2. Anatomi fisiologi
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga
retroperitoneal bagian atas. Secaramakroskopis, ginjal berbentuk menyerupai
kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke medial. Cekunganini disebut
sebagai hilus renalis, yang di dalamnya terdapat apeks pelvis renalis dan struktur
lain yangmerawat ginjal, yaitu pembuluh drah, sistem limfatik, dan sistem syaraf
(Purnomo, 2011). Pada umumnyaginjal memiliki berat 150 g pada laki-laki dan
135 g pada wanita. Ukuran ginjal rata-rata 10-12 cm(panjang), 5-7 cm (lebar), dan
3 cm (tebal) (Anderson et al, 2012). Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrosatipis
yang disebut kapsul fibrosa (true capsul) yang melekat pada parenkin ginjal.
Diluar kapsul fibrosaterdapat jaringan lemak parirenal. Secara anatomis, ginjal
terbagi menjadi dua bagian, yaitu korteks dan medulla ginja. Korteks
ginjalterletak lebih superfisial dan di dalamnya terdapat berjuta-
jutanefron.Nefronmerupakanunit
fungsionalterkecil ginjal. Medulla ginjal terletak lebih profundus dan memiliki ba
nyak saluran kecil untuk mengalirkan hasil ultrafiltrasi berupa urin. Pada medulla
ginjal terdapat area yang disebut piramida renalis.Piramida renalis dipisahkan satu
dengan yang lainnya oleh jaringan kortikal yang disebut kolumna renalisdari
bertin.
Ginjal mendapatkan suplai darah melalui arteri dan vena renalis. Pada
umumnya terdapat satu arterirenalis yang merupakan cabang langsung
dari aorta, yang masuk melalui hilus renalis. Arteri renalis bercabang menjadi
cabang anterior dan posterior. Cabang anterior memberikan aliran darah pada
pole atasdan bawah serta seluruh permukaan anterior ginjal.
Fungsi ginjal antara lain mengekskresikan sebagian besar produk akhir
metabolisme tubuh (sisa obat-obatan), mengontrol sekresi hormon aldosteron dan
ADH dalam mengatur jumlah cairan tubuh, mengatur metabolisme ion kalsium
dan menghasilkan beberapa hormon seperti eritropoetin dan renin.
3. Etiologi
Menurut Sakhae et al, 2012. Ada beberapa penyebab terbentuknya batu ginjal
yang dapatdipicu oleh faktor keturunan, makanan, dan obat-obatan.
a. HiperkalsuriaPenyebab pembentukan batu kalsium. Disebabkan peningkatan
penyerapan kalsium usus,menurunnya reabsorbsi kalsium di ginjal
dan peningkatan mobilisasi dari tulang.
b. HiperurikosuriaTerdeteksidari 10% pembentuk
batu kalsium. Berdasarakan fisikokimia batu kalsium terbentuk akibat supersaturasi
kemih dengan monosodium koloid kristalisasi kalsium oksalatyang diinduksi
oleh urat.
c. HipositraturiaSitrat adalah inhibitor endogen pembentukan batu kalisum.
Rendahnya ekskresi sitrat urinditemukan pada 20-60% nefrolitiasis. Penentu
utama ekskresi sitrat urin adalah
keseimbanganasam basa. Umumnya terjadi dengan asidosis metabolik, peran
penghambatan sitrat jugamelibatkan pembentukan larutan kompleks
dan pengurangan kejenuhan.
d. Hiperoksaluria
Oksalat dan kalsium dapat meningkatkan supersaturasi kalsium oksalat pada k
emih(merupakan 10-15% pembentuk batu kalsium). Disebabkan oleh produksi
oksalat yang berlebihakibat dari gangguan metabolisme, peningkatan
penyerapan oksalat usus, peningkatan asupanmakanan bioavaibilitas, dan pH
urin. Urin yang sangat asam (pH 5.5) dan urin yang sangat basa(pH 6.7) dapat
mempengaruhi pembentukan batu kalsium. Dengan pH yang terlalu asam
makaurin menjadi jenuh dengan asam urat yang berperam dalam kristalisasi ka
lsium oksalat.Sedangkanurin yang
sangat alkalin dapat meningkatkan monohidrogen fosfat yang
dalamkombinasi dengan kalsium berubah menjadi termodinamika brusit yang
tidak stabil danakhirnya terbentuk hidroksiapatit.
4. Patofisiologi
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi
saluran kemih. Batuyang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat menimbulkan
infeksi, abses ginjal, poineprosis, urosepsis,dan kerusakan ginjal permanen (gagal
ginjal). 75% dari batu ginjal adalah batu kalsum. 60% tersusundari kalsium okslat,
20% dari campuran kalsium okslat dan hydroxyapatie, 10% dari asam urat
danstruvite (magnesium ammonium fosfat) dan 2% adalah batu brushite.
Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahui secara
pasti, akan tetapi beberapa buku menyebutkan proses terjadinya batu dapat
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila air
seni jenuhakanterjadipengendapan.
b. Adanya inti (nidus). Misalnya adanya infeksi kemudian terjadi tukak, dimana t
ukak ini menjadi pembentukan batu, sebagai tempat menempelnya partikel-
partikel batu pada inti tersebut.
c. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan mua
tan danmenyebabkan terjadinya pengendapan.
Terbentuk atau tidaknya batu juga ditentukan oleh adanya keseimbangan antra
zat
pembentukan batu dan inhibitor. Beberapa inhibitor batu antara lain ion magnesiu
m yang dapat menghambat pembentukan batu karena jika berikatan dengan okslat,
membentuk garam magnesium okslat sehingga jumlah okslat yang akan berikatan
dengan kalsium akan menurun.
6. Manifestasi Klinik
Menurut Purnomo (2019) beberapa tanda dan gejala yang dapat ditemukan dan
dirasakanpada pasienbatuginjalyaitu:
a. Nyeri Nyeri mungkin bisa berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik
terjadi karenaaktivitas peristaltic otot polos sistem kalises ataupunn ureter
meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih.
b. Batu di ginjal dapat menimbulkan obstruksi dan infeksi.
c. Hematuria yang disebabkan akibat trauma mukosa saluran kemih karena batu.
d. Demam
e. Perubahan dalam Buang air kecil dan warna
urinApabila ginjal manusia mengalami gangguan maka akan terjadi gangguan
pada pembentukan urin,baik dari warna,bau dan karakterisitiknya
f. Tubuh mengalami pembengkakanKetika ginjal gagal untuk melakukan
fungsinya, yakni mengeluarkan cairan atau toksindalam tubuh , maka tubuh
akan dipenuhi cairan yang mengakibatkan pembengkakan terhadap beberapa
bagian tubuh, diantaranya di bagian kaki, pergelangan kaki, wajah dan atau
tangan.
g. Tubuh cepat lelah / kelelahanh.Bau Mulut / ammonia breathi.Gangguan
gastrointestinal: Rasa Mual dan Ingin Muntah
7. Komplikasi
Nefrolitiasis mempunyai komplikasi yang terjadi diantaranya:
a. Adanya obstruksi
b. Infeksi ginjal
Dalam aliran kencing statis adalah tempat yang layak untuk ekspansi
mikroorganisme. Sehingga akan menyebabkan penyakit peritoneum.
c. Gagal ginjal
Ada kerusakan lebih lanjut pada neuron dan vena yang disebut batu tekanan
dalam film ginjal karena suplai oksigen yang tidak memadai. Hal ini
menyebabkan iskemia ginjal dan bila tidak diobati dapat menyebabkan gagal
ginjal.
d. Vaskuler iskemia
Terjadi karena aliran darah ke jaringan berkurang, menyebabkan lewatnya
jaringan
e. Hydronefrosis
Ada kerusakan lebih lanjut pada neuron dan vena yang disebut batu tekanan di
lapisan ginjal karena suplai oksigen yang terhambat. Hal ini menyebabkan
iskemia ginjal dan setiap kali tidak diobati dapat menyebabkan kekecewaan
ginjal.Terjadi karena aliran darah kedalam jaringan berkurang sehingga terjadi
kematian jaringan. (Tondok, 2014)
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Penilaian skrining terdiri dari riwayat klinis dan diet yang pasti,
ilmu darah, dan kencing pasien.
b. Sinar-X wilayah tengah digunakan untuk mencari kemungkinan
batu yang tidak dikenal oleh radio.
c. Pielografi intravena yang bertujuan untuk melihat sistem
kehidupan dan kapasitas ginjal. Penilaian ini dapat mengungkap
batu radiolusen.
d. Ultrasonografi (USG) dapat melihat berbagai macam batu.
e. CT urografi tanpa kontras adalah norma untuk melihat adanya
batu di plot urin. (Fauzi & Putra, 2020)
a. Teori supersaturasi
b. Teori matriks a. Hipertensi
a. Teori supersaturasi
c. Teori berkurangnya b. kolestrol
b. prosesnukleasi
atau tidak adanya
factor penghambat
d. Teori epitaksi
e. Teori kombinasi
f. Teori infeksi
Terbentuknya Batu Ginjal Batu Menyumbat diginjal, ureter,
vesika urinaria, uretra
3. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan
untuk mengidentifikasi respons klien individu, 56 keluarga dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (TIM POKJA SDKI PPNI,
2016).
Ada lima tipe diagnosa, yaitu aktual, risiko, kemungkinan, sehat dan sindrom.
Diagnosa keperawatan aktual menyajikan keadaan yang secara klinis telah
divalidasi melalui batasan karakteristik mayor yang dapat diidentifikasi. Diagnosa
keperawatan risiko menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika
tidak dilakukan intervensi. Masalah dapat timbul pada seseorang atau kelompok
yang rentan dan ditunjang dengan faktor risiko yang memberikan kontribusi pada
peningkatan kerentanan. Diagnosa keperawatan risiko adalah keputusan klinis
tentang individu, keluarga, atau komunitas yang sangat rentan untuk mengalami
masalah dibanding individu atau kelompok lain pada situasi yang sama atau
hampir sama.
Diagnosa keperawatan kemungkinan menjelaskan bahwa perlu adanya data
tambahan untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan. Pada keadaan
ini masalah dan faktor pendukung belum ada tetapi sudah ada faktor yang dapat
menimbulkan masalah. Diagnosa keperawatan Wellness (Sejahtera) atau sehat
adalah keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga, dan atau masyarakat
dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ke tingkat sejahtera yang lebih tinggi
yang menunjukkan terjadinya peningkatan fungsi kesehatan menjadi fungsi yang
positif. Diagnosa keperawatan sindrom adalah diagnosa yang terdiri dari
kelompok diagnosa aktual dan risiko tinggi yang 57 diperkirakan akan muncul
karena suatu kejadian atau situasi tertentu (Yeni & Ukur, 2019).
Diagnosa Keperawatan yang biasa muncul pada klien Urolithiasis setelah
mengalami pembedahan adalah : Masalah keperawatan pada Pre operatif :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi)
b. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan iritasi kandung kemih
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
d. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
4. Intervensi Keperawatan
Perencanaan Keperawatan adalah sebuah proses penyusunan berbagai
intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, 58 menurunkan, serta
mengurangi masalah-masalah klien (Syafridayani, 2019).
Intervensi Keperawatan yang biasa muncul pada klien Urolithiasis setelah
mengalami pembedahan dengan menggunakan Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (TIM POKJA SIKI DPP PPNI, 2018) :
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan salah satu tahap pelaksanaan dalam
proses keperawatan. Dalam implementasi terdapat susunan dan tatanan
pelaksanaan yang akan mengatur kegiatan pelaksanaan sesuai dengan diagnosa
keperawatan dan intervensi keperawatan yang sudah ditetapkan. Implementasi
keperawatan ini juga mengacu pada kemampuan perawat baik secara praktik
maupun intelektual (Lingga, 2019).
6. Evaluasi Keperawatan
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah 66 ditetapkan,
dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan
tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien
dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap
perencanaan (Harahap, 2019).
Daftar pustaka
Aslim, O., Utomo, N. B., Prasidja, N., Prasetyo, R. B., Aslim, O.,
Utomo, N. B., Prasidja, N., & Prasetyo, R. B. (2014). Original
Article Dari Dua Sentimeter Di Rumah Sakit Pusat Angkatan
Darat Gatot Subroto Tahun 2011-2014 Treatment of Kidney
Stone With Stone Burden More Than Two Centimeters in
Gatot Soebroto Indonesia Army Central Hospital in 2014-
2020.
Unit :
Ruang/Kamar : Lontara 4 12/4
Tanggal Masuk RS : 16 Januari 2024
Jam : 10.00 Wita
Tanggal Pengkajian : 23 Januari 2024
Waktu Pengkajian : 20.10
Autoanamnese :
Alloanamnese :
I. IDENTIFIKASI
A. Pasien
Nama : Tn.A
Umur : 36 Thn
Jenis kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Kawin
Agama/suku : Islam/Bugis
Warga negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pekerjaan : Nelayan
Alamat rumah : Mamuju
Dx Medik : Nefrolitiasis
B. Penanggung Jawab
Nama : Ny.A
Alamat : Mamuju
Hubungan dengan pasien : Istri
C. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama : Nyeri pada bagian pinggang sebelah kanan
2. Riwayat kesehatan sekarang : Beberapa hari sebelum klien masuk RS pasien
mengelu sakit pinggang sebelah kanan dan susah
BAB dan akhirnya klien datang ke RS Wahidin
Sudirohusodo dan dilakukan pemeriksaan lanjutan
dari rujukan, namun sebelumnya klien telah
mengalami penyakit batu ginjal selama 1 Tahun
36 38 54
65 63
37 33 30 24 21
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan
: Garis serumah
II. PEMERIKSAAN FISIK
A. TANDA-TANDA VITAL
1. Kesadaran
Kualitatif : composmentis somnolen
soporocomatous koma
Kuantitatif :
Skala Coma Glasgow : - Respon motorik :6
- Respon bicara :5
- Respon Membuka Mata : 4
Kesimpulan : 15 (composmentis)
5. Nadi : 75 x/menit
B. ANTROPOMETRI
BB
3. IMT ( ) = 21 kg/m2
TB ( m) 2
1. Kepala
- bentuk kepala : Kepala tampak simetris
- kulit kepala : Tidak tampak benjolan atau luka pada kulit kepala
2. Mata
3. Hidung
5. Mulut
7. Thorax (Paru-paru)
8. Jantung
BJ II Pulmonal Normal
BJ II Trikupid Normal
BJ II Mitral Normal
9. Abdomen
- perkusi : Timpani
10. Ekstrimitas
EKaA EKiA
(4 ) (4 )
- kekuatan otot :
EKaB EKiB
(4 ) (4 )
III. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN
NO POLA KESEHATAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT
1 POLA PERSEPSI Klien beranggapan bahwa sehat- klien mengatakan ingin
KESEHATAN- sejaterah itu tidak ada pengaruh kembali sehat seperti
PEMELIHARAHAAN dengan kegiatan sehari-harinya dari dulu lagi tanpa ada beban
KESEHATAN segi pola makanan, kebersihan penyakit
yang tidak teratur dan berpikir
waktunya sehat tetap sehat
waktunya sakit ya sakit
11 POLA SISTEM Klien beragama islam dan rajin selama sakit klien tetap
NILAI menjalankan ibdah shalatnya menjalankan ibdah
KEPERCAYAAN shalatnya meskipun
kdang harus ditempat
tidur, begitu juga ketika
di RS klien tetap
menjalankan ibdah
shalatnya
C. PEMERIKSAAN EKG
Tidak dilakukan pemeriksaan EKG
11. Klien memlihi untuk Tidak Berbaring terus Aktivitas dan istrahat
berbaring
Gangguan pola tidur b.d ketidaknyaman kelemahan d.d klien sulit untuk tidur
2. dan klien mengeluh tidak puas dengan tidurnya d.d nyeri pada abdomen kanan
3. Resiko infeksi b.d efek prosedur infasiv d.d pembedah untuk cvc di bagian
abdomen sebelah kanan
23 Januari 2024
Gangguan pola tidur b.d
ketidaknyaman kolik/kelemahan d.d Selasa 23 Januari Masih dalam proses
klien sulit untuk tidur dan klien 2024 pemberian terapi lanjutan
mengeluh tidak puas dengan tidurnya di ruang perawatan
23 Januari 2024
Resiko infeksi b.d efek prosedur Selasa 24 Januari Masih dalam proses
infasiv d.d pembedah untuk cvc di 2024 pemberian terapi lanjutan
bagian abdomen sebelah kanan di ruang perawatan
23 Januari 2024
VII. INTERVENSI KEPERAWATAN ”berdasarkan siki”
Perencanaan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan/KriteriaHasil Intervensi Keperawatan
D.0077 (Nyeri Akut) L.08066 (Tingkat Nyeri) I.08238 (Manajemen
Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan Nyeri)
pencefera fisik d.d nyeri 3x45 menit di harapkan observasi
pada abdomen sebelah tingkat nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi,
kanan dan cvc di bagian 1. Keluhan nyeri karakteristik, durasi,
paha menurun frekuensi, kualitas,
2. Meringis menurun intensitas nyeri,
3. Kesulitan tidur 2. Identifikasi skala
menurun nyeri
4. Gelisah menurun 3. Identifkasi respons
nyeri non verbal
4. Identifikasi factor
yang memperberat
dan memperingan
nyeri
Terapeutik
5. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
akupreasure,terapi
music, biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
Edukasi
6. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
Intervensi dipertahankan
1. Pertahankan teknik
aseptic pada pasien
2. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
3. Ajarkan cara
memeriksa luka atau
luka operasi
4. Kolaborasi pemberian
imunisasi,jika perlu
P: Lanjutkan Intervensi
Nyeri akut menurun dengan kriteria
hasil:
1. Keluhan nyeri menurun
2. Meringis menurun
3. Kesulitan tidur menurun
4. Gelisah menurun
Dengan Intervensi:
1. Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri,
2. Identifikasi skala nyeri
3. mengidentifikasi respon
nyeri non verbal
4. mengidentifikasi factor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
5. Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri yakni
teknik relaksasi napas dalam
Intervensi dipertahankan
1. Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2 Gangguan pola tidur 23 Jan 2024 10.14 S: Klien mengatakan sulit untuk
b.d ketidaknyaman tidur
kolik/kelemahan d.d
Sulit tidur, Mengeluh O: Klien tampak gelisah
tidak puas tidur,
Tidur hanya 3 jam A: Gangguan Pola Tidur
P: Lanjutkan Intervensi
Pola tidur membaik dengan kriteria
hasil:
1. Keluhan sulit tidur menurun
2. Keluhan tidak puas tidur
menurun
3. Keluhan pola tidur berubah
menurun
4. Kemampuan beraktivitas
meningkat
Dengan Intervensi:
1. Identifikasi pola tidur
2. Identifikasi factor
pengganggu tidur
3. Identifikasi makanan yang
menganggu pola tidur
4. Modifikasi linngkungan
5. Menganjurkan untuk
menghindari makan/minum
yang mengganggu tidur
Intervensi Dipertahankan
1. Menejelaskan pentingnya
tidur cukup selama sakit
3 Resiko infeksi b.d 23 Jan 2024 10.29 10.29
efek prosedur infasiv S: -
d.d pembedah untuk
cvc di bagian Paha O: Klien tampak lemah dan letih
sebelah kanan
A: Resiko Infeksi
P: Lanjutkan intervensi
Keletihan Meningkat dengan kriteria
hasil:
1. Nyeri menurun
2. Demam menurun
3. Kemerahan menurun
4. Bengkak menurun
Dengan Intervensi
1. Monitor tanda dan gejalah
infeksi dan sistemik
2. Berikan perawatan kulit pada
area edema
3. Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien
Intervensi dipertahankan
4. Pertahankan teknik aseptic
pada pasien
5. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
6. Ajarkan cara memeriksa luka
atau luka operasi
7. Kolaborasi pemberian
imunisasi,jika perlu
A: Nyeri akut
P: Lanjutkan Intervensi
Nyeri akut menurun dengan kriteria
hasil:
1. Keluhan nyeri menurun
2. Meringis menurun
3. Kesulitan tidur menurun
4. Gelisah menurun
Dengan Intervensi:
1. Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri,
2. Identifikasi skala nyeri
3. mengidentifikasi respon
nyeri non verbal
4. mengidentifikasi factor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
5. Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri yakni
teknik relaksasi napas dalam
Intervensi dipertahankan
1. Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2 Gangguan pola tidur 24 jan 2024 21.47 S: Klien mengatakan masih sulit
b.d ketidaknyaman untuk tidur
kolik/kelemahan d.d
Sulit tidur, Mengeluh O: Klien masih sedikit tampak
tidak puas tidur, gelisah
Tidur hanya 3 jam
A: Gangguan Pola Tidur
P: Lanjutkan Intervensi
Pola tidur membaik dengan kriteria
hasil:
1. Keluhan sulit tidur menurun
2. Keluhan tidak puas tidur
menurun
3. Keluhan pola tidur berubah
menurun
4. Kemampuan beraktivitas
meningkat
Dengan Intervensi:
1. Identifikasi pola tidur
2. Identifikasi factor
pengganggu tidur
Intervensi dipertahankan
1. Menjelaskan pentingnya
tidur cukup selama sakit
2. Mengidentifikasi makanan
dan minum yang
mengganggu tidur
3. Memodifikasi lingkungan
4. Menganjurkan untuk
menghindari makan/minum
yang mengganggu tidur
3 Resiko infeksi b.d 24 jan 2024 21.52 21.52
efek prosedur infasiv S: -
d.d pembedah untuk
cvc di bagian Paha O: Klien tampak masih merasa
sebelah kanan nyeri di daerah pembedahan
A: Resiko Infeksi
P: Lanjutkan intervensi
Tingkat Infeksi Menurun dengan
kriteria hasil:
1. Keluhan nyeri menurun
2. Meringis menurun
3. Kesulitan tidur menurun
4. Gelisah menurun
Dengan Intervensi:
1. Monitor tanda dan gejalah
infeksi dan sistemik
2. Berikan perawatan kulit pada
area edema
3. Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien
Intervensi dipertahankan
5. Pertahankan teknik aseptic
pada pasien
6. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
7. Ajarkan cara memeriksa luka
atau luka operasi
8. Kolaborasi pemberian
imunisasi,jika perlu
P: Lanjutkan Intervensi
Nyeri akut menurun dengan kriteria
hasil:
1. Keluhan nyeri menurun
2. Meringis menurun
3. Kesulitan tidur menurun
4. Gelisah menurun
Dengan Intervensi:
1. Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri,
2. Identifikasi skala nyeri
3. mengidentifikasi respon
nyeri non verbal
4. mengidentifikasi factor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
intervensi dipertahankan
1. Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2 Gangguan pola tidur 25 Jan 2023 22.11 S: Klien mengatakan masih sulit
b.d ketidaknyaman untuk tidur
kolik/kelemahan d.d
Sulit tidur, Mengeluh O: Klien masih sedikit tampak
tidak puas tidur, gelisah
Tidur hanya 3 jam
A: Gangguan pola tidur
P: Lanjutkan Intervensi
Pola tidur membaik dengan kriteria
hasil:
1. Keluhan sulit tidur menurun
2. Keluhan tidak puas tidur
menurun
3. Keluhan pola tidur berubah
menurun
4. Kemampuan beraktivitas
meningkat
Dengan Intervensi:
1. Identifikasi pola tidur
2. Identifikasi factor
pengganggu tidur
Intervensi dipertahnkan
1. Menjelaskan pentingnya
tidur cukup selama sakit
2. Mengidentifikasi makanan
dan minum yang
mengganggu tidur
3. Memodifikasi lingkungan
4. Menganjurkan untuk
menghindari makan/minum
yang mengganggu tidur
P: Lanjutkan intervensi
Keletihan Meningkat dengan kriteria
hasil:
1. Nyeri menurun
2. Demam menurun
3. Kemerahan menurun
4. Bengkak menurun
Dengan Intervensi
1. Monitor tanda dan gejalah
infeksi dan sistemik
2. Berikan perawatan kulit pada
area edema
3. Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien
Intervensi dipertahankan
4. Pertahankan teknik aseptic
pada pasien
5. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
6. Ajarkan cara memeriksa luka
atau luka operasi
7. Kolaborasi pemberian
imunisasi,jika perlu