Tinjauan Pada Pasien Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK)
di RSUD ULIN Tahun 2017-2019
Disusun oleh:
dr. Ayudiah Puspita Mayasari
NIM. 1650911320001
Pembimbing:
dr. Haryati, Sp.P(K)
dr. Farida Heriyani, MPH
Tinjauan Pada Pasien Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK)
di RSUD ULIN Tahun 2017-2019
ii
KARYA AKHIR
Tinjauan Pada Pasien Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK)
di RSUD ULIN Tahun 2017-2019
Panitia Penguji
Mengesahkan :
Departemen/SMF Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas
Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
Kepala Departemen
iii
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA AKHIR
Tinjauan Pada Pasien Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK)
di RSUD ULIN Tahun 2017-2019
Peneliti:
Ayudiah Puspita Mayasari, dr
Pembimbing I
Pembimbing II
iv
LEMBAR PENGESAHAN KARYA AKHIR
Tinjauan Pada Pasien Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK)
di RSUD ULIN Tahun 2017-2019
Peneliti:
Ayudiah Puspita Mayasari, dr
v
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.
Dibuat di : Banjarmasin
Pada tanggal 13 Januari 2021
Yang membuat pernyataan
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT serta sholawat
dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, berkat karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelasaikan penelitian karya akhir dengan judul “Hubungan
Neutrophil Lympocyte Ratio, Platelet Lymphocyte Ratio dan
Carcinoembryonic Antigen dengan Lama Harapan Hidup. Tinjauan Pada
Pasien Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK) di RSUD ULIN
Tahun 2017-2019” sebagai salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan dokter
spesialis di bidang Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi.
Kami menyadari bahwa karya akhir ini tentunya tidak lepas dari
kekurangan, baik kualitas maupun kuantitas yang disajikan. Untuk itu kami
mohon kritik dan saran guna memberikan hasil dan manfaat yang lebih baik.
Pada akhirnya kami berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi
dunia ilmu pengetahuan khususnya ilmu penyakit paru.
Penulis
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
viii
memberi bimbingan selama pendidikan ini serta banyak memberikan dukungan
moril sepanjang menempuh pendidikan.
6. Farida Heriyani, dr., M.PH, pembimbing statistik yang telah sabar
membimbing saya dalam menyelesaikan karya akhir ini.
7. Suami tercinta, dr Ronaldo August Rambulangi Sp.OG, M.Kes, terima kasih
atas segala pengertian sepanjang sekolah bersedia bersabar dengan segala
keadaan dan tetap mendukung dengan cinta kasih sayang dalam situasi apapun.
Anak tercinta Lionel Nashir Ananda Aufar yang selalu sabar dan selalu
memberikan cinta, kasih sayang, walapun selama sekolah sering ditinggalkan
dirumah, semoga kamu bertumbuh dan berkembang menjadi anak soleh, sehat
dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
8. Keluarga tercinta, ayah Dr. Nasir Leha (alm), mama Nurkiah yang telah
mengorbankan waktu dan tenaga ikut membantu mengurus cucu bila
dibutuhkan. Serta banyak nasehat beliau yang membuat semangat. Kak Erwin
Affandy, Isna, Irfan Affandy,dr Nurfashanti, Indrajaya, drg Rizky Ridayana,
Miswar Wahyudi, Uci, Ria, Dian Pramana Putra dan adik Kadri Rafsanjani
serta seluruh keluarga besar lainnya yang tak dapat saya ucapkan satu persatu.
Terimakasih atas dukungan dan doa yang tak pernah putus demi keberhasilan
kami dalam menyelesaikan pendidikan dokter spesialis ini.
9. Ayah dan ibu mertua, Prof.dr.Jhon Rambulangi, Sp.OG(K)-FER dan Ibu
Dorkas Sakkung yang selalu memberikan doa restu dan dukungan kepada kami
selama menempuh pendidikan dokter spesialis ini. Kakak ipar Dr.dr
Samrichard Rambulangi Sp.OG(K)-FER dan kak Yudith, serta seluruh
keponakan yang tidak dapat saya sebut satu persatu.
10. Sahabat-sahabat saya drg Mala, Mutia, dr Fitri Sp.PK, dr Chelvi Sp.PK, dr
Efelina Sutanto Sp.PK, dr Sitti Rahmah Sp.PD, dr Alwi Sp.B, dr Rachmat
Sp.An, dr Indra Sp.An, dr Naya, dr Lulu Sp.KK,dr Watri Sp.Rad, dr Iriani, dr
Steven Sp.PK, dr Devi Sp.P dan segenap sahabat saya lainnya yang walaupun
berjauhan selalu dekat dihati dan tetap menjalin komunikasi
11. Teman PPDS Riska, Dana, Bagus, Nor, Aina, Zubai, Widya, Holly, Yulia,
Ema, Aya, Ajib, Taufik, Febri, Regi, Adrian dan Tina. Terimakasih atas
ix
kebersamaan selama menjalani PPDS, telah menjadi sahabat dan keluarga
baru.
12. Segenap perawat dahlia, mawar, UGD dan staf administrasi di lingkungan
Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK ULM,
terimakasih atas bantuan dan kerjasama selama kami menempuh pendidikan
dokter spesialis.
13. Perawat Poli Paru dan poli TB RSUD Ulin , terima kasih atas bantuan dan
kerjasamanya dalam penelitian karya akhir ini.
14. Teman-teman sejawat PPDS yang tergabung dalam keluarga besar Paguyuban
PPDS Paru ULM, terimakasih atas kebersamaannya selama ini, semoga
silaturahmi di antara kita tetap terjalin.
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh kami, yang telah
membantu selama pendidikan dan penyusunan karya akhir ini.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati, semoga karya akhir ini
memberikan manfaat bagi penulis dan bagi dunia pendidikan khususnya bidang
Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi.
Penulis
x
ABSTRAK
Hubungan NLR, PLR dan CEA dengan Lama Harapan Hidup Pasien Kanker
Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK)
di Rsud Ulin Tahun 2017-2019
Tinjauan Pada Pasien Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK)
di RSUD ULIN Tahun 2017-2019
Latar belakang: Kanker paru merupakan salah satu penyebab utama kematian
akibat kanker di dunia dan merupakan kanker kedua terbanyak yang dialami oleh
pria dan wanita. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara
nilai NLR, PLR dan CEA dengan lama harapan hidup pasien KPKBSK
Kesimpulan: Paien KPKBSK mengalami peningkatan nilai PLR, NLR dan CEA
yang menggambarkan prognosis yang buruk, namun perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut terkait hubungan nilai PLR, NLR dan CEA terhadap lama harapan
hidup pasien.
xi
Kata Kunci: PLR, NLR, CEA, KPKBSK, Lama harapan hidup
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. iii
LEMBAR KEASLIAN PENULISAN............................................................ vi
KATA PENGANTAR...................................................................................... vii
UCAPAN TERIMAKASIH............................................................................. viii
ABSTRAK......................................................................................................... xi
DAFTAR ISI..................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xv
DAFTAR SINGKATAN................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 4
1.3Tujuan Penelitian.............................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kanker Paru..................................................................................... 6
2.1.1 Definisi……………................................................................ 6
2.1.2 Klasifikasi……………........................................................... 6
2.1.3 Epidemiologi........................................................................... 7
2.1.4 Etiologi.................................................................................... 8
2.1.5 Patogenesis……...................................................................... 9
2.1.6 Gejala Klinis…….................................................................... 11
12
2.1.7 Stadium Kanker.......................................................................
14
2.1.8 Diagnosis…….........................................................................
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prognosis dan Harapan Hidup
16
Pasien Kanker Paru...........................................................................
16
2.2.1 NLR pada Kanker Paru…........................................................
19
2.2.2 PLR pada Kanker Paru….........................................................
21
2.2.3 CEA pada Kanker Paru…........................................................
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konseptual....................................................................... 24
3.2 Hipotesis…………………….......................................................... 26
xii
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian ............................................................................... 27
4.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel….................... 27
4.2.1 Populasi Penelitian….............................................................. 27
4.2.2 Sampel Penelitian.................................................................... 27
4.2.3 Teknik Pengambilan Sampel………....................................... 28
4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................. 28
4.2.1 Variabel Penelitian…............................................................... 28
4.2.2 Definisi Operasional................................................................. 28
4.4 Instrumen Penelitian…..................................................................... 29
4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ……................................................... 29
4.6 Alur Penelitian.................................................................................. 30
4.7 Prosedur Pengumpulan Data............................................................ 30
4.8 Analisa Data………………............................................................. 31
4.8 Etika Penelitian……………............................................................. 31
BAB 5 HASILPENELITIAN
5.1 Karakteristik Sampel Penelitian……………………………………. 33
5.2 Uji Korelasi PLR, NLR dan CEA terhadap Lama Harapan Hidup.... 35
5.3 Koordinat Kurva Spesifisitas dan Sensitivitas cut off point hasil Uji
Diagnostik PLR, NLR dan CEA terhadap Lama Harapan Hidup….. 36
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Sampel Penelitian……………………………………. 40
6.2 Nilai PLR,NLR dan CEA Pasien KPKBSK……………………....... 41
6.3 Lama Harapan Hidup Pasien KPKBSK……………………………. 45
6.4 Hubungan Nilai PLR, NLR dan CEA terhadap Lama
Harapan Hidup ……………………................................................... 46
6.5 Nilai cut off point hasil uji diagnostik PLR, NLR dan CEA terhadap
Lama Harapan Hidup……………………………………………….. 49
BAB 7 PENUTUP
7.1 Kesimpulan……………………………………………………….…. 53
7.2 Saran………………………………………………………………… 54
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
LAMPIRAN….....................................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xv
DAFTAR SINGKATAN
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
kanker di dunia dan merupakan kanker kedua terbanyak yang dialami oleh pria
dan wanita. Angka kejadian kanker paru di dunia diperkirakan 14% dari
keseluruhan penderita kanker. Pada tahun 2016, insiden kanker paru di Amerika
mencapai sekitar 224.390 kasus (117.920 pada pria dan 106.470 pada wanita)
Berdasarkan data dari The Global Cancer Observatory 2018, kanker paru
pertama yang diderita oleh pria.3 Lama harapan hidup lima tahun pasien kanker
paru di Indonesia sebesar 12%. Penelitian oleh Jusuf A, dkk melaporkan bahwa
hanya 15% dari seluruh kasus kanker paru yang didiagnosis pada tahap awal.
Sedangkan sekitar 2/3 pasien kanker paru sudah dalam kondisi metastasis pada
saat pertama kali didiagnosis. Kanker paru yang telah bermetastase memiliki lama
harapan hidup lima tahun hanya sebesar 4%. Lebih dari setengah penderita kanker
Terdapat 2 jenis utama kanker paru yakni kanker paru karsinoma bukan
sel kecil (KPKBSK) dan kanker paru karsinoma sel kecil (KPKSK). Insiden
kejadian kedua jenis kanker tersebut terdiri atas 80 % jenis KPKBSK dan 20%
1
2
merupakan jenis kanker paru yang paling banyak ditemukan yaitu sebesar 49%
RSUD Ulin Banjarmasin pada tahun 2006-2011 juga menyebutkan bahwa kanker
(61,96%) dengan stadium terbanyak yaitu IVA (56,72%) dan IVB (17,91%). 1,3,4
gambaran keseimbangan netrofil dan limfosit. Semakin tinggi nilai NLR maka
respons anti tumor yang dimediasi oleh limfosit T, dan pelepasan sitokin inflamasi
oleh netrofil yang dapat menstimulasi lingkungan mikro tumor dan mendorong
terjadinya metastasis.5
sebelum terapi <3 memiliki lama harapan hidup lebih panjang dibandingkan
pasien KPKBSK dengan nilai NLR sebelum terapi ≥ 3.6 Beberapa penelitian lain
Growth Factor (TGF)-, dan Platelet Derived Growth Factor (PDGF) oleh
nilai PLR dengan lama harapan hidup dimana pasien KPKBSK dengan nilai PLR
yang tinggi memiliki lama harapan hidup yang lebih rendah dibandingkan pasien
sel kasinoembrionik dan merupakan salah satu penanda tumor yang paling awal
jaringan adenokarsinoma paru tahap lanjut dan penurunan angka harapan hidup 5
tahun. Penelitian lain oleh Okada, et al melaporkan bahwa dari 1000 pasien
dengan CEA yang meningkat memiliki angka harapan hidup 5 tahun yang lebih
nilai NLR, PLR dan CEA dengan lama harapan hidup pasien KPKBSK. Namun,
penelitian tentang hal tersebut memiliki nilai yang bervariasi dan penelitian
tersebut juga belum banyak di temukan di Indonesia. Oleh karena itu, peneliti
bermaksud menganalisis hubungan antara nilai NLR, PLR dan CEA dengan
lama harapan hidup pasien KPKBSK agar selanjutnya penelitian ini dapat
Apakah terdapat hubungan antara NLR, PLR dan CEA dengan lama harapan
Mengetahui hubungan antara nilai NLR, PLR dan CEA dengan lama
KPKBSK.
KPKBSK.
KPKBSK.
6. Mengetahui nilai cut off point nilai PLR,NLR dan CEA pada pasien
pemeriksaan NLR, PLR dan CEA yang tidak invasif dan murah.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Kanker paru adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau
sel kanker apabila oleh berbagai sebab terjadi ketidakseimbangan antara fungsi
onkogen dengan gen tumor supresor dalam proses tumbuh dan kembangnya
2.1.2 Klasifikasi
Lebih dari 90% kanker paru primer timbul pada jaringan epitel bronchial.
6
7
obstruksi dan pneumonia, pasien mengeluh nyeri dada, batuk, dispnea, dan
metastasis ke otak, letak lain termasuk adrenal, hati, tulang dan ginjal. Tipe
predominan pada yang bukan perokok dan sering pada wanita. Sedangkan
2.1.3 Epidemiologi
setelah kanker payudara dan kanker serviks. Kanker paru terbanyak ditemukan
dari kanker paru dari tahun 2010 hingga 2013 selalu meningkat. Pada tahun
2010 dilaporkan 117 kasus dengan 38 kematian, tahun 2011 dilaporkan 163 kasus
dengan 39 kematian, tahun 2012 dilaporkan 165 kasus dengan 62 kematian, dan
pada tahun 2013 dilaporkan 173 kasus dengan 65 jumlah kematian. Tingkat
harapan hidup lima tahun (five-year survival rate) kanker paru 17,8% lebih rendah
dari jenis kanker lainnya, seperti usus (65,4%), payudara (90,5%) dan prostat
(99,6%). 3
jenis kanker paru yang paling banyak ditemukan yaitu sebesar 49% dengan
Ulin Banjarmasin pada tahun 2006-2011 terhadap 134 pasien yang didiagnosis
kanker paru primer melaporkan sebagian besar penderita kanker paru primer adalah
laki-laki (76,12%) dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan 3:1. Umur
rata-rata adalah 57 tahun dengan umur terbanyak pada dekade kelima (29,85%). Gejala
klinis yang paling sering dikeluhkan adalah sesak nafas (53,73%). Jenis histologi
kanker paru primer yang terbanyak adalah adenokarsinoma (61,96%).15 Sebagian besar
pasien berada pada stadium akhir yaitu stadium IVA dan IVB (56,72% dan 17,91%).4
2.1.4 Etiologi
1. Faktor Genetik
memicu terjadinya kanker paru. Kebanyakan dari mutasi yang paling umum
diteliti pada kanker paru melibatkan jalur signaling dalam sel tersebut.
Penderita kanker paru sebagian merupakan pasien lanjut usia, hal ini
replikasi sel berulang, dan makin tua seseorang maka peluang kerusakan
hubungan dosis respons langsung antara jumlah rokok yang dihisap dengan
risiko kanker paru. Asap tembakau mengandung sekitar 4000 zat kimia, dan
bebas per gram dan 1017 radikal bebas per gram. Pada beberapa penelitian,
3. Faktor Lingkungan
dengan kejadian kanker paru. Industri dan pekerjaan lainnya seperti logam,
aspal, pembuatan kapal dan konstruksi juga turut berkaitan dengan risiko
kanker paru.16
2.1.5 Patogenesis
Seperti penyakit kanker lainnya, kanker paru dimulai oleh aktivasi onkogen
dan inaktivasi gen supresor tumor. Onkogen merupakan suatu gen yang diyakini
menjadi onkogen apabila terpapar karsinogen spesifik. Mutasi yang terjadi pada
3p, 5q, 13q dan 17p paling sering menyebabkan KPKBSK. Gen p53 tumor
supresor berada di kromosom 17p yang didapatkan 60-75% dari kasus. Gen gen
lainnya yang sering bermutasi dan berkembang ialah c-Met, NKX2-1, LKB1,
Sel kanker akan memicu respons imun dari tubuh yang dikenal dengan
konsep “cancer-immunity cycle”. Siklus ini terdiri dari 7 tahap dalam upaya
pertahanan tubuh terhadap sel kanker. Tahap 1, sel kanker yang mengalami
apoptosis akan melepaskan antigen. Tahap 2, antigen ini ditangkap oleh antigen
presenting cell (APC) seperti sel dendritic. Tahap 3, APC akan mempresentasikan
antigen sel kanker ke limfosit T naïve dengan reseptor yang sesuai di kelenjar
limfe yang akan memicu aktivasi, maturasi dan ekspasi dari klonal limfosit T
tersebut. Tahap 4, limfosit T yang telah teraktivasi tersebut akan bermigrasi ke sel
mengenali sel kanker. Tahap 7, limfosit T merusak sel kanker tersebut dan memicu
pelepasan antigen sel kanker yang akan dipresentasikan kembali oleh APC pada
Gambar 2.2 Mekanisme sel kanker menghindari surveilans sistem imun tubuh19
Sel kanker paru dapat menghindari surveilans sistem imun tubuh melalui
Complex (MHC) kelas 1 yang penting dalam pengenalan sel limfosit T sitotoksik,
hilangnya nafsu makan, kelelahan) tidak spesifik. Pada kebanyakan kasus, kanker
telah menyebar dari lokasi awalnya saat timbul gejala dan datang ke dokter. Lokasi
Secara umum pasien kanker paru kehilangan berat badan, nyeri tulang, sakit
kepala, kelelahan dan anoreksia. Bila kanker tumbuh di sekitar saluran napas,
keadaan ini dapat menghambat aliran udara, menyebabkan sesak napas. Hambatan
fatal. Sesak nafas terjadi pada sekitar 65% pasien, penyebab sesak napas pada
kanker paru termasuk efusi pleura, pneumonia, dan komplikasi dari kemoterapi
atau terapi radiasi, seperti pneumonitis. Nyeri dinding dada terjadi pada sekitar
50%. Nyeri dada dapat terjadi karena penyebaran langsung dari tumor ke
permukaan pleura.20
2.1.8 Diagnosis
Gambaran klinik penyakit kanker paru tidak banyak berbeda dari penyakit paru
lainnya, terdiri dari keluhan subyektif dan gejala obyektif. Dari anamnesis akan
didapat keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktor–faktor lain yang
sering sangat membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama dapat berupa: Batuk-
batuk dengan / tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen), batuk darah, sesak
napas, suara serak, sakit dada, sulit / sakit menelan, benjolan di pangkal leher,
sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri
yang hebat.3
keluhan subyektif dan obyektif yang dapat dinilai oleh dokter. Ada beberapa skala
international untuk menilai tampilan ini, antara lain berdasarkan Karnofsky Scale
yang banyak dipakai di Indonesia, tetapi juga dapat dipakai skala tampilan WHO.
Tampilan inilah yang sering jadi penentu dapat tidaknya kemoterapi diberikan.3
Tumor marker yang paling sering digunakan pada kanker paru adalah
fragments (CYFRA 21-1), squamous cell carcinoma antigen (SCC), dan cancer
CYFRA 21-1 amat banyak ditemukan pada kanker paru. CYFRA 21-1 merupakan
tumor marker yang paling sensitif untuk kanker paru yaitu pada KPKBSK juga
yang mutlak dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor primer dan metastasis,
Bahan pemeriksaan dapat diambil dengan berbagai cara yaitu bronkoskopi, biopsi
Biopsy (TBLB), Transthoraxic Biopsy (TTB), biopsi jarum halus dapat dilakukan
bila terdapat pembesaran kelenjar getah bening (KGB) atau teraba masa yang
dapat terlihat superfisial, punksi dan biopsi pleura harus dilakukan jika ada efusi
pasien dengan kanker paru telah dilaporkan dan diteliti. Pada pasien KPKBSK
beberapa faktor yang dilaporkan yaitu usia > 60 tahun, FEV1, stadium saat
Ketiga parameter ini telah banyak diteliti terkait dengan prognosis dan harapan
hidup pasien kanker paru. Semakin meningkat angka NLR, PLR, dan CEA,
semakin buruk prognosis pasien dan dikaitkan dengan angka harapan hidup yang
prognosis berbagai jenis kanker termasuk kanker paru. Akan tetapi, mekanisme
yang menjelaskan angka harapan hidup yang rendah pada pasien kanker dengan
Gambar 2.3 Faktor soluble yang meningkatkan rekrutmen netrofil pada tumor27
yang menekan aktivitas imun dari limfosit dan natural killer dengan rangsangan
dari Transforming Growth Factor - β (TGF- β) yang diproduksi oleh sel kanker.
pertumbuhan tumor, merangsang angiogenesis dan membantu sifat invasif dari sel
lain terjadinya limfopenia pada pasien kanker dengan metastasis yaitu destruksi
death ligand-1 / PDL-1) dan meningkatkan limfosit Treg yang akan menekan
Peranan limfosit pada kanker paru telah dilaporkan dari berbagai studi.
Peningkatan infiltrasi limfosit pada sel tumor dikaitkan dengan respons yang lebih
baik terhadap terapi sitotoksik dan prognosis pasien yang lebih baik. Limfosit
memiliki peranan penting pada regulasi sistem imun yang penting dalam destruksi
dengan luaran klinis yang lebih baik pada pasien kanker. NLR memberikan
gambaran adanya TIL sehingga dapat memprediksi efek terapi kanker paru.30,31
data pasien kanker paru periode tahun januari 2006 – januari 2014. Ozyurek
dibandingkan lama harapan hidup pasien KPKSK (20,24 bulan vs 12,95 bulan,
p<0,0001). Ozyurek juga melaporkan lama harapan hidup pada pasien KPKBSK
dengan nilai NLR sebelum terapi < 3 lebih panjang dibandingkan pasien
KPKBSK dengan nilai NLR sebelum terapi ≥ 3 (median 34,76 bulan vs 19,12
bulan, p=0,002).6
sampel berjumlah 4.298 melaporkan NLR pretreatment yang tinggi (NLR > 3,11)
dikaitkan dengan progression free survival (PFS) yang lebih rendah dibandingkan
NLR pretreatment rendah (HR: 1,62, 95% CI: 1,43-1,84) dan NLR pretreatment
yang tinggi (NLR > 4,03) dikatkan dengan overall survival (OS) yang lebih rendah
(HR: 1,63, 95% CI: 1,43-1,84). Analisis subgroup berdasarkan terapi juga
melaporkan hal yang sejalan. Pasien dengan NLR pretreatment tinggi secara
bermakna dikaitkan dengan lama harapan hidup yang lebih pendek pada pasien
dengan kemoterapi (PFS HR: 1,74, 95% CI: 1,39-2,17); OS HR: 1,73, 95% CI:
1,26-2,36), imunoterapi (PFS HR: 1,53, 95% CI: 1,27-1,84); OS HR: 2,50, 95%
CI: 1,60-3,89), dan targeted therapy (PFS HR: 1,53, 95% CI: 1,04-2,25); OS HR:
perifer. Beberapa studi telah dilakukan untuk menilai kemaknaan PLR terhadap
prognosis pasien kanker paru dengan hasil yang inkonsisten. Studi meta-analisis
oleh Nan Ding, pada 1388 pasien kanker paru melaporkan peningkatan PLR (PLR
> 170,5) memiliki korelasi negatif terhadap OS (HR: 1,33 95% CI: 1,10-1,62,
p<0,001) dan PFS (HR: 1,43, 95% CI: 1,14-1,78) pasien kanker paru pada
reseptor pada sel kanker atau indirek dengan peningkatan trombin pada lingkungan
Factor (TGF) -, dan Platelet Derived Growth Factor (PDGF) dapat memicu
Pada tumor paru, VEGF memiliki peranan penting dalam menjamin suplai
vaskuler pada sel tumor. VEGF merupakan salah satu mediator utama
angiogenesis yang sangat penting untuk pertumbuhan sel tumor. Reseptor VEGF
berikatan dengan VEGFR2 yang utamanya diekspresikan pada sel endothelial. 34,35
TGF- memiliki peranan yang sangat besar pada lingkungan mikro tumor paru
fibroblast, remodeling matriks dan evasi dari sistem imun. 35,36 PDGF memiliki
peranan penting dalam maturasi pembuluh darah. Ikatan PDGF dengan reseptor
Overekspresi reseptor PDGF dikaitkan dengan prognosis kanker paru yang lebih
Gambar 2.6 Molecular pathway yang mendasari angiogenesis pada sel tumor38
jaringan dan dapat ditemukan pada orang sehat dengan titer yang rendah.
Overekspresi CEA pada kanker paru dilaporkan pada beberapa jenis sel
Gambar 2.7 Ekspresi CEA pada berbagai jenis sel kanker paru39
yang mungkin diakibatkan peningkatan adhesi sel-sel tumor dan pembuluh darah.
rekurensi dan harapan hidup pada pasien dengan KPKBSK. Pemeriksaan CEA
pasien kanker paru. Studi oleh Arrieta, et al tahun 2013 melaporkan penurunan
CEA ≥ 14% dari pemeriksaan CEA awal setelah 2 kali siklus terapi KPKBSK
yang menjalani operasi reseksi tumor. Okada melaporkan angka harapan hidup 5
tahun yang lebih rendah pada pasien dengan CEA > 5 dibandingkan pasien
stadium 1 yang menjalani operasi reseksi tumor melaporkan pasien dengan CEA
normal sebelum dan setelah pembedahan memiliki overall survival 5 tahun 95,5%
menunjukkan tumor dengan diameter lebih 30 mm, adanya invasi pleura dan
Salah satu aspek penting peranan CEA sebagai penanda prognosis kanker
paru yaitu ekspresi CEA pada jaringan paru meningkat pada perokok berat. Okada
penggunaan CEA sebagai penanda prognostik kanker paru pada pasien perokok
NLR PLR
- Usia
- FEV1
- Stadium
LAMA HARAPAN HIDUP - Penurunan
Berat badan
-Terapi
Gambar 3.1 Kerangka konseptual hubungan nilai NLR, PLR dan CEA dengan
lama harapan hidup pasien KPKBSK
Keterangan :
-------- : variabel yang tidak diteliti
_____ : variabel yang diteliti
24
25
PDL-1 yang meningkatkan Treg dan menekan produksi dari limfosit T sitotoksik
menyebabkan rasio NLR meningkat dan dikaitkan dengan lama harapan hidup
pada organ paru. Pada kanker paru CEA mengalami overekspresi sehingga
Lama harapan hidup pasien KPKBSK juga dipengaruhi oleh beberapa faktor
lain yaitu usia, FEV1, stadium, dan penurunan berat badan. Faktor-faktor ini
1. Terdapat hubungan antara nilai NLR dengan lama harapan hidup pasien
KPKBSK.
2. Terdapat hubungan antara nilai PLR dengan lama harapan hidup pasien
KPKBSK.
4. Nilai Cut off point PLR, NLR dan CEA pada pasien KPKBSK di RSUD
METODE PENELITIAN
yang telah meninggal dan pernah dirawat di RSUD Ulin (rawat inap & rawat
jalan).
maupun pernah dirawat di RSUD Ulin Banjarmasin selama periode tahun 2017-
Kriteria Inklusi:
anatomi
27
28
Kriteria Eksklusi:
rekam medik semua penderita KPKBSK periode Januari 2017 – Desember 2019.
dalam ng/mL.
NLR:
2. Alat tulis
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Sampel penelitian
Data
Analisis data
Gambar 4.1 Alur penelitian hubungan nilai NLR, PLR dan CEA dengan lama
harapan hidup pasien KPKBSK
1. Menyusun proposal
3. Mengambil data rekam medik pasien rawat jalan dan rawat inap yang telah
4. Mengambil data lama harapan hidup mulai dari saat pasien terdiagnosa
pasien.
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi, tabel dan grafik kemudian
data yang terkumpul dikelompokkan sesuai tujuan dan jenis data, kemudian
deviasi dilanjutkan dengan data dilakukan uji normalitas. Jika terdistribusi normal
maka dilanjutkan dengan uji T test, sedangkan jika tidak terdistribusi normal
maka memakai uji Mann whitney untuk menganalisis hubungan antara nilai NLR,
PLR dan CEA dengan lama harapan hidup pasien KPKBSK. Selanjutnya,
dilakukan penentuan nilai Cut off point nilai NLR, PLR dan CEA terhadap lama
harapan hidup pasien KPKBSK menggunakan kurva ROC dan uji Kappa.
pemeriksaan darah rutin (PLR dan NLR) serta CEA pasien KPKBSK sesuai
dengan periode yang telah ditentukan. Dibuat surat permohonan uji kelayakan
etik kemudian penelitian akan dimulai setelah lulus kaji etik dari komite etik
HASIL PENELITIAN
Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK) secara histopatologi anatomi atau
sitologi patologi anatomi yang telah meninggal maupun pernah dirawat di RSUD
Tabel 5.1 Karakteristik pasien KPKBSK berdasarkan nilai sebaran mean, standar
deviasi, median, minimum dan maksimum
Karakteristik Responden Mean + SD Median Min Max
Usia (tahun) 56,72 + 7,77 57 41 74
BB (kg) 48,66 + 8,22 50 35 74
TB (cm) 159,58 + 5,72 160 150 172
IMT (kg/m ) 2
19,01 + 3,23 18,85 14,60 24,60
Lama Harapan Hidup (bulan) 6,00 + 7,24 3,00 1 42
PLR 310,08 + 182,37 252,85 50,48 906,90
NLR 8,94 + 9,12 6,12 1,01 59,41
CEA (ng/mL) 208,06 + 366,30 50,11 1,41 1500
memiliki rata-rata usia 56,72 tahun, rata-rata berat badan 48,66 kg dan rata-rata
tinggi badan 159,58 cm dengan rata-rata IMT normal yaitu 19,01 kg/m2. Rata-rata
lama harapan hidup yaitu 6 bulan dengan rata-rata nilai PLR 310,08; rata-rata
33
34
lama harapan hidup yaitu 6 bulan yang diperoleh dari hasil rata-rata lama harapan
pada kelompok yang memiliki lama harapan hidup <6 bulan dengan karakteristik
mayoritas usia usia <65 tahun (65,9%), berjenis kelamin laki-laki (60.5%),
(72,4%), IMT <18,5 kg/m2 (66,7%), perokok (62,1%) dan tidak terpapar faktor
5.2. Uji korelasi PLR, NLR dan CEA pasien KPKBSK dengan lama
harapan hidup
mengetahui distribusi sebaran data pada variable PLR, NLR dan CEA yang
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa hasil uji normalitas Shapiro Wilk diperoleh
nilai p<0,05 sehingga diketahui bahwa variabel PLR, NLR, CEA dan lama
harapan hidup memiliki sebaran data yang berdistribusi tidak normal. Oleh karena
itu, uji lanjutan yang digunakan adalah Uji Mann Whitney (Tabel 5.4) .
Tabel 5.4 Uji korelasi PLR, NLR dan CEA pasien KPKBSK dengan
lama harapan hidup
Lama harapan hidup Lama harapan hidup
Karakteristik <6 bulan >6 bulan
Nilai p
Responden (n=33) (n=17)
Mean SD Mean SD
PLR 336,93 196,05 257,96 143,59 0,084
NLR 10,96 10,55 5,03 2,81 0,010
CEA (ng/mL) 267,26 422,46 93,14 180,86 0,011
*Uji Mann Whitney
Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa pasien yang memiliki lama harapan
hidup <6 bulan dengan rata-rata nilai PLR 336,93; rata-rata nilai NLR 10,96 dan
rata-rata nilai CEA 267,26 ng/mL. Sedangkan, pasien yang memiliki lama
harapan hidup >6 bulan dengan rata-rata nilai PLR 257,96; rata-rata NLR 5,03 dan
Nilai PLR, NLR dan CEA pada pasien KPKBSK didapatkan lebih tinggi
pada pasien yang memiliki lama harapan hidup <6 bulan dibanding pasien yang
memiliki lama harapan hidup > 6 bulan. Hasil uji statistik Mann Whitney
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada nilai PLR antara pasien
yang memiliki lama harapan hidup <6 bulan dengan pasien yang memiliki lama
harapan hidup >6 bulan (p value > 0.05). Namun, terdapat perbedaan bermakna
pada nilai NLR dan CEA antara pasien yang memiliki lama harapan hidup <6
bulan dengan pasien yang memiliki lama harapan hidup >6 bulan (p value < 0,05).
5.3 Koordinat kurva spesifisitas dan sensitivitas cut off point hasil uji
diagnostik PLR, NLR dan CEA terhadap lamaharapan hidup
Untuk menentukkan nilai cut off point dari variable PLR, digunakan
koordinat kurva ROC spesifisitas dan sensitivitas yang ditunjukkan Gambar 5.1.
Gambar 5.1 ROC Curve Sensitivitas dan Spesifisitas Hasil Uji Diagnostik PLR
Berdasaran hasil analisa kurva ROC untuk variable nilai PLR pasien
KPKBSK pada penelitian ini diketahui bahwa area under curve (AUC) yaitu
sebesar 0,651 dengan nilai cut off point, sensitivitas dan spesifisitas seperti yang
tersaji pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5 Koordinat kurva spesifisitas dan sensitivitas cut off point hasil uji
diagnostik PLR terhadap lama harapan hidup
Positif Sensitivitas Spesifitas (%) Area Under Nilai p
Jika Lebih (%) The Curve CI (LB-UB)
197,50 81,8 58,8 0,651 0,084
202,50 78,8 58,8 (0,491-0,810)
211,40 78,8 52,9
Tabel 5.5 menunjukkan hasil uji diagnostik nilai PLR terhadap lama
harapan hidup pasien dan didapatkan nilai diagnostik positif jika hasil >197,50
Untuk menentukkan nilai cut off point dari variable NLR, maka digunakan
koordinat kurva ROC spesifisitas dan sensitivitas yang ditunjukkan pada Gambar
5.2.
Gambar 5.2 ROC Curve Sensitivitas dan Spesifisitas Hasil Uji Diagnostik NLR
Berdasaran hasil analisa kurva ROC untuk variable nilai NLR pasien
KPKBSK pada penelitian ini diketahui bahwa area under curve (AUC) yaitu
sebesar 0,725 dengan nilai cut off point, sensitivitas dan spesifisitas seperti yang
tersaji pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6 Koordinat kurva Spesifisitas dan sensitivitas cut off point hasil uji
diagnostik NLR terhadap lama harapan hidup
Positif Sensitivitas Spesifitas (%) Area Under Nilai p
Jika Lebih (%) The Curve CI (LB-UB)
5,90 63,6 29,4 0,725 0,010
6,10 60,6 29,4 (0,586-0,864)
6,50 60,6 23,5
Tabel 5.6 menunjukkan hasil uji diagnostik nilai NLR terhadap lama
harapan hidup pasien dan didapatkan nilai diagnostik positif jika hasil >5,90
Untuk menentukkan nilai cut off point dari variable CEA, maka digunakan
koordinat kurva ROC spesifisitas dan sensitivitas yang ditunjukkan pada Gambar
5.3.
Gambar 5.3 ROC Curve Sensitivitas dan Spesifisitas Hasil Uji Diagnostik CEA
Berdasaran hasil analisa kurva ROC untuk variable nilai CEA pasien
KPKBSK pada penelitian ini diketahui bahwa area under curve (AUC) yaitu
sebesar 0,722 dengan nilai cut off point, sensitivitas dan spesifisitas seperti yang
tersaji pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7 Koordinat kurva Spesifisitas dan sensitivitas cut off point hasil uji
diagnostik CEA terhadap lama harapan hidup
Positif Sensitivitas Spesifitas (%) Area Under Nilai p
Jika Lebih (%) The Curve CI (LB-UB)
(ng/mL)
41,39 72,7 29,4 0,722 0,011
49,35 69,7 29,4 (0,569-0,875)
49,99 69,7 23,5
Tabel 5.7 menunjukkan hasil uji diagnostik nilai CEA terhadap lama
harapan hidup pasien dan didapatkan nilai diagnostik positif jika hasil >42,39
ng/mL dengan nilai sensitivitas sebesar 72,7% dan spesifisitas 29,4%. Nilai p
diagnosis tunggal. Untuk menentukkan nilai cut off point dari kombinasi variable
nilai PLR dan NLR, maka digunakan koordinat kurva ROC spesifisitas dan
Gambar 5.4 ROC Curve Sensitivitas dan Spesifisitas Hasil Uji Kombinasi PLR
dan NLR
Berdasaran hasil analisa kurva ROC untuk kombinasi variable nilai PLR
dan NLR pasien KPKBSK pada penelitian ini diketahui bahwa area under curve
(AUC) yaitu sebesar 0,658 dengan nilai cut off point, sensitivitas dan spesifisitas
seperti yang tersaji pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8 Koordinat kurva Spesifisitas dan sensitivitas cut off point hasil uji
diagnostik kombinasi PLR dan NLR terhadap lama harapan hidup
Positif Sensitivitas Spesifitas (%) Area Under Nilai p
Jika Lebih (%) The Curve CI (LB-UB)
209,65 81,8 52,9 0,658 0,070
216,01 78,8 52.9 (0,499-0,817)
224.65 78,8 47,1
Tabel 5.8 menunjukkan hasil uji diagnostik kombinasi nilai PLR dan
NLR terhadap lama harapan hidup pasien dan didapatkan nilai diagnostik positif
jika hasil >209,65 dengan nilai sensitivitas sebesar 81,8% dan spesifisitas 52,9%.
dan NLR tidak memiliki hubungan dengan lama harapan hidup pasien.
PEMBAHASAN
Kanker paru karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) merupakan salah satu
jenis kanker paru dengan angka kejadian yang cukup tinggi yaitu mencapai 80%
dari keseluruhan kasus di Indonesia dengan rendahnya lama harapan hidup pasien
tumor marker yang paling sering digunakan pada kanker paru adalah neuron
fragments (CYFRA 21-1), squamous cell carcinoma antigen (SCC), dan cancer
antigen 125 (CA 125). Sedangkan untuk penentuan diagnosis pasti dapat
(41-74) tahun, jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki, stadium terbanyak yaitu
4a dan single metastase dengan rata-rata lama harapan hidup selama 6 bulan.
Sebagian besar pasien memiliki kebiasaan merokok dan adapula yang memiliki
41
42
kayu bakar dan membakar sampah. Beberapa penelitian lain menunjukkan hasil
karateristik serupa dengan penelitian kali ini. Faot NE, et al menyebutkan bahwa
sebanyak 81,3% pasien KPKBSK berjenis kelamin laki-laki dengan rerata usia 57
tahun dengan stadium terbanyak yaitu stadium 4.48 Crosbie et al, menyebutkan
pada 270 pasien KPKBSK didapatkan rasio pasien didominasi oleh laki-laki
berusia > 60 tahun. Hal serupa juga ditunjukkan dalam penelitian Aisyah, dkk
yang menyebutkan bahwa dari 134 pasien yang didiagnosis kanker paru primer,
ataupun terinhalasi zat karsinogen (termasuk pestisida, hasil bakaran sampah dan
kayu) yang disertai dengan kemampuan perbaikan sel yang semakin menurun.
Selain itu, hanya sedikit pasien yang dapat didiagnosis dini, hal ini karena adanya
laki-laki yang menderita kanker paru lebih banyak dibandingkan perempuan, hal
ini banyak dihubungkan dengan pola hidup terkait kebiasaan merokok dan
(PAH) yang berasal dari merokok dan paparan pekerjaan diketahui menyebabkan
kerusakan DNA yang berujung pada kejadian kanker paru. Di antara senyawa
Pada penelitian ini, sebagian besar IMT pasien KPKBSK berada pada
rentang normal dan underweight (rata-rata 19,01 kg/m2). Hasil penelitian oleh
paru, sebanyak 250 pasien termasuk dalam kategori underweight, 1250 pasien
IMT normal, 373 pasien termasuk dalam kategori overweight dan 287 pasien
menjadi faktor resiko terpenting dalam kejadian kanker paru, obesitas justru
kanker paru sehingga dapat menurunkan resiko kanker paru. Beberapa studi
menunjukkan adanya hubungan yang berlawanan antara IMT dan kadar DNA
genotipe FTO yang merupakan penanda genetik obesitas dan terkait dengan
antigen (CEA) yang dijadikan sebagai prediktor lama harapan hidup pasien
KPKBSK. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata nilai PLR, NLR dan CEA
pasien KPKBSK di RSUD Ulin Banjarmasin adalah 310,08; 8,94 dan 208,06
ng/mL. Beberapa penelitian terkait nilai PLR dan NLR pada pasien KPKBSK
pada 106 pasien KPKBSK, rata-rata nilai PLR yaitu 162 dan NLR 4,44 dimana
nilai tersebut meningkat diatas nilai cut off point (148,7 dan 2,5).51 Cannon NA, et
al menunjukkan nilai median PLR dan NLR pasien kanker paru yaitu 2,8 dan 151
(cut off point 2,98 dan 146) dimana nilai PLR dan NLR tersebut berhubungan
bermakna dan dapat mewakili prognosis pasien secara signifikan.52 Sagmen SB, et
al dalam penelitiannya menyebutkan bahwa rata-rata nilai PLR dan NLR pasien
KPKBSK adalah 4 dan 194,6 (cut off point 3,43 dan 136,9).54 Shintani, et al
rendah (2,9 ng/mL) dan sebanyak 47 pasien KPKBSK memiliki kadar CEA yang
tinggi (7,5 ng/mL).55Ackam et al, menyebutkan bahwa rata rata kadar CEA pada
Peranan limfosit pada kanker paru telah dilaporkan dari berbagai studi
komponen leukosit terbanyak dalam darah dan memiliki peran dalam stimulasi
pertumbuhan sel tumor dengan sekresi berbagai sitokin, growth factor, protease
mencegah proliferasi dan migrasi sel tumor. Peningkatan infiltrasi limfosit pada
sel tumor dikaitkan dengan respons yang lebih baik terhadap terapi sitotoksik dan
prognosis pasien yang lebih baik. Platelet juga berperan dalam proses inflamasi
dan respon imun dengan mensekresi berbagai growth factor. Berdasarkan hasil
beberapa penelitian sebelumnya tentang hubungan PLR dan NLR dengan berbagai
jenis kanker didapatkan bahwa nilai PLR dan NLR yang meningkat dapat
memberikan gambaran lama harapan hidup yang lebih rendah dan prognostic
hubungannya dengan NLR dan PLR diketahui bahwa NLR dan PLR dapat
kelangsungan hidup pada kasus kanker paru.46 CEA adalah glikoprotein adhesi sel
yang diekspresikan pada beberapa jaringan dan dapat ditemukan pada orang sehat
dengan titer yang rendah. Overekspresi CEA pada kanker paru dilaporkan pada
beberapa jenis sel kanker paru yaitu termasuk KPKBSK.25 Peningkatan CEA
peningkatan adhesi sel-sel tumor dan pembuluh darah. Serum CEA dapat
paru.39
Lama harapan hidup dalam konteks suatu penyakit adalah waktu seberapa
lama seseorang dapat bertahan setelah terdiagnosa suatu penyakit hingga pasien
harapan hidup lima tahun untuk pasien kanker paru di Indonesia sebesar 12%.1,3
Berdasarkan hasil olah data pada tabel karakteristik penelitian ini, diketahui
memiliki lama harapan hidup selama 6 bulan dengan lama harapan hidup paling
singkat yaitu 1 bulan dan lama harapan hidup paling tinggi yaitu 24 bulan.
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi rendahnya lama harapan hidup pada
hilangnya nafsu makan dan kelelahan sehingga pasien cenderung tidak berobat
lebih lanjut. Akibatnya, hanya sebagian kecil kasus penyakit kanker terdiagnosis
pada tahap awal dan sebagian besar kasus kanker ditemukan sudah dalam kondisi
metastase. 20
Jusuf A, dkk melaporkan bahwa hanya 15% dari seluruh kasus
kanker paru yang didiagnosis pada tahap awal. Sedangkan sekitar 2/3 pasien
kanker paru sudah dalam kondisi metastasis pada saat pertama kali didiagnosis.
Kanker paru yang telah bermetastase memiliki lama harapan hidup lima tahun
hanya sebesar 4%. Lebih dari setengah penderita kanker paru meninggal dalam
6.4 Hubungan nilai PLR, NLR dan CEA dengan lama harapan hidup pasien
KPKBSK
Pada penelitian ini dilakukan Uji normalitas data yang menunjukkan bahwa
variabel PLR, NLR dan CEA memiliki sebaran data yang tidak terdistribusi
normal (p<0,05) sehingga uji beda yang dilakukan adalah uji Mann Whitney.
Rata-rata nilai PLR, NLR dan CEA didapatkan lebih tinggi pada pasien KPKBSK
dengan lama harapan hidup <6 bulan (336,93; 10,96 dan 267,26 ng/mL)
dibandingkan dengan pasien yang memiliki lama harapan hidup >6 bulan (257,96;
5,03 dan 93,14 ng/mL). Secara statistik, tidak terdapat perbedaan bermakna antara
nilai PLR pada pasien yang memiliki lama harapan hidup <6 bulan dengan pasien
yang memiliki lama harapan hidup >6 bulan (p value > 0.05). Namun, terdapat
perbedaan bermakna pada nilai NLR dan CEA antara pasien yang memiliki lama
harapan hidup <6 bulan dengan pasien yang memiliki lama harapan hidup >6
NLR dinilai sebagai indeks prognostik dengan relevansi klinis yang nyata
pada berbagai tumor. NLR juga dinilai memiliki hubungan yang berkebalikan
dengan overall survival (OS) pada berbagai tumor padat, sehingga NLR dapat
dijadikan sebagai salah satu marker prognosis pasien dengan kanker. Ozyurek, et
al melaporkan lama harapan hidup pada pasien KPKBSK dengan nilai NLR yang
dengan nilai NLR sebelum terapi ≥ 3 (median 34,76 bulan vs 19,12 bulan,
melaporkan nilai NLR pretreatment > 3,11 dikaitkan dengan progression free
survival (PFS) yang lebih rendah dan nilai NLR pretreatment > 4,03 dikaitkan
Sebuah penelitian meta-analisis oleh Nan Ding et al, dengan 1388 subjek
penelitian didapatkan hasil nilai PLR yang tinggi (> 170,5) berkorelasi negatif
menunjukkan kelangsungan hidup yang lebih pendek. Selain itu dalam studi yang
sama, pasien KPKBSK yang diteliti keseluruhan mencapai stadium IV dan diduga
indicator proses patogenik atau sebagai respon terapi. Berbagai marker dapat
digunakan untuk menilai proses patogenik, salah satunya adalah penanda yang
paru. Nilai normal CEA pada berbagai penelitian berkisar antara 5-6.5 ng/mL.45
rekurensi dan lama harapan hidup pada pasien KPKBSK. Peningkatan nilai CEA
terhadap 1000 pasien KPKBSK stadium 1 yang menjalani operasi reseksi tumor
dan melaporkan angka harapan hidup 5 tahun yang lebih rendah pada pasien
dengan CEA > 5 ng/mL dibandingkan pasien dengan CEA normal.13 Kozu et al,
menunjukkan bahwa nilai CEA yang tinggi akan menurunkan prognosis pada
pasien dan Arrieta et al, menyebutkan bahwa nilai CEA yang menurun atau lebih
rendah dapat memberikan hasil prognosis yang lebih baik setelah kemoterapi.
Pada hasil penelitian kali ini, dapat diketahui bahwa pasien yang memiliki
lama harapan hidup <6 bulan rata-rata memiliki nilai PLR, NLR dan CEA yang
lebih tinggi disbanding pasien yang memiliki lama harapan hidup >6 bulan.
Namun, hasil analisis statistik menyebutkan hanya nilai NLR dan CEA saja yang
memiliki hubungan bermakna dengan lama harapan hidup, dimana semakin tinggi
nilai NLR dan CEA maka lama harapan hidup pasien semakin berkurang. Pada
penelitian ini, kenaikan nilai PLR disimpulkan tidak memiliki hubungan dengan
lama harapan hidup pasien. Nilai PLR yang tinggi tidak berhubungan secara
signifikan terhadap lama harapan hidup dapat terjadi akibat perbedaan karakter
subjek, dimana pada penelitian Nan Ding, et al pasien keturunan Asia memiliki
hazard ratio (HR) yang lebih rendah (HR 1.19) dibandingkan pasien keturunan
Kaukasia (HR 1.64). Penelitian lain oleh Huang et al, menunjukkan bahwa pada
254 pasien KPKBSK yang menjalani operasi atau kemoterapi didapatkan nilai
PLR hanya berhubungan dengan gambaran klinis ukuran tumor dan penanda
sampel, kriteria inklusi dan eksklusi serta teknik analisa data yang menyebabkan
nilai batasan cut off point variable pada tiap studi berbeda-beda. Beberapa kondisi
lain yang mungin terjadi pada pasien seperti infeksi, peradangan maupun penyakit
penyerta lainnya yang dapat menyebabkan perubahan pada nilai limfosit dan
trombosit juga dapat menjadi faktor yang menyebabkan perbedaan hasil pada
penelitian ini.42,43
6.5 Nilai cut off point hasil uji diagnostik PLR, NLR dan CEA terhadap
Berdasarkan kurva ROC dan uji Kappa didapatkan nilai cut off point dari
masing-masing variabel NLR, PLR dan CEA dengan hasil sensitifitas dan
spesifitasnya. Pada penelitian ini, nilai diagnostik positif jika nilai NLR >5,90
(sensitivitas 63,6%, spesifisitas 29,4%, p<α 0.05), nilai CEA >41,39 ng/mL
(sensitivitas 72.7%, spesifisitas 29.4%, p<α 0.05) dan nilai PLR >197,50
tentang nilai cut off point nilai PLR, NLR dan CEA menunjukkan hasil yang
Batasan nilai NLR > 3 yang didasari oleh beberapa penelitian sebelumnya. Song
berbagai batasan nilai cut off point NLR dari berbagai studi yang berkisar antara
2.5 hingga 4.7.5,6,7 Hasil penelitian terkait cut off point PLR ditunjukkan oleh
Song, et al yang menggunakan batasan nilai PLR 136.1 dengan sensitifitas 54%
dan spesifisitas 73% dan Lim JU, et al menggunakan batasan nilai PLR 181.24
mengumpulkan data dari berbagai penelitian sebelumnya, batasan nilai CEA yang
membandingkan berbagai tumor marker, hasil nilai cut off point yang digunakan
adalah CEA adalah 4 ng/mL dengan sensitifitas 47% dan nilai AUC 0.78.13,41,44
Pada penelitian ini juga dilakukan uji diagnosis kombinasi pada variable
nilai PLR dan NLR untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan spesifisitas
dan sensitivitas pada gabungan kedua variabel tersebut dibandingkan dengan uji
diagnosis tunggal. Berdasaran hasil analisa kurva ROC untuk kombinasi variabel
nilai PLR dan NLR pasien KPKBSK pada penelitian ini diketahui bahwa tidak
dibandingkan dengan uji diagnosis nilai PLR tunggal. Selain itu, juga tidak
terdapat perubahan pada Nilai p yang menunjukkan hasil uji kombinasi nilai
PLR dan NLR tetaop p>α0,05 sehingga didapatkan bahwa kombinasi nilai PLR
dan NLR juga tidak memiliki hubungan dengan lama harapan hidup pasien. Pada
beberapa penelitian lain yang juga menggunakan uji kombinasi didapatan hasil
yang berbeda. Fang T, et al dalam penelitiannya tentang uji diagnosis pada kanker
lambung menyebutkan bahwa nilai diagnosis pada kombinasi PLR dan NLR lebih
menunjukkan bahwa kombinasi nilai PLR dan NLR memiliki hasil uji diagnosis
yang lebih tinggi dibandingan nilai PLR, NLR dan mean platelet volume (MPV)
tunggal. 57
Berdasarkan perbandingan hasil uji nilai NLR, PLR dan CEA terhadap
bebrapa penelitian lainnya, maka dapat diketahui bahwa PLR, NLR dan CEA
dapat digunakan sebagai prediktor untuk menilai lama harapan hidup pada pasien
KPKBSK. Meskipun dalam penelitian ini spesifisitas untuk cut off point nilai
PLR, NLR dan CEA masih cukup rendah dibandingkan dengan penelitian lainnya.
Selain itu, nilai PLR masih belum menunjukkan hasil uji yang signifikan
meskipun dikombinasian dengan nilai NLR dalam menilai lama harapan hidup
pada pasien KPKBSK, namun pada beberapa studi lainnya nilai PLR tunggal
inklusi masih sangat terbatas, sebagian data diperoleh melalui data sekunder
sampel, terdapat kesulitan memperoleh data melalui rekam medis karena sebagian
penyakit infeksi maupun komorbid lainnya yang mungkin akan berpengaruh pada
PENUTUP
7. 1 Kesimpulan
single metastase.
3. Rata-rata nilai PLR, NLR dan CEA pasien KPKBSK di RSUD Ulin
4. Nilai cut off point PLR pasien KPKBSK di RSUD Ulin Banjarmasin
5. Nilai cut off point NLR pasien KPKBSK di RSUD Ulin Banjarmasin
6. Nilai cut off point CEA pasien KPKBSK di RSUD Ulin Banjarmasin
29.4%.
8. Terdapat hubungan bermakna antara nilai NLR dan CEA dengan lama
53
54
7.2 Saran
hubungan nilai PLR, NLR dan CEA dengan lama harapan hidup pasien KPKBSK
9. Erpenbeck L, Schön MP. Deadly allies: The fatal interplay between platelets
and metastasizing cancer cells. Blood. 2010;115(17):3427–36.
10. Lim JU, Yeo CD, Kang HS, Park CK, Kim JS, Kim JW, et al. Elevated
pretreatment platelet-to-lymphocyte ratio is associated with poor survival in
stage IV non-small cell lung cancer with malignant pleural effusion. Sci Rep.
2019;9(1):1–8.
55
12. Cheng L, Yin R, Yu Y, Yang D, Xu L. Prognostic value of carcinoembryonic
antigen level in advanced lung adenocarcinoma. Int J Clin Exp Med.
2019;12(5):5812–9.
14. Vandenbussche CJ, Illei PB, Lin MT, Ettinger DS, Maleki Z. Molecular
alterations in non-small cell lung carcinomas of the young. Hum Pathol
[Internet]. Elsevier Inc.; 2014;45(12):2379–87. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.humpath.2014.08.005
15. Diany H, Haryati. Profil Platelet Limfosit Rasio (PLR) Dan Netrofil Limfosit
Rasio (NLR) Pada Penderita Kanker Paru di Rumah Sakit Ulin Banjarmasin
Tahun 2017-2018. Berk Kedokt. 2018;16(1):25–34.
16. De Groot P, Munden RF. Lung Cancer Epidemiology, Risk Factors, and
Prevention. Radiol Clin North Am [Internet]. 2012 Sep;50(5):863–76.
Available from:
https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0033838912001236
17. Miller YE. Pathogenesis of Lung Cancer. Am J Respir Cell Mol Biol
[Internet]. 2005 Sep;33(3):216–23. Available from:
http://www.atsjournals.org/doi/abs/10.1165/rcmb.2005-0158OE
20. Tan WW. Non-Small Cell Lung Cancer. Medscape Reference. WebMD.
2019.
21. Thomas KW, Gould MK. Tumor, Node, Metastasis (TNM) staging system
for lung cancer. uptodate.com. 2018.
56
24. U.S National Institute of Health. SEER Cancer Statistic Review.
http://seer.cancer.gov. 2013.
30. Gooden MJM, de Bock GH, Leffers N, Daemen T, Nijman HW. The
prognostic influence of tumour-infiltrating lymphocytes in cancer: a
systematic review with meta-analysis. Br J Cancer [Internet]. 2011
Jun;105(1):93–103. Available from:
http://www.nature.com/articles/bjc2011189
32. Shang G-S, Liu L, Qin Y-W. IL-6 and TNF-α promote metastasis of lung
cancer by inducing epithelial-mesenchymal transition. Oncol Lett [Internet].
2017 Jun;13(6):4657–60. Available from: https://www.spandidos-
publications.com/10.3892/ol.2017.6048
57
34. Alevizakos M, Kaltsas S, Syrigos KN. The VEGF pathway in lung cancer.
Cancer Chemother Pharmacol [Internet]. 2013 Dec 2;72(6):1169–81.
Available from: http://link.springer.com/10.1007/s00280-013-2298-3
35. Lee JM, Dubinett SM, Sharma S. Immunologic Approaches to Lung Cancer
Therapy. In: Lung Cancer [Internet]. Hoboken, NJ, USA: John Wiley & Sons,
Inc.; 2014. p. 454–63. Available from:
http://doi.wiley.com/10.1002/9781118468791.ch29
36. Saito A, Horie M, Micke P, Nagase T. The Role of TGF-β Signaling in Lung
Cancer Associated with Idiopathic Pulmonary Fibrosis. Int J Mol Sci
[Internet]. 2018 Nov 15;19(11):3611. Available from:
http://www.mdpi.com/1422-0067/19/11/3611
42. Huang Q, Diao P, Li CL, Peng Q, Xie T, Tan Y, Lang JY. Preoperative
platelet-lymphocyte ratio is a superior prognostic biomarker to other systemic
inflammatory response markers in non-small cell lung cancer. Medicine. 2020
Jan;99(4):e18607.
58
43. Zhang H, Gao L, Zhang B, Zhang L, Wang C. Prognostic value of platelet to
lymphocyte ratio in non-small cell lung cancer: a systematic review and meta-
analysis. Sci Rep. 2016 Mar 4;6:22618.
45. Zamay TN, Zamay GS, Kolovskaya OS, Zukov RA, Petrova MM, Gargaun A,
Berezovski MV, Kichkailo AS. Current and Prospective Protein Biomarkers
of Lung Cancer. Cancers (Basel). 2017 Nov 13;9(11):155.
48. Faot NE, dkk. Rasio neutrofil-limfosit sebelum kemoterapi dan respons
obyektif kemoterapi pasien kanker paru dengan kemoterapi berbasis
platinum. J Respir Indo. 2017 Okt 37 (4):293-298.
50. Sanikini H, et al. Body mass index and lung cancer risk: a pooled analysis
based on nested casecontrol studies from four cohort studies. BMC Cancer.
2018,18(220) :1-10.
51. Gupta A, Urvashi, Gupta ML, Mogra N, Mathur M.Significance of neutrophil
lymphocyte ratio and platelet lymphocyte ratio in lung cancer. Tropical
Journal of Pathology & Microbiology. 2019 Nov,5(11): 872 877.
59
54. Sagmen SB, Dogan C, Kirai N,et al. Prognostic value of Neutrophil-to-
Lymphocyte ratio and Platelet-to-Lymphocyte ratio in lung cancer. MLTJ.
2019; 32–40.
55. Akcam TI, Cagirici U, Ergonul AG, et al. The prognostic value of
carcinoembriyonic antigen levels in blood and intraoperative pleural lavage
flid in non small cell lung cancer. Kardiochirurgia I Torakochirurgia Polska.
2017; 14 (2): 104–109.
56. Fang T, Wang Y, Yin X, et al. Diagnostic sensitivity of NLR and PLR in
early diagnosis of gastric cancer. Journal of Immunology Research. 2020; 1–
9.
60
LAMPIRAN
61
LAMPIRAN 1: JADWAL PENELITIAN
Waktu Pelaksanaan
Penyusunan proposal X X X X
Pengumpulan data X
62
LAMPIRAN 2: BIAYA PENELITIAN
Jumlah 3.500.000
63