hal ini akan menyebabkan munculnya ruam, gatal dan sensasi
panas. Namun iritasi kulit ini bisa bervariasi, tergantung seberapa sensitif kulit
seseorang. Oleh sebab itu, Anda harus melakukan tes terlebih dahulu sebelum
menggunakan minyak tersebut lebih banyak di kulit Anda.
Caranya, oleskan sedikit minyak aromaterapi di kulit untuk melihat reaksi yang
ditimbulkan. Jika setelah dioleskan muncul kemerahan, gatal, dan rasa panas di
kulit, sebaiknya Anda menghentikan pemakaian aromaterapi oles.
4. Meningkatkan risiko penyakit jantung
Uap minyak esensial aromaterapi memang bisa mengurangi stres, namun menurut
studi yang dipublikasikan oleh The European Journal of Preventive Cardiology,
hal ini bisa saja membahayakan kesehatan Anda.
Studi yang melibatkan 100 pekerja spa di Taipei ini, meminta partisipan menghirup
aromaterapi sembari memonitor tekanan darah dan detak jantung mereka.
Hasilnya, ditemukan peningkatan tekanan darah serta detak jantung pada partisipan
setelah mereka menghirup aromaterapi selama 2 jam. Hal ini membuktikan bahwa
terlalu lama menghirup aromaterapi bisa saja meningkatkan risiko rusaknya jantung
Anda secara perlahan.
5. Asma
Kandungan Volatile Organic Compound (VOC), bahan organik yang mudah
menguap dari bentuk cairan yang terkandung dalam aromaterapi, akan berdampak
terhadap peningkatkan risiko inflamasi di tubuh, mengganggu fungsi sistem saraf
dan dapat menimbulkan reaksi alergi saluran pernafasan. Karena itulah, Anda yang
mengidap penyakit asma serta rentan terhadap perdarahan hidung atau disebut
dengan mimisan, harus berhati-hati menggunakannya (Swari, 2017,
https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/efek-samping-aromaterapi/).

2.3.5 Bahan Aromaterapi


23

Aromaterapi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan produk


merek Natural Soap & Spa Product Aromaterapy essential oil lemon bali nature.
Dengan bahan citrus lemon oil dan dipropylene glycol, dalam 1 kemasan
mengandung 10 ml essensial oil lemon, bentuk persediaan cair tidak lengket
bermanfaat untuk menenangkan syaraf, merasa lebih santai, mengharmoniskan,
meningkatkan rasa percaya diri dan merilekskan. Produk lemon esensial oil sudah
teruji efektifitasnya no BPOM NA18180700903.

Gambar 2.2 Aromaterapi Essensial Oil

2.4 Kerangka Teori

Menstruasi Dismenore

Dismenore Primer Dismenore Sekunder

Penatalaksanaan Nyeri

Farmakologi Non Farmakologi


24

Aromaterapi Lemon

Keterangan : : Garis Penghubung


: Ruang Lingkup Penelitian
Sumber : (Proverawati, 2009 ; Chandranita, 2009 ; Kusmiran, 2011 ; Verawaty,
2012 ; Welch, 2012 ; Fatonah, 2017)
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Pemberian aromaterapi Penurunan nyeri menstruasi


lemon (citrus)

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan : : Garis pengaruh


: Variabel yang diteliti
3.2 Hipotesis
Ho : Tidak terdapat pengaruh pemberian aromaterapi lemon terhadap penurunan
nyeri menstruasi pada Mahasiswi di Fakultas Kedokteran Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Sam Ratulangi Manado.
Ha : Terdapat pengaruh pemberian aromaterapi lemon terhadap penurunan nyeri
menstruasi pada Mahasiswi di Fakultas Kedokteran Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Sam Ratulangi Manado.

25
24

3.3 Definisi Operasional


Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Kriteria Skala
Operasional
1. Aromaterapi Minyak Aromaterapi
Lemon aromaterapi Lemon
(Citrus) lemon (Citrus)
merupakan
esensial yang
berfungsi
sebagai bahan
relaksasi salah
satunya
dengan cara
inhalasi
2. Penurunan Penurunan Observasi 0 tidak Ordinal
nyeri nyeri Skala Nyeri nyeri = 1
menstruasi menstruasi Numerik 1-3 nyeri
merupakan ringan = 2
proses dimana 4-6 nyeri
nyeri sedang = 3
menstruasi itu 7-9 nyeri
berkurang dan berat = 4
sudah tidak 10 tak
menganggu tertahankan
=5
BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan rancangan pre eksperimen (one-group-pre-test-post-
test-design). Pada rancangan ini tidak ada kelompok pembanding (kontrol) tetapi
paling tidak sudah dilakukan observasi pertama (pre-test) yang memungkinkan
peneliti dapat menguji perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen (Setiadi,
2013).
Tabel 4.1 Desain Penelitian
Subjek Pre-test Intervensi Post-test
n O1 P O2
Keterangan :
n : Subjek
O1 : Pengukuran pertama (pre test)
P : Intervensi
O2 : Pengukuran kedua (post test)
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
4.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado.
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada September - Desember 2018
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah responden yang sedang menstruasi yang
merasakan nyeri menstruasi dengan skala 4 sampai 6 berjumlah 264 orang.
4.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi. Dengan kata lain, sampel adalah elemen-
elemen populasi yang dipilih berdasarkan kemampuan mewakilinya. Sampel pada
penelitian ini adalah dengan teknik pengambilan sampel menggunakan pendekatan
non probability sampling (sampling jenuh) yaitu teknik penentuan sampel.

25
28

Penentuan jumlah sampel dalam peneliti ini memakai perhitungan dari Arikunto
(2006) yaitu jika jumlah populasi lebih dari 100 dapat di ambil sampel diantara 10%
atau 15%. Jumlah populasi 264 orang sampel yang diambil peneliti 10% yaitu 26,4
dibulatkan menjadi 26 sampel.
Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel
Dengan kriteria Inklusi dan Eklusi :
1. Kriteria Inklusi
a. Mahasiswi yang bersedia menjadi responden
b. Mahasiswi yang sedang menstruasi
c. Skala nyeri menstruasi 4 sampai 6 sedang
d. Mahasiswi yang masih aktif kuliah di Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
e. Tidak menggunakan aromaterapi lain
2. Kriteria Ekslusi
a. Mahasiwi yang memiliki riwayat alergi aromaterapi
b. Mahasiswi yang memiliki riwayat asma
c. Tidak ada di tempat saat dilakukan penelitian
4.4 Intrumen Penelitian
4.4.1 Observasi Skala Nyeri Numerik
Pengukuran nyeri dilakukan dengan observasi terstruktur untuk mengetahui
perubahan saat sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi lemon. Untuk menilai
intensitas nyeri yang dirasakan responden (Suyanto, 2016). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan Li, Liu & Herr (2007) dalam Padang (2017), uji validitas skala
nyeri Numerik Rating Scale menunjukkan r = 0,90, dan uji rehabilitas menunjukkan
>0,95.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan Numerik Rating Scale. Alat ukur ini
merupakan suatu garis lurus yang mewakili intensitas nyeri terus-menerus sehingga
mempermudah pemahaman bagi responden. Intrument penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah berupa pertanyaan yang akan diajukan kepada
responden, pertanyaan tersebut mengenai tingkat nyeri yang dirasakan responden.
Peneliti memasukkan skala intensitas nyeri dengan rentang skala nyeri 0-10 sebagai
berikut :
29

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan :
0 = Tidak nyeri : Tidak nyeri
1-3 = Nyeri ringan : Secara objektif responden dapat berkomunikasi dengan
baik
4-6 = Nyeri sedang: Secara objektif responden mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikan dapat mengikuti perintah
dengan baik.
7-9 = Nyeri berat : Secara objektif responden terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan dapat menunjukkan lokasi
nyeri, tidak dapat mendeskripsikan, tidak dapat diatasi dengan alih posisi
nafas panjang dan distraksi

10 = Tak tertahankan : responden sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,


fokus menahan sakit.

4.4.2 Aromaterapi Lemon


Instrumen yang digunakan untuk pemberian aromaterapi antara lain:
1. Kassa
2. Aromaterapi essential oil lemon 10 ml
Produk aromaterapi merek Natural Soap & Spa Product Aromaterapy essential oil
lemon bali nature. Dengan bahan citrus lemon oil dan dipropylene glycol, dalam 1
kemasan mengandung 10 ml essensial oil lemon
3. Pipet tetes/spuit
4. SOP (Standar Oprasional Prosedur)
Prosedur penatalaksanaan saat pemberian aromaterapi lemon disusun bersadarkan
pembahasan yang ada dalam tinjauan teori.

4.5 Metode Pengumpulan Data


Data-data yang mendukung dalam penelitian ini terdiri dari 2 bagian yaitu data
primer dan data sekunder.
30

4.5.1 Data Primer


Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer pada penelitian ini yaitu melalui
intervensi langsung kepada mahasiswi yang ada di Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.
4.5.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data
sekunder pada penelitian ini yaitu melalui data dari petugas bagian akademik
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado.
4.6 Prosedur Penelitian
Sebelum memulai penelitian maka perlu dilakukan persiapan meliputi :
1. Setelah mendapatkan surat ijin penelitian dari bagian administrasi Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi untuk
penelitian.
2. Surat ijin penelitian yang telah didapatkan kemudian diberikan kepada ketua
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi dimintai persetujuan agar dapat meneliti di tempat tersebut.
3. Setelah mendapatkan persetujuan untuk melakukan penelitian, kemudian survei
populasi di tempat penelitian.
4. Memilih sampel penelitian sesuai dengan kriteria inklusi.
5. Studi kepustakaan untuk menjadi acuan penelitian.
6. Menyiapkan instrument penelitian Skala nyeri numerik untuk mengukur nyeri,
kassa, minyak aromaterapi lemon, pipet tetes/spuit.
4.7 Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan adalah :
4.7.1 Editing
Adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para Responden
4.7.2 Coding
Adalah mengklasifikasi jawaban-jawaban dari para responden kedalam bentuk
angka/bilangan. Biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda/kode
31

berbentuk angka pada masing-masing jawaban. Kegunaan dari coding adalah untuk
mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data.
4.7.3 Processing
Setelah kuisioner terisi, serta sudah melewati pengkodean, maka langkah
selanjutnya adalah memproses data agar data yang sudah di entry dapat dianalisis.
Salah satu paket program yang sudah umum digunakan untuk entry data adalah
paket program SPSS for window
4.7.4 Cleaning
Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang
sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.
4.7.5 Mengeluarkan Informasi
Disesuaikan dengan tujuan penelitian yang dilakukan.

4.8 Analisis Data


Analisis data suatu penelitian, biasanya Menggunakan statistik antara lain:
(Suyanto, 2016).
4.8.1 Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik
setiap variabel penelitian. Dalam penelitian ini memberi gambaran perubahan nyeri
menstruasi sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi lemon pada mahasiswi.
Bentuk analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik
digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan standar deviasi.
4.8.2 Analisis Bivariat
Analisa bivariat adalah analisis yang digunakan terhadap dua variabel yang
berhubungan. Analisis bivariat dalam penelitian ini adalah untuk menganalisa
pengaruh antara variabel independen yaitu pemberian aromaterapi lemon terhadap
variabel dependen yaitu penurunan nyeri menstruasi dengan menggunakan uji
Wilcoxon Signed Rank Test untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan sebelum dan
sesudah di berikannya aromaterapi lemon. Tingkat kemaknaan yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu 95% (α 0,05).
32

4.9 Etika Penelitian


Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan
penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, dan pihak yang diteliti (subjek
penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil.
4.9.1 Informed Consent (lembar persetujuan)
Lembaran persetujuan ini diberikan pada responden yang memenuhi kriteria inklusi
dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian, bila responden menolak maka
peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati keputusan responden.
4.9.2 Anominity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas asli responden, peneliti tidak mencantumkan
nama asli responden di lembar wawancara dan lembar observasi, tetapi
menggunakan inisial atau kode tertentu.
4.9.3 Confidentialy (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya data-data tertentu yang
akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Data tersebut hanya boleh diakses oleh
peneliti dan pembimbing
BAB 5
HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian


5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Program Studi Ilmu Keperawatan

Program Studi Ilmu Keperawatan merupakan salah satu program studi yang
bernaung di bawah Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Secara
geografis Program Studi Ilmu Keperawatan terletak di Jalan Kampus Kelurahan
Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado, dengan batas-batas sebagai berikut :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Gedung RS Universitas Sam Ratulangi


2. Sebelah selatan berbatasan dengan Lapangan Universitas Sam Ratulangi
3. Sebelah timur berbatasan dengan Auditorium Universitas Sam Ratulangi
4. Sebelah barat berbatasan dengan Program Studi Kedokteran Gigi
5.1.2 Visi dan Misi Program Studi Ilmu Keperawatan
1. Visi
Pada tahun 2020 Program Studi Ilmu Keperawatan Unsrat menjadi salah satu pusat
Penfifikan Ilmu Keperawatan yang Unggul, Inovatif, Berdaya Saing di bidang
Keperawatan Gawat Darurat, baik ditingkat Nasional maupun Internasional.
2. Misi
a. Menyelenggarakan serta mengembangkan pendidikan Akademik san Ners
sesuai dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Keperawatan.
b. Melaksanakan Penelitian bidang Keperawatan sebagai evidence based pratice
untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pelayanan Keperawatan.
c. Melaksanakan pengabdian pada masyarakat yang inovatif sebagai bentuk
pelayanan keperawatan berdasar nilai-nilai moral Pancasila, yaitu memiliki
kemampuan memanusiakan manusia sebagai pandangan DR. Sam Ratulangi :
“Si Tou Timou Tumou Tou”.
d. Mengembangkan ilmu keperawatan gawat darurat sebagai unggulan yang
mampu.

31
34

5.2 Karakteristik Responden

Dari penggolongan data yang telah dilakukan, maka akan disajikan dalam bentuk
tabel yang terdiri dari karakteristik responden berdasarkan subjek penelitian sebagai
berikut

Tabel 5.1 Distribusi Data Responden Berdasarkan Umur

Umur n %

17 Tahun 5 19,2

18 Tahun 3 11,5

19 Tahun 5 19,2

20 Tahun 7 26,9

21 Tahun 4 15,4

22 Tahun 2 7,7

Total 26 100.0

Hasil analisi data pada tabel 5.1 diatas menunjukkan distribusi data usia dari
responden yaitu usia 17 tahun 5 responden (19,2%), usia 18 tahun 3 responden
(11,5%), usia 19 tahun 5 responden (19,2%), usia 20 tahun 7 responden (26,9%),
usia 21 tahun 4 responden (15,4%) dan Usia 22 tahun 2 responden (7,7%).
35

5.3 Analisis Univariat


Skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan diberikan aromaterapi lemon

Tabel 5.2 Frekuensi Skala Nyeri Responden Sebelum

Pretest
Skala Nyeri
n %

4-6 26 100

Total 26 100.0

Hasil analisis data dari tabel 5.2 diatas menjelaskan bahwa responden di Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi manado
sebelum dilakukan tindakan pemberian aromaterapi kepada 26 responden dengan
nyeri sedang (100%).

Tabel 5.3 Skala Nyeri Responden Sesudah

Posttest
Skala Nyeri
n %

1-3 23 88,5

4-6 3 11,5

Total 26 100.0

Hasil analisis data dari tabel 5.3 diatas menjelaskan bahwa responden di Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi manado
setelah dilakukan tindakan pemberian aromaterapi mengalami perubahan skala
nyeri terbanyak pada skala nyeri ringan dengan jumlah 23 orang atau 88,5% dan
yang tidak ada perubahan 3 orang atau 11,5%.
36

5.4 Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini ialah untuk megetahui
pengaruh aaromaterapi lemon (citrus) terhadap penurunan nyeri menstruasi, dengan
membandingkan nyeri menstruasi sebelum dan sesudah diberian aromaterapi
lemon.

5.4.1 Uji Normalitas

Uji normalitas untuk data penurunan nyeri menstruasi menggunakan One-Sample


Saphiro-Wilk. Pada uji saphiro-Wilk membuktikan hasil nyeri menstruasi pretest
didapatkan nilai ρ value = 0,000 (<α 0,05) dan dari hasil pemberian aromaterapi
posttest didapatkan hasil ρ value = 0,000 (<α 0,05) yang artinya, data berdistribusi
tidak normal maka uji selanjutnya menggunakan uji Wilcoxon Signed Ramgks Test.

5.4.2 Uji Hipotesis

Pada penelitian ini pengolahan data menggunakan Uji Wilcoxon Signed Ramgks
Test untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan sebelum dan sesudah pemberikan
aromaterapi lemon terhadap penurunan nyeri menstruasi.

Tabel 5.4 Hasil Analisis Pretest-Posttest

Waktu Mean SD p-value

Prettest 5,08 0,744 0,000

Posttest 2,92 0,796

Dari hasil uji Wilcoxon pada tabel 5.4 nilai p = 0,000 ada pengaruh dengan nilai
sebelum mean 5,08 dan setelah nilai mean 2,92. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian aromaterapi lemon terhadap
penurunan nyeri menstruasi.
BAB 6
PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden pada penelitian ini yaitu usia. Rentang usia responden
adalah 17-22 tahun yang dikategorikan menjadi remaja dan dewasa. Sesuai dengan
hasil pengukuran bahwa responden terbanyak yang didapatkan memiliki usia 20
tahun atau 26,9%. Menurut Dian (2016) secara umum putaran masa kehidupan
manusia dibagi dalam 5 fase, dalam 5 fase ini masa remaja (13-22 tahun) dan masa
dewasa (22-55 tahun).

Masa menstruasi pertama (menarche) biasanya dimulai pada usia 11-15 tahun.
Siklus tersebut akan berlanjut hingga tiba masa menopouse, kecuali jika terjadi
kehamilan (Rasjidi, 2013). Perubahan yang biasa dihadapi wanita saat mengalami
mestruasi yaitu cemas, stress, depresi dan biasanya di dampingi dengan gejala
kejang-kejang menstruasi atau bahasa medisnya dysmenorrea (Sukawi & Wahyu,
2013). Dysmenorrea merupakan keadaan seseorang perempuan mengalami nyeri
saat menstruasi yang berefek buruk menyebabkan gangguan melakukan aktivitas
harian karena nyeri yang dirasakan. Dengan adanya nyeri menstruasi wanita biasa
merasa malas untuk bergerak, badan menjadi mudah lelah, lemas dan pingsan.
Dampak negatif yang didapat antara lain pekerjaan tertunda, malas ke sekolah,
tugas menumpuk dan nilai akademis menurun (Novarenta, 2013)

Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan bahwa rata-rata perempuan


mendapatkan nyeri menstruasi pada hari pertama dan hari kedua menstruasi dengan
rentan nyeri yang di dapat yaitu nyeri sedang yaitu 4-6. Dismenore merupakan
keadaan seorang perempuan mengalami nyeri saat menstruasi yang berefek buruk
menyebabkan gangguan melakukan aktivitas harian karena nyeri yang
dirasakannya. Kondisi ini dapat berlangsung selama 2 hari atau lebih dari lamanya
hari menstruasi yang dialami setiap bulan (Yati & Anggi 2016).

35
38

Penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2013)
yang berjudul nyeri persalinan kala I fase aktif sebelum diberikan aromaterapi
lemon sebagian besar mengalami nyeri sedang dan nyeri berat (57,9% dan 42,1%)
dengan skala berkisar 5 dan 9.

6.2 Analisis Univariat


6.2.1 Nyeri Menstruasi Sebelum Diberikan Aromaterapi Lemon

Hasil penelitian menunjukan bahwa nyeri menstruasi sebelum dilakukan tindakan


pemberian aromaterapi lemon kepada 26 responden didapatkan nyeri sedang 4-6
(100%) dengan standar deviasi 0,744, semakin besar nilai standar deviasi
didapatkan maka data semakin heterogen atau semakin beragam (bervariasi) data
sampel yang dimiliki sebaliknya semakin kecil nilai standar deviasi maka data
semakin homogen atau tidak bervariasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Suwanti (2018) yang berjudul pengaruh aromaterapi lemon (cytrus)
terhadap penurunan nyeri menstruasi sebelum diberikan aromaterapi lemon adalah
mean 4,95, median 5 standar deviasi 1,146 dengan skala nyeri rendah 2 dan tertinggi
6. Menurut Asmadi (2008) Nyeri yang berdasarkan berat ringannya antara lain
nyeri ringan yaitu nyeri dengan intensitas rendah, nyeri sedang yaitu nyeri yang
menimbulkan reaksi, nyeri berat yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi.
Seseorang yang mengalami nyeri sebelumnya dan dapat mengatasi nyeri yang tepat
maka dapat mengatasi nyeri yang dirasakan selanjutnya (Potter & Perry, 2005).

Penelitian dari Rahmawati (2015) bahwa hasil intensitas nyeri sebelum diberikan
aromaterapi lemon dapat diketahui bahwa tingkat nyeri haid dari 17 remaja putri
sebelum dilakukan teknik aromaterapi sebagian remaja putri yang mengalami nyeri
haid tingkat sedang 8 remaja putri (47,1%), sedangkan yang mengalami nyeri
ringan sebanyak 5 remaja putri (29,4%), sedangkan yang mengalami nyeri berat
terkontrol sebanyak 4 remaja putri (23,5%). Dari hasil pengukuran pretest sebelum
diberikan aromaterapi lemon semua mengalami nyeri sedang.

Hal ini didukung oleh Anjani (2015) organ penciuman merupakan satu-satunya
indera perasa dengan berbagai resptor saraf yang berhubungan langsung dengan
39

dunia luar dan merupakan saluran langsung ke otak. Reaksi pengobatan aromaterapi
dimulai dari rongga hidung, kemudian syaraf di bagian dalam hidung mengantarkan
impuls yang ditimbulkan dari aromaterapi ke pusat otak. Dari sinilah pengobatan
bekerja secara spesifik dengan berbagai reaksi yang diberikan oleh otak. Dalam hal
ini, aromaterapi secara hirup lebih memiliki pengaruh pada kondisi psikis dan
pikiran manusia.

6.2.2 Nyeri Menstruasi Sesudah Diberikan Aromaterapi Lemon


Hasil penelitian menunjukan bahwa nyeri menstruasi sesudah dilakukan tindakan
pemberian aromaterapi kepada 26 responden terdapat perubahan skala nyeri
terbanyak pada skala nyeri ringan dengan jumlah 23 orang atau 88,5% dan yang
tidak ada perubahan 3 orang atau 11,5% dengan nilai standar deviasi 0,796 artinya
semakin besar nilai standar deviasi didapatkan maka data semakin heterogen atau
semakin beragam (bervariasi) data sampel yang dimiliki sebaliknya semakin kecil
nilai standar deviasi maka data semakin homogen atau tidak bervariasi. Penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cholifah Sidoarjo (2016),
menyatakan bahwa Pemberian aromaterapi inhalasi lemon lebih efektif
menurunkan nyeri persalinan kala I fase aktif daripada diberikan bimbingan nafas
dalam. Aromaterapi inhalasi lemon dapat menurunkan nyeri persalinan kala I fase
aktif. Kecemasan mempengaruhi penurunan nyeri persalinan.

Walaupun semua responden menyukai bau aromaterapi lemon (citrus) akan tetapi
ada 3 responden skala nyerinya tidak terjadi penurunan dan nyerinya berkurang
namun masih tetap di kategori nyeri sedang (4-6). Setelah proses pemberian
aromaterapi telah selesai peneliti menanyakan kepada 3 responden tersebut kenapa
nyeri menstruasinya tidak berkurang atau ber kurang namun masih tetap di kategori
sedang, 1 responden mengatakan nyeri menstruasinya tidak berkurang karena
biasanya cara untuk menghilangkan nyeri menstruasinya responden biasa
mengonsumsi analgetik dan 2 responden menjawab mereka sudah terbiasa
menghirup minyak kayu putih atau minyak telon untuk menghilangkan nyeri
menstruasinya.
40

Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri
dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda.
Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah
menggunakan respon fisiologi tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran
dengan teknik ini juga tidak dapat memberikan gambaran gambaran pasti tentang
nyeri itu sendiri (Tamansuri, 2012).

Aromaterapi merupakan metode yang menggunakan minyak essensial untuk


meningkatkan kesehatan fisik, emosi, dan spirit. Berbagai efek minyak essensial
adalah menurunkan nyeri (Koensoemardiyah, 2009). Aromaterapi yang dihirup
akan di transferkan kepusat penciuman yang berada pada pankal otak. Pada tempat
ini sel neutron akan menafsirkan bau tersebut dan akan mengantarkan ke sistem
limbik. Dari sistem limbik pesan tersebut akan dihantarkan ke hipotalamus,
dihipotalamus seluruh system minyak esensial tersebut akan diantar lah system
sirkulasi dan agen kimia kepada tubuh yang membutuhkan (Setyoadi, 2011).

Penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian Purwandaril (2014) hasil


sebelum diberikan aromaterapi pada kelompok perlakuan maupun kelompok
kontrol sebagian besar mengalami nyeri berat dengan skala 8 (31,6% dan 47,4%).
Hal ini disebabkan karena pada post laparatomy merupakan tindakan pembedahan
dengan mengiris dinding perut sehingga dapat menimbulkan komplikasi yaitu nyeri
hebat (berat). Selain itu anisetas juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
nyeri pada pasien post laparatomy dikarenakan stimulus nyeri mengaktifkan
bagian system limbik yang diyakini dapat menimbulkan emosi seseorang kususnya
anisetas. Anisetas yang meningkatkan persepsi responden terhadap nyeri sebelum
diberikan aromaterapi (cytrus) nilai mean 4,95 yang berarti nyeri pada rentan
sedang. Hal ini bisa disebabkan karena responden telah memasuki remaja akhir dan
dewasa persepsi terhadap nyeri akan berkuranghal ini dapat diakibatkan karena
perubahan patologis yang berkaitan dengan beberapa penyakit. Selain itu
pengalaman nyeri sebelumnya dianggap suatu proses adaptasi terhadap nyeri
menstruasi yang dirasakan oleh responden.
41

Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa aromaterapi lemon yang


diimplementasikan kepada responden sebagai salah satu manajemen nyeri non
farmakologi yang memberikan hasil yang sama dengan beberapa penelitian
sebelumnya mengenai efek pemberian aromaterapi lemon terdapat perubahan skala
nyeri sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi lemon kepada responden yang
nyeri menstruasi

6.3 Analisis Bivariat

Sesuai dengan hasil uji statistik dengan menggunakan uji wilcoxon signed rank test
dan didapatkan hasil p-value = 0,000. Demikian berarti p-value lebih kecil dari α
(0,05) dapat dikatakan bahwa Ho ditolak atau ada pengaruh skala nyeri sebelum
dan sesudah pemberian aromaterapi lemon pada mahasiswi yang sedang mengalami
nyeri menstruasi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kurniawati Magelang (2016) penggunaan aromaterapi lemon dilakukan melalui
inhalasi dengan cara memberikan aromaterapi di atas kassa/tisu sejumlah 3 tetes
dengan pipet tetes/spuit, kemudian dihirupkan kepada responden. Pemberian
minyak aromaterapi lemon diberikan selama 15 menit dan dilakukan 2 kali dalam
sehari selama 2 hari menemukan bahwa terdapat penurunan rata-rata skala nyeri
post caesarea sebelum dan setelah diberikan aromaterapi lemon pada hari ke-0 dan
hari ke-1 post sectio caesarea selisih antara sebelum dan setelah diberikan
aromaterapi lemon pada hari ke 0 adalah 1,70 pada tindakan pertama 1,80 pada
tindakan kedua dengan ρ = 0,000. Hal ini berarti nilai (ρ <0,05; α = 0,05) yang
menunjukan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah
diberikan aromaterapi lemon.

Minyak aromaterapi lemon mempunyai kandungan limeone. Limeone adalah


komponen utama dalam senyawa kimia jeruk yang dapat menghambat sistem kerja
prostaglandin sehingga dapat mengurangi nyeri (Namazi, et al., 2014).
Prostaglandin juga mempengaruhi kontaktilitas otot polos dan modulasi aktivitas
hormonal yang mempengaruhi kemampuan untuk menerima sperma, motilitas tuba
dan uterus, dan pelepasan endometrium (menstruasi) (Bobak, Lowdermilk &
Jensen. 2012).
42

Berdasarkan wawancara peneliti dengan para responden setelah diberikan


aromaterapi lemon, sebagian besar mengatakan bahwa selain nyeri berkurang,
responden juga merasa rileks, merasa lebih santai dan nyaman. Karena hal itu,
peneliti berasumsi bahwa aromaterapi lemon memiliki pengaruh yang baik untuk
tubuh karena ada hasil yang ditimbulkan.

6.4 Implikasi Keperawatan

Dalam bidang keperawatan diharapkan para perawat dapat mempertimbangkan


intervensi dan implementasi khususnya untuk manajemen nyeri dengan
menggunakan terapi non farmakologi seperti aromaterapi lemon yang hasilnya
tidak mempunyai efek samping dibandingkan menggunakan terapi farmakologi.

6.5 Keterbatasan penelitian

Dalam penilaian ini kelemahan atau keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti yaitu
dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan kelompok perlakuan/intervensi
dan tidak menggunakan kelompok kontrol untuk melihat perbandingan.
BAB 7
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan juga pembahasan tentang pemberian aromaterapi lemon
(citrus) ditemukan bahwa :
1. Nyeri menstruasi sebelum diberikan aromaterapi lemon (citrus) skala sedang (4-6)
2. Nyeri menstruasi setelah diberikan aromaterapi lemon (citrus) skala ringan (1-3)
3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara aromaterapi lemon terhadap penurunan nyeri
menstruasi sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi lemon (citrus).
7.2 Saran
Setelah dilakukan penelitian dan diperoleh suatu kesimpulan, maka peneliti memberikan
beberapa saran bahwa :
1. Bagi Responden
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi responden sebagai salah satu metode dalam
mengatasi masalah pada saat nyeri menstruasi.
2. Bagi Institusi Penelitian
Memberikan informasi tentang pengaruh aromaterapi lemon (citrus) terhadap penurunan
nyeri menstruasi yang bisa digunakan sebagai bahan pustaka, serta dapat digunakan sebagai
bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian tentang penurunan nyeri menstruasi dengan menggunakan aromaterapi lemon
(citrus) ini masih perlu banyak diteliti disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk
melakukan penelitian lain tentang penurunan nyeri menstruasi namun menggunakan
aromaterapi lain.

41
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. ( 2008 ), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC
Asmadi. (2008), Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta. Selemba Medika.
Arif, M. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta.
Selemba Medika.
Aulia Kurniawati, D., Setyowati Esti Rahayu, H., & Wijayanti, K. (2016). Akupresur Efektif
Mengatasi Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea.
Anjani, L. (2015, September 21). Nova Sahabat Wanita Inspirasi Keluarga: Keajaiban
Aromaterapi. (16),
https://www.pressreader.com/indonesia/nova/20150921/282342563641579 (Diakses
pada tanggal 22 Oktober 2018)
Azizah, N. (2014). Aplikasi Relaksasi Nafas Dalam Sebagai Upaya Penurunan Skala Nyeri
Menstruasi (Dismenorrhea) Pada Siswi Mts. Ibtidaul Falah Samirejo Dawe Kudus
Tahun 2013. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 5(1).
Bobak, I, M., Lowdermilk, L, D., & Jensen, D, M. (2012). Buku Ajar Keperawaan
Maternitas. Buku Kedokteran EGC.
Cholifah, S., Raden, A., & Ismarwati, I. (2016). Pengaruh aromaterapi inhalasi lemon
terhadap penurunan nyeri persalinan kala I fase aktif. Jurnal Kebidanan dan
Keperawatan Aisyiyah, 12(1), 46-53.
Dian. (2016). Masa Lalu, Masa Kini, Masa Depan. Jakarta. Elex Media Komputindo
Fatonah, S. (2017). Hubungan Aktivitas Fisik dan Stres dengan Siklus Menstruasi pada
Perempuan Remaja Akhir di PT Sai Apparel Industries Semarang. (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).
Iryani, N. (2015). 365 ideas of happiness. E-book. Mirzan Digital Publishing.
Kabiri, R., & Namazi, H. (2014). Nanocrystalline cellulose acetate (NCCA)/graphene oxide
(GO) nanocomposites with enhanced mechanical properties and barrier against water
vapor. Cellulose, 21(5), 3527-3539.
Koensoemardiyah. (2009). A-Z Aromaterapi Untuk Kesehatan, Kebugaran, dan Kecantikan.
Yogyakarta: Lily Publisher.
Muaris, H. (2014). Khasiat Lemon untuk Kestabilan Kesehatan. Gramedia Pustaka Utama.
Novarenta, A. (2013). Guided Imagery Untuk Mengurangi Rasa Nyeri Saat
Menstruasi. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 1(2), 179-190.
Potter, A & Perry, G, A. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktek, Vol 1, E/4. Buku Kedokteran EGC.
Priambodo, O. S., Cahyono, E., & Kusuma, S. B. W. (2017). Enkapsulasi Minyak Lemon
(Citrus limon) Menggunakan Penyalut β-Siklodekstrin Terasetilasi. Jurnal MIPA, 40(2),
111-117.
Pandawati, D. M. (2017). Efektifitas Aromaterapi Lemon Terhadap Penurunan Nyeri pada
Pasien Fraktur di Ruang Rawat Inap Seruni RSUD PROF. DR. Margono Soekarjo
Purwokerto. (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PURWOKERTO).
Purwandaril. (2014). Efektifitas Aroma Terapi Lemon Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada
Pasien Post Laparatomi. http://Jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/ (Diakses pada
tanggal 19 Desember 2018).
Rasjidi, I. (2013). Panduan kehamilan muslimah. Jakarta Selatan: Mizan Digital Publishing
Rahmawati, I. (2015). Efektivias Aromaterapi Lavender Dan Aromaterapi Lemon Terhadap
Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea (Sc) Di Rumah Sakit Budi Rahayu Kota Magelang.
Journal Of Holistic Nursing Science, 2(2), 11- 17.
Sukarni, I & Wahyu, P. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Yogyakarta: Nuha
Medika
Setyoadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeratik. Jakarta : Salemba
Medika.
Sinaga, E., Saribanon, N., Sa’adah, N.S., Salamah, U., Murti, A.Y., Trisnamiati, A. & Lorita,
S. (2017). Manajemen Kesehatan Maternitas. Universitas Nasional: IWWASH Global
One
Syamsiah, N., & Muslihat, E. (2015). Pengaruh terapi relaksasi autogenik terhadap tingkat
nyeri akut pada pasien abdominal pain Di IGD RSUD Karawang
2014. KEPERAWATAN, 3(1).
Suwanti, S., Wahyuningsih, M., & Liliana, A. (2018). Pengaruh Aromaterapi Lemon
(Cytrus) Terhadap Penurunan Nyeri Menstruasi pada Mahasiswi di Universitas Respati
Yogyakarta. Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 5(1), 345-349
Suharmiati, & Lestari, H. (2005). Ramuan Tradisional untuk Keadaan Darurat di Rumah.
Tangerang. Agromedia Pustaka.
Syukrini, R. D. (2016). Pengaruh Aromaterapi terhadap Tingkat Kecemasan pada Ibu
Persalinan Kala I di Kamar Bersalin Rsu Kab. Tangerang.
Suyanto, Susila., & Siswanto. (2016). Metodologi Penelitian Kesehatan dan Kedokteran.
Yogyakarta. Bursa Ilmu.
Susanti, M. (2017). Pemberian Lemon Inhalasi Aromaterapy untuk Mengurangi Mual
Muntah pada Kehamilan Trimester 1 di BPM Instianatul Kabupaten Kebumen.
(Doctoral dissertation, STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG).
Swari, C.R., Savitri, T. (2017, September). Hello Sehat: 6 Efek Samping Aromaterapi yang
Harus Diwaspadai, https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/efek-samping-
aromaterapi/ (Diakses pada tanggal 22 Oktober 2018)
Setiadi. (2013). Konsep dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan. Edisi 2. Yogyakarta.
Graha Ilmu.
Tamansuri, A. (2012). Konsep & Penatalaksanaan Nyeri. Buku Kedokteran EGC.
Yati, A & Anggi, P. (2016). Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi Perempuan. Rajawali
Pers.
Yudiyanta, N. K., & Novitasari, R. W. (2015). Assessment nyeri. Jurnal CDK, 226.
Lampiran 1
JADWAL PENELITIAN

Kegiatan Sep"18 Okt"18 Nov"18 Des"18

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Mengajukan Judul

Menetapkan Judul

Menyiapkan Proposal
(Konsul dan Revisi)

Ujian Proposal

Revisi Proposal

Pelaksanaan Penelitian

Analisa Data

Penyusunan Laporan
Penelitian
Ujian Skripsi

Revisi

Mengumpulkan Skripsi

Persiapan Wisuda
Lampiran 2

Surat Izin Pengambilan Data Awal


Lampiran 3

Surat Izin Penelitian


Lampiran 4

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Kepada Yth,
Saudari
Di-
Tempat
Saudara-i yang saya hormati,
Saya mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado sementara ini dalam proses penyelesaian tugas
akhir skripsi dan akan melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Aromaterapi
Lemon (Citrus) Terhadap Penurunan Nyeri Menstruasi”.
Penelitian ini akan dilakukan dengan memberikan lembar Persetujuan Menjadi
Responden Kemudian Peneliti melakukan Observasi dengan cara menilai nyeri
menggunakan Skala Nyeri Numerik yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
aromaterapi lemon (citrus) terhadap penurunan nyeri menstruasi pada mahasiswi
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado. Oleh karena itu, saya mengharapkan Saudari untuk ikut berpartisipasi
dalam penelitian ini. Saya mengharapkan kerjasamanya dari Saudari.
Informasi yang anda berikan akan digunakan hanya untuk kepentingan penelitian
ini dan tidak akan disebarluaskan ataupun digunakan untuk tujuan yang merugikan
anda sebagai partisipan. Identitas anda akan dirahasiakan nama dalam laporan akan
ditulis inisial dan tidak akan dipublikasikan dalam bentuk apapun. Kerahasiaan data
saudari akan dijamin sepenuhnya.
Saya sangat menghargai kesediaan Saudari untuk meluangkan waktu membaca dan
memahami maksud dan tujuan penelitian ini dengan harapan Saudara-i bersedia
menjadi responden.

Manado, November 2018


Peneliti

Darwansyah Sono
Lampiran 5

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Usia :

Bersedia untuk dijadikan responden dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh


Aromaterapi Lemon (Citrus) terhadap Penurunan Nyeri Menstruasi pada
Mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Sam
Ratulangi Manado”.

Prosedur penelitian ini tidak akan memberikan dampak dan resiko apapun terhadap
responden. Saya telah diberikan penjelasan mengenai hal tersebut dan telah
diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti dan
telah mendapatkan jawaban yang jelas dan benar.

Dengan ini saya menyatakan dengan sukarela untuk ikut sebagai subjek
dalam penelitian ini.

Manado, November 2018


Responden

(…………………………….)
Lampiran 6

STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR

Pengaruh Aromaterapi Lemon (Citrus) terhadap Penurunan Nyeri Menstruasi pada


Mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Sam Ratulangi
Manado

Prosedur N Langkah Pemberian Minyak Aromaterapi Lemon


o
Penatalaksanaan
A Pra Tindakan
1. Menyambut responden memberi salam, dan
memperkenalkan diri
2. Menjelaskan maksud dan tujuan dari prosedur

tindakan
3. Menanyakan kesiapan kepada responden
B Tindakan
1. Mencuci tangan
2. Menjaga privasi responden
3. Atur responden senyaman mungkin
4. Meneteskan 3-4 tetes aromaterapi ke kasa
5. Responden mengirup aromaterapi pada tisu / kasa
selama 15 menit jika sudah 15 menit nyeri belum
berkurang segera hentikan proses penghirupan
C Terminasi
1. Mencuci tangan
2. Mengevaluasi keadaan responden
3. Memberi kesempatan responden untuk bertanya
4. Merapikan alat dan bahan
5. Dokumentasi
Lampiran 7

DATA RESPONDEN DAN LEMBAR OBSERVASI SKALA NYERI

A. Data Demografi

Nama Inisial :

Kode Responden :

Umur :

Alamat :

B. Pengukuran Skala Nyeri


1. Pengukuran skala nyeri pre test

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2. Pemberian aromaterapi lemon
3. Pengukuran skala nyeri post test

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan :
0 = Tidak nyeri : Tidak nyeri
1-3 = Nyeri ringan : Secara objektif responden dapat berkomunikasi
dengan baik
4-6 = Nyeri sedang: Secara objektif responden mendesis, menyeringai,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikan dapat
mengikuti perintah dengan baik.
7-9 = Nyeri berat : Secara objektif responden terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan dapat
menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikan, tidak dapat
diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi
10 = nyeri tak tertahankan : responden sudah tidak mampu lagi
berkomunikasi, fokus menahan sakit.

Catatan : Saat melakukan observasi tanyakan sesuai keterangan derajat nyeri


Lampiran 8

Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian


Lampiran 9

MASTER TABEL SKALA NYERI PRETEST DAN POSTTEST

Skala Nyeri Numerik


No Initial Usia
Pretest Posttest
1 S. M 19 3 2
2 L. E 20 3 2
3 T. V. S 17 3 2
4 R. M 18 3 2
5 F. L 18 3 2
6 S. S 21 3 2
7 J. K 22 3 2
8 I. W 21 3 2
9 V. B 20 3 2
10 N. H 20 3 2
11 Z. B 22 3 3
12 N. V. H 17 3 2
13 A. E. M .R 17 3 2
14 D. S 17 3 2
15 L. M 19 3 2
16 C. P 19 3 3
17 H. V 19 3 3
18 S. P 19 3 2
Lampiran 9

19 E. R 18 3 2
20 N. S 20 3 2
21 T. R 20 3 2
22 M. J 20 3 2
23 A. P 19 3 2
24 G. M 20 3 2
25 A. R 21 3 2
26 R. E. R 21 3 2

Keterangan : 0 tidak nyeri = 1, 1-3 nyeri ringan = 2, 4-6 nyeri sedang = 3, 7-9 nyeri berat = 4, 10 tak tertahankan = 5
Lampiran 10

Hasil Penelitian

Statistics

Umur Mahasiswi

N Valid 26

Missing 0

Mean 19,31

Median 19,50

Mode 20

Variance 2,462

Minimum 17

Maximum 22

Umur Mahasiswi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 17 5 19,2 19,2 19,2

18 3 11,5 11,5 30,8

19 5 19,2 19,2 50,0

20 7 26,9 26,9 76,9

21 4 15,4 15,4 92,3

22 2 7,7 7,7 100,0

Total 26 100,0 100,0


Lampiran 10

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

Kelas N Percent N Percent N Percent

Hasil Experimen Pre Test 26 100,0% 0 ,0% 26 100,0%

Pos Test 26 100,0% 0 ,0% 26 100,0%

Statistics

Skala Nyeri Skala Nyeri

N Valid 26 26

Missing 0 0

Mean 3,0000 2,1154

Median 3,0000 2,0000

Std. Deviation ,00000 ,32581


Lampiran 10

Skala Nyeri

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 4-6 26 100,0 100,0 100,0

Skala Nyeri

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1-3 23 88,5 88,5 88,5

4-6 3 11,5 11,5 100,0

Total 26 100,0 100,0


Lampiran 10

Descriptives

Kelas Statistic Std. Error

Hasil Experimen Pre Test Mean 5,08 ,146

95% Confidence Interval for Lower Bound 4,78


Mean
Upper Bound 5,38

5% Trimmed Mean 5,09

Median 5,00

Variance ,554

Std. Deviation ,744

Minimum 4

Maximum 6

Range 2

Interquartile Range 1

Skewness -,127 ,456

Kurtosis -1,095 ,887

Pos Test Mean 2,92 ,156

95% Confidence Interval for Lower Bound 2,60


Mean
Upper Bound 3,24

5% Trimmed Mean 2,86

Median 3,00

Variance ,634

Std. Deviation ,796

Minimum 2

Maximum 5

Range 3
Lampiran 10

Interquartile Range 1

Skewness 1,174 ,456

Kurtosis 2,129 ,887

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Kelas Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Hasil Experimen Pre Test ,233 26 ,001 ,812 26 ,000

Pos Test ,346 26 ,000 ,743 26 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Post Test - Pre Test Negative Ranks 25a 13,00 325,00

Positive Ranks 0b ,00 ,00

Ties 1c

Total 26

a. Post Test < Pre Test

b. Post Test > Pre Test

c. Post Test = Pre Test


Lampiran 10

Test Statisticsb

Post Test - Pre


Test

Z -4,456a

Asymp. Sig. (2-tailed) ,000


Lampiran 11

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. BIODATA

Nama : Darwansyah Sono


NIM : 15011104033
Tempat, Tanggal Lahir : Kotamobagu, 21 Desember 1996
Jenis Kelamin : Laki- laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Poyowa Besar Satu, Kotamobagu Selatan
Nama Ayah : Haris Sono
Nama Ibu : Tin Ginu
Saudara Kandung : 1. Djulfahri Sono
2. Tirsa Anggriani Sono
3. Trismawati Sono

2. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri 1 Kotamobagu : Tahun 2003 - 2009


2. SMP Negeri 4 Kotamobagu : Tahun 2009 - 2012
3. SMA/SMK Yadika Kopandakan II : Tahun 2012 - 2015
4. PSIK FK Unsrat Manado : Tahun 2015 – 2019

Anda mungkin juga menyukai