Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KOLELITIASIS (BATU EMPEDU)

OLEH :
Kristian Ade Chandra
NPM 1506800634

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2017
LAPORAN PENDAHULUAN

CHOLELITHIASIS

1. Anatomi dan Fisiologi


Kandung empedu merupakan kantong berotot yang berbentuk buah pir,
letakknya di bawah lobus kanan hati. Kandung empedu dibagi menjadi
beberapa bagian yaitu fundus, badan dan leher. Panjang kandung empedu
sekitar 7-9 cm, dan mempunyai fungsi untuk menyimpan dan memekatkan
empedu yang diproduksi hati. Di dalam empedu dikeluarkan dari kandung
empedu dengan bantuan hormon kolesitokinin (CCK). Stimulasi pengeluaran
CCK ini diakibatkan oleh adanya chyme dalam duodenum. Hormon CCK ini
menstimulasi otot polos kandung kemih untuk berkontraksi sehingga
mengeluarkan empedu (Nair & Peate, 2014).

Gambar diambil dari (Peate & Nair, 2017)


Garam empedu membantu pencernaan lemak melaui efek deterjennya dan
penyerapan lemak dengan membentuk misel (micelle). Garam empedu
mempunyai kemampuan mengubah globulus (gumpalan) lemak besar menjadi
emulsi lemak yang terdiri dari banyak butiran lemak berukuran 1mm. Lemak
terdiri dari trigliserida yang cenderung menggumpal menjadi butir besar
dalam lingkungan usus halus yang banyak mengandun air. Bila tidak
diemulsifikasi pencernaan lemak menjadi lama (Sherwood, 2009).
Sekresi empedu dapat ditingkatkan olek mekanisme kimiawi hormon dan
syaraf.
a. Mekanisme kimiawi
Di antara waktu makan empedu disimpan dalam kandung empedu, namun
sewaktu makan empedu disalurkan di dalam duodenum oleh kontraksi
kandung empedu. Empedu kemudian ikut serta dalam pencernaan dan
masuk kembali ke sirkulasi enterohepatik ke hati dan merangsang sekresi
empedu lebih lanjut.
b. Mekansime hormon
Selain meningkatkan sekresi NaHCO3 cair oleh pankreas, sekretin juga
merangsang sekresi empedu alkalis cair oleh duktus biliaris tanpa disertai
oleh peningkatan setara garam-garam empedu.
c. Mekanisme saraf vagus
Stimualsi vagus pada hati berperan kecil dalam serkesi empedu selama
fase sefalik pencernaan, yang mendorong peningkatan aliran empedu hati
bahkan sebelum makanan mencapai lambung atau usus.
2. Definisi
Kolelitiasis atau batu empedu adalah adanya sumbatan yang terletka di duktus
sistik atau di saluran empedu. Kolelitiasis ini biasanya berhubungan dengan
kolesistitis atau peradangan pada empedu, dan terjadi bersama (Lewis,
Dirksen, Heitkemper, & Bucher, 2014). Kandung empedu ini menyimpan dan
memekatkan cairan empedu yang dihasilkan oleh hati tepatnya di sekresikan
oleh sel hepatosit (Silverthorn, 2013).
Menurut Lewis et al., (2014) penyebab batu empedu belum diketahui.
Kolelitiasis berkembang ketika keseimbangan antara kolesterol, garam
empedu, dan kalsium dalam cairan berubah. Kondisi yang dapat
mempengaruhinya seperti infeksi dan gangguan metabolisme kolesterol.
Gangguan metabolisme tersebut dapat disebabkan oleh:
1. Perubahan susunan empedu
Sebagian besar batu empedu mengandung kolesterol (80%) dan sisanya
merupakan campuran dari komponen empedu lainnya. Empedu yang
mengalami supersaturasi (sangat jenuh) oleh kolesterol akan memicu
pembentukan batu (Lemone & Burke, 2008).
2. Stasis kandung empedu
Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan perubahan
susunan empedu, supersaturasi progresif empedu oleh kolesterol, dan
pengendapan unsur empedu (Price & Wilson, 1994). Gangguan
kontraktilitas dan perlambatan pengosongan kandung empedu serta
spasme sfingter Oddi dapat menyebabkan stasis. Perlambatan
pengosongan kandung empedu dapat dikaitkan dengan faktor hormonal
khususnya selama kehamilan (Black & Hawks, 2005).
3. Infeksi kandung empedu
Infeksi kandung empedu akan menyebabkan reabsorpsi garam empedu
yang meningkatkan risiko pembentukan batu (Lemone & Burke, 2008).

Faktor resiko yang dapat mempengaruhi terjadinya kolelitiasis antara lain


(Hinkle & Cheever, 2014):
- Obesitas
- Jenis kelamin : wanita cenderung mengalami batu empedu khususnya pada
wanita hamil.
- Penurunan berat badan yang cepat (Rapid weight loss)
- Penggunaan estrogen
- Ileal resection
- Fibrosis sistik
- Diabetes
3. Manifestasi Klinis
Sebanyak 75% orang yang memiliki batu empedu tidak memperlihatkan
gejala. Sebagian besar gejala timbul bila batu menyumbat aliran empedu yang
seringkali terjadi karena batu yang kecul melewati ke dalam duktus koledokus
(Price & Wilson, 2006). Karakteristik yang spesifik dari batu empedu adalah
nyeri atau kolik billier yang disebabkan oleh spasme atau kram duktus billier
sebagai upaya untuk mengeluarkan batu. Nyeri dimulai di daerah garis tengah
atas menyebar ke sekitar punggung dan bahu kanan dan daerah substernum.
Klien sering mengeluh gelisah, berubah posisi berkali-kali untuk mengurangi
nyeri (Black & Hawks, 2014).
Gejala awal dari kolesistitis akut antara lain gangguan pencernaan dan nyeri,
nyeri tekan di kuadrant kanan atas. Nyeri dapat bersifat akut dan disertai
dengan mual dan muntah, kelelahan, dan diaphoresis. Manifestasi inflamasi
termasuk didalamnya leukositosis dan demam. Dapat ditemukan nyeri tekan
pada kuadrant kanan atas, abdomen kaku (Lewis et al., 2014). Tanda lain
yang dapat ditemukan seperti jaundice, perubahan warna urine dan feses, serta
defisiensi vitamin A, D, E, dan K (Hinkle & Cheever, 2014)
4. Patofisiologi
Menurut Black & Hawks, (2014) terdapat beberapa faktor yang membentuk
terjadinya batu empedu yaitu :
a. Empedu harus menjadi superjenuh dengan kolesterol dan kalsium
b. Larutan harus mengendap dengan cepat dari cairan sebagai kristal solid
c. Kristal harus datang bersama dan menyatu membentuk batu.

Batu empedu terdapat tiga tipe yaitu 1. Kolesterol, 2. Pigmen, dan 3.


Campuran. Oleh karena itu insiden pembentukan batu murni jarang, dan pada
umumnya batu diklasifikasikan berdasarkan substansi utama.

Batu empedu hampir selalu terbentuk dalam kandung empedu dan jarang
dibentuk pada bagian saluran empedu lain. Gangguan metabolisme yang
mengakibatkan perubahan pada komposisi empedu, stasis empedu, dan infeksi
merupakan faktor predisposisi terjadinya batu empedu.
Perubahan komposisi memungkinkan merupakan faktor terpenting dalam
pembentukan batu empedu. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hati
penderita batu empedu tipe kolesterol menyekresi empedu yang sangat penuh
dangan kolesterol. Kolesterol yang berlebihan ini kemudian mengendap dalam
kantung empedu dan membentuk batu empedu, namun mekanismenya belum
diketahui (Price & Wilcon, 2006).

Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi


progresif. Stasis kandung empedu mungkin akibat dari penurunan
kontraktilitas pengosongan kandung empedu dan dari spasme sfingter oddi
(Black & Hawks, 2014). Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan
membentuk batu. Mukus hasil dari inflamasi meningkatkan viskosistas
empedu, dan unsur sel atau bakteri dapat berperan sebagai presipitasi. Namun
infeksi lebih sering timbul sebagai akibat dari terbentuknya batu empedu dari
pada sebagai penyebab.

5. Komplikasi
Komplikasi dari kolesistitis dan kolelitiasis antara lain kolesistitis gangrenosa,
abses suprapubis, pankreatitis, cholangitis (radang pada ductus billier), sirosis
billier, fistula, dan ruptur kandung empedu yang dapat berkembang menjadi
peritonitis (Lewis et al., 2014).
6. Pengkajian
A. Pengkajian Fisik dan Riwayat Kesehatan (Doenges, Moorhouse, & Murr,
2014)
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : kelemahan
Tanda : gelisah
b. Sirkulasi
Tanda : takikardia, berkeringat
c. Eliminasi
Gejala : perubahan warna pada urine dan feses
Tanda : distensi abdomen teraba massa pada kuadran kanan atas urine
gelap, pekat, feses warna tanah liat, steatorea
d. Makanan/Cairan
Gejala : anoreksia, mual/muntah tidak toleran terhadap lemak dan
makanan “pembentuk gas” , regurgitasi berulang, nyeri epigastrium, tidak
dapat makan, flatus, dispepsia sendawa
tanda : kegemukan, adanya penurunan berat badan
e. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung atau bahu
kanan kolik epigastrium tengah sehubungan dengan makanan nyeri mulai
tiba-tiba dan biasanya memuncak dalam 30 menit
Tanda : nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadran kanan atas ditekan
f. Pernapasan
Tanda : peningkatan frekuensi pernapasan pernapasan tertekan ditandai
oleh napas pendek, dangkal
g. Keamanan
Tanda : demam, menggigil, ikterik, dengan kulit berkeringat dan gatal
(pruritus), kecenderungan perdarahan (kekurangan vitamin K).

B. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik untuk menegakkan diagnosa batu empedu antara
lain USG untuk mendiagnosa batu emepdu, ERCP (Endoscopic Retrogade
Cholangiopanfreatography), abdominal X-Ray, Radionuclide Imaging atau
Cholescintigraphy, Cholecyctography, dan Percutaneus Transhepatic
Cholangiography (Hinkle & Cheever, 2014). Pemeriksaan labaoratorium
dapat menunjukkan peningkatan Leukosit (WBC) yang menunjukkan
inflamasi, peningkatan billirubin direct dan indirect, serum seperti alkaline
phospate, ALT ,AST bisa naik, dan peningkatan serum amilase jika
terdapat perubahan pankreas (Lewis et al., 2014).
7. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut b/d agen cedera biologis: obstruksi/ spasme duktus, proses
inflamasi, iskemia jaringan/ nekrosis.
b. Risiko tinggi kekurangan volume cairan b/d kehilangan melalui
penghisapan gaster berlebihan, muntah, distensi hipermotilitas gaster,
pembatasan masukan secara medik, gangguan proses pembekuan.
c. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d memaksa
diri atau pembatasan berat badan sesuai aturan, mual/ muntah, dispepsia,
nyeri, kehilangan nutrien, gangguan pencernaan lemak sehubungan
dengan obstruksi aliran empedu
8. Rencana Asuhan Keperawatan
Terlampir
9. Medikasi
Nyeri yang timbul dapat diberikan analgesik baik IM atau IV sesuai jadwal.
Antasida penghambat H+, atau penghambat pompa proton diberikan untuk
menetralkan hiperasiditas lambung dan mengurangi nyeri dan antiemetik
diberikan untuk meminimalisir mual dan muntah. Pemberian obat pelarut batu
empedu seperti Chenodeoxychilic (CDCA) atau senodiol dan ursodeoxycholic
atau ursodiol (UDCA). Terapi lain non bedah yaitu ESWL (Extracorporeal
Shock Wave Lithotripsy) (Black & Hawks, 2014).
Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan / Kriteria Rencana Keperawatan Rasionalisasi


hasil
1 Nyeri akut b/d  Pasien  Observasi dan catat lokasi, berat  Membantu membedakan penyebab
agen cedera melaporkan nyeri (skala 0-10), dan karakter nyeri nyeri dan memberikan informasi
biologis: obstruksi/ hilang/ terkontrol (menetap, hilang timbul, kolik) tentang kemajuan penyakit, terjadinya
spasme duktus,  Pasien komplikasi dan keefektifan intervensi
proses inflamasi, menunjukkan  Catat respon terhadap obat dan  Nyeri berat yang tidak hilang dengan
iskemia jaringan/ penggunaan laporkan pada dokter bila nyeri tindakan rutin dapat menunjukkan
nekrosis ketrampilan hilang terjadinya komplikasi/ kebutuhan
relaksasi dan terhadap intervensi lebih lanjut
aktivitas hiburan  Tirah baring pada posisi fowler rendah
sesuai indikasi  Tingkatkan tirah baring, biarkan menurunkan tekanan intraabdomen,
untuk situasi pasien melakukan posisi yang namun pasien akan melakukan posisi
individu nyaman yang menghilangkan nyeri secara
alamiah
 Menurunkan iritasi/ kulit kering dan
 Gunakan seprei halus/ katun, sensasi gatal
minyak mandi, kompres dingin
sesuai indikasi  Dingin sekitar ruangan membantu
meminimalkan ketidaknyamanan kulit
 Kontrol suhu lingkungan  Meningkatkan istirahat, memusatkan
kembali perhatian dan meningkatkan
 Dorong menggunakan teknik koping
relaksasi contoh bimbingan
imajinasi, visualisasi, latihan
napas dalam, berikan akivitas  Membantu menghilangkan cemas dan
senggang memsatkan kembali perhatian yang
 Sediakan waktu untuk mendengar dapat menghilangkan nyeri
dan mempertahankan kontak
denagn pasien sering  Membuang sekret gaster yang
Kolaborasi merangsang pengeluaran
 Pertahankan status puasa/ kolesistokinin dan kontraksi kandung
masukan/ pertahankan empedu
penghisapan NGT sesuai indikasi
 Berikan obat sesuai indikasi:  Menghilangkan refleks spasme/
Antikolinergik kontraksi otot halus dan membantu
manajemen nyeri
Sedatif  Meningkatkan istirahat dan
merilekskan otot halus, menghilangkan
Narkotik nyeri
 Memberikan penurunan nyeri hebat.
Morfin digunakan dengan waspada
karena dapat meningkatkan spasme
odi, walaupun nitrogliserin dapat
Monoktanoin menurunkan spasme karena morfin
 Obat ini dapat dicoba setelah
kolesistektomi untuk menahan batu,
atau untuk membentuk batu baru yang
lebih besar dalam duktus empedu.
Merupakan pengobatan jangka
Relaksan otot halus panjang(1-3 minggu) dan diberikan
Asam Senodeoksikolik melalui selang nasal-bilier
Antibiotik  Menghilangkan spasme duktus
 Menurunkan sintesa kolestero,
menghancurkan batu empedu
 Siapkan prosedur, contoh:  Mengobati proses infeksi menurunkan
Endoskopi papilotomi inflamasi
Syok gelombang ekstrakorporeal

 Pengangkatan batu duktus


 Diindikasikan bila pasien mengalami
Endoskopi sfingterotomi gejala ringan atau sedang, batu
kolesterol pada kandung empedu 0,5
mm atau lebih besar, dan tidak ada
obstruksi traktus bilier
2 Pasien Intervensi bedah  Memperlebar mulut duktus koledukus
Risiko tinggi menunjukkan dimana bagian ini untuk
kekurangan keseimbangan mengosongkan duodenum
volume cairan b/d cairan adekau,  Kolesistektomi apat diindikasikan
kehilangan melalui dibuktikan dengan:  Perahankan masukan dan haluaran sehubungan dengan ukuran batu dan
penghisapan gaster  Tanda vital stabil akurat, perhatikan haluaran kurang
berlebihan,  Membran dari masukan, peningkatan berat derajat kerusakan jaringan/ nekrosis
muntah, distensi mukosa lembab jenis urin. Kaji membran mukosa/
hipermotilitas  Turgor kulit baik kulit, nadi perifer dan pengisian  Memberikan informasi tentang status
gaster, pembatasan  Pengisian kapiler kapiler cairan/ volume sirkulasi dan kebutuhan
masukan secara baik  Awasi gejala peningkatan/ penggantian
medik, gangguan  Urin cukup berlanjutnya muntah/ mual, kram
proses pembekuan  Muntah tidak ada abdomen, kelemahan, kejang,
kecepatan jantung tidak teratur,
parestesia, hipoaktif dan tak  Muntah berkepanjangan, aspirasi
adanya bising usus, depresi gaster dan pembatasan masukan oral
pernapasan. dapat menimbulkan defisit natrium,
 Hindarkan dari lingkungan yang kalium dan klorida
berbau
 Lakukan kebersihan oral dengan
pencuci mulut, berikan minyak  Menurunkan rangsangan pada pusat
 Gunakan jarum kecil untuk injeksi muntah
dan melakukan tekanan pada  Menurunkan kekeringan membran
bekas suntikan lebih lama dari mukosa, menurunkan risiko
biasanya perdarahan oral
 Kaji perdarahan yang tak  Menurunkan trauma, risiko
biasanya, contoh: perdarahan terus perdarahan/ pembentukan hematoma
menerus pada sisi injeksi,
mimisan, perdarahan gusi,  Protrombin darah menurun dan waktu
ekimosis, petekie, hematemesis/ koagulasi memanjang bila aliran
melena empedu terhambat, meningkatkan
Kolaborasi risiko perdarahan
 Pertahankan pasien puasa sesuai
keperluan
 Masukan selang NGT, hubungkan  Menurunkan sekresi dan motilitas
3 ke penghisap dan pertahankan gaster
 Pasien patensi sesuai indikasi
Risiko tinggi melaporkan  Berikan antiemetik  Memberikan istirahat pada traktus GI
perubahan nutrisi mual/ muntah  Kaji ulang pemeriksaan
kurang dari hilang laboratorium, contoh: Ht/ Hb,
kebutuhan tubuh  Pasien elektrolit, GDA (PH), waktu  Mencegah mual dan muntah
b/d memaksa diri menunjukkan pembekuan  Membantu evaluasi volume sirkulasi,
atau pembatasan kemajuan
berat badan sesuai mencapai berat mengidentifikasikan defisit dan
aturan, mual/ badan atau  Berikan cairan IV, elektolit dan vit mempengaruhi pilihan intervensi atau
muntah, dispepsia, mempertahankan K penggantian/ koreksi
nyeri, kehilangan berat badan  Mempertahankan volume sirkulasi dan
nutrien, gangguan individu yang memperbaiki ketidakseimbangan.
pencernaan lemak tepat  Kaji distensi abdomen, sering
sehubungan bertahak, berhati-hati, menolak  Tanda non verbal ketidaknyamanan
dengan obstruksi bergerak berhubunagn dengan gangguan
aliran empedu pencernaan, nyeri gas
 Perkirakan/ hitung pemasukan  Mengidentifikasi kekurangan/
kalori, jaga komentar tentang kebutuhan nutrisi. Berfokus pada
napsu makan sampai minimal masalah membuat suasanan negatif
dan mempengaruhi masukan
 Timbang sesuai indikasi  Mengawasi keefektifan rencana diet
 Konsul tentang kesukaan/  Melibatkan pasien dalam perencanaan,
ketidaksukaan pasien , makanan memampukan pasien memiliki rasa
yang menyebabkan distres dan kontrol dan mendorong untuk makan
jadwal makan yang disukai
 Berikan suasana menyenangkan  Untuk meningkatkan nafsu makan/
pada saat makan, hilangkan menurunkan mual
rangsangan berbau
 Berikan kebersihan oral sebelum  Mulut yang bersih meningkatkan nafsu
makan makan
 Dapat mengurangi mual dan
 Tawarkan minuman seduhan saat menghilangkan gas.
makan, bila toleran  Membantu mengeluarkan flatus,
 Ambulasi dan tingkatkan aktivitas penurunan distensi abdomen.
sesuai toleransi
Kolaborasi  Berguna dalam membuat kebutuhan
 Konsul dengan ahli diet sesuai nutrisi individual melalui rute yang
indikasi paling tepat
 Pembatasan lemak menurunkan
 Mulai diet cair rendah lemak rangsangan pada kandung empedu dan
setelah selang NGT dilepas nyeri sehubungan denagn tidak semua
lemak dicerna dan berguna dalam
mencegah kekambuhan
 Tambahkan diet sesuai toleransi,  Memenuhi kebutuhan nutrisi dan
biasanya rendah lemak, tinggi meminimalkan rangsangan pada
serat, batasi makanan penghasil kandung empedu
gas dan makanan/ minuman tinggi
lemak  Meningkatkan pencernaan dan
 Berikan garam empedu absorbsi lemak, vitamin larut dalam
lemak, kolesterol. Berguna dalam
kolesistitis kronik
 Awasi pemeriksaan laboratorium  Memberikan informasi tentang
contoh: BUN, albumin, protein kekurangan nutrisi/ keefektifan terapi
serum, kadar transverin
 Berikan dukungan nutrisi total  Makanan pilihan diperlukan tergantung
sesuai kebutuhan pada derajat ketidakmampan/
kerusakan kandung empedu dan
kebutuhan istirahat gaster yang lama
Referensi

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah (8th ed.).
Jakarta: Elsevier Inc.

Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2014). Nursing Care Plans
(9th ed.). Philadelhpia: FA Davis Cpmpany.

Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2014). Brunner & Suddarth’s: Textbook of


medical-surgical nursing (13th ed.). Philadelphia: Wolters Kluwer.
Lippincott Williams & Wilkins.

Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., & Bucher, L. (2014). Medical-
surgical nursing: Assessment and management of clinical problems (9th ed.).
Philadelphia: Elsevier Inc.

Nair, M., & Peate, I. (2014). Patofisiologi Terapan. (Y. N. I. Sari & R.
Damayanti, Eds.) (Kedua). jakarta: Bumi Medika.

Peate, I., & Nair, M. (2017). Fundamental of Anatomy and Physiology for
Nursing and Healthcare Students (2nd ed.). New Jersey: John Wiley & Sons,
Inc.

Sherwood, L. (2009). Fisiologi Manusia (6th ed.). Jakarta: EGC.

Silverthorn, D. U. (2013). Human Physiology (6th ed.). New York: Pearson.


WOC

Perubahan susunan Stasis kandung empedu, Infeksi kandung empedu


empedu supersaturasi profresif

Batu empedu,

Peradangan duktus
Osbtruksi empedu

Empedu terserap ke Aliran garam


empedu terganggu Nyeri
aliran darah

jaundice Sekresi berkurang ke


duodenum

Feses keabu-abuan Gangguan penyerapan


Lemak

Gangguan nutrisi Gangguan penyerapan steatorhea


vitamin A, D, E, K

Resiko perdarahan karena


kurang Vit K

Anda mungkin juga menyukai