JIWA II
B. PENYEBAB
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2013) , penyebab kurang perawatan diri adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut
Depkes (2013) dalam Mukhripah Damaiyanti (2014), penyebab kurang perawatan diri adalah:
a. Faktor Predisposisi
b. Faktor Presipitasi
E. BATASAN KARAKTERISTIK
Menurut NANDA (2012) dalam Mukhripah Damaiyanti (2014), batasan karakteristik klien dengan defisit perawatan diri adalah:
1. Defisit perawatan diri: mandi;
a. Ketidak mampuan untuk mengakses kamar mandi
b. Ketidak mampuan mengeringkan tubuh
c. Ketidak mampuan mengambil perlengkapan mandi
d. Ketidak mampuan menjangkau sumber air
e. Ketidak mampuan untuk mengatur air mandi
f. Ketidak mampuan untuk membasuh tubuh
2. Defisit perwatan diri: berpakaian;
1. Ketidak mampuan mengancing pakaian 4.Defisit perawatan diri: eliminasi
2. Ketidak mampuan mendapatkan pakaian 1. Ketidak mampuan melakukan hygiene eliminasi yang tepat
3. Ketidak mampuan mengenakan atribut pakaian 2. Ketidak mampuan menyiram toilet atau kursi buang air
4. Ketidak mampuan mengenakan sepatu (commode)
5. Ketidak mampuan mengenakan kaus kaki 3. Ketidak mampuan naik toilet atau commode
6. Ketidak mampuan melepaskan atribut pakaian 4. Ketidak mampuan memanipulasi pakaian untuk eliminasi
7. Ketidak mampuan melepaskan sepatu 5. Ketidak mampuan berdiri dari toilet atau commode
6. Ketidak mampuan untuk duduk di toilet atau commode
H. PENATALAKSANAAN
Klien dengan gangguan defisit perawatan diri tidak
membutuhkan perawatan medis dan keperawtan, karena hanya
mengalami gangguan jiwa, pasien lebih membutuhkan terapi
kejiwaan melalui komunikasi terapeutik atau dengan cara
pemberian pendidikan kesehatan.
Menurut NANDA NIC-NOC (2013) penatalaksanaan defisit
perawatan diri yaitu:
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri.
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri
3. Berikan aktivitas rutin sehari-hari sesuai kemampuan.
4. Ciptakan lingkungan yang mendukung.
I. PATOFISIOLOGI dan PATHWAY
Menurut Tarwoto dan Wartona (2013), patofisiologi kurang perawatan diri adalah sebagai berikut:
1. Fisik 2. Psikologis 3. Sosial
Badan bau, pakaian kotor Malas, tdak ada inisiatif Kegiatan kurang
Rambut dan kulit kotor Menarik diri, isolasi diri Tidak mampu berperilaku sesuai norma
Kuku panjang dan kotor Merasa tak berdaya, rendah diri, dan merasa Cara makan tidak teratur
Gigi kotor diserai mulut berbau hina BAK dan BAB sembarang tempat
Penampilan tiddak rapi
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Menurut NANDA (2012) dalam Mukhripah Damaiyanti (2014) pengkajian Defisit Perawatan Diri yaitu:
a. Komponen yang harus di perhatikan oleh seorang perawat dalam 12 mengkaji Defisit Perawatan Diri:
1. Kaji membran mukosa oral dan kebersihan tubuh setiap hari
2. Kaji kondisi kulit saat mandi
3. Bantu perawatan diri: mandi/hygiene: pantau kebersihan kuku sesuai kemampuan perawatan diri pasien
4. Kaji tingkat energi dan toleransi terhadap aktivitas
5. Kaji kemampuan untuk mengunyah dan menelan
6. Kaji asupan terhadap keadekuatan asupan nutrisi
b. Data yang bisa ditemukan dalam Defisit Perawatan Diri:
a. Data Subjektif
1. Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin, atau di RS tidak tersedia alat mandi b) Klien mengatakan dirinya
malas berdandan Klien mengatakan ingin disuapin makan
2. Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK maupun BAB
b. Data Sekunder (Objektif):
3. Ketidak mampuan mandi / membersihkan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan berbau, serta kuku
panjang dan kotor.
4. Ketidak mampuan berpakaian/berhias ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai,
tidak bercukur (laki-laki), atau tidak berdandan (perempuan).
5. Ketidak mampuan makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan mengambil makanan sendiri, makan berceceran,
dan makan tidak pada tempatnya
6. Ketidak mampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai dengan BAB/BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri
dengan baik setelah BAB/BAK
C. Mekanisme Koping
1. Regresi
2. Penyangkalan B. DIAGNOS KEPERAWATAN
3. Isolasi sosial, menarik diri
4. Intelektualisasi • Menurut Heather (2015)
5. Masalah Keperawatan
a. Defisit perawatan diri a. Defisit perawatan diri: mandi.
b. Harga diri rendah
c. Resiko tinggi isolasi sosial b. Defisit perawatan diri: berpakaian.
1. Tindakan keperawatan pada 2. Membantu pasien latihan 3. Melatih pasien makan 4. Mengajarkan pasien
pasien berhias secara mamndi dengan melaukan BAB/BAK
Tujuan keperawatan Latihan berhias pada pria cara: secara mandiri dengan
1. Pasien mampu melakukan harus dibedakan dengan a. Menjelaskan cara cara:
kebersihan diri secara mandiri. wanita.pada pasien laik- mempersiapkan makanan a. Menjelaskan tempat
2. Pasien mampu melakukan laki,latihan meliputi latihan b. Menjelaskan cara makan BAB?BAK yang sesuai
berhias secara baik
berpakian menyisir rambut yang tertib b. Menjelaskan cara
3. Pasien mampu melakukan
makan dengan baik
dan bercukur sedangkan c. Menjelaskakan cara membersihkan diri
4. Pasien mampu melakukan pada pasien perempuan merapikan peralatan setelah BAB dan BAK
eliminasi secara mandiri latihan meliputi latihan makan setelah makan. c. Menjelaskan cara
Tindakan perawat berpakian menyisir rambut d. Mempraktekan cara membersihkan temapt
5. Melatih pasien cara perawat dan berhais/berdandan. makan yang baik BAB dan BAK.
kebersihan diri dengan cara:
6. Menjelaskan pentingnya
menjaga kebersihan diri
7. Menjelaskan alat-alat unutuk
menjaga kebersihan diri
8. Menjelaskan cara-cara
melakukan kebersihan diri
9. Melatih pasien mempraktikan
cara menjaga kebersihan diri.
KESIMPULAN
• Klien dengan gagguan jiwa yaitu defesit perawatan diri hendaknya di berikan perhatian yang
lebih dalam perawatan diri sehingga peninggkatan kebersihan klien dapat lebih meningkat
lebih baik. Klien yang sering menyendiri merupakan resiko menjadi sosial maka komunikasi
terapeutik yang digunakan sebagai landasan unutk membina saling percaya sehingga dapat
menggali semua permasalahan.
• Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri harus selalu dilibatkan dalam
kegiatan dan temani setiap tindakan yang lebih identifikasi diri mengenai penyebab awal
terjadinya gangguan tersebut menjadi focus perhatian pemberian pelayanan kesehatan klien
dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri membutuhkan dukunggan diri
keluarganya sehingga dapat dipercaya proses penyembuhan klien