Anda di halaman 1dari 80

KARYA AKHIR

HUBUNGAN NEUTROPHIL LYMPHOCYTE RATIO, PLATELET


LYMPHOCYTE RATIO DAN CARCINOEMBRYONIC ANTIGEN DENGAN
LAMA HARAPAN HIDUP

Tinjauan Pada Pasien Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK)
di RSUD ULIN Tahun 2017-2019

Disusun oleh:
dr. Ayudiah Puspita Mayasari
NIM. 1650911320001

Pembimbing:
dr. Haryati, Sp.P(K)
dr. Farida Heriyani, MPH

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS


DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
RSUD ULIN BANJARMASIN
2021
KARYA AKHIR

HUBUNGAN NEUTROPHIL LYMPHOCYTE RATIO, PLATELET


LYMPHOCYTE RATIO DAN CARCINOEMBRYONIC ANTIGEN DENGAN
LAMA HARAPAN HIDUP

Tinjauan Pada Pasien Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK)
di RSUD ULIN Tahun 2017-2019

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS


DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
RSUD ULIN BANJARMASIN
2021

ii
KARYA AKHIR

HUBUNGAN NLR, PLR DAN CEA DENGAN LAMA HARAPAN HIDUP


PASIEN KANKER PARU KARSINOMA BUKAN SEL KECIL (KPKBSK)
DI RSUD ULIN TAHUN 2017-2019

Tinjauan Pada Pasien Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK)
di RSUD ULIN Tahun 2017-2019

Telah dipertahankan di depan panitia penguji karya akhir Departemen


Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin dan diterima untuk
memenuhi Sebagian persyaratan guna memperoleh tanda keahlian di bidang
Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi.

Pada tanggal 15 Januari 2021

Panitia Penguji

1. dr. Haryati, Sp.P(K), FISR

2. dr. Farida Heriyani, M.PH

3. Dr.dr.Mohamad Isa,Sp.P(K), FISR

4. dr. Ali Assagaf Sp.P(K), FISR

5. dr. Ira Nurrasyidah Sp.P(K)

Mengesahkan :
Departemen/SMF Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas
Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
Kepala Departemen

dr Haryati Sp.P(K), FISR


NIP. 19780607 300501 2 015

iii
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA AKHIR

HUBUNGAN NLR, PLR DAN CEA DENGAN LAMA HARAPAN HIDUP


PASIEN KANKER PARU KARSINOMA BUKAN SEL KECIL (KPKBSK)
DI RSUD ULIN TAHUN 2017-2019

Tinjauan Pada Pasien Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK)
di RSUD ULIN Tahun 2017-2019

Peneliti:
Ayudiah Puspita Mayasari, dr

Telah Disetujui Oleh :

Pembimbing I

dr Haryati Sp.P(K), FISR

Pembimbing II

dr. Farida Heriyani, M.PH

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS


DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
RSUD ULIN BANJARMASIN
2021

iv
LEMBAR PENGESAHAN KARYA AKHIR

HUBUNGAN NLR, PLR DAN CEA DENGAN LAMA HARAPAN HIDUP


PASIEN KANKER PARU KARSINOMA BUKAN SEL KECIL (KPKBSK)
DI RSUD ULIN TAHUN 2017-2019

Tinjauan Pada Pasien Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK)
di RSUD ULIN Tahun 2017-2019

Peneliti:
Ayudiah Puspita Mayasari, dr

Telah diperbaiki sesuai saran dan disetujui oleh:

1. dr. Haryati, Sp.P(K),FISR .............................

2. dr. Farida Heriyani, M.PH ………………….

3. Dr.dr.Mohamad Isa,Sp.P(K),FISR .............................

4. dr. Ali Assagaf Sp.P(K), FISR .............................

5. dr. Ira Nurrasyidah Sp.P(K) ………………….

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS


DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
RSUD ULIN BANJARMASIN
2021

v
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ayudiah Puspita Mayasari, dr.


NIM : 1650911320001
Judul Penelitian : Hubungan Neutrophil Lympocyte Ratio,
Platelet Lymphocyte Ratio dan Carcinoembryonic
Antigen dengan Lama Harapan Hidup. Tinjauan Pada
Pasien Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil
(KPKBSK) di RSUD ULIN Tahun 2017-2019
Dengan ini menyatakan bahwa penelitian ini merupakan karya akhir saya sendiri
dan benar keasliannya serta berasal dari data asli dan bukan hasil rekayasa.
Apabila dikemudian hari penelitian ini didapatkan mengandung plagiasi atau
autoplagiasi atau penjiplakan hasil karya akhir orang lain, maka saya bersedia
mempertanggung jawabkan dan menerima sanksi.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.

Dibuat di : Banjarmasin
Pada tanggal 13 Januari 2021
Yang membuat pernyataan

Ayudiah Puspita Mayasari

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT serta sholawat
dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, berkat karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelasaikan penelitian karya akhir dengan judul “Hubungan
Neutrophil Lympocyte Ratio, Platelet Lymphocyte Ratio dan
Carcinoembryonic Antigen dengan Lama Harapan Hidup. Tinjauan Pada
Pasien Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK) di RSUD ULIN
Tahun 2017-2019” sebagai salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan dokter
spesialis di bidang Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi.
Kami menyadari bahwa karya akhir ini tentunya tidak lepas dari
kekurangan, baik kualitas maupun kuantitas yang disajikan. Untuk itu kami
mohon kritik dan saran guna memberikan hasil dan manfaat yang lebih baik.
Pada akhirnya kami berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi
dunia ilmu pengetahuan khususnya ilmu penyakit paru.

Banjarmasin, Januari 2021

Penulis

vii
UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya akhir dengan judul
“Hubungan Neutrophil Lympocyte Ratio, Platelet Lymphocyte Ratio dan
Carcinoembryonic Antigen dengan Lama Harapan Hidup. Tinjauan Pada Pasien
Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK) di RSUD ULIN Tahun
2017-2019” dapat diselesaikan.
Terima kasih tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kami
ucapkan kepada:
1. Haryati Harsono, dr. Sp.P(K) FISR, Kepala Departemen Pulmonologi dan Ilmu
Kedokteran Respirasi sekaligus pembimbing karya akhir saya yang dengan
penuh perhatian telah memberi dorongan, bimbingan, dan saran dalam
penelitian ini ditengah kesibukan beliau dan selalu memberikan pengajaran
ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
2. Dr. Mohammad Isa, dr., Sp.P(K), Ketua Program Studi Departemen
Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, yang tidak kenal lelah
mendorong dan mengarahkan peserta didiknya untuk dapat menyelesaikan
Pendidikan Dokter Spesialis Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi
dengan tepat waktu.
3. Ali Assagaf, dr., Sp.P(K), selaku Pembimbing Akademik saya yang selalu
bersabar dalam membimbing saya selama masa Pendidikan dan tidak kenal
lelah mendorong saya untuk selalu bersemangat menyelesaikan Pendidikan
Dokter Spesialis Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi dengan tepat
waktu
4. Hasan Zain (Alm), dr., Sp.P, selaku guru kami yang telah berpulang ke
rahmatullah, amal ibadah dan kebaikan beliau akan selalu saya ingat dan
semoga senantiasa menjadi amal jariyah untuk Almarhum.
5. Paul Dwiyanu, dr., Sp.P(K), Isa Ansori, dr. Sp.P(K), FISR, Ira Nurrasyidah, dr.
Sp.P(K), dr. Erna Kusumawardhani, dr.,  Sp.P(K), yang penuh dedikasi

viii
memberi bimbingan selama pendidikan ini serta banyak memberikan dukungan
moril sepanjang menempuh pendidikan.
6. Farida Heriyani, dr., M.PH, pembimbing statistik yang telah sabar
membimbing saya dalam menyelesaikan karya akhir ini.
7. Suami tercinta, dr Ronaldo August Rambulangi Sp.OG, M.Kes, terima kasih
atas segala pengertian sepanjang sekolah bersedia bersabar dengan segala
keadaan dan tetap mendukung dengan cinta kasih sayang dalam situasi apapun.
Anak tercinta Lionel Nashir Ananda Aufar yang selalu sabar dan selalu
memberikan cinta, kasih sayang, walapun selama sekolah sering ditinggalkan
dirumah, semoga kamu bertumbuh dan berkembang menjadi anak soleh, sehat
dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
8. Keluarga tercinta, ayah Dr. Nasir Leha (alm), mama Nurkiah yang telah
mengorbankan waktu dan tenaga ikut membantu mengurus cucu bila
dibutuhkan. Serta banyak nasehat beliau yang membuat semangat. Kak Erwin
Affandy, Isna, Irfan Affandy,dr Nurfashanti, Indrajaya, drg Rizky Ridayana,
Miswar Wahyudi, Uci, Ria, Dian Pramana Putra dan adik Kadri Rafsanjani
serta seluruh keluarga besar lainnya yang tak dapat saya ucapkan satu persatu.
Terimakasih atas dukungan dan doa yang tak pernah putus demi keberhasilan
kami dalam menyelesaikan pendidikan dokter spesialis ini.
9. Ayah dan ibu mertua, Prof.dr.Jhon Rambulangi, Sp.OG(K)-FER dan Ibu
Dorkas Sakkung yang selalu memberikan doa restu dan dukungan kepada kami
selama menempuh pendidikan dokter spesialis ini. Kakak ipar Dr.dr
Samrichard Rambulangi Sp.OG(K)-FER dan kak Yudith, serta seluruh
keponakan yang tidak dapat saya sebut satu persatu.
10. Sahabat-sahabat saya drg Mala, Mutia, dr Fitri Sp.PK, dr Chelvi Sp.PK, dr
Efelina Sutanto Sp.PK, dr Sitti Rahmah Sp.PD, dr Alwi Sp.B, dr Rachmat
Sp.An, dr Indra Sp.An, dr Naya, dr Lulu Sp.KK,dr Watri Sp.Rad, dr Iriani, dr
Steven Sp.PK, dr Devi Sp.P dan segenap sahabat saya lainnya yang walaupun
berjauhan selalu dekat dihati dan tetap menjalin komunikasi
11. Teman PPDS Riska, Dana, Bagus, Nor, Aina, Zubai, Widya, Holly, Yulia,
Ema, Aya, Ajib, Taufik, Febri, Regi, Adrian dan Tina. Terimakasih atas

ix
kebersamaan selama menjalani PPDS, telah menjadi sahabat dan keluarga
baru.
12. Segenap perawat dahlia, mawar, UGD dan staf administrasi di lingkungan
Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK ULM,
terimakasih atas bantuan dan kerjasama selama kami menempuh pendidikan
dokter spesialis.
13. Perawat Poli Paru dan poli TB RSUD Ulin , terima kasih atas bantuan dan
kerjasamanya dalam penelitian karya akhir ini.
14. Teman-teman sejawat PPDS yang tergabung dalam keluarga besar Paguyuban
PPDS Paru ULM, terimakasih atas kebersamaannya selama ini, semoga
silaturahmi di antara kita tetap terjalin.
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh kami, yang telah
membantu selama pendidikan dan penyusunan karya akhir ini.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati, semoga karya akhir ini
memberikan manfaat bagi penulis dan bagi dunia pendidikan khususnya bidang
Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi.

Banjarmasin, Januari 2021

Penulis

x
ABSTRAK

Hubungan NLR, PLR dan CEA dengan Lama Harapan Hidup Pasien Kanker
Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK)
di Rsud Ulin Tahun 2017-2019

Tinjauan Pada Pasien Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK)
di RSUD ULIN Tahun 2017-2019

Ayudiah Puspita Mayasari*, Haryati**


*PPDS Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat – RSUD Ulin
*Saf pengajar Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat – RSUD Ulin

Latar belakang: Kanker paru merupakan salah satu penyebab utama kematian
akibat kanker di dunia dan merupakan kanker kedua terbanyak yang dialami oleh
pria dan wanita. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara
nilai NLR, PLR dan CEA dengan lama harapan hidup pasien KPKBSK

Metode: Studi observasional analitik dengan rancangan cross-sectional.


Sampel penelitian adalah pasien yang terdiagnosa KPKBSK secara histopatologi
anatomi atau sitologi patologi anatomi yang telah meninggal maupun pernah
dirawat di RSUD Ulin Banjarmasin selama periode tahun 2017-2019 sesuai
dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

Hasil: Dari 50 pasien yang terdiagnosis KPKBSK di RSUD Ulin Banjarmasin


didapatkan rata-rata nilai PLR, NLR dan CEA adalah 310,08; 8,94 dan 208,06
ng/Ml dengan rata-rata lama harapan hidup 6 bulan. Nilai cut off point dari setiap
variabel adalah PLR >197,50 (sensitivitas 81,8%, spesifisitas 51,8%), NLR >5,90
(sensitivitas 63,6%, spesifisitas 29,4%) dan CEA >41,39 ng/mL (sensitivitas
72.7%, spesifisitas 29.4%) . Terdapat hubungan positif dan bermakna antara nilai
NLR dan CEA dengan lama harapan hidup pasien (p<α0.05), sedangkan PLR
tidak memiliki hubungan bermakna dengan lama harapan hidup pasien KPKBSK
di RSUD Ulin Banjarmasin baik dalam uji diagnosis tunggal maupun
dikombinasikan dengan NLR.

Kesimpulan: Paien KPKBSK mengalami peningkatan nilai PLR, NLR dan CEA
yang menggambarkan prognosis yang buruk, namun perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut terkait hubungan nilai PLR, NLR dan CEA terhadap lama harapan
hidup pasien.

xi
Kata Kunci: PLR, NLR, CEA, KPKBSK, Lama harapan hidup

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL......................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. iii
LEMBAR KEASLIAN PENULISAN............................................................ vi
KATA PENGANTAR...................................................................................... vii
UCAPAN TERIMAKASIH............................................................................. viii
ABSTRAK......................................................................................................... xi
DAFTAR ISI..................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xv
DAFTAR SINGKATAN................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 4
1.3Tujuan Penelitian.............................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kanker Paru..................................................................................... 6
2.1.1 Definisi……………................................................................ 6
2.1.2 Klasifikasi……………........................................................... 6
2.1.3 Epidemiologi........................................................................... 7
2.1.4 Etiologi.................................................................................... 8
2.1.5 Patogenesis……...................................................................... 9
2.1.6 Gejala Klinis…….................................................................... 11
12
2.1.7 Stadium Kanker.......................................................................
14
2.1.8 Diagnosis…….........................................................................
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prognosis dan Harapan Hidup
16
Pasien Kanker Paru...........................................................................
16
2.2.1 NLR pada Kanker Paru…........................................................
19
2.2.2 PLR pada Kanker Paru….........................................................
21
2.2.3 CEA pada Kanker Paru…........................................................
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konseptual....................................................................... 24
3.2 Hipotesis…………………….......................................................... 26

xii
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian ............................................................................... 27
4.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel….................... 27
4.2.1 Populasi Penelitian….............................................................. 27
4.2.2 Sampel Penelitian.................................................................... 27
4.2.3 Teknik Pengambilan Sampel………....................................... 28
4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................. 28
4.2.1 Variabel Penelitian…............................................................... 28
4.2.2 Definisi Operasional................................................................. 28
4.4 Instrumen Penelitian…..................................................................... 29
4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ……................................................... 29
4.6 Alur Penelitian.................................................................................. 30
4.7 Prosedur Pengumpulan Data............................................................ 30
4.8 Analisa Data………………............................................................. 31
4.8 Etika Penelitian……………............................................................. 31
BAB 5 HASILPENELITIAN
5.1 Karakteristik Sampel Penelitian……………………………………. 33
5.2 Uji Korelasi PLR, NLR dan CEA terhadap Lama Harapan Hidup.... 35
5.3 Koordinat Kurva Spesifisitas dan Sensitivitas cut off point hasil Uji
Diagnostik PLR, NLR dan CEA terhadap Lama Harapan Hidup….. 36
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Sampel Penelitian……………………………………. 40
6.2 Nilai PLR,NLR dan CEA Pasien KPKBSK……………………....... 41
6.3 Lama Harapan Hidup Pasien KPKBSK……………………………. 45
6.4 Hubungan Nilai PLR, NLR dan CEA terhadap Lama
Harapan Hidup ……………………................................................... 46
6.5 Nilai cut off point hasil uji diagnostik PLR, NLR dan CEA terhadap
Lama Harapan Hidup……………………………………………….. 49
BAB 7 PENUTUP
7.1 Kesimpulan……………………………………………………….…. 53
7.2 Saran………………………………………………………………… 54

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
LAMPIRAN….....................................................................................................

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi TNM kanker paru…….................................................. 12


Tabel 2.2 Pengelompokan stadium kanker paru............................................. 13
Tabel 5.1 Karakteristik pasien KPKBSK berdasarkan nilai sebaran mean,
standar deviasi, median, minimum dan maksimum……………… 33
Tabel 5.2 Karakteristik pasien KPKBSK berdasarkan lama harapan hidup... 34
Tabel 5.3 Analisis uji Normalitas Shapiro Wilk…………………………….. 35
Tabel 5.4 Uji Korelasi PLR, NLR dan CEA terhadap lama harapan hidup… 35
Tabel 5.5 Koordinat kurva spesifisitas dan sensitivitas cut off point hasil
uji diagnostik PLR terhadap lama harapan hidup…………........... 37
Tabel 5.6 Koordinat kurva Spesifisitas dan sensitivitas cut off point hasil
uji diagnostik NLR terhadap lama harapan hidup……………….. 38
Tabel 5.7 Koordinat kurva Spesifisitas dan sensitivitas cut off point hasil
uji diagnostik CEA terhadap lama harapan hidup………….…….. 39
Tabel 5.8 Koordinat kurva Spesifisitas dan sensitivitas cut off point hasil
uji diagnostik kombinasi PLR das NLR terhadap lama harapan
hidup……………………………………………………………… 40

xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 2.1 Cancer-immunity cycle …………………………………… 10


Gambar 2.2 Mekanisme sel kanker menghindari surveilans sistem imun
tubuh……………..………………………………………… 11
Gambar 2.3 Faktor soluble yang meningkatkan rekrutmen netrofil pada
tumor……………………….……………………………… 17
Gambar 2.4 Fungsi pro-tumor dan anti-tumor netrofil yang dipengaruhi
oleh TGF- β……………….………………………………. 18
Gambar 2.5 Siklus hubungan sel tumor dan trombosit ………………... 20
Gambar 2.6 Molecular pathway yang mendasari angiogenesis pada sel
tumor……………………………………………………… 21
Gambar 2.7 Ekspresi CEA pada berbagai jenis sel kanker paru ………. 22
Gambar 3.1 Kerangka konseptual hubungan nilai NLR, PLR dan CEA
dengan lama harapan hidup pasien KPKBSK…………….. 24
Gambar 4.1 Alur penelitian hubungan nilai NLR, PLR dan CEA
dengan lama harapan hidup pasien KPKBSK…………….. 30
Gambar 5.1 ROC Curve sensitivitas dan spesifisitas hasil
Uji Diagnostik PLR………………………………………… 36
Gambar 5.2 ROC Curve sensitivitas dan spesifisitas hasil
Uji Diagnostik NLR………………………………………… 37
Gambar 5.3 ROC Curve sensitivitas dan spesifisitas hasil
Hasil Uji Diagnostik CEA………………………………….... 38

xv
DAFTAR SINGKATAN

NLR : Neutrophil Lymphocyte Ratio


PLR : Platelet Lymphocyte Ratio
CEA : Carcinoembryonic antigen
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
KPKBSK : Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil
KPKSK : Kanker Paru Karsinoma Sel Kecil
VEGF : Vascular Endothelial Growth Factor
TGF- : Transforming Growth Factor-beta
PDGF : Platelet Derived Growth Factor
WHO : World Health Organization
PAH : Polycyclic Aromatic Hydrocarbons
APC : Antigen Presenting Cell
MHC : Major Histocompability Complex
PDL-1 : Programmed cell Death Ligand-1
Treg : limfosit T regulator
MDSC : Myeloid-Derived-Suppressor Cell
NSE : Neuron Specific Enolase
CYFRA : Cytokeratin 19 Fragments
TBNA : Transbronchial Needle Aspiration
TBLB : Transbronchial Lung Biopsy
TTB : Transthoraxic Biopsy
KGB : Kelenjar Getah Bening
FEV : Forced Expiratory Volume
GRO-α : Growth-Related Oncogene protein-α
MIP-1α : Macrophage Inflammatory Protein-1α
huGCP-2 : Human Granulocyte Chemotactic Protein-2
TAN : Tumor Associated Neutrophil
TIL : Tumor-Infiltrating Lymphocytes
PFS : Progression Free Survival
OS : Overall Survival
HR : Hazard Ratio
CI : Confidence Interval
IL : Interleukin
TPO : Thrombopoietin
VEGFR : Vascular Endothelial Growth Factor Receptor
ELISA : Enzyme-Linked Immunosorbent Assay

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Kegiatan ………………………………………….. 37


Lampiran 2 : Rincian Biaya ……………………………………………. 38

xvii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Kanker paru merupakan salah satu penyebab utama kematian akibat

kanker di dunia dan merupakan kanker kedua terbanyak yang dialami oleh pria

dan wanita. Angka kejadian kanker paru di dunia diperkirakan 14% dari

keseluruhan penderita kanker. Pada tahun 2016, insiden kanker paru di Amerika

mencapai sekitar 224.390 kasus (117.920 pada pria dan 106.470 pada wanita)

dengan 158.080 diantaranya meninggal dunia.1,2

Berdasarkan data dari The Global Cancer Observatory 2018, kanker paru

di Indonesia menduduki peringkat 3 terbanyak setelah kanker payudara dan

kanker serviks. Kanker paru merupakan kanker dengan prevalensi terbanyak

pertama yang diderita oleh pria.3 Lama harapan hidup lima tahun pasien kanker

paru di Indonesia sebesar 12%. Penelitian oleh Jusuf A, dkk melaporkan bahwa

hanya 15% dari seluruh kasus kanker paru yang didiagnosis pada tahap awal.

Sedangkan sekitar 2/3 pasien kanker paru sudah dalam kondisi metastasis pada

saat pertama kali didiagnosis. Kanker paru yang telah bermetastase memiliki lama

harapan hidup lima tahun hanya sebesar 4%. Lebih dari setengah penderita kanker

paru meninggal dalam waktu satu tahun setelah didiagnosis.1,3

Terdapat 2 jenis utama kanker paru yakni kanker paru karsinoma bukan

sel kecil (KPKBSK) dan kanker paru karsinoma sel kecil (KPKSK). Insiden

kejadian kedua jenis kanker tersebut terdiri atas 80 % jenis KPKBSK dan 20%

sisanya jenis KPKSK. Jenis kanker paru adenokarsinoma merupakan kelompok

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin

1
2

KPKBSK yang paling banyak di dunia. Penelitian di RSUD Dr. Soetomo

Surabaya pada tahun 2006 menunjukkan bahwa KPKBSK jenis adenokarsinoma

merupakan jenis kanker paru yang paling banyak ditemukan yaitu sebesar 49%

dengan stadium terbanyak IIIb (62%). Penelitian lain oleh Aisyah N, et al di

RSUD Ulin Banjarmasin pada tahun 2006-2011 juga menyebutkan bahwa kanker

paru yang paling banyak ditemukan adalah KPKBSK jenis adenokarsinoma

(61,96%) dengan stadium terbanyak yaitu IVA (56,72%) dan IVB (17,91%). 1,3,4

Neutrophil Lymphocyte Ratio (NLR) merupakan rasio yang memberikan

gambaran keseimbangan netrofil dan limfosit. Semakin tinggi nilai NLR maka

dapat memberikan gambaran semakin beratnya respons inflamasi dan penekanan

sistem imun. Peningkatan NLR pada tumor paru mengindikasikan penurunan

respons anti tumor yang dimediasi oleh limfosit T, dan pelepasan sitokin inflamasi

oleh netrofil yang dapat menstimulasi lingkungan mikro tumor dan mendorong

terjadinya metastasis.5

Ozyurek, et al melaporkan bahwa pasien KPKBSK dengan nilai NLR

sebelum terapi <3 memiliki lama harapan hidup lebih panjang dibandingkan

pasien KPKBSK dengan nilai NLR sebelum terapi ≥ 3.6 Beberapa penelitian lain

menyebutkan bahwa peningkatan nilai NLR sebelum terapi pada KPKBSK

berhubungan dengan angka harapan hidup yang menurun/rendah 7,8

Platelet Lymphocyte Ratio (PLR) merupakan rasio antara jumlah trombosit

dibandingkan limfosit di perifer. Peningkatan PLR dapat diakibatkan peningkatan

jumlah trombosit atau penurunan jumlah limfosit. Studi-studi telah melaporkan

keterkaitan antara peningkatan jumlah trombosit dengan perkembangan dan

pembesaran ukuran tumor dan peningkatan risiko metastasis tumor. Pelepasan

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
3

growth factor seperti Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF), Transforming

Growth Factor (TGF)-, dan Platelet Derived Growth Factor (PDGF) oleh

trombosit dapat memicu pertumbuhan tumor dan angiogenesis.9 Penelitian oleh

Lim, et al dan Ding, et al menyebutkan bahwa terdapat korelasi bermakna antara

nilai PLR dengan lama harapan hidup dimana pasien KPKBSK dengan nilai PLR

yang tinggi memiliki lama harapan hidup yang lebih rendah dibandingkan pasien

KPKBSK dengan PLR yang rendah.10,11

Carcinoembryonic Antigen (CEA) merupakan glikoprotein pada permukan

sel kasinoembrionik dan merupakan salah satu penanda tumor yang paling awal

untuk mendeteksi KPKBSK. Peningkatan CEA dapat ditemukan pada berbagai

keganasan seperti kanker paru, keganasan gastrointestinal, kanker payudara dan

kanker hati. Sebuah penelitian melaporkan bahwa CEA merupakan faktor

prognosis independen untuk KPKBSK.12 Cheng, et al dalam penelitiannya

melaporkan bahwa terdapat hubungan peningkatan CEA dengan intensitas

jaringan adenokarsinoma paru tahap lanjut dan penurunan angka harapan hidup 5

tahun. Penelitian lain oleh Okada, et al melaporkan bahwa dari 1000 pasien

dengan CEA yang meningkat memiliki angka harapan hidup 5 tahun yang lebih

rendah dibandingkan pasien dengan CEA normal.12,13

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diketahui adanya hubungan antara

nilai NLR, PLR dan CEA dengan lama harapan hidup pasien KPKBSK. Namun,

penelitian tentang hal tersebut memiliki nilai yang bervariasi dan penelitian

tersebut juga belum banyak di temukan di Indonesia. Oleh karena itu, peneliti

bermaksud menganalisis hubungan antara nilai NLR, PLR dan CEA dengan

lama harapan hidup pasien KPKBSK agar selanjutnya penelitian ini dapat

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
4

dipergunakan untuk memperkirakan lama harapan hidup pasien KPKBSK

berdasarkan nilai NLR, PLR dan CEA.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara NLR, PLR dan CEA dengan lama harapan

hidup pasien KPKBSK?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan antara nilai NLR, PLR dan CEA dengan lama

harapan hidup pasien KPKBSK.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui nilai NLR, PLR dan CEA pada pasien KPKBSK.

2. Mengetahui lama harapan hidup pasien KPKBSK.

3. Menganalisis hubungan nilai NLR dengan lama harapan hidup pasien

KPKBSK.

4. Menganalisis hubungan nilai PLR dengan lama harapan hidup pasien

KPKBSK.

5. Menganalisis hubungan nilai CEA dengan lama harapan hidup pasien

KPKBSK.

6. Mengetahui nilai cut off point nilai PLR,NLR dan CEA pada pasien

KPKBSK di RSUD Ulin Banjarmasin.

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
5

1.4. Manfaat penelitian

1. Mengkonfirmasi hubungan nilai NLR, PLR, CEA dengan lama harapan

hidup pasien KPKBSK.

2. Mendapatkan data dasar untuk penelitian selanjutnya dalam menilai

prognosis pasien KPKBSK berdasarkan nilai NLR, PLR dan CEA .

3. Memberikan kemudahan penilaian prognosis pasien KPKBSK dengan

pemeriksaan darah yang lebih mudah didapatkan.

4. Memberikan perkiraan lama harapan hidup pasien KPKBSK berdasarkan

NLR, PLR dan CEA.

5. Secara tidak langsung, subyek penelitian akan memberikan manfaat bagi

pasien-pasien sejenisnya dimasa yang akan datang, karena sifat

pemeriksaan NLR, PLR dan CEA yang tidak invasif dan murah.

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker Paru

2.1.1 Definisi

Kanker paru adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau

karsinoma bronkus (bronchogenic carcinoma). Sebuah sel normal dapat menjadi

sel kanker apabila oleh berbagai sebab terjadi ketidakseimbangan antara fungsi

onkogen dengan gen tumor supresor dalam proses tumbuh dan kembangnya

sebuah sel. Perubahan atau mutasi gen yang menyebabkan terjadinya

hiperekspresi onkogen dan/atau kurang/hilangnya fungsi gen tumor supresor

menyebabkan sel tumbuh dan berkembang tak terkendali.3

2.1.2 Klasifikasi

Lebih dari 90% kanker paru primer timbul pada jaringan epitel bronchial.

Kanker ini berkumpul sehingga disebut bronkogenik karsinoma. Kanker paru

diklasifikasikan sesuai dengan tipe histologi selnya, yaitu: 3

1. Kanker paru karsinoma sel kecil (KPKSK )

Lokasi tumor biasanya terletak ditengah dan berkembang cepat. Banyak

bermetastasis melalui limfe dan sistem sirkulasi. Tumor juga berhubungan

dengan sindrom paraneoplastik. Prognosis jelek, dapat bertahan hidup

biasanya tidak lebih dari 2 tahun dengan pengobatan.

2. Karsinoma paru karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK)

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin

6
7

KPKBSK mencakup karsinoma epidermoid/ karsinoma sel skuamous,

adenokarsinoma dan large cell carcinoma. Pada karsinoma epidermoid/

karsinoma sel skuamous sering kali terlokalisasi di tengah atau cabang

bronkhus segmental. Pada lokasi perifer, kavitas dapat terbentuk dijaringan

paru, berhubungan erat dengan rokok, berkembang lambat, kurang invasif,

metastasis sering kali terbatas di rongga toraks, termasuk nodus limfe

regional, pleura, dan dinding dada, biasanya berhubungan dengan gejala

obstruksi dan pneumonia, pasien mengeluh nyeri dada, batuk, dispnea, dan

hemoptisis. Adenokarsinoma biasanya terletak di daerah perifer,

berkembang lambat, penyebaran secara hematogen, frekuensi tinggi

metastasis ke otak, letak lain termasuk adrenal, hati, tulang dan ginjal. Tipe

predominan pada yang bukan perokok dan sering pada wanita. Sedangkan

Large cell carcinoma terletak di perifer, lesi subpleura dengan nekrotik.

Sering kali berbentuk tumor bermassa lebih besar dari pada

adenokarsinoma. Large cell carcinoma juga berkembang lambat dan

memiliki prognosis yang buruk.

2.1.3 Epidemiologi

Kanker paru di Indonesia termasuk dalam tiga besar kanker terbanyak

setelah kanker payudara dan kanker serviks. Kanker paru terbanyak ditemukan

pada pria. Berdasarkan data dari RS Kanker Dharmais Jakarta, prevalensi

dari kanker paru dari tahun 2010 hingga 2013 selalu meningkat. Pada tahun

2010 dilaporkan 117 kasus dengan 38 kematian, tahun 2011 dilaporkan 163 kasus

dengan 39 kematian, tahun 2012 dilaporkan 165 kasus dengan 62 kematian, dan

pada tahun 2013 dilaporkan 173 kasus dengan 65 jumlah kematian. Tingkat

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
8

harapan hidup lima tahun (five-year survival rate) kanker paru 17,8% lebih rendah

dari jenis kanker lainnya, seperti usus (65,4%), payudara (90,5%) dan prostat

(99,6%). 3

Penelitian epidemiologi WHO melaporkan sekitar 40% pasien KPKBSK

adalah jenis adenokarsinoma.14 Data di Indonesia berdasarkan laporan RSUD Dr.

Soetomo Surabaya tahun 2006 yaitu KPKBSK jenis adenokarsinoma merupakan

jenis kanker paru yang paling banyak ditemukan yaitu sebesar 49% dengan

stadium terbanyak IIIb (62%).3 Aisyah N, et al dalam penelitiannya di RSUD

Ulin Banjarmasin pada tahun 2006-2011 terhadap 134 pasien yang didiagnosis

kanker paru primer melaporkan sebagian besar penderita kanker paru primer adalah

laki-laki (76,12%) dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan 3:1. Umur

rata-rata adalah 57 tahun dengan umur terbanyak pada dekade kelima (29,85%). Gejala

klinis yang paling sering dikeluhkan adalah sesak nafas (53,73%). Jenis histologi

kanker paru primer yang terbanyak adalah adenokarsinoma (61,96%).15 Sebagian besar

pasien berada pada stadium akhir yaitu stadium IVA dan IVB (56,72% dan 17,91%).4

2.1.4 Etiologi

1. Faktor Genetik

Keluarga tertentu memiliki hereditas dan kerentanan genetik bawaan

untuk mengalami keganasan, ketidakstabilan genomik pada orang tertentu

memicu terjadinya kanker paru. Kebanyakan dari mutasi yang paling umum

diteliti pada kanker paru melibatkan jalur signaling dalam sel tersebut.

Misalnya pada kelompok enteroblastik onkogen B (ErbB), mutasi atau

amplifikasi reseptor-reseptor ini bisa mengaktivasi sistem signaling

intraseluler yang terlibat dalam pembelahan sel dan proliferasi sel.16

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
9

Penderita kanker paru sebagian merupakan pasien lanjut usia, hal ini

disebabkan karena pemendekan telomer secara kontinyu selama siklus-siklus

replikasi sel berulang, dan makin tua seseorang maka peluang kerusakan

DNA makin besar.16

2. Faktor gaya hidup

Merokok merupakan faktor risiko dominan untuk kanker paru. Ada

hubungan dosis respons langsung antara jumlah rokok yang dihisap dengan

risiko kanker paru. Asap tembakau mengandung sekitar 4000 zat kimia, dan

sekitar 60 zat kimia merupakan karsinogen. Molekul paling penting yang

terlibat dalam terjadinya kanker paru adalah polycyclic aromatic

hydrocarbons (PAH). Konsentrasi produksi radikal-bebas yaitu 1015 radikal

bebas per gram dan 1017 radikal bebas per gram. Pada beberapa penelitian,

peningkatan risiko kanker paru pada kelompok sosial-ekonomi rendah telah

dikaitkan dengan prevalensi merokok yang lebih tinggi.16

3. Faktor Lingkungan

Polutan seperti gas radon dan asbestos telah dilaporkan berkaitan

dengan kejadian kanker paru. Industri dan pekerjaan lainnya seperti logam,

aspal, pembuatan kapal dan konstruksi juga turut berkaitan dengan risiko

kanker paru.16

2.1.5 Patogenesis

Seperti penyakit kanker lainnya, kanker paru dimulai oleh aktivasi onkogen

dan inaktivasi gen supresor tumor. Onkogen merupakan suatu gen yang diyakini

sebagai penyebab seseorang cenderung terkena kanker. Proto-onkogen berubah

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
10

menjadi onkogen apabila terpapar karsinogen spesifik. Mutasi yang terjadi pada

proto-onkogen K-ras menyebabkan adenokarsinoma paru sampai 10-30%.17

Kerusakan kromosom menyebabkan kehilangan sifat keberagaman

heterezigot, menyebabkan inaktivasi gen supresor tumor. Kerusakan kromosom

3p, 5q, 13q dan 17p paling sering menyebabkan KPKBSK. Gen p53 tumor

supresor berada di kromosom 17p yang didapatkan 60-75% dari kasus. Gen gen

lainnya yang sering bermutasi dan berkembang ialah c-Met, NKX2-1, LKB1,

PIK3CA dan BRAF.17

Gambar 2.1 Cancer-immunity cycle18

Sel kanker akan memicu respons imun dari tubuh yang dikenal dengan

konsep “cancer-immunity cycle”. Siklus ini terdiri dari 7 tahap dalam upaya

pertahanan tubuh terhadap sel kanker. Tahap 1, sel kanker yang mengalami

apoptosis akan melepaskan antigen. Tahap 2, antigen ini ditangkap oleh antigen

presenting cell (APC) seperti sel dendritic. Tahap 3, APC akan mempresentasikan

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
11

antigen sel kanker ke limfosit T naïve dengan reseptor yang sesuai di kelenjar

limfe yang akan memicu aktivasi, maturasi dan ekspasi dari klonal limfosit T

tersebut. Tahap 4, limfosit T yang telah teraktivasi tersebut akan bermigrasi ke sel

kanker. Tahap 5, limfosit T menginfiltrasi sel kanker. Tahap 6, limfosit T

mengenali sel kanker. Tahap 7, limfosit T merusak sel kanker tersebut dan memicu

pelepasan antigen sel kanker yang akan dipresentasikan kembali oleh APC pada

tahap 1 (gambar 2.1). 18

Gambar 2.2 Mekanisme sel kanker menghindari surveilans sistem imun tubuh19

Sel kanker paru dapat menghindari surveilans sistem imun tubuh melalui

beberapa jalan yaitu menurunkan ekspresi molekul Major Histocompability

Complex (MHC) kelas 1 yang penting dalam pengenalan sel limfosit T sitotoksik,

meningkatkan ligand inhibitor sel limfosit T sitotoksik seperti programmed cell

death ligand-1 (PDL-1), meningkatkan sel imunosupresif seperti limfosit T

regulator (Treg) dan myeloid-derived-suppressor cell (MDSC), melepaskan faktor-

faktor imunosupresif, dan disregulasi check-point limfosit T (gambar 2.2).19

2.1.6 Gejala Klinis

Kebanyakan gejala pada kanker paru (turunnya berat badan, demam,

hilangnya nafsu makan, kelelahan) tidak spesifik. Pada kebanyakan kasus, kanker

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
12

telah menyebar dari lokasi awalnya saat timbul gejala dan datang ke dokter. Lokasi

umum untuk penyebarannya termasuk otak, tulang, kelenjar adrenal, hati,

perikardium, dan ginjal.20

Secara umum pasien kanker paru kehilangan berat badan, nyeri tulang, sakit

kepala, kelelahan dan anoreksia. Bila kanker tumbuh di sekitar saluran napas,

keadaan ini dapat menghambat aliran udara, menyebabkan sesak napas. Hambatan

ini dapat menyebabkan adanya akumulasi sekret di belakang sumbatan, dan

menyebabkan terjadinya pneumonia.20

Sekitar 65%-75% pasien kanker paru mengalami batuk, sekitar 6%-35%

pasien mengalami hemoptisis, dengan 3% pasien mengalami hemoptisis yang

fatal. Sesak nafas terjadi pada sekitar 65% pasien, penyebab sesak napas pada

kanker paru termasuk efusi pleura, pneumonia, dan komplikasi dari kemoterapi

atau terapi radiasi, seperti pneumonitis. Nyeri dinding dada terjadi pada sekitar

50%. Nyeri dada dapat terjadi karena penyebaran langsung dari tumor ke

permukaan pleura.20

2.1.7 Stadium Kanker

Stadium kanker ditentukan berdasarkaan klasifikasi tumor, nodul dan

metastase (TNM). Berikut klasifikasi TNM kanker paru edisi 8:21

Tabel 2.1 Klasifikasi TNM kanker paru 21


T: Tumor primer

Tx Keberadaan sel kanker ditemukan pada sputum atau bronchial


washing tetapi tidak ditemukan secara visual oleh radiologi maupun
bronkoskopi
T0 Tidak ada bukti tumor primer
Tis Karsinoma in situ
T1 Tumor ≤ 3 cm pada dimensi terbesar dikelilingi oleh pleura paru
atau visceral tanpa adanya bukti invasi bronkoskopik yang lebih
proksimal dari bronkus lobar (contoh, tidak pada bronkus utama)
T1a(mi) Adenokarsinoma invasi minimal

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
13

T1a Tumor ≤ 1 cm pada dimensi terbesar


T1b Tumor > 1 cm tetapi ≤ 2 cm pada dimensi terbesar
T1c Tumor > 2 cm tetapi ≤ 3 cm pada dimensi terbesar
T2 Tumor > 3 cm tetapi ≤ 5 cm atau tumor dengan karakteristik berikut:
- Mengenai bronkus utama terlepas dari jarak dari carina
tetapi tanpa keterlibatan carina
- Menginvasi pleura visceral
- Terkait dengan atelectasis atau pneumonitis obstruksi yang
menyebar ke regio hillus, melibatkan bagian atau seluruh
paru
T2a Tumor > 3 cm tetapi ≤ 4 cm pada dimensi terbesar
T2b Tumor > 4 cm tetapi ≤ 5 cm pada dimensi terbesar
T3 Tumor > 5 cm tetapi ≤ 7 cm pada dimensi terbesar atau dikaitkan
dengan nodul tumor yang berbeda pada lobus yang sama dengan
tumor primer atau menginvasi secara langsung salah satu struktur
berikut: dinding dada (termasuk pleura parietal dan tumor sulkus
superior), nervus phrenikus, pericardium parietal
T4 Tumor > 7 cm pada dimensi terbesar atau dikaitkan dengan nodul
tumor yang berbeda pada lobus ipsilateral yang berbeda dengan
tumor primer atau menginvasi salah satu struktur berikut: diafragma,
mediastinum, jantung, pembuluh darah besar, trakea, nervus
laryngeal rekuren, esophagus, badan vertebra, dan carina
N: Nodus (keterlibatan kelenjar limfe regional)
Nx Kelenjar limfe regional tidak terdeteksi
N0 Tidak ada metastasis kelenjar limfe regional
N1 Metastasis ke kelenjar limfe peribronkhial dan atau kelenjar limfe
hilus ipsilateral dan kelenjar limfe intrapulmonal termasuk
keterlibatan dengan ekstensi langsung
N2 Metastasis ke kelenjar limfe mediastinum ipsilateral dan atau
kelenjar limfe subcarinal
N3 Metastasis ke kelenjar limfe mediastinal kontralateral, hilus
kontralateral, scalene kontralatera/ipsilateral, atau supraklavikula
M: Metastasis
M0 Tanpa metastasis jauh
M1
M1a Nodul tumor terpisah pada lobus kontralateral; tumor dengan nodul
pleural atau pericardial atau efusi pleural / pericardial malignan
M1b Metastasis ekstratorakal tunggal
M1c Metastasis ekstratorakal multipel pada satu atau lebih organ

Tabel 2.2 Pengelompokan stadium kanker paru21


Occult carcinoma TX N0 M0
Stage 0 Tis N0 M0
Stage IA1 T1a(mi) N0 M0
T1a N0 M0
Stage IA2 T1b N0 M0

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
14

Stage IA3 T1c N0 M0


Stage IB T2a N0 M0
Stage IIA T2b N0 M0
Stage IIB T1a to c N1 M0
T2a N1 M0
T2b N1 M0
T3 N0 M0
Stage IIIA T1a to c N2 M0
T2a to b N2 M0
T3 N1 M0
T4 N0 M0
T4 N1 M0
Stage IIIB T1a to c N3 M0
T2a to b N3 M0
T3 N2 M0
T4 N2 M0
Stage IIIC T3 N3 M0
T4 N3 M0
Stage IVA Any T Any N M1a
Any T Any N M1b
Stage IVB Any T Any N M1c

2.1.8 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis,

pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi, dan pemeriksaan histopatologi.

Gambaran klinik penyakit kanker paru tidak banyak berbeda dari penyakit paru

lainnya, terdiri dari keluhan subyektif dan gejala obyektif. Dari anamnesis akan

didapat keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktor–faktor lain yang

sering sangat membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama dapat berupa: Batuk-

batuk dengan / tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen), batuk darah, sesak

napas, suara serak, sakit dada, sulit / sakit menelan, benjolan di pangkal leher,

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
15

sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri

yang hebat.3

Tampilan umum (performance status) penderita kanker paru berdasarkan

keluhan subyektif dan obyektif yang dapat dinilai oleh dokter. Ada beberapa skala

international untuk menilai tampilan ini, antara lain berdasarkan Karnofsky Scale

yang banyak dipakai di Indonesia, tetapi juga dapat dipakai skala tampilan WHO.

Tampilan inilah yang sering jadi penentu dapat tidaknya kemoterapi diberikan.3

Tumor marker yang paling sering digunakan pada kanker paru adalah

neuron specific enolase (NSE), carcinoembryonic antigen (CEA), cytokeratin 19

fragments (CYFRA 21-1), squamous cell carcinoma antigen (SCC), dan cancer

antigen 125 (CA 125). CYFRA 21-1 (Cytokeratin 19 Fragments ) merupakan

tumor marker yang baru. Pada penelitian histopatologi, dikemukan bahwa

CYFRA 21-1 amat banyak ditemukan pada kanker paru. CYFRA 21-1 merupakan

tumor marker yang paling sensitif untuk kanker paru yaitu pada KPKBSK juga

pada tumor skuamos.3,22

Hasil pemeriksaan radiologis adalah salah satu pemeriksaan penunjang

yang mutlak dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor primer dan metastasis,

serta penentuan stadium penyakit berdasarkan sistem TNM. Pemeriksaan

radiologi paru yaitu foto toraks posteroanterior (PA)/lateral, computerized

tomography (CT-scan) toraks, bone scan, bone survey, ultrasonografi (USG)

abdomen dan Brain-CT dibutuhkan untuk menentukan letak kelainan, ukuran

tumor dan metastasis.3

Diagnosis pasti kanker paru dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan

patologi anatomi yang dapat memberikan informasi sitologi dan histopatologi.

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
16

Bahan pemeriksaan dapat diambil dengan berbagai cara yaitu bronkoskopi, biopsi

aspirasi jarum, Transbronchial Needle Aspiration (TBNA), Transbronchial Lung

Biopsy (TBLB), Transthoraxic Biopsy (TTB), biopsi jarum halus dapat dilakukan

bila terdapat pembesaran kelenjar getah bening (KGB) atau teraba masa yang

dapat terlihat superfisial, punksi dan biopsi pleura harus dilakukan jika ada efusi

pleura, torakoskopi medik dan sitologi sputum.3

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis dan harapan hidup

pasien kanker paru

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prognosis dan harapan hidup

pasien dengan kanker paru telah dilaporkan dan diteliti. Pada pasien KPKBSK

beberapa faktor yang dilaporkan yaitu usia > 60 tahun, FEV1, stadium saat

terdiagnosis, terapi dan penurunan berat badan.20,23

Penelitian-penelitian dewasa ini juga melaporkan beberapa parameter yang

dapat membantu memperkirakan prognosis diantaranya NLR, PLR dan CEA.

Ketiga parameter ini telah banyak diteliti terkait dengan prognosis dan harapan

hidup pasien kanker paru. Semakin meningkat angka NLR, PLR, dan CEA,

semakin buruk prognosis pasien dan dikaitkan dengan angka harapan hidup yang

lebih rendah pada pasien KPKBSK.6,24,25

2.2.1 NLR pada kanker paru

Studi-studi telah melaporkan peranan penting NLR dalam menilai

prognosis berbagai jenis kanker termasuk kanker paru. Akan tetapi, mekanisme

yang menjelaskan angka harapan hidup yang rendah pada pasien kanker dengan

NLR belum diketahui secara pasti.24

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
17

Tumor paru, seperti tumor lainnya, memproduksi kemokin yang mengatur

jumlah polomorfonuklear (PMN) pada lingkungan mikro tumor. Kemokin tumor

seperti IL-8, growth-related oncogene protein-α (GRO-α/CXCL1), macrophage

inflammatory protein-1α (MIP-1α/CCL3) dan human granulocyte chemotactic

protein-2 (huGCP-2/CXCL-6), murine chemokines seperti MIP-1α merupakan

chemoattractants dan activator netrofil yang poten (gambar 2.3).26,27

Gambar 2.3 Faktor soluble yang meningkatkan rekrutmen netrofil pada tumor27

Tumor associated neutrophil (TAN) akan menghasilkan berbagai sitokin

yang menekan aktivitas imun dari limfosit dan natural killer dengan rangsangan

dari Transforming Growth Factor - β (TGF- β) yang diproduksi oleh sel kanker.

Sitokin ini diperkirakan sebagai mediator utama progresi tumor, merangsang

pertumbuhan tumor, merangsang angiogenesis dan membantu sifat invasif dari sel

kanker (gambar 2.4).27

Limfosit memegang peranan penting dalam sistem pertahanan tubuh

terhadap kanker. Limfosit T sitotoksik CD8 dapat menekan perkembangan sel

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
18

kanker dan mencegah metastasis. Tumor associated neutrophil (TAN) dapat

menekan limfosit T sitotoksik dan menyebabkan limfopenia. Beberapa mekanisme

lain terjadinya limfopenia pada pasien kanker dengan metastasis yaitu destruksi

limfosit oleh sel tumor yang mengekspresikan ligand pro-apoptosis (Programmed

death ligand-1 / PDL-1) dan meningkatkan limfosit Treg yang akan menekan

produksi limfosit T sitotoksik.28,29

Gambar 2.4 Fungsi protumor dan anti-tumor netrofil yang dipengaruhi


oleh TGF-β27

Peranan limfosit pada kanker paru telah dilaporkan dari berbagai studi.

Peningkatan infiltrasi limfosit pada sel tumor dikaitkan dengan respons yang lebih

baik terhadap terapi sitotoksik dan prognosis pasien yang lebih baik. Limfosit

memiliki peranan penting pada regulasi sistem imun yang penting dalam destruksi

sel ganas residual. Diperkirakan tumor-infiltrating lymphocytes (TIL) dikaitkan

dengan luaran klinis yang lebih baik pada pasien kanker. NLR memberikan

gambaran adanya TIL sehingga dapat memprediksi efek terapi kanker paru.30,31

Ozyurek, et al pada tahun 2017 melakukan studi retrospektif dengan 386

data pasien kanker paru periode tahun januari 2006 – januari 2014. Ozyurek

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
19

melaporkan median lama harapan hidup pasien KPKBSK lebih panjang

dibandingkan lama harapan hidup pasien KPKSK (20,24 bulan vs 12,95 bulan,

p<0,0001). Ozyurek juga melaporkan lama harapan hidup pada pasien KPKBSK

dengan nilai NLR sebelum terapi < 3 lebih panjang dibandingkan pasien

KPKBSK dengan nilai NLR sebelum terapi ≥ 3 (median 34,76 bulan vs 19,12

bulan, p=0,002).6

Meta-analisis oleh Wang, et al pada tahun 2019 terhadap 27 studi dengan

sampel berjumlah 4.298 melaporkan NLR pretreatment yang tinggi (NLR > 3,11)

dikaitkan dengan progression free survival (PFS) yang lebih rendah dibandingkan

NLR pretreatment rendah (HR: 1,62, 95% CI: 1,43-1,84) dan NLR pretreatment

yang tinggi (NLR > 4,03) dikatkan dengan overall survival (OS) yang lebih rendah

(HR: 1,63, 95% CI: 1,43-1,84). Analisis subgroup berdasarkan terapi juga

melaporkan hal yang sejalan. Pasien dengan NLR pretreatment tinggi secara

bermakna dikaitkan dengan lama harapan hidup yang lebih pendek pada pasien

dengan kemoterapi (PFS HR: 1,74, 95% CI: 1,39-2,17); OS HR: 1,73, 95% CI:

1,26-2,36), imunoterapi (PFS HR: 1,53, 95% CI: 1,27-1,84); OS HR: 2,50, 95%

CI: 1,60-3,89), dan targeted therapy (PFS HR: 1,53, 95% CI: 1,04-2,25); OS HR:

1,92, 95% CI: 1,14-3,24).8

2.2.2 PLR pada kanker paru

PLR merupakan rasio antara jumlah trombosit dibandingkan limfosit di

perifer. Beberapa studi telah dilakukan untuk menilai kemaknaan PLR terhadap

prognosis pasien kanker paru dengan hasil yang inkonsisten. Studi meta-analisis

oleh Nan Ding, pada 1388 pasien kanker paru melaporkan peningkatan PLR (PLR

> 170,5) memiliki korelasi negatif terhadap OS (HR: 1,33 95% CI: 1,10-1,62,

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
20

p<0,001) dan PFS (HR: 1,43, 95% CI: 1,14-1,78) pasien kanker paru pada

KPKBSK tetapi tidak memiliki korelasi bermakna pada pasien KPKSK.6

Peningkatan PLR pada kanker paru dapat disebabkan peningkatan

trombosit atau penurunan jumlah trombosit. Interleukin-6 (IL-6) dilaporkan

meningkat pada tumor paru dengan metastasis. Peningkatan IL-6 menginduksi

ekspresi mRNA trombopoietin (TPO) yang menyebabkan peningkatan kadar TPO.

Peningkatan TPO merangsang peningkatan produksi trombosit di sumsum tulang

menyebabkan trombositosis. Trombosit kemudian diaktivasi secara direk dengan

reseptor pada sel kanker atau indirek dengan peningkatan trombin pada lingkungan

mikro sel kanker. Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan growth factor

seperti Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF), Transforming Growth

Factor (TGF) -, dan Platelet Derived Growth Factor (PDGF) dapat memicu

pertumbuhan tumor dan angiogenesis (gambar 2.5).32,33

Gambar 2.5 Siklus hubungan sel tumor dan trombosit33

Pada tumor paru, VEGF memiliki peranan penting dalam menjamin suplai

vaskuler pada sel tumor. VEGF merupakan salah satu mediator utama

angiogenesis yang sangat penting untuk pertumbuhan sel tumor. Reseptor VEGF

terdiri dari VEGFR1-VEGFR3. VEGF dapat memicu angiogenesis dengan

berikatan dengan VEGFR2 yang utamanya diekspresikan pada sel endothelial. 34,35

TGF- memiliki peranan yang sangat besar pada lingkungan mikro tumor paru

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
21

yang dapat meningkatkan progresi sel tumor. TGF- menyebabkan aktivasi

fibroblast, remodeling matriks dan evasi dari sistem imun. 35,36 PDGF memiliki

peranan penting dalam maturasi pembuluh darah. Ikatan PDGF dengan reseptor

memicu rekrutmen perisit pada daerah vascular yang sedang berkembang.

Overekspresi reseptor PDGF dikaitkan dengan prognosis kanker paru yang lebih

buruk (gambar 2.6) 35,37

Gambar 2.6 Molecular pathway yang mendasari angiogenesis pada sel tumor38

2.2.3 CEA pada kanker paru

CEA adalah glikoprotein adhesi sel yang diekspresikan pada beberapa

jaringan dan dapat ditemukan pada orang sehat dengan titer yang rendah.

Peningkatan CEA telah dilaporkan terkait dengan prognostik berbagai kanker

diantaranya kanker kolorektal, lambung, pankreas, paru dan payudara.25

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
22

Overekspresi CEA pada kanker paru dilaporkan pada beberapa jenis sel

kanker paru yaitu KPKBSK, KPKSK, adenokarsinoma, dan karsinomal sel

skuamosa (gambar 2.7).

Gambar 2.7 Ekspresi CEA pada berbagai jenis sel kanker paru39

Peningkatan CEA meningkatkan kemampuan metastasis sel kanker paru

yang mungkin diakibatkan peningkatan adhesi sel-sel tumor dan pembuluh darah.

Serum CEA dapat memberikan informasi prognosis mengenai risiko rekurensi

dan mortalitas kanker paru.39

CEA telah dilaporkan sebagai faktor prognosis independent terhadap

rekurensi dan harapan hidup pada pasien dengan KPKBSK. Pemeriksaan CEA

telah disarankan untuk dilakukan secara rutin sebagai pemeriksaan follow-up

pasien kanker paru. Studi oleh Arrieta, et al tahun 2013 melaporkan penurunan

CEA ≥ 14% dari pemeriksaan CEA awal setelah 2 kali siklus terapi KPKBSK

tahap lanjut secara akurat menilai keberhasilan terapi.40

Okada, et al melakukan studi terhadap 1000 pasien KPKBSK stadium 1

yang menjalani operasi reseksi tumor. Okada melaporkan angka harapan hidup 5

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
23

tahun yang lebih rendah pada pasien dengan CEA > 5 dibandingkan pasien

dengan CEA normal (53,8% vs 75,2%, p<0,0001).13

Kosu et al melaporkan dalam studinya terhadap 263 pasien KPKBSK

stadium 1 yang menjalani operasi reseksi tumor melaporkan pasien dengan CEA

normal sebelum dan setelah pembedahan memiliki overall survival 5 tahun 95,5%

dibandingkan pasien dengan CEA tinggi 85,5%. Analisis multivariate

menunjukkan tumor dengan diameter lebih 30 mm, adanya invasi pleura dan

peningkatan CEA yang persisten merupakan indikator prognosis buruk

independent. Kosu et al menyimpulkan pasien dengan CEA tinggi paska operasi

memerlukan kemoterapi adjuvant.41

Salah satu aspek penting peranan CEA sebagai penanda prognosis kanker

paru yaitu ekspresi CEA pada jaringan paru meningkat pada perokok berat. Okada

et al dalam studinya menyimpulkan pengukuran CEA pada pasien kanker paru

yang merokok berat tidak menunjukkan makna prognostik yang menyebabkan

penggunaan CEA sebagai penanda prognostik kanker paru pada pasien perokok

berat menjadi terbatas.13,41

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

NLR PLR

- Usia
- FEV1
- Stadium
LAMA HARAPAN HIDUP - Penurunan
Berat badan
-Terapi

Gambar 3.1 Kerangka konseptual hubungan nilai NLR, PLR dan CEA dengan
lama harapan hidup pasien KPKBSK

Keterangan :
-------- : variabel yang tidak diteliti
_____ : variabel yang diteliti

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin

24
25

Pada KPKBSK terjadi pelepasan kemokin-kemokin yaitu IL-8, GRO-

α/CXCL1, MIP-1α/CCL3 dan huGCP-2/CXCL-6 yang memicu peningkatkan

rekrutmen netrofil dan menyebabkan terjadinya netrofilia. Netrofilia dapat

menyebabkan meningkatnya TAN yang melepaskan sitokin-sitokin yang

menyebabkan penekanan aktivitas imun dari limfosit sehingga menyebabkan

limfositopenia. Pada KPKBSK juga mengekspresikan ligand pro-apoptosis yaitu

PDL-1 yang meningkatkan Treg dan menekan produksi dari limfosit T sitotoksik

yang menyebabkan limfositopenia. Adanya netrofilia dan limfositopenia ini

menyebabkan rasio NLR meningkat dan dikaitkan dengan lama harapan hidup

yang lebih rendah.26,27

Sel kanker paru KPKBSK telah ditemukan melepaskan IL-6 khususnya

pada kanker paru dengan metastasis. Peningkatan IL-6 memicu peningkatan

produksi TPO di hati. Peningkatan TPO ini merangsang peningkatan produksi

trombosit di sumsum tulang dan menyebabkan trombositosis. Adanya

trombositosis dan limfopenia ini menyebabkan rasio PLR meningkat dan

dikaitkan dengan lama harapan hidup yang lebih rendah.32,33

CEA merupakan protein yang ditemukan pada berbagai jaringan termasuk

pada organ paru. Pada kanker paru CEA mengalami overekspresi sehingga

kadarnya dalam darah mengalami peningkatan. Peningkatan CEA ini dikaitkan

dengan lama harapan hidup yang lebih rendah.25

Lama harapan hidup pasien KPKBSK juga dipengaruhi oleh beberapa faktor

lain yaitu usia, FEV1, stadium, dan penurunan berat badan. Faktor-faktor ini

tidak dimasukkan dalam analisis penelitian ini.23

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
26

3.2 Hipotesis Penelitian

1. Terdapat hubungan antara nilai NLR dengan lama harapan hidup pasien

KPKBSK.

2. Terdapat hubungan antara nilai PLR dengan lama harapan hidup pasien

KPKBSK.

3. Terdapat hubungan antara peningkatan nilai CEA dengan lama harapan

hidup pasien KPKBSK.

4. Nilai Cut off point PLR, NLR dan CEA pada pasien KPKBSK di RSUD

Ulin Banjarmasin dapat diketahui.

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan studi observasional analitik dengan rancangan

penelitian cross-sectional, dimana subyek yaitu pasien KPKBSK yang

menjalani pemeriksaan darah rutin, CEA dan histopatologi.

4.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

4.2.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah semua pasien dengan diagnosis KPKBSK

yang telah meninggal dan pernah dirawat di RSUD Ulin (rawat inap & rawat

jalan).

4.2.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah pasien yang terdiagnosa KPKBSK secara

histopatologi anatomi atau sitologi patologi anatomi yang telah meninggal

maupun pernah dirawat di RSUD Ulin Banjarmasin selama periode tahun 2017-

2019 sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria Inklusi:

1. Pasien KPKBSK yang terdiagnosa secara histologi atau sitologi patologi

anatomi

2. Memiliki pemeriksaan darah rutin dan CEA sebelum mendapatkan kemoterapi

3. Memiliki data kontak pasien yang dapat dihubungi

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin

27
28

4. Usia pasien > 40 tahun

5. Pasien dengan kanker paru stadium III-IV

Kriteria Eksklusi:

1. Pasien KPKBSK dengan keganasan hematologi

2. Pasien KPKBSK dengan diagnosa infeksi

4.2.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel adalah totally sampling yang diambil dari

rekam medik semua penderita KPKBSK periode Januari 2017 – Desember 2019.

4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.3.1 Variabel Penelitian

Variabel bebas : NLR, PLR dan CEA

Variable terikat : lama harapan hidup

Variabel penganggu : FEV,terapi dan penurunan berat badan (karena dari

instrument rekam medik tidak lengkap sehingga tidak bisa dikendalikan).

4.3.2 Definisi Operasional

1. KPKBSK adalah kanker paru yang ditegakkan diagnosisnya berdasarkan

pemeriksaan histologi atau sitologi patologi anatomi termasuk ke dalam

kanker paru karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK)

2. CEA adalah kadar CEA sebelum kemoterapi yang diperoleh berdasarkan

pemeriksaan sampel pasien dengan menggunakan serum pasien dengan

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
29

metode Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) dan dinyatakan

dalam ng/mL.

3. NLR merupakan perbandingan nilai netrofil absolut dan limfosit absolut

pada pemeriksaan darah rutin sebelum kemoterapi yang diukur flow

cytometry dengan automated hematology analyzer. Cara pengukuran nilai

NLR:

Netrofil absolut = Persentase jumlah netrofil x jumlah leukosit

Limfosit absolut = Persentase jumlah limfosit x jumlah leukosit

NLR = Netrofil absolut / Limfosit absolut

4. PLR merupakan perbandingan jumlah trombosit dan limfosit absolut pada

pemeriksaan darah rutin sebelum kemoterapi yang diukur flow cytometry

dengan automated hematology analyzer. Cara pengukuran nilai PLR :

Platelet = 150.000 – 450.000 / μL

Limfosit absolut= Persentase jumlah limfosit x jumlah leukosit

PLR = Platelet / Limfosit absolut

5. Lama harapan hidup pasien adalah lamanya pasien KPKBSK bertahan

hidup setelah pertama kali terdiagnosis sampai pasien meninggal yang

dilaporkan dalam bulan. Lama harapan hidup dikategorikan menjadi dua

yaitu ≤ mean dan > mean.

4.4 Instrumen Penelitian

1. Rekam medis penderita KPKBSK

2. Alat tulis

3. Nomor Telepon/Hp keluarga atau penderita KPKBSK

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
30

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian rekam medik RSUD ULIN. Waktu penelitian

diperkirakan berlangsung 7 bulan (Juli 2020-Januari 2021).

4.6 Alur Penelitian


Subyek penelitian KPKBSK yang dinyatakan
meninggal dan memiliki hasil histo PA atau sitologi

Kriteria inklusi

Kriteria eksklusi
Sampel penelitian

Data Rekam Medik

Hasil Pemeriksaan Darah Rutin Status hidup Pemeriksaan CEA

Nilai Netrofil, Limfosit dan Platelet meninggal Tidak ada


data

Hasil NLR dan PLR Nomor Nilai CEA


Telepon/HP

Lama Harapan Hidup

Data

Analisis data

Hasil karya akhir

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
31

Gambar 4.1 Alur penelitian hubungan nilai NLR, PLR dan CEA dengan lama
harapan hidup pasien KPKBSK

4.7 Prosedur Pengumpulan Data

1. Menyusun proposal

2. Mengajukan persetujuan ke komisi etik

3. Mengambil data rekam medik pasien rawat jalan dan rawat inap yang telah

didiagnosa dengan KPKBSK dan dinyatakan meninggal serta memiliki

riwayat pemeriksaan darah rutin dan CEA sebelum menjalani terapi.

4. Mengambil data lama harapan hidup mulai dari saat pasien terdiagnosa

KPKBSK hingga dinyatakan meninggal berdasarkan hasil catatan rekam

medik dan akan dilanjutkan dengan menghubungi pasien atau keluarga

pasien.

4.8 Analisis Data

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi, tabel dan grafik kemudian

data yang terkumpul dikelompokkan sesuai tujuan dan jenis data, kemudian

dianalisis. Dilakukan penghitungan nilai mean / modus / median dan standar

deviasi dilanjutkan dengan data dilakukan uji normalitas. Jika terdistribusi normal

maka dilanjutkan dengan uji T test, sedangkan jika tidak terdistribusi normal

maka memakai uji Mann whitney untuk menganalisis hubungan antara nilai NLR,

PLR dan CEA dengan lama harapan hidup pasien KPKBSK. Selanjutnya,

dilakukan penentuan nilai Cut off point nilai NLR, PLR dan CEA terhadap lama

harapan hidup pasien KPKBSK menggunakan kurva ROC dan uji Kappa.

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
32

4.9 Etika penelitian

Penelitian menggunakan data rekam medik dengan melihat riwayat hasil

pemeriksaan darah rutin (PLR dan NLR) serta CEA pasien KPKBSK sesuai

dengan periode yang telah ditentukan. Dibuat surat permohonan uji kelayakan

etik kemudian penelitian akan dimulai setelah lulus kaji etik dari komite etik

badan penelitian dan pengembangan RSUD ULIN Banjarmasin dan Fakultas

Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Karakteristik sampel penelitian

Telah dilakukan penelitian terhadap 50 pasien yang terdiagnosis Kanker

Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK) secara histopatologi anatomi atau

sitologi patologi anatomi yang telah meninggal maupun pernah dirawat di RSUD

Ulin Banjarmasin selama periode tahun 2017-2019 dengan karakteristik seperti

yang digambarkan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Karakteristik pasien KPKBSK berdasarkan nilai sebaran mean, standar
deviasi, median, minimum dan maksimum
Karakteristik Responden Mean + SD Median Min Max
Usia (tahun) 56,72 + 7,77 57 41 74
BB (kg) 48,66 + 8,22 50 35 74
TB (cm) 159,58 + 5,72 160 150 172
IMT (kg/m ) 2
19,01 + 3,23 18,85 14,60 24,60
Lama Harapan Hidup (bulan) 6,00 + 7,24 3,00 1 42
PLR 310,08 + 182,37 252,85 50,48 906,90
NLR 8,94 + 9,12 6,12 1,01 59,41
CEA (ng/mL) 208,06 + 366,30 50,11 1,41 1500

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa pasien yang terdiagnosis KPKBSK

memiliki rata-rata usia 56,72 tahun, rata-rata berat badan 48,66 kg dan rata-rata

tinggi badan 159,58 cm dengan rata-rata IMT normal yaitu 19,01 kg/m2. Rata-rata

lama harapan hidup yaitu 6 bulan dengan rata-rata nilai PLR 310,08; rata-rata

nilai NLR 8,94 dan rata-rata nilai CEA 208,06 ng/mL.

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin

33
34

Selanjutnya, karakteristik subjek penelitian dikelompokkan berdasarkan

lama harapan hidup yaitu 6 bulan yang diperoleh dari hasil rata-rata lama harapan

hidup pasien KPKBSK dan disajikan pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Karakteristik pasien KPKBSK berdasarkan lama harapan hidup


<6 bulan >6 bulan TOTAL
Karakteristik Responden (n=50)
N % n % n %
Kelompok Usia (Tahun)
<65 27 65,9 14 34,1 41 100
>65 6 66,7 3 33,3 9 100
Jenis Kelamin
Laki-laki 23 60,5 15 39,5 38 100
Perempuan 10 83,3 2 16,7 12 100
Stadium
3a 2 100 0 0 2 100
3b 0 0 1 100 1 100
3c 1 100 0 0 1 100
4a 26 68,4 12 31,6 38 100
4b 4 50 4 50 8 100
Site Metastasis
No Metastasis 3 75 1 25 4 100
Single Metastasis 21 72,4 8 27,6 29 100
Multiple Metastasis 9 52,9 8 47,1 17 100
IMT
<18,5 14 66,7 7 33,3 21 100
18,5-24,9 19 65,5 10 34,5 29 100
Merokok
Ya 18 62,1 11 37,9 29 100
Tidak 15 71,4 6 28,6 21 100
Kebiasaan Lain
Menyemprot Tanaman Dengan 6 60 4 40 10 100
Pestisida
Memasak Dengan Kayu Bakar 7 70 3 30 10 100
Membakar Sampah 1 50 1 50 2
Tidak Terpapar 19 67,9 9 32,1 28 100

Tabel 5.2 menunjukkan pasien yang terdiagnosis KPKBSK lebih banyak

pada kelompok yang memiliki lama harapan hidup <6 bulan dengan karakteristik

mayoritas usia usia <65 tahun (65,9%), berjenis kelamin laki-laki (60.5%),

stadium saat terdiagnosis terbanyak yaitu stadium 4a (68,4%), single metastasis

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
35

(72,4%), IMT <18,5 kg/m2 (66,7%), perokok (62,1%) dan tidak terpapar faktor

resiko lain (67,9%).

5.2. Uji korelasi PLR, NLR dan CEA pasien KPKBSK dengan lama

harapan hidup

Sebelum dilakukan uji korelasi, dilakukan analisis uji Normalitas untuk

mengetahui distribusi sebaran data pada variable PLR, NLR dan CEA yang

disajikan pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3 Analisis uji Normalitas Shapiro Wilk

Variable Nilai Sig, Ket


PLR 0,001 Distribusi Tidak Normal
NLR 0,000 Distribusi Tidak Normal
CEA 0,000 Distribusi Tidak Normal
Lama Harapan Hidup 0,000 Distribusi Tidak Normal
*Distribusi p value > 0,05 berdistribusi normal

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa hasil uji normalitas Shapiro Wilk diperoleh

nilai p<0,05 sehingga diketahui bahwa variabel PLR, NLR, CEA dan lama

harapan hidup memiliki sebaran data yang berdistribusi tidak normal. Oleh karena

itu, uji lanjutan yang digunakan adalah Uji Mann Whitney (Tabel 5.4) .

Tabel 5.4 Uji korelasi PLR, NLR dan CEA pasien KPKBSK dengan
lama harapan hidup
Lama harapan hidup Lama harapan hidup
Karakteristik <6 bulan >6 bulan
Nilai p
Responden (n=33) (n=17)
Mean SD Mean SD
PLR 336,93 196,05 257,96 143,59 0,084
NLR 10,96 10,55 5,03 2,81 0,010
CEA (ng/mL) 267,26 422,46 93,14 180,86 0,011
*Uji Mann Whitney

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
36

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa pasien yang memiliki lama harapan

hidup <6 bulan dengan rata-rata nilai PLR 336,93; rata-rata nilai NLR 10,96 dan

rata-rata nilai CEA 267,26 ng/mL. Sedangkan, pasien yang memiliki lama

harapan hidup >6 bulan dengan rata-rata nilai PLR 257,96; rata-rata NLR 5,03 dan

rata-rata CEA 93,14 ng/mL.

Nilai PLR, NLR dan CEA pada pasien KPKBSK didapatkan lebih tinggi

pada pasien yang memiliki lama harapan hidup <6 bulan dibanding pasien yang

memiliki lama harapan hidup > 6 bulan. Hasil uji statistik Mann Whitney

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada nilai PLR antara pasien

yang memiliki lama harapan hidup <6 bulan dengan pasien yang memiliki lama

harapan hidup >6 bulan (p value > 0.05). Namun, terdapat perbedaan bermakna

pada nilai NLR dan CEA antara pasien yang memiliki lama harapan hidup <6

bulan dengan pasien yang memiliki lama harapan hidup >6 bulan (p value < 0,05).

5.3 Koordinat kurva spesifisitas dan sensitivitas cut off point hasil uji
diagnostik PLR, NLR dan CEA terhadap lamaharapan hidup
Untuk menentukkan nilai cut off point dari variable PLR, digunakan
koordinat kurva ROC spesifisitas dan sensitivitas yang ditunjukkan Gambar 5.1.

Gambar 5.1 ROC Curve Sensitivitas dan Spesifisitas Hasil Uji Diagnostik PLR

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
37

Berdasaran hasil analisa kurva ROC untuk variable nilai PLR pasien
KPKBSK pada penelitian ini diketahui bahwa area under curve (AUC) yaitu
sebesar 0,651 dengan nilai cut off point, sensitivitas dan spesifisitas seperti yang
tersaji pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5 Koordinat kurva spesifisitas dan sensitivitas cut off point hasil uji
diagnostik PLR terhadap lama harapan hidup
Positif Sensitivitas Spesifitas (%) Area Under Nilai p
Jika Lebih (%) The Curve CI (LB-UB)
197,50 81,8 58,8 0,651 0,084
202,50 78,8 58,8 (0,491-0,810)
211,40 78,8 52,9

Tabel 5.5 menunjukkan hasil uji diagnostik nilai PLR terhadap lama

harapan hidup pasien dan didapatkan nilai diagnostik positif jika hasil >197,50

dengan nilai sensitivitas sebesar 81,8% dan spesifisitas 58,8%. Nilai p

menunjukkan p>α0.05 sehingga didapatkan bahwa kenaikan nilai PLR tidak

memiliki hubungan dengan lama harapan hidup pasien.

Untuk menentukkan nilai cut off point dari variable NLR, maka digunakan

koordinat kurva ROC spesifisitas dan sensitivitas yang ditunjukkan pada Gambar

5.2.

Gambar 5.2 ROC Curve Sensitivitas dan Spesifisitas Hasil Uji Diagnostik NLR

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
38

Berdasaran hasil analisa kurva ROC untuk variable nilai NLR pasien
KPKBSK pada penelitian ini diketahui bahwa area under curve (AUC) yaitu
sebesar 0,725 dengan nilai cut off point, sensitivitas dan spesifisitas seperti yang
tersaji pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6 Koordinat kurva Spesifisitas dan sensitivitas cut off point hasil uji
diagnostik NLR terhadap lama harapan hidup
Positif Sensitivitas Spesifitas (%) Area Under Nilai p
Jika Lebih (%) The Curve CI (LB-UB)
5,90 63,6 29,4 0,725 0,010
6,10 60,6 29,4 (0,586-0,864)
6,50 60,6 23,5

Tabel 5.6 menunjukkan hasil uji diagnostik nilai NLR terhadap lama

harapan hidup pasien dan didapatkan nilai diagnostik positif jika hasil >5,90

dengan nilai sensitivitas sebesar 63,6% dan spesifisitas 29,4%. Nilai p

menunjukkan p<α0,05 sehingga didapatkan bahwa semakin tinggi nilai NLR

maka lama harapan hidup pasien semakin berkurang.

Untuk menentukkan nilai cut off point dari variable CEA, maka digunakan

koordinat kurva ROC spesifisitas dan sensitivitas yang ditunjukkan pada Gambar

5.3.

Gambar 5.3 ROC Curve Sensitivitas dan Spesifisitas Hasil Uji Diagnostik CEA

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
39

Berdasaran hasil analisa kurva ROC untuk variable nilai CEA pasien
KPKBSK pada penelitian ini diketahui bahwa area under curve (AUC) yaitu
sebesar 0,722 dengan nilai cut off point, sensitivitas dan spesifisitas seperti yang
tersaji pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7 Koordinat kurva Spesifisitas dan sensitivitas cut off point hasil uji
diagnostik CEA terhadap lama harapan hidup
Positif Sensitivitas Spesifitas (%) Area Under Nilai p
Jika Lebih (%) The Curve CI (LB-UB)
(ng/mL)
41,39 72,7 29,4 0,722 0,011
49,35 69,7 29,4 (0,569-0,875)
49,99 69,7 23,5

Tabel 5.7 menunjukkan hasil uji diagnostik nilai CEA terhadap lama

harapan hidup pasien dan didapatkan nilai diagnostik positif jika hasil >42,39

ng/mL dengan nilai sensitivitas sebesar 72,7% dan spesifisitas 29,4%. Nilai p

menunjukkan p<α0,05 sehingga didapatkan bahwa semakin tinggi nilai CEA

maka lama harapan hidup pasien semakin berkurang.

Selanjutnya dilakukan uji diagnosis kombinasi pada variabel nilai PLR

dan NLR untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan spesifisitas dan

sensitivitas pada gabungan kedua variabel tersebut dibandingkan dengan uji

diagnosis tunggal. Untuk menentukkan nilai cut off point dari kombinasi variable

nilai PLR dan NLR, maka digunakan koordinat kurva ROC spesifisitas dan

sensitivitas yang ditunjukkan pada Gambar 5.4.

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
40

Gambar 5.4 ROC Curve Sensitivitas dan Spesifisitas Hasil Uji Kombinasi PLR
dan NLR
Berdasaran hasil analisa kurva ROC untuk kombinasi variable nilai PLR
dan NLR pasien KPKBSK pada penelitian ini diketahui bahwa area under curve
(AUC) yaitu sebesar 0,658 dengan nilai cut off point, sensitivitas dan spesifisitas
seperti yang tersaji pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8 Koordinat kurva Spesifisitas dan sensitivitas cut off point hasil uji
diagnostik kombinasi PLR dan NLR terhadap lama harapan hidup
Positif Sensitivitas Spesifitas (%) Area Under Nilai p
Jika Lebih (%) The Curve CI (LB-UB)
209,65 81,8 52,9 0,658 0,070
216,01 78,8 52.9 (0,499-0,817)
224.65 78,8 47,1

Tabel 5.8 menunjukkan hasil uji diagnostik kombinasi nilai PLR dan

NLR terhadap lama harapan hidup pasien dan didapatkan nilai diagnostik positif

jika hasil >209,65 dengan nilai sensitivitas sebesar 81,8% dan spesifisitas 52,9%.

Nilai p menunjukkan p>α0,05 sehingga didapatkan bahwa kombinasi nilai PLR

dan NLR tidak memiliki hubungan dengan lama harapan hidup pasien.

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
BAB 6

PEMBAHASAN

Kanker paru karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) merupakan salah satu

jenis kanker paru dengan angka kejadian yang cukup tinggi yaitu mencapai 80%

dari keseluruhan kasus di Indonesia dengan rendahnya lama harapan hidup pasien

KPKBSK dengan rata-rata <1 tahun. Diagnosis kanker paru ditegakkan

berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium,

pemeriksaan radiologi dan pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan laboratorium

tumor marker yang paling sering digunakan pada kanker paru adalah neuron

specific enolase (NSE), carcinoembryonic antigen (CEA), cytokeratin 19

fragments (CYFRA 21-1), squamous cell carcinoma antigen (SCC), dan cancer

antigen 125 (CA 125). Sedangkan untuk penentuan diagnosis pasti dapat

menggunakan pemeriksaan patologi anatomi untuk memeriksa gambaran

histopatologi jaringan paru. 1,3

5.1 Karakteristik sampel penelitian

Berdasarkan data karakteristik dalam hasil penelitian ini, diketahui bahwa

pasien yang terdiagnosa KPKBSK di RSUD Ulin Banjarmasin rata-rata berusia 56

(41-74) tahun, jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki, stadium terbanyak yaitu

4a dan single metastase dengan rata-rata lama harapan hidup selama 6 bulan.

Sebagian besar pasien memiliki kebiasaan merokok dan adapula yang memiliki

kebiasaan lain seperti menyemprot tanaman dengan pestisida, memasak dengan

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin

41
42

kayu bakar dan membakar sampah. Beberapa penelitian lain menunjukkan hasil

karateristik serupa dengan penelitian kali ini. Faot NE, et al menyebutkan bahwa

sebanyak 81,3% pasien KPKBSK berjenis kelamin laki-laki dengan rerata usia 57

tahun dengan stadium terbanyak yaitu stadium 4.48 Crosbie et al, menyebutkan

pada 270 pasien KPKBSK didapatkan rasio pasien didominasi oleh laki-laki

dibandingkan perempuan dengan perbandingan 5,7:1 dan 209 pasien (65%)

berusia > 60 tahun. Hal serupa juga ditunjukkan dalam penelitian Aisyah, dkk

yang menyebutkan bahwa dari 134 pasien yang didiagnosis kanker paru primer,

sebanyak 76,12% berjenis kelamin laki-laki dengan perbandingan antara laki-laki

dan perempuan 3:1.5

Insidensi kanker semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hal

ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti semakin banyaknya pajanan

karsinogen berupa mengkonsumsi makanan yang mengandung karsinogen

ataupun terinhalasi zat karsinogen (termasuk pestisida, hasil bakaran sampah dan

kayu) yang disertai dengan kemampuan perbaikan sel yang semakin menurun.

Selain itu, hanya sedikit pasien yang dapat didiagnosis dini, hal ini karena adanya

penurunan imunitas pada usia tua dan akumulasi karsinogenik tersebut

menyebabkan sebagian besar penderita kanker baru mulai berobat dan

menunjukkan keluhannya ketika usia sudah diatas 40 tahun. 49 Adapun proporsi

laki-laki yang menderita kanker paru lebih banyak dibandingkan perempuan, hal

ini banyak dihubungkan dengan pola hidup terkait kebiasaan merokok dan

mengkonsumsi alkohol yang cenderung lebih banyak pada laki-laki dibanding

perempuan.48 Di Indonesia sendiri, prevalensi perempuan perokok rendah, berbeda

dengan di negara barat yang prevalensi perempuan merokoknya meningkat seiring

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
43

dengan kemajuan zaman dan urbanisasi.49 Beberapa studi menyebutkan bahwa

Environmental Geno toxicants seperti senyawa aromatik polisiklik hidrokarbon

(PAH) yang berasal dari merokok dan paparan pekerjaan diketahui menyebabkan

kerusakan DNA yang berujung pada kejadian kanker paru. Di antara senyawa

PAH tersebut, benzo-α-pyrene adalah senyawa yang dianggap paling banyak

ditemukan dalam menginduksi kanker paru.50

Pada penelitian ini, sebagian besar IMT pasien KPKBSK berada pada

rentang normal dan underweight (rata-rata 19,01 kg/m2). Hasil penelitian oleh

Sanikini H, et al juga menunjukkan bahwa dari sebanyak 4172 pasien kanker

paru, sebanyak 250 pasien termasuk dalam kategori underweight, 1250 pasien

IMT normal, 373 pasien termasuk dalam kategori overweight dan 287 pasien

sisanya tidak diketahui.50 Berbanding terbalik dengan kebiasaan merokok yang

menjadi faktor resiko terpenting dalam kejadian kanker paru, obesitas justru

banyak disebutkan sebagai faktor pelindung yang potensial dalam melawan

kanker paru sehingga dapat menurunkan resiko kanker paru. Beberapa studi

menunjukkan adanya hubungan yang berlawanan antara IMT dan kadar DNA

benzo-α-pyrene pada perokok. Selain itu, juga dilaporkan bahwa adanya

genotipe FTO yang merupakan penanda genetik obesitas dan terkait dengan

peningkatan IMT berhubungan dengan penurunan risiko kanker paru-paru.50

6.2 Nilai PLR, NLR dan CEA pasien KPKBSK

Penelitian ini menggunakan tiga parameter laboratorium yaitu neutrophil

lymphocyte ratio (NLR), platelet lymphocyte ratio (PLR) dan carcinoembryonic

antigen (CEA) yang dijadikan sebagai prediktor lama harapan hidup pasien

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
44

KPKBSK. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata nilai PLR, NLR dan CEA

pasien KPKBSK di RSUD Ulin Banjarmasin adalah 310,08; 8,94 dan 208,06

ng/mL. Beberapa penelitian terkait nilai PLR dan NLR pada pasien KPKBSK

menunjukkan hasil yang serupa. Penelitian oleh Gupta A, et al yang menyebutkan

pada 106 pasien KPKBSK, rata-rata nilai PLR yaitu 162 dan NLR 4,44 dimana

nilai tersebut meningkat diatas nilai cut off point (148,7 dan 2,5).51 Cannon NA, et

al menunjukkan nilai median PLR dan NLR pasien kanker paru yaitu 2,8 dan 151

(cut off point 2,98 dan 146) dimana nilai PLR dan NLR tersebut berhubungan

bermakna dan dapat mewakili prognosis pasien secara signifikan.52 Sagmen SB, et

al dalam penelitiannya menyebutkan bahwa rata-rata nilai PLR dan NLR pasien

KPKBSK adalah 4 dan 194,6 (cut off point 3,43 dan 136,9).54 Shintani, et al

menunjukkan bahwa sebanyak 82 pasien KPKBSK memiliki kadar CEA yang

rendah (2,9 ng/mL) dan sebanyak 47 pasien KPKBSK memiliki kadar CEA yang

tinggi (7,5 ng/mL).55Ackam et al, menyebutkan bahwa rata rata kadar CEA pada

pasien KPKBSK yaitu 14,13 ng/mL.55

Peranan limfosit pada kanker paru telah dilaporkan dari berbagai studi

terkait dengan proses inflamasi. Inflamasi dapat mempercepat perkembangan

tumor, angiogenesis dan menghambat apoptosis dimana neutrophil, limfosit B dan

T dinilai memiliki peranan penting dalam prosesnya.51 Neutrofil merupakan

komponen leukosit terbanyak dalam darah dan memiliki peran dalam stimulasi

pertumbuhan sel tumor dengan sekresi berbagai sitokin, growth factor, protease

dan molekul lainnya, sedangkan limfosit berperan melindungi organisme dengan

mencegah proliferasi dan migrasi sel tumor. Peningkatan infiltrasi limfosit pada

sel tumor dikaitkan dengan respons yang lebih baik terhadap terapi sitotoksik dan

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
45

prognosis pasien yang lebih baik. Platelet juga berperan dalam proses inflamasi

dan respon imun dengan mensekresi berbagai growth factor. Berdasarkan hasil

beberapa penelitian sebelumnya tentang hubungan PLR dan NLR dengan berbagai

jenis kanker didapatkan bahwa nilai PLR dan NLR yang meningkat dapat

memberikan gambaran lama harapan hidup yang lebih rendah dan prognostic

yang buruk. 8,30,31


Selain itu, pada beberapa penelitian tentang kanker paru dan

hubungannya dengan NLR dan PLR diketahui bahwa NLR dan PLR dapat

menjadi penanda follow-up dari respon inflamasi serta dapat memperkirakan

kelangsungan hidup pada kasus kanker paru.46 CEA adalah glikoprotein adhesi sel

yang diekspresikan pada beberapa jaringan dan dapat ditemukan pada orang sehat

dengan titer yang rendah. Overekspresi CEA pada kanker paru dilaporkan pada

beberapa jenis sel kanker paru yaitu termasuk KPKBSK.25 Peningkatan CEA

meningkatkan kemampuan metastasis sel kanker paru yang mungkin diakibatkan

peningkatan adhesi sel-sel tumor dan pembuluh darah. Serum CEA dapat

memberikan informasi prognosis mengenai risiko rekurensi dan mortalitas kanker

paru.39

6.3 Lama harapan hidup pasien KPKBSK

Lama harapan hidup dalam konteks suatu penyakit adalah waktu seberapa

lama seseorang dapat bertahan setelah terdiagnosa suatu penyakit hingga pasien

meninggal dunia. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dietahui bahwa lama

harapan hidup lima tahun untuk pasien kanker paru di Indonesia sebesar 12%.1,3

Berdasarkan hasil olah data pada tabel karakteristik penelitian ini, diketahui

bahwa pasien yang terdiagnosa KPKBSK di RSUD Ulin Banjarmasin rata-rata

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
46

memiliki lama harapan hidup selama 6 bulan dengan lama harapan hidup paling

singkat yaitu 1 bulan dan lama harapan hidup paling tinggi yaitu 24 bulan.

Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi rendahnya lama harapan hidup pada

berbagai penyakit kanker termasuk KPBSK yaitu mayoritas pasien kanker

merasakan gejalayang tidak spesifik seperti turunnya berat badan, demam,

hilangnya nafsu makan dan kelelahan sehingga pasien cenderung tidak berobat

lebih lanjut. Akibatnya, hanya sebagian kecil kasus penyakit kanker terdiagnosis

pada tahap awal dan sebagian besar kasus kanker ditemukan sudah dalam kondisi

metastase. 20
Jusuf A, dkk melaporkan bahwa hanya 15% dari seluruh kasus

kanker paru yang didiagnosis pada tahap awal. Sedangkan sekitar 2/3 pasien

kanker paru sudah dalam kondisi metastasis pada saat pertama kali didiagnosis.

Kanker paru yang telah bermetastase memiliki lama harapan hidup lima tahun

hanya sebesar 4%. Lebih dari setengah penderita kanker paru meninggal dalam

waktu satu tahun setelah didiagnosis.1,3

6.4 Hubungan nilai PLR, NLR dan CEA dengan lama harapan hidup pasien

KPKBSK

Pada penelitian ini dilakukan Uji normalitas data yang menunjukkan bahwa

variabel PLR, NLR dan CEA memiliki sebaran data yang tidak terdistribusi

normal (p<0,05) sehingga uji beda yang dilakukan adalah uji Mann Whitney.

Rata-rata nilai PLR, NLR dan CEA didapatkan lebih tinggi pada pasien KPKBSK

dengan lama harapan hidup <6 bulan (336,93; 10,96 dan 267,26 ng/mL)

dibandingkan dengan pasien yang memiliki lama harapan hidup >6 bulan (257,96;

5,03 dan 93,14 ng/mL). Secara statistik, tidak terdapat perbedaan bermakna antara

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
47

nilai PLR pada pasien yang memiliki lama harapan hidup <6 bulan dengan pasien

yang memiliki lama harapan hidup >6 bulan (p value > 0.05). Namun, terdapat

perbedaan bermakna pada nilai NLR dan CEA antara pasien yang memiliki lama

harapan hidup <6 bulan dengan pasien yang memiliki lama harapan hidup >6

bulan (p value < 0,05).

NLR dinilai sebagai indeks prognostik dengan relevansi klinis yang nyata

pada berbagai tumor. NLR juga dinilai memiliki hubungan yang berkebalikan

dengan overall survival (OS) pada berbagai tumor padat, sehingga NLR dapat

dijadikan sebagai salah satu marker prognosis pasien dengan kanker. Ozyurek, et

al melaporkan lama harapan hidup pada pasien KPKBSK dengan nilai NLR yang

dilaporkan sebelum terapi <3 lebih panjang dibandingkan pasien KPKBSK

dengan nilai NLR sebelum terapi ≥ 3 (median 34,76 bulan vs 19,12 bulan,

p=0,002).6,27 Selain itu Wang, et al dalam penelitiannya terhadap 4.298 pasien

melaporkan nilai NLR pretreatment > 3,11 dikaitkan dengan progression free

survival (PFS) yang lebih rendah dan nilai NLR pretreatment > 4,03 dikaitkan

dengan overall survival (OS) yang lebih rendah.8,30,31

Sebuah penelitian meta-analisis oleh Nan Ding et al, dengan 1388 subjek

penelitian didapatkan hasil nilai PLR yang tinggi (> 170,5) berkorelasi negatif

dengan prognosis pasien KPKBSK. Lim Ju et al, dalam penelitiannya juga

menunjukkan bahwa nilai PLR tinggi pada pasien KPKBSK stadium IV

menunjukkan kelangsungan hidup yang lebih pendek. Selain itu dalam studi yang

sama, pasien KPKBSK yang diteliti keseluruhan mencapai stadium IV dan diduga

sudah mengalami trombositosis dan limfositopenia yang berperan dalam

menurunnya angka kelangsungan hidup subjek.10,11

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
48

Biomarker tumor merupakan molekul biologis yang dapat dideteksi sebagai

indicator proses patogenik atau sebagai respon terapi. Berbagai marker dapat

digunakan untuk menilai proses patogenik, salah satunya adalah penanda yang

berdasarkan protein seperti CYFRA 21-1 (cytokeratins), EPCAM (epithelial cell

adhesion molecule), ProGRP (pro-gastrin-releasing peptide), CEA

(carcinoembryonic antigen) yang sering digunakan dalam pemeriksaan kanker

paru. Nilai normal CEA pada berbagai penelitian berkisar antara 5-6.5 ng/mL.45

CEA telah dilaporkan sebagai faktor prognosis independent terhadap

rekurensi dan lama harapan hidup pada pasien KPKBSK. Peningkatan nilai CEA

menjadi penanda peningkatan aktivitas sel kanker, dengan meningkatnya

oncofetal glycoprotein antigens yang dihasilkan oleh sel kanker. Berbagai

penelitian juga menunjukkan peningkatan nilai CEA yang dikaitkan dengan

menurunnya prognosis pada pasien KPKBSK.13,41 Okada, et al melakukan studi

terhadap 1000 pasien KPKBSK stadium 1 yang menjalani operasi reseksi tumor

dan melaporkan angka harapan hidup 5 tahun yang lebih rendah pada pasien

dengan CEA > 5 ng/mL dibandingkan pasien dengan CEA normal.13 Kozu et al,

dalam penelitiannya pada pasien KPKBSK sebelum dan sesudah operasi

menunjukkan bahwa nilai CEA yang tinggi akan menurunkan prognosis pada

pasien dan Arrieta et al, menyebutkan bahwa nilai CEA yang menurun atau lebih

rendah dapat memberikan hasil prognosis yang lebih baik setelah kemoterapi.

Penelitian lain oleh Jiang R et al, menunjukkan bahwa pada pasien

adenokarsinoma paru, nilai CEA yang meningkat diikuti dengan menurunnya

overall survival (OS) dan disease free survival (DFS).41,46,53

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
49

Pada hasil penelitian kali ini, dapat diketahui bahwa pasien yang memiliki

lama harapan hidup <6 bulan rata-rata memiliki nilai PLR, NLR dan CEA yang

lebih tinggi disbanding pasien yang memiliki lama harapan hidup >6 bulan.

Namun, hasil analisis statistik menyebutkan hanya nilai NLR dan CEA saja yang

memiliki hubungan bermakna dengan lama harapan hidup, dimana semakin tinggi

nilai NLR dan CEA maka lama harapan hidup pasien semakin berkurang. Pada

penelitian ini, kenaikan nilai PLR disimpulkan tidak memiliki hubungan dengan

lama harapan hidup pasien. Nilai PLR yang tinggi tidak berhubungan secara

signifikan terhadap lama harapan hidup dapat terjadi akibat perbedaan karakter

subjek, dimana pada penelitian Nan Ding, et al pasien keturunan Asia memiliki

hazard ratio (HR) yang lebih rendah (HR 1.19) dibandingkan pasien keturunan

Kaukasia (HR 1.64). Penelitian lain oleh Huang et al, menunjukkan bahwa pada

254 pasien KPKBSK yang menjalani operasi atau kemoterapi didapatkan nilai

PLR hanya berhubungan dengan gambaran klinis ukuran tumor dan penanda

inflamasi saja, sedangkan untuk menggambarkan prognosis pasien KPKBSK hasil

menunjukkan tidak berhubungan. Selain itu, perbedaan hasil penelitian juga

mungkin disebabkan adanya perbedaan jumlah sampel, teknik pengambilan

sampel, kriteria inklusi dan eksklusi serta teknik analisa data yang menyebabkan

nilai batasan cut off point variable pada tiap studi berbeda-beda. Beberapa kondisi

lain yang mungin terjadi pada pasien seperti infeksi, peradangan maupun penyakit

penyerta lainnya yang dapat menyebabkan perubahan pada nilai limfosit dan

trombosit juga dapat menjadi faktor yang menyebabkan perbedaan hasil pada

penelitian ini.42,43

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
50

6.5 Nilai cut off point hasil uji diagnostik PLR, NLR dan CEA terhadap

lama harapan hidup

Berdasarkan kurva ROC dan uji Kappa didapatkan nilai cut off point dari

masing-masing variabel NLR, PLR dan CEA dengan hasil sensitifitas dan

spesifitasnya. Pada penelitian ini, nilai diagnostik positif jika nilai NLR >5,90

(sensitivitas 63,6%, spesifisitas 29,4%, p<α 0.05), nilai CEA >41,39 ng/mL

(sensitivitas 72.7%, spesifisitas 29.4%, p<α 0.05) dan nilai PLR >197,50

(sensitivitas 81,8%, spesifisitas 51,8%, p> α 0.05). Beberapa penelitian serupa

tentang nilai cut off point nilai PLR, NLR dan CEA menunjukkan hasil yang

berbeda-beda. Untuk cut off point nilai NLR, Ozyurek, et al menggunakan

Batasan nilai NLR > 3 yang didasari oleh beberapa penelitian sebelumnya. Song

et al dalam penelitiannya menggunakan batasan nilai NLR 3,4 dengan sensitifitas

54% dan spesifisitas 73%. Yin Yi, et al dalam meta-analisisnya mengumpulkan

berbagai batasan nilai cut off point NLR dari berbagai studi yang berkisar antara

2.5 hingga 4.7.5,6,7 Hasil penelitian terkait cut off point PLR ditunjukkan oleh

Song, et al yang menggunakan batasan nilai PLR 136.1 dengan sensitifitas 54%

dan spesifisitas 73% dan Lim JU, et al menggunakan batasan nilai PLR 181.24

dengan nilai signifikansi p= 0.002. Penelitian lain oleh Kozu, et al yang

mengumpulkan data dari berbagai penelitian sebelumnya, batasan nilai CEA yang

digunakan adalah 5.0 ng/mL. Sedangkan Oremek, et al dalam penelitiannya yang

membandingkan berbagai tumor marker, hasil nilai cut off point yang digunakan

adalah CEA adalah 4 ng/mL dengan sensitifitas 47% dan nilai AUC 0.78.13,41,44

Pada penelitian ini juga dilakukan uji diagnosis kombinasi pada variable

nilai PLR dan NLR untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan spesifisitas

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
51

dan sensitivitas pada gabungan kedua variabel tersebut dibandingkan dengan uji

diagnosis tunggal. Berdasaran hasil analisa kurva ROC untuk kombinasi variabel

nilai PLR dan NLR pasien KPKBSK pada penelitian ini diketahui bahwa tidak

terdapat peningkatan spesifisitas dan terjadi penurunan sensitivitas jika

dibandingkan dengan uji diagnosis nilai PLR tunggal. Selain itu, juga tidak

terdapat perubahan pada Nilai p yang menunjukkan hasil uji kombinasi nilai

PLR dan NLR tetaop p>α0,05 sehingga didapatkan bahwa kombinasi nilai PLR

dan NLR juga tidak memiliki hubungan dengan lama harapan hidup pasien. Pada

beberapa penelitian lain yang juga menggunakan uji kombinasi didapatan hasil

yang berbeda. Fang T, et al dalam penelitiannya tentang uji diagnosis pada kanker

lambung menyebutkan bahwa nilai diagnosis pada kombinasi PLR dan NLR lebih

tinggi dibandingkan dengan kombinasi CEA dan CA19-9. 56


Penelitian lain

tentang uji diagnosis pada kanker kolorektal oleh Lalosevic MS, et al

menunjukkan bahwa kombinasi nilai PLR dan NLR memiliki hasil uji diagnosis

yang lebih tinggi dibandingan nilai PLR, NLR dan mean platelet volume (MPV)

tunggal. 57

Berdasarkan perbandingan hasil uji nilai NLR, PLR dan CEA terhadap

bebrapa penelitian lainnya, maka dapat diketahui bahwa PLR, NLR dan CEA

dapat digunakan sebagai prediktor untuk menilai lama harapan hidup pada pasien

KPKBSK. Meskipun dalam penelitian ini spesifisitas untuk cut off point nilai

PLR, NLR dan CEA masih cukup rendah dibandingkan dengan penelitian lainnya.

Selain itu, nilai PLR masih belum menunjukkan hasil uji yang signifikan

meskipun dikombinasian dengan nilai NLR dalam menilai lama harapan hidup

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
52

pada pasien KPKBSK, namun pada beberapa studi lainnya nilai PLR tunggal

maupun kombinasi dikatakan juga memiliki korelasi yang cukup signifikan.

Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yaitu penelitian ini

merupaan penelitian single-center dengan jumlah pasien yang memenuhi kriteria

inklusi masih sangat terbatas, sebagian data diperoleh melalui data sekunder

(rekam medis) yang masih memungkinkan terjadinya bias dalam pengambilan

sampel, terdapat kesulitan memperoleh data melalui rekam medis karena sebagian

dokumen pendukung pasien tidak lengkap serta keterbatasan dalam mengontrol

penyakit infeksi maupun komorbid lainnya yang mungkin akan berpengaruh pada

hasil penelitian ini.

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
BAB 7

PENUTUP

7. 1 Kesimpulan

1. Karakteristik pasien yang terdiagnosa KPKBSK di RSUD Ulin

Banjarmasin rata-rata berusia 56 tahun, didominasi oleh jenis kelamin

laki-laki, perokok, IMT normal, stadium terbanyak yaitu 4a dan

single metastase.

2. Rata-rata lama harapan hidup pasien yang terdiagnosa KPKBSK di

RSUD Ulin Banjarmasin yaitu selama 6 bulan.

3. Rata-rata nilai PLR, NLR dan CEA pasien KPKBSK di RSUD Ulin

Banjarmasin adalah 310,08; 8,94 dan 208,06 ng/mL.

4. Nilai cut off point PLR pasien KPKBSK di RSUD Ulin Banjarmasin

adalah >197,50 dengan sensitivitas 81,8% dan spesifisitas 51,8%.

5. Nilai cut off point NLR pasien KPKBSK di RSUD Ulin Banjarmasin

adalah >5,90 dengansensitivitas 63,6% dan spesifisitas 29,4%.

6. Nilai cut off point CEA pasien KPKBSK di RSUD Ulin Banjarmasin

adalah >41,39 ng/mL dengan sensitivitas 72.7% dan spesifisitas

29.4%.

7. Tidak terdapat hubungan bermakna antara nilai PLR dengan lama

harapan hidup pasien KPKBSK di RSUD Ulin Banjarmasin.

8. Terdapat hubungan bermakna antara nilai NLR dan CEA dengan lama

harapan hidup pasien KPKBSK di RSUD Ulin Banjarmasin.

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin

53
54

9. Tidak terdapat peningkatan hasil uji diagnosis antara kombinasi nilai

PLR dan NLR dengan nilai variabel tunggal.

7.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan secara prospektif, multicenter mengenai

hubungan nilai PLR, NLR dan CEA dengan lama harapan hidup pasien KPKBSK

dengan jumlah sampel yang lebih banyak .

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin
DAFTAR PUSTAKA

1. Komite Penanggulangan Kanker Nasional. Pedoman nasional pelayanan


kedokteran kanker paru. Kemkes.go.id. 2020;

2. American Cancer Society (2016). Cancer Fact and Figures. www.cancer.org.


2020.

3. Jusuf, A, Wibawanto A, Icksan AG, Syahruddin E JS. Kanker paru jenis


karsinoma bukan sel kecil. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di
Indonesia. Jakarta; 2018. 7-20 p.

4. Aisah, Haryati H, Bakhriansyah M S. Profil penderita kanker paru primer di


RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2006-2011. Berk Kedokt. 2013;9(2):169–80.

5. Song X, Chen D, Yuan M, Wang H, Wang Z. Total lymphocyte count,


neutrophil–lymphocyte ratio, and platelet–lymphocyte ratio as prognostic
factors in advanced non–small cell lung cancer with chemoradiotherapy.
Cancer Manag Res. 2018;10:6677–83.

6. Ozyurek BA, Ozdemirel TS, Ozden SB, Erdogan Y, Kaplan B, Kaplan T.


Prognostic value of the neutrophil to lymphocyte ratio (NLR) in lung cancer
cases. Asian Pacific J Cancer Prev. 2017;18(5):1417–21.

7. Yin Y, Wang J, Wang X, Gu L, Pei H, Kuai S, et al. Prognostic value of the


neutrophil to lymphocyte ratio in lung cancer: A meta-analysis. Clinics.
2015;70(7):524–30.

8. Wang Z, Zhan P, Lv Y, Shen K, Wei Y, Liu H, et al. Prognostic role of


pretreatment neutrophil-to-lymphocyte ratio in non-small cell lung cancer
patients treated with systemic therapy: A meta-analysis. Transl Lung Cancer
Res. 2019;8(3):214–26.

9. Erpenbeck L, Schön MP. Deadly allies: The fatal interplay between platelets
and metastasizing cancer cells. Blood. 2010;115(17):3427–36.

10. Lim JU, Yeo CD, Kang HS, Park CK, Kim JS, Kim JW, et al. Elevated
pretreatment platelet-to-lymphocyte ratio is associated with poor survival in
stage IV non-small cell lung cancer with malignant pleural effusion. Sci Rep.
2019;9(1):1–8.

11. Ding N, Pang Z, Shen H, Ni Y, Du J, Liu Q. The Prognostic Value of PLR in


Lung Cancer, a Meta-analysis Based on Results from a Large Consecutive
Cohort. Sci Rep [Internet]. Nature Publishing Group; 2016;6(September):1–9.
Available from: http://dx.doi.org/10.1038/srep34823

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin

55
12. Cheng L, Yin R, Yu Y, Yang D, Xu L. Prognostic value of carcinoembryonic
antigen level in advanced lung adenocarcinoma. Int J Clin Exp Med.
2019;12(5):5812–9.

13. Okada M, Nishio W, Sakamoto T, Uchino K, Yuki T, Nakagawa A, et al.


Prognostic significance of perioperative serum carcinoembryonic antigen in
non-small cell lung cancer: Analysis of 1,000 consecutive resections for
clinical stage I disease. Ann Thorac Surg. 2004;78(1):216–21.

14. Vandenbussche CJ, Illei PB, Lin MT, Ettinger DS, Maleki Z. Molecular
alterations in non-small cell lung carcinomas of the young. Hum Pathol
[Internet]. Elsevier Inc.; 2014;45(12):2379–87. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.humpath.2014.08.005

15. Diany H, Haryati. Profil Platelet Limfosit Rasio (PLR) Dan Netrofil Limfosit
Rasio (NLR) Pada Penderita Kanker Paru di Rumah Sakit Ulin Banjarmasin
Tahun 2017-2018. Berk Kedokt. 2018;16(1):25–34.

16. De Groot P, Munden RF. Lung Cancer Epidemiology, Risk Factors, and
Prevention. Radiol Clin North Am [Internet]. 2012 Sep;50(5):863–76.
Available from:
https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0033838912001236

17. Miller YE. Pathogenesis of Lung Cancer. Am J Respir Cell Mol Biol
[Internet]. 2005 Sep;33(3):216–23. Available from:
http://www.atsjournals.org/doi/abs/10.1165/rcmb.2005-0158OE

18. Kunimasa K, Goto T. Immunosurveillance and Immunoediting of Lung


Cancer: Current Perspectives and Challenges. Int J Mol Sci [Internet]. 2020
Jan 17;21(2):597. Available from: https://www.mdpi.com/1422-
0067/21/2/597

19. Davies M. New modalities of cancer treatment for NSCLC: Focus on


immunotherapy. Cancer Manag Res. 2014;6(1):63–75.

20. Tan WW. Non-Small Cell Lung Cancer. Medscape Reference. WebMD.
2019.

21. Thomas KW, Gould MK. Tumor, Node, Metastasis (TNM) staging system
for lung cancer. uptodate.com. 2018.

22. European Group on Tumor Marker. Lung Cancer. www.egtm.eu. 2016.

23. Abbasi S, Badheeb A. Prognostic Factors in Advanced Non-Small-Cell Lung


Cancer Patients: Patient Characteristics and Type of Chemotherapy. Lung
Cancer Int [Internet]. 2011;2011:1–4. Available from:
https://www.hindawi.com/archive/2011/152125/

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin

56
24. U.S National Institute of Health. SEER Cancer Statistic Review.
http://seer.cancer.gov. 2013.

25. Crosbie PAJ, Shah R, Summers Y, Dive C, Blackhall F. Prognostic and


predictive biomarkers in early stage NSCLC: CTCs and serum/plasma
markers. Transl Lung Cancer Res. 2013;2(5):382–97.

26. Balkwill F, Mantovani A. Inflammation and cancer: Back to Virchow?


Lancet. 2001;357(9255):539–45.

27. Masucci MT, Minopoli M, Carriero MV. Tumor Associated Neutrophils.


Their Role in Tumorigenesis, Metastasis, Prognosis and Therapy. Front
Oncol [Internet]. 2019 Nov 15;9. Available from:
https://www.frontiersin.org/article/10.3389/fonc.2019.01146/full

28. Galdiero MR, Garlanda C, Jaillon S, Marone G, Mantovani A. Tumor


associated macrophages and neutrophils in tumor progression. J Cell Physiol
[Internet]. 2013 Jul;228(7):1404–12. Available from:
http://doi.wiley.com/10.1002/jcp.24260

29. Ménétrier-Caux C, Ray-Coquard I, Blay J-Y, Caux C. Lymphopenia in


Cancer Patients and its Effects on Response to Immunotherapy: an
opportunity for combination with Cytokines? J Immunother Cancer
[Internet]. 2019 Dec 28;7(1):85. Available from:
http://jitc.bmj.com/lookup/doi/10.1186/s40425-019-0549-5

30. Gooden MJM, de Bock GH, Leffers N, Daemen T, Nijman HW. The
prognostic influence of tumour-infiltrating lymphocytes in cancer: a
systematic review with meta-analysis. Br J Cancer [Internet]. 2011
Jun;105(1):93–103. Available from:
http://www.nature.com/articles/bjc2011189

31. Sarraf KM, Belcher E, Raevsky E, Nicholson AG, Goldstraw P, Lim E.


Neutrophil/lymphocyte ratio and its association with survival after complete
resection in non–small cell lung cancer. J Thorac Cardiovasc Surg [Internet].
2009 Feb;137(2):425–8. Available from:
https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0022522308011483

32. Shang G-S, Liu L, Qin Y-W. IL-6 and TNF-α promote metastasis of lung
cancer by inducing epithelial-mesenchymal transition. Oncol Lett [Internet].
2017 Jun;13(6):4657–60. Available from: https://www.spandidos-
publications.com/10.3892/ol.2017.6048

33. Lin RJ, Afshar-Kharghan V, Schafer AI. Paraneoplastic thrombocytosis: the


secrets of tumor self-promotion. Blood [Internet]. 2014 Jul 10;124(2):184–7.
Available from:
https://ashpublications.org/blood/article/124/2/184/32906/Paraneoplastic-
thrombocytosis-the-secrets-of-tumor

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin

57
34. Alevizakos M, Kaltsas S, Syrigos KN. The VEGF pathway in lung cancer.
Cancer Chemother Pharmacol [Internet]. 2013 Dec 2;72(6):1169–81.
Available from: http://link.springer.com/10.1007/s00280-013-2298-3

35. Lee JM, Dubinett SM, Sharma S. Immunologic Approaches to Lung Cancer
Therapy. In: Lung Cancer [Internet]. Hoboken, NJ, USA: John Wiley & Sons,
Inc.; 2014. p. 454–63. Available from:
http://doi.wiley.com/10.1002/9781118468791.ch29

36. Saito A, Horie M, Micke P, Nagase T. The Role of TGF-β Signaling in Lung
Cancer Associated with Idiopathic Pulmonary Fibrosis. Int J Mol Sci
[Internet]. 2018 Nov 15;19(11):3611. Available from:
http://www.mdpi.com/1422-0067/19/11/3611

37. Huang F, Wang D, Yao Y, Wang M. PDGF signaling in cancer progression.


Int J Clin Exp Med. 2017;10(7):9918–29.

38. Crino L, Metro G. Therapeutic options targeting angiogenesis in nonsmall


cell lung cancer. Eur Respir Rev [Internet]. 2014 Mar 1;23(131):79–91.
Available from:
http://err.ersjournals.com/cgi/doi/10.1183/09059180.00008913

39. Zamay T, Zamay G, Kolovskaya O, Zukov R, Petrova M, Gargaun A, et al.


Current and Prospective Protein Biomarkers of Lung Cancer. Cancers (Basel)
[Internet]. 2017 Nov 13;9(12):155. Available from:
http://www.mdpi.com/2072-6694/9/11/155

40. Arrieta O, Villarreal-Garza C, Martínez-Barrera L, Morales M, Dorantes-


Gallareta Y, Peña-Curiel O, et al. Usefulness of Serum Carcinoembryonic
Antigen (CEA) in evaluating response to chemotherapy in patients with
advanced non small-cell lung cancer: a prospective cohort study. BMC
Cancer [Internet]. 2013 Dec 22;13(1):254. Available from:
http://bmccancer.biomedcentral.com/articles/10.1186/1471-2407-13-254

41. Kozu Y, Maniwa T, Takahashi S, Isaka M, Ohde Y, Nakajima T. Prognostic


significance of postoperative serum carcinoembryonic antigen levels in
patients with completely resected pathological-stage I non-small cell lung
cancer. J Cardiothorac Surg [Internet]. 2013 Dec 22;8(1):106. Available
from: https://cardiothoracicsurgery.biomedcentral.com/articles/10.1186/1749-
8090-8-106

42. Huang Q, Diao P, Li CL, Peng Q, Xie T, Tan Y, Lang JY. Preoperative
platelet-lymphocyte ratio is a superior prognostic biomarker to other systemic
inflammatory response markers in non-small cell lung cancer. Medicine. 2020
Jan;99(4):e18607.

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin

58
43. Zhang H, Gao L, Zhang B, Zhang L, Wang C. Prognostic value of platelet to
lymphocyte ratio in non-small cell lung cancer: a systematic review and meta-
analysis. Sci Rep. 2016 Mar 4;6:22618.

44. Oremek GM, Sauer-Eppel H, Bruzdziak TH. Value of tumour and


inflammatory markers in lung cancer. Anticancer Res. 2007 Jul-
Aug;27(4A):1911-5

45. Zamay TN, Zamay GS, Kolovskaya OS, Zukov RA, Petrova MM, Gargaun A,
Berezovski MV, Kichkailo AS. Current and Prospective Protein Biomarkers
of Lung Cancer. Cancers (Basel). 2017 Nov 13;9(11):155.

46. Nikolić I, Kukulj S, Samaržija M, Jeleč V, Žarak M, Orehovec B, Taradi I,


Romić D, Kolak T, Patrlj L. Neutrophil-to-lymphocyte and platelet-to-
lymphocyte ratio help identify patients with lung cancer, but do not
differentiate between lung cancer subtypes. Croat Med J. 2016 Jun
30;57(3):287-92.

47. Jiang R, Wang X, Li K. Predictive and prognostic value of preoperative serum


tumor markers is EGFR mutation-specific in resectable non-small-cell lung
cancer. Oncotarget. 2016 May 3;7(18):26823-36.

48. Faot NE, dkk. Rasio neutrofil-limfosit sebelum kemoterapi dan respons
obyektif kemoterapi pasien kanker paru dengan kemoterapi berbasis
platinum. J Respir Indo. 2017 Okt 37 (4):293-298.

49. Putra DH, Wulandari L, Mustokoweni S. Profil penderita kanker paru


karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) di RSUD dr. Soetomo. FK Unair
Surabaya. 1-5

50. Sanikini H, et al. Body mass index and lung cancer risk: a pooled analysis
based on nested casecontrol studies from four cohort studies. BMC Cancer.
2018,18(220) :1-10.
51. Gupta A, Urvashi, Gupta ML, Mogra N, Mathur M.Significance of neutrophil
lymphocyte ratio and platelet lymphocyte ratio in lung cancer. Tropical
Journal of Pathology & Microbiology. 2019 Nov,5(11): 872 877.

52. Cannon NA, et al.Neutrophil–Lymphocyte and Platelet–Lymphocyte Ratios


as Prognostic Factors after Stereotactic Radiation Therapy for Early-Stage
Non–Small-Cell Lung Cancer. J Thorac Oncol. 2015;10: 280–285.

53. Diem S, et al. Neutrophil-to-Lymphocyte ratio (NLR) and Platelet-to-


Lymphocyte ratio (PLR) as prognostic markers in patients with non-small cell
lung cancer (NSCLC) treated with nivolumab. Lung Cancer 111. 2017; 176–
181.

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin

59
54. Sagmen SB, Dogan C, Kirai N,et al. Prognostic value of Neutrophil-to-
Lymphocyte ratio and Platelet-to-Lymphocyte ratio in lung cancer. MLTJ.
2019; 32–40.

55. Akcam TI, Cagirici U, Ergonul AG, et al. The prognostic value of
carcinoembriyonic antigen levels in blood and intraoperative pleural lavage
flid in non small cell lung cancer. Kardiochirurgia I Torakochirurgia Polska.
2017; 14 (2): 104–109.

56. Fang T, Wang Y, Yin X, et al. Diagnostic sensitivity of NLR and PLR in
early diagnosis of gastric cancer. Journal of Immunology Research. 2020; 1–
9.

57. Lalosevic MS, Marcovic AP, Stankovic S, et al. Combined Diagnostic


Efficacy of Neutrophil-to-Lymphocyte ratio (NLR), Platelet-to-Lymphocyte
ratio (PLR) and Mean Platelet Volume (MVP) as Biomarkers of Systemic
Inflamation in the Diagnosis of Colorectal Cancer. Hindiawi Disease Makers.
2019; 1–9.

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin

60
LAMPIRAN

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin

61
LAMPIRAN 1: JADWAL PENELITIAN

Waktu Pelaksanaan

Uraian Kegiatan Jul Ag Sept Okt Nov Des Jan

2020 2020 2020 2020 2020 2020 2021

Penyusunan proposal X X X X

Pengajuan usulan penelitian X

Pengumpulan data X

Pengolahan data dan


X
penyusunan laporan

Presentasi hasil karya akhir X

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin

62
LAMPIRAN 2: BIAYA PENELITIAN

Jenis Pengeluaran Biaya yang di usulkan

Administrasi dan perizinan 500.000

Pembelian alat tulis, kertas, tinta 500.000

Akses internet 500.000

Pengolahan data (analisa statistik) 1.500.000

Penggandaan karya akhir dan jilid 200.000

Biaya perjalanan 300.000

Jumlah 3.500.000

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat RSUD Ulin Banjarmasin

63

Anda mungkin juga menyukai