1. Pengertian
Nefrolitiasis (batu ginjal) adalah salah satu penyakit ginjal,
di mana ditemukan batu yang mengandung bagian permata dan
jaringan alami yang merupakan penyebab paling umum dari
masalah kencing. Seperti yang ditunjukkan oleh penilaian lain.
Nefrolitiasis (batu ginjal) adalah suatu kondisi di mana
setidaknya ada satu batu di pelvis atau kelopak ginjal. Berbicara
secara komprehensif, susunan batu ginjal dipengaruhi oleh
komponen bawaan dan komponen asing. Variabel alami adalah
usia, orientasi seksual, dan keturunan, sedangkan komponen
asing adalah kondisi geologis, lingkungan, pola makan, zat yang
terkandung dalam kencing, pekerjaan, dll. Area batu ginjal biasa
ditemukan di kelopak, atau panggul dan ketika keluar itu akan
berhenti dan menghentikan ureter (batu ureter) dan (batu
kandung kemih). Batu ginjal bisa terbentuk dari kalsium, batu
oksalat, kalsium oksalat, atau kalsium fosfat. Batu ginjal yang
paling terkenal adalah batu kalsium. (Fauzi & Putra, 2016).
2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi Ginjal
Anatomi ginjal Ginjal adalah dua buah organ
berbentuk menyerupai kacang merah yang berada di kedua
sisi tubuh bagian belakang atas, tepatnya dibawah tulang
rusuk manusia. Ginjal sering disebut bawah pinggang.
Bentuknya seperti kacang dan letaknya di sebelah
belakang rongga perut, kanan kiri dari tulang punggung.
Ginjal kiri letaknya lebih tinggi dari ginjal kanan, berwarna
merah keunguan. Setiap ginjal panjangnya 12-13 cm dan
tebalnya 1,5-2,5 cm. Pada orang dewasa beratnya kira-kira
140 gram. Pembuluh-pembuluh ginjal semuanya masuk
dan keluar pada hilus (sisi dalam). Di atas setiap ginjal
menjulang sebuah kelenjar suprarenalis (Irianto, 2013).
Gambar 2.1 Anatomi Ginjal
Struktur ginjal dilengkapi selaput membungkusnya
dan membentuk pembungkus yang halus. Di dalamnya
terdapat struktur-struktur ginjal. Terdiri 7 atas bagian
korteks dari sebelah luar dan bagian medula di sebelah
dalam. Bagian medula ini tersusun atas 15 sampai 16
massa berbentuk piramida yang disebut piramis ginjał.
Puncak-puncaknya langsung mengarah ke hilus dan
berakhir di kalises. Kalises ini menghubungkannya dengan
pelvis ginjal (Irianto, 2013).
Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrous tipis dan
mengkilat yang disebut kapsula fibrosa (true capsule) ginjal
melekat pada parenkim ginjal. Di luar kapsul fibrosa
terdapat jaringan lemak yang bagian luarnya dibatasi oleh
fasia gerota. Diantara kapsula fibrosa ginjal dengan kapsul
gerota terdapat rongga perirenal. Di sebelah kranial ginjal
terdapat kelenjar anak ginjal atau glandula adrenal atau
disebut juga kelenjar suprarenal yang berwarna kuning. Di
sebelah posterior, ginjal dilindungi oleh berbagai otot
punggung yang tebal serta tulang rusuk ke XI dan XII,
sedangkan disebelah anterior dilindungi oleh organ
intraperitoneal. Ginjal kanan dikelilingi oleh hati, kolon, dan
duodenum, sedangkan ginjal kiri dikelilingi oleh limpa,
lambung, pankreas, jejenum, dan kolon (Basuki, 2011).
b. Fisiologi Ginjal
Fisiologi ginjal Mekanisme utama nefron adalah untuk
membersihkan atau menjernihkan plasma darah dari zat-
zat yang tidak dikehendaki tubuh melalui
penyaringan/difiltrasi di glomerulus dan zat-zat yang
dikehendaki tubuh direabsropsi di tubulus. Sedangkan
mekanisme kedua nefron adalah dengan sekresi
(prostaglandin oleh sel dinding duktus koligentes dan
prostasiklin oleh arteriol dan glomerulus). Beberapa fungsi
ginjal adalah sebagai berikut (Syaifuddin, 2011) :
1) Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh
Kelebihan air dalam tubuh akan diekskresikan oleh
ginjal sebagai urin yang encer dalam jumlah besar.
Kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan
urin yang diekskresikan jumlahnya berkurang dan
konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan
volume cairan tubuh dapat dipertahankan relatif
normal.
2) Mengatur keseimbangan osmotik dan keseimbangan
ion
Fungsi ini terjadi dalam plasma bila terdapat
pemasukan dan pengeluaran yang abnormal dari ion-
ion. Akibat pemasukan garam yang berlebihan atau
penyakit perdarahan, diare, dan muntah-muntah,
ginjal akan meningkatkan ekskresi ion-ion yang
penting misalnya Na, K, Cl, Ca, dan fosfat.
3) Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh
Tergantung pada apa yang dimakan, campuran
makan (mixed diet) akan menghasilkan urin yang
bersifat agak asam, pH kurang dari enam. Hal ini
disebabkan oleh hasil akhir metabolisme protein.
Apabila banyak makan sayur-sayuran, urin akan
bersifat basa, pH urin bervariasi antara 4,8 sampai
8,2. Ginjal mengekskresikan urin sesuai dengan
perubahan pH darah.
4) Ekskresi sisa-sisa hasil metabolisme (ureum,
kreatinin, dan asam urat)
Nitrogen nonprotein meliputi urea, kreatinin, dan
asam urat. Nitrogen dan urea dalam darah merupakan
hasil metabolisme protein. Jumlah ureum yang
difiltrasi tergantung pada asupan protein. Kreatinin
merupakan hasil akhir metabolisme otot yang
dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir
konstan dan diekskresi dalam urin dengan kecepatan
yang sama. Peningkatan kadar ureum dan kreatinin
yang meningkat disebut azotemia (zat nitrogen 9
dalam darah). Sekitar 75% asam urat diekskresikan
oleh ginjal, sehingga jika terjadi peningkatan
konsentrasi asam urat serum akan membentuk
kristalkristal penyumbat pada ginjal yang dapat
menyebabkan gagal ginjal akut atau kronik.
5) Fungsi hormonal dan metabolisme
Ginjal mengekskresikan hormon renin yang
mempunyai peranan penting dalam mengatur
tekanan darah (system rennin-angiotensis-
aldesteron), yaitu untuk memproses pembentukan sel
darah merah (eritropoesis). Disamping itu ginjal juga
membentuk hormon dihidroksi kolekalsiferol (vitamin
D aktif) yang diperlukan untuk absorbsi ion kalsium di
usus.
6) Pengeluaran zat beracun
Ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan
makanan, obat-obatan, atau zat kimia asing lain dari
tubuh.
3. Etiologi
Interaksi susunan nefrolitiasis terjadi secara progresif,
kristalisasi ini berlangsung cukup lama. Bermula dari ukurannya
yang kecil dan terus berkembang hingga menyebabkan kerja
ginjal menjadi cacat. Tidak adanya konsumsi air juga
mempengaruhi. Siklus susunan batu disebut Urolitiasis. Selain di
ginjal, urolitiasis bisa terjadi di kandung kemih, yang disebut batu
kandung kemih. Selain kalsium, kadar korosif urat yang tinggi
juga dapat menyebabkan nefrolitiasis korosif urat. Beberapa
penyakit ini juga berisiko menyebabkan nefrolitiasis seperti
sarkoidosis, hiperparatiroidisme, penyakit kanker, dan asidosis
bulat ginjal.. (Hasanah, 2016)
Batu ginjal dicirikan ke dalam jenis berikut:
a. Batu Kalsium
Terdiri dari kalsium oksalat (setengah), kalsium fosfat
(5%) dan kombinasi keduanya (45%). Kebanyakan batu
kalsium oksalat terstruktur pada pH kencing 5,0-6,5,
sedangkan batu kalsium fosfat terstruktur pada pH yang
lebih basa. Variabel perkembangan batu kalsium adalah:
1) Hiperkalsiuria
Ini diisolasi menjadi hiperkalsiuria absorptif,
hiperkalsiuria ginjal, dan hiperkalsiuria resorptif.
Hypercalciury absorbtif terjadi karena peningkatan
retensi kalsium melalui sistem pencernaan,
hypercalciury ginjal terjadi karena ketidakmampuan
kapasitas untuk reabsorbsi kalsium melalui tubulus
ginjal dan hypercalciury resorptive terjadi karena
peningkatan resorpsi kalsium tulang.
2) Hiperoksaluri
Merupakan keluarnya oksalat urin yang melebihi 45
gram setiap hari.
3) Hiperurikosuria
Kadar korosif urat pada kencing yang melampaui
850mg / 24 jam.
4) Hipositraturia
Sitrat yang berfungsi untuk menghalangi efek kalsium
dengan oksalat ata fosfat sedikit.
5) Hipomagnesuri
Magnesium yang berperan sebagai penghambat
batu kalsium dalam kadar rendah dalam tubuh.
Alasan paling terkenal untuk hipomagnesuria adalah
penyakit usus provokatif diikuti oleh malabsorpsi yang
dinonaktifkan.
b. Batu Struvite
10-15% batu ginjal adalah batu struvite. Pembentukan
batu disebabkan oleh penyakit saluran kemih berulang oleh
mikroba yang memproduksi urease, seperti Proteus
mirabilis, Klebsiella pneumonia, Pseudomonas aeruginosa
dan Enterobacter sp. Batu struvite cenderung berbentuk
batu staghorn dan lebih normal pada wanita.
c. Batu Asam Urat
Sebanyak 3-10% batu ginjal merupakan batu korosif
urat dengan kejadian lebih tinggi pada jenis kelamin pria.
Diet tinggi purin pada orang yang membakar protein
berlebih, menyebabkan hiperurikosuria, volume urin rendah
dan urin rendah (pH <5,05) meningkatkan frekuensi
pembentukan batu korosif urat.
d. Batu sistin
Terjadinya batu ini adalah <2%. Batu sistin adalah
penyakit herediter laten autosomal yang menyebabkan
kelainan bentuk kualitas rBAT pada kromosom 2. Hal ini
dijelaskan oleh asimilasi sistin yang tidak biasa oleh tubulus
ginjal, sehingga pengeluaran sistin urin mencapai lebih dari
600 mmol setiap hari.
e. Batu yang Digerakkan Obat
Beberapa obat, misalnya guaifenesin, triamterense,
atazanivir, indinavir sulfat, dan sulfonamida dapat
membentuk batu ginjal yang terbuat dari simpanan
metabolitnya. Terlebih lagi, pergerakan obat ini dapat
mengganggu pencernaan kalsium oksalat dan
purin.(Mayasari & Wijaya, 2020)
Faktor bahaya untuk nefrolitiasis termasuk usia, jenis
kelamin laki-laki, berat badan, diabetes, kondisi metabolik,
masalah ginjal yang mendasari, masuknya cairan rendah, infeksi
ginjal dan penyakit terkait perut tertentu (Virapongse, 2016).
Selain itu, variabel diet dan endokrin juga diketahui sangat
memengaruhi risiko batu ginjal (Pearle et al. Dalam Ingimarsson
et al., 2016). Selain itu, de Oliveira et al., (2014) menyusun
secara sebanding bahwa variabel makanan berperan penting
dalam batu ginjal. Misalnya, asupan cairan yang rendah dan
asupan protein, garam,dan oksalat yang tidak masuk akal adalah
faktor-faktor bahaya yang dapat dimodifikasi untuk batu
ginjal.(Wira Citerawati SY et al., 2018)
4. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala dari Nefrolitiasis diantaranya sebagai berikut
(Nursalam, 2011) :
a. Nyeri dan pegal didaerah pinggang: lokasinya tergantung
dimana terbentuknya batu tersebut.
b. Hematuria: darah berwarna keruh dari ginjal, dapat terjadi
karena cedera yang disebabkan oleh batu atau kolik.
c. Penyumbatan: batu yang menghalangi aliran kencing akan
menyebabkan kontaminasi saluran kemih Indikasi: demam
dan menggigil
d. Batu ginjal menyebabkan peningkatan faktor tekanan
hidrostatik dan distensi pelvis ginjal dan ureter proksimal
yang menyebabkan kolik.
e. Gejala gastrointestinal termasuk sakit, memuntahkan, dan
kelonggaran usus.
5. Patofisiologi
Etiologi
Persepsi nyeri
Gangguan Eliminasi infeksi
Urin
Pyenefrosis/ Urosepsis
Nyeri akut
Gagal Ginjal
Tindakan pembedahan/
Ansietas insisi (Pyelolithotomy)
7. Penatalaksanaan medis
a. Extracorporeal Shockwave Lithotripsy (ESWL)
8. Pencegahan
Untuk mencegah Nefrolitiasis dapat dilakukan beberapa cara
diantaranya (Hasanah, 2016):
Tujuan Intervensi
Tujuan Intervensi