Anda di halaman 1dari 22

PERAWATAN PALIATIF

PADA PASIEN STROKE

KELOMPOK 4
Lenci M Watillah A1C219028
Mediatrix Maru A1C219026
Waani Maswain A1C219025
Enjhel Litha Masehi A1C219051
Ribka Yuni Kristin A1C291029
DEFINISI
adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau
lebih disebabkan oleh perdarahan primer substansi
otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena
trauma kapitis.
ETIOLOGI
 Menurut Smeltzer (2001) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari
 empat kejadian yaitu:

A. Trombosis serebral
 Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah
penyebab utama trombosis serebral, yang merupakan penyebab paling
umum dari stroke. Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi. Sakit kepala
adalah awitan yang tidak umum. Beberapa pasien dapat mengalami pusing,
perubahan kognitif, atau kejang
B. Embolisme serebral
Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang – cabangnya,
yang merusak sirkulasi serebral. Awitan hemiparesis atau hemiplegia tiba-
tiba dengan afasia atau tanpa afasia atau kehilangan kesadaran pada pasien
dengan penyakit jantung atau pulmonal adalah karakteristik dari
embolisme serebral
LANJUT

C. Iskemia serebral
•Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama
karena konstriksi ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke
otak.
D. Haemorhagi serebral
Haemorhagi ekstradural (haemorrhagi epidural) adalah
kedaruratan
bedah neuro yang memerlukan perawata n segera. Keadaan
ini biasanya
mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah
arteri meninges lain, dan pasien harus diatasi dalam
beberapa jam cedera untuk mempertahankan hidup.
Faktor Resiko pada Stroke (Smeltzer C. Suzanne, 2002,
hal 2131) :

• Hipertensi • Infeksi
• Diabetes Mellitus • Obesitas
• Penyakit Jantung • Merokok
• Hiperkolesterolemi • Kelainan pembuluh darah
otak
Patofisiologi
 Patofisiologi
Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola
mengalami perubahan patologik pada dinding pembuluh darah
tersebut berupa hipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta
timbulnya aneurisma tipe Bouchard. Arteriol-arteriol dari
cabang-cabang lentikulostriata, cabang tembus arteriotalamus
dan cabang-cabang paramedian arteria vertebro-basilar
mengalami perubahan-perubahan degeneratif yang sama .
Kenaikan darah yang “abrupt” atau kenaikan dalam jumlah
yang secara mencolok dapat menginduksi pecahnya pembuluh
darah terutama pada pagi hari dan sore hari.
Jika pembuluh darah tersebut pecah, maka perdarahan dapat
berlanjut sampai dengan 6 jam dan jika volumenya besar akan
merusak struktur anatomi otak dan menimbulkan gejala klinik
Manifestasi Klinis
Menurut Smeltzer (2001) manifestasi klinis stroke terdiri atas:
Defisit Lapang Penglihatan

Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang penglihatan)


Tidak menyadari orang atau objek ditempat kehilangan, penglihatan, mengabaikan salah
satu sisi tubuh, kesulitan menilai jarak.
Kehilangan penglihatan perifer
Kesulitan melihat pada malam hari, tidak menyadari objek atau batas objek.
Diplopia
Penglihatan ganda.
Defisit Motorik

Hemiparesis
Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama.
Paralisis wajah (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan).
Ataksia

Berjalan tidak mantap, tegak, tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar berdiri yang
luas.
Lanjut,,
 Defisit Verbal
 Afasia Ekspresif
Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami, mungkin mampu
bicara dalam respon kata tunggal.
 Afasia Reseptif
Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mam pu bicara tetapi tidak masuk
akal.
 Afasia Global
Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif.
 Defisit Kognitif
Pada penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek dan panjang,
penurunan lapang perhatian, kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi ,
alasan abstrak buruk, perubahan penilaian.
 Defisit Emosional
Penderita akan mengalami kehilangan kontrol diri, labilitas emosional,
penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress, depresi, menarik diri,
rasa takut, bermusuhan dan marah, perasaan isolasi
Komplikasi
Komplikasi stroke menurut Smeltzer (2002,hal 2131)
a) Komplikasi Dini (0-48 jam pertama)
• Edema serebri: defisit neurologis cenderung memberat, dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan intrakranial, herniasi, dan akhirnya menimbulkan
kematian.
• Infark miokard: penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal.
b) Komplikasi Jangka pendek (1-14 hari pertama)
• Pneumonia: Akibat immobilisasi lama
• Infark miokard
• Emboli paru: Cenderung terjadi 7 -14 hari pasca stroke, seringkali pada saat
penderita mulai mobilisasi.
• Stroke rekuren: Dapat terjadi pada setiap saat.
c) Komplikasi Jangka panjang
Stroke rekuren, infark miokard, ga ngguan vaskular lain: penyakit vaskular
perifer.
Penegahan
Pencegahan stroke yang efektif dengan cara menghindari faktor
resikonya,banyak faktor resiko stroke yang bisa di modifikasi.
Sebagian dari pencegahan stroke caranya :
 Kontrol tekanan darah. hipertensi merupakan penyebab serangan stroke.
 Kurangi atau hentikan merokok. Karena nikotin dapat menempel di
pembuluh darah dan menjadi plak, jika plaknya menumpuk bisa menyumbat
pembuluh darah.
 Olahraga teratur. Olahraga teratur bisa meningkatkan ketahanan jantung dan
menurunkan berat badan
 Perbanyak makan sayur dan buah. Sayur dan buah mengandung banyak
antioksidan yang bisa menangkal radikal bebas, selain itu sayur dan buah
rendah kolesterol
 Suplai Vitamin E yang cukup. Para peneliti dari Columbia Presbyterian
Medical Center melaporkan bahwa konsumsi vitamin E tiap hari menurunkan
resiko stroke sampai 50% vitamin E juga menghaluskan kulit.
Penatalaksanaan
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis
sebagai berikut:
1) Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:
• Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lendir yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi,
membantu pernafasan
• Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk
usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi
2) Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
3) Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
4) Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan
secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan
dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
konsep Perawatan Paliatif Pada Pasien Dengan Stroke
Kronis
1. Konsep Kehilangan
a) Pengertian
Kehilangan pribadi adalah segala kehilangan signifikan yang membutuhkan
adaptasi melalui proses berduka. Kehilangan terjadi ketika sesuatu atau
seseorang tidak lagi ditemui atau diraba, didengar, diketahui, atau dialami.
Namun demikian, setiap individu berespon terhadap kehilagan secara
berbeda. Kematian seorang anggota keluarga mungkin menyebabkan
distress lebih besar dibandingkan kehilangan hewan peliharaan, tetapi bagi
seseorang yang hidup sendiri kematian hewan peliharaan menyebabkan
distress emosional lebih besar dibandingkan dengan saudaranya yang tidak
pernah bertemu selama bertahun-tahun. Kehilangan dapat bersifat aktual
atau dirasakan. Makin dalam makna dari apa yang hilang maka akan makin
besar perasaan kehilangan tersebut. Klien mungkin mengalami kehilangan
maturasional
lanjut
Konsep Dan Teori Berduka
1. Pengertian
Dukacita adalah respons normal terhadap setiap kehidupan.
Perilaku dan perasaan yang berkaitan dengan proses berduka
terjadi pada individu menderita kehilangan seperti perubahan
fisik atau kematian teman dekat. Proses ini juga terjadi ketika
individu yang menghadapi kematian mereka sendiri.
Seseorang yang mengalami kehilangan, keluarganya, dan
dukungan sosial lainnya juga mengalami duka cita.
2. Tahapan Menjelang Ajal Menurut Kubler-Ross
Kerangka kerja yang diberikan oleh Kubler –Ross (1969) berfokus pada
prilaku dan mencakup 5 tahapan. Pada tahap menyangkal individu
bertindak seperti tidak terjadi sesuatu dan dapat menolak untuk
menpercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti
“tidak, tidak mungkin seperti itu,” atau “tidak akan terjadi tyidak akan
terjadi pada saya!” umum dilontarkan klien.
Pada tahap marah individu melawan kehilangan dan dapat bertindak
pada seseorang dan segala sesuatu dilingkungan sekitarnya. Dalam
tahap tawar menawar terdapat punundaan realitas kehilangan.
Individu mungkin berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara
yang halus atau jelas untuk mencegah kehilangan. Klien sering kali
mencari pendapat orag lain selama tahapan ini. Klien yang dirawat di
rumah sakit mungkin menunjukkan model prilaku karena percaya
bahwa staf perawatan akan menemukan penyembuhan jika mereka
menjadi “klien yang baik.”
ASUHAN KEPERAWATAN
PALIATIF PADA PASIEN STROKE
A. Pengkajian
Selama pengkajian perawat tidak boleh berasumsi tentang bagaimana atau
klien atau keluarganya mengalami duka cita. Perawat harus menghindari
membuat asumsi bahwa perilaku tertentu menandakan duka cita, sebaliknya
perawat harus memberi kesempatan pada klien untuk menceritakan apa yang
sedang terjadi dengan cara mereka sendiri. Pengkajian tentang klien dan
keluarganya dimulai dengan menggali makna kehilangan bagi mereka.
Perawat mewawancarai klien dengan keluarga dengan menggunakan
komunikasi yang tulus dan terbuka, dengan menekankan keterampilan
mendengar dan mengamati respond an perilaku mereka. Perawat mengkaji
bagaimana klien bereaksi dan bukan bagaimana klien seharusnya bereaksi.
Pertimbangan terhadap variable ini memberi perawat data dasar yang luas
sehingga dari data tersebut dapat dibuat perawatan yang sifatnya
individual bagi klien.
 B. Diagnosa Keperawatan
 Perawat mengumpulkan data untuk membuat diagnose keperawatan
mengenai duka cita atau reaksi klien terhadap duka cita. Mengidentifikasi
batasan karakteristik yang membentuk dasar untuk mendiagnosa akurat
juga mengembangkan intervensi dalam rencana perawatan.Perilaku yang
menandakan duka cita maladaptive termasuk yang berikut ini:
1.Aktivitas berlebihan tanpa rasa kehilangan
2.Perubahan dalam hubungan dengan teman dan keluarga
3.Permusuhan terhadap orang tertentu
4.Depresi, agitasi dengan ketenangan, agitasi, insomnia, perasaan tidak
berharga, rasa bersalah yang berlebihan, dan kecenderungan untuk bunuh
diri
5.Hilang keikutsertaan dalam aktivitas keagamaan dan ritual yang
berhubungan dengan budaya klien.
6.Ketidakmampuan untuk mendiskusikan kehilangan tanpa menangis
(terutama lebih dari 1 tahun) serta terjadi kehilangan.
 7.Rasa kesejahteraan yang salah.
lanjut
 Contoh diagnose keperawatan Nanda yang berhubungan dengan duka cita:
 1) Duka cita adaptif yang berhubungan dengan :
 • Potensial kehilangan orang terdekat yang dirasakan
 • Petensial kehilangan kesejahteraan bisiopsikososial yang dirasakan
 • Potensial kehilangan kepemilikan pribadi yang dirasakan
 2) Duka cita maladaptive yang berhubungan dengan:
 • Kehilangan obyek potensial atau actual
 • Rintangan respons berduka
 • Tidak ada antisipasi terhadap berduka
 • Penyakit terminal kronik
 • Kehilangan orang terdekat
 3) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang Berhubungan dengan:
 • Respon duka cita yang bertahap
 4) Perubahan koping keluarga yang berhubungan dengan:
 • Preokupasi sementara oleh orang terdekat yang mencoba untuk menangani konflik
emosional dan personal
 • Penderita (antisipasi berduka) dan tidak mampu untuk menerima atau
 • Respon duka cita yang bertahap
4 Perubahan koping keluarga yang berhubungan dengan:
 • Preokupasi sementara oleh orang terdekat yang mencoba untuk menangani
konflik emosional dan personal
 • Penderita (antisipasi berduka) dan tidak mampu untuk menerima atau
bertindak secara efektif dalam kaitannya dengan kebutuhan klien
5 Perubahan proses keluarga berhubungan dengan:
 • Transisi atau krisis situasi
6 Keputusan berhubungan dengan:
 • Kekuarangan atau penyimpangan kondisi fisiologis
 • Stress jangka panjang
 • Kehilangan keyakinan nilai luhur atau yang maha kuasa
7 Isolasi sosial berhubungan dengan:
 • Sumber pribadi tidak akurat
8) Distress spiritual (distress jiwa manusia) berhubungan dengan:
Perpisahan dari ikatan keagamaan dan kultural
9) Gangguan pola tidur berhubungan dengan:
• Stress karena respon berduka
C. Perencanaan
Tujuan bagi klien dengan kehilangan mencakup akomudasi duka
cita, menerima realitas kehilangan, mencapai kebali rasa harga
diri, dan mempebarui aktivitas atau hbungan norma.
Kebutuhan fisiologis, perkembangan, dan spiritual juga harus
di penuhi. Perawat harus lebih toleran dan rela untuk
meluangkan waktu lebih lama bersama klien menjelang ajal
untuk mendengarkan klien dalam mengekspresikan duka cita
dan untuk mempertahankan kualitas hidup mereka. Tujuan
tambahan bagi klien menjelang ajal antara lain:
1. Mencapai kembali dan mempertahankan kenyamanan
2. Mempertahankan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari
3. Mempertahankan harapan
4. Mencapai kenyamanan spiritual
5. Meraih kelegaan akibat kesepian dan isolasi
D. Implementasi
Sensitivitas terhadap klien adalah yang paling penting agar perawat  dapat
berfungsi secara afektif. Perawat juga harus sensitive terhadap budaya, etnisitas,
gaya hidup, atau kelas sosial klien dan keluarganya. Mereka  harus sensitive
terhadap keterbatasan dan sifat peran mereka sendiri. Jika klien ingin menghindari
perasaan emosional yang dapat diekspresikan ketika seseorang membentuk ikatan
dengan klien yang sedang melawan hidup dan mati , maka perawat harus sensitive
terhadap kebutuhan mereka sendiri. Berikut beberapa implementasi

1. Merawat klien menjelang ajal dan keluarganya


2.Peningkatan kenyamanan

3.Pemeliharaan Kemandirian

4.Pencegahan Kesepian dan Isolasi

5.Peningkatan Ketenangan spiritual

6.Dukungan untuk keluarga yang berduka

7.Perawatan hospice
PERAWATAN SETELAH KEMATIAN
 Perawatan Setelah Kematian
 Perawat mungkin menjadi orang yang paling tepat untuk merawat tubuh klien setelah
kematian karena hubungan terapeutik perawat-klien yang telah terbina selama fase sakit,
dengan demikian perawat mungkin lebih sensitife dalam menangani tubuh klien dengan
martabat dan sensitifitas. Setelah kematian tubuh mengalami berbagai perubahan fisik.
Tubuh klien harus ditagani secepat mungkin setelah kematian untuk mencegah kerusakan
jaringan atau perubahan bentuk tubuh. Jika keluarga meminta donasi organ, maka tindakan
yang sesuai harus dilakukan dengan segera.
 Perawat memberi kesempatan pada keluarga untuk melihat tubuh klien. Kesempatan ini
membantu untuk menunjukkan bahwa inilah kesempatan untuk “mengucapkan selamat
tinggal pada orang yang mereka cintai, terutama selaki keluarga tidak ada ketika terjadi
kematian. Jika keluarga ragu-ragu, perawat harus member kesempatan bagi mereka untuk
memikirkan hal tersebut. jika mereka memutuskan untuk tidak melihat tubuh klien, perawat
menerima keputusan mereka tanpa menghakimi. Jika keluarga memutuskan untuk melihat
tubuh klien, mereka harus ditengangkan bahwa mereka tidak akan sendiri. Perawat akan
dengan senang hati menemani mereka atau akan mengatur siapa saja yang ingin bersama
mereka. Perawat harus meluangkan waktu sebanyak mungkin dalm membantu keluarga
yang berduka dan memberi tawaran untuk menghubungi pelayangn lingkungan lainnya
seperti pelayanan social dan penasehat spiritual. Keluarga kini menjadi klien.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai