Anda di halaman 1dari 26

KELOMPOK 7

1. keganasan pada sistem hematologi


Leukimia
2. kelainan kongenital pada sistem endokrin
juvenile diabetes
Nama Nama kelompok 7

1.Dewi kusuma dani


2. Lenci maryana Wattilah
3. Ripka Y.K Neno Besi
4.Linda Wendikbo
5. Eka puspitasyari
DEFINISI
• Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah
berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang
ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam
membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan
tubuh yang lain. (Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495). Leukemia
adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk
darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi. Sifat khas leukemia
adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih
dalam sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang
normal. Juga terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus
limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti meninges,
traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit (Reeves, 2001).
ETIOLOGI
(etiologi) leukemia belum diketahui secara pasti,
namun diketahui beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi frekuensi leukemia, seperti:
– Radiasi
– Faktor Leukemogenik
– Virus
– Neoplasia
– Infeksi
– Keturunan
Manifestasi Klinis
• Leukemia akut memperlihatkan gejala klinis yang mencolok. Leukemia
kronis berkembang secara lambat dan mungkin hanya memperlihatkan
sedikit gejala sampai stadium lanjut.
• 1. Kepucatan dan rasa lelah akibat anemia
• 2. Infeksi berulang akibat penurunan sel darah putih
• 3. Perdarahan dan memar akibat trombosi topenia dan gangguan
koagulasi
• 4. Nyeri tulang akibat penumpukan sel di sumsum tulang, yang
menyebabkan peningkatan tekanan dan kematian sel. Tidak seperti nyeri
yang semakin mingkat,nyeri tulang berhubungan dengan leukemia
biasanya bersifat progresif.
• 5. Penurunan berat badan karena berkurangnya nafsu makan dan
peningkatan konsumsi kalori oleh sel-sel neoplastik.
Patofisiologi
• Jaringan pembentuk darah ditandai oleh pergantian
sel yang sangat cepat. Normalnya, produksi sel
darah tertentu dari prekusor sel sistem diatur sesuai
kebutuhan tubuh. Apabila mekanisme yang
mengatur produksi sel tersebut terganggu, sel akan
membelah diri sampai ke tingkat sel yang
membahayakan (proliferasi neoplastik). Proliferasi
neoplastik dapat terjadi karena kerusakan sumsum
tulang akibat radiasi, virus onkogenik, maupun
herediter. 
Pathway
Sel masenkin
Sistem sel, sel
retukuler

Sel blast
Sumsum tulang mieloblast Jaringan mieloid
Proliferasi
SDP immatur

Mekanisme imun akumulasi


terganggu
infiltrasi
Resiko infeksi
hati tulang
limfa

hematologi

Nyeri Gangguan
nutrisi
Penatalaksanaan
• Protokol pengobatan bervariasi sesuai jenis leukemia dan jenis
obat yang diberikan pada anak. Proses remisi induksi pada anak
terdiri dari tiga fase : induksi, konsolidasi, dan rumatan. Selama
fase induksi (kira-kira 3 sampai 6 minggu) anak menerima
berbagai agens kemoterapi untuk menimbulkan remisi. Periode
intensif diperpanjang 2-3 minggu selama fase konsolidasi untuk
memberantas keterlibatan sistem syaraf pusat dan oragan vital
lain. Terapi rumatan diberikan selama beberapa tahun setelah
diagnosis untuk memperpanjang remisi. Beberapa obat yang
dipakai untuk leukemia anak-anak adalah prednison, vinkristin,
asparaginase, metrotreksat, merkaptopurin, sitarabin,
alopurinol, siklofosfamid, dan daunorubisin
ASUHAN KEPERAWATAN
• PENGKAJIAN
• Pengkajian fokus
• Demografi
• Usia : terjadi pada anak berusia dibawah 15 tahun dengan
insidensi tertinggi pada umur 4 tahun
• Jenis kelamin : laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan
• Ras : pada kasus tertentu lebih banyak pada anak kulit putih
• Lingkungan banyak terpapar pada zat radioaktif dan bahan kimia.
•  
– Riwayat kesehatan
• Riwayat penyakit dahulu
– Riawayat kelainan kromosom (sindrom down)
– Riwayat infeksi
• Riawayat penyakit keluarga : faktor ras, keluarga dan genetika
lanjut
–Data fokus
•Aktivitas : kelelahan, malaise, kelemahan otot dan somnolen
•Sirkulasi : palpasi, takikardia, membran mukosa pucat
•Eliminasi : diare, nyeri tekan perianal, darah pada urin, penurunan haluan urin dan
feces hitam
•Integritas ego : perasaan tidak berdaya, depresi, menarik diri, ansietas dan takut
•Makanan / cairan : anoreksia, muntah, BB turun, distensi abnormal, disfagia dan
perubahan rasa.
•Neurosensori : disorientasi, pusing, parestesi dan kesemutan
•Nyeri : nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri sendi dan kram otot
•Pernafasan : nafas pendek dengan kerja minimal , dispnea, batuk, ronkhi dan
penurunan bunyi nafas
•Keamanan : pendarahan tak terkontrol, demam, pendarahan gusi, pembesaran
nodus limfe, limfa atau hati
•Seksualitas : perubahan libido, aliran menstruarsi
 
Pemeriksaan fisik

• Palpitasi, mukosa pucat


• Penurunan BB
• Penurunan bunyi usus
• Splenomegali, hepatomegali
• Penurunan kesadaran
• Nyeri abdomen, nyeri sendi
• Pendarahan spontan
• Purpura, kemerahan
Diagnosa keperawatan
• Resiko infeksi berhubungan dengan
menurunnya sistem pertahanan tubuh
• Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis
dari leukemia
• Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,
malaise, mual dan muntah, efek samping
kemoterapi dan atau stomatitis.
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO NIC NOC
DX
1 Setelah dilakukan tindakan a. Pantau suhu dengan teliti
keperawatan 2X24 jam diharapkan b. Berikan periode istirahat tanpa
pasien dapat memenuhi kriteria hasil : gangguan
c.Anjurkan semua keluarga ntuk
1.Anak tidak mengalami gejala-gejala menggunakan teknik mencuci tangan
infeksi dengan baik
d. Berikan antibiotik sesuai ketentuan

2 Setelah dilakukan tindakan a. Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0


keperawatan selama 2X24jam sampai 5
diharapkan pasien dapat memenuhi b. Lakukan teknik pengurangan nyeri non
kriteria hasil : farmakologis yang tepat
c. Berikan obat-obat anti nyeri secara
pasien tidak mengalami nyeri atau teratur
nyeri menurun sampai tingkat yang d. Kolaborasi dengan tim medis lainnya
dapat diterima anak

3 Setelah dilakukan tindakan a. Pantau status nutrisi


keperawatan 2X24 jam diharapkan b. Berikan makanan yang disertai
pasien dapat memenuhi kriteria hasil : suplemen nutrisi gizi
c. Jelaskan pada keluarga faktor pencetus
1. Nutrisi menjadi adekuat mual dan muntah
d. Kaloborasi dengan ahli gizi dalam
ke laina n ko ngeni tal p ada s istem endo krin
juve nile diabe tes

• Definisi
Diabetes melitus secara definisi adalah keadaan hiperglikemia kronik.
Hiperglikemia ini dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, di antaranya
adalah gangguan sekresi hormon insulin, gangguan aksi/kerja dari hormon
insulin atau gangguan kedua-duanya ( Weinzimer SA, Magge S.
2005).Sebagai negara berkembang, Indonesia mengalami pertumbuhan
yang cukup pesat, terutama di beberapa daerah tertentu. Pertumbuhan ini
juga diikuti dengan perubahan dalam masyarakat, baik dalam bidang ilmu
pengetahuan, gaya hidup, perilaku, dan sebagainya. Namun, perubahan-
perubahan ini juga tak luput dari efek negatif. Salah satu efek negatif yang
timbul dari perubahan gaya hidup masyakarat modern di Indonesia antara
lain adalah semakin meningkatnya angka kejadian Diabetes Melitus (DM)
yang lebih dikenal oleh masyarakat awam sebagai kencing manis. Diabetes
Melitus adalah penyakit metabolik yang bersifat kronik. Oleh karena itu,
omset Diabetes Melitus yang terjadi sejak dini memberikan
peranan penting dalam kehidupan penderita. Setelah melakukan pendataan
 pasien diseluruh Indonesia selama 2 tahun, Unit Kelompok Kerja (UKK)
Endokrinologi Anak Atau Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mendapatkan
674 data penyandang Diabetes Melitus tipe 1 di Indonesia.
Etiologi
• Dokter dan para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab diabetes tipe-
1. Namun yang pasti penyebab utama diabetes tipe 1 adalah faktor
genetik/keturunan. Resiko perkembangan diabetes tipe 1 akan diwariskan
melalui faktor genetik.
1. Faktor Genetik Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu
sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke
arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leukosit antigen).HLA
merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplantasi dan proses imun lainnya.
2. Faktor-faktor Imunologi Adanya respons auto imun yang merupakan
respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu auto antibodi terhadap sel-
sel pulau Langerhans daninsulin endogen.
3. Faktor lingkungan Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses auto
imun yang menimbulkan destruksi sel beta.
Patofisiologi

Diabetes tipe-1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan


yang menyerang orang dengan sistem imun yang secara genetis
merupakan predisposisi untuk terjadinya suatu respon autoimun
yang kuat yang menyerang antigen sel B pankreas. 
Faktor ekstrinsik yang diduga mempengaruhi fungsi sel B
meliputi kerusakan yang disebabkan oleh virus, seperti virus
penyakit gondok (mumps)dan virus coxsackie B4, oleh agen
kimia yang bersifat toksik, atau oleh
sitotoksin perusak dan antibodi yang dirilis oleh imunosit yang di
sensitisasi. Suatu kerusakan genetis yang mendasari
yang berhubungan dengan replikasi atau fungsi sel B pankreas
dapat menyebabkan predis posisi terjadinya kegagalan sel B
setelah infeksi virus
Manifestasi Klinis
• Pada diabetes melitus tipe 1, yang kebanyakan diderita oleh anak-
anak(diabetes melitus juvenile) mempunyai gambaran lebih akut, lebih
berat, tergantung insulin dengan kadar glukosa darah yang labil. Penderita
biasanya datang dengan ketoa sidosis karena keterlambatan diagnosis.
Mayoritas penyandang DM tipe 1menunjukan gambaran klinik yang klasik
seperti:
a. Hiperglikemia (Kadar glukosa darah plasma >200mg/dl ).
b. Poliuria
Poliuria nokturnal seharusnya menimbulkan kecurigaan adanya DM
tipe1 pada anak.
C. Polidipsia
D. Poliphagia
E. Penurunan berat badan , Malaise atau kelemahan
F. Glikosuria (kehilangan glukosa dalam urine)
G. Ketonemia dan ketonuria Penumpukan asam lemak keton dalam darah
dan urine terjadi akibat katabolisme abnormal lemak sebagai sumber
energy. Ini dapat mengakibatkan asidosis dan koma
Phatwey
Reaksi autoimun

Sel pancreas
hancur

Defisinisi
insulin

Hiperglikemia
Katabolisme
protein meningkat liposis
meningkat

Fleksibilitas Pembatasan Penurunan


darah merah diet BB
Pelepasan O2 Intake tidak
kurang adekuat Resiko nutrisi

Hipoksia Deficit volume


perifer
poliuria cairan

Perfusi jaringan
nyeri
perifer tidak efektif
Penatalaksanaan Medis
Dalam jangka pendek, penatalaksanaan DM
bertujuan untuk menghilangkan/ mengurangi
keluhan/gejala DM. Sedangkan untuk tujuan jangka
panjangnya adalah mencegah komplikasi. Tujuan
tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan
kadar glukosa, lipid, dan insulin. Untuk
mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan
dilaksanakan dalam bentuk pengelolaan pasien
secara holistik dan mengajarkan kegiatan mandiri
Asuhan Keperawatan
Kasus Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun baru saja di diagnosis Diabetes
Melitus tipe 1masuk untuk dirawat di Bangsal Anak Rs.Hasil anamnesis anak
mengatakan bahwa ia tidak nafsu makan, banyak minum, banyak kencing,
berat badannya turun, enuresis.Ia juga mudah tersinggung, tidak bisa
perhatian lama ketika mengikuti pelajaran sekolah,merasa lelah, penglihatan
kabur,sakit kepala, kalau ada luka sukar sembuh dan mudah terserang flu.
Dari hasil pemeriksaan fisik di dapatkan BB: 25,5kg, TB:
135cm,suhu:37,4C,nadi: 88x/menit. Respirasi: 24x/menit,TD:110/70mmHg.
Turgor kulit kembali segara, kulit kering, membrane mukosa lembab. Hasil
pemeriksaan laboratorium menunjukkan:Hb:11,2gr/dl, Hematokrit:30%,
eritrosit: 4,0(x10/uL), treombosit 2,1000/mm leukosit 9.500/Ul,Glukosa darah
300mg/dl
Orang tua mengatakan bahwa mereka sangat terkejut dan tidak percaya
ketika anaknya di diagnosa Diabetes Melitus tipe1, padahal tidak ada anggota
keluarga yang menderita Diabetes Melitus. Mereka mengatakan tidak paham
tentang Diabetes Melitus tipe 1 dan cara perawatannya terutama setelah
pulang dari Rumah Sakit.Orang tua khawatir memikirkan masa depan
anaknya
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Nama
c. Umur: 10 tahun
d. Jenis kelamin: laki laki
e. Keluhan Utama :Banyak makan, banyak minum, banyak kencing,
f. Riwayat keluarga: -
g. Riwayat kesehatan sekarang:Diabetes Melitus tipe 1
h. Hasil pemeriksaan :BB = 25,5 kg, TB =135 cm suhu= 37,4 c nadi=
88kali/menit, respirasi=24 kali/menit,tekanan darah=110/70
mmHg. Turgor kulit kembali segera.Kulit kering,membrane
mukosa lembab.
i. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb : 11,2gr/dl
haematokrit; 30%eritrosit: 4,0 (10 )
Diagnosa keperawatan

1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan defisiensi oral/ penurunan intake oral ditandai
dengan mengeluh mual-muntah, intaketidak adekuat,
penurunan nafsu makan, lemah, tonus otot menurun
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik,
kehilangan gastrik berlebihan, masukan yang terbatas.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka,
mencetuskan reaksi imun dan peradangan
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
fisik, energi menurun, dan metabolisme menurun
Intervensi keperawatan
No Diagnos keperawatan NIC NOC
Nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan a. Timbang berat
kebutuhan tubuh keperawatan selama 2x24 badan tiap hari.
berhubungan dengan jam akan didapat kan hasil : b. Berikan makanan
defisiensi oral/ penurunan - Nutrisi terpenuhi cair yang
intake oral ditandai dengan - Tidakterjadi penurunan mengandung zat
mengeluh mual- 20% -Berat badan makanan dan
muntah,intake tidak meningkat elektrolit dengan
adekuat, penurunan nafsu segera jika pasien
makan,lemah, tonus otot dapat
menurun mentoleransinya
melalui pemberia
makanan melalui
oral
c. Observasi tanda-
tanda hipoglikemia
seperti perubahan
tingkat kesadaran,
kulit dingin, nadi
cepat, sakit kepala
dan pandangan
berkunang kunang
d. Ajarkan pasien dan
keluarga
bagaimana
2 Kekurangan volume cairan Setelah di lkukan perawatan 1. Pantau tanda vital
berhubungan dengan osmotik, selama 1x24 jam akan 2. Kaji suhu warna
kehilangangastrik berlebihan, menapatkan hasil kulit dan
masukan yang terbatas - Keseimbangan intake kelembaban
dan output 3. Pantau masukan dan
- Dalam 24 jam berat pengeluaran urin
badan stabil 4. Ukur BB setiap hari
5. Pertahankan cairan
2500 cc/hari jika
pemasukan secara
oral sudah dapat
diberikan
6. Tingkatkan
lingkungan yang
nyaman selidengan
selimut tipis
7. Catat hal-hal yang
dilaporkan seperti
mual, nabdomen,
muntah, distensi
lambung
8. Berikan terapi cairan
sesuai indikasi.
9. Pasang selang NGT
dan lakukan
penghisapan
sesdengan indikasi
3 Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat rasa gatal yang
berhubungan dengan selama 4x24 jam diharapkan dirasakan klien
luka, mencetuskan integritas kulit membaik dan 2. Observasi luka lecet
reaksiimun dan tidak terjadi perusakan kulitk 3. Anjurkan pada klien untuk
peradangan riteria hasil terjadi perbaikan menggunakan pak yang
status metabolik yang longgar dari bahan yang
dilakukan oleh gula darah lembut dan menyerap
dalam batas normal keringat.
4. Berikan perawatan kulit
dengan menaburi salicyl t5.
5. Beri penjelasan pada klien
bila daerah yang gatal
jangan digaruk, dan
jelaskan penyebab rasa
gatal
4 Defisit perawatan diri Setelah d lakukan tindakan 1. Kaji kemampuan klien dalam
berhubungan dengan keperawatan menolong dirisendiri, seperti
kelemahan fisik, mandi dan gosok gigi
energimenurun, dan
metabolisme menurun

Anda mungkin juga menyukai