DARWANSYAH SONO
15011104033
MANADO 2018
PENGARUH AROMATERAPI LEMON (CITRUS) TERHADAP
PENURUNAN NYERI MENSTRUASI PADA MAHASISWI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
DARWANSYAH SONO
15011104033
MANADO 2018
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
NIM : 15011104033
Fakultas : Kedokteran
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan
atau pikiran orang lain. Saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skirpsi ini sebagai
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Darwansyah Sono
ii
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : 15011104033
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di Manado
Mengetahui:
Prof. Dr. dr. Adrian Umboh, SpA(K) Ns. Sefti S. J Rompas, S.Kep, M.Kes
NIP : 195808261987031003 NIP : 198209122008122001
iii
ABSTRAK
Nama : Darwansyah Sono
Tahun : 2018
Program Studi : Program Studi Ilmu Keperawatan Unsrat
Judul : Pengaruh Aromaterapi Lemon (Citrus) Terhadap Penurunan Nyeri
Menstruasi Pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado, Skripsi, Dibimbing Oleh: 1.
Sefti Rompas, 2. Lenny Ganika
xii + 44 Halaman + 6 Tabel + 3 Gambar + 10 Lampiran
Aromaterapi lemon (Citrus) merupakan salah satu relaksasi untuk menurunkan
nyeri menstruasi. Aromaterapi lemon juga meningkatkan mood dan mengurangi
rasa marah. Limeone merupakan salah satu kandungan minyak aromaterapi lemon
yang dapat menghambat sistem kerja prostaglandin sehingga dapat mengurangi
nyeri. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh Aromaterapi Lemon
(Citrus) terhadap Penurunan Nyeri Menstruasi pada mahasiswi Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.
Rancangan Menggunakan pre eksperimen one-group-pre-test-post-test-design.
Sampel terdiri dari 26 responden dengan metode pengambilan sampel
menggunakan pendekatan non probability sampling dengan teknik saturation
sampling. Hasil menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test pada tingkat
kemaknaan 95%, didapatkan nilai ρ – Value 0,000 lebih kecil dari nilai signifikan
0,05. Kesimpulan ada pengaruh aromaterapi lemon (Citrus) terhadap Penurunan
nyeri menstruasi pada mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado. Saran untuk menggurangi rasa nyeri
menstruasi diharapkan bagi responden untuk menggunakan aromaterapi lemon ini
dalam salah satu teknik non farmakologi yang mudah unutk dilakukan.
iv
ABSTRACT
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena hanya dengan rahmat dan
hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu
syarat dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana pada Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Adapun judul
skripsi ini adalah “Pengaruh Aromaterapi Lemon (Citrus) terhadap Penurunan
Nyeri Menstruasi pada Mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Sam Ratulangi Manado”.
Pada penulisan skripsi ini penulis menemui beberapa kesulitan karena keterbatasan
literature dan referensi yang penulis miliki namun berkat petunjuk dan dukungan dari
berbagai pihak maka skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan dengan tulus ikhlas terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Ellen J. Kumaat, M.Sc, DEA, selaku Rektor Universitas Sam
Ratulangi Manado;
2. Prof. Dr. dr Adrian Umboh, Sp.A (K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado, sekaligus dosen pembimbing I yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis selama
penyusunan proposal ini;
3. Ns. Sefti Rompas, S.Kep, M.Kes selaku Koordinator Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado serta
dosen pembimbing I yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk
mengarahkan penulis selama penyusunan skripsi ini;
4. Ns. Amatus Yudi Ismanto, S.Kep, M.Kep, Sp.An selaku dosen pembimbing
akademik yang telah membimbing, mengarahkan serta memberi motivasi
selama penulis berada di semester 1 sampai semester 7;
5. Ns. Lenny Gannika, S.Kep, M.Kep, selaku dosen pembimbing II yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis selama
penyusunan skripsi ini;
vi
6. Seluruh dosen dan staf tata usaha Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado;
7. Terima kasih kepada orang tua saya atas semua doa dan pengorbanan yang
telah diberikan dari saya kecil hingga saat ini dan seluruh keluarga besar
yang selalu mendoakan serta memberi dukungan dari awal hingga saat ini;
8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2015 yang selalu memberi semangat
dan dukungan dalam masa perkuliahan sampai pembuatan skripsi, terutama
pasangan saya Triska Manoppo dan sahabat-sahabat saya endless eight
(Sriyani, Ikbal, Afhy, Amel, Fitri, Victor, Bayu) yang telah banyak
membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini;
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan ini masi banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK/ABSTRACT .................................................................................... iv
viii
4.3 Populasi dan Sampel ............................................................. 25
4.4 Instrument Penelitian ............................................................. 26
4.5 Metode Pengumpulan Data ................................................... 27
4.6 Prosedur Penelitian ................................................................ 27
4.7 Pengolahan Data ..................................................................... 28
4.8 Analisa Data .......................................................................... 28
4.9 Etika Penelitian ...................................................................... 29
BAB 5 HASIL PENELITIAN ................................................................. 30
5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian ...................................... 30
5.2 Karakteristik Responden ......................................................... 31
5.3 Analisis Univariat .................................................................... 32
5.4 Analisis Bivariat ...................................................................... 33
BAB 6 PEMBAHASAN ............................................................................ 35
6.1 Karakteristik Responden ......................................................... 35
6.2 Analisis Univariat .................................................................... 36
6.3 Analisis Bivariat ...................................................................... 39
6.3 Implikasi Keperawatan ............................................................ 40
6.4 Keterbatasan Penelitian ........................................................... 40
BAB 7 PENUTUP...................................................................................... 41
7.1 Kesimpulan .............................................................................. 41
7.2 Saran ........................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
Menstruasi merupakan suatu proses berkala yang datang setiap 28-30 hari. Masa
menstruasi pertama (menarche) biasanya dimulai pada usia 11-15 tahun. Siklus
tersebut akan berlanjut hingga tiba masa menopouse, kecuali jika terjadi
kehamilan. Pada setiap masa menstruasi, darah menstruasi yang berwarna merah
gelap akan dikeluarkan setiap bulan dan berlangsung selama 3-8 hari (Rasjidi,
2013).
Perubahan yang biasa dihadapi wanita saat mengalami mestruasi yaitu cemas,
stress, depresi dan biasanya di dampingi dengan gejala kejang-kejang menstruasi
atau bahasa medisnya dysmenorrea (Sukarni & Wahyu, 2013). Nyeri menstruasi
terjadi terutama di perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar hingga ke punggung
bagian bawah, pinggang, panggul, paha atas, hingga betis. Nyeri juga bisa disertai
kram perut yang parah. Kram tersebut berasal dari kontraksi otot rahim yang sangat
intens saat mengeluarkan darah menstruasi dari dalam rahim (Sinaga et al., 2017).
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat individual.
Dikatakan bersifat individual karena respon individu terhadap sensasi nyeri
beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan lainnya (Asmadi, 2008). Dengan
adanya nyeri menstruasi wanita biasa merasa malas untuk bergerak, badan menjadi
mudah lelah, lemas dan pingsan. Dampak negatif yang didapat antara lain pekerjaan
tertunda, malas ke sekolah, tugas menumpuk dan nilai akademis menurun
(Novarenta, 2013)
Angka kejadian nyeri menstruasi di dunia rata-rata lebih dari 50%. Di indonesia
angka kejadian prevalensi nyeri menstruasi berkisar 55% di kalangan usia
produktif. Di amerika serikat, klien dan litt melaporkan prevalensi dismenore
mencapai 59,7% dan di sewedia sekitar 72%. Angka kejadian nyeri menstruasi
1
2
Managemen nyeri atau pain management merupakan salah satu bagian dari disiplin
ilmu medis yang menggunakan pendekatan multidisiplin yang termasuk
didalammnya pendekatan farmakologikal (termasuk pain modifiers), non
farmakologikal dan psikologikal dalam upaya menghilangkan nyeri atau pain relief.
Managemen nyeri non farmakologikal merupakan upaya mengatasi atau
menghilangkan nyeri dengan menggunakan pendekatan non farmakologi. Upaya
tersebut antara lain relaksasi, distraksi, massage, guided imaginary dan lain
sebagainya (Syamsiah, 2015).
Cara penanganan nyeri menstruasi yang biasa dilakukan oleh mahasiswi yaitu 16
mahasiswi dengan cara tidur, 2 mahasiswi menggunakan obat paracetamol atau
ampisilin, 1 dengan kompres air hangat dan 1 mahasiswi meninggikan kaki saat
berbaring. Menurut mahasiswi dari 4 cara penanganan untuk menghilangkan nyeri
ini 2 cara yang dapat meredahkan nyeri yaitu menggunakan obat paracetamol atau
ampisilin dan kompres air hangat. Alasan beberapa mahasiswi tidak mencari cara
penanganan nyeri menstruasi ini adalah karena mereka menganggap nyeri
menstruasi sudah biasa dirasakan namun mereka mengakui jika nyeri menstruasi
ini sangat menganggu mereka saat kegiatan belajar mengajar dan persiapan dalam
nenghadapi tes ujian.
2.1 Menstruasi
2.1.1 Definisi
Menstruasi merupakan perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14
hari setelah ovulasi. Menstruasi ialah perdarahan vagina sevara berkala akibat
terlepasnya lapisan endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal yaitu hasil
interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan
terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan
peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam
pengaturan perubahan-perubahan siklus maupun lama siklus menstruasi (Sukarni
& Wahyu, 2013).
5
6
Selama menstruasi, pada hari bermulanya diambil sebagai hari pertama dari siklus
yang baru. Akan terjadi lagi peningkatan dari FSH sampai mencapai kadar 5 ng/ml
(atau setara dengan 10 mUI/ml), dibawah pengaruh sinergis kedua gonadotropin,
folikel yang berkembang ini menghasilkan estradiol dalam jumlah yang banyak.
Peningkatan serum yang terus-menerus pada akhir fase folikuler akan menekan
FSH dari hipofisis. Dua hari sebelum ovulasi, kadar estradiol mencapai 150-400
pg/ml. Kadar tersebut melebihi nilai ambang rangsang untuk pengeluaran
gonadotropin pra-ovulasi. Akibatnya FSH dan LH dalam serum akan meningkat
7
dan mencapai puncaknya satu hari sebelum ovulasi. Saat yang sama pula, kadar
estradiol akan kembali menurun.
Kadar maksimal LH berkisar antara 8 dan 35 ng/ml atau setara dengan 30-40
mUI/ml, dan FSH antara 4-10 ng/ml atau setara dengan 15-45 mUI/ml. Terjadinya
puncak LH dan FSH pada hari ke-14, maka pada saat ini folikel akan mulai pecah
dan satu hari kemudian akan timbul ovulasi bersamaan dengan ini dimulailah
pembentukan dan pematangan korpus luteum yang disertai dengan meningkatnya
kadar progesteron, sedangkan gonadotropin mulai turun kembali. Peningkatan
progesteron tersebut tidak selalu memberi arti, bahwa ovulasi telah terjadi dengan
baik, karena pada beberapa wanita yang tidak terjadi ovulasi tetap dijumpai suhu
basal badan dan endometrium sesuai dengan fase luteal.
Awal fase luteal, seiring dengan pematangan korpus luteum sekresi progesteron
terus menerus meningkat dan mencapai kadar antara 6 dan 20 ng/ml. Estradiol yang
dikeluarkan terutama dari folikel yang besar yang tidak mengalami atresia, juga
tampak pada fase luteal dengan konsentrasi yang lebih tinggi daripada selama
permulaan atau pertengahan fase folikuler. Produksi estradiol dan progesteron
maksimal dijumpai antara hari ke-20 dan 23 (Sukarni & Wahyu, 2013).
Menstruasi tidak teratur sering terlambat siklus menstruasi tiap perempuan berbeda
satu sama lain, ada yang siklus pendek 21-24 hari lalu ada yang normal berkisar 28
hari atau 30 hari. Beberapa perempuan ada yang lebih panjang lagi sampai 42 hari.
8
Bila selama ini rutin haid setiap bulan dan kadang maju atau bahkan mundur
seminggu atau tiba-tiba sebulan tidak menstruasi, tidak masalah (Sukarni & Wahyu,
2013).
2.1.6 Dismenore
Dismenore merupakan keadaan seorang perempuan mengalami nyeri saat
menstruasi yang berefek buruk menyebabkan gangguan melakukan aktivitas harian
karena nyeri yang dirasakannya. Kondisi ini dapat berlangsung 2 hari atau lebih
dari lamanya hari menstruasi yang dialami setiap bulan. Keadaan nyeri saat
menstruasi dapat terjadi pada segala usia. Terdapat dua jenis dismenore, yaitu
dismenore primer dan dismerone sekunder (Yati & Anggi, 2016).
Dismenore primer terjadi jika tidak ada penyakit organik, biasanya dai bulan
keenam sampai tahun kedua setelah menarke. Dismenore ini seringkali hilang pada
usia 25 tahun atau setelah wanita hamil dan melahirkan per vaginam faktor
psikogenik dapat mempengaruhi gejala, tetapi gejala pasti berhubungan dengan
ovulasi dan tidak terjadi saat ovulasi disupresi.
Dismenore sekunder dikaitkan dengan penyakit pelvis organik, seperti
endometriosis, penyakit radang pelvis, stenosis serviks, neoplasma ovarium atau
uterus, dan polip uterus. Dismenore sekunder dapat disalahartikan sebagai
dismenore primer atau dapat rancu dengan komplikasi kehamilan dini. Terapi harus
ditunjukan untuk mengobati penyebab dasar (Bobak, Lowdermilk & Jensen. 2012).
terlalu cepat dan tidak tepat atau membaca terlalu lambat dan terputus-putus
(Sukarni & Wahyu, 2013).
2.2 Nyeri
2.2.1 Definisi
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat individual.
Dikatakan bersifat individual karena respon individu terhadap sensasi nyeri
beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan lainnya (Asmadi, 2008). Nyeri
merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat subjektif. Keluhan sensorik yang
dinyatakan seperti pegal, linu, ngilu, kemeng, cangkeul, dan seterusnya dapat
dianggap sebagai modalitas nyeri (Arif, 2008)
antara lain pheriperal pain yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya
pada kulit, mukosa, deep pain yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang
lebih dalam atau organ-organ tubuh visceral, refered pain yaitu nyeri dalam yang
disebabkan karena penyakit organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke
bagian tubuh di daerah yang berbeda bukan daerah asal nyeri, central pain yaitu
nyeri yang terjadi karena perangsangan pada sistem saraf pusat, spinal cord, batang
otak, talamus, dan lain-lain. Nyeri berdasarkan sifatnya antara lain incidental pain
yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang, steady pain yaitu nyeri
yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang lama, paroxymal pain
yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri tersebut
biasanya menetap ± 10-15 menit, menghilang kemudian timbul lagi. Nyeri yang
berdasarkan berat ringannya antara lain nyeri ringan yaitu nyeri dengan intensitas
rendah, nyeri sedang yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi, nyeri berat yaitu nyeri
dengan intensitas yang tinggi. Nyeri yang berdasarkan waktu lamanya serangan
antara lain nyeri akut yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan
berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas.
Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari luka, seperti luka operasi, ataupun pada
suatu penyakit arteriosclerosis pada arteri koroner. Nyeri kronis, yaitu nyeri yang
dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini polanya beragam dan berlangsung
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Ragam pola tersebut ada yang nyeri timbul
dengan periode yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu timbul kembali lagi
nyeri, dan begitu seterusnya. Ada pula pola nyeri kronis yang konstan, artinya rasa
nyeri tersebut terus-menerus terasa makin lama semakin meningkat intensitasnya
walaupun telah diberikan pengobatan. Misalnya pada nyeri karena neoplasma
(Asmadi, 2008).
Reseptor nyeri jenis ke 3 adalah reseptor viseral. Reseptor ini meliputi organ-organ
veceral seperti jantung, hati, usus, ginjal, dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada
reseptor ini biasanya difus (terus-menerus). Nyeri yang timbul dari reseptor ini
biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangan sensitive terhadap
penekanan, iskemia, dan inflamasi. Nyeri viseral dapat menyebabkan nyeri alih
(reffered pain), nyeri yang dapat timbul pada daerah yang berbeda/ jauh dari organ
asal stimulus nyeri tersebut. Nyeri pindah ini dapat terjadi karena adanya sinaps.
Jaringan viseral pada medulla spinalis dengan serabut yang berasal dari jaringan
subkutan tubuh. Berdasarkan jenis rangsang yang dapat diterima oleh nosiseptor,
didalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis nosiseptor yaitu : nosiseptor termal,
nosiseptor mekanis, nosiseptor electric dan nosiseptor kimia. Adanya berbagai
macam nosiseptor ini memungkinkan terjadinya nyeri karena pengaruh mekanis,
kimia, listrik, maupun perubahan suhu. Serabut nyeri jenis A delta merupakan
serabut neri yang lebih banyak dipengaruhi oleh rangsang mekanik dari pada
rangsang panas dan kimia, sedangkan serabut nyeri jenis C lebih dipengaruhi oleh
rangsangan suhu, kimia, dan mekanik kuat (Tamansuri, 2012).
Secara umum dapat dijelaskan bahwa didalam tubuh manusia terdapat dua macam
transmitter impuls nyeri yang berfungsi untuk menghantarkan sensasi nyeri dan
sensasi lain seperti rasa dingin, hangat, sentuhan, dan sebagainya. Reseptor
berdiameter kecil (serabut A delta dan serabut C) berfungsi untuk mentransmisikan
nyeri yang bersifat keras dan reseptor ini biasanya berupa ujung saraf bebas yang
terdapat diseluruh permukaan kulit dan pada struktur tubuh yang lebih dalam seperti
tendon tulang serta organ-organ interna. Sedangkan transmiter yang berdiameter
besar (serabut A-Beta) memiliki reseptor yang terdapat pada struktur permukaan
tubuh dan fungsinya selain mentransisikan sensasi nyeri, juga lebih berfungsi untuk
mentransmisikan sensasi lain seperti sensasi getaran, sentuhan, panas/dingin, serta
juga terhadap tekanan halus. Impuls dari serabut A-Beta mempunyai sifat inhibitori
(penghambat) yang ditransmisikan ke serabut C dan A-delta.
Ketika ada rangsang, kedua serabut tersebut akan membawa rangsangan menuju
kornu dorsalis yang terdapat pada medulla spinalis (cornus posterius medullae
spinalis). Dimedulla spinalis inilah terjadi interaksi antara serabut berdiameter
besar dan serabut berdiameter kecil disuatu area khusus yang disebut dengan
substantia gelatinosa (SG). Pada substantia gelatinosa ini dapat terjadi perubahan,
modifikasi, serta mempengaruhi apakah sensasi nyeri yang diterima oleh medulla
spinalis akan diteruskan ke otak atau akan dihambat.
Sebelum impuls nyeri dibawa ke otak, serabut besar dan serabut kecil akan
berinteraksi di daerah substantia gelatinosa yang apabila tidak terdapat stimulus
atau impuls yang adekuat dari serabut besar, maka impuls nyeri dari serabut kecil
akan dihantarkan menuju sel tigger (Sel T) untuk kemudian dibawah ke otak, yang
akhirnya menimbulkan sensasi nyeri yang dirasakan oleh tubuh. Keadaan ketika
impuls nyeri dihantarkan keotak inilah yang diistilahkan dengan “Pintu gerbang
terbuka”. Sebaliknya, apabila terdapat impuls yang ditransmisikan oleh serabut
berdiameter besar karena adanya stimulasi kulit, sentuhan, getaran, hangat, dan
dingin serta sentuhan halus, impuls ini terkecil di area substantia gelatinosa
sehingga sensasi yang dibawa oleh serabut kecil akan berkurang atau bahkan tidak
dihantarkan ke otak oleh substantia gelatinosa, karenanya tubuh tidak dapat
merasakan sensasi nyeri. Kondisi ini sering disebut “Pintu gerbang tertutup”.
13
Reaksi Efek
14
Simpatis
1) Dilatasi lumen bronkus, 1) Memungkinkan
peningkatan frekuensi penyediaan oksigen lebih
napas. banyak
2) Memungkinkan transport
2) Denyut jantung oksigen lebih besar
meningkat kedalam jaringan tubuh
3) Meningkatkan tekanan
darah dengan memndahkan
3) Vasokontriksi perifer suplai darah dari perifer ke
organ visceral, otot dan
otak.
4) Memungkinkan
4) Peningkatan glukosa penyediaan energi
darah tambahan bagi tubuh
5) Mengendalikan suhu tubuh
5) Diaphoresis selama stress
6) Menyiapkan otot untuk
6) Tegangan otot meningkat mengadakan aksi
7) Menghasilkan kemampuan
7) Dilatasi pupil melihat yang lebih baik
8) Menyalurkan energi untuk
8) Penurunan motalitas usus aktivitas tubuh yang lebih
penting
Parasimpatis
1) Pucat 1) disebabkan suplai darah
yang menjauhi perifer
2) Kelelahan otot 2) karna kelemahan
3) Tekanan darah dan nadi 3) pengaruh stimulasi nervus
menurun vagal
4) Frekuensi nafas cepat, tak 4) karena meknanisme
teratur pertahanan yang gagal
15
merupakan fase yang paling penting karena pada fase ini merupakan penentuan
untuk fase berikutnya. Pada fase ini, merupakan fase yang memungkinkan individu
untuk memahami nyeri, untuk belajar dan mendapatkan gambaran tentang nyeri itu
sendiri. Pada fase ini, klien dipersiapkan untuk belajar bagaimana mengendalikan
nyeri yang mungkin akan timbul, dan juga klien diajarkan bagaimana tindakan klien
jika terapi/ tindakan yang dilakukan kurang efektif. Pada fase antisipasi, klien juga
belajar mengendalikan emosi (kecemasan) sebelum nyeri itu sendiri muncul, karena
kecemasan dapat menyebabkan peningkatan sensasi nyeri yang terjadi pada klien
dan atau/ tindakan ulang yang dilakukan oleh klien untuk mengatas nyeri kurang
efektif.
Pada saat nyeri, bayak perilaku yang dapat diungkapkan oleh seorang klien yang
mengalami nyeri seperti menangis, meringis, meringkukkan badan, menjerit, dan
bahkan mungkin berlari-lari. Perilaku klien dalam merespons nyeri ini dapat
dipengaruhi oleh kemampuan tubuh untuk menoleransi nyeri dan juga oleh berat-
ringannya sensasi nyeri itu sendiri. Pada fase paska trauma nyeri, klien mungkin
mengalami trauma psikologis takut, depresi, serta dapat juga menjadi menggigil
(Tamansuri, 2012).
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Gambar 2.1 Skala Intensitas Nyeri Numerik
Keterangan :
18
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik
4-6 : Nyeri sedang : secara objektif klien mendesis, menyeringan dapat
menunjukkan hasil lokasi nyeri, dapat mendeskripsikan, dapat mengikuti
perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara objektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah
tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak
dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas
panjang dan distraksi.
10 : Nyeri tidak tertahankan : pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,
memukul (Tamansuri, 2012).
5. T : Time
Yang harus dilakukan dalam pengkajian waktu adalah awitan, durasi, dan rangkaian
nyeri yang dialami. Perlu ditanyakan kapan mulai muncul adanya nyeri, berapa
lama nyeri itu muncul dan seberapa sering untuk kambuh.
Mekanisme kerja bahan aromaterapi adalah melalui sistem penciuman dan sistem
sirkulasi tubuh. Organ penciuman merupakan satu-satunya indera perasa dengan
berbagai resptor saraf yang berhubungan langsung dengan dunia luar dan
merupakan saluran langsung ke otak. Reaksi pengobatan aromaterapi dimulai dari
rongga hidung, kemudian syaraf di bagian dalam hidung mengantarkan impuls yang
ditimbulkan dari aromaterapi ke pusat otak. Dari sinilah pengobatan bekerja secara
spesifik dengan berbagai reaksi yang diberikan oleh otak. Dalam hal ini,
aromaterapi secara hirup lebih memiliki pengaruh pada kondisi psikis dan pikiran
manusia (Anjani, 2015).
Menurut Tara (2005) dalam Pandawati (2017) hidung atau organ penciuman
memiliki kemampuan untuk sarana komunikasi alamiah pada manusia dan dapat
membedakan lebih dari 100.000 bau tanpa disadari oleh manusia. Bau-bauan
tersebut masuk kehidung dan berhubungan dengan silia. Reseptor di silia mengubah
bau tersebut menjadi impuls listrik yang dipancarkan ke otak dan mempengaruh
bagian otak yang berkaitan dengan mood (suasana hati), emosi, ingatan, dan
pembelajaran.
Menurut Koensoemardiyah (2009) dalam Pandawati (2017) mengungkapkan
bahwa teknik pemberian aromaterapi menjadi salah satu alternatif terapi bagi
mereka yang sedang mengalami tekanan batin atau stres, dan yang paling penting
yaitu untuk menurunkan intensitas nyeri, minyak essensial atau minyak atsiri yang
bersifat menurunkan/menghilangkan rasa nyeri, antara lain : Lemon, lavender,
cengki, nankincense, wintergreen, pappermint, karena terapi dengan menggunakan
wewangian dari berbagai jenis tanaman ini bisa membuat seseorang menjadi lebih
rileks dan tenang. Penelitian oleh Kurniawati Magelang (2016) penggunaan
aromaterapi lemon dilakukan melalui inhalasi dengan cara memberikan
aromaterapi di atas kassa/tisu sejumlah 3 tetes dengan pipet tetes/spuit, kemudian
dihirupkan kepada responden. Pemberian minyak aromaterapi lemon diberikan
selama 15 menit dan dilakukan 2 kali dalam sehari selama 2 hari.
2.3.3 Manfaat Minyak Aromaterapi
Lemon merupakan aroma yang digunakan untuk menenagkan suasana. Aromanya
yang menggemaskan dapat meningkatkan rasa percaya diri, merasa lebih santai,
dapat menenagkan saraf, tetapi tetap mebuat kita sadar. Minyak lemon untuk tubuh
21
bermanfaat untuk mengatasi masalah pencernaan, untuk meredakan sakit dan nyeri
pada persendian dan diterapkan untuk kondisi seperti rematik dan asam urat, untuk
menurunkan tekanan darah dan membantu untuk meredakan sakit kepala.
Hal ini diyakini untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh dan menjadi pewangi
yang baik untuk tubuh. Dalam perawatan kulit, minyak atsiri lemon sangat cocok
untuk kulit berminyak. Namun, harus hati-hati dalam hal penggunaan bila dipakai
pada kulit yang sensitif. Dengan kandungan limoene yang banyak dibangkan
senyawa lainnya, membuat minyak lemon dapat befungsi sebagai aromaterapi
(Clarke 2009 ; Priambodo, 2017).
Salah satu efek samping samping aromaterapi yang paling umum adalah iritasi kulit
atau reaksi alergi. Hal ini akan menyebabkan munculnya ruam, gatal dan sensasi
panas. Namun iritasi kulit ini bisa bervariasi, tergantung seberapa sensitif kulit
seseorang. Oleh sebab itu, Anda harus melakukan tes terlebih dahulu sebelum
menggunakan minyak tersebut lebih banyak di kulit Anda.
Caranya, oleskan sedikit minyak aromaterapi di kulit untuk melihat reaksi yang
ditimbulkan. Jika setelah dioleskan muncul kemerahan, gatal, dan rasa panas di
kulit, sebaiknya Anda menghentikan pemakaian aromaterapi oles.
4. Meningkatkan risiko penyakit jantung
Uap minyak esensial aromaterapi memang bisa mengurangi stres, namun menurut
studi yang dipublikasikan oleh The European Journal of Preventive Cardiology,
hal ini bisa saja membahayakan kesehatan Anda.
Studi yang melibatkan 100 pekerja spa di Taipei ini, meminta partisipan menghirup
aromaterapi sembari memonitor tekanan darah dan detak jantung mereka.
Hasilnya, ditemukan peningkatan tekanan darah serta detak jantung pada partisipan
setelah mereka menghirup aromaterapi selama 2 jam. Hal ini membuktikan bahwa
terlalu lama menghirup aromaterapi bisa saja meningkatkan risiko rusaknya jantung
Anda secara perlahan.
5. Asma
Kandungan Volatile Organic Compound (VOC), bahan organik yang mudah
menguap dari bentuk cairan yang terkandung dalam aromaterapi, akan berdampak
terhadap peningkatkan risiko inflamasi di tubuh, mengganggu fungsi sistem saraf
dan dapat menimbulkan reaksi alergi saluran pernafasan. Karena itulah, Anda yang
mengidap penyakit asma serta rentan terhadap perdarahan hidung atau disebut
dengan mimisan, harus berhati-hati menggunakannya (Swari, 2017,
https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/efek-samping-aromaterapi/).
Menstruasi Dismenore
Penatalaksanaan Nyeri
Aromaterapi Lemon
25
24
25
28
Penentuan jumlah sampel dalam peneliti ini memakai perhitungan dari Arikunto
(2006) yaitu jika jumlah populasi lebih dari 100 dapat di ambil sampel diantara 10%
atau 15%. Jumlah populasi 264 orang sampel yang diambil peneliti 10% yaitu 26,4
dibulatkan menjadi 26 sampel.
Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel
Dengan kriteria Inklusi dan Eklusi :
1. Kriteria Inklusi
a. Mahasiswi yang bersedia menjadi responden
b. Mahasiswi yang sedang menstruasi
c. Skala nyeri menstruasi 4 sampai 6 sedang
d. Mahasiswi yang masih aktif kuliah di Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
e. Tidak menggunakan aromaterapi lain
2. Kriteria Ekslusi
a. Mahasiwi yang memiliki riwayat alergi aromaterapi
b. Mahasiswi yang memiliki riwayat asma
c. Tidak ada di tempat saat dilakukan penelitian
4.4 Intrumen Penelitian
4.4.1 Observasi Skala Nyeri Numerik
Pengukuran nyeri dilakukan dengan observasi terstruktur untuk mengetahui
perubahan saat sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi lemon. Untuk menilai
intensitas nyeri yang dirasakan responden (Suyanto, 2016). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan Li, Liu & Herr (2007) dalam Padang (2017), uji validitas skala
nyeri Numerik Rating Scale menunjukkan r = 0,90, dan uji rehabilitas menunjukkan
>0,95.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan Numerik Rating Scale. Alat ukur ini
merupakan suatu garis lurus yang mewakili intensitas nyeri terus-menerus sehingga
mempermudah pemahaman bagi responden. Intrument penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah berupa pertanyaan yang akan diajukan kepada
responden, pertanyaan tersebut mengenai tingkat nyeri yang dirasakan responden.
Peneliti memasukkan skala intensitas nyeri dengan rentang skala nyeri 0-10 sebagai
berikut :
29
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan :
0 = Tidak nyeri : Tidak nyeri
1-3 = Nyeri ringan : Secara objektif responden dapat berkomunikasi dengan
baik
4-6 = Nyeri sedang: Secara objektif responden mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikan dapat mengikuti perintah
dengan baik.
7-9 = Nyeri berat : Secara objektif responden terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan dapat menunjukkan lokasi
nyeri, tidak dapat mendeskripsikan, tidak dapat diatasi dengan alih posisi
nafas panjang dan distraksi
berbentuk angka pada masing-masing jawaban. Kegunaan dari coding adalah untuk
mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data.
4.7.3 Processing
Setelah kuisioner terisi, serta sudah melewati pengkodean, maka langkah
selanjutnya adalah memproses data agar data yang sudah di entry dapat dianalisis.
Salah satu paket program yang sudah umum digunakan untuk entry data adalah
paket program SPSS for window
4.7.4 Cleaning
Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang
sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.
4.7.5 Mengeluarkan Informasi
Disesuaikan dengan tujuan penelitian yang dilakukan.
Program Studi Ilmu Keperawatan merupakan salah satu program studi yang
bernaung di bawah Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Secara
geografis Program Studi Ilmu Keperawatan terletak di Jalan Kampus Kelurahan
Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado, dengan batas-batas sebagai berikut :
31
34
Dari penggolongan data yang telah dilakukan, maka akan disajikan dalam bentuk
tabel yang terdiri dari karakteristik responden berdasarkan subjek penelitian sebagai
berikut
Umur n %
17 Tahun 5 19,2
18 Tahun 3 11,5
19 Tahun 5 19,2
20 Tahun 7 26,9
21 Tahun 4 15,4
22 Tahun 2 7,7
Total 26 100.0
Hasil analisi data pada tabel 5.1 diatas menunjukkan distribusi data usia dari
responden yaitu usia 17 tahun 5 responden (19,2%), usia 18 tahun 3 responden
(11,5%), usia 19 tahun 5 responden (19,2%), usia 20 tahun 7 responden (26,9%),
usia 21 tahun 4 responden (15,4%) dan Usia 22 tahun 2 responden (7,7%).
35
Pretest
Skala Nyeri
n %
4-6 26 100
Total 26 100.0
Hasil analisis data dari tabel 5.2 diatas menjelaskan bahwa responden di Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi manado
sebelum dilakukan tindakan pemberian aromaterapi kepada 26 responden dengan
nyeri sedang (100%).
Posttest
Skala Nyeri
n %
1-3 23 88,5
4-6 3 11,5
Total 26 100.0
Hasil analisis data dari tabel 5.3 diatas menjelaskan bahwa responden di Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi manado
setelah dilakukan tindakan pemberian aromaterapi mengalami perubahan skala
nyeri terbanyak pada skala nyeri ringan dengan jumlah 23 orang atau 88,5% dan
yang tidak ada perubahan 3 orang atau 11,5%.
36
Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini ialah untuk megetahui
pengaruh aaromaterapi lemon (citrus) terhadap penurunan nyeri menstruasi, dengan
membandingkan nyeri menstruasi sebelum dan sesudah diberian aromaterapi
lemon.
Pada penelitian ini pengolahan data menggunakan Uji Wilcoxon Signed Ramgks
Test untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan sebelum dan sesudah pemberikan
aromaterapi lemon terhadap penurunan nyeri menstruasi.
Dari hasil uji Wilcoxon pada tabel 5.4 nilai p = 0,000 ada pengaruh dengan nilai
sebelum mean 5,08 dan setelah nilai mean 2,92. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian aromaterapi lemon terhadap
penurunan nyeri menstruasi.
BAB 6
PEMBAHASAN
Karakteristik responden pada penelitian ini yaitu usia. Rentang usia responden
adalah 17-22 tahun yang dikategorikan menjadi remaja dan dewasa. Sesuai dengan
hasil pengukuran bahwa responden terbanyak yang didapatkan memiliki usia 20
tahun atau 26,9%. Menurut Dian (2016) secara umum putaran masa kehidupan
manusia dibagi dalam 5 fase, dalam 5 fase ini masa remaja (13-22 tahun) dan masa
dewasa (22-55 tahun).
Masa menstruasi pertama (menarche) biasanya dimulai pada usia 11-15 tahun.
Siklus tersebut akan berlanjut hingga tiba masa menopouse, kecuali jika terjadi
kehamilan (Rasjidi, 2013). Perubahan yang biasa dihadapi wanita saat mengalami
mestruasi yaitu cemas, stress, depresi dan biasanya di dampingi dengan gejala
kejang-kejang menstruasi atau bahasa medisnya dysmenorrea (Sukawi & Wahyu,
2013). Dysmenorrea merupakan keadaan seseorang perempuan mengalami nyeri
saat menstruasi yang berefek buruk menyebabkan gangguan melakukan aktivitas
harian karena nyeri yang dirasakan. Dengan adanya nyeri menstruasi wanita biasa
merasa malas untuk bergerak, badan menjadi mudah lelah, lemas dan pingsan.
Dampak negatif yang didapat antara lain pekerjaan tertunda, malas ke sekolah,
tugas menumpuk dan nilai akademis menurun (Novarenta, 2013)
35
38
Penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2013)
yang berjudul nyeri persalinan kala I fase aktif sebelum diberikan aromaterapi
lemon sebagian besar mengalami nyeri sedang dan nyeri berat (57,9% dan 42,1%)
dengan skala berkisar 5 dan 9.
Penelitian dari Rahmawati (2015) bahwa hasil intensitas nyeri sebelum diberikan
aromaterapi lemon dapat diketahui bahwa tingkat nyeri haid dari 17 remaja putri
sebelum dilakukan teknik aromaterapi sebagian remaja putri yang mengalami nyeri
haid tingkat sedang 8 remaja putri (47,1%), sedangkan yang mengalami nyeri
ringan sebanyak 5 remaja putri (29,4%), sedangkan yang mengalami nyeri berat
terkontrol sebanyak 4 remaja putri (23,5%). Dari hasil pengukuran pretest sebelum
diberikan aromaterapi lemon semua mengalami nyeri sedang.
Hal ini didukung oleh Anjani (2015) organ penciuman merupakan satu-satunya
indera perasa dengan berbagai resptor saraf yang berhubungan langsung dengan
39
dunia luar dan merupakan saluran langsung ke otak. Reaksi pengobatan aromaterapi
dimulai dari rongga hidung, kemudian syaraf di bagian dalam hidung mengantarkan
impuls yang ditimbulkan dari aromaterapi ke pusat otak. Dari sinilah pengobatan
bekerja secara spesifik dengan berbagai reaksi yang diberikan oleh otak. Dalam hal
ini, aromaterapi secara hirup lebih memiliki pengaruh pada kondisi psikis dan
pikiran manusia.
Walaupun semua responden menyukai bau aromaterapi lemon (citrus) akan tetapi
ada 3 responden skala nyerinya tidak terjadi penurunan dan nyerinya berkurang
namun masih tetap di kategori nyeri sedang (4-6). Setelah proses pemberian
aromaterapi telah selesai peneliti menanyakan kepada 3 responden tersebut kenapa
nyeri menstruasinya tidak berkurang atau ber kurang namun masih tetap di kategori
sedang, 1 responden mengatakan nyeri menstruasinya tidak berkurang karena
biasanya cara untuk menghilangkan nyeri menstruasinya responden biasa
mengonsumsi analgetik dan 2 responden menjawab mereka sudah terbiasa
menghirup minyak kayu putih atau minyak telon untuk menghilangkan nyeri
menstruasinya.
40
Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri
dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda.
Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah
menggunakan respon fisiologi tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran
dengan teknik ini juga tidak dapat memberikan gambaran gambaran pasti tentang
nyeri itu sendiri (Tamansuri, 2012).
Sesuai dengan hasil uji statistik dengan menggunakan uji wilcoxon signed rank test
dan didapatkan hasil p-value = 0,000. Demikian berarti p-value lebih kecil dari α
(0,05) dapat dikatakan bahwa Ho ditolak atau ada pengaruh skala nyeri sebelum
dan sesudah pemberian aromaterapi lemon pada mahasiswi yang sedang mengalami
nyeri menstruasi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kurniawati Magelang (2016) penggunaan aromaterapi lemon dilakukan melalui
inhalasi dengan cara memberikan aromaterapi di atas kassa/tisu sejumlah 3 tetes
dengan pipet tetes/spuit, kemudian dihirupkan kepada responden. Pemberian
minyak aromaterapi lemon diberikan selama 15 menit dan dilakukan 2 kali dalam
sehari selama 2 hari menemukan bahwa terdapat penurunan rata-rata skala nyeri
post caesarea sebelum dan setelah diberikan aromaterapi lemon pada hari ke-0 dan
hari ke-1 post sectio caesarea selisih antara sebelum dan setelah diberikan
aromaterapi lemon pada hari ke 0 adalah 1,70 pada tindakan pertama 1,80 pada
tindakan kedua dengan ρ = 0,000. Hal ini berarti nilai (ρ <0,05; α = 0,05) yang
menunjukan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah
diberikan aromaterapi lemon.
Dalam penilaian ini kelemahan atau keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti yaitu
dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan kelompok perlakuan/intervensi
dan tidak menggunakan kelompok kontrol untuk melihat perbandingan.
BAB 7
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan juga pembahasan tentang pemberian aromaterapi lemon
(citrus) ditemukan bahwa :
1. Nyeri menstruasi sebelum diberikan aromaterapi lemon (citrus) skala sedang (4-6)
2. Nyeri menstruasi setelah diberikan aromaterapi lemon (citrus) skala ringan (1-3)
3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara aromaterapi lemon terhadap penurunan nyeri
menstruasi sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi lemon (citrus).
7.2 Saran
Setelah dilakukan penelitian dan diperoleh suatu kesimpulan, maka peneliti memberikan
beberapa saran bahwa :
1. Bagi Responden
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi responden sebagai salah satu metode dalam
mengatasi masalah pada saat nyeri menstruasi.
2. Bagi Institusi Penelitian
Memberikan informasi tentang pengaruh aromaterapi lemon (citrus) terhadap penurunan
nyeri menstruasi yang bisa digunakan sebagai bahan pustaka, serta dapat digunakan sebagai
bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian tentang penurunan nyeri menstruasi dengan menggunakan aromaterapi lemon
(citrus) ini masih perlu banyak diteliti disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk
melakukan penelitian lain tentang penurunan nyeri menstruasi namun menggunakan
aromaterapi lain.
41
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. ( 2008 ), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC
Asmadi. (2008), Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta. Selemba Medika.
Arif, M. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta.
Selemba Medika.
Aulia Kurniawati, D., Setyowati Esti Rahayu, H., & Wijayanti, K. (2016). Akupresur Efektif
Mengatasi Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea.
Anjani, L. (2015, September 21). Nova Sahabat Wanita Inspirasi Keluarga: Keajaiban
Aromaterapi. (16),
https://www.pressreader.com/indonesia/nova/20150921/282342563641579 (Diakses
pada tanggal 22 Oktober 2018)
Azizah, N. (2014). Aplikasi Relaksasi Nafas Dalam Sebagai Upaya Penurunan Skala Nyeri
Menstruasi (Dismenorrhea) Pada Siswi Mts. Ibtidaul Falah Samirejo Dawe Kudus
Tahun 2013. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 5(1).
Bobak, I, M., Lowdermilk, L, D., & Jensen, D, M. (2012). Buku Ajar Keperawaan
Maternitas. Buku Kedokteran EGC.
Cholifah, S., Raden, A., & Ismarwati, I. (2016). Pengaruh aromaterapi inhalasi lemon
terhadap penurunan nyeri persalinan kala I fase aktif. Jurnal Kebidanan dan
Keperawatan Aisyiyah, 12(1), 46-53.
Dian. (2016). Masa Lalu, Masa Kini, Masa Depan. Jakarta. Elex Media Komputindo
Fatonah, S. (2017). Hubungan Aktivitas Fisik dan Stres dengan Siklus Menstruasi pada
Perempuan Remaja Akhir di PT Sai Apparel Industries Semarang. (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).
Iryani, N. (2015). 365 ideas of happiness. E-book. Mirzan Digital Publishing.
Kabiri, R., & Namazi, H. (2014). Nanocrystalline cellulose acetate (NCCA)/graphene oxide
(GO) nanocomposites with enhanced mechanical properties and barrier against water
vapor. Cellulose, 21(5), 3527-3539.
Koensoemardiyah. (2009). A-Z Aromaterapi Untuk Kesehatan, Kebugaran, dan Kecantikan.
Yogyakarta: Lily Publisher.
Muaris, H. (2014). Khasiat Lemon untuk Kestabilan Kesehatan. Gramedia Pustaka Utama.
Novarenta, A. (2013). Guided Imagery Untuk Mengurangi Rasa Nyeri Saat
Menstruasi. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 1(2), 179-190.
Potter, A & Perry, G, A. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktek, Vol 1, E/4. Buku Kedokteran EGC.
Priambodo, O. S., Cahyono, E., & Kusuma, S. B. W. (2017). Enkapsulasi Minyak Lemon
(Citrus limon) Menggunakan Penyalut β-Siklodekstrin Terasetilasi. Jurnal MIPA, 40(2),
111-117.
Pandawati, D. M. (2017). Efektifitas Aromaterapi Lemon Terhadap Penurunan Nyeri pada
Pasien Fraktur di Ruang Rawat Inap Seruni RSUD PROF. DR. Margono Soekarjo
Purwokerto. (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PURWOKERTO).
Purwandaril. (2014). Efektifitas Aroma Terapi Lemon Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada
Pasien Post Laparatomi. http://Jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/ (Diakses pada
tanggal 19 Desember 2018).
Rasjidi, I. (2013). Panduan kehamilan muslimah. Jakarta Selatan: Mizan Digital Publishing
Rahmawati, I. (2015). Efektivias Aromaterapi Lavender Dan Aromaterapi Lemon Terhadap
Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea (Sc) Di Rumah Sakit Budi Rahayu Kota Magelang.
Journal Of Holistic Nursing Science, 2(2), 11- 17.
Sukarni, I & Wahyu, P. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Yogyakarta: Nuha
Medika
Setyoadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeratik. Jakarta : Salemba
Medika.
Sinaga, E., Saribanon, N., Sa’adah, N.S., Salamah, U., Murti, A.Y., Trisnamiati, A. & Lorita,
S. (2017). Manajemen Kesehatan Maternitas. Universitas Nasional: IWWASH Global
One
Syamsiah, N., & Muslihat, E. (2015). Pengaruh terapi relaksasi autogenik terhadap tingkat
nyeri akut pada pasien abdominal pain Di IGD RSUD Karawang
2014. KEPERAWATAN, 3(1).
Suwanti, S., Wahyuningsih, M., & Liliana, A. (2018). Pengaruh Aromaterapi Lemon
(Cytrus) Terhadap Penurunan Nyeri Menstruasi pada Mahasiswi di Universitas Respati
Yogyakarta. Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 5(1), 345-349
Suharmiati, & Lestari, H. (2005). Ramuan Tradisional untuk Keadaan Darurat di Rumah.
Tangerang. Agromedia Pustaka.
Syukrini, R. D. (2016). Pengaruh Aromaterapi terhadap Tingkat Kecemasan pada Ibu
Persalinan Kala I di Kamar Bersalin Rsu Kab. Tangerang.
Suyanto, Susila., & Siswanto. (2016). Metodologi Penelitian Kesehatan dan Kedokteran.
Yogyakarta. Bursa Ilmu.
Susanti, M. (2017). Pemberian Lemon Inhalasi Aromaterapy untuk Mengurangi Mual
Muntah pada Kehamilan Trimester 1 di BPM Instianatul Kabupaten Kebumen.
(Doctoral dissertation, STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG).
Swari, C.R., Savitri, T. (2017, September). Hello Sehat: 6 Efek Samping Aromaterapi yang
Harus Diwaspadai, https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/efek-samping-
aromaterapi/ (Diakses pada tanggal 22 Oktober 2018)
Setiadi. (2013). Konsep dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan. Edisi 2. Yogyakarta.
Graha Ilmu.
Tamansuri, A. (2012). Konsep & Penatalaksanaan Nyeri. Buku Kedokteran EGC.
Yati, A & Anggi, P. (2016). Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi Perempuan. Rajawali
Pers.
Yudiyanta, N. K., & Novitasari, R. W. (2015). Assessment nyeri. Jurnal CDK, 226.
Lampiran 1
JADWAL PENELITIAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Mengajukan Judul
Menetapkan Judul
Menyiapkan Proposal
(Konsul dan Revisi)
Ujian Proposal
Revisi Proposal
Pelaksanaan Penelitian
Analisa Data
Penyusunan Laporan
Penelitian
Ujian Skripsi
Revisi
Mengumpulkan Skripsi
Persiapan Wisuda
Lampiran 2
Kepada Yth,
Saudari
Di-
Tempat
Saudara-i yang saya hormati,
Saya mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado sementara ini dalam proses penyelesaian tugas
akhir skripsi dan akan melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Aromaterapi
Lemon (Citrus) Terhadap Penurunan Nyeri Menstruasi”.
Penelitian ini akan dilakukan dengan memberikan lembar Persetujuan Menjadi
Responden Kemudian Peneliti melakukan Observasi dengan cara menilai nyeri
menggunakan Skala Nyeri Numerik yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
aromaterapi lemon (citrus) terhadap penurunan nyeri menstruasi pada mahasiswi
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado. Oleh karena itu, saya mengharapkan Saudari untuk ikut berpartisipasi
dalam penelitian ini. Saya mengharapkan kerjasamanya dari Saudari.
Informasi yang anda berikan akan digunakan hanya untuk kepentingan penelitian
ini dan tidak akan disebarluaskan ataupun digunakan untuk tujuan yang merugikan
anda sebagai partisipan. Identitas anda akan dirahasiakan nama dalam laporan akan
ditulis inisial dan tidak akan dipublikasikan dalam bentuk apapun. Kerahasiaan data
saudari akan dijamin sepenuhnya.
Saya sangat menghargai kesediaan Saudari untuk meluangkan waktu membaca dan
memahami maksud dan tujuan penelitian ini dengan harapan Saudara-i bersedia
menjadi responden.
Darwansyah Sono
Lampiran 5
Nama :
Usia :
Prosedur penelitian ini tidak akan memberikan dampak dan resiko apapun terhadap
responden. Saya telah diberikan penjelasan mengenai hal tersebut dan telah
diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti dan
telah mendapatkan jawaban yang jelas dan benar.
Dengan ini saya menyatakan dengan sukarela untuk ikut sebagai subjek
dalam penelitian ini.
(…………………………….)
Lampiran 6
tindakan
3. Menanyakan kesiapan kepada responden
B Tindakan
1. Mencuci tangan
2. Menjaga privasi responden
3. Atur responden senyaman mungkin
4. Meneteskan 3-4 tetes aromaterapi ke kasa
5. Responden mengirup aromaterapi pada tisu / kasa
selama 15 menit jika sudah 15 menit nyeri belum
berkurang segera hentikan proses penghirupan
C Terminasi
1. Mencuci tangan
2. Mengevaluasi keadaan responden
3. Memberi kesempatan responden untuk bertanya
4. Merapikan alat dan bahan
5. Dokumentasi
Lampiran 7
A. Data Demografi
Nama Inisial :
Kode Responden :
Umur :
Alamat :
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2. Pemberian aromaterapi lemon
3. Pengukuran skala nyeri post test
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan :
0 = Tidak nyeri : Tidak nyeri
1-3 = Nyeri ringan : Secara objektif responden dapat berkomunikasi
dengan baik
4-6 = Nyeri sedang: Secara objektif responden mendesis, menyeringai,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikan dapat
mengikuti perintah dengan baik.
7-9 = Nyeri berat : Secara objektif responden terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan dapat
menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikan, tidak dapat
diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi
10 = nyeri tak tertahankan : responden sudah tidak mampu lagi
berkomunikasi, fokus menahan sakit.
19 E. R 18 3 2
20 N. S 20 3 2
21 T. R 20 3 2
22 M. J 20 3 2
23 A. P 19 3 2
24 G. M 20 3 2
25 A. R 21 3 2
26 R. E. R 21 3 2
Keterangan : 0 tidak nyeri = 1, 1-3 nyeri ringan = 2, 4-6 nyeri sedang = 3, 7-9 nyeri berat = 4, 10 tak tertahankan = 5
Lampiran 10
Hasil Penelitian
Statistics
Umur Mahasiswi
N Valid 26
Missing 0
Mean 19,31
Median 19,50
Mode 20
Variance 2,462
Minimum 17
Maximum 22
Umur Mahasiswi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cases
Statistics
N Valid 26 26
Missing 0 0
Skala Nyeri
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Skala Nyeri
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Descriptives
Median 5,00
Variance ,554
Minimum 4
Maximum 6
Range 2
Interquartile Range 1
Median 3,00
Variance ,634
Minimum 2
Maximum 5
Range 3
Lampiran 10
Interquartile Range 1
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Ranks
Ties 1c
Total 26
Test Statisticsb
Z -4,456a
1. BIODATA
2. RIWAYAT PENDIDIKAN