Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi
dan psikologis, yakni antara usia 10-19 tahun yang merupakan suatu periode masa
pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas (adolescence).
Masa remaja adalah periode paralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa (Widyastuti,
2010). Dilihat dari segi kuantitas, jumlah penduduk usia remaja (10-19 tahun) di Indonesia
sebesar 22,2% dari total penduduk Indonesia yang terdiri dari 50,9 % laki laki dan 49,1%
perempuan (Kurniawan, (2002) dalam Sulaiman, (2009)). Begitu juga dengan jumlah
remaja dibanyak negara berkembang tumbuh dengan pesat. Lima tahun terakhir,
kelompok remaja merupakan salah satu perhatian utama di bidang kesehatan karena gaya
hidup mereka yang unik dan berbeda dengan kelompok umur dari generasi sebelumnya (
Surjadi, (2002) dalam Sulaiman, (2009)).
Remaja mempunyai kebutuhan nutrisi yang spesial karena pada saat tersebut terjadi
pertumbuhan yang pesat dan terjadi perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan
timbulnya pubertas. Perubahan pada masa remaja akan mempengaruhi kebutuhan dalam
penggunaan zat gizi. Hal ini disertai dengan pembesaran organ dan jaringan tubuh yang
cepat. Perubahan hormon yang menyertai pubertas juga menyebabkan banyak perubahan
fisiologis yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada remaja (Poltekes Depkes Jakarta I).
Gizi adalah makanan yang dapat memenuhi kesehatan. Zat gizi adalah unsur yang
terdapat dalam makanan dan dapat memengaruhi kesehatan. Gizi adalah suatu proses
organisme menggunakan transportasi,penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat
yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal
dari organ-organ serta menghasilkan energi.
Menstruasi adalah haid, merupakan perdarahan yang berasal dari uterus sebagai tanda
bahwa alat kandungannya menunaikan fungsinya, terjadi setiap bulan secara teratur pada
seorang wanita dewasa yang sehat dan tidak hamil (Depkes, 1993).
Mengingat pada proses menstruasi terjadi pengelupasan endometrium disertai
perdarahan, maka sudah barang tentu gizi pada saat menstruasi harus mendapat perhatian.
Gizi pada saat menstruasi diperlukan untuk mengganti komponen darah yang hilang
seperti zat besi dan juga diperlukan untuk proliferasi jaringan endometrium.pada
1|Pengkajian Nutrisi Pada Usia Remaja
prinsipnya gizi pada saat menstruasi harus memperhatikan pola makan seimbang sesuai
dengan kebutuhan. Akan tetapi mengingat pada saat menstruasi terjadi pengeluaran darah
disertai pembuangan sejuamlah zat besi, maka diet pada saat menstruasi harus
memperhatikan kecukupan zat-zat gizi yang dikonsumsi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Pengkajian Nutrisi Pada Remaja
2. Komponen Pengkajian Nutrisi Pada Remaja
3. Pemenuhan Nutrisi Pada Usia Remaja
4. Kebutuhan Nutrisi Pada Usia Remaja.
5. Masalah Kebutuhan Nutrisi Pada Usia Remaja.
6. Angka Kecukupan Gizi Pada Usia Remaja.
7. Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Remaja.

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Pengkajian Nutrisi Pada Remaja ?


2. Mengetahui Komponen Pengkajian Nutrisi Pada Remaja?
3. Mengetahui Kebutuhan Nutrisi Pada Usia Remaja.?
4. Mengetahui Pemenuhan Nutrisi Pada Usia Remaja.?
5. Mengetahui Masalah Kebutuhan Nutrisi Pada Usia Remaja.?
6. Mengetahui Angka Kecukupan Gizi Pada Usia Remaja.?
7. Mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Remaja.?

2|Pengkajian Nutrisi Pada Usia Remaja


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Pengkajian Nutrisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam asuhan
keperawatan dirumah sakit. Pengkajian Nutrisi meliputi pengumpulan informasi tentang
status nutrisi dan untuk menentukan adanya masalah kebutuhan nutrisi. Komponen
pengkajian nutrisi terdiri dari pemeriksaan antropometrik, pemeriksaan biokimia,
pemeriksaan klinis, dan riwayat diet.

2.2 Komponen Pengkajian Nutrisi


2.1.1 Pemeriksaan Antropometrik
Pengukuran antropometrik adalah pengukuran tentang ukuran, berat badan, dan proporsi
tubuh manusia. Pengukuran antropometrik meliputi tinggi badan, berat badan, tebal lipatan
kulit dan lengan. Beberapa bagian tubuh seperti kepala, dada, dan lengan adalah area
pengukuran antropometrik. Tujuan pengukuran antropometrik adalah untuk mengevaluasi
pertumbuhan dan mengkaji status nutrisi dan ketersediaan energi pada tubuh.
§ Tinggi Badan
- Dewasa dan balita : posisi berdiri tanpa alas kaki
- Bayi dan dewasa tidak dapat berdiri : posisi berbaring
§ Alat : meteran diukur menggunakan satuan sentimeter (cm) atau inci
§ Berat badan
alat ukur timbangan, cara :
- Alat dan skala ukur harus sama setiap kali menimbang
- Tanpa alas kaki
- Pakaian pasien usahakan tidak tebal, relatif sama
- Waktu relatif sama
§ Perhatikan TB, bentuk rangka, proporsi lemak, otot tulang, bentuk dada pasien
§ Kondisi patologi : asites, edema, splenomegali
§ Berat Badan Ideal (BBI)
Adalah BB untuk TB tertentu yang secara statistik dianggap paling tepat untuk menjamin
kesehatan dan umur panjang.
§ Penilaian BBI : TB – 100 – (10% TB – 100)
§ BB batas normal : BBI + 10%

3|Pengkajian Nutrisi Pada Usia Remaja


§ Kurang nutrisi : BB 20% lebih rendah BBI
§ Kelebihan nutrisi : BB 20% diatas BBI
TSF lebih dari 15 mm (pria)
TSF lebih dari 25 mm (wanita)
2.1.2 Tebal Lipatan Kulit
§ Merupakan cara menentukan presentase lemak pada tubuh : jaringan subkutan, masa otot
dan status kalori.
§ Tempat pengukuran : trisep skinfold (TSF), subskapula, suprailiaka
§ Cara : buka baju, privacy dan rasa nyaman pasien, lengan tidak dominan, TSF diukur pada
titik tengah lengan atas antara processus acromion – olecranon anjurkan pasien untuk rilex.
§ Alat : kaliper
§ Lingkar Tubuh : kepala, dada, lengan atas baian tengah, otot lengan atas bagian tengah.
§ Pengkajian tumbang bayi : lingkar dada, kepala.
§ LLA dan LOLA
LLA menggunakan alat ukur seperti tukang jahit
Normal pria 25,3 cm dan wanita 23,3 cm
§ Lingkar pergelangan tangan, latakan bagian distal dekat prosesus styloid : kerangka besar
lebih dari 10,4 – 9,6 cm ; sedang 10,4 – 9,6 cm dan kurang 9,6 cm kerangka tersebut kecil ;
(Potter & Perry 1992).
2.1.3 Pemeriksaan Biokimia
§ Umumnya digunakan nilai-nilai Biokimia seperti : kadar limposit, serum albumin, zat besi.
Serum transferin, kreatinin, hemoglobin, hematokrit, keseimbangan nitrogen dan tes antigen
kulit (Barkaukas, 1995).
§ Resiko status nutrisi kurang bila hasil laboratorium ada penurunan nilai limposit, serum
albumin kurang dari 3,5 gram/ dl dan peningkatan atau penurunan kadar kolesterol (Taylor,
1989).
§ Serum albumin < 3,4 gr/ dl perlu adanya pem lain. Bila lebih rendah 2,5 gr/ dl adanya
deplesi protein.
Keseimbangan Nilai Nitrogen
§ Guna : menentukan kadar pemecahan protein dalam tubuh.
§ Keadaan normal : tb mendapat protein dari makanan dan mengeluarkannya lewat urin,
keringat dan feses.
§ Protein Negatif : ketika katabolisme protein melebihi pemasukan melalui makanan yang
dikonsumsi setiap hari.
4|Pengkajian Nutrisi Pada Usia Remaja
Terjadi pada : stress berat, injuri – terus menerus : malnutrisi.
§ Protein positif : anabolisme, proses tumbang pada bayi, anak-anak dan remaja.
Terjadi pada : hamil, proses penyembuhan luka.
Hemoglobin dan Hemotokrit
§ Kurang Hb Ht : defisiensi bahan nutrisi, bila pasien malnutrisi berat.
§ Penurunan Hb Ht
- Defisiensi Zat Besi, Vit. B12, asam folat dan piridoksin.
- Kehilangan darah kronis, overdehidrasi.
§ Peningkatan Hb Ht
- Dehidrasi, anoksia kronik, polisitemia dan tumor.
§ Hb normal laki-laki 14-17 gram/ dl wanita 12-14 gram/ dl
§ Ht normal laki-laki 40-54 % dan wanita 37-47 %

2.3 Pengertian Gizi

Dalam kata sambutannya di dalam “Kamus Gizi”, Ketua Dewan Pakar PERSAGI
Prof. (Em) Soekirman, MPS(ID), Ph.D. menjelaskan, ”gizi” adalah terjemahan ”nutrition”
dalam bahasa Inggris. Selanjutnya beliau menegaskan, menggantikan kata ”gizi” menjadi
”nutrisi” merupakan bentuk pemakaian kata ”gizi” yang rancu (Sandjaja, dkk. 2010: ix).
Meskipun demikian, fakta di masyarakat, menunjukkan apa yang dinyatakan ”rancu”
itu telah secara luas berterima (acceptable); dengan demikian dapat dibenarkan
penggunaannya. Gizi atau nutrisi telah dimaknakan ke dalam dua pengertian. Pertama,
sebagai materi dalam hal ini zat gizi, dan yang kedua, sebagai sebuah proses. Sebagai materi,
gizi lebih identik dengan nutrient, sementara sebagai proses, lebih sesuai dengan nutrition
dalam bahasa Inggris.
Kata ”gizi” itu sebenarnya berasal dari bahasa Arab, “ghidza”, yang berarti makanan.
Dalam dialek Mesir, ghidza dilafalkan “ghizi”. Inilah yang kemudian dalam Bahasa
Indonesia diucapkan dan ditulis sebagai ”gizi”. Dalam perspektif ini, gizi lebih bermakna
materi, yang lebih sering disebut ”zat gizi”, bukan proses.
Istilah gizi dan ilmu gizi di Indonesia baru dikenal sekitar tahun 1952-1955 sebagai
terjemahan kata bahasa Inggris nutrition. Memang terdapat sebagian orang menerjemahkan
nutrition (bahasa Inggris) dengan mengejanya sebagai ”nutrisi” dalam Bahasa Indonesia.
Terjemah-an ini terdapat dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia Badudu-Zain tahun 1994.
Dalam perspektif ini gizi lebih dilihat sebagai proses, bukan materi.

5|Pengkajian Nutrisi Pada Usia Remaja


Supariasa, Bakri dan Fajar (2002) mendefinisikan, gizi (nutrition) adalah suatu proses
organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti,
absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-
organ, serta menghasilkan energi. Definisi atau keterangan yang sama, oleh Dwijayanthi
(2011) digunakan menjelaskan kata “nutrisi”.
Definisi WHO untuk ”ilmu gizi” semakin memperjelas pengertian gizi sebagai suatu
proses, sebab WHO mengartikan ilmu gizi sebagai ilmu yang mempelajari proses yang
terjadi pada organisme hidup. Proses tersebut mencakup pengambilan dan pengolahan zat
padat dan cair dari makanan yang diperlukan untuk memelihara kehidupan, pertumbuhan,
berfungsinya organ tubuh dan menghasilkan energi. Hal di atas memper-jelas bahwa gizi
adalah sebuah proses, dan dapat diidentikkan dengan nutrisi.

2.4 Pemenuhan Nutrisi Pada Usia Remaja


Remaja adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak
perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki. Menurut Undang-undang No.4 tahun 1979
mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan
belum menikah. Menurut WHO, remaja adalah bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun.
Pada masa remaja terjadi peningkatan pertumbuhan yang cepat disertai dengan perubahan-
perubahan hormonal, kognitif dan emosional.
Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan
seksual remaja dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Masa remaja awal umur 12-14 tahun (early adolescent)
– Peningkatan pertumbuhan yang cepat
– Kecepatan mencapai puncak
– Karakteristik sex sekunder mulai tampak
2. Masa remaja pertengahan umur 15-17 tahun (middle adolescent)
– Penurunan pertumbuhan pada anak wanita
– Tinggi mencapai 95% dari tinggi rata-rata remaja
– Karakteristik sex sekunder mengalami kemajuan yang baik
– Transisi yang dominan dari teman-teman sebaya, lebih tertarik pada pakaian,
penampilan dan tingkah laku
3. Masa remaja lanjut umur 18-20 tahun (late adolescent).

6|Pengkajian Nutrisi Pada Usia Remaja


– Fisik sudah dewasa
– Perkembangan struktur dan fungsi reproduksi hampir lengkap
– Transisi ke masa dewasa, mulai melakukan peran/tugas orang dewasa
Oleh karena pada masa ini merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab
diantaranya yaitu:
- Remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi karena peningkatan pertumbuhan dan
perkembangan
- Perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan remaja mempengaruhi asupan makanan
maupun kebutuhan gizinya
- Remaja yang memerlukan kebutuhan gizi khusus, yaitu remaja yang aktif dalam
kegiatan olahraga, menderita penyakit kronis, melakukan diet yang berlebih, sedang
hamil, dan lain-lain Gambar 1 berikut menguraikan faktor yang mempengaruhi
kebiasaan makan remaja (Roberts dan William, 2000).

System sosial ekonomi


politik
Ketersediaan makanan,
Produksi dan sistem
Faktor faktor eksternal Faktor faktor Internal
distribusi

Unit keluarga dan Kebutuhan dan

karakteristik keluarga karakteristik fisik

Kebiasaan orang tua Gambaran tubuh

Teman sebaya Konsep diri

Norma dan nilai2 sosial Kepercayaan dan nilai2

budaya pribadi

Media masa Kesukaan makan dan

Fast food arti makanan

Kesukaan makan Perkembangan

Pengetahuan gizi psikologis

Pengalaman pribadi Kesehatan

Gaya
hidup

7|Pengkajian Nutrisi Pada Usia Remaja


Perilaku
makan
individu
2.5. Kebutuhan Nutrisi Pada Usia Remaja

Tingginya kebutuhan energi dan nutrien pada remaja dikarenakan perubahan dan
pertambahan berbagai dimensi tubuh (berat badan, tinggi badan) , massa tubuh serta
komposisi tubuh sebagai berikut :
Tinggi badan

 Sekitar 15 – 20% tinggi badan dewasa dicapai pada masa remaja.


 Percepatan tumbuh anak lelaki terjadi lebih belakangan serta puncak ypercepatan
lebih tinggi dibanding anak perempuan. Pertumbuhan linear dapat melambat atau
terhambat bila kecukupan makanan / energi sangat kurang atau energy expenditure
meningkat misal pada atlet.

Berat badan

 Sekitar 25 – 50% final berat badan ideal dewasa dicapai pada masa remaja.
 Waktu pencapaian dan jumlah penambahan berat badan sangat dipengaruhi yasupan
makanan / energi dan energy expenditure.

Komposisi tubuh

 Pada masa pra-pubertas proporsi jaringan lemak dan otot maupun massa ytubuh tanpa
lemak (lean body mass) pada anak lelaki dan perempuan sama.
 Anak lelaki yang sedang tumbuh pesat, penambahan jaringan otot lebih ybanyak
daripada jaringan lemak secara proporsional, demikian pula massa tubuh tanpa lemak
dibanding anak perempuan.
 Jumlah jaringan lemak tubuh pada orang dewasa normal adalah 23% pada
yperempuan dan 15% pada lelaki.
 Sekitar 45% tambahan massa tulang terjadi pada masa remaja dan pada yakhir dekade
ke-dua kehidupan 90% massa tulang tercapai.
 Terjadi kegagalan penambahan massa tulang pada perempuan dengan ypubertas
terlambat sehingga kepadatan tulang lebih rendah pada masa dewasa. Nutrisi
merupakan salah satu faktor lingkungan yang turut menentukan awitan pubertas.
 Pemantauan pertumbuhan selama pubertas dapat menggunakan indeks TB/U, BB/TB
dan IMT/U (indeks massa tubuh menurut umur). Rumus IMT = BB/TB.

8|Pengkajian Nutrisi Pada Usia Remaja


Nutrisi pada masa remaja hendaknya dapat memenuhi beberapa hal di bawah ini:

1. Mengandung nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan


kognitif serta maturasi seksual.
2. Memberikan cukup cadangan bila sakit atau hamil.
3. Mencegah awitan penyakit terkait makanan seperti penyakit kardiovaskular, diabetes,
osteoporosis dan kanker.
4. Mendorong kebiasaan makan dan gaya hidup sehat.

Pada remaja yang sedang mengalami pertumbuhan fisik pesat serta perkembangan dan
maturasi seksual, pemenuhan kebutuhan nutrisi merupakan hal yang mutlak dan hakiki.
Defisiensi energi dan nutrien yang terjadi pada masa ini dapat berdampak negatif yang dapat
melanjut sampai dewasa. Kebutuhan nutrisi remaja dibahas berikut ini:

Energi Kebutuhan energi remaja dipengaruhi oleh aktivitas, metabolisme basal dan
peningkatan kebutuhan untuk menunjang percepatan tumbuh-kembang masa remaja.
Metabolisme basal (MB) sangat berhubungan erat dengan jumlah massa tubuh tanpa lemak
(lean body mass) sehingga MB pada lelaki lebih tinggi daripada perempuan yang komposisi
tubuhnya mengandung lemak lebih banyak. Karena usia saat terjadinya percepatan tumbuh
sangat bervariasi, maka perhitungan kebutuhan energi berdasarkan tinggi badan (TB) akan
lebih sesuai. Percepatan tumbuh pada remaja sangat rentan terhadap kekurangan energi dan
nutrien sehingga kekurangan energi dan nutrien kronik pada masa ini dapat berakibat
terjadinya keterlambatan pubertas dan atau hambatan pertumbuhan.

Protein Kebutuhan protein pada remaja ditentukan oleh jumlah protein untuk rumatan
masa tubuh tanpa lemak dan jumlah protein yang dibutuhkan untuk peningkatan massa tubuh
tanpa lemak selama percepatan tumbuh. Kebutuhan protein tertinggi pada saat puncak
percepatan tinggi terjadi (perempuan 11-14 tahun, lelaki 15-18 tahun) dan kekurangan
asupan protein secara konsisten pada masa ini dapat berakibat pertumbuhan linear berkurang,
keterlambatan maturasi seksual serta berkurangnya akumulasi massa tubuh tanpa lemak.
Karbohidrat Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan, selain juga
sebagai sumber serat makanan. Jumlah yang dianjurkan adalah 50% atau lebih dari energi
total serta tidak lebih dari 10-25% berasal dari karbohidrat sederhana seperti sukrosa atau
fruktosaDi Amerika Serikat, konsumsi minuman ringan (soft drinks) memasok lebih dari
12% kalori yang berasal dari karbohidrat dan konsumsinya meningkat 3 kali lipat pada dua

9|Pengkajian Nutrisi Pada Usia Remaja


dekade terakhir ini. Penelitian Josep di Jakarta (2010) pada remaja siswa SMP didapatkan
bahwa siswa yang mengonsumsi minuman bersoda 3-4 kali per minggu berisiko untuk terjadi
gizi lebih.

Lemak Tubuh manusia memerlukan lemak dan asam lemak esensial untuk pertumbuhan
dan perkembangan normal. Pedoman makanan di berbagai negara termasuk Indonesia (gizi
seimbang), menganjurkan konsumsi lemak tidak lebih dari 30% dari energi total dan tidak
lebih dari 10% berasal dari lemak jenuh.Sumber utama lemak dan lemak jenuh adalah susu,
daging (berlemak), keju, mentega / margarin, dan makanan seperti cake, donat, kue sejenis
dan es krim, dan lain-lain.
Mineral Kalsium (Ca). Kebutuhan kalsium pada masa remaja merupakan yang tertinggi
dalam kurun waktu kehidupan karena remaja mengalami pertumbuhan skeletal yang
dramatis. Sekitar 45% dari puncak pembentukan massa tulang berlangsung pada masa
remaja, sehingga kecukupan asupan kalsium menjadi sangat penting untuk kepadatan masa
tulang serta mencegah risiko fraktur dan osteoporosis. Pada usia 17 tahun, remaja telah
mencapai hampir 90% dari masa tulang dewasa, sehingga masa remaja merupakan peluang
(window of opportunity) untuk perkembangan optimal tulang dan kesehatan masa depan.
Angka kecukupan asupan kalsium yang dianjurkan untuk kelompok remaja adalah 1.300 mg
per hari. Susu merupakan sumber kalsium terbaik, disusul keju, es krim, yogurt. Kini banyak
makanan dan minuman yang difortifikasi dengan kalsium yang setara dengan kandungan
kalsium pada susu (300mg per saji). Terdapat pula kalsium dalam bentuk sediaan farmasi
(dalam bentuk karbonat, sitrat, laktat atau fosfat) dengan absorpsi sekitar 25-35%. Preparat
kalsium akan diabsorpsi lebih efisien bila dikonsumsi bersama makanan dengan dosis tidak
lebih dari 500 mg. Zat besi (Fe). Seperti halnya kalsium, kebutuhan zat besi pada remaja baik
perempuan maupun lelaki meningkat sejalan dengan cepatnya pertumbuhan dan
bertambahnya massa otot dan volume darah. Pada remaja perempuan kebutuhan lebih banyak
dengan adanya menstruasi. Kebutuhan pada remaja lelaki 10-12 mg/hari dan perempuan 15
mg/hari.
Vitamin Vitamin A. Selain penting untuk fungsi penglihatan, vitamin A juga diperlukan
untuk pertumbuhan, reproduksi dan fungsi imunologik. Kekurangan vitamin A awal ditandai
dengan adanya buta senja. Sumber vitamin A utama : serealia siap saji, susu, wortel,
margarin dan keju. Sumber β- karoten sebagai pro-vitamin A yang sering dikonsumsi remaja
berupa wortel, tomat, bayam dan sayuran hijau lain, ubi jalar merah dan susu.Vitamin E.
Vitamin E dikenal sebagai antioksidan yang penting pada remaja karena pesatnya

10 | P e n g k a j i a n N u t r i s i P a d a U s i a R e m a j a
pertumbuhan. Meningkatnya konsumsi makanan yang mengandung vitamin E merupakan
tantangan karena makanan sumber vitamin E umumnya mengandung lemak tinggi. Vitamin
C . Keterlibatannya dalam pembentukan kolagen dan jaringan ikat menyebabkan vitamin ini
menjadi penting pada masa percepatan pertumbuhan dan perkembangan. Status vitamin C
pada remaja perokok lebih rendah walaupun telah mengonsumsinya dalam jumlah cukup
dikarenakan stres oksidatif sehingga mereka memerlukan tambahan vitamin C hingga 35 mg
per hari. Folat. Folat berperan pada sintesis DNA, RNA dan protein sehingga kebutuhan folat
meningkat pada masa remaja. Kekurangan folat menyebabkan terjadinya anemia
megaloblastik dan kecukupan folat pada masa sebelum dan selama kehamilan dapat
mengurangi kejadian spina bifida pada bayi.
Lain-lainSerat (fiber). Serat makanan penting untuk menjaga fungsi normal usus dan
mungkin berperan dalam pencegahan penyakit kronik seperti kanker, penyakit jantung
koroner dan diabetes mellitus tipe-2. Asupan serat yang cukup juga diduga dapat
menurunkan kadar kolesterol darah, menjaga kadar gula darah dan mengurangi risiko
terjadinya obesitas. Kebutuhan serat per hari dapat dihitung dengan rumus : ( umur + 5 )
gram dengan batas atas sebesar ( umur + 10 ) gram.

2.6 Masalah Nutrisi Pada Usia Remaja

Masalah nutrisi utama pada remaja adalah defisiensi mikronutrien, khususnya anemia
defisiensi zat besi, serta masalah malnutrisi, baik gizi kurang dan perawakan pendek maupun
gizi lebih sampai obesitas dengan ko-morbiditasnya yang keduanya seringkali berkaitan
dengan perilaku makan salah dan gaya hidup.

Laporan hasil beberapa penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa kebanyakan


remaja kekurangan vitamin dan mineral dalam makanannya antara lain folat, vitamin A dan
E, Fe, Zn, Mg, kalsium dan serat. Hal ini lebih nyata pada perempuan dibanding lelaki, tetapi
sebaliknya tentang asupan makanan yang berlebih (lemak total, lemak jenuh, kolesterol,
garam dan gula) terjadi lebih banyak pada lelaki daripada perempuan.

Isu masalah nutrisi pada remaja

1. Defisiensi besi, anemia defisiensi besi dan defisiensi mikronutrien lain.


Anemia merupakan masalah nutrisi utama pada remaja dan umumnya pola makan

11 | P e n g k a j i a n N u t r i s i P a d a U s i a R e m a j a
salah sebagai penyebabnya di samping infeksi dan menstruasi. Prevalensi anemia
pada remaja cukup tinggi. Sukarjo dkk di Jawa Timur (2001) mendapatkan prevalensi
sebesar 25.8% pada remaja perempuan dan 12.1% pada remaja lelaki usia 12-15
tahun, sedangkan laporan Sunarno dan Untoro (2002) pada SKRT 1995 menunjukkan
angka 45.8% dan 57.1% masing-masing pada anak sekolah lelaki dan perempuan usia
10-14 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan defisiensi besi
dengan gangguan proses kognitif yang membaik setelah mendapat suplementasi zat
besi.
2. Gizi kurang dan perawakan pendek
Perawakan pendek pada remaja seringkali ditemukan pada populasi dengan kejadian
malnutrisi tinggi, prevalensi berkisar antara 27 - 65% pada 11 studi oleh ICRW
(International Centre for Research on Women). Gizi kurang kronik yang
mengakibatkan perawakan pendek merupakan penyebab terjadinya hambatan
pertumbuhan dan maturasi, memperbesar risiko obstetrik, dan berkurangnya kapasitas
kerja.
3. Obesitas
Obesitas pada masa remaja cenderung menetap hingga dewasa dan makin lama
obesitas berlangsung makin besar korelasinya dengan mortalitas dan morbiditas.
Obesitas sentral (rasio lingkar pinggang dengan panggul) terbukti berkorelasi terbalik
dengan profil lipid padal penelitian longitudinal Bogalusa. Obesitas juga
menimbulkan masalah besar kesehatan dan sosial, dan pengobatan tidak saja
memerlukan biaya tinggi tetapi seringkali juga tidak efektif. Karenanya pencegahan
obesitas menjadi sangat penting dan remaja merupakan target utama.
4. Perilaku dan pola makan remaja.
Pola makan remaja seringkali tidak menentu yang merupakan risiko terjadinya
masalah nutrisi. Bila tidak ada masalah ekonomi ataupun keterbatasan pangan, maka
faktor psiko-sosial merupakan penentu dalam memilih makanan. Gambaran khas
pada remaja yaitu : pencarian identitas, upaya untuk ketidaktergantungan dan
diterima lingkungannya, kepedulian akan penampilan, rentan terhadap masalah
komersial dan tekanan dari teman sekelompok (peer group) serta kurang peduli akan
masalah kesehatan, akan mendorong remaja kepada pola makan yang tidak menentu
tersebut. Kebiasaan makan yang sering terlihat pada remaja antara lain ngemil
(biasanya makanan padat kalori), melewatkan waktu makan terutama sarapan pagi,
waktu makan tidak teratur, sering makan fast foods, jarang mengonsumsi sayur dan
12 | P e n g k a j i a n N u t r i s i P a d a U s i a R e m a j a
buah ataupun produk peternakan (dairy foods) serta diet yang salah pada remaja
perempuan. Hal tersebut dapt mengakibatkan asupan makanan tidak sesuai kebutuhan
dan gizi seimbang dengan akibatnya terjadi gizi kurang atau malahan sebaliknya
asupan makanan berlebihan menjadi obesitas. Remaja perempuan cenderung pada
asupan makanan yang kurang, terlebih bila terjadi kehamilan.
Di negara berkembang, sering terjadi gangguan perilaku makan seperti anoreksia
nervosa dan bulimia terutama pada perempuan yang berkorelasi dengan body image
yang negatif. Karenanya penting membangun body image dan self esteem yang
positif pada remaja dalam upaya promosi kesehatan dan gizi serta pencegahan
obesitas.

2.7 Angka Kecukupan Gizi Pada Usia Remaja

Angka kecukupan gizi pada usia remaja adalah sebagai berikut:


Zat Gizi Laki-laki Perempuan
10-12 thn 13-15 thn 16-18 thn 10-12 thn 13-15 thn 16-18 thn
Energi (kkal) 2050 2400 2600 2050 2350 2200
Protein (gram) 50 60 65 50 57 55
Vitamin A (RE 600 600 600 600 600 600
Vitamin D (ug) 5 5 5 5 5 5
Vitamin E (mg) 11 15 15 11 15 15
Vitamin K (mg) 35 55 55 35 55 55
Tiamin (mg) 1,0 1,2 1,3 1,0 1,1 1,1
Riboflavin (mg) 1,0 1,2 1,3 1,0 1,0 1,0
Niasin (mg) 12 14 16 12 13 14
Asam folat (ug) 300 400 400 300 400 400
Piridoksin (mg) 1,3 1,3 1,3 1,2 1,2 1,2
Vitamin B12 (mg) 1,8 2,4 2,4 1,8 2,4 2,4
Vitamin C (mg) 50 75 90 50 65 75
Kalsium (mg) 1000 1000 1000 1000 1000 1000
Fosfor (mg) 1000 1000 1000 1000 1000 1000
Magnesium (mg) 170 220 270 180 230 240
Besi (mg) 13 19 15 20 26 26
Yodium (ug) 120 150 150 120 150 150
Seng (mg) 14,0 17,4 17,0 12,6 15,4 14
Selenium (ug) 20 30 30 20 30 30
Mangan (mg) 1,9 2,2 2,3 1,6 1,6 1,6
Flour (mg) 1,7 2,3 2,7 1,8 2,4 2,5

2.8 Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Pada Usia Remaja

Faktor yang mempengaruhi gizi pada remaja dan dewasa :

 Kemampuan keluarga untuk membeli makanan atau pengetahuan tentang zat gizi.

13 | P e n g k a j i a n N u t r i s i P a d a U s i a R e m a j a
 Pekerjaan.

Data terbaru dari kesehatan nasional dan survey pengujian ilmu gizi (NHNES)
menyatakan bahwa konsumsi energi wanita dari umur 11 sampai 51 tahun bervariasai, dari
kalori yang rendah (sekitar 1329) sampai kalori yang tinggi (1958 kalori).

Konsumsi makanan wanita perlu mempertimbangkan kadar lemak kurang dari 30 % dan
tinggi kalsium sekitar 800-1200 mg/ hari. Rata-rata RDA kebutuhan kalsium 1000 mg. selain
itu, wanita juga harus memperhatikan unsur sodium, cara pengolahan makanan dan para
wanita perlu membatasi makanan kaleng atau makanan dalam kotak.

14 | P e n g k a j i a n N u t r i s i P a d a U s i a R e m a j a
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengkajian Nutrisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam asuhan
keperawatan dirumah sakit. Pengkajian Nutrisi meliputi pengumpulan informasi tentang
status nutrisi dan untuk menentukan adanya masalah kebutuhan nutrisi. Komponen
pengkajian nutrisi terdiri dari pemeriksaan antropometrik, pemeriksaan biokimia,
pemeriksaan klinis, dan riwayat diet.

3.2 Saran
Sebagai seorang perawat harus dapat memberikan asuhan keperawatan nutrisi pada
remaja agar nutrisi pada usia remaja dapat terpenuhi dengan baik.

15 | P e n g k a j i a n N u t r i s i P a d a U s i a R e m a j a
Daftar Pustaka

1. Stang J, Story M (eds) Guidelines for Adolescent Nutrition Service (2005) diunduh
dari http://www.epi.umn.edu/let/pubs/adol_book.htm
2. Almatsier, S., Soetardjo, S., dan Soekatri, M., (2011). Gizi Seimbang Dalam Daur
Kehidupan. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
3. https://www.scribd.com/doc/247192100/Nutrisi-Pada-Remaja
4. http://sukaryat.blogspot.com/2013/04/pengkajian-nutrisi.html

16 | P e n g k a j i a n N u t r i s i P a d a U s i a R e m a j a

Anda mungkin juga menyukai