NPM : 1506800634
Ruang : RS Pasar Minggu Lt 9
Ginjal terbagi menjadi bagian eksternal yang disebut korteks dan bagian
internal yang dikenal sebagai medula (Smeltzer & Bare, 2010). Unit
fungsional ginjal adalah nefron yang berjumlah + 1 juta nefron pada setiap
ginjal yang terdiri atas glomerulus yang mengandung kapsula bowman dan
sebuah tubulus. Glomerulus tersusun dari jonjot-jonjot kapiler yang mendapat
darah dari vasa aferen dan mengalirkan darah balik lewat vasa eferen.
Glomerulus membentang dan membentuk tubulus yang terbagi menjadi 3
bagian, yaitu tubulus proksimal, ansa Henle/lengkung Henle, dan tubulus
distal. Tubulus distal bersatu untuk membentuk duktus pengumpul/duktus
kolektivus. Lengkung Henle menjaga gradien osmotik dalam pertukaran
lawan arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel yang melapisi tubulus memiliki
banyak mitokondria yang menghasilkan ATP dan memungkinkan terjadinya
transpor aktif untuk menyerap kembali glukosa, asam amino, dan berbagai ion
mineral. Kelompok sel-sel khusus di dekat kutup vaskular setiap glomerulus
disebut aparatus jukstaglomerulus yang merupakan tempat terjadinya sintesis
dan sekresi renin.
Proses pembentukan urin dimulai ketika darah mengalir lewat glomerulus.
Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau
penyaringan. Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis yang
berpori dari glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya tekanan dari
darah yang mendorong plasma darah. Tekanan darah menentukan berapa
tekanan dan kecepatan aliran darah yang melewati glomerulus. Ketika darah
melewati struktur ini terjadi proses filtrasi. Air dan molekul-molekul kecil
akan dibiarkan lewat sementara molekul-molekul besar tetap tertahan dalam
aliran darah. Cairan yang disaring dan memasuki tubulus disebut filtrat.
Kurang lebih 20% dari plasma yang tersaring ke dalam nefron mencapai
sekitar 180 L filtrat per hari. Filtrat tersebut serupa dengan plasma darah tanpa
molekul besar (protein, sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit) terdiri
atas air, elektrolit, dan molekul kecil lainnya. Dalam tubulus, sebagian
substansi ini secara selektif diabsorpsi ulang ke dalam darah, sedangkan
substansi lainnya diekskresikan dari darah ke dalam filtrat selama mengalir
sepanjang tubulus. Filtrat akan dipekatkan dalam tubulus distal serta duktus
pengumpul san kemudian menjadi urin yang akan mencapai pelvis ginjal.
Sebagian substansi seperti glukosa, normalnya akan diabsorpsi seluruhnya
kembali ke tubulus dan tidak akan terlihat dalam urin. Berbagai substansi yang
normalnya akan disaring glomerulus, direabsorpsi tubulus dan diekskresikan
dalam urin meliputi natrium, klorida, bikarbonat, kalium, glukosa, ureum,
kreatinin, serta asam urat.
2. Definisi
Urolithiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius yang
dapat ditemukan di setiap bagian ginjal sampai ke kandung kemih (Smeltzer
& Bare, 2010). Batu (kalkuli) yang berada di ginjal secara klinis disebut
sebagai batu ginjal (nephrolithiasis) (Black & Hawks, 2014). tu saluran kemih
adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu ginjal)
pada ureter atau pada daerah ginjal. Winaga (2006) mengungkapkan bahwa
batu ginjal adalah batu yang terbentuk akibat sisa-sisa metabolisme tubuh
yang membentuk kristal dan mengendal dalam saluran kemih mulai dari ginjal
sampai kandung kemih. Batu ginjal memiliki ukuran yang bervariasi mulai
dari partikel kecil sampai batu staghorn yang besar dimana dapat mengisi
seluruh pelvis renal (Bahdarsyam, 2003).
3. Etiologi
Terdapat 2 faktor penyebab utama terbentuknya batu ginjal yaitu stasis urin
dan supersaturasi urin dengan sedikit kristaloid yang dapat dilarutkan.
Peningkatan konsentrasi larutan terjadi karena penurunan jumlah cairan atau
peningkatan beban zat terlarut. Peningkatan konsentrasi tersebut memicu
terbentuknya kristal seperti kalsium, asam urat, dan fosfat. Selain itu beberapa
penyakit/gangguan juga berkontribusi terhadap pembentukan batu seperti
infeksi, benda asing, ketidakmampuan pengosongan kandung kemih dengan
sempurna, gangguan metabolik, dan obstruksi pada saluran kemih. Adanya
gangguan/pemicu tersebut dapat terlihat dalam urin seperti adanya protein
atau elemen-elemem inflamasi.
Batu ginjal lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita terutama usia
antara 30 samapi 50 tahun memiliki risiko 3 kali lebih besar. Beberapa obat
juga dapat memicu pembentukan batu seperti acetazolamide, absorbable
alkalis (kalsium karbonat dan sodium bikarbonat), dan aluminium hidroksida.
Faktor risiko lain yang menyebabkan stasis dan supersaturasi urin antara lain:
● Kurang aktivitas/imobilisasi serta gaya hidup yang lebih banyak
bersantai akan meningkatkan risiko stasis urin
● Dehidrasi yang menyebabkan supersaturasi urin
● Gangguan metabolisme yang menyebabkan peningkatan kalsium atau
ion lain dalam urin
● Riwayat batu ginjal/saluran kemih sebelumnya. Seseorang yang pernah
memiliki batu ginjal berisiko tinggi untuk mengalaminya kembali
● Minum minuman yang tinggi kandungan mineral
● Diet tinggi purin, oksalat, suplemen kalsium, dan protein hewani
● Infeksi saluran kemih
● Pemakaian kateter urin dalam waktu lama
● Neurogenic bladder (Black & Hawks, 2014)
4. Patofisiologi
Mekanisme pasti pembentukan batu belum diketahui secara jelas. Kristalisasi
dianggap menjadi faktor utama pembentukan batu:
Supersaturasi urin dengan peningkatan zat terlarut
Pembentukan matriks yang terjadi ketika mukoprotein berikatan dengan
batu
Kekurangan zat penghambat akibat peningkatan atau hilangnya protektor
yang melawan pembentukan batu. Substansi inhibitor seperti sitrat dan
magnesium berfungsi untuk mencegah agregasi partikel dan pembentukan
kristal. Terdapat antiinhibitor seperti aluminium, besi, dan silikon dalam
urin yang memicu terbentuknya batu.
Kombinasi dari kondisi-kondisi tersebut
(Black & Hawks, 2014)
Batu Saluran Kemih
Pielonefritis
Ureritis
Obstruksi Infeksi
Sistitis
Hidronefrosis Pionefrosis
Hidroureter Urosepsis
Gagal Ginjal
Batu yang terbentuk memiliki beberapa tipe bisa satu jenis kristal atau
kombinasi.
2. Oksalat, merupakan jenis batu kedua terbanyak. Oksalat tidak larut dalam
urin. Kelarutannya tergantung pada perubahan pH urin. Mekanisme
timbulnya oksalat belum jelas, kemungkinan berhubungan dengan diet.
Penyakit ini sering muncul terutama pada area dengan makanan pokok berupa
sereal misalnya pada daerah peternakan. Peningkatan insiden batu oksalat
dapat dihubungkan dengan:
a. Hiperabsorpsi oksalat misalnya pada penyakit yang menyebabkan
inflamasi usus dan konsumsi produk berbahan dasar kedelai dalam
jumlah besar.
b. Overdosis absorpsi asam misalnya vitamin C yang memetabolisme
oksalat.
c. Familial oxaluria (oksalat dalam urin)
3. Struvit, batu struvit atau biasa disebut triple fosfat tersusun atas carbonate
apatite dan magnesium amonium fosfat. Penyebabnya adalah bakteri tertentu
biasanya Proteus yang mengandung enzim urease dan berkembang ketika
urine dalam keadaan alkalin. Enzim tersebut mengubah urea menjadi 2
molekul amonia yang meningkatkan pH urin. Batu yang terbentuk adalah batu
staghorn. Batu struvit sulit dihancurkan karena batunya yang keras dikelilingi
nukleus bakteri yang melindungi dari antibiotik. Fragmen kecil yang tertinggal
ketika operasi menyebabkan siklus pembentukan batu kembali.
4. Asam urat, batu asam urat disebabkan oleh peningkatan ekskresi urat,
penurunan jumlah cairan, dan pH urin yang rendah. Hiperuricuria terjadi
karena peningkatan produksi asam urat atau pemberian agen uricosuric.
Sekitar 25% orang dengan penyakit encok berpotensi mengalami batu asam
urat. Diet tinggi purin (protein) dapat memicu pembentukan batu asam urat.
5. Cystine. Cystinuria merupakan akibat dari gangguan metabolik kongenital.
Batu cystine biasanya terjadi ketika kanak-kanak dan remaja,
perkembangannya ketika dewasa sangat jarang terjadi.
6. Xanthine. Amat jarang, bersifat herediter karena defisiensi xaintin oksidase.
Namun bisa
bersifat sekunder karena pemberian alupurinol yang berlebihan.
5. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktur urinarius bergantung pada
adanya obstruksi, infeksi, dan edema. Batu di piala ginjal berkaitan dengan
nyeri atau sakit yang dalam dan terus menerus di area kostovertebral.
Hematuria dan piuria dapat dijumpai. Nyeri yang berasal dari area renal
menyebar secara anterior dan pada wanita kebawah mendekati kandung kemih
sedangkan pada pria mendekati pelvis. Bila nyeri mendadak menjadi akut
disertai nyeri tekan di seluruh area kostovertebral, dan muncul mual dan
muntah maka pasien sedang mengalami episode kolik renal (Smeltzer & Bare,
2001).
Aktivitas/Istirahat
Gejala :Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada
lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas / imobolisasi
sehubungan dengan kondisi sebelumnya (contoh penyakit tak
sembuh, cedera medulla spinalis).
Sirkulasi
Tanda : Peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal).
Kulit hangat dan kemerahan, pucat
Eliminasi
Gejala : Riwayat adanya/ ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalkulus).
Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh.rasa terbakar,
dorongan berkemih, diare.
Tanda : Oliguri, hematuria, piuria.Perubahan pola kemih.
Makanan/ cairan
Gejala : Mual/muntah, nyeri tekan abdomen.
Diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan/atau fosfat. Ketidak
cukupan pemasukan cairan; tidak minum air dengan cukup.
Tanda : Distensi abdominal; penurunan/ tak adanya bising usus,
muntah.
Nyeri/kenyamanan
Gejala : Episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung
pada lokasi batu, contoh pada panggul di region sudut kostovertebral;dapat
menyebar kepunggung, abdomen, dan turun kelipat paha/genitalia. Nyeri
dangkal konstan menunjukkan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal.
Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau
tindakan lain.
Tanda : Melindungi; perilaku distraksi,nyeri tekan pada area ginjal
pada palpasi.
Keamanan
Gejala : Penggunaan alkohol, demam, mengigil.
Penyuluhan
Gejala : Riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal,
hipertensi, gout,
ISK kronis, riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen
sebelumnya, hiperparatiroidism, penggunaan antibiotic,
anti hipertensi, natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat,
tiazid, pemasukan berlebihan, kalsium atau vitamin.
DAFTAR REFERENSI
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2014). Nursing Care Plans
(9th ed.). Philadelhpia: FA Davis Cpmpany.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2010). Brunner & Suddarth’s textbook of Medical
Surgical Nursing (10th ed.). Philadelhpia: Lippincott Williams & Wilkins.
Winaga, H. (2006). Diet mencegah batu ginjal. Diambil pada tanggal 27 Oktober
2008 dari http://www.tanyadokteranda.com/artikel/2006/06/diet-mencegah-
batu-ginjal
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Kriteria:
Jelaskan penyebab nyeri dan perubahan Membantu dalam meningkatkan kemampuan
● Pasien tampak karakteristik nyeri. koping pasien serta menurunkan ansietas
rileks
Meningkatkan relaksasi, menurunkan
● Pasien mampu
Berikan tindakan nyaman,misalnya tegangan otot, dan meningkatkan koping
tidur/istirahat
pijatan punggung,ciptakan lingkungan
dengan tenang
yang tenang.
● Tidak gelisah,tidak
Mengarahkan kembali perhatian dan
merintih
membantu dalam relaksasi otot.
Bantu atau dorong penggunaan nafas
berfokus. Meningkatkan lewatnya batu, mencegah stasis
urine, mencegah pembentukan batu
selanjutnya.
Bantu dengan ambulasi sering sesuai
indikasi tingkatkan pemasukan cairan
sedikitnya 3-4 L/hari atau sesuai Obstruksi lengkap ureter dapat menyebabkab
indikasi. perforasi, dan ekstravasasi urine ke dalam
area perirenal.
- Kortikosteroid
Kolaborasi
Peninggian BUN, indikasi disfungsi ginjal.
Monitoring pemeriksaan laboratorium,
BUN, kreatinin.
Evaluasi adanya ISK atau penyebab
komplikasi.
Ambil urine untuk kultur dan
sensitivitas a. Meningkatkan pH urine menurunkan
pembentukan batu asam.
Kolaborasi
Mengkaji hidrasi, kebutuhan intervensdi.
Awasi Hb,Ht,elektrolit.
Mempertahankan volume sirkulasi.